Anda di halaman 1dari 4

Pendahuluan

Dalam organisasi ada sejumlah individu yang bekerjasama secara reguler untuk mencapai
suatu tujuan yang mungkin akan sulit dicapai apabila dilakukan secara individual. Orang-orang
dalam organisasi tersebut bekerja bersama dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kerja
sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Dengan kata lain, kelompok tersebut memainkan
peranan penting di dalam organisasi dan menjadi cerminan kinerja organisasi.
Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Dalam
sebuah organisasi, anggota kelompok-kelompok kerja bersinergi dalam menutupi kekurangan
dan menyumbangkan kelebihan masing-masing untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama. Perlu diperhatikan, dalam membangun kelompok kerja yang solid bukanlah hal yang
mudah. Kelompok kerja yang para anggotanya enggan dan dan tidak mampu bekerjasama
dengan baik, tidak akan berkinerja unggul. Kelompok kerja seperti ini dikatakan disfungsional
karena tidak produktif dengan kinerja berada dibawah standar. Sebuah kelompok yang bersinergi
secara positif akan bekerjasama dengan kontribusi masing-masing untuk mencapai hasil yang
maksimal.
Setiap organisasi yang berkinerja dengan kualitas unggul memiliki kelompok kerja yang
berprilaku sebagai tim yang solid. Kelompok-kelompok kerja ini merupakan sekumpulan orang
dengan kompetensi yang saling melengkapi, saling memercayai, saling menghargai, dan saling
menolong guna tercapainnya suatu tujuan yang diinginkan. Melihat dari semua pemaparan
diatas, maka penting sekali untuk dibahas mengenai organisasi rasional yang mencakup tentang
kewajiban pegawai terhadap perusahaan & kewajiban perusahaan terhadap pegawai, organisasi
politik, serta organisasi yang penuh perhatian.
Organisasi Politik
Dalam model politik, individu dilihat berkumpul membentuk koalisi yang selanjutnya
saling bersaing satu sama lain memperebutkan sumber daya, keuntungan dan pengaruh. Dengan
demikian tujuan organisasi menjadi tujuan yang dibentuk oleh koalisi yang paling kuat dan
paling dominan. Tujuan tidak ditetapkan oleh otoritas yang sah namun ditetapkan melalui tawar-
menawar antara berbagai koalisi.
Perilaku dalam organisasi mungkin tidak ditujukan pada tujuan-tujuan rasional organisasi
seperti efisiensi atau produktivitas, dan kekuasaan dan informasi mungkin melewati jalur otorias
komunkasi diluar jalur formal. Namun demikian, otoritas manajerial dan jaringan komunikasi
formal memberikan sumber kekuasaan yang berlimpah.
Jika kita memfokuskan pada kekuasaan sebagai dasar realita organsiasional, maka
permasalahan etis utama yang akan kita temui saat kita mengamati suatu organisasi adalah
masalah yang berkaitan dengan akuisisi dan pelaksanaan kekuasaan. Masalah etis utama
difokuskan bukan pada kewajiban kontraktual perusahaan dan pegawai, namun pada hambatan-
hambatan moral terhadap penggunaan kekuasaan di dalam organisasi.

Hak Pegawai
Hierarki manajerial yang terdapat dalam perusahaan-perusahaan besar memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Manajer tertinggi merupakan lembaga pembuat keputusan yang tersentralisasi.
2. Manajer memiliki kekuasaan dan otoritas yang diakui secara hukum.
3. Manajer menentukan distribusi atas pendapatan, status, dan kebebasan diantara
konstituen perusahaan.
4. Manajer memiliki monopoli kekuasaan layaknya pemerintah politik.

Namun kekuasan-kekuasaan manajer tersebut dibatasi oleh adanya hak-hak pegawai. Hak-
hak pegawai tersebut diantaranya :
a) Hak Privasi, merupakan hak individu untuk menentukan apa, dengan siapa, dan seberapa
banyak informasi tentang dirinya yang bisa diungkapkan pada orang lain. Namun
demikian hak itu harus diimbangi dengan hak dan kebutuhan orang lain. Secara khusus,
perusahaan kadang memiliki hak untuk mengamati aktivitas pegawai. Ada tiga elemen
yang perlu diperhatikan dalam menyeimbangkan hak-hak tersebut yaitu relevansi,
perstujuan dan metode.
b) Kebebasan Suara Hati, merupakan kebebasan berpendapat sesuai hati nurani. Hak atas
kebebasan suara hati melindungi kepentingan-kepentingannya dengan mewajibkan
individu yang bersangkutan untuk tidak bekerja sama dalam aktivitas-aktivitas yang
secara sadar dianggapnya salah.
c) Whistleblowing, suatu tindakan membocorkan rahasia perusahaan kepada pihak lain
baik internal maupun eksternal. Hal ini menjadi hak dikarenakan terkadang perusahaan
sering kali tidak mendengar kebebasan suara hati dari para pegawai tentang kesalahan
moral perusahaan misalnya yang lebih mengutamakan keuntungan daripada kepentingan
umum dan pegawai yang sadar hal itu salah harus tetap diam dengan alasan rahasia
perusahaan.
d) Hak untuk Berpartisipasi dan Manajemen Partisipatif, dalam suatu demokrasi
pengambilan keputusan biasanya memiliki dua karakteristik. (a) Keputusan yang
berpengaruh pada kelompok ditetapkan oleh mayoritas anggota dan (b) Keputusan yang
ditetapkan setelah dilaksanakan diskusi yang menyeluruh, bebas dan terbuka. Semua
anggota bisa berpartisipasi secara langsung dalam proses pengambilan keputusan ataupun
melalui wakil-wakil yang telah dipilih sebelumnya.
e) Hak atas Proses yang Layak dan PHK Sepihak, hak paling penting pegawai adalah
hak atas proses yang layak. Sistem ideal dari proses yang layak adalah sistem dimana
individu diberi petunjuk-petunjuk yang jelas tentang peraturan yang harus mereka ikuti.
Proses yang layak menjamin bahwa individu tidak diperlakukan secara sewenang-
wenang, tidak adil, atau kejam oleh atasannya dalam usaha melaksanakan peraturan-
peraturan perusahaan dan juga menetapkan batasan moral atas pelaksanaan kekuasaan
atasan seperti salah satunya tidak melakukan PHK sepihak yang ditentang secara moral.
f) Hak Pegawai dan Penutupan Pabrik, terdapat delapan langkah yang dapat
dilakukan,yaitu pemeberitahuan, lalu pesangon, jaminan kesehatan, pensiun awal,
transfer, pelatihan kembali, pembelian oleh pegawai, pembayaran pajak lokal.
g) Serikat Pekerja dan Hak untuk Berorganisasi, serikat pekerja merupakan hak yang
sama untuk menjalin hubungan secara bebas yang membenarkan pembentukan dan
keberadaan perusahaan juga mendasari organisasi pekerja. Hak pekerja untuk
berorganisasi dalam serikat pekerja berasal dari hak untuk diperlakukan sebagai manusia
yang bebas dan sederajat.

Contoh : Dalam perusahaan tentunya ada persaingan untuk memperebutkan jabatan yang tinggi
maupun keuntungan yang lainnya. Adanya suatu koalisi atau dukungan dari individu-individu
lainnya akan memperkuat untuk mencapai tujuan tersebut. Semakin banyak individu yang
bergabung dalam koalisi tersebut, maka akan semakin mudah untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, seperti halnya dalam pengambilan keputusan bagi perusahaan. Jika banyak yang
setuju dengan keputusan tersebut, maka keputusan itulah yang akan diambil oleh perusahaan.

Simpulan :
Organisasi sebagai suatu sistem yang terdiri dari sejumlah koalisi kekuatan yang saling bersaing,
jalur pengaruh dan komunikasi formal dan informal yang terbentuk dari koalisi-koalisi tersebut.
Tujuan organisasi menjadi tujuan yang dibentuk oleh koalisi yang paling kuat dan paling
dominan. Adanya hambatan moral terhadap penggunaan kekuasaan di dalam organisasi, seperti
hierarki manajerial yang terdapat dalam perusahaan. Namun kekuasan-kekuasaan manajer
tersebut dibatasi oleh adanya hak-hak pegawai, yaitu hak privasi, kebebasan suara hati,
whistleblowing, hak untuk berpartisipasi dan manajemen partisipasif, hak atas proses yang layak
dan PHK sepihak, hak pegawai dan penutupan pabrik, serta serikat pekerja dan hak untuk
berorganisasi.

Daftar Referensi

Velasquez, Manuel G, 2005, Etika Bisnis; Konsep dan Kasus, Edisi 5, Yogyakarta: Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai