Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN OSLER

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI PADA NY. T USIA 28 TAHUN


DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN
DI PUSKESMAS JATILAWANG

Tevia Ari Mustika Rini


NIM. 2311120070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
1

BAB 1
TINJAUAN TEORI

I.TINJAUAN TEORI MEDIS


A. Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan (Prakonsepsi)
1) Definisi perencanaan kehamilan dan prakonsepsi
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014, adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan saat remaja hingga
sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan dalam menjalani
kehamilan, persalinan, dan melahirkan bayi yang sehat. Kegiatan juga
ditujukan pada laki-laki juga dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi
perempuan (Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra artinya
sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan adalah bertemunya sel
telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa) (Purwandari, 2011). Prakonsepsi
adalah masa sebelum kehamilan terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga
prakonsepsi adalah sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan
sperma yang dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah
perawatan yang diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran
mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal
sebelum ia mengandung.
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi (pembuahan)
adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dengan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses fertilisasi meliputi penetrasi
spermatozoa ke dalam ovum, fusi sprematozoa dan ovum, dan diakhiri
dengan fusi materi genetik. Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi
mengalami nidasi (implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat
terjadinya kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja
2

hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi


hamil sehat (Kementerian kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Menurut WHO (2013) , pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
adalah penyedian pelayanan kesehatan komprehensif yang meliputi
promotif , preventif, kuratif, dan intervensisosial sebelum terjadinya
kehamilan yang bertujuan untuk:
a. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
b. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
c. Mencegah terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan
d. Mencegah terjadinya kematian bayi dalam kandungan, prematuritas,
BBLR
e. Mencegah kelainan bawaan pada bayi
f. Mencegah infeksi neonatal
g. Mencegah stunting dan dan KEK
h. Mencegah penularan HIV dan IMS dari ibu ke anak
i. Menurunkan risiko kejadian kanker pada anak
j. Menurunkan risiko diabetes tipe 2 dan gangguan kardiovasikuler di
kemudian hari.
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan intervensi
biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada perempuan dan pasangannya
sebelm terjadi konsepsi. Pengertian lainnya yakni sejumlah intervensi yang
bertujuan untuk menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan
social uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan
melalui pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-faktor tersebut
yang harus dilaksanakan sebelum terjadinya konsepsi atau pada masa
kehamilan dini untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Winardi, 2016).
2) Faktor yang mempengaruhi kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri)
untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami)
yang mampu menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah
suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum
yang siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan
seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan
rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan sekali” (Indriarti, dkk,
2013). Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya
3

terjadi (Purwandari, 2011). Menurut Saifuddin, dkk (2010), untuk


perhitungan masa subur dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 dan
siklus terpendek dikurangi 18.

Sumber: Purwandari, 2011.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia
subur antara lain:
a. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20 tahun dan ≥ 35 tahun.
Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun secara fisik dan mental ibu
belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar mengalami
anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur.
Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah.
Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil,
namun fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut. Usia
reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20 tahunan,
selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun,
terutama setelah usia 35 tahun (American Society for Reproductive
Medicine, 2012).
Pada laki-laki, tingkat kesuburan akan mulai menurun secara
perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali saat memasuki usia
pubertas ditandai dengan perkembangan organ reproduksi, rata-rata
umur 12 tahun. Perkembangan organ reproduksi laki-laki mencapai
keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah
sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya
pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai
menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan ini disebabkan
karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi . Disarankan
pria untuk menikah pada usia kurang dari 40 tahun, karena di atas
4

usia tersebut motilitas, konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai


DNA telah mengami penurunan kualitas sehingga meningkatkan
risiko kecacatan janin (RSUA, 2013).
b. Frekuensi senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan
antara spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus (senggama)
berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel
spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi
wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika ovulasi terjadi
sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan ovum
seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga
bila kiotus dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa
terjadi pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan
hubungan seksual tapi tidak bertepatan dengan masa subur istri yang
hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri .
c. Lama berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri
akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan
pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan
pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata~rata yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan.
Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur
merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan.
3) Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang
sehat diantaranya:
a. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari
pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan
calon ibu dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan
selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat
dilakukan di puskesmas atau rumah sakit. Pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil bagi PUS diberikan kepada PUS laki-laki maupun
5

perempuan, baik yang belum mempunyai anak maupun yang sudah


memiliki anak dan ingin merencanakan kehamilan selanjutnya.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil pada PUS meliputi:
1) Anamneis
a) Anamnesis Umum
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara tenaga kesehatan
dan klien untuk memperoleh informasi tentang keluhan, penyakit
yang diderita, riwayat penyakit, faktor resiko pada PUS, status
imunisasi tetanus, riwayat KB, serta riwayat kehamilan dan
persalinan sebelumnya.
b) Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa
Deteksi masalah kesehatan jiwa yang relatif murah, mudah, dan
efektif untuk PUS dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
dikembangkan oleh WHO yaitu Self Reporting Questionnaire (SRQ).
Dalam SRQ terdapat 20 pertanyaan terkait gejala masalah kesehatan
jiwa yang harus dijawab klien dengan jawaban ya atau tidak sepeti
tabel dibawah ini.
Table 1.1 Self Reporting Questionnaire
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah Anda sering menderita sakit
kepala?
2 Apakah Anda kehilangan nafsu makan?
3 Apakah tidur Anda tidak lelap?
4 Apakah Anda mudah menjadi takut?
5 Apakah Anda merasa cemas, tegang, dan
khawatir?
6 Apakah tangan Anda gemetar?
7 Apakah Anda mengalami gangguan
pencernaan?
8 Apakah Anda merasa sulit berpikir
jernih?
9 Apakah Anda merasa tidak bahagia?
10 Apakah Anda lebih sering menangis?
11 Apakah Anda merasa sulit untuk
menikmati aktivitas sehari-hari?
6

12 Apakah Anda mengalami kesulitan untuk


mengambil keputusan?
13 Apakah aktivitas atau tugas sehari-hari
Anda terbengkalai?
14 Apakah Anda merasa tidak mampu
berperan dalam kehidupan ini?
15 Apakah Anda kehilangan minat terhadap
banyak hal?
16 Apakah Anda merasa tidak berharga?
17 Apakah Anda mempunyai pikiran untuk
mengakhiri hidup Anda?
18 Apakah Anda merasa lelah sepanjang
waktu?
19 Apakah Anda merasa tidak enak diperut?
20 Apakah Anda mudah lelah?
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
status kesehatan melalui pemeriksaan denyut nadi, frekuensi nafas,
tekanan darah, suhu tubuh, dan pemeriksaan lengkap. Selain itu
dilakukan pemeriksaan status gizi yang meliputi pengukuran berat
badan, tinggi badan, LILA, dan tanda anemia.
a) Pemeriksaan Tanda Vital
Bertujuan untuk mengetahui kelainan suhu tubuh, tekanan darah,
kelainan denyut nadi, serta kelainan paru-paru dan jantung.
Pemeriksaan tanda vital dilakukan melalui pengukuran suhu tubuh
ketiak, tekanan darah (systole dan diastole), denyut nadi per menit,
frekuensi nafas per menit, serta auskultasi jantung dan paru.
PUS/WUS yang mengalami masalah dengan tanda vital dapat
mengindikasikan masalah infeksi, hipertensi, penyakit paru (asma,
tuberculosis), dan jantung yang jika tidak segera diobati beresiko
mengganggu kesehatannya karena malaise (lemah), sakit kepala,
sesak nafas, nafsu makan menurun.
Pada PUS yang sudah mempunyai anak sebelumnya,
pemeriksaan lebih difokuskan pada persiapan fisik untuk kehamilan
yang diinginkan. Pada PUS yang mempunyai masalah terkait
7

infertilitas, pemeriksaan fisik difokuskan pada organ reproduksi


laki-laki dan perempuan. Apabila diperlukan pemeriksaan fisik
lebih lanjut klien dapat dirujuk ke rumah sakit.
b) Pemeriksaan Status Gizi
Pelayanan gizi bagi PUS/WUS dilakukan melalui pemeriksaan:
1) Indek Massa Tubuh (IMT)
Status gizi dapat ditentukan dengan pengukuran IMT. Indek
Massa Tubuh atau IMT merupakan proporsi standar berat badan
(BB) terhadap tinggi badan (TB). IMT perlu diketahui untuk
menilai status gizi PUS/WUS dalam kaitannya dengan persiapan
kehamilan. Jika perempuan dengan status gizi kurang
menginginkan kehamilan, sebaiknya kehamilan ditunda terlebih
dahulu untuk dilakukan intervensi perbaikan gizi sampai status
gizinya baik.
Ibu hamil dengan kekurangan gizi memiliki resiko yang dapat
membahayakan ibu dan janin antara lain anemia pada ibu dan
janin, resiko perdarahan saat melahirkan, BBLR, mudah terkena
penyakit infeksi, resiko keguguran, bayi lahir mati, serta cacat
bawaan pada janin. PUS laki-laki juga harus memiliki status gizi
yang baik.
2) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Selain IMT, penapisan status gizi pada perempuan juga
dilakukan dengan pengukuran menggunakan pita LILA untuk
mengetahui adanya resiko KEK pada WUS. Ambang batas LILA
pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila hasil pengukuran kurang dari 23,5 cm atau dibagian
merah pita LILA artinya perempuan tersebut mempunyai resiko
KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah.
c) Pemeriksaan Fisik Lengkap
Pemeriksaan fisik pada PUS dilakukan untuk mengetahui status
kesehatan PUS. Pemeiksaan ini dilakukan secara lengkap sesuai
indikasi medis. Dari pemeriksaan ini diharapkan tenaga kesehatan
mampu mendeteksi adanya gangguan kesehatan pada PUS,
misalnya gangguan jantung atau paru, tanda anemia, hepatitis, IMS,
dan lain-lain.
8

b. Darah Pemeriksaan
1) Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan dalam
menegakkan diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah kadar
hemoglobin dalam sel darah akan menetukan kemampuan darah
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Disebut
anemia bila kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah kurang dari
normal. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan melalui sampel darah
yang diambil dari darah tepi.
Rekomendasi WHO tentang pengelompokkan anemia (g/dl)
berdasarkan umur
Tidak Anemia
Populasi
anemia Ringan Sedang Berat
Wus tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki > 15 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Sumber:pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah darah
2) Pemeriksaan golongan darah dan rhesus
Golongan darah tidak hanya sebagai pelembab kartu
indentitas. Golongan darah wajib kita ketahui karena dapat mencegah
resiko kesehatan, membantu orang dalam keadaan darurat dan dalam
proses transfuse darah.
Jenis golongan darah
No Golongan darah Aglutinogen dalam sel darah merah
1. A A
2. B B
3. AB A DAN B
4. O -

Manfaat mengetahui golongan darah yaitu :


a) Proses transfuse darah
Bila terjadi sebuah kecelakaan parah/bencana atau terkena
penyakit yang membutuhkan transfuse darah dan harus segera
9

mendapatkan bantuan maka dengan mengetahui golongan darah


akan memudahkan proses transfuse darah tersebut.
b) Terhindar dari penyakit
Selain hemolysis ada kelainan genetic lain yang juga
mengancam ibu dan bayi yang diakibatkan bila ada perbedaan rhesus
dari pasangan suami istri. Apabila rhesus negative sementara ayah
memiliki rhesus positif, bila terjadi kehamilan dapat beresiko
terhadap kesehatan janin yang dikandung.
Saat dilakukan pemeriksaan golongan darah seseorang
sekaligus akan diketahui jenis rhesusnya. Rhesus (Rh) merupakan
penggolongan atas ada dengan tidaknya antigen-D, disebut didalam
darah seseorang. Orang yang dalam darahnya mempunya antigen D
didalam darah disebut rhesus positif , sedang orang yang dalam
darahnya tidak dijumpai antigen –D disebut rhesus negative. Orang
dengan rhesus negative mempunyai sejumlah kesulitan karena
didunia ini, jumlah orang dengan rhesus negative relative sedikit.
Pada orang kulit putih sekitar 15% pada orang kulit hitam sekitar 8
%, dan pada orang asia bahkan hamper seluruhnya merupakan orang
dengan rhesus positife.
Apabila terdapat inkontabilitas rhesus (ketidakcocokan
rhesus) akan dapat terjadi pembekuan darah yang berakibat fatal,
yaitu kematian penerima darah, hal ini juga dapat menimbulkan
resiko pada ibu hamil yang mengandung bayi dengan rhesus yang
berbeda. Umumnya dijumpai pada orang asing atau orang yang
mempunyai garis keturunan asing seperti Eropa dan Arab, namun
demikian tidak menutup kemungkinan terdapat juga orang yang
tidak mempunyai riwayat keturunan asing memiliki rhesus negative,
namun jumlahnya lebih sedikit. Di Indonesia, kasus kehamilan
dengan rhesus negatife ternyata cukup banyak dijumpai,terutama
pada pernikahan dengan ras non-Asia.(kemenkes, 2019)
3). Pemeriksaan Urin Rutin
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan
makroskopik, mikroskopk, dan kimia urin. Pemeriksaan urin rutin
dilakukan untuk mengetahui dan memantau kelainan ginjal/ saluran
10

kemih termasuk infeksi saluran kemih (ISK) dan mendeteksi penyakit


metabolic atau sistemik
Pemeriksaan urin rutin meliputi:
a) Pemeriksaan makroskopik: warna, volume, berat jenis, baud an
PH urin.
b) Pemeriksaan mikroskopik: sedimen urinritrosit, lekosit, silinder,
Kristal, dan epitel.
c) Pemeriksaan kimia: protein, glukosa, bilirubin, urobilinogen, dan
benda-benda keton.
4). SADANIS (Periksa Payudara Klinis)
Pemeriksa klinis payudara dikerjakan oleh tenaga kesehatan yang
terlatih. SADANIS dilakukan sekurangnya 3 tahun sekali atau apabila
ditemukan adanya abnormalitas pada proses SADARI (Periksa
Payudara Sendiri).
Setelah dilakukan sadanis maka dapat ditentukan apakah memang
benar ada kelainan dan apakah kelainan termasuk kelainan jinak,
ganas, atau perlu pemeriksaan lebih lanjut setelah membutuhkan
rujukan ketingkat pelayanan lebih lanjut.
5). IVA Test atau Pap Smear (untuk PUS)
a) IVA test
IVA (inspeksi visual Asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher Rahim sedini mungkin. IVA merupakan
pemeriksaan leher Rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher Rahim setelah memulas leher lahir
dengan larutan asam Asetat 3-5%. Pemeriksaan IVA merupakan salah
satu pemeriksaan skrining kanker leher Rahim yang lebih
murah,praktis,sangat mudah untuk dilaksanakan,peralatan sederhana
serta dapat dilakukan oleh dokter, bidan atau perawat yang terlatih.
Pemeriksaan IVA sebaiknya dilakukan pada perempuan yang sudah
melakukan kontak seksual (bukan hanya melakukan hubungan seksual
tetapi termasuk penggunaan alat ,jari , dll
Deteksi dini kanker leher Rahim dengan metode IVA dilakukan
dengan jadwal sebagai berikut:
 Skrining pada setiap perempuan minimal 1 kali pada usia 35-
40 tahun.
11

 Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia


35-55 tahun.
 Jika fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-
55 tahun.
 Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
perempuan usia 25-60 tahun.
 Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali
seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila hasil positif
(+) adalah 1 tahun dan apabila negatife (-) adalah 5 tahun.
b) Pas Smear
Pemeriksaan pap smear adalah metode skrining ginekologi yang
dilakukan oleh dokter kandungan untuk memeriksa leher Rahim
(serviks) pemeriksaan ini dilakukan pada perempuan yang sudah
pernah melakukan hubungan seksual,idealnya dilakukan setiap tahun
dan wajib dilakukan setelah 3 tahun dari kontak seksual pertama, bagi
perempuan yang sudah menopause perlu dilakukan pap smesr setiap
2-3 tahun.
6). Pemeriksaan penunjang seksual indikasi
a) Gula Darah
Dalam keadaan normal tingkat gula dapat berfluktuasi
sepanjang hari, dan kebanyakan cenderung naik selama beberapa
jam setelah makan, tergantung pada volume karbohidrat yang
dikonsumsi.tubuh kita memiliki mekanisme yang sangat baik untuk
mengatur kadar gula darah normal. Cadangan glukosa disimpan
dalam hati sebagai glikogen.glikogen adalah gula dalam bentuk
yang kompleks dan biasa ditemukan dihati serta otot, yang
fungsinya sebagai cadangan makanan agar mudah dipecah kedalam
aliran darah ketika terjadi penurunan kadar gula.
Diabetes Melitus (DM) ditegakkan atas dasar pemeriksaan
kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah
plasma vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat di lakukan
dengan menggunakan pemeriksaan glikosa darah kapiler dengan
glukometer.
12

Menurut Perkeni (2015), pemeriksaan glukosa puasa >126


mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam
atau pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg dl 2 jam setelah
estoleransi glukosa oral (TTGO) dengan beban 75 gram.(peringkat
bukti B) atau pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg dl
dengan keluhan klasik atau pemeriksaan HbA1c > 6,5% dengan
menggunakan metode High-performance Liquid Chromatography
(HPLC) yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarizatian Program (NGSP).
b) Rapid tes malaria dan sediaan darah apus malaria.
Pemeriksaan darah malaria dilakukan pada darah remaja, catin,
dan PUS yang berada didaerah endemis malaria dalam rangka
skrining. Pemeriksaan didaerah nonendemis malaria dilakukan
apabila ada indikasi. Rapid Diagnostic Test (RDT) adalah
pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan antigen parasit malaria
dengan imonocromatografi dalam bentuk dipstic. Tes ini digunakan
pada waktu terjadi KLB atau untuk memeriksa malaria pada daerah
terpencil yang tidak tersedia laboratorium, dibandingkan uji
microskopis, tes ini mempunyai kelebihan yaitu hasil pengujian
cepat diperoleh, sebaiknya dipilih RDT dengan tingkat sensitifitas
dan spesifitas lebih dari 95 %. Hasilnya didapatkan dalam 15-20
menit. rDT bisa memastikan apakah jenis parasit yang ada didalam
darah itu adalah palsmodiumfalciparu atau jenis lain.
Selain tes RDT, malaria juga bisa didiagosi dengan
pemeriksaan mikroskopis, yaitu dengan pemeriksaan sediaan darah
tebal dan sediaan darah tipis. Tes ini bisa memastikan keberdaan
jenis parasit malaria dalam darah serta proporsi sel darah merah
yang terinfksi.
c) Tes HIV
Tes HIV terutama dilakukan pada remaja, catin dan PUS
didaerah terkonsentrasi HIV dan beresiko tinggi terinfeksi HIV,
setiap remaja cati, dan PUS ditawarkan untuk dilakukan konseling
dan tes HIV bila ada indikasi antara lain mempunyai tanda-tanda
klinis/infeksi oportunistik HIV-AIDS mempunyai perilaku seks
beresiko dan gejala IMS. Tehnik ini disebut provide ini teated
13

testing and conceling (PITC) atau konseling dan testing atas inisiasi
petugas (KTIP) jika hasil tes HIV positif segera rujuk untuk
mendapatkan obat Anti Retroviral Treatment (ART) (Kemenkes,
2013)
d) TB/ Sputum BTA
Pemeriksaan Sputum BTA dilakukan pada remaja, catin dan
PUS yang mempunyai tanda klinis batuk lebih dari dua minggu,
demam, keringat pada malam hari, penurunan berat badan, dan
lainnya. Bila pemeriksaaan sputum BTA positif, diberikan
pengobatan TB OAT, minimal 6 bulan
e) Tes IMS
Tes IMS dilakukan jika ada keluhan cairan dari keluan yang
abnormal, luka lecet, pembengkakan kelenjra getah bening
dipangkal paha, adanya vegetasi/candiloma, jengger ayam
dikemaluan, dan rasa gatal/terbakar dikemaluan. Pemeriksaan IMS
dilakukan sedini mungkin pada pasangan seksual sebelum
terjadinya kehamilan
f) HbsAg
Salah satu infeksi yang dapat menyerang organ hati adalah
infeksi virus Hepatitis B. Hepatitis B menular melalui darah dan
cairan tubuh ( sperma dan cairan vagina) melalui kontak seksual
dengan penderita Hepatitis B. Berbagai jarum suntik dengan
penderita Hepatitis B dan juga ibu hamil yang menderita hepatitis
B pada saat persalinan. Untuk mendiagnosis Hepatisis B dilakukan
pemeriksaan HbsAg. Bila HbsAg positif menunjukkan bahwa
organ hati terinfeksi virus ini.
g) TORCH
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus Tksoplasma Gondii, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan
herpes simplex virus II (HSV-II). TORCH dapat ditularkan melalui
konsumsi makanan dan sayuran yang tidak bersih dan tidak
dimasak sempurna atau setengah matang, kotoran yang terinfeksi
virus TORCH dan juga pada ibu hamil ke janin. TORCH dapat
menimbulkan masalah kesuburan (infertilitas) baim pada
perempuan maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit
14

terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan resiko keguguran.


Pemeriksaan TORCH dapat dilakukan bila ada indikasi atas saran
dokter.
h) Darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan pada darah dan komponennya yang dapat
menggambarkan kondisi tubuh secara umum. Kelainan yang dapat
dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap antara lain ; anemia,
kekurangan asam folat, dan bahkan penyakit genetik seperti
talasemia dari hemofilia. Pemeriksaan darah lengkap disarankan
kepada pasien yang datang disertai dengan suatu gejala klinis, dan
jika didapatkan hasil diluar nilai normal, perlu dilakukan
pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik.
Materi KIE kesehatan masa sebelum hamil untuk calon pengantin (Catin) dan
pasangan usia subur (PUS)

1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


a. Pengertian
Keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-
mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi dan proses reproduksi.
b. Pentingnya kesehatan reproduksi
1) Catin dan PUS pelu mengetahui informasi kesehatan reproduksi
untuk menjalankan proses, fungsi dan perilaku reproduksi yang sehat
dan aman.
2) Catin perempuan dan Wanita usia subur (WUS) akan menjadi calon
ibu yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat melahirkan
anak yang sehat dan berkualitas
3) Laki-laki catin dan usia subur akan menjadi ayah yang harus
memiliki kesehatan yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan
keluarga, seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung
kehamilan dan persalinanyang aman.
4) Laki-laki dan perempua mempunyai resiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit, perempuan lebih rentan
terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada saat
berhubungan seksual, hamil, melahirkan, nifas, keguguran dan
15

pemakaian alat kontrasepsi, karena struktur alat reproduksinya lebih


rentan secara sosial maupunfisik terhadap penularan infeksi menular
seksual termasuk HIV
5) Laki-laki dan perempuan mempunyai hakdan kewajiban yang sama
untuk menjaga kesehatan reproduksi
c. Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan
1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika permpuan dan laki-laki
dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain, misalnya :
a) Dalam mengambil keputusan dalam rumah tangga dilakukan
secara bersama-sama dan tidak memaksakan ego masing-masing.
b) Suami-istri saling membantu dalam pekrjaan rumah tangga,
pengasuhan dan pendidikan anak.
c) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama.
d) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian ASI Esklusif.
2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal berikut :
a) Kekerasan fisik
b) Kekerasan secara psikis
c) Kekerasan seksual
d) Penelantaran rumah tangga
d. Hak dan kesehatan reproduksi
1) Hak reproduksi adalah hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap
pasangan yang berkaitan dengan kehidupan reproduksinya.
2) Informasi kesehatan reproduksi yang perlu disampaikan
a) Kesehatan reproduksi, permasalahan dan cara mengatasinya
b) Penularan Penyakit menular seksual dan HIV-AIDS, dan cara
mengatasinya
c) Pelayanan KB, mengetahui dan memahami efek samping
d) Catin berhak mendapatka kebutuhan reproduksinya sehingga
melahirkan bayi yang berkualitas mulai dari sebelum hamil
sampai masa nifas.
e. Perilaku yang sebaiknya dihindari dalam aktifitas seksual untuk menjaga
kesehatan reproduksi
1) Melakukan hubungan seksual pada saat menstruasi dan masa nifas
2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur dan mulut
16

f. Cara merawat organ reproduksi


Laki-laki dan Perempuan Laki-laki
perempuan
 Pakaian dalam  Bersihkan organ  Menjaga
diganti minimal dua reproduksi dari depan kebersihan
kali sehari sampai kebelakang organ kelamin
 Menggunakan dengan menggunakan air  Di anjurkan
pakaian dalam yang bersih dan dikeringkan sunat untuk
menyerap keringat  Sebaiknya tidak menjaga
dan cairan menggunakan cairan kebersihan
 Bersihkan organ pembilas vagina karena kulup
kelamin sampai dapat membunuh bakteri  Jika ada
bersih dan kering baik dalam vagina dan keluhan pada
 Menggunakan memicu tumbuhnya organ kelamin
celana yang tidak jamur dan daerah
ketat  Pilihlah pembalut yang sekitar, segera
 Membersihkan berkualitas yang lembut memeriksakan
organ kelamin dan mempunyai daya diri kepetugas
setelah BAK dan serap yang tinggi, jangan kesehatan
BAB memakan pembalut
dalam waktu yang lama
 Jika sering keputihan,
berbau, berwarna dan
terasa gatal, serta
keluhan organ
reproduksi lainnya
segera memeriksakan
diri

g. Pesan Utama
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ
reproduksinya sehingga dapat melakukan fungsi reproduksi secara
bertanggung jawab.
17

2. Kehamilan dan perencanaan kehamilan


a. Kehamilan
1) Kehamilan adalah masa dimana seorang perempuan memiliki janin
yang sedang tumbuh didalam tubuhnya setiap kehamilan harus
direncanakan, diinginkan dan dijaga perkembangannya dengan baik.
2) Catin perlu mengetahui tanda-tanda kehamilan agar mempunyai
pemahaman dan kepedulian bila kelak hamil, mempersiapkan diri
untuk hamil dan bersalin secara sehat dan aman.
3) Perlu diperhatikan bila seseorang perempuan sedang hamil.
a) Ibu hamil tetap dapat melakukan aktifitas rutin dengan menjaga
kesehatan dan istirahat yang cukup
b) Tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan diluar anjuran dokter.
c) Boleh melakukan hubungan seksual dan tetap memperhatikan
kondisi kesehatan ibu dan janin.
b. Perencanaan kehamilan
1) Perencanaan kehamilan adalah pengaturan kapan usia ideal dan sat
yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah
anak
2) Perencanaan kehamilan bertujuan untuk mencegah :
a) Terlalu muda <20 tahun
b) Terlalu Tua > 35 Tahun
c) Terlalu dekat jarak kehamilan (<2 Tahun)
d) Terlalu sering hamil > 3 anak
Bila terjadi kehamilan dengan 4 kategori di atas akan berdampak
tidak baik untuk kesehatan ibu dan anak. Kehamilan perlu
direncanakan karena tiap catin diharapkan memiliki kesehatan yang
baik dan terhindar dari penyakit.
c. Skrining dan Imunisasi Tetanus
WUS perlu mendapat imunisasi tetanus untuk mencegah dan
melindungi diri terhadap penyakit tetanus sehingga memiliki kekebalan
seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Setiap WUS (15-49 tahun) diharapkan sudah mencapai status T5. WUS
perlu merujuk pada status imunisasi terakhir pada saat hamil apabila
sebelumnya sudah pernah hamil.
18

Tabel 1.2 Imunisasi TT pada WUS


Status TT Interval Lama
TT1 0
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun
d. Metode kontrasepsi yang dapat digunakan untuk penundaan dan
penjarangan kehamilan.
1) Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
a) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
b) Implan
c) Metode operasi wanita (MOW)
d) Metode operasi pria (MOP)
2) Non metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP)
a) Metode Amenore Laktasi MAL)
b) Kondom
c) KB Suntik
d) KB Pil
3. Kondisi dan penyakit yang perlu diwaspadai pada prakonsepsi
1) Kondisi dibawah ini perlu diwaspadai pada catin yang akan
merencanakan kehamilan
1) Anemia
2) Malnutrisi (Obesitas, KEK, dll)
3) Hipertensi dalam kehamilan
4) Kesehatan mulut(caries,penyakit periodontal,dll)
2) Penyakit-penyakit yang perlu diwaspadai pada catin
1) HIV AIDS
2) Infeksi Menular Seksual (IMS)
3) Hepatitis B
4) Diabetes Melitus
5) TORCH
6) Malaria
7) Penyakit Genetik (talasemia dan hemofilia)
19

8) Depresi/genetik.
4. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas
fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam
seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat olahraga selain
menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan
membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar
dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk
wanita yang mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai
dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas rekomendasi ahli gizi.
Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena kekurangan jumlah
lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan dapat
mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu, kelebihan
berat badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi, seperti
tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan.
5. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan
narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga janin
yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan
hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol memiliki
kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk kaum pria, minum
alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan tingkat
testosteron dan bisa menyebabkan testis layu. Begitu pula rokok dapat
menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun laki-laki. Racun pada
rokok dapat mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur, dan
melemahkan kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang sangat
diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-
laki, rokok berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan
sperma membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
spermatozoa.
6. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan
makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi seimbang, memperbanyak
20

konsumsi buah dan sayuran, menghindari makanan yang mengandung zat-


zat aditif seperti penyedap, pengawet, dan pewarna. Kandungan radikal
bebas dari zat aditif tersebut dapat memicu terjadinya mutasi genetik pada
anak sehingga menyebabkan kelainan fisik, dan cacat kongenital.
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang
dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus
memperhatikan asupan makanan yang mendukung pembentukan janin sehat.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung :
1) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan sumber protein
seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
2) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin,
cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf
sebanyak 70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang
cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama kehamilan, maka dapat
membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang bayi. Asam
folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua
(bayam, sawi hijau, caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya, jeruk,
stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol, seledri,
wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil pun
mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat membantu
memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu untuk ibu hamil yang
rasanya enak untuk mengurangi rasa mual, serta tentu merupakan produk
yang berkualitas tinggi.
3) Konsumsi berbagai Vitamin
- Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat. Terdapat
pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli,
wortel, bayam, dan tomat.
- Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan hingga
75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan
sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati,
minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.
21

- Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel telur
dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga kesehatan
dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak tumbuh-
tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.
- Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin
B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah,
pisang, dan sayur kol.
- Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan (bekerjasama
dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan melindungi sel-
sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang
mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi . Vitamin C banyak
terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat,
dan cabai merah.
4) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan
sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu produksi materi
genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan
pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan hasil laut/seafood
(seperti lobster, ikan, daging kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang
mete dan almond), biji-bijian (biji labu dan bunga matahari), serta produk
olahan susu.
5) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan
membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang
sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah,
kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
22

6) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu,
dan ikan teri.
7) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan
ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih,
kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
8) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan
minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam minyak
zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level kolestrol
sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
9) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang dapat
memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi
dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan
batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat
dibatasi sampai kehamilan.
10) Hindari konsumsi
 Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang
berbahaya bagi kehamilan dan janin.
 Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang
baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
 Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada
bakteri salmonella penyebab diare berat.
 Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah
akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna
kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan
hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian perairan
Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan kualitas air
maupun rantai makanan.
23

7. Persiapan secara psikologis dan mental


Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan memikirkan
tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan bagaimana mencapai
tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya bila
Ibu berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk
mencapai tujuan tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting
untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan melahirkan
bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan yang
berhubungan dengan perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang
persalinan, pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber
yang terpercaya.
Agar kehamilan yang akan dijalani tidak menimbulkan ketegangan,
hindari hal – hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan
hormonal. Stres dapat merusak siklus bulanan, dan mencegah proses ovulasi.
Sebuah studi membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi umumnya sulit
hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu mulai belajar mengatasi stres sehingga
tidak mempengaruhi kesehatan reproduksi. Sebaiknya ibu mulai
mempersiapkan mental dalam menghadapi perubahan yang akan terjadi pada
saat kehamilan. Ibu harus mendapat dukungan selama kehamilan dari orang
terdekat seperti suami dan keluarga sehingga semakin siapuntuk menjadi ibu
baru.
8. Perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk persiapan
pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi kehamilan dan persalinan
penting dilakukan karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak
terpenuhinya kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan sebagian besar
disebabkan karena ketidaksiapan pasangan dalam hal financial/keuangan.
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan termasuk biayanya. Biaya
kehamilan ini dapat di diskusikan antara suami dan isteri karena biaya
kehamilan merupakan bagian dari biaya kehidupan berumah tangga. Adapun
biaya yang perlu diperhatikan guna persiapan kehamilan ini, diantaranya
mencakup biaya kesehatan (biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan
24

melahirkan), biaya-biaya pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi,


popok, selimut, dll) dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga.
9. Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Calon ibu dan suami sangat dianjurkan untuk konsultasi dengan
dokter/bidan/tenaga kesehatan lainnya mengenai kesehatan reproduksi ibu
dan pasangan. Dokter/bidan akan memberikan saran mengenai masalah yang
dikeluhkan. Konsultasikan pada dokter mengenai riwayat kesehatan keluarga
yang perlu mendapat perhatian.
Selain itu, jika mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), maka
ibu disarankan untuk meminta bantuan. KDRT yang tidak diselesaikan
dengan baik dapat menyebabkan cedera hingga kematian, termasuk selama
kehamilan (BKKBN, 2014).
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan pada Calon Pengantin dengan
Perencanan Kehamilan
1. Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di
gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Tujuh langkah yang dikembangkan Helen Varney
tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan
dalam suatu situasi dan dapat dipertanggung jawabkan. (Zian,2012: 20-
21).
b. Tahapan asuhan kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012),
manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan-
keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk pengambilan
suatu keputusan berfokus pada klien.
25

Menurut Helen Varney (dalam Kebidanan Teori dan Asuhan


(2018:25-28), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah:
1) Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus
bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemeriksaan.
2) Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar
atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik. Diagnosa wanita hamil normal
meliputi nama, umur, gestasi (G) paritas (P) abortus (A), umur
kehamilan, tunggal, hidup, intra-uteri, letak kepala, keadaan umum
baik.
3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasikan..
4) Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII: Mengevaluasi hasil tindakan
26

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang


sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya.
II. TINJAUAN TEORI ASUHAN PRAKONSEPSI
Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi
a. Pengkajian
1) Data Subjektif
Menurut Kemenkes RI (2013) data subjektif berisi hasil anamnesa yang
meliputi identitas, riwayat kehamilan sekarang termasuk keluhan yang
dialami, riwayat obstetri lalu, riwayat kontrasepsi, riwayat medis lain
dan riwayat sosial ekonomi termasuk pola pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
a) Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada pasangan prakonsepsi antara
lain;
(1) Nama
Nama Klien ditanyakan baik catin maupun pasangannya untuk
dapat mengenal dan memanggil serta mencegah kekeliruan
dengan pasien lain,(Cristina, 1993/ Dalam Marmi ,2012 : 120).
(2) Umur
Untuk mengetahui apakah catin tergolong usia normal untuk
persiapan kehamilan disaat akan prakonsepsi akan tergolong
primitua atau primimuda. (Marmi ,2012 : 120).
(3) Alamat
Mempermudah mengetahui di mana tempat tinggal ibu ,
mencegah kekeliruan alamat yang sama, memudahkan
menghubungi keluarga, menjadi petunjuk bila ada kunjungan
rumah. Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan
pengaruh terhadap kesehatan istri dan suami pada masa
prakonsepsi. (Marmi ,2012 : 120).
(4) Pendidikan
Menurut Depkes RI (1995) dalam . (Marmi ,2012 : 121),
bahwa Tingkat pendididkan sangat berpengaruh pada tingkat
intelektual seseorang, kemampuan berfikir, sehingga bidan
akan mampu menyampaikan atau memberikan penyuluhan
27

atau KIE pada pasien sesuai tingkat pemahaman pasien dengan


lebih mudah.

(5) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi catin agar
bidan dapat menyesuaikan dalam memberi nasehat atau
edukasi. Oleh karena pekerjaan merupakan jembatan untuk
memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang
diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah
satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang
baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil,
gangguan pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan
prematur . (Marmi ,2012 : 121).
b) Riwayat menstruasi
1) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche
usia 12-16 tahun.. ( Mohtar R, 1999,/ Dalam . Marmi ,2012 :
123).
2) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari
pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode
berikutnya. Siklus yang klasik adalah 28 hari -30 hari sedangkan
pola haid dan lamanya perdarahan biasanya 3-8 hari.
(Pusdiknakes, 1998 / Dalam Marmi ,2012 : 123).
3) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/
dismenorea (Sarwono, 2009)
4) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan
gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
(Sarwono, 2009)
c) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu
terutama imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang
belum dapat mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi
ibu/calon ibu harus selalu diskrining. Status imunisasi lain yang
28

perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV, TORCH/Rubella, dan


imunisasi penyakit lainnya yang memiliki prevalensi tinggi di daerah
tempat tinggal calon pengantin wanita dan laki – laki. (Kemenkes RI,
2012).
d) Riwayat kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa kembalinya
kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi memerlukan waktu
untuk pemulihan setelah lepas/berhenti dari pemakaian kontrasepsi.
Hal ini seperti diungkapkan oleh Handayani, dkk (2010), bahwa
lama kembalinya kesuburan dari wanita pasca menggunakan KB
suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan yang paling lama adalah 13 bulan.
e) Riwayat obstetri yang lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang
berkaitan dengan morbiditas, ditolong siapa, di mana persalinannya,
dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan perlu digali dengan
cermat untuk menghasilkan riwayat yang akurat sebelum
memberikan nasihat tentang konsepsi. Marmi ,2012 : 123).
(1) Riwayat kesehatan klien
(a) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering
mempengaruhi wanita usia subur (Powrie, 2008/ dalam
(Judy, EGC, 2018: 191)
(b) Diabetes Melitus (DM)
Diabetes disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya
insulin yang meriupakan hormon penting untuk
metabolisme karbohidrat. (Judy,EGC, 2018: 3)
(c) Penyakit ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan
adaptif ginjal untuk mempersiapkan kehamilan. (Judy,EGC,
2018: 181)
(d) Asma
Merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran
pernafasan yang menyebabkan episode berulang, sesak
nafas, , sesak dada batuk serta kadang terjadindi malam dan
dini hari. Dalam asuhan ini perlunya menjaga kesehatan
29

catin secara optimal, kebutuhan akan obat inflamasi harus


tersedia dan jika keadaan lebih buruk butuh penanganan
lanjut dengan steroid hirup yang dikombinasikan dengan
agonis beta kerja panjang yang dihirup dapat membantu.
(Judy,EGC, 2018: 217)
(e) Anemia dan thalassemia
Pada perempuan dengan riwayat penyakit anemia atau
thalassemia akan bertambah buruk saat kehamilan. Pada
kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoetin. Akibatnya, volume
plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
haemoglobin (Hb) akibat hemodilusi. (Judy,EGC, 2018:
135)
(f) Hemofilia
Hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan Hemofilia B
(defisiensi faktor IX) diwariskan secara X-linked recessive.
Perempuan () dari keluarga penderita hemofilia umumnya
adalah pembawa (carrier) yang asimptomatik. Namun 10-
20% perempuan pembawa dapat beresiko terhadap
komplikasi perdarahan yang bermakna karena penurunan
faktor VIII atau IX di bawah jumlah minimal untuk
mempertahankan keseimbangan hemostatik. Hemofilia
dapat menyebabkan infertilitas, namun sejumlah kecil
penderita mungkin mempunyai cukup folikel-folikel untuk
hamil. (Prawirohardjo, 2010)
(g) Jantung
Pada kehamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia dan
tromboembolisme, beberapa ahli menyarankan pemberian
aspirin dosis rendah untuk menurunkan resiko tersebut.
(Judy,EGC, 2018: 99)
(h) Hepatitis
30

Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan dan


mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi
kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam
bentuk keguguran atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. (Prawiroharjo, 2010)
(i) IMS
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan oleg
bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang
terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular
sekusual merupakan salah satu penyebab Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis, sifilis,
trikomoniasis, herpes genitalis, kondiloma akuminata,
bacterial vaginosis, dan infeksi HIV. (Kemenkes RI,
2015:52)
(j) TORCH
Toksoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes
Simpleks. Kelima jenis penyakit yang disebutkan di atas
merupakan penyakit yang dapat menjangkiti pria maupun
wanita dan dapat berpengaruh burukpada janin yang
dikandung. Toksoplasmosis merupakan infeksi yang
disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondii.
Penyakit ini sering diperoleh dari tanah atau kotoran kucing
yang terinfeksi toksoplasma, atau memakan daging dari
hewan terinfeksi yang belum matang sempurna. Gejala yang
sering muncul meliputi: demam, nyeri otot, kelelahan, dan
pembengkakan kelenjar limfe.
Wanita yang dalam usia reproduksinya bila terkena
toxoplasmosis dapat menimbulkan aborsi dan gangguan
fertilitas. Janin bisa terinfeksi melalui saluran plasenta.
Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau cacat
bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata
(Prawirohardjo, 2010).
(2) Riwayat kesehatan keluarga
31

Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena


faktor genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit
keluarga memegang peran penting dalam mengkaji kondisi
medis yang diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis
kanker, penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi,
dan trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi
familial dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi
wanita dan laki-laki (Marmi ,2012 : 125)..
(3) Pola fungsional kesehatan
(a) Nutrisi
Status nutrisi wanita akan mempengaruhi efek samping
langsung saat kehamilan dan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin disaat hamil. (Marmi ,2012 : 126).
(b) Aktivitas
Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai
kegiatan fisik dan intensitasnya rendah dan meningkatkan
aktivitas secara teratur. (Marmi, 2012: 127). Berdasarkan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1, Pasal 1, Ayat 8:
”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya disingkat NAB
adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time weighted
average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu.
(c) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi
pada organ reproduksi (Kemenkes, 2015). Mengganti
pakaian dalam 2 kali sehari, tidak menggunakan pakaian
dalam yang ketat dan berbahan non sintetik. Saat menstruasi
normalnya ganti pembalut maksimal 4 jam sekali atau
sesering mungkin (Kemenkes RI, 2015).
(d) Istirahat
32

Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda


dalam melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan
istirahat yang cukup, artinya tidak kurang dan lebih.
Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang
istirahat, dapat menyebabkan tubuh mudah terserang
penyakit. Tidur/ istirahat pada malam hari sangat baik
dilakukan sekitar 7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam .
Wanita yang tidak biasanya berolah raga harus memulai
kegiatan fisik dan intensitasnya rendah dan meningkatkan
aktivitas secara teratur. (Marmi, 2012: 127)
(e) Pola kebiasaan
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama
dengan perokok aktif. Hampir semua komplikasi pada
plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus,
solusio plasenta, infusiensi plasenta, plasenta previa dan
BBLR. Selain itu dapat menyebabkan dampak buruk bagi
janin antara lain SIDS (sindroma kematian bayi mendadak),
penyakit paru kronis, asma, otitis media. Konsumsi obat-
obatan tertentu, kesalahan subklinis tertentu atau defesiensi
pada mekanisme intermediat pada janin mengubah obat
yang sebenarnya tiddak berbahaya menjadi berbahaya,
a[palagi pada perkembangan janin. (Marmi ,2012 : 128).
(f) Riwayat pernikahan
Agar mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama
usia pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya mengetahui
jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan dengan
pasangan sebelumnya yang dapat mempengaruhi
hubungannya dengan pasangan sekarang. Ditanyakan untuk
mengetahui berapa lama pernikahan agar diketahui
bagaimana keadaan alat reproduksi internal ibu, misal
dengan pernikahan yang lama belum pernah hamil sehingga
perlu penanganan khusus. . (Marmi ,2012 : 121).
(g) Riwayat psikososial budaya dan spiritual
Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat
premarital psychological screening antara lain :
33

kepercayaan diri kedua pihak sebelum membangun sebuah


keluarga, kemandirian masing-masing calon dalam
memenuhi kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau
kendaraan dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu
bergantung pada orang tua, kemampuan komunikasi antara
kedua belah pihak yang dapat membantu menyelesaikan
persoalan dalam rumah tangga serta penentuan pengambil
keputusan dalam keluarga, efek masa lalu yang belum
terselesaikan harus dapat dikomunikasikan secara terbuka
antara kedua pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak
keluarga, seberapa jauh keluarga besar dapat menerima atas
pernikahan tersebut (Kemenkes RI, 2013).
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi dan hasil
pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Varney
langkah pertama pengkajian data (Asrinah, 2010).
a) Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital, normal jika :
(1) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg. .
(Marmi ,2012 : 129).
(2) Nadi
Untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80 – 90 x/
menit. . (Marmi ,2012 : 129).
(3) Suhu
Digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C – 37,0°C . (Marmi ,2012 : 130).
(4) Respirasi
Bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan normal, irama,
kedalaman, dan tipe/pola pernapasan. Pernafasan normal antara
18-24 kali per menit. . (Marmi ,2012 : 130).
b) Antropometri
(1) Berat badan
34

Apabila klien yang datang untuk mendapat konseling


prakonsepsi mengalami amenore dan berat badannya dibawah
normal, ia harus diindikasikan untuk meningkatkan asupan
kalori. Sebaliknya, apabila ia mengalami obesitas, ia harus
dianjurkan untuk mengurangi asupan kalori supaya berat
badannya turun sampai rentang normal pada saat konsepsi,
karena obesitas dalam masa kehamilan meningkatkan resiko
preeklampsia dan gangguan tromboembolisme. Wanita juga
harus dianjurkan untuk meningkatkan asupan asam folat
sebesar 400 mg per hari (Kemenkes RI, 2015)
(2) Tinggi badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang memiliki
TB <145cm (low high) akan meningkatkan resiko panggul
sempit (Laming, dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh = 2
Tinggi Badan
Dengan klasifikasi :
IMT
Kategori
(kg/m2)
Kekurangan berat < 17,0
badan tingkat berat
Kurus
Kekurangan berat 17,0 – 18,4
badan tingkat ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan 25,1 – 27,0
tingkat ringan
Gemuk
Kelebihan berat badan > 27,0
tingkat berat
Obesitas Kelas 1 30-34,9
Obesitas kelas 2 35-39,9
Obesitas ekstrem > 40
(kelas 3)
(sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)
35

(3) Lingkar lengan atas (LiLA)


Normal status gizi ibu 28,5 cm. Ukuran LiLA normal yaitu
>23,5cm. Jika < 23,5 cm merupakan indikator Ibu kurang gizi
sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR. (Marmi ,2012 :
130).

c) Pemeriksaan fisik
(1) Wajah
Apakah ada oedema atau tidak, cyanosis atau tidak. .
(Marmi ,2012 : 130).
(2) Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya
infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk
mengetahui adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk
menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.
(Marmi ,2012 : 130).
(3) Payudara
Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal. Simetris.
(Marmi, 2012 : 130).
(4) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri,
tekan, tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae.
(Marmi ,2012 : 131).
(5) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi
cairan, lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan
vagina. Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis.
(Marmi ,2012 : 131).
(6) Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan
bebas (Sugiarto, dkk, 2017).
d) Pemeriksaan Penunjang
(1) Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
36

(2) Reduksi urin


Untuk menyingkirkan glikosuria (yang dapat dikaitkan dengan
diabetes melitus).
(3) Hemoglobin
Apabila kadar Hb rendah, penyebabnya harus dipastikan dan
diberikan terapi yang tepat. Hb juga dapat dideteksi dari
sampel darah.
(4) Golongan darah dan rhesus
(5) HbsAg
(6) HIV/AIDS
(7) IMS (Sifilis)
(8) Pemeriksaan tambahan jika diperlukan : TORCH, USG,
pemeriksaan gigi, tes sperma, tes tuberculosis.
(Kemenkes RI, 2015:8)
3) Analisa Perumusan diagnosis dan masalah
Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Varney langkah kedua, ketiga dan keempat, meliputi diagnosis/masalah
kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan segera yang
harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan melalui tindakan
mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien (Asrinah,
2010).
a) Diagnosis dan masalah
Langkah ini mengidentifikasi masalah yang ada Keluhan dan
masalah. Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan , bidan
diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah atau
kemungkinan masalah.
b) Kebutuhan
Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan , bidan
diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah atau
kemungkinan masalah, sesuai kebutuhan klien
(Kemenkes RI, 2015:385)
c) Diagnosa dan masalah potensial
Tidak ada
d) Kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
37

4) Penatalaksanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan
dalam pengkajian, meliputi:

a) Jelaskan hasil pemeriksaan


Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan bahasa yang mudah
dimengerti sangat penting agar calon ayah dan ibu memahami
kondisinya dan dapat mengambil keputusan terkait dengan masalah
yang dihadapi
b) Berikan KIE tentang kesehatan reproduksi, persiapan pernikahan,
dan persiapan kehamilan sesuai panduan konseling calon pengantin
yang telah ditentukan oleh Kemenkes (2015)
c) Meningkatkan pengetahuan pasangan tentang kesehatan reproduksi
dan prakonsepsi.
d) Anjuran untuk banyak mengkonsumsi makanan atau suplemen
asam folat untuk pranikah. Disarankan mengkonsumsi asam folat
minimal 1 bulan sebelum hamil agar indung telur yang dihasilkan
berkualitas. Selain itu asam folat mampu menurunkan resiko
gangguan metabolisme DNA yang bisa saja terjadi.
(Kemenkes RI, 2015:10-75)
38
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 6 November 2023
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Ruang KIA Puskesmas Jatilawang
Biodata :
Nama : Ny. T Nama pasangan : Tn. M
Umur : 28 Tahun Umur : 29 Tahun
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Adisara 1/1 Alamat: : Adisara 1/1

B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang:
Pasien mengatakan ingin konsultasi tentang perencanaan kehamilan.
2. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan ingin mempunyai anak lagi, setelah mengalami
keguguran 9 bulan yang lalu.
Riwayat Obstetri:
a. Riwayat Haid:
 Menarche : 12 thn Nyeri haid : tidak ada
 Siklus : 28 hari Lama : 6 hari
 Banyaknya : 3x ganti pembalut Leukhore : tidak ada
 HPHT : 15 Okttober 2023
3. Riwayat Kesehatan:
 Penyakit/ kondisi yang pernah atau sedang diderita:
Pasien mengatakan tidak sedang sakit saat ini dan tidak pernah menderita
penyakit infeksi yang berat seperti TBC, HT, Penyakit Menular Sexual
ataupun lainnya.
 Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan):
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada mempunyai penyakit
menular (Hepatitis, HIV/ AIDS, TBC), Penyakit Keturunan : dari ibu
klien terdapat DM, HT tidak ada, Asma tidak ada.
4. Riwayat Imunisasi
Jenis Tanggal Keluhan Tempat
Imunisasi Pelaksanaan Pemberian
TT1 Tahun 1993 t.a.k Posyandu
TT2 Tahun 1993 t.a.k Posyandu
Tahun 2000 t.a.k Sekolah SD
TT3

TT4 Tahun 2006 t.a.k Sekolah SD


TT5 Tahun 2019 t.a.k Puskesmas

5. Riwayat Hamil, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu.


a. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu:

Tahun Hamil Persalinan


Frek ANC Keluhan/Penyulit UK Jenis Penolong JK/BB Penyulit
2020 1x - 7 Curap Dokter - Abortus
minggu
6. Riwayat KB
a. Riwayat KB:tidak pernah
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari:
a. Nutrisi
1) Makan
 Frekuensi makan pokok : 3 x perhari
 Komposisi
 Nasi : 3 x @ 1 piring (sedang/ penuh)
 Lauk : 3x @ 2 potong (sedang/ besar)
Jenisnya : tempe, bakwan dan tahu, daging ayam, telur
dan ikan jarang 1 minggu 1 kali, klien mengatakan menunya
ada, tetapi tidak ikut makan, karena amis, klien tidak suka.
 Sayuran : 3x @ 1 mangkuk kecil sayur
Jenisnya : bayam, kangkung, sop-sopan, sawi dll
 Buah : 2 x sehari/ seminggu
Jenis : jeruk, pisang, pepaya
 Camilan : tidak tentu dalam setiap hari makan camilan
(iya, jarang)
Jenis : keripik, kerupuk
 Pantangan : tidak ada, Tidak suka : telur, udang, susu, ikan
segar
Alasan : rasanya amis.
2) Minum
 Jumlah total : 10 gelas perhari
 Jenis : air putih, es teh
b. Eliminasi
1) Buang Air Kecil
 Frekuensi perhari : 5-6 x sehari
 Warna : jernih
 Keluhan/ masalah : Tidak ada.
2) Buang Air Besar
 Frekuensi perhari : 1 x sehari
 Warna : kuning kecoklatan
 Konsistensi : lembek/ keras
 Keluhan/ masalah : Tidak ada.
c. Personal hygiene
1) Mandi : 2 x sehari
2) Keramas : 3 x seminggu
3) Gosok gigi : 2 x sehari
4) Ganti pakaian : 2 x sehari; celana dalam: 2 x sehari
d. Istirahat/ tidur
1) Tidur malam : 8 jam
2) Tidur siang : 1 jam
3) Keluhan/ masalah : Tidak ada.
e. Aktivitas fisik dan olahraga
1) Aktivitas fisik (beban pekerjaan): Menyapu, memasak, mencuci
2) Olahraga : kadang kadang.
3) Hubungan Sexual : 2-3 kali seminggu
f. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
1) Merokok : tidak pernah
2) Minuman beralkohol : tidak pernah
3) Obat- obatan : tidak pernah
4) Jamu : tidak pernah
5) Sex bebas : tidak pernah
8. Riwayat Psikososial-Spiritual
a. Riwayat perkawinan
1) Status perkawinan:
Pasien menikah usia 24 th, Menikah Sah,lama menikah 4 tahun,
2) Pernikahan yang ke?
Pasien mengatakan ini pernikahan yang pertama
3) Hubungan dengan calon suami baik.
b. Keinginan hamil diharapkan oleh ibu, suami dan keluarga.
Keluarga sangat mendukung terhadap prakonsepsi ini, dari kedua belah
pihak keluarga menginginkan kehamilan, karena suami adalah anak
tunggal.
c. Ibu tinggal serumah dengan:
Pasien tinggal serumah dengan orang tua dan suami.
d. Pengambil keputusan utama keluarga:hasil keputusan diskusi keluarga
Pengambil keputusan adalah keluarga.
e. Orang terdekat ibu
Orang terdekat ibu adalah suami sendiri.
f. Adat istiadat ibu yang dilakukan ibu berkaitan dengan usaha
mendapatkan kehamilan:
Tidak ada
g. Penghasilan perbulan kurang lebih 2.500.000,00 (cukup)
h. Praktik agama yang berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan
kehamilan:
Keluarga pasien rajin berdoa.
i. Tingkat pngetahuan ibu:
1) Hal-hal yang sudah diketahui ibu:
 Ibu sudah mengetahui tujuan dan manfaat imunisasi TT,ibu sudah
imunisasi TT 5
2) Hal-hal yang ingin diketahui ibu:
 Ibu mengatakan ingin mengetahui tentang masa subur
 Ibu ingin mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
kehamilan .
C. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Tensi : 120/80 mmHg
4) Suhu : 36,7 0C
5) Nadi : 82 x/menit
6) RR : 18 x/menit
7) BB : 57 kg
8) TB : 155 cm
9) LiLa : 27 cm
10) IMT : 23,75
b. Status present
1) Kepala : bersih, rambut hitam, lurus, tidak rontok.
2) Muka : tidak pucat, tidak oedema, simetris, tidak jerawatan
3) Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
4) Hidung : tidak ada polip, tidak ada secret, bersih.
5) Mulut : simestris, tidak ada stomatitis, tidak ada carrie gigi.
6) Telinga : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada serumen.
7) Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, limpe, dan
vena jugularis.
8) Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar.
9) Dada : simestris, areola tidak hiperpigmentasi, putting
menonjol
10) Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada linea nigra, tidak
ada striae.
11) Ekstremitas : tidak oedema,kuku jari tidak pucat, tidak ada
kelainan, reflek patella (+/+), tidak ada varises.
12) Punggung : tidak lordosis, kifosis, skoliosis.
13) Anus : bersih, tidak ada hemoroid, tidak ada varises.
c. Status obstetric
1) Muka : tidak oedema, tidak pucat, tidak ada jerawat
2) Mammae : tidak ada benjolan, mulus, putting menonjol
3) Abdomen : tidak ada luka bekas opersai, tdk ada striae.
4) Genetalia : tidak ada keputihan, tidak varises, tidak oedema.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin
1) HB : 13,1 gr%
2) Trombosis :-
3) Leukosit :-
b. Pemeriksaan darah yang dianjurkan.
1) Golongan darah/ Rhesus : O (+)
2) Gula Darah Sewaktu : 78
3) Thalasemia :-
4) Hb Sag : Negative
5) Shypilis : Negative
6) HIV : Non Reaktif
7) TORCH :-

D. ANALISA
Ny. T umur 28 tahun, P0A1 asuhan prakonsepsi dengan perencanaan kehamilan.

E. PELAKSANAAN
Tanggal: 6 November 2023 Jam: 10.00 WIB
1. Memberitahu pasien mengenai hasil pemeriksaaan bahwa hasil
pemeriksaan dalam batas normal dan pasien dalam keadaan sehat.
 Hasil: Pasien mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengenalkan pada ibu tentang masa prakonsepsi yaitu masa atau waktu yang
digunakan untuk merencanakan kehamilan, prakonsepsi merupakan tahap
penting untuk menentukan kehamilan yang sukses. Periode kritis untuk
menentukan kehamilan sehat serta kualitas bayi yang dilahirkan. Serta
mengenalkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa prakonsepsi.
 Hasil : ibu mengetahui tentang pengertian masa prakonsepsi, dan yang
berkaitan dengan persiapan kehamilan yaitu : kesehatan fisik dan
psikologis, kesehatan reproduksi ( termasuk masa subur dan gizi)
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang masa subur dengan metode suhu
basal. Suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan
terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang
berupa termometer basal. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius.
Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38
derajat kemudian akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat
itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan
terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan
akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi.
 Hasil: Pasien mengerti tentang metode suhu basal yang telah dijelaskan
dan bersedia melakukan pengecekan dirumah.
4. Membantu ibu mengetahui masa subur dengan menghitung siklus menstruasi
yaitu klien dianjurkan untuk mencatat siklus menstruasi selama 6 kali
berturut-turut. Dan jika haid teratur (30 hari) maka masa subur adalah hari
ke-13 hingga hari ke-17 dalam siklus haid dihitung hari ke-1 adalah hari
pertama menstruasi. Jika siklus menstruasi tidak teratur maka dihitung
dengan cara jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang
selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir
masa subur
 Hasil : klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan
5. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang kebutuhan gizi
prakonsepsi untuk mencapai keluarga yang sehat dan keturunan yang
berkualitas. Manfaat zat gizi untuk memelihara kesuburan, meningkatkan
kualitas sperma, memantau dan mengusahakan berat badan ideal, kebutuhan
(zink dan zat besi, protein, asam folat, vitamin E, vitamin B12) tercukupi,
menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan klien
makan – makanan yang bergizi (nasi, lauk, sayur, buah), mencukupi
kebutuhan cairan dengan minimal 1,5 liter perhari , menganjurkan klien
untuk memperbanyak makan sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
menambah konsumsi sumber protein dari daging merah, hati ayam, ikan,
telur, dan tidak pantang makanan, menganjurkan klien untuk mengkonsumsi
asam folat 0,4 mg- 1 mg 1 kali perhari atau makanan yang mengandung
asam folat seperti biji-bijian, buah-buahan, sayuran hijau, misalnya kacang
almond, kwaci biji bunga matahari sejak prakonsepsi yang berfungsi untuk
kecerdasan otak.
 Hasil: pasien telah mengerti tentang apa yang sudah dijelaskan,pasien
akan mencukupi kekurangan zat gizi dengan minum vitamin dan asam
asam folat.
6. Melakukan evaluasi bersama klien untuk menilai gizi dari menu makanan
yang dikonsumsi klien selama ini
Hasil : klien mengetahui bahwa kandungan gizi dari makanan yang
dikonsumsi kurang mencukupi zat-zat gizi yang digunakan untuk
merencanakan kehamilan, yaitu sumber protein yang berguna untuk
penambahan sel-sel baru dan regenerasi sel.
7. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan apa yang belum
dimengerti.
 Hasil: Pasien telah paham dan tidak ada pertanyaan yang diajukan.
8. Menganjurkan klien kunjungan ulang bila masih ada yang perlu
dikonsultasikan atau ada keluhan lain.
 Hasil : pasien bersedia kembali untuk konsultasi.
9. Mendokumentasikan hasil tindakan.
 Hasil: telah dilakukan pendokumentasian.
CATATAN PERKEMBANGAN

Kunjungan ke 1
Nama Pasien: Ny. T No. RM : 37987
Ruang: KIA
Umur : 28 Thn Alamat : Adisara 1/1
Tanggal dan Catatan Perkembangan
Paraf
Jam (SOAP)
6 November 2023 S:
08.30 WIB 1. Ibu mau konsultasi kehamilan
2. Ibu mengatakan membawa
catatan daftar haid
3. Ibu ingin mengetahui puncak
masa suburnya.
O:
1. Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TD : 110/80 mmHg
- Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- BB : 57,5 Kg
- TB : 155,5 cm
- IMT : 24,89 Kg/M²
- LiLa : 28 cm
2. Pemeriksaan Fisik
- Muka :tidak pucat
- Mata :Conjungtiva merah muda
4. Pemeriksaan Penunjang
-
A:
Ny. T umur 28 tahun P0A1 asuhan
prakonsepsi dengan perencanaan
kehamilan.
P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
klien sehat fisik dan psikologis.
Hasil: Klien mengerti dengan
kondisinya sekarang ini sehat
2. Membantu ibu mengetahui masa
subur dengan menghitung siklus
menstruasi yaitu dari daftar
haid yang dibawa klien sehingga
mengetahui siklus terpendek dan
siklus terpanjang periode
haidnya.
Hasil : klien mengerti dengan
penjelasan yang diberikan bidan
bahwa siklus terpendeknya 21
hari dan siklus terpanjangnya 33
hari dan mampu menghitung
serta memperkirakan masa
suburnya.
3. Memberikan KIE mengenai
Makanan yang disarankan untuk
dikonsumsi saat memenuhi zat
gizi mikro prakonsepsi seperti
banyak makan dari ikan segar,
buah-buahan dan sayuran segar
(Semangka, asparagus,tauge
serta buah-buahan dan sayuran
mentah lainnya), lemak nabati
(Kacang-kacangan, alpukat,
minyak zaitun, dan minyak biji
anggur), karbohidrat kompleks
(mengandung serat, seperti buah-
buahan, sayuran, kacang-
kacangan dan biji-bijian), dan
mengurangi konsumsi gula.
Hasil : klien akan berusaha untuk
menjaga pola hidup sehat dan
diet infertilitas sesuai dengan
saran.
4. Menganjurkan klien untuk
konsumsi tablet tambah darah
pada saat haid. .
Hasil: Klien bersedia
mengkonsumsi tablet tambah
darah sesuai dengan anjuran
yang telah disampaikan.
5. Meminta klien untuk
melanjutkan konsumsi vitamin
E, dan asam Folat sampai kurang
lebih 3 bulan.
Hasil: klien bersedia mengikuti
anjuran petugas.
6. Menganjurkan klien mengenai
gaya hidup sehat dengan
memperhatikan pemenuhan
kebutuhan gizi seimbang,
berolahraga teratur agar tubuh
menjadi bugar dan tidak mudah
stres.
Hasil: Klien bersedia
berolahraga.
7. Menganjurkan klien untuk
konsultasi DSOG apabila telah
mendapatkan asuhan prakonsepsi
ini belum mendapatkan hasil
yang diharapkan.
Hasil: Klien bersedia mengikuti
anjuran petugas.
Kunjungan ke 2

Puskesmas Sokaraja II Nama Pasien : Ny. T


Usia : 28 tahun
Alamat : Adisara 1/1
No. RM : 37987
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal & CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) Paraf
Jam
13 November S:
2023 1. Pasien mengatakan mau
Jam 10.30 memeriksakan kesehatannya dan
konsultasi tanda-tanda kehamilan

O:
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 122/78 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,1°C
BB / PB : 50Kg / 158 cm
LILA : 23 cm
IMT : 20.4
a. Status obstetri
Muka : tidak oedema, tidak ada
chloasma gravidarum.
Mammae : tidak ada
hiperpigmentasi areola mamae.
Abdomen : TFU tidak teraba.
Genetalia : tidak ada pembesaran
kelenjar Bartolini, tidak ada
keputihan, tidak sedang menstruasi.
b. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan

A:
Diagnose : Ny. T umur 28 tahun P0A1
Pasangan Usia Subur dengan
perencanaan kehamilan
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Penkes tentang tanda-tanda
kehamilan
P:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada
pasien bahwa secara umum keadaan
baik, tanda- tanda vital dalam batas
normal
Hasil : pasien mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
2. Menjelaskan pada pasien tentang
tanda- tanda kehamilan meliputi test
kehamilan positif, tidak menstruasi
pada siklus haid berikutnya disertai
timbul rasa mual muntah dan pusing
pada pagi hari, serta sering buang air
kecil, tidak nafsu makan, pada usia
kehamilan lebih lanjut detak jantung
dapat terdengar dengan menggunakan
alat.
Hasil : pasien mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
3. Mengingatkan kembali kepada pasien
untuk rutin mengkonsumsi asam folat
baik dari makanan maupun dari obat
yang mengandung asam folat. Makanan
yang mengandung tinggi asam folat
contohnya pada sayuran bewarna hijau
tua, biji-bijian seperti kacang almond,
kwaci biji bunga matahari, buah-
buahan, dan juga mengingatkan untuk
minum asam folat 0,4 mg setiap hari 1
tab untuk persiapan kehamilan
Hasil : pasien bersedia mengikuti saran
bidan
4. Menganjurkan pasien tetap semangat
dan selalu berdoa serta mengingatkan
untuk tetap berusaha melakukan
hubungan sexual teratur terutama pada
masa ovulasi, istirahat cukup dan tidak
boleh stress.
Hasil : pasien bersedia mengikuti
anjuran petugas.
5. Menganjurkan pasien periksa ke
DSOG apabila belum berhasil untuk
mengetahui penyebab masalahnya lebih
lanjut
Hasil : pasien bersedia periksa ke
DSOG bila belum terjadi kehamilan.
6. Melakukan pendokumentasian
Hasil : Sudah di dokumentasikan.
BAB III
PEMBAHASAN

Pada pengkajian status Ny. T dapat digaris bawahi adanya data yang
mendukung yaitu adanya kehamilan, P0A1, dengan jarak interval kehamilan kurang
dari 2 tahun dan dari status gizi ibu normal dari penghitungan IMT 20.4 Kg/m² yang
berarti dalam ambang batas normal.
Masa prakonsepsi banyak mengesampingkan nutrisinya, hal ini sering tejadi
karena kurangnya pendidikan kesehatan yang diterima pada sebagian besar PUS
yang merencanakan kehamilan. Seperti pada kasus Ny.T, 28 Tahun. Pada pengkajian
yang telah dilakukan pada Ny.T secara garis besar terlihat sehat dan produktif.
Diketahui bahwa IMT, Lila dan HB pada Ny. T dalam batas normal.Tetapi apabila
dinilai dari konsumsi menu makanan sehari-hari terdeteksi kurangnya konsumsi zat
gizi yang sangat diperlukan untuk proses kehamilan. Terlihat pada status riwayat
kehamilan dan persalinan yang lalu P0A1. Klien belum mendapatkan kehamilan
sukses. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran
bayi normal dan sehat (Susilowati dkk. 2016).
Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah sebelum
kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat
reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi sel telur dengan
kualitas baik, dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat
berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin.
Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang akan memengaruhi kondisi kesehatan
secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat memutuskan
mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan (Susilowati dkk. 2016).
Kekurangan gizi pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
pada janin, bahkan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Menurut Bappenas
(2011) status gizi janin dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil,
bahkan status gizi ibu pada saat sebelum hamil. Kurang gizi pada janin akan
menyebabkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena sejak dalam kandungan janin
sudah mengalami kegagalan pertumbuhan (foetal growth retardation). Kelainan
kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pembuahan. Kelainan kongenital merupakan penyebab terjadinya keguguran, lahir
mati atau kematian setelah persalinan pada minggu pertama. Kelainan kongenital
sekitar 0,2% sampai 0,4% dari seluruh persalinan (Manuaba dkk, 2010). Salah satu
cara untuk memutus siklus ini adalah dengan cara perbaikan gizi pada masa
prakonsepsi (Susilowati dkk. 2016).
Menurut konsep evidance bahwa pemakaian asam folat pre dan perikonsepsi
menurunkan risiko kerusakan otak, kelainan neural, anensepalus, baik pada ibu hamil
normal maupun berisiko. Asam folat juga membantu memproduksi sel darah merah,
sintesis DNA pada janin dan pertumbuhan placenta. (Dartiwen & Nurhyati, 2019).
Selain faktor gizi yang kurang, pada Ny.T juga ditemukan faktor jarak
kehamilan yang terlalu dekat, yaitu kurang dari 2 tahun antara kehamilan pertama
dan kehamilan kedua. Menurut Subiyanto (2012), walaupun usia 20-35 tahun aman
untuk hamil dan melahirkan bukan berarti perempuan bisa hamil setiap tahunnya,
karena jarak antara kehamilan yang ideal adalah antara 2-4 tahun. Perhitungan jarak
kehamilan yang ideal tidak kurang dari 2 tahun atas dasar pertimbangan kembalinya
organ-organ reproduksi ke keadaan semula, sehingga dikenal istilah masa nifas, yaitu
masa organ-organ reproduksi kembali ke masa sebelum hamil. Setelah melahirkan,
direkomendasikan untuk mempersiapkan kehamilan berikutnya sekurang-kurangnya
dalam jangka waktu 24 bulan untuk mengurangi risiko yang merugikan pada ibu,
perinatal, dan bayi. Kehamilan dengan jarak kehamilan ≤ 2 tahun tahun dapat
mengakibatkan abortus, berat badan bayi lahir rendah, nutrisi kurang, dan
waktu/lama menyusui berkurang untuk anak sebelumnya (Hartono, 2010 dalam
Prihandini 2016).
Hal ini sesuai dengan penelitian Prihandini (2016) yang menujukkan hasil
analisis uji koefisien kontingensi dengan p value 0,006 (p value ≤ 00,5) artinya ada
hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian abortus, r hitung
0,232 yang berarti korelasinya lemah dan arah hubungan positif (+) maka apabila
seseorang hamil pada jarak kehamilan berisiko maka semakin berisiko terjadinya
abortus.
Sebanding dengan penelitian yang dilakukan Artanti (2017) bahwa Ada
hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian abortus dari analisis uji chi square
diperoleh ρ value = 0,000 < 0,05 dan nilai OR = 3,19 uji chi square jarak kehamilan
terhadap kejadian abortus diperoleh ρ value = 0,023 > 0,05 dan nilai OR = 1,97. Dari
riwayat ibu yang abortus dengan jarak kehamilan < 2 tahun mengalami abortus
64,0% dan tanpa abortus 36%,sedangkan ibu hamil dengan riwayat abortus jarak
kehamilan > 2 tahun tanpa abortus 52,5 % dan mengalami abortus 47,5%.
Untuk merencanakan kehamilan, maka Ny. T diberikan KIE tentang
mengetahui masa subur metode suhu basal dan menghitung perkiraan ovulasi
berdasarkan pengamatan siklus haid. Tujuan dari penatalaksanaan tersebut adalah
agar ibu dapat memperkirakan kapan ibu merencanakan kehamilannya,
kehamilannya berjalan sukses, ibu dalam keadaan kehamilan sehat dan mendapatkan
bayi yang berkualitas.
Setelah diberikan penjelasan mengenai kebutuhan gizi prakonsepsi, klien
bersedia memperbaiki konsumsi gizi makanannya dan juga bersedia minum asam
folat sesuai anjuran. Hal ini telah sesuai dengan penelitian Simatupang (2018) bahwa
terdapat selisih peningkatan pengetahuan sebesar 3,37, rata-rata skor pengetahuan
sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa konseling gizi prakonsepsi yaitu
meningkat dari 12,60 menjadi 15,97 dan terdapat selisih peningkatan sikap sebesar
3,30 dari rata-rata skor sikap sampel sebelum dan sesudah pemberian intervensi
berupa konseling gizi prakonsepsi yaitu meningkat dari 23,70 menjadi 27,00.
KIE selanjutnya adalah pemberian tablet Fe atau tablet zat besi terutama
pada saat menstruasi, hal ini dimaksutkan agar kadar Haemoglobin WUS tetap
dalam keadaan normal yaitu HB pada wanita tidak hamil minimal 12 gr/dl.
Riwayat kesehatan keluarga ditemukan pada Ny.T dengan ibu memiliki
riwayat DM. Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko DM diharapkan keturunan
penderita dapat melakukan pencegahan dengan modifikasi diet/gaya hidup, seperti
pola makan seimbang, olahraga rutin, menghindari stress, olahraga rutin, dan cek
kesehatan secara rutin sehingga dapat terhindar dari DM. Sesuai penelitian Monica
(2020) ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian Diabetes Melitus.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Masa prakonsepsi banyak mengesampingkan nutrisinya, hal ini sering tejadi
karena kurangnya pendidikan kesehatan yang diterima pada sebagian besar PUS
yang merencanakan kehamilan. Seperti pada kasus Ny.T, 28 Tahun. Pada pengkajian
yang telah dilakukan pada Ny.T secara garis besar terlihat sehat dan produktif.
Diketahui bahwa IMT, Lila dan HB pada Ny. T dalam batas normal.Tetapi apabila
dinilai dari konsumsi menu makanan sehari-hari terdeteksi kurangnya konsumsi zat
gizi yang sangat diperlukan untuk proses kehamilan. Terlihat pada status riwayat
kehamilan dan persalinan yang lalu P0A1. Klien belum mendapatkan kehamilan
sukses. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran
bayi normal dan sehat.
Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah sebelum
kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat
reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi sel telur dengan
kualitas baik, dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat
berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin.
Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang akan memengaruhi kondisi kesehatan
secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat memutuskan
mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan.

B. SARAN
Hasil Asuhan Kebidanan ini menunjukkan adanya kebutuhan spesifik wanita
pranikah terhadap informasi gizi pranikah/prakonsepsi, sehingga memunculkan
harapan kepada institusi kesehatan untuk melakukan kerjasama dengan institusi
agama yaitu KUA dengan melakukan pelatihan mengenai gizi pranikah/prakonsepsi
kepada penasehat calon pengantin di KUA atau dengan didatangkannya utusan dari
institusi kesehatan agar memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi
pranikah/prakonsepsi kepada calon pengantin.
DAFTAR PUSTAKA

American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
American Society for Reproductive Medicine.
Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
BKKBN. 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI
_______. 2017. Usia Pernikahan Ideal 21-25 Tahun. Jakarta: BKKN. Diunduh di
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-
tahun. Diakses pada 3 Oktober 2019.
Cunningham. 2012. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Handayani, R., dkk. 2010. Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Suntik
DMPA dengan Kembalinya Kesuburan pada Post Akseptor KB Suntik
DMPA. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 1 (1): 16 – 27.
Kasiati, NS., Rosmalawati, N.W.D. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi
Tetanus Maternal dan Neonatal. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
. 2014. Pedoman Gizi Seimbangi. Jakarta: Kemenkes RI.
. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta:
Kemenkes RI.
______ 2017. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Koren G & Chandranipapongse W. 2013. Preconception conseling for preventable
risk. Canadian Family Physician. 59: 737-3
Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Lisa, dkk. 2015. Preconception Care and Reproductive Planning in Primary
Care.Medical The Clinics.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil edisi 7. Yogyakarta
PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
RSUA. 2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita. Artikel. Web RSUA.
Diunduh dari http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Penyebab%20
Infertilitas%20pada%20Pria%20dan%20Wanita.pdf. pada tanggal 18
oktober 2019.
Saifuddin, A. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR
Dan Yayasan Bina Pustaka.
Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kemdikbud. /. Diakses pada 18
oktober 2019 di https://www.kbbi.web.id.
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidnan. Volume 2. Jakarta: EGC.
Verawaty, S.N., dan Liswidyawati, R. 2012. Merawat Dan Menjaga Kesehatan
Seksual Wanita, Grafindi Media Pratama, Bandung.
Widyastuti, (2009). Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai