Anda di halaman 1dari 13

Kewajiban Terhadap Jenazah

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ilmu Fiqh

DosenPengampu : Dr. H. Ja‟far Baehaqi, S.Ag, M.H.

Disusun Oleh :

Caca Irayanti (1601016024)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jenazah artinya mayat yang diletakkan didalam kurung batang atau tandu usungan
yang akan dibawa ke kubur. Bila maut itu tiba terpaksalah ditinggal dunia fana ini,
tinggallah harta kekayaan, tinggallah anak isteri ditinggal semua yang dicintai, maka
sebelum ia tiba perbanyaklah mengingat mati itu, taubat dari segala dosa dan kekhilafan,
berbahagialah orang yang memperbanyak amal ibadah dan amal kebajikan, itulah teman
yang akan mengantarnya ke yaumil baqa.
Hendaklah memperbanyak mengingat mati dan bertaubat dari segala dosa,
terlebih lagi bagi orang yang sakit, agar lebih giat beramal kebaikan dan menjauhi segala
larangan Allah SWT.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana memandikan jenazah?
2. Bagaimana mengkafani jenazah?
3. Bagaimana menshalatkan jenazah?
4. Bagaiana menguburkan jenazah?
5. Apa hikmah merawat jenazah?
BAB II
PEMBAHASAN

Di antara masalah penting yang terkait dengan hubungan manusia dengan


manusia lainnya adalah masalah perawatan jenazah. Islam menaruh perhatian yang
sangat serius dalam masalah ini, sehingga hal ini termasuk salah satu kewajiban yang
harus dipenuhi oleh umat manusia, khususnya umat Islam.
Perawatan jenazah ini merupakan hak si mayat dan kewajiban bagi umat Islam
untuk melakukannya dengan pengurusan yang terbaik. Dalam kenyataan masih banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam yang belum mengetahui bagaimana
tatacara mengurus jenazah. Masih banyak praktek perawatan jenazah yang berbau bid‟ah
(larangan yang tidak pernah dilakukan Nabi Muhammad Saw.).
Islam tidak hanya mengatur apa yang harus diperbuat kepada orang yang sudah
meninggal saja, tetapi juga kepada orang yang sedang sakit yang dimungkinkan akan
meninggal. Hal yang perlu dilakukan bagi orang yang sedang sakit di antaranya adalah:
1. Bagi yang sakit hendaknya rela dengan apa yang menimpanya dan harus sabar
menghadapinya.
2. Orang yang sakit juga harus takut dengan dosa-dosanya yang selama ini dilakukan dan
penuh harap agar Allah memberikan rahmat kepadanya. Bagaimanapun sakitnya,
seseorang tidak boleh berharap agar segera mati.
3. Kalau ada kewajiban yang harus ditunaikan hendaknya segera ditunaikan, tetapi kalau
belum ditunaikan segera diwasiatkan.
Dalam hal menghadapi orang yang menjelang ajal (sakaratul maut), Nabi Saw.
menganjurkan kepada orang-orang Islam di sekitarnya untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Menengoknya dengan memberikan nasihat-nasihat terbaik bagi si sakit dan memberi
semangat kepadanya.
2. Menganjurkan untuk selalu bersabar dan selalu berbaik sangka kepada Allah.
3. Menganjurkan si sakit untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak kemurnian
tauhid.
4. Berdoa untuk si sakit.
5. Menalqin si sakit dengan bacaan syahadat agar dapat mengakhiri hidupnya dengan
baik (husnul khatimah).
6. Menghadapkan si sakit ke arah kiblat.
Adapun hal-hal yang harus dilakukan terhadap orang yang sudah meninggal
adalah merawat jenazahnya yang dimulai sejak menyiapkannya, memandikannya,
mengkafaninya, menshalatkannya, hingga menguburkannya.
Merawat jenazah termasuk salah satu kewajiban umat Islam yang termasuk dalam
wajib kifayah, artinya kewajiban yang kalau dikerjakan oleh sebagian umat Islam maka
gugurlah kewajiban sebagian umat Islam lainnya. Hal-hal yang harus dilakukan terhadap
orang yang sudah meninggal adalah sebagai berikut:
1. Segera memejamkan mata si mayat dan mendoakannya.
2. Menutup seluruh badan si mayat dengan pakaian (kain) selain pakaiannya, kecuali bagi
mayat yang sedang berihram.
3. Menyegerakan pengurusan mayat mulai dari memandikan, mengkafani
(membungkus), menshalatkan hingga menguburkannya.
4. Sebagian dari keluarganya juga hendaknya segera menyelesaikan hutanghutang si
mayat.
Secara khusus Nabi memberikan tuntunan dalam perawatan jenazah ini yang
meliputi memandikan jenazah, mengkafani, menshalatkan, sampai menguburkannya
Dalam hal ini Nabi tidak memberikan aturan yang rinci, hanya ketentuan umum saja yang
mempermudah kita umat Islam untuk mengembangkannya sendiri di tengah masyarakat
yang memiliki budaya yang berbeda-beda. Namun secara khusus Nabi juga memberikan
ranbu-ranbu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

1. Memandikan Jenazah
1) Hal-hal yang harus diperhatikan ketika memandikan jenazah
a) Bila sesorang muslim telah menemui ajalnya (berpulang ke rahmatullah) pertama-
tama urusan penyelenggaraannya, hendaklah dipejamkan (ditutupkan) matanya
dan diluruskan kedua kakinya dan dilipatkan kedua tangannya di atas dadanya.
b) Hendaklah ditutup seluruh badannya dengan kain sebagai penghormatan
kepadanya dan tidak terbuka aratnya.
c) Tidak ada halangan bagi keluarganya untuk mencium si jenazah sebagai pertanda
kasih sayang terakhir/ tanda berduka tapi tidak dengan nihayah (tidak
meratapinya), Dan doakan untuk minta diampuni dosanya.1
2) Syarat mayat yang dimandikan
a) Muslim.
b) Ada tubuhnya walaupun sedikit.
c) Tidak mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah). Orang yang
mati syahid tidak wajib dimandikan.
d) Bukan mayat bayi yang dalam keguguran dan lahir dalam keadaan tidak
bernyawa (mati).
e) Ada air bersih untuk memandikannya. Jika tidak mampu mendapatkan air maka
tidak wajib dimandikan, cukup dengan ditayamumkan.

3) Syarat orang yang memandikan


a) Muslim, berakal dan baligh.
b) Mempunyai nat untuk memandikan jenazah.
c) Terpercaya, amanah, yang mengetahui cara dan hukum memandikan jenazah,
sesuai sunnah yang diajarkan dan tidak menyebutkan sesuatu aib tetapi harus
merahasiakan sesuatu yang dilihatnya tidak baik.

4) Orang yang berhak memandikan jenazah


a) Suami atau istri si jenazah atau muhrimnya.

1
H. Moenir Mana, Pilar Ibadah dan Doa, (Bandung : Angkasa, 1993), hlm. 88.
b) Jika diserahkan kepada orang lain maka yang memandikan hendaknya orang-
orang yang terpercaya.
c) Jika perempuan yang meninggal dan hanya ada laki-laki yang hidup dan tidak ada
suami atau sebaliknya maka jenazah tersebut tidak dimandikan tetapi
ditayamukan oleh seseorang dengan memakai lapis/sarung tangan.

5) Persiapan memandikan jenazah


a) Tempat yang relatif tinggi dan tertutup, untuk menaruh jenazah yang akan
dimandikan, boleh juga dengan cara dipangku keluarganya dan boleh juga di
taruh di dipan dengan diberi debog (batang pohon pisang) lima batang.
b) Air bersih secukupnya.
c) Air sabun atau sebagai pengganti daun bidara.
d) Air kapur barus untuk memandikan yang terakhir.
e) Sampo.
f) Beberapa kain perca/sobekan untuk membersihkan tinja dalam dubur.
g) Gayung.
h) Dua buah waslap untuk menggosok tubuh.
i) Ember untuk tempat kotoran seperti sobekan kain, dll.
j) Dua buah handuk besar untuk menegeringkan tubuh dan rambut.

6) Cara memandikan jenazah


a) Letakkan jenazah membujur dengan kepala ke arah utara, kaki ke arah selatan
atau sesuaikan dengan letak dan ruang yang tersedia.
b) Tinggikan posisi kepala dari badannya supaya air tidak masuk ke rongga mulut
dan hidung.
c) Tekan perut jenazah supaya fesesnya dapat keluar. Menekan perutnya dengan
pelan-pelan kecuali jenazah yang hamil.
d) Niatkan memandikan jenazah.
e) Memulai memandikan dengan menyiramkan air ke seluruh tubuhnya dari kepala
hingga ujung kaki dengan mendahulukan anggota kanan dan anggota wudhu.
f) Sewaktu memandikan jenazah harus memperlakukannya dengan lembu.
g) Mereka yang memandikan jenazah haruslah orang-orang yang dapat dipercaya.
h) Siram seluruh permukaan rambut dan kulit jenazah secara merata sampai sela-sela
jari dan lipatan kulit dengan air sabun.
i) Keramasi setiaphelai rambut dan kulit kepala dengan air sampo secara merata.
j) Basuh dan gosok wajahnya dengan air sabun secara merata, bersihkan lubang
hidung dan telinga.
k) Membersihkan rongga mulutnya, kuku-kukunya dan seluruh tubuhnya dari
kotoran dan najis.
l) Bersihkan dan gosok dengan air sabun bagian leher, dada, tangan, perut terus
turun ke arah mata kaki dengan mendahulukan sebelah kanan baru sebelah kiri.
m) Bilas dengan air.
n) Miringkan jenazah ke seblah kiri, bersihkan dan gosok badan jenazah mulai dari
kepala bagian belakang, leher, tangan kanan, punggung, pinggang, dan kaki
bagian belakang dengan air sabun.
o) Bilas dengan air bersih.
p) Miringkan jenazah ke sebelah kanan, bersihkan dan gosok jenazah seperti point
14 lalu kembalikan ke posisi semula (berbaring0.
q) Bersihkan kotoran pada kuku-kuku jari tangan dan kaki.
r) Bersihkan kemaluan dan daerah sekitarnya dengan air sabun, upayakan tangan
tidak menyentuh kemaluan secara langsung.
s) Bersihkan lubang duburnya sampai benar-benar bersih.
t) Disabun pelan-pelan dengan waslap air sabun, lalu diguyur air sampai bersih.
u) Bilas dengan air bersih dan air kapur barus.
v) Wudhukan, akhiri pemandian.
w) Sesudah bersih, keringkan jenazah dengan handuk bersih atau kain penegering
lainnya. Lepaskan kain basahan dan ganti dengan kain panjang (jarik, lawa)
kering.
x) Jika jenazahnya perempuan rambutnya di pintal/diikat menjadi tiga, sebelum di
kafani jenazah dikerukup kain.
y) Jenazah siap di kafani.2

7) Balasan Untuk Orang Yang Memandikan Jenazah


Bagi orang yang memandikan jenazah disediakan pahala yang besar dengan dua
syarat yang perlu diperhatikan yaitu :
a) Hendaklah merahasiakan apa yang telah dilihatnya dari sang jenazah, termasuk
hal-hal yang mmungkin kurang disenangi.
b) Hendaknya dalam memandikan jenazah hanya semata-mata mencari ridha Allah,
tidak mengharakan balasan apapun dari segala urusan dunia. Hal ini mengingat
ketetapan Allah yang disyariatkan-Nya bahwa Dia tidak mau menerima segala
peribadahan kecuali yang murni ditujukan kepada-Nya.3

2. Mengkafani jenazah
Mengkafani (membungkus) jenazah hukumnya wajib kifayah bagi orang hidup.
Kain diambilkan dari harta si jenazah jika ada, jika tidak ada diwajibkan kepada orang
yang memberi belanja ketika hidupnya, dan jika tidak ada juga dari orang itu, maka

2
Duta Grafika, Tuntunan Praktisn Perawatan Jenazah, (Semarang : Pustaka Nuun, 2005), hlm. 26-35.
3
M. Nashiruddin Al-Albani, Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah, (Jakarta : Gema Insani, 2014), hlm. 47-48.
diambilkan dari baitulmal atau di bebankan kepada orang yang mampu. Kalaupun tidak
ada maka beban ini berada di pundak umat islam.
Batasan kafan paling sedikit selapis kain sekedar untuk menutup seluruh badan si
jenazah. Sebaiknya tiga lapis untuk jenazah laki-laki dan lima lapis untuk jenazah
perempuan. Kain yang digunakan tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah
(pertengahan).

1) Perlengkapan Mengkafani Jenazah


a) Bila yang wafat dewasa hendaknya disediakan kain kafan 11 meter berwarna
putih.
b) Kapas kurang lebih ¼ kg atau secukupnya.
c) Dua ons kapur barus halus atau secukupnya.
d) Minyak wangi (parfum).
e) Gunting untuk memotong kain.

2) Cara Mengkafani Jenazah


a) Letakkan tali pendek pada posisi kepala dan ujung kaki, 60 cm pada lutut dan
tali panjang pada perut dan dada.
b) Letakkan dua lembar kafan seukuran tubuh jenazah diatas tali pocong kain
pertama digeser ke kanan, kain kedua digeser ke kiri (supaya bisa melingkupi
seluruh tubuh).
c) Letakkan kain segitiga penutup kepala pada tali pocong kepala.
d) Letakkan tali panjang melintang pada bagian perut, letakkan selempang kain
untuk badan dengan posisi lubang kepala tepat dibawah kain segitiga, dan tali
pocong kepala dan kain sarung pada perut sampai mata kaki.
e) Letakkan kain cawat pada sambungan kain baju dan sarung untuk penutup
kemaluan jenazah lalu letakkan kapas lipat diatas cawat tersebut.
f) Taburi seluruh bagian penutup tubuh jenazah dengan kapur barus dan mnyak
wangi.
g) Jenazah siap dikafani, letakkan jenazah pada posisi tengah kain dengan kepala
tepat pada lubang baju (perhatikan panjang tubuh dengan lipatan kain).
h) Lipat kearah perut kain bajunya, masukan kepalanya lewat lubang yang ada.
i) Posisikan tangan kanan diatas tangan kiri secara sedekap, lapisi sela-sela
jarinya dengan kapas.
j) Tutupi lubang hidung dan telinganya dengan kapas, tutup pula mata dan
mulutnya dengan kapas.
k) Pakaikan tutup kepalanya, belitkan pada leher supaya tidak kendur.
l) Lipat kedalam kain baju sebalah kanan dulu, baru yang kri lipat pula kain
sarung sebelah kanan dulu baru yang kiri kemudian ikatkan tali
pinggangnya.
m) Lipat kedalam (balutkan) kain panjang sebelah kanan kemudian yang sebalh
kiri , rapikan balutannya.
n) Ikatlah bagian ujung kaki setelah semua kain disatukan dengan tali simpul
satu kali pada sebalah kiri jenazah, kemudian gulung ke atas kain yang diikat
itu sehingga membentuk kelopak mekar.
o) Ikatkan tali pada lututnya dengan tali simpul satu tali simpul satu kali pada
bagian kiri jenazah.
p) Ikatkan tali perut dengan tali simpul satu kali pada bagian dadanya.
q) Ikatkan tali dada dengan tali simpul satu kali pada bagian dadanya.
r) Ikatkan tali pocong kepala setelah semua kain disatukan dengan tali simpul
satu kali pada bagian kiri, gulung ke bawah kain yang diikat itu sehingga
membentuk kelopak.
s) Tutupi jenazah tersebut dengan kain panjang.
t) Posisikan jenazah menghadap kiblat kepala membujur ke arah utara.4

3. Menshalatkan Jenazah

Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk mendoakan jenazah (mayat)
seorang Muslim. Dalam berbagai haditsnya Nabi Muhammad Saw. memerintahkan
kepada kita agar melakukan shalat jenazah ini jika di antara saudara kita yang Muslim
meninggal dunia. Dari hadits-hadits itu jelaslah bahwa shalat jenazah itu sangat
dianjurkan, meskipun anjuran untuk shalat jenazah ini tidak sampai wajib atau fardlu
„ain. Hukum menshalatkan jenazah hanyalah fardlu kifayah.
Adapun yang diwajibkan untuk dishalatkan adalah jenazah orang Islam yang tidak
mati syahid (mati dalam peperangan melawan musuh Islam). Terkait dengan hal ini Nabi
bersabda: “Shalatkanlah olehmu orang yang mengucapkan ”la Ilaha illallah’ (Muslim)”
(HR. ad-Daruquthni). Dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir, ia berkata: “Bahwa
Nabi Saw. Telah memerintahkan kepada para shahabat sehubungan dengan orang-orang
yang
mati dalam peperangan Uhud, supaya mereka dikuburkan beserta darah mereka, tidak
perlu dimandikan dan tidak pula dishalatkan”. (HR. al-Bukhari).

Hukum menshalatkan mayat adalah fardlu kifayah sebagaimana memandikan dan


mengkafaninya. Menshalatkan mayat memiliki keutamaan yang besar, baik bagi yang
menshalatkan maupun bagi mayat yang dishalatkan. Keutamaan bagi yang menshalatkan
mayat dinyatakan oleh Nabi Saw. Dalam salah satu haditsnya:“Barang siapa
menyaksikan jenazah sehingga dishalatkan, maka ia memperoleh pahala satu qirath.
Dan barang siapa menyaksikannya sampai dikubur, maka ia memperoleh pahala dua
qirath. Ditanyakan: “Berapakah dua qirath itu?” Jawab Nabi: “Seperti dua bukit yang
besar” (HR. al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).5

4
Duta Grafika, Tuntunan Praktisn Perawatan Jenazah, (Semarang : Pustaka Nuun, 2005), hlm. 37-45.
5
staff.uny.ac.id/sites/.../dr.../dr-marzuki-mag-perawatan-jenazah.pdf
1) Syarat Menyalatkan Jenazah
a) Syarat-syarat shalat yang juga menjadi syarat shalat jenazah, seperti menutup
aurat, suci badan, dan pakaian, menghadap ke kiblat.
b) Dilakukan sesudah jenazah dimandikan dan dikafani.
c) Letak mayat disebelah kiblat orang yang menyolatkan, kecuali kalau shalat itu
dilaksanakan diatas kubur atau shalat ghaib.

2) Sunat Shalat Jenazah


a) Mengangkat tangan pada waktu mengucapkan takbir-takbir tersebut (takbir 4x).
b) Israr (merendahkan suara bacaan).
c) Membaca auzubillah (ta‟awudz).6

3) Tata Cara Shalat Jenazah


a) Memenuhi syarat-syarat shalat.
b) Berdiri jika mampu.
c) Dengan niat yang ikhlas karena Allah.
d) Takbir pertama kemudian membaca Al- Fatihah.
e) Takbir kedua kemudian membaca shalawat atas Nabi.
f) Takbir ketiga kemudian berdoalah dengan ikhlas bagi jenazah.
g) Takbir keempat dengan berdoa kembali.
h) Salam.7

4. Menguburkan Jenazah
Kewajiban yang keempat terhadap jenazah ialah menguburkannya. Hukum
menguburkan jenazah adalah fardu kifayah atas yang hidup. Dalamnya kuburan
sekurang-kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk jenazah itu dari atas kubur dan
tidak dapat dibongkar oleh binatang buas , sebab maksud menguburkan mayat ialah
untuk menjaga kehormatan mayat itu dan menjaga kesehatan orang-orang yang ada
disekitar tempat itu.
1) Sunat Yang Bersangkutan Dengan Kubur
a) Ketika memasukan jenazah kedalam kubur, sunat menutupi bagian atasnya
dengan kain atau yang lainnya kalau mayat itu perempuan.
b) Kuburan itu sunat ditinggikan kira-kira sejengkal dari tanah biasa, agar diketahui.
c) Kuburan lebih baik didatrakan daripada dimunjungkan.
d) Menandai kuburan dengan batu atau yang lainnya di sebelah kepalanya.
e) Menaruh kerikil (batu kecil) diatas kuburan.
f) Menyiram kuburan dengan air.

6
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2013), hlm. 171-186.
7
DKAH Rustam, Fikih Ibadah Kontemporer, (Semarang : CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm.
g) Sesudah jenazah dikuburkan orang yang mengantrakannya disunatkan berhenti
sebentar untuk mendoakannya (memintakan ampun dan minta supaya ia
mempunyai keteguhan dalam menjawab pertanyaan malaikat).

2) Persiapan Menguburkan Jenazah


Siapkan liang kubur sedalam 150-200 cm, lebar 80-100 cm, papan penutup liang
lahat, cangkul dan gelu (pengganjal dari tanah).

3) Cara/Teknik Menguburkan Jenazah


a) Letakkan jenazah di seblah barat liang lahat (sesuaikan dengan ruangan dan
kondisi setempat).
b) Siapkan tiga orang dewasa yang kua dan sehat di dalam liang lahat untuk
menerima jenazah.
c) Angkat jenazah dengan cara merangkulnya (tangan kiri menyangga bawah,
tangan kanan memeluk oleh tiga orang dewasa yang kuat.
d) Memasuka jenazah dari arah kaki kubur dengan catatan jika tidak ada kesulitan
untuk itu.
e) Bagi mayat perempuan ketika menguburkan sunnah untuk ditutup dengan tirai
kain.
f) Bagi mayat perempuan maka sebaiknya yang memasukan kedalam kuburnya
adalah muhrimnya, maka orang tua jika mampu. Perlu diperhatikan orang yang
ikut menurunkan jenazah wanita kedalam kubur, hendaknya orang yang
malamnya tidak menggauli istri meskipun sudah bersih dari hadas.
g) Masukkan jenazah ke liang lahat dengan membaca doa ini tiga kali.

“Dengan nama Allah dan atas nama agama Rasulullah.” (HR. Tirmidzi dan
Abu Daud).
h) Penerima jenazah menyambut dengan tangan kanan menyangga tubuh dan tangan
kiri memegang pocong kepalanya, juga dengan ujung jari kakinya.
i) Masukkan jenazah ke liang kubur dengan posisi miring ke kanan, buka semua tali
simpulnya. Kemudian lepaskanlah ikatan kain kafan di bagian kepala dan kaki
jenazah.
j) Letakkan jenazah di lahat dalam posisi miring ke kanan dan mukanya menghadap
ke kiblat dan rapatkan ke dinding agar jangan bergeser letaknya serta berikan
sandaran dari bongkahan tanah di belakangnya agar tidak terbalik ke belakang.
k) Buka kain luarnya sehingga tampak wajah dan kakinya, ciumkan hidung dan
pipinya ke tanah demikian juga dengan ujung kakinya.
l) Ganjal tubuh jenazah dengan bongkahan tanah pada posisi tengkuk, punggung,
pinggang belakang lutut dan belakang mata kaki.
m) Tutup liang lahat dengan papan kayu/bambu.
n) Setelah itu mayat hendaklah ditutup dengan kepingan atau bongkahan tanah atau
papan agar tanah penimbun tidak langsung menimpa papan penutup mayat.
o) Sunnah sebelum menimbun kuburan., terlebih dahulu memasukan tiga genggam
tanah dari arah kepalanya setelah itu barulah ditimbun seluruhnya.
p) Timbun liang kubur dengan tanah galian tersebut, buat gundukan diatas kubur.
q) Pasang nisan pada sisi utara dan selatan.
r) Doa.
s) Selesai.

4) Larangan Yang Bersangkutan Dengan Kuburan


a) Menembok kuburan.
b) Duduk diatasnya.
c) Membuat rumah diatasnya.
d) Membuat tulisan-tulisan diatasnya.
e) Membuat pekuburan menjadi mesjid.8

5. Hikmah Merawat Jenazah


a) Penunaian hak seorang muslim dengan muslim lainnya.
b) Menunjukan ukhuwah islamiyah yang kuat diantara sesama muslim.
c) Membantu meringankan beban keluarga si jenazah dan sebagai pernyataan bela
sungkawa atas musibah yang menimpanya.
d) Mengingatkan dan menyadarkan diri masing-masing bahwa setiap manusia pasti
akan datang ajalnya dan karenanya supaya mereka masing-masing
mempersiapkan bekal untuk hidup sesudah mati.
e) Sebagai bukti bahwa manusia itu adalah makhluk yang mulia sehingga apabila ia
meninggal jenazahnya harus dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut
perintah Allah SWT dan sunnah Rasulullah.9

8
H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2013), hlm. 171-186.
9
Duta Grafika, Tuntunan Praktisn Perawatan Jenazah, (Semarang : Pustaka Nuun, 2005), hlm. 76.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kehadiran manusia di alam dunia sebenarnya merupakan bagian kedua dari
seluruh perjalanan hidupnya di alam semesta. Sebelumnya manusia menjalani hidupnya
dialam arwah atau alam kandungan, kemudian ia dilahirkan dialam dunia, setelah itu ia
akan melewati sakaratul maut menemui ajal dan memasuki alam barzah atau alam kubur
dan terakhir manusia akan memasuki alam akhirat.
Fase-fase perjalanan manusia dari alam ke alam ini merupakan ketetapan Allah
SWT. Perjalanan manusia yang telah digariskan Allah SWT sesungguhnya menjadi
peringatan bagi kita bahwa kematian (ajal) pasti akan datang menjemput sebagai sebuah
sunatullah. Tidak mungkin maju atau mundur dan tidak ada yang bisa menolak bahkan
mencegahnya.
Ketika ajal menjemput barulah kita menyadari bahwa tidak ada yang bisa kita
bawa kecuali tiga hal, 1. Shadaqah jariyah 2. Ilmu yang bermanfaat 3. Anak shalih yang
senantiasa mendoakan kedua orangtuanya.

B. PENUTUP
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi bukan
berarti makalah ini tidak berguna. Besar harapan kami makalah ini dapat menjadi
referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA

Manaf Moenir, 1993, Pilar Ibadah dan Doa, Bandung : Angkasa.

Grafika Duta, 2005, Tuntunan Praktisn Perawatan Jenazah, Semarang : Pustaka Nuun.

Al-Albani M. Nashiruddin, 2014, Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah, Jakarta : Gema Insani.

DKAH Rustam, 2015, Fikih Ibadah Kontemporer, Semarang : CV. Karya Abadi Jaya

Rasjid Sulaiman, 2013, Fiqh Islam, Bandung : Sinar Baru Algesindo.

staff.uny.ac.id/sites/.../dr.../dr-marzuki-mag-perawatan-jenazah.pdf

Anda mungkin juga menyukai