BAB 1
TINJAUAN TEORI
b. Darah Pemeriksaan
1) Pemeriksaan hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin sangat penting dilakukan dalam
menegakkan diagnosa dari suatu penyakit, sebab jumlah kadar
hemoglobin dalam sel darah akan menetukan kemampuan darah
untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Disebut
anemia bila kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah kurang dari
normal. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan melalui sampel darah
yang diambil dari darah tepi.
Rekomendasi WHO tentang pengelompokkan anemia (g/dl)
berdasarkan umur
Tidak Anemia
Populasi
anemia Ringan Sedang Berat
Wus tidak hamil 12 11.0-11.9 8.0-10.9 <8.0
Ibu hamil 11 10.0-10.9 7.0-9.9 <7.0
Laki-laki > 15 13 11.0-12.9 8.0-10.9 <8.0
Sumber:pedoman penatalaksanaan pemberian tablet tambah darah
2) Pemeriksaan golongan darah dan rhesus
Golongan darah tidak hanya sebagai pelembab kartu
indentitas. Golongan darah wajib kita ketahui karena dapat mencegah
resiko kesehatan, membantu orang dalam keadaan darurat dan dalam
proses transfuse darah.
Jenis golongan darah
No Golongan darah Aglutinogen dalam sel darah merah
1. A A
2. B B
3. AB A DAN B
4. O -
testing and conceling (PITC) atau konseling dan testing atas inisiasi
petugas (KTIP) jika hasil tes HIV positif segera rujuk untuk
mendapatkan obat Anti Retroviral Treatment (ART) (Kemenkes,
2013)
d) TB/ Sputum BTA
Pemeriksaan Sputum BTA dilakukan pada remaja, catin dan
PUS yang mempunyai tanda klinis batuk lebih dari dua minggu,
demam, keringat pada malam hari, penurunan berat badan, dan
lainnya. Bila pemeriksaaan sputum BTA positif, diberikan
pengobatan TB OAT, minimal 6 bulan
e) Tes IMS
Tes IMS dilakukan jika ada keluhan cairan dari keluan yang
abnormal, luka lecet, pembengkakan kelenjra getah bening
dipangkal paha, adanya vegetasi/candiloma, jengger ayam
dikemaluan, dan rasa gatal/terbakar dikemaluan. Pemeriksaan IMS
dilakukan sedini mungkin pada pasangan seksual sebelum
terjadinya kehamilan
f) HbsAg
Salah satu infeksi yang dapat menyerang organ hati adalah
infeksi virus Hepatitis B. Hepatitis B menular melalui darah dan
cairan tubuh ( sperma dan cairan vagina) melalui kontak seksual
dengan penderita Hepatitis B. Berbagai jarum suntik dengan
penderita Hepatitis B dan juga ibu hamil yang menderita hepatitis
B pada saat persalinan. Untuk mendiagnosis Hepatisis B dilakukan
pemeriksaan HbsAg. Bila HbsAg positif menunjukkan bahwa
organ hati terinfeksi virus ini.
g) TORCH
TORCH adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus Tksoplasma Gondii, Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan
herpes simplex virus II (HSV-II). TORCH dapat ditularkan melalui
konsumsi makanan dan sayuran yang tidak bersih dan tidak
dimasak sempurna atau setengah matang, kotoran yang terinfeksi
virus TORCH dan juga pada ibu hamil ke janin. TORCH dapat
menimbulkan masalah kesuburan (infertilitas) baim pada
perempuan maupun laki-laki sehingga menyebabkan sulit
14
g. Pesan Utama
Catin dan PUS perlu mengetahui cara menjaga organ
reproduksinya sehingga dapat melakukan fungsi reproduksi secara
bertanggung jawab.
17
8) Depresi/genetik.
4. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas
fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam
seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat olahraga selain
menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan
membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar
dikontrol agar dapat aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk
wanita yang mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai
dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas rekomendasi ahli gizi.
Berat badan kurang dapat mengganggu kesuburan karena kekurangan jumlah
lemak yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan dapat
mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur. Selain itu, kelebihan
berat badan berisiko lebih besar untuk mengalami komplikasi, seperti
tekanan darah tinggi dan diabetes selama kehamilan.
5. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan
narkoba, dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga janin
yang dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan
hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol memiliki
kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan untuk kaum pria, minum
alkohol dapat mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan tingkat
testosteron dan bisa menyebabkan testis layu. Begitu pula rokok dapat
menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun laki-laki. Racun pada
rokok dapat mengakibatkan kerusakan kromosom pada telur, dan
melemahkan kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang sangat
diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-
laki, rokok berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan
sperma membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas
spermatozoa.
6. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait dengan
makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah mengatur pola makan dengan prinsip gizi seimbang, memperbanyak
20
- Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel telur
dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga kesehatan
dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak tumbuh-
tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.
- Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin
B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah,
pisang, dan sayur kol.
- Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan (bekerjasama
dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan melindungi sel-
sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan) yang
mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi . Vitamin C banyak
terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat,
dan cabai merah.
4) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan
sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu produksi materi
genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan
pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan hasil laut/seafood
(seperti lobster, ikan, daging kepiting), daging, kacang-kacangan (kacang
mete dan almond), biji-bijian (biji labu dan bunga matahari), serta produk
olahan susu.
5) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan
membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang
sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah,
kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
22
6) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu,
dan ikan teri.
7) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan
ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang putih,
kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
8) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan
minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam minyak
zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level kolestrol
sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
9) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang dapat
memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan. Rekomendasi
dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat dilakukan dengan
batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram, hal ini juga dapat
dibatasi sampai kehamilan.
10) Hindari konsumsi
Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang
berbahaya bagi kehamilan dan janin.
Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang
baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada
bakteri salmonella penyebab diare berat.
Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah
akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna
kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan
hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian perairan
Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan kualitas air
maupun rantai makanan.
23
(5) Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi catin agar
bidan dapat menyesuaikan dalam memberi nasehat atau
edukasi. Oleh karena pekerjaan merupakan jembatan untuk
memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang
diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah
satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang
baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil,
gangguan pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan
prematur . (Marmi ,2012 : 121).
b) Riwayat menstruasi
1) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche
usia 12-16 tahun.. ( Mohtar R, 1999,/ Dalam . Marmi ,2012 :
123).
2) Siklus menstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari
pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode
berikutnya. Siklus yang klasik adalah 28 hari -30 hari sedangkan
pola haid dan lamanya perdarahan biasanya 3-8 hari.
(Pusdiknakes, 1998 / Dalam Marmi ,2012 : 123).
3) Keluhan saat haid: umumnya mengeluh nyeri haid/
dismenorea (Sarwono, 2009)
4) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan
gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital.
(Sarwono, 2009)
c) Riwayat imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada calon ibu
terutama imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara yang
belum dapat mengeliminasi tetanus 100% sehingga status imunisasi
ibu/calon ibu harus selalu diskrining. Status imunisasi lain yang
28
c) Pemeriksaan fisik
(1) Wajah
Apakah ada oedema atau tidak, cyanosis atau tidak. .
(Marmi ,2012 : 130).
(2) Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda adanya
infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk
mengetahui adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk
menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis.
(Marmi ,2012 : 130).
(3) Payudara
Tidak terdapat benjolan/ masa yang abnormal. Simetris.
(Marmi, 2012 : 130).
(4) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya nyeri,
tekan, tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae.
(Marmi ,2012 : 131).
(5) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil berisi
cairan, lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah vulva dan
vagina. Tidak terdapat tanda-tanda keputihan patologis.
(Marmi ,2012 : 131).
(6) Ekstremtas
Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat, pergerakan
bebas (Sugiarto, dkk, 2017).
d) Pemeriksaan Penunjang
(1) Albumin
Untuk menyngkirkan proteinuria (yang dapat mengindikasikan
pielonefritis atau penyakit ginjal kronis)
36
4) Penatalaksanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan
dalam pengkajian, meliputi:
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 6 November 2023
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Ruang KIA Puskesmas Jatilawang
Biodata :
Nama : Ny. T Nama pasangan : Tn. M
Umur : 28 Tahun Umur : 29 Tahun
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Adisara 1/1 Alamat: : Adisara 1/1
B. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang:
Pasien mengatakan ingin konsultasi tentang perencanaan kehamilan.
2. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan ingin mempunyai anak lagi, setelah mengalami
keguguran 9 bulan yang lalu.
Riwayat Obstetri:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 12 thn Nyeri haid : tidak ada
Siklus : 28 hari Lama : 6 hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut Leukhore : tidak ada
HPHT : 15 Okttober 2023
3. Riwayat Kesehatan:
Penyakit/ kondisi yang pernah atau sedang diderita:
Pasien mengatakan tidak sedang sakit saat ini dan tidak pernah menderita
penyakit infeksi yang berat seperti TBC, HT, Penyakit Menular Sexual
ataupun lainnya.
Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan):
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada mempunyai penyakit
menular (Hepatitis, HIV/ AIDS, TBC), Penyakit Keturunan : dari ibu
klien terdapat DM, HT tidak ada, Asma tidak ada.
4. Riwayat Imunisasi
Jenis Tanggal Keluhan Tempat
Imunisasi Pelaksanaan Pemberian
TT1 Tahun 1993 t.a.k Posyandu
TT2 Tahun 1993 t.a.k Posyandu
Tahun 2000 t.a.k Sekolah SD
TT3
D. ANALISA
Ny. T umur 28 tahun, P0A1 asuhan prakonsepsi dengan perencanaan kehamilan.
E. PELAKSANAAN
Tanggal: 6 November 2023 Jam: 10.00 WIB
1. Memberitahu pasien mengenai hasil pemeriksaaan bahwa hasil
pemeriksaan dalam batas normal dan pasien dalam keadaan sehat.
Hasil: Pasien mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Mengenalkan pada ibu tentang masa prakonsepsi yaitu masa atau waktu yang
digunakan untuk merencanakan kehamilan, prakonsepsi merupakan tahap
penting untuk menentukan kehamilan yang sukses. Periode kritis untuk
menentukan kehamilan sehat serta kualitas bayi yang dilahirkan. Serta
mengenalkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa prakonsepsi.
Hasil : ibu mengetahui tentang pengertian masa prakonsepsi, dan yang
berkaitan dengan persiapan kehamilan yaitu : kesehatan fisik dan
psikologis, kesehatan reproduksi ( termasuk masa subur dan gizi)
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang masa subur dengan metode suhu
basal. Suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan
terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang
berupa termometer basal. Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius.
Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38
derajat kemudian akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat
itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan
terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan
akhirnya kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi.
Hasil: Pasien mengerti tentang metode suhu basal yang telah dijelaskan
dan bersedia melakukan pengecekan dirumah.
4. Membantu ibu mengetahui masa subur dengan menghitung siklus menstruasi
yaitu klien dianjurkan untuk mencatat siklus menstruasi selama 6 kali
berturut-turut. Dan jika haid teratur (30 hari) maka masa subur adalah hari
ke-13 hingga hari ke-17 dalam siklus haid dihitung hari ke-1 adalah hari
pertama menstruasi. Jika siklus menstruasi tidak teratur maka dihitung
dengan cara jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang
selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir
masa subur
Hasil : klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan
5. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang kebutuhan gizi
prakonsepsi untuk mencapai keluarga yang sehat dan keturunan yang
berkualitas. Manfaat zat gizi untuk memelihara kesuburan, meningkatkan
kualitas sperma, memantau dan mengusahakan berat badan ideal, kebutuhan
(zink dan zat besi, protein, asam folat, vitamin E, vitamin B12) tercukupi,
menciptakan kualitas generasi penerus yang lebih baik. Menganjurkan klien
makan – makanan yang bergizi (nasi, lauk, sayur, buah), mencukupi
kebutuhan cairan dengan minimal 1,5 liter perhari , menganjurkan klien
untuk memperbanyak makan sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan,
menambah konsumsi sumber protein dari daging merah, hati ayam, ikan,
telur, dan tidak pantang makanan, menganjurkan klien untuk mengkonsumsi
asam folat 0,4 mg- 1 mg 1 kali perhari atau makanan yang mengandung
asam folat seperti biji-bijian, buah-buahan, sayuran hijau, misalnya kacang
almond, kwaci biji bunga matahari sejak prakonsepsi yang berfungsi untuk
kecerdasan otak.
Hasil: pasien telah mengerti tentang apa yang sudah dijelaskan,pasien
akan mencukupi kekurangan zat gizi dengan minum vitamin dan asam
asam folat.
6. Melakukan evaluasi bersama klien untuk menilai gizi dari menu makanan
yang dikonsumsi klien selama ini
Hasil : klien mengetahui bahwa kandungan gizi dari makanan yang
dikonsumsi kurang mencukupi zat-zat gizi yang digunakan untuk
merencanakan kehamilan, yaitu sumber protein yang berguna untuk
penambahan sel-sel baru dan regenerasi sel.
7. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan apa yang belum
dimengerti.
Hasil: Pasien telah paham dan tidak ada pertanyaan yang diajukan.
8. Menganjurkan klien kunjungan ulang bila masih ada yang perlu
dikonsultasikan atau ada keluhan lain.
Hasil : pasien bersedia kembali untuk konsultasi.
9. Mendokumentasikan hasil tindakan.
Hasil: telah dilakukan pendokumentasian.
CATATAN PERKEMBANGAN
Kunjungan ke 1
Nama Pasien: Ny. T No. RM : 37987
Ruang: KIA
Umur : 28 Thn Alamat : Adisara 1/1
Tanggal dan Catatan Perkembangan
Paraf
Jam (SOAP)
6 November 2023 S:
08.30 WIB 1. Ibu mau konsultasi kehamilan
2. Ibu mengatakan membawa
catatan daftar haid
3. Ibu ingin mengetahui puncak
masa suburnya.
O:
1. Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TD : 110/80 mmHg
- Suhu : 36,5 0C
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- BB : 57,5 Kg
- TB : 155,5 cm
- IMT : 24,89 Kg/M²
- LiLa : 28 cm
2. Pemeriksaan Fisik
- Muka :tidak pucat
- Mata :Conjungtiva merah muda
4. Pemeriksaan Penunjang
-
A:
Ny. T umur 28 tahun P0A1 asuhan
prakonsepsi dengan perencanaan
kehamilan.
P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
klien sehat fisik dan psikologis.
Hasil: Klien mengerti dengan
kondisinya sekarang ini sehat
2. Membantu ibu mengetahui masa
subur dengan menghitung siklus
menstruasi yaitu dari daftar
haid yang dibawa klien sehingga
mengetahui siklus terpendek dan
siklus terpanjang periode
haidnya.
Hasil : klien mengerti dengan
penjelasan yang diberikan bidan
bahwa siklus terpendeknya 21
hari dan siklus terpanjangnya 33
hari dan mampu menghitung
serta memperkirakan masa
suburnya.
3. Memberikan KIE mengenai
Makanan yang disarankan untuk
dikonsumsi saat memenuhi zat
gizi mikro prakonsepsi seperti
banyak makan dari ikan segar,
buah-buahan dan sayuran segar
(Semangka, asparagus,tauge
serta buah-buahan dan sayuran
mentah lainnya), lemak nabati
(Kacang-kacangan, alpukat,
minyak zaitun, dan minyak biji
anggur), karbohidrat kompleks
(mengandung serat, seperti buah-
buahan, sayuran, kacang-
kacangan dan biji-bijian), dan
mengurangi konsumsi gula.
Hasil : klien akan berusaha untuk
menjaga pola hidup sehat dan
diet infertilitas sesuai dengan
saran.
4. Menganjurkan klien untuk
konsumsi tablet tambah darah
pada saat haid. .
Hasil: Klien bersedia
mengkonsumsi tablet tambah
darah sesuai dengan anjuran
yang telah disampaikan.
5. Meminta klien untuk
melanjutkan konsumsi vitamin
E, dan asam Folat sampai kurang
lebih 3 bulan.
Hasil: klien bersedia mengikuti
anjuran petugas.
6. Menganjurkan klien mengenai
gaya hidup sehat dengan
memperhatikan pemenuhan
kebutuhan gizi seimbang,
berolahraga teratur agar tubuh
menjadi bugar dan tidak mudah
stres.
Hasil: Klien bersedia
berolahraga.
7. Menganjurkan klien untuk
konsultasi DSOG apabila telah
mendapatkan asuhan prakonsepsi
ini belum mendapatkan hasil
yang diharapkan.
Hasil: Klien bersedia mengikuti
anjuran petugas.
Kunjungan ke 2
O:
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 122/78 mmHg
Nadi : 72 x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36,1°C
BB / PB : 50Kg / 158 cm
LILA : 23 cm
IMT : 20.4
a. Status obstetri
Muka : tidak oedema, tidak ada
chloasma gravidarum.
Mammae : tidak ada
hiperpigmentasi areola mamae.
Abdomen : TFU tidak teraba.
Genetalia : tidak ada pembesaran
kelenjar Bartolini, tidak ada
keputihan, tidak sedang menstruasi.
b. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
A:
Diagnose : Ny. T umur 28 tahun P0A1
Pasangan Usia Subur dengan
perencanaan kehamilan
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Penkes tentang tanda-tanda
kehamilan
P:
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada
pasien bahwa secara umum keadaan
baik, tanda- tanda vital dalam batas
normal
Hasil : pasien mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
2. Menjelaskan pada pasien tentang
tanda- tanda kehamilan meliputi test
kehamilan positif, tidak menstruasi
pada siklus haid berikutnya disertai
timbul rasa mual muntah dan pusing
pada pagi hari, serta sering buang air
kecil, tidak nafsu makan, pada usia
kehamilan lebih lanjut detak jantung
dapat terdengar dengan menggunakan
alat.
Hasil : pasien mengerti dengan
penjelasan yang diberikan
3. Mengingatkan kembali kepada pasien
untuk rutin mengkonsumsi asam folat
baik dari makanan maupun dari obat
yang mengandung asam folat. Makanan
yang mengandung tinggi asam folat
contohnya pada sayuran bewarna hijau
tua, biji-bijian seperti kacang almond,
kwaci biji bunga matahari, buah-
buahan, dan juga mengingatkan untuk
minum asam folat 0,4 mg setiap hari 1
tab untuk persiapan kehamilan
Hasil : pasien bersedia mengikuti saran
bidan
4. Menganjurkan pasien tetap semangat
dan selalu berdoa serta mengingatkan
untuk tetap berusaha melakukan
hubungan sexual teratur terutama pada
masa ovulasi, istirahat cukup dan tidak
boleh stress.
Hasil : pasien bersedia mengikuti
anjuran petugas.
5. Menganjurkan pasien periksa ke
DSOG apabila belum berhasil untuk
mengetahui penyebab masalahnya lebih
lanjut
Hasil : pasien bersedia periksa ke
DSOG bila belum terjadi kehamilan.
6. Melakukan pendokumentasian
Hasil : Sudah di dokumentasikan.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pengkajian status Ny. T dapat digaris bawahi adanya data yang
mendukung yaitu adanya kehamilan, P0A1, dengan jarak interval kehamilan kurang
dari 2 tahun dan dari status gizi ibu normal dari penghitungan IMT 20.4 Kg/m² yang
berarti dalam ambang batas normal.
Masa prakonsepsi banyak mengesampingkan nutrisinya, hal ini sering tejadi
karena kurangnya pendidikan kesehatan yang diterima pada sebagian besar PUS
yang merencanakan kehamilan. Seperti pada kasus Ny.T, 28 Tahun. Pada pengkajian
yang telah dilakukan pada Ny.T secara garis besar terlihat sehat dan produktif.
Diketahui bahwa IMT, Lila dan HB pada Ny. T dalam batas normal.Tetapi apabila
dinilai dari konsumsi menu makanan sehari-hari terdeteksi kurangnya konsumsi zat
gizi yang sangat diperlukan untuk proses kehamilan. Terlihat pada status riwayat
kehamilan dan persalinan yang lalu P0A1. Klien belum mendapatkan kehamilan
sukses. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran
bayi normal dan sehat (Susilowati dkk. 2016).
Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah sebelum
kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat
reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi sel telur dengan
kualitas baik, dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat
berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin.
Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang akan memengaruhi kondisi kesehatan
secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat memutuskan
mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan (Susilowati dkk. 2016).
Kekurangan gizi pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
pada janin, bahkan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Menurut Bappenas
(2011) status gizi janin dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil,
bahkan status gizi ibu pada saat sebelum hamil. Kurang gizi pada janin akan
menyebabkan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena sejak dalam kandungan janin
sudah mengalami kegagalan pertumbuhan (foetal growth retardation). Kelainan
kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pembuahan. Kelainan kongenital merupakan penyebab terjadinya keguguran, lahir
mati atau kematian setelah persalinan pada minggu pertama. Kelainan kongenital
sekitar 0,2% sampai 0,4% dari seluruh persalinan (Manuaba dkk, 2010). Salah satu
cara untuk memutus siklus ini adalah dengan cara perbaikan gizi pada masa
prakonsepsi (Susilowati dkk. 2016).
Menurut konsep evidance bahwa pemakaian asam folat pre dan perikonsepsi
menurunkan risiko kerusakan otak, kelainan neural, anensepalus, baik pada ibu hamil
normal maupun berisiko. Asam folat juga membantu memproduksi sel darah merah,
sintesis DNA pada janin dan pertumbuhan placenta. (Dartiwen & Nurhyati, 2019).
Selain faktor gizi yang kurang, pada Ny.T juga ditemukan faktor jarak
kehamilan yang terlalu dekat, yaitu kurang dari 2 tahun antara kehamilan pertama
dan kehamilan kedua. Menurut Subiyanto (2012), walaupun usia 20-35 tahun aman
untuk hamil dan melahirkan bukan berarti perempuan bisa hamil setiap tahunnya,
karena jarak antara kehamilan yang ideal adalah antara 2-4 tahun. Perhitungan jarak
kehamilan yang ideal tidak kurang dari 2 tahun atas dasar pertimbangan kembalinya
organ-organ reproduksi ke keadaan semula, sehingga dikenal istilah masa nifas, yaitu
masa organ-organ reproduksi kembali ke masa sebelum hamil. Setelah melahirkan,
direkomendasikan untuk mempersiapkan kehamilan berikutnya sekurang-kurangnya
dalam jangka waktu 24 bulan untuk mengurangi risiko yang merugikan pada ibu,
perinatal, dan bayi. Kehamilan dengan jarak kehamilan ≤ 2 tahun tahun dapat
mengakibatkan abortus, berat badan bayi lahir rendah, nutrisi kurang, dan
waktu/lama menyusui berkurang untuk anak sebelumnya (Hartono, 2010 dalam
Prihandini 2016).
Hal ini sesuai dengan penelitian Prihandini (2016) yang menujukkan hasil
analisis uji koefisien kontingensi dengan p value 0,006 (p value ≤ 00,5) artinya ada
hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian abortus, r hitung
0,232 yang berarti korelasinya lemah dan arah hubungan positif (+) maka apabila
seseorang hamil pada jarak kehamilan berisiko maka semakin berisiko terjadinya
abortus.
Sebanding dengan penelitian yang dilakukan Artanti (2017) bahwa Ada
hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian abortus dari analisis uji chi square
diperoleh ρ value = 0,000 < 0,05 dan nilai OR = 3,19 uji chi square jarak kehamilan
terhadap kejadian abortus diperoleh ρ value = 0,023 > 0,05 dan nilai OR = 1,97. Dari
riwayat ibu yang abortus dengan jarak kehamilan < 2 tahun mengalami abortus
64,0% dan tanpa abortus 36%,sedangkan ibu hamil dengan riwayat abortus jarak
kehamilan > 2 tahun tanpa abortus 52,5 % dan mengalami abortus 47,5%.
Untuk merencanakan kehamilan, maka Ny. T diberikan KIE tentang
mengetahui masa subur metode suhu basal dan menghitung perkiraan ovulasi
berdasarkan pengamatan siklus haid. Tujuan dari penatalaksanaan tersebut adalah
agar ibu dapat memperkirakan kapan ibu merencanakan kehamilannya,
kehamilannya berjalan sukses, ibu dalam keadaan kehamilan sehat dan mendapatkan
bayi yang berkualitas.
Setelah diberikan penjelasan mengenai kebutuhan gizi prakonsepsi, klien
bersedia memperbaiki konsumsi gizi makanannya dan juga bersedia minum asam
folat sesuai anjuran. Hal ini telah sesuai dengan penelitian Simatupang (2018) bahwa
terdapat selisih peningkatan pengetahuan sebesar 3,37, rata-rata skor pengetahuan
sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa konseling gizi prakonsepsi yaitu
meningkat dari 12,60 menjadi 15,97 dan terdapat selisih peningkatan sikap sebesar
3,30 dari rata-rata skor sikap sampel sebelum dan sesudah pemberian intervensi
berupa konseling gizi prakonsepsi yaitu meningkat dari 23,70 menjadi 27,00.
KIE selanjutnya adalah pemberian tablet Fe atau tablet zat besi terutama
pada saat menstruasi, hal ini dimaksutkan agar kadar Haemoglobin WUS tetap
dalam keadaan normal yaitu HB pada wanita tidak hamil minimal 12 gr/dl.
Riwayat kesehatan keluarga ditemukan pada Ny.T dengan ibu memiliki
riwayat DM. Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko DM diharapkan keturunan
penderita dapat melakukan pencegahan dengan modifikasi diet/gaya hidup, seperti
pola makan seimbang, olahraga rutin, menghindari stress, olahraga rutin, dan cek
kesehatan secara rutin sehingga dapat terhindar dari DM. Sesuai penelitian Monica
(2020) ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian Diabetes Melitus.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa prakonsepsi banyak mengesampingkan nutrisinya, hal ini sering tejadi
karena kurangnya pendidikan kesehatan yang diterima pada sebagian besar PUS
yang merencanakan kehamilan. Seperti pada kasus Ny.T, 28 Tahun. Pada pengkajian
yang telah dilakukan pada Ny.T secara garis besar terlihat sehat dan produktif.
Diketahui bahwa IMT, Lila dan HB pada Ny. T dalam batas normal.Tetapi apabila
dinilai dari konsumsi menu makanan sehari-hari terdeteksi kurangnya konsumsi zat
gizi yang sangat diperlukan untuk proses kehamilan. Terlihat pada status riwayat
kehamilan dan persalinan yang lalu P0A1. Klien belum mendapatkan kehamilan
sukses. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran
bayi normal dan sehat.
Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah sebelum
kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat
reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi sel telur dengan
kualitas baik, dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat
berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin.
Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang akan memengaruhi kondisi kesehatan
secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat memutuskan
mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan.
B. SARAN
Hasil Asuhan Kebidanan ini menunjukkan adanya kebutuhan spesifik wanita
pranikah terhadap informasi gizi pranikah/prakonsepsi, sehingga memunculkan
harapan kepada institusi kesehatan untuk melakukan kerjasama dengan institusi
agama yaitu KUA dengan melakukan pelatihan mengenai gizi pranikah/prakonsepsi
kepada penasehat calon pengantin di KUA atau dengan didatangkannya utusan dari
institusi kesehatan agar memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi
pranikah/prakonsepsi kepada calon pengantin.
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
American Society for Reproductive Medicine.
Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
BKKBN. 2014. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan RI
_______. 2017. Usia Pernikahan Ideal 21-25 Tahun. Jakarta: BKKN. Diunduh di
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-
tahun. Diakses pada 3 Oktober 2019.
Cunningham. 2012. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Handayani, R., dkk. 2010. Hubungan Lamanya Pemakaian Kontrasepsi Suntik
DMPA dengan Kembalinya Kesuburan pada Post Akseptor KB Suntik
DMPA. Bidan Prada: Jurnal Ilmiah Kebidanan. 1 (1): 16 – 27.
Kasiati, NS., Rosmalawati, N.W.D. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Eliminasi
Tetanus Maternal dan Neonatal. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
. 2014. Pedoman Gizi Seimbangi. Jakarta: Kemenkes RI.
. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin. Jakarta:
Kemenkes RI.
______ 2017. Pedoman Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Koren G & Chandranipapongse W. 2013. Preconception conseling for preventable
risk. Canadian Family Physician. 59: 737-3
Kusmiran, E. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika.
Lisa, dkk. 2015. Preconception Care and Reproductive Planning in Primary
Care.Medical The Clinics.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil edisi 7. Yogyakarta
PMK No. 97 tahun 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Proverawati, A. dan Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Nuha Medika
RSUA. 2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita. Artikel. Web RSUA.
Diunduh dari http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Penyebab%20
Infertilitas%20pada%20Pria%20dan%20Wanita.pdf. pada tanggal 18
oktober 2019.
Saifuddin, A. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR
Dan Yayasan Bina Pustaka.
Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kemdikbud. /. Diakses pada 18
oktober 2019 di https://www.kbbi.web.id.
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidnan. Volume 2. Jakarta: EGC.
Verawaty, S.N., dan Liswidyawati, R. 2012. Merawat Dan Menjaga Kesehatan
Seksual Wanita, Grafindi Media Pratama, Bandung.
Widyastuti, (2009). Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta