Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FISIOLOGI DAN PENGENALAN KESEHATAN REPRODUKSI,


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FUNGSI REPRODUKSI,
TANDA-TANDA KEMATANGAN REPRODUKSI PADA REMAJA
(PRIA DAN WANITA)

DI SUSUN OLEH:
SALSA BELA KARISA (2105902010150)
SITI AFRIDA (2105902010021)
RAUZATUL JANNAH (2105902010105)

DOSEN PENGANPUH:
MEUTIA PARADHIBA S. Tr.Keb., M.K.M

MATA KULIAH: EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah
ini adalah “FISIOLOGI DAN PENGENALAN KESEHATAN REPRODUKSI,
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FUNGSI REPRODUKSI, TANDA-
TANDA KEMATANGAN REPRODUKSI PADA REMAJA (PRIA DAN WANITA)”.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Meutia Paradhiba S. Tr.Keb.,
M.K.M selaku dosen pengampuh mata kuliah EPIDEMIOLOGI KESEHATAN
REPRODUKSI.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Komunikasi Kesehatan. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya di karenakan
keterbatasan pengetahuan penulis.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini bisa
menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Aceh Barat, 6 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1 Fisiologi dan pengenalan kesehatan reproduksi.................................................................3
2.1.1 Pengenalan kesehatan reproduksi..............................................................................3
2.1.2 Fisiologi kesehatan reproduksi pada wanita.............................................................4
2.1.3 Fisiologi kesehatan reproduksi pada pria.................................................................4
2.2 Pertumbuhan dan perkembangan fungsi reproduksi..........................................................6
2.2.1 Perkembangan Pranatal.............................................................................................6
2.3 Tanda-tanda kematangan reproduksi pada remaja (pria dan wanita).................................9
2.3.1 Tanda-tanda kematangan reproduksi pada Pria.........................................................9
2.3.1 Tanda-tanda kematangan reproduksi pada wanita...................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................................12
3.1 kesimpulan.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Epidemiologi yaitu ilmu mengenai peyebaran dan determinan penyakit serta kondisi
kesehatan dalam populasi juga bentuk penerapan yang dilakukan sebagai pengendali
permasalahan kesehatan yang ada (CDC, 2002;Last 2001, Gordis, 2000). Metode
epidemiologi menjadi bagian penting dalam mewujudkan pembangunan berwawasan
kesehatan seperti yang sedang digalakkan saat ini oleh negara - negara di dunia. Karena
informasi yang dihasilkan dari pendekatan epidemiologi dapat digunakan untuk melakukan
pencegahan, menentukan pengobatan, dan meramalkan hasil pengobatan permasalahan pada
kesehatan.

Definisi kesehatan reproduksi yaitu kondisi kemakmuran dan kesejahteraan mental,


fisik dan sosial secara menyeluruh, tidak hanya terbebas dari kecacatan ataupun penyakit di
sebuah aspek yang berkaitan pada alat reproduksi, fungsi dan proses (WHO). Kesehatan
reproduksi yaitu kondisi kesejahteraan mental, fisik serta sosial secara menyeluruh serta tidak
hanya sebuah kelemahan atau peyakit, di semua hal yang berkaitan pada sistem reproduksi
serta proses dan fungsinya (ICPD Cairo, 1994).

Epidemiologi kesehatan reproduksi yakni area sederhana di sebuah epidemiologi yang


fokus terhadap kesehatan reproduksi. Didefinisikan sebagai studi yang membahas tentang
penyebaran serta determinan status ataupun peristiwa mengenai kesehatan pada individu atau
masyarakat dan penerapan ilmu ini sebagai peningkatan kesehatan mental, sosial dan fisik
yang sempurna sebab berhubungan pada organ reproduksi serta proses dan fungsinya (Merril,
2014). Studi epidemiologi kesehatan reproduksi sangat besar kontribusinya untuk
menghasilkan data, menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dan memberikan informasi
alternatif pemecahan masalah. Dengan menerapkan metode epidemiologi kesehatan
reproduksi mulai dari tatanan pelayanan kesehatan paling dasar, tentu sangat membantu
dalam tercapainya pembangunanberkelanjutan

iv
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:

1) Pengenalan kesehatan reproduksi


2) Fisiologi kesehatan reproduksi pada wanita dan laki-laki
3) Pertumbuhan dan perkembangan fungsi reproduksi
4) Tanda-tanda kematangan reproduksi pada remaja (pria dan wanita)

1.3 Tujuan

Adapaun tujuan yang dapat di peroleh dari isi makalah ini antara lain:

1) Mengetahui pengertian reproduksi dan kesehatan reproduksi


2) Mengetahui Fisiologi kesehatan reproduksi pada wanita dan pria
3) Mengetahui Pertumbuhan dan perkembangan fungsi reproduksi
4) Memehami Tanda-tanda kematangan reproduksi pada remaja (pria dan wanita)

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fisiologi dan Pengenalan Kesehatan Reproduksi

2.1.1 Pengenalan kesehatan reproduksi

Berdasarkan etimologi reproduksi terdiri atas 2 kata yakni “ re” yang berate
kembali dan “produksi” yang berarti menghasilkan, sehingga reproduksi dapat di artikan
sebagai suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelastrian
hidup. Sedangkan yang di sebut dengan organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi
untuk reproduksi manusia (BKKBN, 2002).

Kesehatan reproduksi dapat di artikan sebagai kondisi sehat yang menyangkut


system, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Kesehatan reproduksi adalah
bagian yang tak terpisahkan dari kesehatan umum seseorang dan berkaitan sangat erat dengan
pengetahuan, sikap dan prilaku menyangkut alat-alat reproduksi dan fungsi-fungsinya serta
gangguan-gangguan yang mungkin timbul antara lain: Kehamilan yang tidak diinginkan,
abotus, penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS dan lain-lain (BKKBN, 2002).

Pentingnya pengetahuan reproduksi remaja:

 Agar memiliki informasi yang benar


 Agar memiliki sikap dan prilaku yang bertanggung jawab
 Agar dapat melakukan berbagai tindakan pencegahan dan pengobatan
sedini mungkin

Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mempunyai


kesehatan reproduksi yang baik (Kesrepro,2008):

 Pengenalan mengenai system, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek


tumbuh kembang remaja)
 Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan
pasangannya

vi
 Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap
kondisi kesehatan reproduksi
 Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
 Pengarug sosial dan media terhadap prilaku seksual
 Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
 Mengembangkan pengetahuan kemampuan berkomunikasi termasuk
memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang
bersifat negative
 Hak-hak reproduksi

2.1.2 Fisiologi kesehatan reproduksi pada wanita

Sistem reproduksi manusia merupakan kumpulan organ dengan fungsi


mempertahankan keberadaan manusia di dunia, dan memproduksi hormon yang
mempengaruhi dan dipengaruhi sehingga sistem reproduksi dapat berfungsi dengan baik.
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ genitalia internal, organ genitalia eksternal, dan
organ reproduksi sekunder.

Genitalia internal yang terletak dalam rongga panggul terdiri dari tuba fallopi
(saluran rahim), uterus, dan ovarium. Genitalia eksternal terdiri dari vulva (mons pubis,
klitoris, labia mayora, labia minora, vestibulum, saluran uretra, dan perineum) dan vagina.
Payudara (mammae) merupakan bagian dari organ reproduksi sekunder. Sistem reproduksi
wanita berkembang dan matur akibat rangsangan hormon estrogen dan progesteron dimulai
masa pubertas (Rani, 2019).

Seiring peningkatan usia atau bila produksi hormon ovarium menurun, struktur
organ reproduksi akan mengalami atrofi (mengecil). Struktur organ reproduksi didukung oleh
persarafan yang kompleks dan didukung suplai darah yang banyak. Bentuk dan ukuran
genitalia eksterna dan payudara dipengaruhi oleh keturunan, usia, ras, paritas seorang wanita
(Wahyuningsih and Kusmiati, 2017).

2.1.2 Fisiologi kesehatan reproduksi pada pria

Fisiologi reproduksi pada pria dapat digolongkan atas 3 hal yaitu : Spermatogenesis,
kegiatan seksual dan pengaturan fungsi reproduksi.

vii
1) Spermatogensis

Adalah proses saat spermatozoa haploi berkembang dari sel germinal di tubulus
seminiferus testis. Proses ini dimulai dengan pembelahan mitosis sel induk yang terletak
dekat dengan membran basal tubulus. Sel-sel ini disebut sel induk spermatogenesis.
Pembelahan mitosis ini menghasilkan dua jenis sel (Wikipedia, 2022b). Spermatozoa sendiri
adalah gamet jantan dewasa yang diproduksi secara seksual. Pembetukan sperma umumnya
di tubulus seminiferus testis melalui beberapa tahap, diikuti olej pematangas di epididimis.
Akhirnya, siap dihasilkan sebagi air mani saat hubungan seksual dilakukan. Proses
spermatogenesi mulai terjadi saat memasuki pubertas dan berakhir saat tubuh mengalami
kematian. Namunjumlah sperma turun secara bertahap sejalan dengan pertambahan usia,
sehingga membuat seseorang berisiko mengalami infertilitas saat semakin tua. Penting dicatat
jika setiap pembelahan, sel-sel tersebut selalu melekat satu sama lain, sehingga matang dalam waktu
bersamaan. Beberapa spermatogonia mereplikasi diri sendiri guna memastikan pasokan sperma tidak
habis. Pada seluruh proses ini, sel spermatogenik berinteraksi dengan sel sertoli, guna memberikan
nutrisi dan dukungan struktural, agar sperma yang dihasilkan dapat melakukan tugasnya dengan baik.

2) Ereksi, Emisi Dan Ejakulasi

Ereksi merupakan peristiwa neurofisologis yang kompleks. Terjadi ketiak darah


mengalir dengan cepat ke penis dan terperangkap dalam rongga spongiosa. Ereksi dapat terjadi atas
dasr sinyal perintah otak. Baik itu sinyal yang dipicu oleh ransangan seksual maupun tidak. Sinyal ini
akan dilepaskan oleh otak menuju saraf dan pembuluh darah yang ada di penis. Ketika sinyal sampai
di penis, pembulu darah akan melebar dan pembuluh balik akan tertutup. Hal ini menyebabkan darah
mengisi rongga-rongga penis sehingga memberikan tekanan dan membuat penis menjadi
mengembang dan mengalami ereksi.pentingnya testosteron pada fungsiereksi belum diketahui. Ereksi
nokturnal, yang terjadi selama episode tidur rapid eye movement (REM) merupakan keadaan yang
tergantung testosteron. Sebaliknya ereksi yang terjadi akibat respon terhadap rangsangan visual tidak
tergantung pada testosteron. Saat ejakulasi hampir terjadi turgor penis meningkat lebih kuat lagi. Otot
polos didalm prostat, vas deferens dan vesikula seminalis berkontraksi secara berurutan untuk
mengeluarkan plasma semen dan spermatozoa kedalam uretra pada suatu proses yang disebut
emisi. Proses emisi dimediasi oleh serat-serat simpatis α-adrenergik yang berjalan melalui nervus
hipogastrikus. Ejakulasi berbeda dengan emisi dan ditandai oleh ejeksi semen dari uretra posterior.
Ejakulasi membutuhkan kontraksi otot polos uretra dan otot lurik bulbokavernosus dan
iskiokavernosus (Heffner and J.Schust, 2006).

viii
3. Pengaturan sekresi gonadotropin pada pria

Hormon pelepas hormon gondaotropin (GNRH) adalah pengatur utama sumbu


reproduksi. Sekresi pulsatilnya menentukan pola sekresi hormon perangsang folikel gonadotropin dan
hormon luteinizing, yang kemudian mengatur fungsi endokrin dan pematangan gamet dalam gonad
(Pedro Marques , Karolina Skorupskaite, Kavitha S. Rozario , Richard A. Anderson, 2022).
Mekanisme neuroendokrin yang mengatur fungsi testis pada dasarnya serupa dengan mekanisme yang
mengatur fungsi ovarium. GNRH hipotalamus yang disekresi dalam pola denyutan kedalam sistem
portal hipotesis, bekerja pada hipopisis pria untuk menstimulasi sintesis dan pelepasan gonadotropin
FSH dan LH. Kedua gonadotropin ini mengatur aktivitas spermatogenik dan endokrin testis. Baik pria
maupun wanita mengunakan umpan balik negatip yang sama untuk menghambat pelepasan
gondotroppin oleh hipopisis. Pria pasca pubertas terus menerus mengalami gametogenesis dan
produksi testosteron sementara wanita pasac menopause mengalami periode siklis. Tidak adanya
periode siklis pada pria terjadi karena androgen tidak menggunakan mekanisme umpan balik
positip pada pelepasan gonadotropin. Testosteron merupakan pengatur utama sekresi LH pada pria.
Efek umpan balik negatif testosteron didapatkan sebagian besar dengan mengurangi frekuensi denyut
GNRH yang dilepaskan oleh hipotalamus, meskipun terdapat sedikit pengurangan dalam amplitudo
denyut GnRh. Testosteron juga menghambat pelepasan FSH namun efeknya tidak sebesar LH.
Kombinasi antara testosteron dan hormon inhibin sel sertoli dibutuhkan untuk menghasilkan
penekanan FSH secara maksimal (Heffner and J.Schust, 2006).

2.2 Pertumbuhan dan perkembangan fungsi reproduksi

2.2.1 Perkembangan Pranatal

Perkembangan pranatal adalah perkembangan awal dari manusia. Dimulai dari pembuahan
yang terjadi dari pertemuan sel sperma dengan sel telur. Sel telur yang telah matang dibuahi
oleh sel sperma yang matang yang akhirnya akan menjadi sel-sel baru dan membentuk zigot.
Pembuahan ini menandakan berfungsi dengan baiknya organ reproduksi manusia. Dalam
pembuahan ada beberapa kondisi yang ditentukan:

a. Bawaan lahir

b. Penentuan jenis kelamin

c. jumlah anak

d. urutan dalam berkeluarga

ix
perkembangan prenatal terjadi dalam tiga tahap, yaitu germinal, embrionik dan fetal. Selama
tahapan prenatal ini zigot yang awalnya hanya satu sel kemudian menjadi janin. Sebelum dan
sesudah lahir perkembangan terus berlangsung mengikuti dua prinsip sefalokaudal,bahwa
perkembangan berlangsung dari kepala ke bagian bawah tubuh. Kepala embrio, otak, dan
mata terbentuk paling awal dan berukuran besar serta tidak proporsional sampai bagian-
bagian tubuh lain terbentuk. Kedua, prinsip proximodistal, perkembangan berlangsung dari
bagianbagian tubuh yang dekat dengan bagian tengah tubuh menuju keluar. Kepala dan dada
embrio terbentuk sebelum terbentuknya tungkai dan lengan serta kaki terbentuk sebelum
terbentuknya jari tangan dan kaki.(Papalia, Olds, dan Feldman 2009).

a. Tahapan Germinal

Tahapan germinal terjadi sejak pembuahan sampai 2 minggu. Zigot membelah diri dan
menjadi lebih kompleks kemudian menempel pada dinding rahim menjadi tanda awal masa
kehamilan. Dalam waktu 36 jam setelah pembuahan, zigot memasuki masa pembelahan dan
duplikasi sel cepat (mitosis). 72 jam setelah pembuahan, zigot membelah diri menjadi 16 dan
kemudian 32 sel, sehari kemudian menjadi 64 sel. Pembelahan ini terus berlangsung sampai
satu sel pertama berkembang menjadi 800 juta atau lebih sel khusus yang membentuk tubuh
manusia.(Papalia, Olds, dan Feldman 2009).

Sambil terus membelah diri, sel telur yang telah dibuahi kemudian melewati tuba falopi
menuju rahim dengan perjalanan 3-4 hari. Bentuk yang semula kumpulan sel yang berbentuk
bola berubah menjadi bulatan yang berisi cairan dan disebut blastosista. Blastosista ini
mengapung bebas dalam rahim selama 1-2 hari lalu melekat di dinding rahim. Hanya sekitar
10-20% dari telur yang dibuahi yang dapat menyelesaikan tugas penting melekatkan diri pada
dinding rahim dan menjadi embrio. Sebelum melekatkan diri, seiring dengan sel terjadi,
beberapa sel di bagian luar blastosista berkumpul di satu sisi untuk membentuk cakram
embrionik, masa sel yang menebal yang menjadi tempat bagi embrio untuk mulai
berkembang. Massa ini akan melakukan diferensiasi menjadi tiga lapisan.

Ektoderma (lapisan paling atas) akan menjadi lapisan luar kulit, kuku rambut, gigi, panca
indera, dan sistem saraf termasuk otak dan tulang belakang. Endoderma (lapisan bawah) akan
menjadi sistem pencernaan, hati, pankreas, kelenjar ludah, dan pernapasan. Mesoderma
(lapisan tengah) akan membangun dan mendiferensiasi menjadi lapisan kulit dalam, otot,
tulang, serta sistem pembuangan dan sirkulasi. Bagian lain dari blastosista mulai terbentuk
menjadi organ yang akan menghidupi dan melindungi embrio: rongga amnion, dengan

x
lapisan luarnya, amnion dan karion, plasenta dan tali pusar.(Papalia, Olds, dan Feldman
2009).

b. Tahapan Embrionik

Tahapan kedua masa kehamilan ini dimulai dari 2-8 minggu. Organ dan sistem tubuh utama
berkembang pesat. Ini adalah masa kritis, saat embrio paling rentan terhadap pengaruh
destruktif dari lingkungan pranatal. Sistem atau struktur organ yang masih berkembang pada
saat terpapar lebih mungkin untuk terkena efeknya. Cacat yang terjadi pada saat kehamilan
tahapan selanjutnya tidak lebih serius. Janin laki-laki lebih memiliki kemungkinan untuk
mengalami keguguran secara spontan atau dilahirkan dalam keadaan meninggal daripada
janin perempuan. Walaupun sekitar 125 lakilaki di konsepsi untuk 100 perempuan, fakta
yang fakta yang dihubungkan dengan mobilitas sperma dalam membawa kromosom Y yang
lebih kecil,

hanya 105 anak laki-laki yang dilahirkan untuk setiap 100 perempuan. Kerentanan laki-laki
berlanjut setelah dilahirkan, lebih banyak dari mereka yang meninggal di awal kehidupan,
dan di setiap tahapan kehidupan mereka lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit.
Hasilnya, hanya ada 96 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di AS. (Papalia, Olds, dan
Feldman 2009).

c. Tahapan Fetal

Tahapan ketiga masa kehamilan ini dimulai dari 8 minggu sampai dengan masa kelahiran.
Selama masa ini, janin tumbuh dengan pesat sekitar 20 kali lebih besar daripada ukuran
panjangnya dan organ sekaligus sistem tubuh menjadi lebih kompleks. Sentuhan akhir seperti
kuku jari tangan dan kaki tumbuh serta kelopak mata terbuka. Tingkat aktivitas dan
pergerakan janin menunjukkan perbedaan individual yang ditandai dengan kecepatan jantung
mereka yang berubah-ubah. Janin lakilaki, terlepas dari besar dan ukurannya, lebih aktif dan
cenderung lebih semangat saat bergerak selama masa kehamilan. Dengan demikian,
kecenderungan bayi laki-laki untuk lebih aktif dibandingkan bayi perempuan mungkin
merupakan bagian dari pembawaan sejak lahir.(Papalia, Olds, dan Feldman 2009).

Berawal dari sekitar minggu ke-12 masa kehamilan, janin menelan dan menghirup cairan
ketuban tempatnya hidup. Cairan ketuban mengandung zatzat yang melewati plasenta dari
aliran darah ibu dan memasuki aliran darah bayi. Mengonsumsi zat ini dapat merangsang
indera pengecapan dan penciuman yang sedang berkembang dan berkontribusi terhadap

xi
perkembangan organ yang dibutuhkan untuk bernapas dan mencerna. Sel perasa yang matang
muncul sekitar 14 minggu usia masa kehamilan. Janin melakukan respons terhadap suara dan
detak jantung serta getaran dari tubuh ibunya, menujukkan bahwa mereka bisa mendengar
dan merasa. Respons terhadap bunyi dan getaran nampaknya berawal pada minggu ke-26 dari
masa kehamilan, meningkat dan mencapai puncaknya pada sekitar inggu ke-32. Janin
sepertinya belajar dan mengingat. Dalam satu eksperimen, bayi berusia 3 hari menghisap
putting susu ibunya lebih sering saat mendengar rekaman cerita yang sering dibacakan keras-
keras oleh ibunya selama 6 minggu terakhir dari kehamilan dibandingkan dengan saat mereka
mendengar dua cerita lain. Sepertinya bayi mengenali pola bunyi yang mereka dengar di
dalam kandungan. Kelompok kontrol di mana para ibu tidak membacakan cerita sebelum
kelahiran bayi mereka, melakukan respons secara sama terhadap ketiga rekaman. Eksperimen
serupa menemukan bahwa bayu berusia 2-4 hari memilih musik dan suara yang mereka
dengar sebelum lahir. Mereka juga memilih suara ibu mereka dibandingkan dengan suara
perempuan lain, suara perempuan dibandingkan lakilaki, dan bahasa yang digunakan ibu
mereka dibandingkan bahasa lain. Saat 60 janin mendengar perempuan membaca, detak
jantung meningkat. Jika suara tersebut adalah suara ibu mereka, dan detak jantungnya akan
menurun jika merupakan suara orang yang tidak dikenal. Dalam penelitian lain, bayi baru
lahir menghisap susu ibunya diberikan pilihan apakah ia akan memilih rekaman suara ibunya
atau suara yang telah “di filter” sehingga terdengar seperti di dalam rahim. Bayi baru lahir
mengisap lebih sering saat mendengar suara yang di filter, menunjukkan bahwa janin telah
mengembangkan preferensi terhadap bunyi yang mereka dengar sebelum lahir.(Papalia, Olds,
dan Feldman 2009).

2.3 Tanda-tanda kematangan reproduksi pada remaja (pria dan wanita)


Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam
kesehatan reproduksi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat
untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu
melaksanakan fungsi reproduksinya.

2.3.1 Tanda-tanda kematangan reproduksi pada Pria


Perubahan-perubahan yang paling mudah diamati terjadi pada remaja
sebenarnya adalah perubahan fisiknya, yang secara seksual perubahan ini dibedakan lagi
dalam menentukan ciri seks primer dan skunder nya. Ciri seks primer adalah tanda atau
perubahan yang menentukan sudah mulai berfungsi optimalnya organ reproduksi pada

xii
manusia sedangkan ciri seks skunder adalah perubahan-perubahan yang menyertai ciri seks
primer yang terlihat dari luar. Mimpi basah merupakan perubahan fisik yang menandai ciri
seks primer laki-laki sedangkan pada perempuan sampel seks primer ditandai dengan
menstruasi. Ciri seks primer baik pada laki-laki maupun perempuan akan disertai dengan ciri
seks skunder yang berbeda pada laki-laki dan perempuan.
Perubahan fisik sebagai tanda ciri seks skunder pada laki laki antara lain :

 Tubuh bertambah besar dan tinggi


 Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
 Tangan dan kaki bertambah besar
 Pundak dan dada bertambah besar dan bidang
 Otot memuat
 Tulang wajah emanjang dan membesar, tidak tampak seperti anak kecil lagi
 Tumbuh jakun
 Tumbuh rambut-rambut di ketiak, sekitar mukak, dan sekitar kemaluan
 Penis dan buah zakar membesar
 Suara menjadi besar
 Keringat bertambah banyak
 Kulit dan rambut mulai berminyak

2.3.2 Tanda-tanda kemtangan reproduksi pada wanita

Tanda kematangan alat reproduksi pada wanita ditandai dengan haid


(Menstruasi) yang pertama. Organ reproduksi wanita menghasilkan ovum (sel telur).
Indung telur atau (ovarium) mulai aktif mengeluarkan estrogen yang dipengaruhi
hormone gonadotropin yang diproduksi kelenjar bawah otak. Pada saat yang sama
korteks kelenjar supra renal mulai membentuk hormone androgen yang memegang
peranan enting dalam pertumbuhan badan. Pengaruh hormone-hormon inilah yang
menyebabkan pertumbuhan genetalia internal, eksterna, dan ampl kelamin skunder.
Genetalia internal dan eksterna akan tumbuh terus untuk mencapai bentuk dan sifat
seperti usia reproduksi. Secara psikis kedua hormone ini membentuk karakter remaja
menuju kedewasaan dan memunculkan libido (hasrat seksual). Ada kesan pada remaja
seks itu menyenangkan dan puncak rasa kecintaan yang serba membahagiakan. Remaja
memerlukan suasana lingkungan yang aman dan terlindung menuju kea rah alam berdiri

xiii
sendiri dan bertanggung jawab serta dari pikiran yang ego sentrik menuju pikiran yang
matang. Karakter ini yang harus di bentuk pada diri remaja untuk menentukan sikap yang
tepat terhadap organ reproduksinya sebagaimana tujuan di ciptakan organ ini.
(muzayyanah 2008).

Perubahan fisik sebagai tanda sampel seks skunder pada perempuan antara lain:

 Tubuh bertambah berat dan tinggi dengan bentuk tubuh berlekuk


 Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
 Tangan dan kaki bertambah besar
 Tumbuh payudara
 Putting menonjol keluar
 Pantat berkembang lebih besar
 Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi
 Tumbuh rambut-rambut di ketiak dan kemaluan
 Vagina mulai mengeluarkan cairan
 Keringat bertambah banyak
 Kulit dan rambut mulai berminyak

xiv
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan etimologi reproduksi terdiri atas 2 kata yakni “ re” yang berate kembali
dan “produksi” yang berarti menghasilkan, sehingga reproduksi dapat di artikan sebagai suatu
proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelastrian hidup. Sedangkan
yang di sebut dengan organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi
manusia.

Sistem reproduksi manusia merupakan kumpulan organ dengan fungsi


mempertahankan keberadaan manusia di dunia, dan memproduksi hormon yang
mempengaruhi dan dipengaruhi sehingga sistem reproduksi dapat berfungsi dengan baik.
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ genitalia internal, organ genitalia eksternal, dan
organ reproduksi sekunder.

Perkembangan pranatal adalah perkembangan awal dari manusia. Dimulai dari


pembuahan yang terjadi dari pertemuan sel sperma dengan sel telur. Sel telur yang telah
matang dibuahi oleh sel sperma yang matang yang akhirnya akan menjadi sel-sel baru dan
membentuk zigot.

Perubahan fisik dalam masa remaja merupakan hal yang sangat penting dalam
kesehatan reproduksi, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat
untuk mencapai kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu
melaksanakan fungsi reproduksinya.

xv
DAFTAR PUSTAKA
Feby, S. (2020). Pengaruh edukasi kesehatan reproduksi dan seksual dengan metode kognitif
proaktif dalam peningkatan pengetahuan persiapan masa prakonsepsi bagi remaja putri di
SMAN 6 Padang (Doctoral dissertation, UNIVERSITA ANDALAS).

Waluyo, D., Fitriani, F., Ramadhanti, I. P., Rosanty, A., Hafizah, I., Herman, S., ... & Astuti,
D. A. (2022). Pengantar Kesehatan Reproduksi Wanita.

Kusumawati, P. D., Ragilia, S., Trisnawati, N. W., Larasati, N. C., Laorani, A., & Soares, S.
R. (2018). Edukasi masa pubertas pada remaja. Journal of Community Engagement in
Health, 1(1): 1-3.

Aprilia, W. (2020). Perkembangan pada masa pranatal dan kelahiran. Yaa Bunayya: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 39-56.

xvi
Soal Coise

1.salah satu tahap perkembangan remaja adalah....


A.tahap awal
B. Tahap terendah
C.tahp tertinggi
D. Tahap menstruasi
Jawaban: A

2 . Salah satu Perubahan fisik sebagai tanda ciri seks skunder pada laki laki adalah….
A. Tumbuh bertambah besar dan tinggi
B. Tumbuh payu dara
C. Putting menonjol keluar
D. Vagina mulai mengeluarkan cairan
Jawaban: A

3. Masa dimana ciri ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk
bereproduksi disebut dengan....
A. Pubertas
B. Reproduksi
C. Perkembangan dan pertumbuhan reproduksi
D. Fisiologi kesehatan reproduksi
Jawaban: A

4.Dibawah ini Perubahan fisik sebagai tanda ciri ciri seks sekunder pada laki laki, kecuali….
A. Penis dan buah zakar membesar
B. Suara membesar
C. Pantat berkembang lebih besar
D. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang
Jawabannya C

5.Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ genitalia internal yang terletak dalam rongga
panggil terdiri dari.....

xvii
A. Tuba fallopi, saluran uretra dan parineum

B. Tuba fallopi, uterus, dan ovarium

C. Viva, klistoris dan vagina

D.Vagina dan saluran rahim

Jawaban B

xviii

Anda mungkin juga menyukai