Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN BASED LEARNING (PBL)

GANGGUAN SISTEM OKSIGENASI


Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kritis

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3 (3C)

1. Novia Mutiara R (2021020086) 10. Rahma Rakhmia (2021020098)


2. Novie Widiana Putri (2021020087) 11. Rahma Rizqullah (2021020099)
3. Nur Amalia Soviana R (2021020089) 12. Rangga Adam B.S (2021020100)
4. Nur Arifin Ilham (2021020090) 13. Rangga Adi Winata (2021020101)
5. Nurul Nuzulussyiffa U (2021020092)
6. Nurwidya Tri W (2021020093)
7. Okta Dwiki Saputra (2021020094)
8. Putri abdi nugraha (2021020095)
9. Putri Anastacia W (2021020096)

STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan asuhan
keperawatan yang berjudul “LAPORAN BASED LEARNING (PBL) GANGGUAN
SISTEM OKSIGENASI" tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para pengikutnya.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian terkhusus rekan-
rekan mahasiswa. Tidak lupa saya juga mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
ada hal yang kurang berkenan bagi para pembaca sekalian, besar harapan saya makalah ini
dapat bermanfaat dan berguna dalam proses pembelajaran maupun didalam kehidupan kita
semua. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Gombong, 3 Januari 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
Latar Belakang........................................................................................................................
Tujuan.....................................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................
Definisi................................................................................................................................
2. Klasifikasi.......................................................................................................................
3. Etiologi............................................................................................................................
a. Meningitis bakteri...........................................................................................................
b. Meningitis virus..............................................................................................................
4. Patofisiologi....................................................................................................................
5. Komplikasi......................................................................................................................
6. Penatalaksanaan...............................................................................................................
BAB III.......................................................................................................................................
METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................................
BAB IV.....................................................................................................................................15
PEMBAHASAN.......................................................................................................................15
BAB V......................................................................................................................................16
KESIMPULAN........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan. Pemenuhan
kebutuhan Oksigenisasi adalah bagian dari kebutuhan fisiologis (Hurarki Maslow).
Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan, oksigen sangat berperan dalan
proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel sel tubuh,
kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena terpenuhinya kebutuhan dalan tubuh
berkurang, maka terjadi kerusakan pada jaringan otak. Apabila hal tersebut terjadi
berlangsung lama akan mengakibatkan kematian.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu sistem respirasi organ, maka kebutuhan
oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadarinya terhadap
pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa- biasa saja.
Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
menyediakan kebutuhan oksigen, misalnya adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada
kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.
Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pasokan kebutuhan
dasar manusia. Hal ini telah terbukti adanya kekurangan oksigen mengalami hipoksia dan
akan terjadi kematian. Proses menyediakan kebutuhan pada manusia dapat dilakukan dengan
cara memberikan oksigen melalui saluran pernapasan dan sumbatan yang menghalangi
masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernapasan agar dapat berfungsi
normal kembali.
Prosedur penyediaan kebutuhan oksigen dalam pelayanan kebidanan dapat dilakukan
dengan pemberian oksigen dengan menggunakan Nasal kanul, Masker dan Kateter hidung..
B. TUJUAN
Tujuan umum
a. Agar Mahasiswa lebih paham dan mengerti dalam tehnik pengasangan oksigen
b. Agar Mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan dasar pasien yang berhubungan dengan
oksigenisasi
c. Agar siswa mendapat bimbingan dalam tindakan selanjutnya.
Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian oksigen
b. Untuk mengetahui jenis-jenis oksigen
c. Untuk mengetahui tujuan pemberian oksigen
d. Untuk mengetahui indikasi pemberian oksigen
e. Untuk mengetahui tindakan pemberian oksigen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar yang vital dalam kehidupan
manusia. Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam
proses kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme
tubuh. Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila
berkurang maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila
berlangsung lama akan menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan
oksigen pada manusia dapat dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui
saluran pernafasan, pembebasan jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi
masuknya oksigen, memulihkan dan memperbaiki organ pernafasan agar
berfungsi secara normal (Taqwaningtyas, Ficka (2013) dalam Hidayat dan
Uliyah, 2005).
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21%
pada tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. (Kristina (2013) dalam Saryono dan Widianti, 2010).
Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh. Secara
normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernapas.
Masuknya oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi
kardiovaskuler dan keadaan hematologi (Wartonah & Tarwoto 2003).
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar yang dibutuhkan manusia.
Oksigen (O2) sangat penting untuk proses ventilasi dan perfusi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Seseorang dengan
masalah oksigenasi akan mengalami masalah dalam sistem pernapasan.
Nebulizer adalah alat yang mengubah obat dalam bentuk cair menjadi
uap yang dihirup. Pengobatan yang memanfaatkan alat ini biasanya diberikan
pada penderita gangguan pernapasan, seperti asma dan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), bila mengalami sesak napas . Pemberian inhalasi
menggunakan nebulizer adalah terapi pemberian obat dengan cara menghirup
larutan obat yang sudah diubah menjadi gas yang berbentuk seperti kabut
dengan bantuan alat yang disebut nebulizer. Pada saat terapi ini diberikan,
klien dapat bernafas seperti biasa.
2. Patofisiologi
Patofisiologi Saluran nafas dan paru berfungsi untuk proses respirasi
yaitu pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluarn
karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga
tahap yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan
keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara
alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang
sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu
gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan
aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai untuk melihat
gangguan restriksi adalah kapasitas vital (KV), sedangkan untuk gangguan
obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP 1)
dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa
(VEP 1/KVP) (Sherwood,2001). Faktor risiko utama dari PPOK adalah
merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada
selsel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus
mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-
perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam
jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Mukus berfungsi
sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan.
Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari
ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan
adanya peradangan (GOLD, 2009). Berbeda dengan asma yang memiliki sel
inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi
saaluran nafas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok
menginduksi makrofag untuk melepaskan neutrofil chenotastic factors dan
elastase, yang tidak diimbangi dengan anti profease, sehingga terjadi
kerusakan jaringan (Kamangar, 2010). Selama eksaserbasi akut, terjadi
perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi
perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya inflamasi jalan nafas,
edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus. Kelainan perfusi
berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada asteriol (Chojnowski, 2003).
3. Penyebab
Oksigenasi dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yg masuk melalui
saluran nafas yg diakibatkan oleh udara, bakteri, virus dan jamur yg
menyebabkan terjadinya infeksi dan proses. peradangan dan dapat memicu 2
hal yg pertama adanya hipersekresi kelenjar mukosa yang mengakibatkan
akumulasi secret berlebih dan timbullah gangguan penerimaan 02 dan
pengeluaran co2 yang mana ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
terganggu seperti dispnea, fase ekspirasi memanjang, ortopnea, penurunan
kapasitas paru, pola nafas abnormal, takipnea, hiperventilasi dan pemafasan
sukar sehingga masalah keperawatan yang muncul adalah. gangguan
pertukaran gas. adanya obstruksi jalan nafas yang mengakibatkan batuk yang
tidak efektif, penurunan bunyi nafas, sputum dalam jumlah yang berlebih,
perubahan pola nafas dan adanya suara nafas tambahan (ronchi, wheezing,
crackles) sukar sehingga masalah keperawatan yang muncul adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Yang kedua saat terjadinya infeksi dan
proses peradangan otomatis kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan
terganggu yang mengakibatkan adanya penyempitan saluran pernafasan
sehingga terjadinya keletihan otot pernafasan yang mengakibatkan munculah
gejala dispnea, gas darah arteri abnormal, hoperkapnia, hipksemia, hipoksia,
konfusi, nafas cuping hidung, pola pernafasan abnormal (kecepatan, irama,
kedalaman) dan sianosis sehingga masalah keperawatan yang muncul adalah
ketidakefektifan pola nafas.
4. Klasifikasi
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernapasan)di dalam tubuh
ada 3 tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi.
1) Ventilasi Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen di
atmosferke dalam alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi ini terdapat
beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya adalah perbedaan tekanan
antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi maka tekanan udara semakin
rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat maka semakin tinggi
tekanan udara. Hal yang mempengaruhi ventilasi kemampuan thoraks dan
paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempisnya,
adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh system saraf
otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat menjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan fase kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau
proses penyempitan dan adanya reflek batuk dan muntah juga dapat
mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya peran mucus ciliaris sebagai
penangkal benda asing yang mengandung interveron dapat mengikat virus
(Andarmoyo, 2012).
2) Difusi Gas Difusi gas merupakan pertukaran gas antara oksigen alveoli
dengan kapiler paru dan CO2 kapiler dengan paru. Dalam proses pertukaran
ini terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhinya diantaranya luas
permukaan paru, tebal membran erespirasi/permeabilitas yang terdiri atas
epitel alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi penebalan. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 hal ini dapat
terjadi seperti O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena O2 dalam
darah vena pulmonasil (masuk kedalam darah secara berdifusi) dan PCO2
dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Terakhir afnitas
gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb(Andarmoyo,
2012).
3) Transportasi gas Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi O2 akan
berkaitan dengan Hb membentuk oksi hemoglobin (97%) dan larut dalam
plasma (3%) kemudian transportasi CO2 akan berikatan dengan Hb
membentuk karbomino hemoglobin (30%) dan larut dalam plasma(5%)
kemudian sebagian menjadi HCO3 berada pada darah (65%)
5. Pencegahan Oksigenasi
6. Pengobatan oksigenasi
1. Pengobatan Farmakologi
a). Bronkodilator adalah obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi menjadi dua golongan :
1). Andrenargik (adrenalin dan efedrin) misalnya,
terbutalin/bricasma. Obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk
tablet, sirup, suntikan, dan semprotan (metered dose inhaler) ada yang
berbentuk hirup (ventolin diskhaler dan bricasma turbuhaler) atau cairan
bronchodilator (alupent, berotec bricasma set ventolin) yang oleh alat khusus
diubah menjadi aorosol untuk selanjutnya dihirup.
2). Santin/Teofilin(aminofilin)
Cara pemakaian adalah dengan disuntikkan langsung ke pembuluh darah
secara perlahan karena merangsang lambung, bentuk sirup atau tablet
sebaiknya diminum setelah makan, ada juga yang berbentuk supositoria untuk
penderita yang tidak memungkinkan untuk minum obat, misalnya dalam
kondisi muntah atau lambungnya kering.
b). Kromalin
Bukan bronkodilator tetapin obat pencegah serangan asma pada penderita
anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat anti asma dan efeknya baru
terlihat setelah satu bulan.
c). Ketolifen
Diberikan dalam dosis dua kali 1 mg/hari. Keuntungannya adalah dapat
diberikan secara oral. Pencegah terhadap asma.
d). Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg jika tidak ada respon maka
penderita segera diberi steroid oral.
2. Pengobatan Non Farmakologik
a). Memberikan penyuluhan.
b). Menghindari faktor pencetus.
c). Pemberian cairan.
d). Fisiotrapinafas(senamasma).
e). Pemberian oksigen bila perlu.
7. Komplikasi Oksigenasi
Menurut Wahid dan Suprapto (2013) komplikasi yang mungkin muncul
adalah :
a. Status asmatikus : suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator terhadap penjualan yang lazim dipakai.
b. Atelektasis : ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis.
c. Hipoksemia.
d. Pneumothoraks.
e. Empisema.
f. Gagal nafas.
Tema Intervensi : Nebulizer pada pasien dengan kebutuhan oksigenasi
1) Defisini Nebulizer
Terapi nebulizer adalah salah satu terapi inhalasi dengan
menggunakan alat bernama nebulizer. Alat ini mengubah cairan
menjadi droplet aerosol sehingga dapat di hirup oleh pasien, obat
yang digunakan untuk nebulizer dapat berupa solusio atau suspesi
(Purnomo, 2017).
2) Tujuan Nebulizer
Menurut (Aryani et al, 2009) terapi nebulizer ini memiliki tujuan sebagai
berikut : melebarkan saluran pernapasan, menekan proses peradangan, mengencerkan
dan memudahkan pengeluaran sekret. Tujuan pemberian nebulizer menurut (Ratna
dkk, 2014) adalah : untuk mengencerkan dahak secret dengan jalan memancarkan
butir-butir air melalui jalan napas, pemberian obat-obat aerosol, untuk membersihkan
saluran pernapasan, melembabkan saluran napas. Nebulizer sebagai bronkodilator,
terapi ini memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan obat oral atau intravena.
Terapi inhalasi pertama kali memang ditujukkan untuk target sasaran saluran
pernafasan, terapi ini lebih efektif, kerjanya lebih cepat dan dosis obat lebih kecil,
sehingga efek samping ke orang lain lebih sedikit.
3) Prosedur Nebulizer
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar operasional prosedur adalah merupakan standar yang digunakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan suatu kegiatan atau tindakan. SOP yang digunakan
dalam penelitian ini adalah SOP tetap dalam melaksanakan setiap tindakan
keperawatan yang berlaku di rumah sakit Al Ihsan Bandung. Standar operasional
prosedur yang digunakan terdiri dari SOP Orientasi Pasien Baru, SOP Menerima
Pasien Baru, SOP Pemenuhan Nutrisi melalui NGT dan SOP Memberikan Obat
melalui Nebulizer.
Mutu Pelayanan Keperawatan
Mutu pelayanan keperawatan adalah suatu kondisi yang mengambarkan
tingkat kesempurnaan dari penampilan suatu produk pelayanan keperawatan yang
diberikan secara komprehensif (bio-psiko-sosial-spiritual) pada individu yang sakit
maupun yang sehat yang dilakukan berdasarkan standar yang telah ditetapkan dengan
tujuan akhir terciptanya kepuasan pelanggan (pasien dan keluarga).Menurut Tappen
(1995, dalam Asmuji, 2012, hlm 150) penilaian terhadap mutu pelayanan dilakukan
dengan menggunakan tiga kompenen, yaitu:
1. Struktur (input), berhubungan dengan pengaturan pelayanan keperawatan yang
diberikan dan sumber daya yang memadai. Aspek dalam struktur dapat dilihat
melalui: fasilitas, peralatan, staf, keuangan.
2. Proses (process), dihubungkan dengan aktivitas nyata yang ditampilkan saat
memberikan pelayanan keperawatan, mulai dari menerima pasien sampai
dengan pasien pulang.
3. Hasil (outcome), dinilai dari efektivitas dan aktivitas pelayanan keperawatan yang
di tentukan dengan tingkat kesembuhan dan kemandirian pasien
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Tabel jurnal

No Penulis Judul Desain Respon Prosedur Hasil


den penelitian

1 Syutrika PENGARU Penelitian 16 Terapi Hasil uji Wilcoxon


A. H ini pemberian pengaruh
Sondakh PEMBERIA menggunak nebulisasi pemberian
Franly N an quasi nebulisasi terhadap
Onibala NEBULISA eksperiment frekuensi
Muhamad SI al satu pernafasan pada
Nurmansy TERHADA kelompok pasien gangguan
ah P desain saluran pernafasan
FREKUEN penelitian di RSU GMIM
SI pretest- Panacaran Kasih
PERNAFAS posttest Manado tahun
AN PADA dengan 2019. Pemberian
PASIEN sampel nebulisasi selama
GANGGUA pasien 15-20 menit
N gangguan menunjukan hasil
SALURAN pernapasan, nilai frekuensi
PERNAFAS menggunak pernafasan sebelum
AN an teknik dan sesudah
purposive pemberian
sampling. nebulisasi pada
Pengumpul pasien gangguan
an data saluran pernafasan,
menggunak pada
an lembar nilai P-Value
observasi diperoleh hasil
frekuensi yang signifikan
pernafasan. 0,000 (p<0,005).
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa
ada pengaruh
pemberian
nebulisasi terhadap
frekuensi
pernapasan di RSU
GMIM Pancaran
Kasih Manado.

2 Febriyanti PENGARU Desain 16 Alat pulse Hasil penelitian


W. H TERAPI penelitian oxymetri menggunakan
Takatelide OKSIGENA yang paired t test SaO2
Lucky T. SI NASAL digunakan sebelum dan
Kumaat PRONG adalah sesudah 10 menit
Reginus T. TERHADA quasi pertama, 10 menit
Malara P eksperimen pertama dan 10
PERUBAH dengan menit kedua
AN rancangan didapat nilai p-
SATURASI time series. value = 0,000 < α
OKSIGEN Teknik 0,05. Hasil uji
PASIEN pengambila antara 10 menit
CEDERA n sampel kedua dan 10 ketiga
KEPALA DI yaitu didapat nilai p-
INSTALASI consecutive value = 0,005 < α
GAWAT sampling 0,05 serta uji
DARURAT repeated ANOVA.
RSUP hasil penelitian ini
PROF. DR. menunjukkan
R. D. terdapat pengaruh
KANDOU terapi oksigenasi
MANADO nasal prong
terhadap perubahan
saturasi oksigen
pasien cedera
kepala di Instalasi
Gawat Darurat
RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou
Manado.
Diharapkan
sebagai tenaga
kesehatan untuk
memperhatikan
pemenuhan oksigen
sebagai tindakan
awal
kegawatdaruratan
pada pasien cedera
kepala untuk
menghindari
terjadinya hipoksia.

