Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Baik dalam riset maupun praktik, kekuasaan dan politik telah digambarkan sebagai
sesuatu yang buruk. Bahwa kekuasaan dan perilaku politik merupakan proses alamiah dalam
kelompok atau organisasi apa pun. Mengingat bahwa, perlu mengetahui bagaimana
kekuasaan diperoleh dan dijalankan jika telah memahami sepenuhnya mengenai perilaku
organisasi. Meskipun kita pernah mendengar bahwa “kekuasaan merusak dan kekuasaan
mutlak dapat merusak sepenuhnya”, kekuasaan tidak selalu buruk. Pada kesempatan ini
bagaimana kita dapat mengetahui bagaimana contoh-contoh dari suatu permasalaahan yang
dapat kita ketahui bersama bahwa permasalahan ialah terletak pada subjek kepemimpinan.
Seperti yang dikatakan salah seorang pengarang, bahwa sebagian besar obat-obatan dapat
membunuh jika diberikan dalam dosis yang salah, dan ribuan orang meninggal setiap
tahunnya dalam kecelakaan kendaraan bermotor, tetapi tidak bisa meninggalkan bahan kimia
atau mobil karena bahaya yang terkait dengannya. Sebaliknya, kita menganggap bahwa
bahaya merupakan sebuah insentif untuk mendapatkan pelatihan dan informasi yang akan
membantu kita untuk memanfaatkannya untuk mempercepat langkah secara produktif. Dua
hal yang sama berlaku pada kekuasaan. Ini merupakan kenyataan kehidupan dalam
organisasi, dan tidak akan hilang. Dengan mempelajari cara kerja kekuasaan di dalam
organisasi, kita akan lebih dapat memanfaatkan pengetahuan dengan baik untuk menjadi
seorang manajerial yang efektif.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dan perbedaan antara kekuasaan dan kepemimpinan?


2. Bagaimana penjelasan tentang pilar-pilar kekuasaan?
3. Bagaimana perilaku politik dalam organisasi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan antara kekuasaan dan kepemimpinan.


2. Untuk mengetahui pilar atau dasar kekuasaan.
3. Untuk mengetahui perilaku politik dalam organisasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Memahami kekuasaan dan kepemimpinan


a. Pengertian Kekuasaan dan kepemimpinan
 Kekuasaan

Kekuasaaan mengacu pada kapasitas yang dimiliki A untuk memengaruhi


perilaku B, sehingga B melakukan sesuai keinginan A.
Seseorang bisa jadi memiliki kekuasaan tapi tidak menggunakannya; baik berupa
kemampuan maupun potensial. Mungkin aspek yang paling penting dari kekuasaan
adalah apakah terdapat fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan B
terhadap A, semakin besar kekuasaan A dalam hubungan tersebut. Ketergantungan
berdasarkan pada alternative yang diterima A dan seberapa penting bagi B mengenai
alternative control A. Seseorang dapat memiliki kekuasaan atas anda hanya jika dia
memiliki kontrol terhadap apa yang anda inginkan. Jika anda menginginkan gelar
sarjana dan mengambil mata kuliah untuk meraihnya, dan dosen anda adalah satu-
satunya anggota di dalam kampus yang mengajarkan mata kuliah tersebut, maka dia
memiliki kekuasaaan atas anda

 Kepemimpinan

Kita mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk memengaruhi


suatau kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan. Sumber
dari pengaruh ini dapat secara formal, seperti yang dilakukan dengan peringkat
manajerial di dalam organisasi. Tetapi tidak semua pemimpin adalah para manajer,
demikian pula tidak semua manajer adalah pemimpin. hanya karna organisasi
memberikan para manajernya hak-hak formal tertentu, tidak memberikan jaminan
bahwa mereka akan memimpin secara efektif. Kepemimpinan yang tidak dikenakan
sanksi-kemampuan untuk mempengaruhi yang muncul di luar struktur formal
organisasi-sering kali sama penting atau lebih penting dari pada pengaruh secara
formal. Para pemimpin dapat muncul dari dalam kelompok maupun dengan
penunjukan secara resmi.
Organisasi memerlukan kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat
untuk efektifitas yang optimal. Kita memerlukan para pemimpin untuk menantang
status quo, menciptakan visi masa depan, dan menginspirasi para anggota organisasi

2
untuk mencapai visi. Kita juga memerlukan para manajer untuk merumuskan rencana
yang terperinci, menciptakan struktur organisasi yang efisien dan mengawasi kegiatan
operasional sehari-hari. Contoh kepemimpinan : Pelajari dan selesaikan masalah ;
Seorang pemimpin direkrut, dilatih, dan dipilih untuk menyelesaikan masalah dan
mencari peluang pasar. Tidak hanya kecerdasan yang dibutuhkan, tapi juga
kemampuan menganalisa yang baik dan skill lain yang tidak dimiliki oleh rekanan
lainnya.

b. Membedakan Kepemimpinan dengan Kekuasaan


Suatu perbandingan dari gambaran kita mengenai kekuasaan dengan gambaran
kita mengenai kepemimpinan dalam Bab 12 mengungkapkan bahwa konsep tersebut
sangat terjalin dengan erat. Para pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai sarana
untuk memperoleh tujuan-tujuan kelompok.
Bagaimana membedakan dua istilah tersebut? Kekuasaan tidak memerlukan
kesesuaian tujuan, hanya ketergantungan semata. Kepemimpinan, pada sisi lain,
memerlukan beberapa kesesuaian diantara tujuan-tujuan pemimpin dengan yang
dipimpin. Perbedaan kedua terkait dengan arahan dari pengaruh. Kepemimpinan
menitikberatkan pada pengaruh kea rah bawah kepada para pengikut. Hal ini dapat
meminimalkan pentingnya pola pengaruh yang lateral dan ke arah bawah. Kekuasaan
tidak demikian. Masih dalam perbedaan lainnya, riset mengenai kepemimpinan, pada
sebagian besar bagian, lebih menekankan pada gaya. Mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan seperti: Seberapa suportifkah para pemimpin seharusnya? Berapa banyak
pengambilan keputusan yang harus dibagikan dengan para pengikut? Sebaliknya, riset
mengenai kekuasaan menitikberatkan pada taktik untuk memperoleh kepatuhan. Ini
melampaui individu sebagai pelaksana kekuasaan, karena kelompok sama halnya
dengan para individu dapat menggunakan kekuasaan untuk mengendalikan para
individu atau kelompok lainnya.

3
2. dasar atau pilar kekuasaan
Dasar atau pilar kekuasaan dibagi menjadi dua pengelompokan umum yaitu formal dan
pribadi, kemudian membagi kelompok tersebut ke dalam kategori-kategori yang lebih
spesifik, diantaranya sebagai berikut:

a. Kekuasaan formal
Kekuasaan formal didasarkan pada posisi seorang individu di dalam organisasi. Ini
dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberikan imbalan atau dari
wewenang formal. Kekuasaan formal dapat di kategorikan menjadi tiga bagian, diantaranya:
1) Kekuasaan paksaan (coercive power)
Dasar kekuasaan paksaan bergantung pada ketakutan atas hasil yang negatif akibat
kegagalan untuk memenuhi.hal ini bertumpu pada penerapan atau ancaman penerapan
atas sanksi fisik seperti timbulnya rasa sakit, frustasi atas hambatan pergerakan, atau
mengendalikan dengan kekuatan dasar psikologis atau kebutuhan keamanan.
Pada level organisasi, A memiliki kekuasaan untuk memaksa atas B jika A dapat
memberhentikan, menanggguhkan, atau menurunkan B, mengasumsikan B menilai
pekerjaannya. Jika A dapat menugaskan aktivitas kerja kepada B sesuatu yang tak
menyenangkan, atau memeperlakukan B dalam hal memalukan B, maka A memiliki
kekuasaan untuk memaksa atas B. Kekuasaan untuk memaksa dapat juga berasal dari
penahanan informasi yang penting. Orang-orang di dalam organisasi yang memiliki data
atau pengetahuan yang diperlukan oleh orang lain makadapat membuat yang lainnya
bergantungpada mereka.
2) Kekuasaan imbalan (reeward power)
Imbalan yang diberikan kepada orang-orang yang patuh karena menghasilkan
manfaat yang positif; seseorng yang dapat mendistribusikan imbalan yang mana orang
lain akan memandangnya berharga akan memiliki kekuasaan atas mereka. Pemberian
imbalan ini dapat berupa keuangan, misalnya mengendalikan tingkat gaji, kenaikan, dan
bonus, atau non keuangan, meliputi penghargaan, promosi, penugasan pekerjaan yang
menarik, para kolega yang ramah, dan sif kerja atau wilayah penjualan yang lebih
disukai.
3) Kekuasaan legitimasi (legitimate power)
Kekuasaan ini merepresentasikan wewenang formal untuk mengendalikan dan
menggunakan sumberdaya organisasi yang didasarkan pada posisi struktural di dalam
organisasi.

4
Kekuasaan legitimasi lebih luas dari pada kekuasaan untuk memaksa dan
memberikan imbalan. Secara spesifik, meliputi penerimaan dari para anggota atas
wewenang posisi. Kita menghubungkan kekuasaan ini sangat dekat dengan konsep
hierarki yang baru saja menggambarkan lebih banyak garis dalam diagram struktur
organisasi yang memimpin orang untuk mengambil kesimpulan bahwa para pemimpin
sangat berkuasa, dan ketika seorang eksekutif yang berkuasa digambarkan, orang-orang
cenderung untuk menempatkan seseorang pada posisi yang lebih tinggi ketikan akan
menggambarkan diagram struktur ekonomi. Ketika kepala sekolah, para presiden bank,
atau kapten tentara yang berbicara (diasumsikan bahwa perintah mereka dipandang
berada dalam wewenang jabatan mereka), para guru, kasir, serta letnan pertama yang
mendengarkan dan biasanya harus mematuhinya.
b. Kekuasaan pribadi
Banyak desainer cip yang sangat kompeten dan produktif di Intel memiliki kekuasaan,
tetapi mereka bukan para manajer dan tidak memiliki kekuasaan formal. Apa yang mereka
miliki adalah kekuasaan pribadi, yang berasal dari karakteristik unik individu. Terdapat dua
kekuasaan pribadi yang mendasar: keahlian dan rasa menghormati serta mengagumi orang
lain.
1) Kekuasaan karena keahlian (expert power)
Merupakan pengaruh yang dikerahkan sebagai hasil dari keahlian, keterampilan
khusus, atau pengetahuan. Seiring dengan pekerjaan menjadi lebih terspesialisasi, kita
menjadi semakin bergantung pada para ahli untuk mencapai tujuan. Secara umum diakui
bahwa para dokter yang yang memiliki keahlian tertentu dan itulah yang dinamakan
dengan kekuasaan karena keahlian. Sebagian besar dari kita mengikuti nasihat dari
dokter kita. Para ahli komputer, akuntan pajak, ekonomi, ahli psikologi industri, dan para
ahli spesialis lainnya yang mengerahkan kekuasaan sebagai hasil dari keahlian mereka.
2) Kekuasaan acuan (referent power)
Didasarkan pada identifikasi dengan seseorang yang memiliki sumber daya atau
sifat pribadi yang diinginkan. Jika saya menyukai, menghormati, dan mengagumi anda,
anda dapat menjalankan kekuasaan atas saya karena saya ingin menyenangkan anda.
Kekuasaan acuan berkembang dari kekaguman lain dan keinginan untuk menjadi
seperti orang tersebut. Hal ini membantu dalam menjelaskan, misalnya mengapa para
pesohor dibayar jutaan dolar untuk mendukung produk secara komersial. Riset
pemasaran membuktikan bahwa orang-orang seperti LeBron James dan Tom Brady
memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi pilihan anda atas sepatu atletik dan kartu
5
kredit. Dengan sedikit praktik, anda dan saya akan dapat menyampaikan dengan lancar
seperti penjualan di lapangan seperti para pesohor tersebut, tetapi publik yang membeli
tidak mengenal anda dan saya. Beberapa orang yang tidak berada dalam posisi
kepemimpinan formal namun memiliki kekuasaan acuan dan mengarahkan pengaruh
atas orang lain karena dinamisme karismatik mereka, kemampuan untuk disukai, dan
efek secara emosional terhadap kita.

Dasar kekuasaan yang manakah yang lebih efektif?


Jadi dasar kekuasaan manakah yang paling efektif: riset menyarankan dengan cukup
jelas bahwa sumber kekuasaan pribadi pribadi adalah yang paling efektif. Keduanya,
kekuasaan keahlian dan kekuasaan acuan, secara positif terkait dengan kepuasan dari para
pekerja dengan supervisi, komitmen organisasi, dan kinerja mereka, sedangkan kekuasaan
untuk memberikan imbalan dan kekuasaan legitimasi terlihat tidak terkait dengan hasil
tersebut. Salah satu sumber daya kekuasaan formal (kekuasaan untuk memaksa) sebenarnya
dapat menjadi bumerang karena secara negatif terkait dengan kepuasan dan komitmen dari
pekerja.

 Kekuasaan taktik
Dalam bahasan ini, akan melakukan tinjauan ulang atas opsi-opsi taktik yang terkenal
dan kondisi-kondisi yang menjadikan satu-satunya lebih efektif dari pada yang lainnya. Riset
telah mengidentifikasi sembilan pengaruh taktik yang berbeda:
1. Legitimasi
Berdasarkan pada posisi wewenang anda atau menyampaikan permintaan yang
sesuai dengan kebijakan atau peraturan organisasi.
2. Bujukan yang rasional
Menyajikan argumen-argumen yang logis dan bukti-bukti nyata untuk
memperlihatkan bahwa sebuah permintaan tersebut wajar.
3. Daya tarik yang menjadi sumber inspirasi
Mengembangkan komitmen secara emosional yang menarik bagi sasaran nilai-nilai,
kebutuhan, pengharapan, dan aspirasi.
4. Konsultasi
Meningkatkan dukungan kepada sasaran dengan melibatkannya dalam memutuskan
bagaimana anda akan mewujudkan rencana anda.

6
5. Pertukaran
Memberikan imbalan kepada target dengan manfaat atau keuntungan sebagai
pertukaran karena telah mengikuti permintaan.
6. Daya tarik pribadi
Meminta kepatuhan yang didasarkan pada persahabatan atau kesetiaan.
7. Menjilat
Dengan mengunakan bujukan, pujian, atau perilaku yang ramah sebbelum membuat
permintaan.
8. Tekanan
Dengan menggunakan peringatan, permintaan yang diulang-ulang dan ancaman.
9. Koalisi
Embuat daftar tujuan atau dukungan dari orang lain untuk membujuk target agar
menyetujuinya.
 Bagaimana kekuasaan dapat memengaruhi orang lain
Riset menyarankan bahwa kekuasaan tidak hanya dapat mengarahkan orang untuk
menitikberatkan pada kepentingan mereka sendiri karena mereka mampu, tetapi juga karena
dapat membebaskan orang untuk berfokus ke arah dalam, dan menuju ke tempat yang
beratnya lebih tinggi pada tujuan dan kepentingan mereka. Kekuasaan juga akan
mengarahkan individu untuk “merealisasikan” orang lain (untuk melihat mereka sebagai
sebuah alat bantu untuk memperoleh tujuan instrumental mereka), untuk menilai hubungan
dengan orang-orang yang lebih sedikit kekuasaan dan untuk melihat hubungan sebagai lebih
preferal.

3. Perilaku Politik Dalam Organisasi


Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan yang antara lain
berwujud proses pembuatan keputusan. Perilaku politik adalah kegiatan yang tidak di
pandang sebagian dari peran formal seseorang dalam organisasi, tetapi dapat mempengaruhi,
atau berusaha mempengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi.
Perilaku politik yang sah (legitimate political behaviour) adalah politik sehari- hari yang
muncul dengan wajar.
Hal tersebut seperti membangun koalisi, menentang kebijakan atau organisasi lewat
pemogokan atau dengan terlalu berpegang ketat pada ketentuan yang ada, dan menjalin
hubungan ke luar organisasi melalui kegiatan profesi. Sedangkan perilaku politik yang tidak
sah (illegitimate political behaviour) adalah perilaku politik berat yang menyimpang dan

7
aturan main yang telah ditentukan. Kegiatan yang tidak sah tersebut meliputi sabotase,
melaporkan kesalahan, dan protes-protes simbolis seperti mengenakan pakaian nyeleneh atau
memakai bros tanda protes, dan bebderapa karyawan yang secara serentak berpura- pura
sakit agar tidak perlu masuk kerja.
Sejumlah faktor yang mendorong perilaku politik adalah sebagian merupakan
karakteriktis individu, yang berasal dari sifat-sifat unik yang direkrut oleh organisasi;
sebagian lainnya adalah hasil dari kultur atau lingkungan internal organisasi. Kegiatan politik
didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak disyaratkan sebagai bagian dari peran formal
seseorang, semakin besar ambiguitas peran semakin banyak seseorang dapat terlibat dalam
kegiatan politik dengan peluang kegiatan itu terlihat kecil. Perilaku politik adalah domain
praktik dari “power in action”, dilaksanakan melalui beragam teknik dan taktik
mempengaruhi. Tujuan perilaku politik (individu/group): membuat klaim atas teritori dan
sumberdaya organisasi.
Saat ini para manajer diberbagai organisasi di dorong untuk lebih bersikap
demokratis. Manajer diminta untuk lebih terbuka terhadap masukan dari para karyawan
dalam proses pengambiln keputusan dan mau mendengarkan saran dari kelompok dalam
proses yang sama.Tetapi tidak semua manajer menganut demokrasi. Banyak manajer
menggunakan kedudukan untuk melegitimatisi kekuasaan dan membuat keputusan yang
bersifat sepihak. Para karyawan semakin merasakan tekanan besar untuk meningkatkan
kinerja mereka sehingga besar kemungkinan mereka terlibat dalam proses politisasi.

 Pandangan negatif tentang politik organisasi:


 Perilaku mementingkan diri sendiri tanpa sanksi
 pemicu konflik dan ketidakharmonisan pada level individual dan organisasi
 pemicu lingkungan kerja yang keras dan tidak nyaman
 pemicu stres
 pemicu sikap negatip terutama pada karyawan level bawah
 pemicu keengganan karyawan terlibat dalam lingkungan yang keras dan terpolitisasi
 penyebab kinerja rendah

8
 Fungsi politik dalam organisasi
Organisasi berfungsi berdasarkan 4 sistem pengaruh Mintzberg (1991): otoritas,
ideologi, expertise, politik. Tiga sistem pertama dianggap sebagai sistem pengaruh yang
legal dan memiliki legitimasi. Politik diperlukan untuk mengoreksi defisiensi dalam sistem
pengaruh yang berlegitimasi Politik memberikan fleksibilitas yang tidak dikehendaki oleh
sistem lain. Political behaviour is significant to the effectiveness of the organisation and the
individual, but can also be individually self-serving and organisationally damaging.

 Faktor Perilaku Politik Dalam Organisasi

Tidak semua kelompok atau organisasi sama politisnya. Dalam beberapa organisasi
misalnya, politisasi sangat terbuka dan tak terkendai, sementara dalam organisasi lain, politik
memainkan peran kecil dalam memperngaruhi hasil.

a. Faktor Individu
Pada tataran individu, para peneliti telah mengidentifikasi sifat-sifat kepribadian
tertentu, kebutuhan dan beberapa faktor lain yang dapat dikaitkan dengan perilaku
politik seseorang. Dalam hal sifat,kita menemukan bahwa para karyawan yang mampu
merefleksi diri secara baik (high self-monitor) memiliki pusat kendali (locus of contol)
internal, dan memilki kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan pnya kemungknan lebih
besar untuk terlibat dalam perilaku politik. Orang yang mampu merefleksi diri seara baik
lebih sensitife terhadap berbagai tanda social, mampu menampilkan tingkat kecerdasan
social, dan termpil dalam berperilaku politik daripada mereka yang kurang mampu
merefleksi diri (low self-monitor). Individu- individu degan locus of control internal,
lantaran meyakini bahwa mereka mampu mengendalikan lingkungannya, lebih
cenderung bersikap proaktif dan berupaya memanipulasi situasi demi kepentingan
mereka sendiri. Tidak mengejutkan, kepribadian Machiavelian- yang dicirikan dengan
kehendak untuk memanipulasi dan hasrat akan kekuasaan- dengan mudah menggunakan
politik sebagai sarana untuk memperjuangkan kepentingan sendiri.Selain itu, investasi
seseorang dalam organisasi, alternative-alternatif yang diyakinininya ada, dan harapan
akan kesuksesan turut mempengaruhi sejauh mana ia akan memanfaatkan sarana
tindakan politik yang tidak sah.

9
Faktor-faktor Individu :
1) Kemampuan merefleksi diri yang baik
2) Pusat Kendali Internal
3) Kepribadian yang lincah
4) Investasi Organisasi
5) Alternatif pekerjaan lain
6) Harapan akan kesuksesan

b. Faktor Organisasi
Kegiatan politik kiranya leih merupakan fungsi karakteristik organisasi
ketimbang fungsi variabel perbedaan individu. Mengapa? karena tidak sedikit organisasi
memiliki banyak karyawan dengan karakter-karakter individu yang kita sebut
sebelumnya , namun kadar perilaku politiknya sangat beragam.
Tanpa menafikan peran yang mungkin dijalankan oleh perbedan-perbedaan
individual dalam menumbuh kembangkan proses politisasi, bukti menunjukkan bahwa
situasi dan kultur tertentulah yang lebih mendukung politik. Secara lebih khuus, jika
sumber daya sebuah organisasi berkurang, ketika pola sumber daya yang ada berubah dan
ketika muncul kesempatan untuk promosi, politisasi lebih dimungkinkan untuk muncul
permukaan. Selain it kultur yang tercirikan oleh tingkat kepercayaan yang rendah,
ambiguitas peran, sistem evaluasi kinerja yang tidak jelas, praktik alokasi imalan zero-
sum (perolehan hangus karena kurang memuaskan), pengambilan keputusan secara
demokratis, tekanan yang tinggi atas kinerja, dan manajer-manajer senior yang egois
menciptakan lahan pembiakan yang subur bagi politisasi.
Ketika organisasi melakukan perampingan untuk meningkatkan efisiensi,
pengurangan sumber daya harus dilakukan. Terancam kehilangan sumber daya, orang
bisa terlibat dalam tindakan politik untuk mengamankan apa yang mereka miliki. Tetapi
perubahan apapun,khususnya yang mengimplikasikan realokasi sumber daya dalam
organisasi secara signifikan, berkemungkinan merangsang timbulnya konflik dan
meningkatkan politisasi.
Keputusan promosi sebagai salah satu tindakan paling politis dalam organisasi.
Peluang promosi atau kemajuan mendorong orang untuk bersaing mendapatkan sumber
daya yang terbatas dan mencoba secara positif mempengaruhi hasi; keputusan.

10
Semakin kecil kepercayaan yang ada dalam organisasi, semakin tinggi tingkat
perilaku politik dan semakin mungkin perilaku politik itu akan tidak sah. Karenanya,
tingkat kepercayaan yang tinggi secara umum akan menekan tingkat perilaku politik dan
secara khusus akan menghambat tindakan politik yang tidak sah.

Faktor – faktor Organisasi


1) Realokasi sumber daya
2) Peluang promosi
3) Tingkat kepercayaan rendah
4) Ambiguitas peran
5) Sistem evaluasi kerja tidak jelas
6) Praktik imbalan zero-sum
7) Pengambilan keputusan yang demokratis
8) Tekanan kinerja tinggi
9) Manajer senior yang egois

11
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kekuasaaan mengacu pada kapasitas yang dimiliki A untuk memengaruhi perilaku B,
sehingga B melakukan sesuai keinginan A.Seseorang bisa jadi memiliki kekuasaan tapi tidak
menggunakannya; baik berupa kemampuan maupun potensial. Mungkin aspek yang paling
penting dari kekuasaan adalah apakah terdapat fungsi ketergantungan. Semakin besar
ketergantungan B terhadap A, semakin besar kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
Ketergantungan berdasarkan pada alternative yang diterima A dan seberapa penting bagi B
mengenai alternative control A.
kepemimpinan sebagai kemampuan untuk memengaruhi suatau kelompok menuju
pencapaian sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan. Sumber dari pengaruh ini dapat secara
formal, seperti yang dilakukan dengan peringkat manajerial di dalam organisasi.
Kekuasaan tidak memerlukan kesesuaian tujuan, hanya ketergantungan semata.
Kepemimpinan, pada sisi lain, memerlukan beberapa kesesuaian diantara tujuan-tujuan
pemimpin dengan yang dipimpin. Perbedaan kedua terkait dengan arahan dari pengaruh.
Kepemimpinan menitikberatkan pada pengaruh kea rah bawah kepada para pengikut. Hal ini
dapat meminimalkan pentingnya pola pengaruh yang lateral dan ke arah bawah. Kekuasaan
tidak demikian. Masih dalam perbedaan lainnya, riset mengenai kepemimpinan, pada
sebagian besar bagian, lebih menekankan pada gaya.
Tiga dasar kekuasaan formal yaitu (kekuasaan paksaan, kekuasaan pemberian imbalan,
kekuasaan legitimasi) dan dua basis kekuasan pribadi yaitu (kekuasaan keahlian dan
kekuasaan acuan). Riset menyarankan dengan cukup jelas bahwa sumber kekuasaan pribadi
pribadi adalah yang paling efektif. Keduanya, kekuasaan keahlian dan kekuasaan acuan,
secara positif terkait dengan kepuasan dari para pekerja dengan supervisi, komitmen
organisasi, dan kinerja mereka, sedangkan kekuasaan untuk memberikan imbalan dan
kekuasaan legitimasi terlihat tidak terkait dengan hasil tersebut. Salah satu sumber daya
kekuasaan formal (kekuasaan untuk memaksa) sebenarnya dapat menjadi bumerang karena
secara negatif terkait dengan kepuasan dan komitmen dari pekerja.

12
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku politik dalam organisasi adalah faktor
individu dan faktor organisasi.
Faktor-faktor Individu yang mempengaruhi perilaku politik dalam organisasi:
1) Kemampuan merefleksi diri yang baik
2) Pusat Kendali Internal
3) Kepribadian yang lincah
4) Investasi Organisasi
5) Alternatif pekerjaan lain
6) Harapan akan kesuksesan
Faktor-faktor Organisasi yang mempengaruhi perilaku politik dalam organisasi:
1) Realokasi sumber daya
2) Peluang promosi
3) Tingkat kepercayaan rendah
4) Ambiguitas peran
5) Sistem evaluasi kerja tidak jelas
6) Praktik imbalan zero-sum
7) Pengambilan keputusan yang demokratis
8) Tekanan kinerja tinggi
9) Manajer senior yang egois

2. Saran

13
DAFTAR PUSTAKA
P.Robbins, Stephen dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi. Ed. 16. Jakarta:
Salemba Empat.
https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-kepemimpinan.html
https://conflictandchangemanagement.wordpress.com/2012/11/24/perilaku-politik-dalam-
organisasi/
https://www.dictio.id/t/apa-saja-faktor-perilaku-politik-dalam-organsasi/14176

14

Anda mungkin juga menyukai