Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN 10

Mata Kuliah: Sejarah Pendidikan Islam

Pendidikan Islam pada zaman


penjajahan Belanda

Dosen Pengampu:
Ai Fatimah Nur Fuad, MA., Ph.D
Kondisi Umum
 Kondisi pendidikan Islam pada zaman Belanda sangat memprihatinkan.
Umat Islam terus-menerus mendapatkan tekanan dan perlakuan yang tidak
menggembirakan. Namun, umat Islam pantang menyerah, tetap berjuang hingga
akhirnya pendidikan Islam mengalami kebangkitan dan kemajuan.
 Kemajuan pendidikan tersebut terinspirasi oleh gerakan yang lahir di Timur
Tengah, khususnya Mesir dan Saudi Arabia oleh orang-orang yang pulang dari
menuntut ilmu di kedua negara tersebut.
 Munculnya gerakan-gerakan tersebut menyebabkan pendidikan Islam bergerak ke
arah yang lebih maju walaupun di sisi lain pemerintah kolonial tidak mendukungnya.
Usaha tersebut cukup berhasil karena banyaknya lembaga-lembaga pendidikan
Islam yang bermunculan yang merupakan pembaruan pendidikan Islam pada masa
itu.

info@uhamka.ac.id www.uhamka.ac.id Jl. Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (021)73944451, 7208177, 7222886
Kebijakan Belanda dalam Pendidikan
Islam
 Kebijakan pemerintah Hindia Belanda bersifat menekan.
 Karena dikhawatirkan akan menimbulkan militansi umat Islam terpelajar
yang akan mengancam stabilitas pemerintahan kolonial Belanda.
Bagi pemerintah Hindia Belanda, pendidikan tidak hanya bersifat pedagogis-
kultural, tetapi juga bersifat pedagogis-politis.
 Pandangan ini di satu sisi menimbulkan kesadaran bahwa pendidikan
dianggap sangat vital dalam upaya mempengaruhi perkembangan
masyarakat.
Melalui pendidikan model Belanda, dapat diciptakan kelas masyarakat
terdidik yang berbudaya Barat (sehingga bisa jadi akan lebih akomodatif
terhadap kepentingan penjajah).

info@uhamka.ac.id www.uhamka.ac.id Jl. Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (021)73944451, 7208177, 7222886
Dampak kebijakan ordonansi dalam
pandangan Deliar Noer
 Jumlah guru agama menjadi sedikit karena terbentur pengurusan izin
administrative untuk mengajar dari pemerintah.
 Sulitnya mengisi daftar laporan kepada pejabat berwenang, karena hampir
seluruh guru hanya memahami huruf Arab, sedangkan formulir yang diberikan
dalam bahasa Belanda dan menggunakan huruf latin.
Lembaga pendidikan yang paling “menderita” karena pemberlakuan kebijakan ini
adalah pesantren dikarenakan belum mempunyai tata administratif yang baik,
dalam aspek daftar murid, guru dan mata pelajaran. Hal ini, berujung pada
penutupan pesantren yang dilakukan oleh pemerintah.
 Penyelenggaraan pengajaran menjadi terhambat, karena selain jumlah guru yang
sangat terbatas, pelajaran yang diberikan juga sedikit karena adanya “sensor”
pengawasan dari pemerintah.

info@uhamka.ac.id www.uhamka.ac.id Jl. Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (021)73944451, 7208177, 7222886
Perkembangan Pendidikan Pesantren
 Perkembangan pesantren pada masa pemerintah kolonial Belanda banyak didukung oleh
pesantren kerajaan.
 Saat itu di berbagai daerah di Nusantara tumbuh kerajaan-kerajaan Islam, seperti Kerajaan
Islam Pasai, Kerajaan Islam Darussalam di Sumatera,Kerajaan Islam Demak, Kerajaan Islam
Banten, Kerajaan Islam Pajang, dan Kerajaan Islam Mataram di Jawa.
 Pesantren yang dilabeli sebagai lembaga pendidikan yang tradisional waktu itu, menjadikan
kehadiran sekolah-sekolah Belanda yang modern sebagai inspiring dan pemicu kesadaran baru
untuk melakukan perubahan-perubahan mendasar dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia.
Muncullah gagasan tentang perlunya melakukan pengembangan dan pembaruan pendidikan
Islam di Indonesia.
Praktiknya, sistem pendidikan yang diterapkan oleh sekolah-sekolah Belanda (sekolah
pemerintah) dimasukkan ke dalam sistem pendidikan pesantren.
Sistem pendidikan dengan model halaqah sebelumnya, kemudian diganti dengan sistem klasikal
dengan unit-unit kelas dan sarana-prasarana seperti bangku dan meja di ruang-ruang kelas.

info@uhamka.ac.id www.uhamka.ac.id Jl. Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (021)73944451, 7208177, 7222886
Hegemoni Kebijakan Pendidikan Belanda
Terhadap Pesantren
 Hegemoni pendidikan Belanda dalam mengatur kebijakan pendidikan agama,
khususnya yang digalakkan oleh pesantren di Indonesia, menurut Gramsci,
berlandaskan pada nalar politis, ideologis dan kultural a la kolonialis untuk
memaksakan pengaruh atas kepemerintahannya kepada pribumi Indonesia.
 Sikap kolonialis Belanda yang tidak apresiatif terhadap lembaga pendidikan Islam
termasuk pesantren tercermin dari para penulis Barat abad ke-19 dalam memberikan
gambaran dan kesan tentang salah satu lembaga pendidikan yang agak “aneh”, dan
khusus menekankan adanya perbedaan dengan sekolah-sekolah Barat.
Inspeksi Pendidikan Kolonial Belanda bahkan memandang pendidikan pesantren
tidak begitu penting.
Strategi Belanda dalam menghegemoni diskursus kebijakan pendidikan Islam dari
pemikiran Gramsci dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu: kekerasan dan persuasif.

info@uhamka.ac.id www.uhamka.ac.id Jl. Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (021)73944451, 7208177, 7222886
TERIMA KASIH

info@uhamka.ac.id www.uhamka.ac.id Jl. Limau II, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (021)73944451, 7208177, 7222886

Anda mungkin juga menyukai