Anggota Kelompok:
Muhammad Jihadi
11.42.5865
11.42.5987
Hendrian Perdana
11.42.6358
Silvia Yuliza
11.42.6353
Ryan Rusyda
12.22.6493
Sadino
12.42.6410
12.42.6655
Rini Fitri
12.42.6661
12.42.6953
14.22.0004
A. Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (power) mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk memengaruhi
perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A. Definisi ini mengimplikasikan
sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan agar efektif dan sebuah hubungan ketergantungan.
Barangkali aspek terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi
ketergantungan (dependency). Semakin besar ketergantungan B pada A, semakin besar pula
kekuasaan A dalam hubungan tersebut.
1. Membandingkan Kepemimpinan dan Kekuasaan
Para pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan
kelompok. Para pemimpin mencapai tujuan, dan kekuasaan adalah sarana untuk
memudahkan usaha mereka tersebut. Perbedaan antara kedua istilah itu adalah salah satu
perbedaannya terkait dengan kesesuaian tujuan. Kekuasaan tidak mensyaratkan kesesuaian
tujuan, antara tujuan pemimpin dan mereka yang dipimpin. Perbedaaan kedua berkaitan
dengan arah pengaruh.
Kepemimpinan berfokus pada pengaruh ke bawah kepada para pengikut.
Kepemimpinan meminimalkan pola-pola pengaruh ke samping dan ke atas. Kekuasaan
tidak demikian. Perbedaan lain lagi terkait dengan penekanan penelitian. Penelitian
mengenai kepemimpinan, sebagian besar, menekankan gaya. Penelitian tersebut mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti : Seberapa suportif semestinya seorang
pemimpin? Sampai tingkat mana proses pengambilan keputusan harus dilakukan bersama
dengan para pengikut? Sebaliknya penelitian mengenai kekuasaan cenderung mencakup
bidang yang lebih luas dan terfokus pada taktik-taktik untuk memperoleh kepatuhan dari
anak buah. Penelitian itu melampaui individu sebagai pelaksana kekuasaan karena
kekuasaan dapat digunakan oleh kelompok dan juga individu utnuk mengendalikan
individu atau kelompok-kelompok yang lain.
2. Landasan Kekuasaan
a. Kekuasaan Formal
Kekuasaan formal didasarkan pada posisis seorang individu dalam sebuah organisasi.
Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberi imabalan,
atau dari wewenang formal.
1. Kekuasaan Koersif
Landasan kekuasaan koersif (coercive power) adalah rasa takut. Seseorang
memberikan reaksinya terhadap kekuasaan ini karena rasa takut terhadap akibat-akibat
negatif yang mungkin terjadi jika ia tidak patuh. Kekuasaan koersif mengandalkan
aplikasi, atau ancaman aplikasi, sanksi fisik, yang menimbulkan rasa sakit,
menimbulakan frustrasi melalui pembataasan gerak, atau pengendalian paksa terhadap
kebutuhan dasar fisiologis atau keamanan.
2. Kekuasaan Imbalan
Kebalikan dari kekuasaan koersif adalah kekuasaan imbalan (reward power). Orang
memenuhi keinginan atau arahan orang lain karena, dengan berbuat demikain, ia akan
mendapatkan manfaat positif. Karena itu, seseorang yang dapat membagikan imbalan
atau penghargaan yang dipandang orang lain bernilai akan memiliki kekuasaan atas
orang lain itu. Imbalan ini bersifat finansial seperti pengendalian tingkat upah,
kenaikan upah, dan bonus; atau nonfinansial termasuk pengakuan, promosi,
penugasan kerja yang menarik kolega yang ramah, dan wilayah kerja atau wilayah
penjualan yang lebih disukai.
Kekuasaan koersif dan kekuasaan imbalan saling berlawanan. Jika dapat membuang
seseuatu yang bernilai positif dari orang lain atau menimbulkan sesuatu yang bernilai
negatif, Anda memiliki kekuasaan koersif atas orang itu. Jika dapat memberi seseorang
sesuatu yang bernilai positif atau membuang sesuatu yang bernilai negatif. Anda
memiliki kekuasaan imbalan atas orang itu.
3. Kekuasaan Legitimasi
Dalam kelompok atau organisasi formal, barangkali akses yang paling mudah ditemui
pada satu atau lebih landasan kekuasaan adalah posisi struktural seseorang. Hal ini
disebut kekuasaan legitimasi (legitimate power). Kekuasaan ini melambangkan
kewenangan formal utnuk mengendalikan dan memanfaatkan sumber-sumber daya
organisasi.
Posisi-posisi yang memiliki kewenangan mencakup kekuasaan koersif dan imbalan.
Namun, kekuasaan legitmasi lebih luas daripada kekuasaan untuk memaksa dan
3.
cara
4.
Konsultasi. Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran
dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencana atau perubahan
5.
akan di jalankan.
Tukar pendapat. Memberikan imbalan kepada terget atau sasaran berupa uang atau
6.
7.
8.
9.
membuat permintaan.
Tekanan. Menggunakn peringatan, tuntutan tegas, dan ancaman.
Koalisi. Meminta bantuan orng lain untuk membujuk sasaran (target) atau
mengguanakan dukungan orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju.
bahwa tes kunci untuk menentukan apakah telah terjadi pelecehan seks adalah apakah
komentar atau perilaku di suatu lingkungan kerja umumnya akan dianggap, dan memeng
dipandang, tak menyenangkan atau merendahkan.
Pelecehan seksual adalah masalah kekuasaan, yaitu seorang individu mencoba
mengendalaikan atau mengancam individu lainnya. Tindakan ini salah. Dan, berbuat tidak
senonoh terhadap perempuan atau laki-laki manapun menyalahi hukum. Namun anda dapat
memahami pelecehan seksual muncul kepermukaan dalam organisasi jika anda menganalisnya
dalam bingkai kekuasaan telah di jelaskan.
Bagaimana pelecehan seksual dapat mengakibatkan kehancuran sebuah organisasi, tetapi
tindakan ini sebenarnya dapat dihindari. Peran seorang manager dalam mencegah pelecehan
seksual sangat penting. Beberapa cara agar para manager dapat melindungi diri mereka
sendiri, dan karyawan mereka dari pelecehan seksual adalah sebagai berikut.
1. Pastikan adanya sebuah kebijakan yang dengan tepat mendefinisikan hal-hal yang
merupakan pelecehan seksual, yang memberi tahu karyawan bahwa mereka dapat dipecat
karena melakukan pelecehan seksual semacam itu kepada karyawan lain, dan yang
menetapkan prosedur untuk menyampaikan keluhan.
2. Yakinkan karyawan bahwa mereka tidak akan menghadap balasan jika mereka
menyampaikan keluhan mereka.
3. Selidiki setiap keluhan dan ikut sertakan divisi legal dan sumber daya manusia
perusahaan.
4. Pastikan bahwa pelakunya terena sangsi atau diberhentikan.
5. Adakan seminar internal untuk membangkitkan kesadaran karyawan akan isi-isu seputar
pelecehan seksual dan pelecehan.
Kesimpulannya adalah bahwa para manager memiliki tanggung jawab untuk melindungi
karyawan merekan dari lingkungan kerja yang tak menyenangkan, tetapi mereka juga perlu
melindungi diri mereka sendiri. Para manager mungkin tidak menyadari bahwa salah seorang
karyawan mereka mengalami pelecehan seksual. Tetapi, hal itu tidak akan melindungi mereka
atau organisasi mereka. Jika para penyelidik hukum menyakini bahwa seorang manager tahu
tentang pelecehan seksual di lingkungan di bawah tanggung jawabnya, baik si manager
maupun perusahaan dapat dikenai tanggung jawab.
D. Politik: Kekuasaan Dalam Tindakan
Ada lumayan banyak definisi untuk politik organisasi. Namun pada dasarnya berbagai
definisi tersebut berfokus pada penggunaan kekuasaan untuk mempengaruhi pengambilan
dapat
mempengaruhi
kebutuhannya.
Sehingga
dapat
menimbulkan
ketidaksepakatan.
2. Faktor-faktor yang Berkontribusi terhadap Perilaku Politik
Tidak semua kelompok atau organisasi sama politisnya. Penelitian dan observasi baru-baru
ini telah mengidentifikasikan beberapa faktor yang kiranya mendorong perilaku poltik. Faktorfaktor tersebut adalah faktor individu dan faktor organisasi.
a. Faktor Individu
Orang yang mampu merefleksikan diri dengan baik lebih sensitif terhadap berbagai
tanda sosial, mampu menampilkan tingkat kecerdasan sosial, dan terampil dalam
b. Faktor Organisasi
dan secara khusus akan menghambat tindakan politik yang tidak sah.
Ambiguitas peran
Artinya perilaku yang ditentukan untuk karyawan tidak jelas. Karena kegiatan
politik didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak disyaratkan sebagai bagian dari
peran formal seseorang, semakin besar ambiguitas peran semakin banyak seseorang
dapat terlibat dalam kegiatan politik dengan peluang kegiatan terlihat kecil.
Sistem evaluasi kerja tidak jelas
Semakin banyak organisasi yang menggunakan kriteria subjektif dalam penilaian,
menekankan ukuran hasil yang sifatnya tunggal atau memakan waktu yang lama
antara suatu tindakan dan pemberian penghargaan, semakin besar pula