Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MEMAHAMI IMAN KEPADA HARI AKHIR, QADA DAN


QADAR

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7

1. Cinta Silvia (2013142010036)


2. Justine Nailah (2013142010084)
3. Ramla Mahuri (2013142010032)
4. Divani Sagita (1912142010027)

Dosen Pengampu : Yulius,M.Ag

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR YARSI BUKITTINGGI 2021/2022


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia Nya kita berada dalam keadaan sehat wal’afiat dan mendapat kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah yang berjudul “Iman Kepada Hari Akhir ” penulis banyak
mendapatkan hambatan dan kesulitan, waktu, tempat, dan dana.Tetapi karena bantuan dan saran
dari berbagai pihak terutama kelompok, akhirnya kami sebagai penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Maka dalam kesempatan ini, kami menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada Dosen Studi Islam“:.
Dengan iringan doa semoga amal baik yang telah diberikan kepada kami mendapat
balasan yang baik dari ALLAH SWT. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami selaku penulis dan pembaca pada umumnya.

Bukittinggi, 05 Oktober 2022

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................7
A. PENGERTIAN IMAN KEPADA HARI AKHIR........................................................................7
B. TANDA- TANDA HARI AKHIR....................................................................................................8
C. PROSES DAN PERISTIWA HARI AKHIR..................................................................................9
D. HIKMAH IMAN KEPADA HARI AKHIR..................................................................................14
E. SIKAP BERIMAN KEPADA HARI AKHIR...............................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................................17
IMAN KEPADA QADA DAN QADAR.................................................................................................17
A. PENGERTIAN BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR................................................17
B. MACAM-MACAM TAKDIR.....................................................................................................18
C. FUNGSI BERIMAN KEPADA QADA’DAN QADAR ALLAH SWT....................................19
D. CIRI- CIRI ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’DAN QADAR............................20
E. HIKMAH ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR.............................22
BAB IV.....................................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................................24
A. Kesimpulan..................................................................................................................................24
B. Saran................................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian Iman menurut bahasa adalah “percaya/meyakini”. Sedangkan Hari Akhir
adalah dimana seluruh alam semesta akan hancur, dan ketentuan itu sudah dirumuskan oleh
Allah swt. Jadi beriman kepada Hari Akhir adalah meyakini dan mempercayai bahwasanya hari
akhir pasti akan tiba yang sesuai dengan keterangan-keterangan Alloh melalui firman firmanya
dalam al-Qur’an.

Yang dimaksud dengan Hari Akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan
dunia yang fana ini berakhir termasuk proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari
kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah),
kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (Ba’ats),
dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar(Hasyr), perhitungan seluruh amal
perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (Wazn),
samapai kepada pembalasan dengan surge atau neraka(Jaza’).

Rukun iman yang kelima adalah beriman kepada hari akhir. Iman kepada hari akhir
adalah percaya akan adanya hari akhir. Hari akhir adalah hari berakhirnya kehidupan dunia.
Pada saat itu baik dan buruknya perilaku seseorang akan dicatat bergantung bagaimana kadar
keimanan seseorang dalam hatinya.
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah  bahwa hakikat warna-warni
kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab
“Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah yang mengetahui
isinya. Semua kejadian yang telah terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT. Begitu pula
dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami,
tanah longsor, banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita
adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT.Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang
telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam
kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.
Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita
harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai
cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi
penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir
adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah
memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan
seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait
masalah takdir ini.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian iman kepada Hari Akhir?
b. Tanda tanda hari Akhir?
c. Apa proses dan peristiwa Hari Akhir?
d. Apa hikmah iman kepada Hari Akhir?
e. Sikap Beriman kepada Hari Akhir?
f. Apa yang dimaksud dengan iman qada’ dan qadar?
g. Takdir dibagi menjadi berapa macam?
h. Apa fungsi beriman kepada qada’dan qadar Allah SWT?
i. Bagaimana ciri – ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?
j. Bagaimana hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar?

C. Tujuan Masalah
a. Dapat mengetahui pengertian iman kepada Hari Akhir
b. Mengetahui tanda tanda hari Akhir
c. Mengetahui proses dan peristiwa Hari Akhir
d. Mengetahui hikmah iman kepada Hari Akhir
e. Menggambarkan Sikap Beriman kepada Hari Akhir
f. Untuk memahami iman kepada qada’ dan qadar
g. Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir
h. Untuk memahami fungsi iman kepada qada’ dan qadar
i. Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang beriman kepada qada’ dan qadar
j. Untuk mengetahui hikmah bagi orang yang beriman kepada qada’ dan qadar
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IMAN KEPADA HARI AKHIR


Pengertian Iman menurut bahasa adalah “percaya/meyakini”. Sedangkan Hari Akhir
adalah dimana seluruh alam semesta akan hancur, dan ketentuan itu sudah dirumuskan oleh
Allah swt. Jadi beriman kepada Hari Akhir adalah meyakini dan mempercayai bahwasanya hari
akhir pasti akan tiba yang sesuai dengan keterangan-keterangan Alloh melalui firman firmanya
dalam al-Qur’an.

Yang dimaksud dengan Hari Akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan
dunia yang fana ini berakhir termasuk proses dan peristiwa yang terjadi pada Hari itu, mulai dari
kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah),
kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur (Ba’ats),
dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar(Hasyr), perhitungan seluruh amal
perbuatan tersebut untuk mengetahui perbandingan amal baik dan amal buruk (Wazn),
samapai kepada pembalasan dengan surge atau neraka(Jaza’).

Akan tetapi pembahasan tentang Hari Akhir dimulai dari pembahasan tentang alam kubur
karena peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan kiamat kecil (al-Qiyamah al-Sughra),
dan juga karena orang-orang yang sudah meninggal dunia telah memasuki bagian dari proses
transisi dari kehidupan di dunia menuju kehidupan di akhirat. Alam transisi tersebut dinamai
dengan alam Barzakh.
Di samping istilah Hari Akhir (Al-Yaum Al-Akhir), Al-Qur’an juga menggunakan istilah atau
nama-nama lain,yang masing-masing nama menunjukkan peristiwa, keadaanatau suasana yang
akan dialami oleh umat manusia dalam
proses menuju kehidupan yang abadi tersebut. Nama-nama itu adalah:
1. Yaumul Qiyamah (Hari Kiamat) (Az-Zumar 39:60)
2. Yaumul Ba’ats (Hari Kebangkitan) (Ar-Rum 30:56)
3. Yaumul Hisab (Hari Perhitungan) (Al-Mukmin40:27)
4. Yaumul Din ( Hari Pembalasan) (Al-Fatihah 1:3)
5. Yaumul Fath (Hari Kemenangan) (As-Sajadah32:29)
6. Yaumul Talaq (Hari Pertemuan ) (Al-Mukmin 40:15-16)
7. Yaumul Jam’i (Hari Berhimpun) (At-Taghabun 64:9)
8. Yaumul Taghabun (Hari ditampakkan kesalahan-kesalahan) (AtTaghabun 64 : 9)
9. Yaumul Khulud (Hari Kekekalan) (Qaf 50 : 34)
10. Yaumul Khuruj (Hari Keluar) (Qaf : 50 : 42)Aqidah Akhlak  69
11. Yaumul Hasrah (Hari Penyesalan) (Maryam 19 :39)
12. Yaumul Tanad (Hari Panggil-Memanggil) (Al-Mukmin 40 : 32)
13. Yaumul Fashl (Hari Keputusan) (An-Naba’ 78 : 17)
14. As-Sa’ah (Waktu) (Al-Qamar 54 :1)
15. Al-Akhirah (Akhirat) (Al-A’la 87 : 16-17)
16. Al-Azifah (Peristiwa Dekat) (An-Najm 53 : 57)
17. At-Thammah (Mala Petaka Besar) (An-Nazi’at 79:34)
18. As-Shakhah (Tiupan Sangkakala Yang Kedua)
19. Al-Ghasyiyah (Kejadian Yang Menyelubungi)
20. Al-Waqi’ah (Peristiwa Dahsyat)
21. Dan lain-lain
Sedangkan istilah Al-Yaum Al-Akhir terdapat antara lain
dalam QS. al-Baqarah/2:177;
‫ك م ْ قِبَل َ ْال َمشْ ِق ِ َو ْال َم ْغ ِرب ِ َولَ ِكن َّ ْالب َ لَيْس‬
ُ َ‫ْالب ِ َّ َأن ْ تُ َولُّوا ُوجُوه‬
‫ِخر ِ َو ْال َمالِئ َكة ِ َو ْال ِكتَاب ِ َوالنَّبِيِّين َ َوآت َ ْال َمال َّل ِ َوالْ َوْ م ِ ا لله َمن ْ آ َمن َ بِا‬
‫س ا ِكين َ َوابْن َ السَّ بِيل ِ َوالسَّ اِئلِين َ َ ُحبِّه ِ َذ ِوي ْالقُرْ ب َ َوالْ َتَام َ على‬ َ ‫َو ْال َم‬
‫ك ة َ َو ْال ُموفُون َ بِ َع ْه ِد ِهم ْ ِإ َذا َع هَ ُد وا‬َ ‫َوف ِ الرِّ قَاب ِ َوَأقَام َ الصَّ الة َ َوآت َ ال َّز‬
‫س اء ِ َوالضَّ َّاء ِ َو ِحين َ الْ َْأس‬ َ ‫ص َد قُوا ِ َوالصَّ ابِ ِرين َ ف ِ الْ َْأ‬ َ َ ‫ُأولَِئك َ ا َّل ِين‬
‫َوُأولَِئك َ هُم ُ ْال ُمتَّقُون‬
“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhn- ya kebajikan itu ialah beriman keada Allah, hari Akhir, Malaikat
Malaikat, Kitab-Kitab dan Nabi-Nabi...” (Al-Baqar-ah 2:177)1

B. TANDA- TANDA HARI AKHIR


Tanda-tanda hari kiamat diterangkan oleh Rasulullah saw dalam hadis yang diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Syibah, Muslim dan Turmudzi. Tanda-tanda hari kiamat adalah sebagai berikut

1. Tanda-tanda kiamat kecil, antara lain :


1) Hamba sahaya perempuan melahirkan Tuannya
1
Anwar, Rosihon. 2009. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
2) Ilmu agama dianggap tidak penting
3) Perzinaan, Minuman keras, Fitnah, Pembuhan meraja rela dimana mana.
4) Jumlah wanita lebih banyak daripada laki-laki dengan perbandingan 50:1
5) Banyak terjadi gempa bumi / Musibah / Bencana Alam
6) Lahirnya Dajjal (tukang dusta) yang mengaku dirinya utusan Allah swt

2. Tanda-tanda kiamat besar , anatara lain :


1) Matahari terbit dari barat
2) Munculnya binatang ajaib yang dapat berbicara
3) Rusaknya Ka’bah dengan sendirinya
4) Seluruh manusia menjadi kafir dan lenyapnya Al-Qur’an
5) Berkuasanya Bangsa Ya’juj dan Ma’juj di muka bumi

C. PROSES DAN PERISTIWA HARI AKHIR


Yang dimaksud dengan proses dan peristiwa Hari Akhir adalah kronologis peristiwa yang
akan dilalui oleh umat manusia pada Hari Akhir nanti, mulai dari Kiamat sampai Pembalasan
dengan surga atau neraka. Tapi, seperti yang sudah dijelaskan pada pasal sebelumnya
pembahasan akan kita mulai dari alam kubur, yaitu alam transisi dari alam dunia menuju alam
akhirat.

1. Alam Kubur
Yang dimaksud dengan alam kubur bukanlah semata kuburan, tetapi alam yang dimasuki
oleh setiap orang yang meninggal dunia, apakah dia dikuburkan atau tidak dikuburkan. Misalnya
jasad Fir’aun (Rames II), meskipun sampai sekarang masih utuh sebagai mummi dan disimpan di
Museum Tahrir Kairo Mesir, namun tetap tidak bias terbebas dari alam kubur. Begitu juga jasad-
jasad lain, baik yang utuh maupun yang hancur bagai tepung tetap memasuki alam kubur. Alam
kubur dikenal juga dengan sebutan Alam Barzakh, Barzakh artinya yang membatasi antara dua
hal. Dalam hal ini Alam Barzakh adalah alam pembatas antara alam dunia dan alam akhirat.
Setiap orang yang lulus dalam “ujian” alam kubur akan merasakan kenikmatan,
sebaliknya yang tidak lulus akan merasakan azb dan penderitaan. Bagaimana bentuk dan teknis
kenikmatan dan siksaan itu tidaklah perlu kita selidiki dan kita banding-bandingkan dengan apa
yang didapat di dunia sekarang ini, karena tentu saja alam kubur yang ghaib, berbeda dengan
alam dunia yang nyata ini. Tapi yang jelas, kenikmatan dan siksaan itu dirasakan oleh roh dan
badan sekaligus, bukan hanya roh semata. Sayid Sabiq mengutip pendapat Ibnul Qayyim sebagai
berikut : “Umat salaf (dahulu) serta para imam- imamnya berpendapat bahwa jikalau seseorang
manusia meninggal dunia, maka ia akan mendapat kenikmatan ataupun siksaan. Kedua macam
keadaan yakni kenikmatan atau siksaan ini akan dirasakan oleh roh dan badannya juga. Roh itu
sekalipun telah berpisah dengan tubuhnya akan tetapi dapat merasakan kenikmatan atau siksaan
itu. Roh itu ada kalanya dapat berhubungan kembali dengan tubuhnya dan dengan demikian,
maka tubuh bersama-sama dengan roh tadi akan sama-sama dapat merasakan kenikmatan atau
siksaan tersebut.
Kesalahan mendasar orang- orang yang mempertanyakan logis tidaknya kenikmatan dan
siksaan kubur adalah membandingkan keadaan di alam ghaib dengan keadaan di alam nyata di
dunia ini, padahal keduanya jelas merupakan dua alam yang sangat berbeda.

Nash-nash Al-Qur’an dan Sunnah yang dijadikan dalil adanya pertanyaan Malaikat
Munkar dan Nakir serta adanya kenikmatan dan siksaan di alam kubur adalah anatara lain
sebagai berikut:

a. QS. Ibrahim/14:27;
Artinya: “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat...” (Ibrahim 14:27)
Menurut Rasulullah saw, al-qaulu as-tsabit dalam ayat di atas adalah kesaksian bahwa
tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad Rasulullah, yang diberikan oleh seseorang
muslim di alam kubur tatkala ditanya oleh Malaikat (HR.Bukhari dan Muslim).

b. QS. Al-Mukmin/42:45-46
Artinya: “...Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada
mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan hari terjadinya Kiamat (dikatakan
kepada Malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat
keras.” (Al-Mukmin 40: 45-46).
Dalam ayat di atas ada dua azab yang ditimpakan oleh Allah kepada Fir’aun dan
kaumnya: pertama, dinampakkan neraka pada pagi dan petang; kedua, dimasukkan ke dalam
azab yang pertama, antara ma’thuf dan ma’thuf alaih haruslah berbeda. Jika azab yang kedua
dinyatakan setelah terjadinya kiamat, tentu azab yang pertama terjadi antara kematian dan
kebangkitan
yaitu azab kubur.

2. Kiamat
Kiamat pasti terjadi. Tapi tidak seorang pun yang tahu termasuk para Nabi dan Rasul
kapan akan terjadi. Dalama hal ini Allah swt. berfirman:
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, kapankah terjadinya. Katakanlah:
“Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu hanya disisi Tuhanku; tidak seorang pun yang
dapat menjelaskan waktu datangnya selain Dia. Kiamat itu amat berat (bagi mahluk yang ada) di
langit dan di bumi. Kiamat itu tidak dating kepadamu melainkan dengan tiba- tiba...” (Al-
A’raf:187)

Walaupun kedatangan kiamat itu masih dirahasiakan, namun sebagai orang yang
beriman, kita harus mempercayainya dengan sepenuhnya. Dalam hal ini, Allah berfirman:
Artinya: “Dan sesungguhnya hari Kiamat itu pastilah dating, tak ada keraguan padanya; dan
bahwanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur” (Q.S. Al-Hajj 22:7).
Berdasarkan keterangan yang berasal dari ayat- ayat Al-Qur’an dan Al-Hadis, terjadinya
hari akhir atau hari Kiamat didahului tanda-tandanya. Tanda-tanda datangnya hari akhir
antara lain :
a. Terbitnya matahari dari arah barat
b. Mnculnya binatang yang berbicara dengan manusia
c. Munculnya Yajuj (perusak dan pengacau dan timbulnya bencana-bencana alam
dahsyat)
d. Munculnya Dajjal (pendusta, penipu ulung)
e. Al-Qur’an tinggal tulisan (sudah tidak terasa di hati) dan Islam tinggal nama (sudah
tidak ada amalan didalamnya)2
f. Jumlah orang perempuan sudah berlipat ganda daripada laki-laki.
g. Peredaran bumi sudah tidak teratur sebab sudah mendekati keruntuhannya.Kiamat
mulai terjadi ketika Malaikat Israfil meniup terompet yang pertama, maka hancurlah
dunia dan seisinya.

Artinya: “Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi, kecuali siapa
yang dikehendaki Allah. Kemudian, ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka
berdiri menunggu (putusannya masing-masing)” (QS. al-Zumar/39: 67)

3. Kebangkitan
Setelah tiupan terompet Malaikat Israfil yang kedua dibangkitkanlah seluruh manusia
dari kematiannya. Nyawa di kembalikan ke jasad masing-masing. Di samping itu dihidupkan
pula jin, iblis dan Malaikat. Menurut sebagian ulama juga dihidupkan kembali beberapa macam
binatang dan tumbuh-tumbuhan. Inilah yang disebut dengan al-ba’ats atau kebangkitan. Pada
waktu kebangkitan itu terjadi orang-orang kafir dan munafiq berkata:
Artinya: “Aduh, celakalah kami! Siapakah yang mebangkitkan kami dari tempat tidur kami?”
(Yasin 36 :52)
Wajar kalau mereka kaget dan heran, karena memang waktu di dunia mereka sama sekali
tidak percaya dengan adanya hari berbangkit. Mereka berkata:
Artinya: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup
dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” (Q.S. Al-Jatsiyah 45:24).

4. Berkumpul di Mahsyar
Setelah kebangkitan, semua umat manusia akan berkumpul di padang Mahsyar
menunggu perhitungan (hisab) amal perbuatan mereka di dunia. Pada waktu itu keadaan manusia
akan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan amalannya di dunia. Rasulullah saw.
menggambarkan perbedaan itu dalam sabdanya yang artinya:

2
Ali, Abdullah Yusuf, The Meaning of the Holy Qur’an, Brentwood: Amana Corporation, 1991.
“Manusia itu akan dikumpulkan pada hari kiamat menjadi tiga golongan, segolongan
berjalan, segolongan lagi berkendaraan dan segolongan lagi berjalan dengan mukanya. “Para
sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimanakah orang-orang itu dapat berjalan dengan
mukanya?” Beliau bersabda: “Bahwasanya Zat Yang Maha Kuasa menjalankan mereka di atas
kakinya, tentu Maha Kuasa pula untuk menjalankan mereka dengan mukanya. Alangkah
sukarnya mereka, sebab harus berjalan dengan menjaga mukanya dari tanah-tanah yang renjul
dan banyak tanaman berduri” (HR Tirmizi)”.
Dalam banyak hadits diriwayatkan bahwa keadaan di padang mahsyar itu sangat sulit,
sangat panas dan masing-masing mengurus dirinya sendiri. Semua cepat ingin terbebas dari
situasi Mahsyar, ingin cepat-cepat dihisab dan diberi keputusan, apakah akan masuk surga
atau masuk neraka. Pada saat itulah mereka dating minta syafa’at kepada para Nabi dan Rasul
terdahulu, tapi semua menolak. Akhirnya mereka sampai kepada Rasulullah saw, barulah beliau
yang bersedia memintakan kepada Allah swt. agar segera diadakan putusan dan penetapan antar
seluruh mahluk, agar mereka cepat terbebas dari kesengsaraan yang diderita di padang Mahsyar.

5. Perhitungan dan Penimbangan


Perhitungan akan dilaksanakan sesuai dengan isi “kitab” yang mencatat seluruh amalan
seseorang di atas dunia. Cara menyerahkan kitab kepada masing-masing orang berbeda, ada yang
menerima dari kanan dan depan, dan ada yang dari kiri dan belakang. Perbedaan tersebut
mengisyaratkan perbedaan “nasib” nya di akhirat..
Pada hari perhitungan itu mulut tidak bias lagi memberikan jawaban yang tidak benar,
karena seluruh tubuh akan menjadi saksi. Kemudian setelah dilakukan perhitungan, dilakukan
penimbangan. Siapa yang berat timbangan kebaikannya akan masuk surge, sedangkan siapa yang
berat timbangan kejahatannya akan mudah masuk neraka. Pada hari tidak akan ada seorang pun
yang dirugikan, penimbangan dilakukan dengan seadil-adilnya oleh Yang Maha Adil. Setelah
hisab dan wazn (mizan) semua orang akan melalui as-shirath (jembatan) yang
terbentang di atas neraka jahanam. Semua manusia tanpa terkecuali, termasuk para Nabi dan
Rsul akan melalui jembatan tersebut. Siapa yang berjalan secara lurus (istiqamah) di jalan Allah
di dunia (Islam), maka dia akan berjalan pula dengan lurus (selamat) melewati jembatan tersebut.
Sulit dan mudahnya seseorang melewati jembatan itu tergantung kualitas amalannya.
6. Pembalasan
Setelah penimbangan dan melalui as-shirath maka setiap orang akan merasakan
pembalasan dari Allah swt. sesuai dengan hasil penimbangannya. Sebagaimana yang sudah
disebutkan sebelumnya bahwa siapa yang amal kebaikannya lebih berat dari amalan
kejahatannya maka dia akan masuk langsung ke surga tanpa harus merasakan dulu siksaan Allah
swt. di neraka. Sebaliknya siapa yang amal kejahatannya lebih banyak dari amal kebaikannya dia
akan masuk neraka. Kalau dia orang yang beriman dan tidak mempersekutukan Allah swt. maka
setelah masa hukumannya habis di neraka dia akan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam surga.
Namun bagi orang kafir, ataupun orang-orang musyrikin mereka akan kekal selamanya di
neraka.

D. HIKMAH IMAN KEPADA HARI AKHIR


Hikmah beriman kepada hari akhir memang besar sekali sebab setelah manusia mengerti
dan yakin adanya hari pembalasan di akhirat atas perbuatan di dunia, setidak- tidaknya, ia pasti
berhati-hati dalam beramal. Ketikaberbuat jahat, manusia selalu ingat dan takut terhdap siksa di
akhirat. Adapun hikmah beriman kepada hari akhir yaitu sebagai
berikut:
1. Menunjukkan betapa pentingnnya iman kepada Hari Akhir itu dalam ajaran islam. Sebab
dengan adanya keimanan terhadap Hari Akhir seseorang akan disiplin dan berusaha maksimal
untuk memenuhi ajaran Allah swt. sebab dia tahu bahwa tidak satupun amal perbuatannya baik
lahir maupun batin yang luput dari pencatatan dan perhitungan kelak di Akhirat.
2. Dengan adanya penggambaran yang detail tentang surga dan neraka dengan segala
kenikmatan dan siksaannya, seseorang akan terdorong untuk merasa- kan kenikmatan itu, dan
takut untuk merasakan kenikmatan itu, dan takut untuk merasakan siksaan. Hal tersebut tentu
akan membuatnya selalu ingin melaksanakan kebaikan dan tidak mau melaksa- nakan
kemaksiatan.
3. Dengan seringnya disebutkan masalah iman kepada Hari Akhir, maka hal itu akan bisa
mengingatkan orang-orang yang sering terlupa dan lalai dalam kehidupannya karena terpengaruh
dengan segala kesenangan hidup di dunia.
4. Dengan menyebutkan masalah Hari Akhir secara detail di harapkan dapat mematahkan
argumentasi para penentangnya atau mematahkan dalil-dalil yang sebenarnya tidak ilmiah dari
orang-orang yang tidak percaya dengan adanya Hari Akhir.3

E. SIKAP BERIMAN KEPADA HARI AKHIR


a. Selalu Berusaha Menjadi Lebih Baik Seseorang yang beriman kepada hari akhir akan
berusaha menjadi lebih baik dari hari-hari yang telah terlewati. Jika kemarin ia
melaksanakan satu kebaikan, hari ini akan berusaha untuk melakukan dua atau lebih
kebaikan. Seseorang yang beriman kepada hari akhir menginginkan hari ini lebih baik dari
hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jika hari kemarin lebih baik dari
hari ini berarti seseorang termasuk golongan orang yang merugi.
b. Tidak Silau pada Gemerlap Dunia Dunia dan seluruh isinya menawarkan kenikmatan sesaat.
Orang-orang yang tidak menyadari akan tertipu oleh gemerlapnya dunia, mereka akan
terseret dan tenggelam dalam kemegahan sesaat. Mereka lupa bahwa dunia hanya
sementara. Mereka yang kaya bisa silau dengan kekayaan yang dititipkan kepadanya.
Mereka yang miskin dapat melupakan tujuan penciptaannya karena kemiskinannya. Hanya
orang-orang yang beriman dan menyadari bahwa dunia ini hanya sementara yang tidak
tertipu oleh gemerlapnya dunia. Kekayaan merupakan suatu hal yang patut disyukuri.
Kemiskinan yang datang tentunya tidak diharapkan. Kaya atau miskin merupakan cobaan
dari Allah Swt. Orang kaya diuji dengan kekayaannya dan si miskin diuji dengan
kemiskinannya. Jika si kaya menjadi orang yang bersyukur dan dapat mempergunakan
kekayaannya dengan sebaikbaiknya (pada jalan yang diridai Allah) berarti ia termasuk
orangorang yang beruntung. Si miskin yang bersyukur dengan kemiskinannya dan tetap
menjalankan tujuan penciptaannya sebagai manusia, ia termasuk orang yang beruntung.
Kaya atau miskin dapat mengantarkan seseorang pada kekufuran. Si kaya atau si miskin
hendaknya tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia yang tidak kekal. Kekuasaan yang dimiliki
hendaknya tidak melenakan dari mengingat Allah Swt. Ingatlah kembali kisah
Fir’aun.Fir’aun yang menjabat sebagai raja memiliki sifat takabur. Ia sangat sombong
dengan jabatan yang dimilikinya. Bahkan, ia mengaku sebagai tuhan yang harus disembah
oleh rakyatnya. Sungguh, perilaku yang tidak sepantasnya ditiru. Seseorang yang berkuasa

3
Ilyas, Yunahar. 2004. Kuliah Aqidah Islam. Cet.VIII; Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam.
hendaknya menyadari bahwa kekuasaan tersebut hanya sementara. Kekuasaan dapat
berakhir oleh waktu. Oleh karena itu, seseorang tidak sepantasnya menyombongkan diri atas
apa pun yang dititipkan kepadanya.
c. Tidak Iri atas Nikmat Orang Lain Allah memberikan nikmat yang berbeda-beda kepada
manusia. Ada manusia yang dikaruniai nikmat berupa kekayaan. Ada yang dikaruniai
nikmat berupa keturunan, kecerdasan, keberuntungan, dan lain sebagainya. Terhadap nikmat
yang diperoleh orang lain kita tidak boleh merasa iri. Iri dapat berupa sikap tidak rela orang
lain mendapat nikmat dan ingin agar nikmat tersebut beralih kepadanya.
d. Bersikap Rendah Hati Bersikap rendah hati terhadap apa pun yang dimiliki merupakan
perilaku terpuji. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Orang yang rendah hati
menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki hanya titipan Allah Swt. Titipan yang setiap
saat dapat diambil oleh pemiliknya. Oleh karena itu, seseorang yang rendah hati tidak
pernah sombong dengan sesuatu yang dititipkan kepadanya. Ia merasa tidak patut bersikap
sombong dan berbangga diri terhadap titipan Allah.
e. Menghindari Sifat Cinta Dunia dan Harta Secara Berlebihan Cinta dunia dan harta secara
berlebihan dihindari oleh orang yang beriman kepada hari akhir. Cinta dunia dan harta
secara berlebihan bukanlah sikap seseorang yang beriman kepada hari akhir. Seseorang yang
dikaruniai harta akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak. Oleh karena itu,
seseorang yang beriman dan dikaruniai harta berlebih akan mempergunakan hartanya
tersebut di jalan-Nya. Ia akan membelanjakan hartanya di jalan yang diridai Allah.
Membantu fakir miskin, membantu pembangunan masjid, madrasah, rumah sakit, dan
kegiatan lain yang diridai Allah Swt.
f. Bersikap Optimis dan Lapang Dada Seseorang yang beriman kepada hari akhir akan
bersikap optimis dalam menghadapi segala sesuatu. Selain itu, orang yang beriman kepada
hari akhir akan bersikap lapang dada dalam menghadapi segala musibah yang menimpa.
Ketidakadilan sering dirasakan. Ia merasa optimis bahwa segala kebaikan yang dilakukan
akan mendapat balasan. Selain itu, ia juga optimis bahwa segala amal buruk akan mendapat
balasan yang sesuai.4

4
Syukur, Asep Puji & Evi Susanti. 2011. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Kelas XI. Jakarta: Pusat Kurikulum
dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional.
BAB III

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR

A. PENGERTIAN BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR


            Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan
dilaksanakan dengan amal perbuatan. Kalau kita melihat qada’ menurut bahasa artinya
Ketetapan. Qada’artinya ketetapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali.
Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk.
Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran. Qadar artinya terjadi penciptaan
sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qada’ dan Qadar
dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.  Jadi, Iman kepa qada’ dan qadar adalah
percaya sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam raya
ini, semuangnya telah ditentukan Allah SWT sejak jaman azali. Iman kepada qada’ dan
qadar termasuk rukun iman yang keenam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Iman
adalah kamu percaya kepada allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul-Nya, hari akhir, dan
kamu percaya kepada takdir baik maupun buruk.” (HR. Muslim)
Dan sabda Rasullullah SAW yang artinya : “Malaikat akan mendatangi nuthfah yang telah
menetap dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima malam seraya berkata; ‘Ya
Tuhanku, apakah nantinya ia ini sengsara atau bahagia? ‘ Maka ditetapkanlah (salah satu
dari) keduanya. Kemudian malaikat itu bertanya lagi; ‘Ya Tuhanku, apakah nanti ia ini laki-
laki ataukah perempuan? ‘ Maka ditetapkanlah antara salah satu dari keduanya, ditetapkan
pula amalnya, umurnya, ajalnya, dan rezekinya. Setelah itu catatan ketetapan itu dilipat
tanpa ditambah ataupun dikurangi lagi.” (HR. Muslim)5
Allah berfirman :
Artinya : “Tiadalah suatu bencana menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu,
melainkan dahulu sudah tersurat dalam kitab (Lauhul Mahfuz) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al-
Hadiid:22) 

5
Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.
B. MACAM-MACAM TAKDIR
Takdir terbagi menjadi dua bagian,yakni:
a. Takdir Mu’allaq
            Takdir mu’allaq adalah takdir Allah SWT atas makhluknya yang memungkinkan
dapat berubah karena usaha dan ikhtiar manusia. Allah berfirman :
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu  kaum sehingga mereka itu
mengubah nasibnya sendiri.” (Ar-Radu : 11)
Contoh :
1) Miskin bisa jadi kaya, lantaran bekerja keras
Allah berfirman :
Artinya : “Dan katakanlah(hai Muhammad) : Bekerjalah kamu semua, maka Allah dan
Rasulnya serta orang mukmin akan melihat hasil pekerjaanmu.’ (At- Taubah ayat 105)
2) Bodoh Menjadi Pintar , lantaran mau belajar giat
Rasullulah SAW bersabda yang artinya : “Belajarlah kamu sekalian, ajarkanlah bertawakal
kamu kepada guru, serta lemah lembutlah kamu kepada murid.” (H.R. Tabrani)
3) Orang sakit bisa menjadi sembuh, lantaran berobat dan berdoa
Allah berfirman :
 Artinya : “Berdoalah kamu kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permohonanmu.” 
(Al-Mu’minun ayat 60)

b. Taqdir Mubram
            Takdir mubram ialah takdir yang pasti terjadi dan tidak dapat dielakkan kejadiannya.
Contohnya nasib manusia, lahir, kematian, jodoh, rizkinya, dan terjadinya kiamat dan
sebagainya. Qada’ & qadar Allah SWT yang berhubungan dengan nasib manusia adalah
rahasia Allah SWT, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan
mengetahui qada’dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar. Kapan manusia lahir, bagaimana
statusnya sosialnya, bagaimana rizkinya ,siapa anak istrinya,dan kapanya
meninggalnya,adalah rahasia Allah SWT. Jalan hidup manusia seperti itu sudah ditetapkan
sejak zaman azali yaitu masa sebelum terjadinya sesuatu atau massa yang tidak bermulaan.
Tidak seorang pun yang mengetahuinya.6

C. FUNGSI BERIMAN KEPADA QADA’DAN QADAR ALLAH SWT


            Beriman kepada qada’dan qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Diantaranya:
a) Mempunyai semangat ikhtiar
            Ikhtar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan
keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya. Dengan pemahaman seperti itulah ,seorang
murid akan bekerja keras agar biasa sukses, pedagang akan hidup hemat agar usahanya
berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman:
Artinya:“ Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya. Dan sesungguhnya
usahanya itu kelak akan diperlihatkan(kepadanya).”(Q.S.An-Najm, 39-40)
b) Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan
Dengan percaya qada’ dan qadar, manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian-ujian
yang harus dilalui dengan sabar. Sabar adalah sikap mental yang teguh pendirian,berani
menghadapi tantangan,tahan uji,dan tidak menyerah pada kesulitan. Teguh pendirian berarti
tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau pedoman hidup,berani menghadapi
tantangan berarti berani menghadapi cobaan,penderitaan,kesakitan dan kesensaraan. Cobaan
harus dihadapi dengan tenang, dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya tampa menyerah
pada kesulitan,dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:
Artinya: Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan, ’’kami
telah beriman, ”dan mereka tidak di uji” (Q.S.AL-Ankabut,29:2)
c) Sabar bahwa cobaan adalah qada’dan qadar dari Allah SWT
            Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat
akan kembali kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
Artinya:“Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka berkata’Inna’lilliahi wa inna
ilaihi rajiun’.(Q.S. Albaqarah,2:156)
d) Tawakal

6
Miftah Faridl. 1995. Pokok- pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.
            Tawakal menurut bahasa artinya bersandar atau berserah diri. Dalam istilah agama,
tawakal artinya berserah dirisepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau
menunggu hasil dari suatu pekerjaan atau usaha.  Menurut Imam Al-Ghazali, tawakal artinya
menyandarkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi setiap kepentingan. Dalam hal ini,
tawakal kepada Allah SWT bkan berarti penyandaran diri kepada Allah SWT secara mutlak,
melaikan penyandaran diri yang haras didahului dengan kerja keras dalam berikhtiar
berdasarkan kemampuan maksimal.

D. CIRI- CIRI ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’DAN QADAR.


a. Qana’ah dan Kemuliaan Diri
            Seseorang yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan,
dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki itu
tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat dicegah
oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apa
pun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan
mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya. Dari sini muncullah qana’ah
terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan
diri dari penghambaan kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka. Hal tersebut
tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan
dengan qana’ah ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari
kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.
b. Cita-Cita Yang Tinggi
            Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir
dari perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya dari hal
itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan kehinaan, dan tidak
menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar membawa pelakunya kepada
kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah
kepada takdir.
c. Bertekad dan Bersungguh-Sungguh dalam Berbagai Hal
            Orang yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai
urusannya, memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan segala
kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong kepada hal itu,
dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal.
            Bahkan, keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh
untuk melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan
mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk
menggapainya.
d. Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah
            Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab
manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam.
Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan
menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan
menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan
melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang
semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak
disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka
hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik
terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu,
akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang
tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik.
e. Selamat Dari Kedengkian dan Penentangan
            Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti
masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka, misalnya
hasad yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada manusia atas
karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa Allah-lah yang
memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan menghalangi dari siapa yang
dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki kepada selainnya, berarti dia menentang
ketentuan Allah. Jika seseorang beriman kepada qadar, maka dia akan selamat dari
kedengkian, selamat dari penentangan terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i
(syari’at) dan ketentuan-ketentuan-Nya yang bersifat kauni (sunnatullah), serta menyerahkan
segala urusannya kepada Allah semata.
E. HIKMAH ORANG YANG BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
            Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi
kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
Hikmah tersebut antara lain:
a. Banyak Bersyukur dan Bersabar
            Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan,
maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus
disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut
merupakan ujian. Firman Allah:
 Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila
ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan. ”( QS.
An-Nahl ayat 53).
b. Menjauhkan Diri dari Sifat Sombong dan Putus Asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia
menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun
merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan
berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT:
 Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
c. Bersifat Optimis dan Giat Bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja,
tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar
senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firman
Allah:
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
d. Jiwanya Tenang
            Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa
dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah
kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia
bersabar dan berusaha lagi.
 Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam
sorga-Ku. ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Beriman kepada hari kiamat atau hari akhir merupakan rukun iman yangkelima, tidak ada
yang tahu kapan hari kiamat itu akan datang, tetapi kita sebagaimuslim sudah seharusnya untuk
mengimani dan mempercayainya.Tanda-tanda kiamat atau hari akhir sudah dekat terbitnya
matahari dariarah barat dan terbenam dari arah timur, keluarnya suatu binatang yang sangataneh,
datangnya Al-Mahdi. Beliau termasuk keturunan dari Rasulullah SAW.Oleh karena itu, beliau
serupa benar akhlak dan budi pekertinya denganRasulullah SAW, munculnya Dajal, hilang dan
lenyapnya Al-Qur’an dan mushaf,hafalan dalam hati.

Bahkan lenyap pulalah yang ada di dalam hati seseorang, berkumpulnya manusia, seperti
selamatan kelahiran, khitanan, perkawinan, ulangtahun, dll. Akan tetapi tidak pernah sedikit pun
dijalankan perintah-perintah-Nyaserta dijauhi larangan-Nya, turunnya Nabi Isa as. Beliau akan
turun ke bumi ini ditengah-tengah merajalela pengaruh Dajal.

Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak mudah putus asa,
sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan
Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang.Oleh karena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan
bersabar,sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah,sebaliknya baik menurut
kita belum tentu baik menurut Allah.Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir
sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan
kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.

B. Saran
Dengan adanya tanda-tanda hari kiamat yang semakin dekat, yang akan menimpa seluruh
manusia di bumi, maka kita sebagai umat muslim sudah selayaknya untuk saling menjaga islam
dan senantiyasa membangun iman kita sekokoh mungkin, menjahui laranggan ALLAH SWT,
selalu berbuat baik antara sesama umat manusia, serta membagun kehidupan yang lebih baik
agar hari kiamat tidak segera datang dan menghukum kita.
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari.Oleh karena
itu,penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah
SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah SWT.Juga keyakinan kita
terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah kita.Serta Kita
harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2009. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Ali, Abdullah Yusuf, The Meaning of the Holy Qur’an, Brentwood: Amana Corporation,
1991.

Amin, Ahmad. 1999. Etika (Ilmu Akhlak). Farid M’aruf, dari judul asli al-Akhlak,
Jakarta: Bulang Bintang.

Ilyas, Yunahar. 2004. Kuliah Aqidah Islam. Cet.VIII; Yogyakarta: Lembaga Pengkajian
dan Pengamalan Islam.

Syukur, Asep Puji & Evi Susanti. 2011. Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah
Menengah Atas Kelas XI. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian
Pendidikan Nasional.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kelas XI. Edisi Revisi. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang,
Kemendikbud.
A. Ahyadi. 2009 Bahan PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP.

Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.

Miftah Faridl. 1995. Pokok- pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.

Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.
\

Anda mungkin juga menyukai