Organisasi Pendidikan
KELOMPOK 8
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya kami dapat
menyelesaikan makalah Kekuasaan dan Politik Sekolah dengan baik.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. Yovitha Yuliejantiningsih selaku dosen mata
kuliah Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Pendidikan yang telah memberikan tugas
kepada kami, sebagai pemenuhan pendidikan S2 Manjemen Penddidikan di UPGRIS .
Kami berharap penyusunan makalah ini berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahun kita dalam Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah Kekuasaan
dan Politik di Sekolah. Kritik dan masukan yang membangun untuk perbakan makalah yang
akan datang.
A. PENDAHULUAN
Kekuasaan dan perilaku politik merupakan proses alamiah dalam kelompok atau
organisasi apapun. Kekuasaan sangat menggiurkan, orang-orang yang memiliki
kekuasaan akan menyangkalnya, orang-orang yang ingin mencoba untuk tidak terlihat
seperti mencarinya, dan mereka yang baik saat memperolehnya merahasiakan
bagaimana mereka melakukannya.
Cukup banyak anggapan di Masyarakat yang mengatakan bahwa ,”kekuasan merusak,
dan kekuasaan yang mutlak dapat merusak sepenuhnya.” Kekuasan tidak selalu buruk.
Karena dengan adanya bahya akan memberikan kita intensif untuk melakukan pelatihan
dan informasi yang akan membantu untuk mempercepat Langkah seccara produktif.
Dengan mempelajari bagaimana cara kerja kekuasaan di dalam organisasi akan
membantu menjadi seorang manajer yang lebih efektif.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi kekuasaan serta membedakan kepemimpinan dengan kekuasaan.
2. Apa saja dasar kekuasaan
3. Apa peran ketergantungan dalam hubungan kekuasaan
4. Apa taktik yang mempengaruhi dan kontingensi mereka
5. Apa hubungan pelecehan seksual dengan penyalahgunaan kekuasaan
6. Apa penyebab dan konsekuensi dari perilaku politik
7. Bagaimana menerapkan pengalaman dari teknik-teknik manajemen
8. Bagaimana menentukan apakah suatu tindakan politik bersifat etis
C. TUJUAN
Tujuan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi kekuasaan serta membedakan kepemimpinan dengan
kekuasaan.
2. Untuk mengetahui dasar kekuasaan
3. Untuk mengetahui peran ketergantungan dalam hubungan kekuasaan
4. Untuk mengetahui taktik yang mempengaruhi dan kontingensi mereka
5. Untuk mengetahui hubungan pelecehan seksual dengan penyalahgunaan kekuasaan
6. Untuk mengetahui penyebab dan konsekuensi dari perilaku politik
7. Untuk mengetahui penerapan pengalaman dari teknik-teknik manajemen
8. Untuk menentukan apakah suatu tindakan politik bersifat etis
D. PEMBAHASAN
1. Definisi kekuasaan serta membedakan kepemimpinan dengan kekuasaan.
Kekuasaan mengacu pada kapasitas yang dimiliki A untuk mempengaruhi perilaku B,
sehingga B melakukannya sesuai keinginan A.
Seseorang bisa jadi memiliki kekuasaan tapi tidak menggunakannya, baik berupa
kemampuan maupun potensial. Aspek paling penting dari kekuasaan adalah apakah
terdapat fungsi ketergantungan. Semakin besar ketergantungan B terhadap A, semakin
besar kekuasaan A dalam hubungan tersebut. Ketergantungan berdasarkan pada
alternatif yang di terima A dan seberapa penting bagi B mengenai alternatif control A.
Seseorang dapat memiliki kekuasaan atas anda, jika memiliki control terhadap apa
yang anda inginkan. (ketergantungan hubungan B dengan A dimana A memiliki
apa yang dibutuhkan B )
2. Dasar Kekuasaan
2.1 Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal di dasarkan pada posisi seorang individu di dalam organisasi.
Ini dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberikan imbalan atau
dari wewenang formal.
֍ Kekuasaan Paksaan,
dasar kekuasaan paksaan bergantung pada ketakutan atas hasil yang negative
akibat kegagalan untuk memenuhi. Hal ini bertumppu pada penerapan, atau
ancaman penerapan, atas sanksi fisik seperti timbulnya rasa sakit, frustasi atas
hambatan pergerakan, atau mengendalikan dengan kekuatan dasar psikologis
atau kebutuhan keamanan.
Pada level organisasi, A memiliki kekuasaan untuk memaksa atas B jika A
dapat memberhentikan, menangguhkan, atau menurunkan B, mengasumsikan
B menilai pekerjaannya. Jika A dapat menugaskan aktivitas kerja kepada B
sesuatu yang tak menyenangkan, atau memperlakukan B dalam hal memalukan
B, maka A memiliki kekuasaan untuk memaksa atas B. Kekuasaan untuk
memaksa dapat juga berasal dari penahanan informasi yang penting. Orang-
orang di dalam organisasi yang memiliki data atau pengetahuan yang
diperlukan oleh orang lain maka dapat membuat yang lainnya bergantung pada
mereka
֍ Kekuasaan Imbalan,
kebalikan dari kekuasaan untuk memaksa adalah kekuasaan imbalan, kepada
orang-orang yang patuh karena menghasilkan manfaat yang positif; seseorang
dapat mendistribusikan imbalan yang mana orang lain akan memandangnya
berharga akan memiliki kekuasaan atas mereka. Pemberian imbalan ini dapat
berupa keuangan, misalnya mengendalikan tingkat gaji, kenaikan, dan bonus
atau non keuangan, meliputi penghargaan, promosi, penugasan pekerjaan yang
menarik, para kolega yang ramah, sif kerja atau wilayah kerja yang lebih di sukai
֍ Kekuasaan Legitimasi,
dalam kelompok dan organisasi yang formal, kemungkinan Sebagian besar akses
ke salah satu atau lebih dasar kekuasaan adalah melalui kekuasaan legitimasi.
Kekuasaan ini mempresentasikan wewenang formal unbbituk mengendalikan
dan menggunakan sumber daya organisasi yang didasarkan pada posisi structural
di dalam organisasi .
Kekuasaan legimitasi lebih luas daripada kekuasaan untuk memaksa dan
memberikan imbalan. Secara spesifik meliputi penerimaan dari para anggota atas
wewenang posisi, Kita menghubungkan kekuasaan ini sangat dekat dengan
konsep hierarki yang menggambarkan lebih banyak garis dalam diagram struktur
organisasi yang memimpin orang untuk mengambil kesimpulan bahwa para
pemmpin sangat berkuasa. Dan ketika seorang eksekutif yang berkuasa
digambarkan, orang-orang cenderung untuk menempatkan seseorang pada posisi
yang lebih tinggi Ketika akan menggambarkan diagram struktur organisasi.
Dari tiga dasar kekuasaan formatif dan 2 dasar kekuasaan pribadi. Riset menyarankan,
bahwa sumber kekuasaan pribadi adalah yang paling efektif. Kedua kekuasaan
pribadi, secara positif terkait dengan kepuasan dari para guru dengan kepala sekolah,
komitmen organisasi, dan konerja mereka, sedangkan kekuasaan legitimasi tidak
memberikan imbalan tidak terkait dengan hasil tersebut. Salah satu sumber daya
kekuasaan formal yaitu kekuasaan untuk memaksa sebenarnya dapat menjadi
boomerang karena secara negative terkait dengan kepuasan dan komitmen para guru
dan karyawan.
Sangat penting, jika tidak ada seorangpun yang menginginkan apa yang anda miliki,
maka tidak akan mampu menciptakan kebergantungan.
Kelangkaan, hubungan kebergantungan dalam kategori kekuasaan jabatan, dimana
penawaran tenaga kerja relative rendah terhadap permintaan sehingga para pekerja
dapat melakukan negosiasi mengenai kompensasi dan paket manfaat yang jauh lebih
menarik, di banding jika banyak kandidatnya. Contohnya, Ferruciccio Lambhorgini
adalah orang yang menciptakan mobil canggih yang sangat eksotis. Karena memahami
tentang kelangkaan maka dengan kemampuannya dalam menciptakan kendaraan yang
langka, maka merk Lambhorgini menjadi nerek mobil yang mahal.
Tidak tergantikan, semakin sedikit yang dapat menggantikan dengan layak suatu
sumber daya, semakin besar pengendalian kekuasaan yang dimiliki oleh sumber daya
tersebut.
Beberapa taktik lebih efektif daripada yang lainnya. Bujukan secara rasional, daya tarik
yang mengundang banyak inspirasi, dan konsultasi lebih cenderung menjadi yang sangat
efektif. Sedang tekanan cenderung akan menjadi boomerang dan biasanya kurang efektif
disbanding 9 taktik lainny. Untuk meningkatkan peluang keberhasilan bisa digunakan 2
taktik atau lebih dengan berurutan atau bersama-sama.
Beberapa cara untuk memperoleh peningkatan dapat dimulai dengan bujukan secara
rasional, tetapi efektifitas pengaruh dari taktik bergantung pada arah pengaruh seperti
diperlihatkan dalam table dibawah. Bujukan secara rasional hanya merupakan taktik
yang efektif di tingkat organisasi. Daya tarik yang memberikan inspirasi hanya bekerja
dengan sangat baik sebagai sebuah taktik yang mempengaruhi ke arah bawah dengan para
bawahan. Tekanan, pada umumnya hanya mempengaruhi ke arah bawah semata. Daya
tarik pribadi dan koalisi menjadi sangat efektif sebagai pengaruh lateral.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas dai pengaruh meliputi urutan taktik,
keahlian seseorang dalam menggunakan taktik, dan budaya organisasi.
Untuk menjadi lebih efektif dapat dimulai dengan taktik yang lebih lunak yang bersandar
pada kekuasaan pribadi, missal daya tarik pribadi dan yang memberikan isnspirasi,
bujukan secara rasional, dan konsultasi. Jika hal tersebut gagal, maka dapat beralih ke
taktik yang lebih keras misalnya pertukaran, koalisasi dan tekanan yang menekankan
pada kekuasaan formal dan mendatangkan biaya serta resiko yang lebih besar.
Menariknya suatu taktik lunak lebih efektif daripada taktik keras, dan menggabungkan
dua taktik lunak atau sebuah taktik lunak beserta bujukan rasional lebih efektif daripada
taktik tunggal apapun atau kombinasi dari taktik-taktik keras.
Efektifitas dari taktik tergantung pada orang yang menjalankannya.
Orang yang cenderung mematuhi kekuasaan, taktik lunak menjadi lebih reflektif dan
termotivasi secara instrinsik. Mereka memiliki penghargaan diri sendiri yang tinggi dan
keinginan untuk mengendalikan yang tinggi.
Mereka yang tunduk pada kekuasaan, taktik keras lebih berorientasi pada tindakan dan
termotivasi secara ekstrinsik dan lebih berfokus untuk menghadapi bersama orang lain
ketimbang menghadapinya sendiri.
Taktik yang dipilih oleh orang sangat tergantung pada budaya di negaranya. Negara yang
individualistis cenderung melihat kekuasaan dalam istilah yang dipersonalisasikan dan
sebagai sebuah sarana legitimasi untuk mendorong akhir tujuan pribadi mereka.
Negara yang kolektivistik, memandang kekuasaan dalam istilah social dan sebagai sarana
legitimasi yang dapat membantu orang lain.
Taktik-taktik kekuasaan yang lebih disukai yang dapat mempengaruhi arah
Pengaruh ke atas Pengaruh ke bawah Pengaruh Leteral
• Bujukan secara rasional • Bujukan secara rasional • Bujukan secara rasional
• Daya tarik yang memberikan • Konsultasi
inspirasi • Menjilat
• Tekanan • Pertukaran
• Konsultasi • Legitimasi
• Menjilat • Daya tarik pribadi
• Pertukaran • Koalisi
• Legitimasi
Tetapi kekuasaan juga tidak mempengaruhi setiap orang dengan cara yang sama. Dan
bahkan terdapat efek positif dari kekuasaan.
Beberapa efek dari kekuasaan :
▪ efek berbahaya dari kekuasaan bergantung pada kepribadian seseorang. Jika
memiliki
kepribadian cemas, maka kekuasaan tidak akan merusah karena tidak menggunakan
kekuasaan untuk keuntungan pribadi.
▪ efek merusak dari kekuasaan dapat dikurangi oleh system organisasi karena harus
mempertanggung jawabkan ke organisasi.
▪ memaafkan, kita memiliki kekuatan untuk menumpulkan efek negative dari
kekuasaan,
misal dengan ucapan terima kasih, penguasan tidak terlalu agresif terhadap kita .
▪ mereka yang menyalah gunakan kekuaasaan adalah mereka yang bisanya memliki
kekuasaan yang kecil, karena biasanya statusnya rendah.
▪ efek positif dari kekuasaan, adalah kekuaaan akan memberikan energi dan
mengarahkan pada pendekatan motivasi yaitu semakin termotivasi untuk mencapai
tujuan dan mendorong motivasi untk membantu orang lain .
Menurut riset sebetulnya tidak banyak kekuasaan yang merusak. Kekuasaan yang
mementingkan diri sendiri hanya bagi mereka yang identitifkasi moralnya lemah, yaitu
keadaan moral yang merupakan inti dari identitas seseorang. Bagi mereka yang
moralnya kuat, kekuasaan benar-baner meningkatkan kesadaran moral mereka .
Realitas Politik
Sebagian besar manajer meyakini bahwa perilaku berpolitik merupakan bagian utama
dari keberlangsungan organisasi. Beberapa penggunaan dan perilaku politik etis
diperlukan, sepanjang tidak membahayakan orang lain secara langsung. Mereka
menggambarkan politik sebagai kejahatan yang diperlukan dan meyakini seseorang
yang tidak pernah menggunakan perilaku berpolitik akan mengalami kesulitan
menyelesaikan segala sesuatu hal, Sebagian besar juga mengidentifikasikan bahwa
mereka tidak pernah dilatih untuk memanfaatkan perilaku berpolitik secara efektif.
Tetapi tidak mungkin dalam suatu organisasi bebas dari politik .
Organisasi terdiri dari individu dan kelompok dengan nilai, tujuan, dan kepentingan
yang berbeda-beda. Hal ini menjadi salah satu timbulnya konflik karena sumber daya
yang terbatas, sehingga tidak semua kepentingan bisa terakomodir. Kondisi ini
menciptakan persaingan yang nyata antara patra anggota karena sumber daya yang
terbatas tersebut .
Faktor-faktor paling penting yang mengarah pada politik organisasi adalah realisasi
bahwa alokasi sumber daya yang terbatas secara terbuka di interpretasikan. Misalnya,
apa yang dimaksud dengan kinerja yang baik ? Apakah peningkatan memadai ? Apa
yang merupakan pekerjaan tidak memuaskan ?
Karena ada beberapa keputusan paling penting harus di ambil dalam keadaan yang tidak
pasti, dan objektifitas jarang terjadi, maka menggunakan pengaruh yang mereka punya
dan mampu untuk melakukan intervensi demi tujuan dan kepentingan salah satu pihak .
Hal ini tentu saja, menciptakan aktifitas yang disebut bermain politik.
Maka dari itu jika ada pertanyaan, apakah mungkin sebuah organisasi untuk terbebas
dari politik maka jawabnya “iya”. Jika seluruh anggota dari organisasi memegang
tujuan dan kepentingan yang sama, jika sumber daya organisasi tidak langka, serta jika
hasil kerja benar-benar jelas dan objektif. Sayangnya organisasi seperti itu tidak ada
dalam kehidupan nyata .
Faktor-faktor individu,
Pekerja yang memiliki pengawasan diri sendiri yang tinggi, memiliki tempat kendali
secara internal, dan memiliki kebutuhan terhadap kekuasaan yang tinggi akan
cenderung untuk terlibat dalam perilaku politik .
Selain itu investasi individu dalam organisasi, alternatif-aalternatif yang dipandang
dan ekspektasi atas keberhasilan mempengaruhi pekerja melakukan tindakan politik
yang tidak sah.
Faktor-faktor organisasi,
a. sumber daya orgnaisasi mengalami penurunan, pola sumber daya berubah, ada
peluang untuk promosi,
b. perampingan organisasi untuk efisiensi,
c. kepercayaam yang rendah, peranan yang tidak jelasm system kinerja evaluasi yang
tidak jelas, pelaksanaan alokasi imbalan yang beresiko, pengambilan keputusan
secara demokratis, tekanan yang tinggi atas kinerja, manajer senior yang
mementingkan diri sendiri.
Kurangnya kepercayaan didalam organisasi akan meningkatkan perilaku politik
dan semakin besar kemungkinan tindakan-tindakan yang tidak sah. Dengan
demikian, kepercayaan yang tinggi akan menekan perilaku politik pada umumnya
dan mencegah tindakan-tindakan yang tidak sah pada khususnya . Semakin tinggi
peranan yang tidak jelas, semakin besar peluang para pekerja untuk terlibat
didalam aktivitas berpolitik yang tanpa di sadari. Evaluasi kinerja dengan ukuran
hasil tunggal, dapat mendorong individu untuk melakukan apapun yang
diperlukan supaya “terlihat bagus”. Semakin lama tindakan dengan penilaian,
maka semakin pekerja bertanggung jawab atas perilaku politik . Semakin besar
budaya organisasi yang menekankan pada pendekatan yang tidak beresiko
terhadap alokasi pemberian imbalan, maka akan meningkatkan motivasi pekerja
untuk terlibat dalam permainan politik. Dan terakhit, permainan politik oleh
manajemen puncak sedikit banyak akan membiarkan permainan politik didalam
organisasi tersebut, akan menyiratkan bahwa perilaku politik dapat diterima .
Menurunkan
kepuasan kerja
Meningkatkan
kecemassan dan
tekanan
Meningkatkan
tingkat perputaran
pekerja
Menurunkan
kinerja