Anda di halaman 1dari 15

KEIMANAN TERHADAP BERITA GHAIB

(HARI KIAMAT DAN TAKDIR)

Kelompok 6

 Brata Kusuma Atmaja (1907015038)


 Nafa Aulia (1907015068)
 Annisa Afliyanti (1907015110)

Kelas : 1B Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang

telah melimpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun

makalah tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam bagi suritauladan

dan panutan kita semua, baginda Rasullah SAW yang membawa umatnya menuju

jalan yang lurus, sehingga kami diberi kesehatan dan kemudahan untuk

menyelesaikan makalah ini dengan judul “Keimanan terhadap berita ghaib.”

Makalah ini disusun sebagai syarat dalam rangka memenuhi nilai tugas

pada mata kuliah Aqidah pada Fakultas Agama Islam di Universitas

Muhammadiyah Prof. Dr.Hamka (UHAMKA).

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang membacanya. Kami

menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.

Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik

yang dapat membangun dari pembaca untuk penyempurnaan.

Jakarta, 20 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................1

A. Latar Belakang........................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................2

C. Manfaat Penulisan...................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................3

BAB III PENUTUP........................................................................9

A. Kesimpulan..............................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Akhirat dipakai untuk mengistilahkan kehidupan alam baka (kekal) setelah


kematian atau sesudah dunia berakhir. Pernyataan peristiwa alam akhirat sering
kali diucapkan secara berulang-ulang pada beberapa ayat didalam Al-Qur'an
sebanyak 115 kali.
Akhirat dianggap sebagai salah satu dari rukun iman yaitu: Percaya Allah,
percaya adanya malaikat, percaya akan kitab-kitab suci, percaya adanya nabi
danr asul, dan percaya takdir dan ketetapan. Pada makalah yang sangat
sederhana ini, penulis akan membahas tentang konsep takdir dan hari kiamat
secara ringkas.
Rukun iman yang kelima adalah beriman kepada hari akhir. Iman kepada hari
akhir adalah percaya akan adanya hari akhir. Hari akhir adalah hari berakhirnya
kehidupan dunia. Pada saat itu baik dan buruknya perilaku seseorang akan dicatat
bergantung bagaimana kadar keimanan seseorang dalam hatinya.
Iman kepada hari akhir rmerupakan sesuatu yang wajib kita imani sebagai
umat muslim, walaupun kita tidak mengetahui kapan akan datangnya hari akhir
tetapi di al-Qur’an sudah dituliskan di wajibkan untuk semua kaum muslimin untuk
mengimaninya, mengimani hari akhir adalah salah satu cara agar kita bias selalu
meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT, karena dari kita sudah banyak
yang terlena dengan kehidupan duniawi, yang hanya mengedepankan kehidupan
duniawi dan membelakangkan dunia akherat. Inilah yang melatarbelakangi
dibuatnya makalah ini.
Kita tidak  dapat berbuat sesuatu pun juga, kecuali kalau kita hidup, artinya
kita mempunyai nyawa dibadan. Nyawa tidak dapat kita adakan sendiri. Jika
nyawa hendak melayang, tak dapat dan tak kuasa kita menahannya. Jika ia sudah
hilang, tak dapat dan tak kuasa kita mengembalikan atau menggantikannya.
Sebaliknya Allah berkuasa untuk sewaktu-waktu mencabut nyawa kita. Maka jika
kita hidup, dan berbuat sesuatu, nyatalah hal itu bergantung kepada kehendak
dan takdir Allah semata-mata. Sebab hanya dengan izinnya kita hidup dan
bernyawa.
Bukan hanya hidup atau mati saja yang tergantung pada kehendak dan takdir
Allah. Kita lahir kedunia pun, tidak memilih ibu, bapak dan tanah air. Padahal
sebagian besar nasib dan kehidupan kita tergantung kepada bangsa, golongan
dan tempat kelahiran. Keadaan rumah tangga, ibu, bapak, pendidikan,
pangkat,derajat, kedudukan bangsa dan tanah air mempengaruhi kedudukan kita
dalam pergaulan hidup. Dalam hal itu lepas dari kekuasaan kita tergantung pada
kehendak dan takdir Allah belaka.
B. Rumusan Masalah

1. Hal – hal apa saja yang menyangkut tentang kiamat seperti pengertian, tanda –

tanda, macam-macam, hikmah, gambaran kiamat,seta peristiwa-peristiwa

sebelum dan setelah kiamat ?

2. Hal – hal apa saja yang menyangkut tentang takdir seperti pengertian,

hikmah,pemikiran tokoh, macam-macam takdir, serta pengaruh takdir dalam

kehidupan manusia ?

C. MANFAAT PENULISAN

1.Mengetahui. Hal – hal apa saja yang menyangkut tentang kiamat seperti

pengertian, tanda – tanda, macam-macam, hikmah, gambaran kiamat,seta

peristiwa-peristiwa sebelum dan setelah kiamat

2.Mengetahui Hal – hal apa saja yang menyangkut tentang takdir seperti

pengertian, hikmah,pemikiran tokoh, macam-macam takdir, serta pengaruh takdir

dalam kehidupan manusia


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hari Kiamat

Iman kepada hari akhir adalah salah satu rukun iman yang wajib kita yakini
selain iman kepada Allah SWT. Menurut Prof. Dr. Quraisy Syihab, dalam bukunya
Wawasan Al-Qur’an halaman 80, dua rukun iman inilah yang paling banyak
disebutkan dalam Al-Quran. Terbukti al-Qur’an selalu menyebutkan Iman kepada
Hari Akhir dan Iman kepada Allah selalu bersamaan dan berurutan.
Menurut Prof. Quraisy Syihab keimanan kepada Allah tidak sempurna
kecuali dengan keimanan kepada hari akhir. keimanan kepada Allah menuntut
adanya amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna motivasinya
dengan adanya keimanan tentang adanya hari akhir. Karena kesempurnaan
ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di akhirat nanti. Untuk memperkuat
argumennya, beliau menyatakan bahwa kata "yaumul akhirat" saja terulang 24
kali, disamping kata "akhirat" terulang 115 kali dalam Al-Quran. 
Selain itu, Al-Quran selalu menggugah hati dan pikiran manusia dengan
menggambarkan peristiwa-peristiwa hari akhirat, dengan nama-nama yang unik,
misalnya Al-Zalzalah, Al-Qari'ah, an-Naba', al-Qiyamah. Istilah-istilah (yang
menjadi nama surat Al-Quran) itu mencerminkan peristiwa dan keadaan yang
bakal dihadapi oleh manusia pada saat itu, dengan tujuan agar manusia beriman
kepada Allah dan hari akhirat, karena manusia akan bertemu Allah, dan manusia
pasti akan mati, karenanya manusia jangan lengah, lupa diri, jangan terpesona
dengan kehidupan dunia yang temporal dan menipu, manusia jangan
mempertuhankan harta, karena harta tidak dapat menolong pemiliknya dari siksa
Allah dihari akhirat.

B. Tanda-tanda Hari Akhir (kiamat)

Kapan hari kiamat akan tiba memang rahasia Allah, pengetahuan kita
hanya terbatas pada tanda-tanda akan kedatangannya.  Prof. Bey Arifin dalam
bukunya Hidup Sesudah Mati (hal 182-196) setelah mengutip beberapa hadis
rasulullah melukiskan tanda-tanda hari Kiamat ada 15 peristiwa yang terlebih
dahulu, dari 15 peristiwa itu menurut beliau 3 diantaranya adalah yang paling
penting sebagai berikut:
a)      Munculnya Dajjal
Dajjal artinya pembohong yang kerjanya cuma menyesatkan manusia.
Dajjal ada 2 macam. Dajjal kecil dan Dajjal besar. Dajjal-Dajjal menyebabkan
kerusakan-kerusakan dalam masyarakat. Kerusakan-kerusakan yang
ditimbulkan oleh Dajjal kecil itu dinamakan Kiamat Kecil. Dan Dajjal-Dajjal kecil
itu telah lahir dan mungkin dapat kita temukan disekitar kita. Sedangkan Dajjal
besar adalah pembohong kaliber besar yang kerjanya membohongi dan
menyesatkan umat manusia dan mereka akan muncul menjelang Kiamat kubra
(kiamat besar) tiba.
b)      Turunnya Isa ibnu Maryam as.
Menurut A. Hasan dalam bukunya Verslag Debat Pembela Islam menerangkan
bahwa ada lebih kurang 30 buah hadis yang menerangkan akanturunnya Isa ibnu
Maryam AS. Kedatangannya adalah untuk membunuh semua babi dan
menghancurkan semua salib. Ulama mentakwilkan sebagai kehancuran dan
lenyapnya agama Kristen dan memperkuat agama Islam. Dan kedatangan Isa
anak Maryam itu adalah sesudah munculnya Dajjal.
c)      Turunnya Imam Mahdi
Kepercayaan akan kehadiran Imam Mahdi pada akhir zaman telah merata
dikalangan kaum muslimin. Mahdi artinya yang mendapat petunjuk. Kata Mahdi
tidaklah terdapat dalam Al-Quran.

C. Macam-Macam Hari Kiamat

a)      Kiamat Sughra atau Kiamat Kecil


Yaitu berupa kejadian atau musibah yang terjadi di alam ini, seperti
kematian setiap saat, banjir bandang, angin beliung, gunungmeletus, gempa bumi,
peperangan, kecelakaan kendaraan, kekeringan yang kepanjangan, hama
tanaman yang merajalela.
Keseluruhan rangkaian kejadian tersebut di atas ditinjau dari segi aqidah
merupakan peringatan dari Allah. Bagi umat yang beriman hal ini merupakan
peringatan dan ujian. Sedangkan bagi umat yang ingkar/kafir merupakan siksaan
atau azab Allah swt.
b)      Kiamat Kubra
Yaitu masa kehancuran seluruh alam semesta secara masal dan
berakhirnya kehidupan alam dunia serta hari mulai dibangkitkannya semua
manusia yang sudah mati sejak zaman Nabi Adam sampai manusia terakhir,
untuk menjalankan proses kehidupan berikutnya

D. Hikmah Iman Kepada Hari Akhir


 Menambah keyakinan bahwa perbuatan di dunia sebagai bekal kehidupan
di akhirat.
 Meyakini bahwa Allah swt akan memberikan balasan kepada hambanya
sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
 Dengan meyakini adanya hari akhir, maka seseorang akan memiliki sifat
optimis dalam menjalani kehidupan di dunia ini untuk menyongsong
kehidupan yang hakiki dan abadi kelak di akhirat.
 Menumbuhkan sifat ikhlas dalam beramal, istiqomah dalam pendirian dan
khusuk dalam beribadah.
 Senantiasa melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar untuk mencapai
ridha Allah swt.
 Meyakini bahwa segala perbuatan selama hidup di dunia ini yang baik
maupun yang buruk harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt
kelak di akhirat

E. Gambaran Hari Kiamat Menurut Al- Qur’an


 Datangnya hari kiamat ditandai dengan tiupan sang sakala. ( Q.S.An- Naml :
87
 Bumi digoncangkan sekuat kuatnya hingga mengeluar kan isi yang
dikandungnya  (QS. Al- Zalzalah : 1 – 5)
 Gunung-gunung kemudian pecah berterbangan menjadi pasir  (QS.
Al-  Haqqah : 14)
 Matahari di gulung, bintang-bintang berjatuhan dan laut meluap. (QS. Al-
Infithor : 1 – 3)
 Manusia tidak dapat menolong manusia lainnya, bahkan seorang ayah
terhadap anaknya sendiri. (QS. Lukman : 33)

F. Peristiwa Yang Berhubungan Dengan Hari Akhir


 Yaumul Barzah (Alam Kubur), Masa atau waktu antara sesudah meninggal nya
seseorang sampai menunggu datangnya hari kiamat. (Q.S.Al Khafi ayat 99 )
 Yaumul Baats, Masa dibangkitkannya manusia dari alam kubur mulai dari
manusia pertama sampai manusia terakhir ( Q.S. Al Zalazalah ayat 6 )
 Yaumul Mahsyar : Masa dikumpulkannya manusia dipadang mahsyar untuk
dihisab / diperhitungkan amal kebaikan dan keburukanya. (Q.S. Ibrahim : 48)
 Yaumul Hisab/ Mizan : Masa diperhitungkan / ditimbang amal kebaikan dan
keburukan manusia“ ( Q.S. Yasin : 65 )
 Syirot : Jembatan / jalan yang menghubungkan / mengantarkan manusia
kesurga atau neraka.
 Surga : Tempat balasan bagi orang yang beriman kepada Allah SWT..(Q.S. Al
Hajj : 23 )
 Neraka : Tempat balasan bagi orang yang ingkar kepada Allah SWT.“  (Q.S.
Az Zumar : 32 )

G. Perjalanan Manusia Setelah Terjadi Hari Akhir

Fase Perjalanan Manusia Setelah Hari Kiamat 


Perjalanan manusia setelah mati tidaklah singkat. Manusia akan melalui beberapa
fase untuk menuju akhirat. Berikut tahapannya:

1. Alam Barzakh
Alam Barzakh merupakan alam kubur dan biasanya alam ini disebut juga sebagai
alam penantian karena dalam fase ini manusia menantikan datangnya hari
kebangkitan mereka. Di alam ini manusia akan menerima semua ganjaran atas
perbuatan mereka selama di dunia. Ada beberapa golongan orang yang akan
menerima siksa kubur, diantaranya adalah:

- Orang yang melakukan zina


- Suka mengadu domba sesamanya
- Suka melakukan kebohongan kepada orang lain
- Memakan uang riba
- Orang yang masih mempunyai hutang sebelum meninggal
- Membaca Al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya
- Tidak membersihkan diri setelah buang air sehingga masih najis

Perbuatan yang dapat menolong kita dari siksa kubur adalah sholat, zakat, puasa,
perbuatan yang baik, menyambung tali silaturrahmi, berbuat baik kepada orang lain.

2. Ditiupnya sangkakala
Ketika sangkakala ditiup, maka pada hari itu adalah terjadinya hari kiamat.
Sangkakala adalah terompet yang ditiup oleh malaikat Israfil sebagai tanda kiamat
telah datang. Tiupan pertama akan memusnahkan seluruh manusia dan alam
seisinya, sedangkan tiupan kedua adalah tiupan untuk membangkitkan seluruh
manusia dari alam Barzakh.

3. Hari kebangkitan seluruh manusia


Peristiwa setelah hari kiamat adalah kebangkitan seluruh manusia dari kubur. Dalam
kebangkitannya diberitakan tentang seluruh amal perbuatannya ketika di dunia.

4. Padang Mahsyar 
Fase selanjutnya adalah dikumpulkannya seluruh manusia di padang Mahsyar untuk
dihisab atau dihitung semua amal perbuatan yang telah dilakukannya. Sehari di
tempat ini sama dengan 5.000 tahun lamanya di dunia.

5. Syafa’at dari Rosulullah


Syafa’at hanya di berikan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah dan tidak
pernah melakukan perbuatan syirik atau menyekutukan Allah dengan lainnya.

6. Hisab
Hisab adalah proses penghitungan semua amal perbuatan manusia dan seluruh
anggota badan akan menjadi saksinya.

7. Mizan
Setelah semua amal perbuatan manusia di hitung maka selanjutnya adalah proses
penimbangan. Sehingga akan terlihat lebih banyak manakah perbuatan baik atau
perbuatan buruk yang telah dilakukan manusia. Orang kafir dan orang syirik otomatis
akan masuk neraka.

8. Telaga
Kehidupan setelah hari kiamat selanjutnya adalah meminum air dari telaga. Barang
siapa yang minum maka tidak akan haus selamanya.

9. Shirat
Shirat merupakan jembatan yang harus dilewati oleh manusia untuk menuju surga.
Jembatan ini di bentangkan di atas neraka jahannam. Bagi orang mukmin yang
mampu melewati jembatan ini maka mereka akan masuk surga.

H. PENGERTIAN TAKDIR
Beriman kepada takdir artinya seseorang mempercayai dan meyakini bahwa
Allah SWT telah menjadikan segala makhluk dengan kudrat dan iradatnya dan dengan
segala hikmahnya. Kewajiban setiap orang Islam untuk mempercayai atau meyakini
takdir sebagaimana ia beriman kepada rukun iman yang lain. Iman kepada takdir
sering disebut juga dengan iman kepada qada dan qadar. Qada artinya ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT sejak zaman azali tentang segala sesuatu
yang menyangkut makhluknya, seperti bulan mengitari matahari, api membakar, nasib
baik dan buruk, manfaat dan malapetaka, sukses dan gagal, sehat dan sakit dan
sebagainya. Sedangkan qadar adalah perwujudan dari ketentuan-ketentuan Allah
SWT yang telah ada sejak zaman azali.[1]
Beriman kepada takdir bagi setiap orang muslim bukan dimaksudkan untuk
menjadikan manusia lemah, fasif, statis atau manusia yang menyerah tanpa usaha.
Bahkan dengan beriman kepada takdir mengharuskan manusia untuk bangkit dan
berusaha keras demi mencapai takdir yang sesuai dengan kehendak atau yang di
inginkan.
Sebagaimana firman Allah di dalam surat Ar-ro’du
)11 : ‫ ( الرعد‬    ‫ان هللا ال يغير ما بقو م حتى يغير وا ما با نفسهممم‬
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum ( masyarakat)
sehingga mereka mengubah (dapat) mengubah nasib mereka sendiri.
Manfaat langsung yang dapat dirasakan oleh setiap orang yang beriman kepada
takdir diantaranya ialah, mendorong lahirnya niat dan keberanian dalam menegakkan
kebenaran, menimbulkan ketenangan jiwa dan pikiran, tidak putus asa dalam
menghadapi setiap persoalan dan selalu tawakkal kepada Allah dalam menghadapi
segala persoalan hidupnya.
Sebagaimana firman Allah dalam Al- Qur’an

) :‫ ( الحديد‬ ‫ما اصا ب من مصيبة فى االرض وال في انفسكم اال فى كتب من قبل ان نبر اها ان ذلك على هللا يسير‬
Artinya:
Tiada suatu bencana pun yang menimpa dibumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitssssab ( Lauhul Mahfuz) sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.      ( QS. Al-Hadid :22)
Dalam persoalan mengimani takdir, orang Islam sepakat perlunya meyakini atau
mempercayai adanya ketentuan-ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk
yang ada di alam semesta ini. Namun mereka berbeda dalam memahami dan
mempraktekkannya. Ada diantara mereka yang memahami bahwa adanya takdir Allah
berarti manusia tidak memiliki kemampuan untuk memilih, segala gerak dan
perbuatan yang dilakukan  manusia pada hakikatnya adalah dari Allah semata.
Manusia menurut mereka sama dengan wayang yang digerakkan oleh ki dalang,
karena itu manusia tidak mempunyai bagian sama sekali dalam mewujudkan
perbuatan-perbuatannya. Pendapat ini dikeluarkan oleh golongan jabariyah yang
dipelopori oleh Jahm bin Safwan.
Pendapat yang lain memahami bahwa manusia mampu mewujudkan tindakan dan
perbuatannya. Tuhan tidak ikut campur tangan dalam perbuatan manusia itu, dan
mereka menolak segala sesuatu terjadi karena takdir Allah SWT.Paham mereka
dalam hal ini sama dengan pendapat Mu’tazilah . Dan golongan mereka disebut
dengan aliran Qadaryah yang dipelopori oleh Ma’bad Al- Jauhari dan Ghailan Al-
Dimsiki.

1.      Iman kepada taqdir mengandung empat unsur : 


a.Mengimani bahwa Allah SWT mengetahui segala sesuatu secara global maupun
terperinci, azali dan abadi, baik yang berkaitan dengan perbuatannya maupun
perbuatan para hambanya.
b.      Mengimani bahwa Allah telah menulis hal itu di “ Lauh Mahfuzh”.
Mengenai dua hal tersebut di atas Allah berfirman dalam Al- Qur’an
‫ ان ذلك فى كتب ان ذلك على هللا يسي‬ ‫الم تعلم ان هللا يعلم مافى السماء واالرض‬
Artinya:
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah SWT mengetahui apa
saja yang ada dilangit dan dibumi , bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam
sebuah kitab ( Lauh Mahfuzh) sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.
c.       Mengimani bahwa seluruh yang ada tidak akan ada, kecuali dengan kehendak
Allah SWT, baik yang berkaitan dengan perbuatannya maupun yang berkaitan dengan
perbuatan makhluk-makhluknya.
Firman Allah dalam Al-Qur’an

‫وربك يخلق ما يشاء ويختا ر‬


Artinya:
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dia kehendaki dan apa yang dia pilih.... ( Al-
Qashash : 68)

d.      Mengimani bahwa seluruh yang ada, zatnya, sifatnya dan geraknya diciptakan
oleh Allah.

Firman Allah dalam Al- Qur’an

‫هللا خا لق كل شيئ وهو على كل شئ وكيل‬


Artinya:
Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu. ( Az Zumar :
62)

I. PEMIKIRAN TOKOH ISLAM TENTANG TAQDIR

Menurut paham Ahlussunnah waljama’ah bahwa beriman kepada qadar Allah


hukumnya wajib. Tidak ada suataupun yang mampu mengelak dari kehendak dan
kekuasaannya. Tidak terjadi sesuatupun kecuali atas kehendak dan keinginannya.
Pengakuan terhadap al-qadar merupakan salah satu bentuk ketundukan kepada Allah
dan pengakuan terhadap kemahaluasan ilmunya yang meliputi segala sesuatu, serta
ketentuannya sejak azali atas segala sesuatu dengan hikmahnya. [3]
Sedangkan Mu’tazilah lebih berlebihan lagi dengan  menafikan al- qadr  dalam arti al
–ilm dan al-taqdir. Mengenai masalah ini mereka mengatakan bahwa “ semua urusan
ditetapkan sekarang” atas dasar bahwa semua perbuatan diciptakan oleh manusia
sendiri.
Paham Jabariyah memahami al-qadr secara berlebihan, menurut mereka bahwa al-
qadr  mutlak dari Allah dengan menafikan kehendak manusia dalam melakukan
perbuatannya. Berbeda dengan paham Jabariyah, Qadariyah menyatakan bahwa
semua perbuatan manusia adalah karena kehendaknya sendiri, bebas dari kehendak
Allah.
Jika perbedaan itu kita analisa, ada tiga pandangan didalamnya, yakni paham al-
qadr ekstrim ( jabariyah) paham al-qadr moderat( ahlussunnah) dan paham al-
qadr liberal ( mu’tazilah). Jabariyah menjurus kepada fatalisme dan fasifisme, bahwa
manusia tdak bebas berbuat, tapi hanya menerima apa adanya saja. Mu’tazilah lain
lagi, memang kalau faham ini dilaksanakan, manusia akan bersipat dinamis dan aktif,
namun dampak negatifnya seolah-olah menafikan bahwa didalam tindakan manusia
itu ada karya atau campur tangan Allah. Sedangkan Ahlussunnah berusaha
menengahi antara kedua paham tersebut, artinya dalam perbuatan manusia ada kerja
sama antara Tuhan dan manusia. Manusia tidak akan meneriama apa adanya, tapi
juga berusaha untuk mencapai yang terbaik, tanpa harus melupakan keputusan
semuanya ditangannya.

J. PENGARUH TAKDIR DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Beberapa ayat Al-Quran al-Karim menjelaskan adanya qadha dan qadar serta


pengaruh mutlaknya, dan bahwa setiap peristiwa alami pasti telah didahului oleh
kehendak Ilahi dan bahwa hal itu telah tersurat sebelumnya dalam suatu "kitab yang
nyata". Misalnya:“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi, dan tidak pula
pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam suatu kitab sebelum kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS
57 : 22)[4]
Adapun pengaruh takdir dalam kehidupan manusia mencakup dalam dua aspek yaitu
ada pengaruh negatif dan pengaruh positif.
Adapun pengaruh positif atau bisa juga dibilang hikmah beriman kepada Takdir adalah
: bahwasanya beriman kepada takdir dapat membuat manusia sadar bahwa segala
apa yang ada di alam ini berjalan mengikuti ketentuan dan hikmah Allah yang maha
bijaksana. Dan jika sekiranya ditimpa sesuatu musibah, dia tidak akan mengeluh dan
putus asa,tetapi dia akan tabah dan sabar menghadapinya karena segala sesuatu
yang berlaku atas dirinya dan dibumi ini karena sesuatu ketentuan dan hikmah yang
telah digariskan oleh Allah SWT sejak dari azali. Dengan begitu,dia tidak akan hilang
semangat dan tidak putus asa menghadapi tantangan dalam hidupnya. Dan juga
sebaliknya jika dia memperoleh keberhasilan dan kecemerlangan dia tidak akan lupa
diri dan angkuh,tetapi akan dihadapi dengan penuh syukur serta memuji Allah yang
telah melimpahkan karunianya kepadanya.
Jadi beriman kepada takdir memberikan kepada manusia suatu pegangan batin yang
kukuh dan keseimbangan rohani yang stabil, baik pada waktu senang karena suatu
keberhasilan , maupun pada waktu ditimpa musibah. Dan dengan beriman kepada
takdir, orang-orang mukmin  akan selalu bersikap tawakkal atas segala usaha yang
telah dilakukan , sebab dia selalu ingat bahwaorang boleh berusaha atau bekerja
dengan segala tenaga dan kuasa yang diberikan Allah padanya,tetapi hasil  dan
usahanya tergantung sepenuhnya kepada kehendak dan karunia Allah SWT.
Takdir menurut orang beriman untuk berusaha dan bekerja lalu tawakkal ,dan
akhirnya bersyukur kepada Allah atas keberhasilan usahanya atau bersabar atas
kegagalan atau musibah yang menimpanya ,inilah bekal dan pegangan hidup yang
kukuh dan mulia bagi manusia diatas bumi ini.
  Adapun pengaruh negatif atau kesalahan dalam memahami takdir akan
membawa akibat fatal bagi manusia, menyebabkan hidupnya akan tergelincir kedalam
akidah dan cara hidup yang salah ,kekeliruan umum terhadap takdir adalah segala
sesuatu,baik dan buruk, bahagia dan sengsara,mati dan hidup, dan sebagainya, telah
ditetapkan secara pasti oleh Allah, maka manusia ibarat robot atau wayang yang rela
menerima apa adanya, dengan kata lain tidak mau berusaha hanya pasrah terhadap
takdir atau ketentuan Allah.

Dalam masalah ini ada dua golongan yang tersesat:


Pertama: golongan jabariyah. yaitu mereka yang mengatakan bahwa manusia itu
terpaksa atas perbuatannya,tidak punya iradah( kemauan) dan qudrah(kemampuan).
Kedua:golongan qodariyah . yaitu mereka yang mengatakan bahwa manusia dalam
perbuatannya ditentukan oleh kemauan serta kemampuannya, kehendak serta takdir
allah tidak ada pengaruhnya sama sekali.

K.MACAM-MACAM TAKDIR

1.  Takdir dalam Ilmu Allah yang azali


Allah SWT telah mengetahui semua yang bakal terjadi didunia dan akhirat, tiada
sesuatu pun yang tersenbunyi bagi Allah, sekalipun hal itu belum terjadi, seperti umur,
rejeki, jodoh, untung, baik dan sebagainya. Tak lain tak bukan hanyalah Allah yang
menentukan semua itu. Inilah yang dimaksudkan takdir dalam ilmu Allah SWT. Takdir
dalam ilmu Allah tersebut tidak akan akan berubah dan tidak bisa diubah oleh
siapapun, sehingga disebut juga Qada Mubram atau takdir yang pasti.
2. Takdir yang tertulis di Lauhul Mahfuz
Takdir yang tertulis di lauhul Mahfuz masih mungkin berubah, karena takdir yang
tertulis tersebut ada yang merupakan keputusan final dan ada yang belum. Yang
belum meruapakan keputusan final yang disebut Muallaq. Menurut Qurtubi, semua
takdir Allah yang ditetapkan di Lauhul Mahfuz itu, jika Allah menghendaki akan
dihapus dan ditetapkan sesuai dengan kehendak-Nya. Penghapusan dan penatapan
itu sesuai dengan yang ada dalam Ummul Kitab, yakni ilmu Allah yang azali.

L. HIKMAH BERIMAN KEPADA TAKDIR


Seorang muslim wajib beriman dengan taqdir sebagaimana yang sudah dijelaskan
oleh Allah swt dan rasul-Nya di dalam Al-quran dan sunnah Rasul. Memahami taqdir
harus secara benar, karena kesalahan memahami taqdir akan melahirkan
pemahaman dan sikap yang salah pula dalam menempuh kehidupa di dunia ini
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari beriman kepada taqdir ini, antara lain
yaitu:
   Melahirkan keasaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di dalam semesta ini
berjalan sesuai dengan undang-undang, aturan dan hukum yang telah di tetapkan
dengan pasti oleh Allah swt. Oleh sebab itu manusia harus mempelajari, memahami,
dan mematuhi ketetapan Allah swt tersebut supaya dapat mencapai keberhasilan baik
di dunia maupun di akhirat nanti.
Mendorong manusia untuk berusaha dan beramal dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai kehidupan yang baik di dunia dan diakhirat, mengikuti hukum sebab akibat
yang telah ditetapkan oleh Allah swt.
Mendorong manusia untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah swt yang memiliki
kekuasaan dan kehendak yang mutlak, di samping memiliki kebijakan, keadilan, dan
kasih sayang kepada makhluk-Nya.
Menanamkan sikap tawakal dalam diri manusia, karena menyadari bahwa manusia
hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah swt
Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena meyakini apa pun
yang terjadi adalah atas kehendak dan qadar Allah swt.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Beriman kepada hari kiamat atau hari akhir merupakan rukun iman yang kelima,
tidak ada yang tahu kapan hari kiamat itu akan datang, tetapi kita sebagai muslim
sudah seharusnya untuk mengimani dan mempercayainya.
Agama Islam termasyhur sebagai agama tawakkal mengarah kepada takdir,
menerima nasib yang menimpa dengan sabar. Oleh sebab itu, orang mengatakan
bahwa ummat Islam menjadi ”fatalistis” artinya menyerah, menerima saja nasib yang
menimpanya. Tidak ada kekerasan hati untuk berusaha dengan tenaga sendiri,
menolak apa yang tidak disukainya atau berusaha untuk mencapai sesuatu yang
diingininya. Untung dan malang adalah takdir Allah.
Sebaliknya begitulah seterusnya fatalisme itu menyebabkan orang Islam menjadi
fanatic, menjadi nekat, tak takut mati, berani menyambung nyawa dengan tidak
memikirkan bahaya dan bencana yang dihadapi.Segala kepercayaan tentang kadar
dan takdir, yang mewajibkan kita untuk bertawakkal dan sabar timbul dan berdasarkan
atas ajaran tauhid.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2001).

Ali Thanthawi,  Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang: Era Intermedia, 2004).

Busyra, Ahmad Zainuddin, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna
Books, 2010).

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Al-Waah, 1989).

Ilyas, Yunahar. 1992. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan
Pengalaman Islam.

Qardhawi, Yusuf. Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan, terj. Ha. Abd Rahim Harits, Pustaka
Darul Hikmah Bima, cet.1.th.1987.

Wahhab, Muhammad bin Abdul, Tiga Prinsip Dasar dalam Islam, (Riyadh: Darussalam,


2004).

Anda mungkin juga menyukai