Anda di halaman 1dari 14

Kekuasaan dan politik

Makalah :

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Pengantar ilmu politik pada Program studi Hukum Tata Negara
(Siyasah Syar’iyyah)

Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone

Oleh :

JUSRIANA

742352021142

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


TAHUN 2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul
“kekuasaan dan politik" dapat tersusun hingga selesai. Dan harapan semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepan nya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,
tentu saja masih terdapat berbagai kekurangan dalam makalah ini, oleh karenanya pembaca diharapkan kritik
maupun sarannya demi kesempurnaan makalah ini.

Watampone, 13 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakekst dari kekuasaan.

B. Hakekat dari politik.

C. Hubungan antara kekuasaan dan politik.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, kita sering mendengar kata kekuasaan dan politik.
Kedua kata ini sering dihubungkan satu sama lain. Namun, untuk memahami tentang apa itu kekuasaan
dan politik, serta apa hubungan di antara keduanya, memerlukan pembahasan yang luas dan rinci. Hal
ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan dan menggunakannya. Jika kita melakukan
sesuatu tanpa ilmu, kita bisa mencelakakan diri kita sendiri, bahkan orang lain. Begitu pula dengan
kekuasaan dan politik. Di Negara Republik Indonesia ini, tidak sedikit yang memandang bahwa
kekuasaan dapat diperoleh melalui politik. Atau dengan kata lain, politik adalah jalan untuk mencapai
kekuasaan. Pandangan seperti itulah yang menyebabkan begitu banyak orang mendalami dunia politik
hanya demi mendapatkan kekuasaan. Banyak orang yang mengejar kekuasaan tanpa memahami apa
sesungguhnya dan bagaimana cara menggunakan kekuasaan yang dimilikinya. Dan banyak orang pula
yang akhirnya menganggap bahwa politik itu sesuatu yang tidak baik. Untuk itu, pemahaman yang benar
mengenai kekuasaan dan politik sangatlah penting.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, timbul masalah-masalah yang
dirumuskan dalam makalah ini, di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Apa hakekat dari kekuasaan ?

b. Apa hakekat dari politik ?


c. Seperti apakah hubungan antara kekuasaan dan politik ?

C. Tujuan perumusan masalah


Untuk mengetahui hakekat dari kekuasaan, politik dan hubuangan antara kekuasaan dan politik

BAB II

ISI
A. Hakekat Kekuasaan

1. Pengertian Kekuasaan
Ada beberapa pandangan mengenai arti kekuasaan, di antaranya :

a. Menurut Miriam Budiardjo, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk
mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku.
b. Menurut Ramlan Surbakti, kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain
untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi.
c. Menurut Gibson, kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk memperoleh sesuatu sesuai
dengan cara yang dikehendaki.
d. Menurut Russel, kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh, sedangkan
alasan adalah penggunaan pengaruh yang sebenarnya.

Pada intinya, kekuasaan diartikan sebagai kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi cara
berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang diinginkannya.

2. Sumber Kekuasaan

Robbins membagi sumber kekuasaan menjadi dua, yaitu kekuasaan formal dan kekuasaan personal.
Kekuasaan formal didasarkan pada posisi individu dalam organisasi, meliputi :

a. Kekuasaan paksaan (coercive power), didasarkan pada rasa takut.


b. Kekuasaan imbalan (reward power), adanya pemberian imbalan yang bermanfaat.
c. Kekuasaan hukum (legitimate power), lebih luas daripada kekuasaan paksaan dan imbalan
karena dapat mengendalikan sumber daya organisasi.
d. Kekuasaan informasi (information power), berasal dari akses dan pengendalian atas informasi.

Berbeda dengan kekuasaan formal, kekuasaan personal tidak didasarkan pada posisi formal individu
dalam organisasi. Ada tiga dasar atau sumber dari kekuasaan personal, yaitu :

a. Kekuasaan pakar (expert power), didasarkan pada keahlian atau keterampilan istimewa, dan
pengetahuan.
b. Kekuasaan rujukan (referent power), didasarkan pada identifikasi orang yang mempunyai
sumber daya atau ciri pribadi yang diinginkan orang lain.
c. Kekuasaan kharismatik (charismatic power), merupakan perluasan dari kekuasaan rujukan yang
berasal dari kepribadian dan gaya interpersonal.

3. Unsur Kekuasaan
Kekuasaan terdiri dari tiga unsur, yaitu tujuan, cara, dan hasil. Kekuasaan dapat digunakan untuk
tujuan yang baik dan yang tidak baik. Tujuan dari penggunaan kekuasaan biasanya akan
mempengaruhi cara yang dipilih oleh individu atau kelompok yang memiliki kekuasaan. Jika
pemegang kekuasaan memiliki tujuan yang baik, maka cara yang dipilih juga akan baik. Dan
sebaliknya, jika pemegang kekuasaan menghendaki tujuan yang tidak baik, maka cara yang
digunakan juga tidak baik, misalnya dengan mengancam. Kemudian, unsur yang terakhir atau hasil
dari kekuasaan dapat dilihat dari jumlah individu yang dapat dikendalikan atau dipengaruhi, dan
seberapa besar pengaruh kekuasaan tersebut. Sikap pihak yang dikuasai, turut menentukan kualitas
kekuasan yang berlaku atas dirinya. Jika diterima dan didukung, maka kekuasaan itu merupakan
wibawa. Kekuasaan yang demikian tidak banyak memerlukan paksaan (kekuatan) dalam
penggunannya.

4. Perbedaan Kekuasaan dan Kepemimpinan


Keberhasilan seorang pemimpin banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memahami situasi
serta ketrampilan dalam menentukan macam kekuasaan yang tepat untuk merespon tuntutan
situasi. Karena itu, kekuasaan sering dianggap sebagai persamaan dari kepemimpinan. Padahal
kekuasaan tidak bisa disamakan dengan kepemimpinan. Beberapa perbedaan di antara keduanya,
ialah :

a. Kekuasaan tidak menuntut kompatibilitas sasaran, melainkan sekedar menuntut


ketergantungan. Sedangkan kepemimpinan menuntut kompatibilitas antara sasaran
pemimpinnya dengan para pengikutnya.
b. Kekuasaan dapat digunakan oleh individu atau kelompok untuk mengendalikan individu atau
kelompok lain. Sedangkan kepemimpinan hanya berfokus pada pengaruh ke bawah (bawahan),
dan meminimalkan pola pengaruh ke samping atau sejajar dan ke atas.
c. Untuk memperoleh kepatuhan, kekuasaan menekankan pada taktik yang digunakan. Sedangkan
kepemimpinan lebih menekankan pada gaya interpersonal.

5. Taktik Kekuasaan
Taktik atau strategi diperlukan dalam melakukan sesuatu atau mencapai tujuan tertentu. Dengan
strategi yang tepat, tujuan pun akan tercapai. Berkaitan dengan kekuasaan, Stephen P. Robbins
mengidentifikasi tujuh dimensi atau strategi dalam menggunakan kekuasaan, antara lain :

a. Nalar, yaitu dengan menggunakan fakta dan data untuk membuat penyajian gagasan yang logis
dan rasional.
b. Keramahan, dengan menggunakan sanjungan, penciptaan goodwill, bersikap rendah hati, dan
bersahabat sebelum mengemukakan suatu permintaan.
c. Koalisi, melalui mencari dukungan orang lain dalam organisasi untuk mendukung keinginananya.
d. Tawar-menawar, yaitu menggunakan perundingan melalui pertukaran manfaat atau
keuntungan.
e. Ketegasan, dapat menggunakan pendekatan yang langsung dan kuat seperti menuntut
permintaan, mengulangi peringatan, memerintahkan mempunyai kepentingan atau idenya
sendiri.
f. individu melakukan apa yang dimintaannya, dan menunjukkan bahwa aturan menuntut
pematuhan.
g. Otoritas lebih tinggi, yaitu mencari dukungan dari tingkat lebih tinggi dalam organisasi untuk
mendukung permintaan.
h. Sanksi, berupa penggunaan imbalan dan hukuman yang ditentukan oleh organisasi seperti
mencegah atau menjanjikan kenaikan gaji, mengancam memberikan penilaian kerja yang tidak
memuaskan atau menahan promosi.

B. Hakekat Politik
1. Pengertian Politik

Politik berasal dari Bahasa Yunani “politeia” yang berarti kiat memimpin kota (polis). Secara prinsip,
politik merupakan upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan
masyarakat. Menurut Arsitoteles, politik adalah usaha warga negara dalam mencapai kebaikan bersama
atau kepentingan umum. Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dari
definisi yang bermacam-macam tersebut, konsep politik dapat dibatasi menjadi :
a. Politik sebagai kepentingan umum

Politik merupakan suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan dan jalan, cara, serta alat yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan
jalan, cara, dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan itu. Politik
dalam pengertian ini adalah tempat keseluruhan individu atau kelompok bergerak dan masing-masing
mempunyai kepentingan atau idenya sendiri.

b. Politik dalam arti kebijaksanaan


Politik dalam arti kebijaksanaan (policy) adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita, keinginan atau keadaan yang kita
kehendaki. Kebijaksanaan adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau
kelompok politik dalam usaha memilih tujuantujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu.

2. Politik Nasional
Untuk mencapai kehidupan nasional yang diinginkan, maka politik nasional merupakan jalan dan cara
serta alat yang dipergunakan dalam pencapaiannya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa politik
nasional adalah asas, haluan, kebijaksanaan, dan usaha negara tentang pembinaan (perencanaan,
pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian), serta penggunaan secara totalitas dari potensi
nasional untuk mencapai tujuan nasional melalui pembangunan nasional. Politik nasional ini meliputi
antara lain :

a. Politik dalam negeri yang diarahkan kepada mengangkat, meninggikan dan memelihara harkat,
derajat dan potensi rakyat Indonesia yang pernah mengalami kehinaan dan kemelaratan akibat
penjajahan, menuju sifat-sifat bangsa yang terhormat dan dapat dibanggakan.
b. Politik luar negeri yang bersifat bebas aktif, anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala
bentuk dan manifestasinya, mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanat penderitaan
rakyat serta diarahkan kepada pembentukan solidaritas antarbangsa.
c. Politik ekonomi yang bersifat swasembada dan swadaya tanpa mengisolasi diri, tetapi diarahkan
kepada peningkatan taraf hidup dan daya kreasi rakyat Indonesia.
d. Politik pertahanan dan keamanan yang ke luar bersifat defensif aktif dan diarahkan kepada
pengamanan dan perlindungan bangsa dan negara serta usaha-usaha nasional. Dan ke dalam
bersifat perventif aktif untuk menanggulangi segala macam tantangan, ancaman, dan hambatan
serta gangguan yang timbul.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi politik nasional, yaitu :


a. Ideologi dan politik

Potensi ideologi dan politik dihimpun dalam pengertian kesatuan dan persatuan nasional yang
menggambarkan kepribadian bangsa, keyakinan atas kemampuan sendiri dan yang berdaulat serta
berkesanggupan untuk menolong bangsa-bangsa yang masih dijajah guna mencapai kemerdekaannya.
b. Ekonomi

Kesuburan, kekayaan alam, maupun tenaga kerja yang terdapat di Indonesia merupakan potensi
ekonomi yang sangat besar, bukan saja untuk mencukupi keperluan sendiri, tetapi juga negara lain.
Secara fisik Indonesia juga menduduki posisi silang antara Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik
serta Benua Asia dan Benua Australia yang merupakan titik temu dari berbagai bentuk interaksi
kehidupan sosial internasional.
c. Sosial budaya

Keberagaman dalam berbagai segi kehidupan bangsa merupakan sesuatu yang harus dipersatukan agar
menjadi kekuataan. Segala daya dan dana harus dikerahkan dan dimanfaatkan untuk mewujudkan dan
memelihara kebhinekatunggalikaan bangsa Indonesia untuk ditransformasikan.

d. Pertahanan keamanan
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang lahir dalam kancah revolusi fisik Indonesia, tumbuh
menjadi kekuatan militer modern dan merupakan inti sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta.
Manunggalnya ABRIRakyat adalah syarat mutlak dalam pembangunan nasional, bukan hanya karena
alasan historis, tetapi juga sebagai kekuatan bangsa yang tak terpisahkan.
3. Perilaku Politik

Perilaku politik (politic behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh individu atau kelompok guna
memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik. Individu atau kelompok diwajibkan oleh negara
untuk melakukan hak dan kewajibannya dalam perilaku politik, contohnya :

a. Memilih wakil rakyat atau pemimpin


b. Mengikuti suatu partai politik dan lembaga atau organisasi masyarakat
c. Ikut serta dalam pesta politik
d. Memberikan kritik atau saran kepada pelaku politik
e. Berhak untuk menjadi pemimpin politik
f. Berperilaku politik sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku

Perilaku politik dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Robbins membedakan perilaku politik
menjadi dua :
a. Perilaku politik sah, mengacu pada politik sehari-hari yang normal sesuai dengan peraturan, seperti
membentuk koalisi.
b. Perilaku politik tidak sah, merupakan perilaku politik ekstrim yang melanggar peraturan yang berlaku,
misalnya melakukan sabotase.

Selain perilaku politik menurut Robbins di atas, secara umum perilaku politik masyarakat juga dapat
dibedakan menjadi sebagai berikut :

a. Radikal
Perilaku politik radikal, yaitu sikap perilaku warga negara yang tidak puas terhadap keadaan
yang ada serta menginginkan perubahan yang cepat dan mendasar. Orang yang bersifat radikal
biasanya tidak mengenal kompromi dan tidak mengindahkan orang lain serta cenderung ingin
menang sendiri.
b. moderat
Perilaku moderat adalah perilaku politik masyarakat yang telah cukup puas dengan keadaan
yang ada dan bersedia maju, tetapi tidak menerima sepenuhnya perubahan, apalagi perubahan
yang cepat seperti kelompok radikal.

c. Status quo
Perilaku status quo adalah sikap politik dari warga negara yang sudah puas dengan keadaan
yang ada dan berlaku, serta berusaha mempertahankannya.
d. Konservatif
Perilaku konservatif adalah perilaku politik masyarakat yang sudah puas dengan keadaan yang
sudah ada dan cenderung menolak atau menutup diri dari perubahan.
e. Liberal
Perilaku politik liberal, yaitu sikap perilaku politik masyarakat yang berpikir bebas dan ingin terus
maju. Kaum liberal menginginkan perubahan progresif secara cepat. Perubahan yang diinginkan
berdasarkan hukum atau kekuatan legal untuk mencapai tujuan.

Perilaku politik individu atau kelompok dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya :

a. Minat terhadap politik


b. Kepekaan sosial
c. Kemampuan berorganisasi
d. Kondisi perekonomian
e. Lingkungan sosial

C. Hubungan Kekuasaan dan Politik

Politik dan kekuasaan adalah sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap , tetapi agak sulit
untuk mengukurnya tetapi penting untuk dipelajari dalam perilaku keorganisasian , karena dapat
mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi.

Politik dan kekuasaan tidak hanya terjadi pada sistem pemerintahan , namun politik juga terjadi pada
organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok , bahkan pada unit keluarga. Politik
adalah suatu jaringan interaksi antarmanusia dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan digunakan.
Politik dijalankan untuk menyeimbangkan individu karyawan dan manajer , serta kepentingan
organisasi. Ketika keseimbangan tersebut tercapai, kepentingan individu akan mendorong kepentingan
organisasi.

Menurut Arsitoteles, politik adalah usaha warga negara dalam mencapai kebaikan bersama atau
kepentingan umum. Politik juga dapat diartikan sebagai proses pembentukan kekuasaan dalam
masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Dari
definisi yang bermacam-macam tersebut, konsep politik dapat dibatasi menjadi:

Politik sebagai kepentingan umum

Politik merupakan suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan dan jalan, serta alat yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu, atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara,
dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan itu. Politik dalam
pengertian ini adalah tempat keseluruhan individu atau kelompok bergerak dan masing-masing memiliki
kepentingan atau idenya sendiri.
Politik dalam arti

politik dalam arti keinginan ( kebijakan) adalah pertimbangan - pertimbangan tertentu yang dianggap
lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita, atau keadaan yang kita kehendaki. Kebijaksanaan
adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha
memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan itu.

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau
kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo, 2003). Studi tentang kekuasaan
dan pengaruhnya sangat penting untuk bagaimana organisasi melakukan aktivitasnya. Sangat
memungkinkan untuk melibatkan kekuasaaan ( power ) dalam setiap interaksi dan hubungan sosial pada
organisasi . Orang cenderung untuk mempengaruhi individu lain dan organisasi dalam setiap tindakan
atau perilakunya dengan melakukan pengaruh sosial dan tindakan (Greenberg & Baron, 2000).

Kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi cara berpikir dan
berperilaku orang lain sesuai dengan yang diinginkannya. Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari
berbagai sumber yang dibedakan menjadi kekuasaan formal dan kekuasaan pribadi. Kekuasaan biasanya
identik dengan politik . Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus
dan mengendalikan urusan masyarakat .

Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan oleh pelaku politik sebagai
pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal,
pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur kepentingan semua
orang yang ada dalam organisasi , bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok . Untuk itu,
kehadirannya sangat dibutuhkan agar tumbuh kepercayaan para anggota organisasi para pemegang
kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.

Heryawan Ahmad (2009), menyebutkan bahwa perilaku kekuasaan merupakan konsep yang berkaitan
dengan . Kekuasaan dipandang sebagai gejala yang selalu terdapat dalam proses politik . Dalam kamus
ilmu politik terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan kekuasaan ( power ), seperti pengaruh
(pengaruh), persuasi ( persuasi ), kekuatan (kekuatan), paksaan (kekerasan) dan lain sebagainya.

Pengaruh adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mengubah sikap dan perilakunya
secara sukarela. Persuasi adalah kemampuan mendorong orang lain dengan argumentasi untuk
melakukan sesuatu. Force adalah penggunaan tekanan fisik, seperti membatasi kebebasan,
menimbulkan rasa sakit ataupun membatasi pemenuhan kebutuhan biologis pihak lain untuk melakukan
sesuatu. Pengertian paksaan adalah peragaan kekuasaan atau ancaman dan paksaan yang dilakukan
oleh seseorang atau kelompok lain agar tindakan dan tindakan sesuai dengan kehendak pihak pemilik
kekuasaan.

Dari konsep di atas, kekuasaan politik dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-
sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan sehingga
keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya atau masyarakat pada umumnya. Bila seseorang
suatu organisasi , atau suatu partai politik bisa mengorganisasi berbagai badan negara yang relevan
misalnya membuat aturan yang melarang suatu hal atau perkara, maka mereka memiliki kekuasaan
politik.

Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan , kemampuan untuk membuat orang lain
melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa . Seorang polisi
yang bisa mengejar mobil di jalan, tidak berarti dia memiliki kekuasaan , tetapi dia memiliki wewenang
yang diperolehnya dari UU Lalu Lintas. Sehingga, bila seorang pemegang kewenangan melaksankan
kewenangannya tidak sesuai dengan mandat peraturan yang ia jalankan, maka dia telah
menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu dia bisa dikenakan sanksi.

Hasrat untuk memiliki kekuasaan merupakan keadaan alamiah manusia, bertahan seperti yang dimiliki
oleh Sartre dan Nietsche . Bagi Sartre, kebutuhan dasar manusia adalah dianggap penting dan dihargai.
Sementara bagi Nietsche, manusia pada dasarnya selalu didasarkan pada keinginan untuk menjadi
manusia super, manusia yang berkuasa. Dalam konteks kedudukan politik , boleh jadi keinginan manusia
alam inilah yang mendorong seseorang untuk mengejar kekuasaan politik. Menurut Lord Acton (dalam
Greenberg dan Baron, 2000) kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan absolut pasti korup. Hal itu
sudah diketahui banyak orang, khususnya yang mengawasi praktik kekuasaan atau politik, baik di
pemerintahan , korporasi, maupun organisasikemasyarakatan

Ramlan Surbakti dalam bukunya yang berjudul Memahami Ilmu Politik, menyebutkan bahwa kekuasaan
merupakan konsep yang berkaitan dengan perilaku. Kekuasaan dipandang sebagai gejala yang selalu
terdapat dalam proses politik. Dalam kamus ilmu politik terdapat beberapa konsep yang berkaitan
dengan kekuasaan (power), seperti influence (pengaruh), persuasion (persuasi), force (kekuatan),
coercion (kekerasan) dan lain sebagainya.

Influence adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar mengubah sikap dan perilakunya
secara sukarela. Persuasion adalah kemampuan meyakinkan orang lain dengan argumentasi untuk
melakukan sesuatu. Force adalah penggunaan tekanan fisik, seperti membatasi kebebasan,
menimbulkan rasa sakit ataupun membatasi pemenuhan kebutuhan biologis pihak lain agar melakukan
sesuatu. Pengertian coercion adalah peragaan kekuasaan atau ancaman dan paksaan yang dilakukan
oleh seseorang atau kelompok terhadap pihak lain agar bersikap dan berperilaku sesuai dengan
kehendak pihak pemilik kekuasaan.
Dari konsep di atas, kekuasaan politik dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan sumber-
sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik sehingga
keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya ataupun masyarakat pada umumnya. Bila
seseorang, suatu organisasi, atau suatu partai politik bisa mengorganisasi sehingga berbagai badan
negara yang relevan misalnya membuat aturan yang melarang atau mewajibkan suatu hal atau perkara,
maka mereka mempunyai kekuasaan politik.
Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority), kemampuan untuk membuat
orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa.
Seorang polisi yang bisa menghentikan mobil di jalan, tidak berarti dia memiliki kekuasaan, tetapi dia
memiliki kewenangan yang diperolehnya dari UU Lalu Lintas. Sehingga, bila seorang pemegang
kewenangan melaksankan kewenangannya tidak sesuai dengan mandat peraturan yang ia jalankan,
maka dia telah menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu dia bisa dituntut dan dikenakan sanksi.
Hasrat untuk memiliki kekuasaan merupakan keadaan alamiah manusia, persis seperti yang
dimaksudkan oleh Sartre dan Nietsche. Bagi Sartre, kebutuhan dasar manusia adalah dianggap penting
dan dihargai. Sementara bagi Nietsche, manusia pada dasarnya selalu didorong oleh hasrat untuk
menjadi manusia super, manusia yang berkuasa. Dalam konteks kedudukan politik, boleh jadi hasrat
manusia alamiah inilah yang mendorong seseorang mengejar kekuasaan politik. Menurut Lord Acton,
kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan absolut pasti korup. Hal itu sudah diketahui banyak orang,
khususnya yang memperhatikan praktik kekuasaan atau politik, baik di pemerintahan, korporasi,
maupun organisasi kemasyarakatan
Di sisi lain, karena politik berusaha mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat, politik juga dapat
dijadikan sarana untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran kepada masyarakat luas. Namun, yang
terjadi justru sebaliknya. Orang-orang yang melalui proses politik sekaligus diberi amanah untuk bekerja
untuk rakyat malah menjadi orang pertama yang mengkhianati amanah itu, dengan mengedepankan
kepentingan pribadi dan golongannya sendiri di atas kepentingan rakyat. Jadi, sebenarnya orang-orang
yang bekerja dalam orbit politiklah, dan bukan politik itu sendiri, yang telah membuat stigma dan label
bahwa politik selalu berorientasi pada kekuasaan

BAB
III
A. Kesimpulan
Pada hakekatnya, kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk
mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang diinginkannya.
Kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dibedakan menjadi kekuasaan
formal dan kekuasaan personal. Kekuasaan biasanya identik dengan politik. Politik sendiri
diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan
masyarakat. Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan oleh pelaku
politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik hanyalah untuk
mendapatkan kekuasaan. Padahal, pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik
bertujuan untuk mengatur kepentingan masyarakat seluruhnya, bukan untuk kepentingan
pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar
tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta
kenyamanan dalam kehidupan.

B. Saran
Tentunya penulis sudah menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. oleh karena itu, kami mengharapkan adanya masukan
kritik dan saran yang dapat membangun dari para pembaca agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adhari, Yodi. 2009. Perilaku Politik.Online. Tersedia :


http://yodiadhari.ngeblogs.com/2009/11/25/perilaku-politik-sesuai-aturan.
Amin, Z. I. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Universitas Terbuka.
Heryawan, Ahmad. 2009. Kekuasaan Politik. Online. Tersedia :
http://www.ahmadheryawan.com/kolom/3840-kekuasaan-politik.html.
Nugroho, Rino. 2009. Kekuasaan dan Politik Dalam Perilaku Organisasi. Online. Tersedia :
http://rinoan.staff.uns.ac.id/files/2009/06/kekuasaan-politik.
Wikipedia.2009.Kekuasaan Politik. Online.Tersedia
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan_politik.

Anda mungkin juga menyukai