3 Yunita Efektifitas Penelitian 36 Pursed Hasil penelitian


Muliasari Pemberian ini Lips menunjukkan
a , Iin Terapi menggunak Breahting terdapat perbedaan
Indrawatia Pursed Lips an desain yang bermakna
Breathing quasi- antara status
Terhadap experiment oksigenasi sebelum
Status al dengan dan sesudah
Oksigenasi pretest- diberikan intervensi
Anak posttest dengan terapi
Dengan control tiupan lidah (PLB),
Pneumonia group yaitu p=0,045
design. terhadap frekuensi
teknik pernapasan (RR)
pengambila dan p=0,037
n sampel terhadap saturasi
dengan oksigen. Hasil
purposive penelitian ini dapat
random menambah
sampling alternatif intervensi
mandiri perawat
dalam mengatasi
pasien anak yang
mengalami
pneumonia ataupun
dengan gangguan
oksigenasi.
4 Muhamma Pengaruh Penelitian 30 Teknik Hasil penelitian ini
d Arif dan Tekhnik menggunak pernapasa menunjukkan ada
Mariza Pernafasan an quasy n Buteyko perbedaan
Elvira Buteyko eksperiment bermakna fungsi
Terhadap nonequivale ventilasi oksigenasi
Fungsi nt pre-post paru setelah
Ventilasi control melakukan teknik
Oksigenasi group, dan pernapasan
Paru jumlah Buteyko selama 6
sampel minggu (p= 0.00,
kedua α= 0.05).
kelompok Rekomendasi
peneliti adalah
sebaiknya untuk
meningkatkan
fungsi ventilasi
oksigenasi paru
dilakukan
intervensi teknik
pernapasan
Buteyko pada
pasien asma
bronkial.
5 Uji Sigit HUBUNGA Penelitian 45 Shivering Hasil penelitian ini
Prasetyo , N ini sebagian besar pada
Sugeng , OKSIGENA merupakan pasien spinal
Ana SI penelitian anestesi di RSUD
Ratnawati DENGAN observasion Prof. Dr. Margono
KEJADIAN al analitik Soekarjo
SHIVERIN dengan Purwokerto diberi
G PASIEN pendekatan oksigen lebih dari 2
SPINAL waktu cross L/menit yaitu 25
ANESTESI sectional. orang (55,6%).
DI RSUD Pengambila Sebagian besar
PROF.DR. n data pada pasien spinal
MARGONO dilaksanaka anestesi tidak
SOEKARJO n pada mengalami kejadian
PURWOKE bulan shivering yaitu 33
RTO November orang (73,3%). Ada
2016. hubungan antara
Teknik pemberian oksigen
purposive dengan kejadian
sampling shivering di RSUD
Prof. Dr. Margono
Soekarjo
Purwokerto (p
value = 0,000).

Kata Kunci
Kata kunci atau keyword adalah suatu kata yang menonjol pada judul, tajuk, subjek,
abstrak atau teks, dan catatan isi. Kata atau frasa dimanfaatkan sebagai istilah pencarian
untuk menemukan susunan teks atau hal lainnya yang bersifat penting dan termuat dalam
kata kunci tersebut (Kohar & Pratama, 2022).
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan bolean operator (AND, OR
NOT) yang digunakan untuk menspesifikkan pencarian, sehingga mempermudah dalam
menentukan artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu, “ “Nebulisasi” AND “frekuensi pernafasan” AND
“gangguan saluran pernafasan ”.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian dengan melakukan penerapan intervensi keperawatan merupakan salah
satu kedaruratan medis karena serangan asma akut yang refraktori, keadaan ini tidak
berespon terhadap terapi dengan β-adrenergik atau teofilin intravena (Hudak & Gallo, 2006).
Tanpa pengelolaan yang baik penyakit asma akan mengganggu kehidupan penderita dan akan
cenderung mengalami peningkatan, sehingga dapat menimbulkan komplikasi ataupun
kematian. Pada beberapa jenis penyakit paru apabila tidak mendapat penanganan yang
adekuat dapat menimbulkan penyakit pada tingkat yang lebih berat dan menjadi kronis,
penyakit tersebut salah satunya adalah penyakit status bronchiale yang dapat berkembang
menjadi status
asmatikus.Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya asma adalah faktor infeksi misalnya
virus, jamur, parasit, dan bakteri, sedangkan faktor non infeksi seperti alergi, iritan, cuaca,
kegiatan jasmani dan psikis. Adapun keluhan-keluhan yang sering muncul pada kasus ini
adalah mengi/wheezing, sesak nafas, dada terasa
tertekan atau sesak, batuk, retraksi otot dada, nafas cuping hidung, takipnea,
kelelahan, lemah, anoreksia, sianosis dan gelisah. (Darsana, 2011).
Dari identifikasi pemberian posisi semi fowler dan oksigenasi menggunakan
nasal kanula dengan flow 3Lpm terhadap perubahan frekuensi nafas terjadi
penurunan pada hari ketiga dengan hasil 16x menit sampai 26x/menit.Selain
pemberian posisi semi fowler pemberian terapi O2 dengan nasal canul 3 lpm
pasien juga mendapatkan terapi farmakologi dari hasil kolaborasi dengan tim medis
diantaranya, nebulizer ventolin 3x1, infus Rl 15 tetes/menit drip aminopilin amp, injeksi
dexametason 3 x 1 amp, injeksi ranitidien 2x1 amp, injeksi aminupilin 3x5 cc k/p. P.O codein
3x10 mgtidak terjadi masalalah di karenakan pasien sangat kooperatif, karena pasien sangat
mengiginkan kesembuhan. Terapi oksigen perlu diberikan untuk meningkatkan kadar saturasi
oksigen. Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik. Penggunaan
oksimetri
nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan saturasi
oksigen yang kecil atau mendadak (Brunner & Suddarth, 2008). Terapi oksigen adalah
pemberian aliran gas yang mengandung oksigen > 21% sehingga terjadi peningkatan kadar
oksigen dalam darah. Fungsi dari terapi oksigen adalah
mempertahankan O2 dalam jaringan yang adekuat, menurunkan kerja nafas dan
menurunkan kerja jantung (Adi, 2011).
Penilain perubahan frekuensi nafas tiap 3 jam pada pasien dengan Asma dilakukan selama
tiga hari pada hari pertama menunjukkan kenaikan kadar respiratori rate yang dihasilkan
klien dari rentang 39x/menit sampai 28x/menit menunjukkan klien masih sesak, sedangkan
pada hari kedua,terjadi rentang dari 34x/menit sampai 26x/menitmenunjukkan adanya
penurunan, sedangkan pada hari ketida terjadi penurunan rentang stabil dari 26x/menit
sampai 16x/menit.
Evaluasi pemberian posisi semi fowler dan O2 dapat mencegah terjadinya sesak nafas dengan
pengukuran Respiratory Rate dalam jaringan 3 jam sekali selama 3 hari dalam rentang
normal (12 - 24x/menit) nafas terjadi penurunan pada hari ketiga dengan hasil 16x/menit
sampai 26x/menit, pada hari pertama menunjukkan kenaikan kadar respiratori rate yang
dihasilkan klien dari rentang 39x/menit sampai 28x/menit menunjukkan klien masih sesak,
sedangkan pada hari kedua, terjadi rentang dari 34x/menit sampai 26x/menit menunjukkan
adanya penurunan, sedangkan pada hari ketida terjadi penurunan rentang stabil dari
26x/menit sampai 16x/menit.
BAB V
KESIMPULAN
Oksigen adalah salah satu bahan farmakologik, gas tak berwarna, takberbau,
oksigenasi yaitu memasukkan zat asam (oksigen) ke dalam paru-paru melalui saluran
pernafasan menggunakan alat khusus (Maryunani, Anik. 2011)
Ada beberapa jenis pemberian oksigen, antara lain: Kanula Nasal (aliran oksigen 1-6 Liter
menit dan konsentrasi 24% 44%), Kateter Nasal (aliran oksigen 1-6 Liter/menit), dan Masker
Kanula (aliran oksigen 5-8 Liter/menit dan konsentrasi 40%. 60%)
Terapi nebulizer merupakan salah satu terapi inhalasi. Terapi inhalasi adalah system
pemberian obat dalam bentuk partikel aerosol melalui saluran napas dengan cara menghirup
obat dengan bantuan alat tertentu. Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah obat
dari bentuk cair ke bentuk partikel aerosol Bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila
dihirup atau dikumpulkan dalam organ paru. Cara kerja nebulizer adalah dengan penguapan.
Tujuan pemberian nebulizer untuk mengurangi sesak (rasa tertekan di dada). mengencerkan
dahak (peningkatan produksi secret) dan dapat mengurangi/menghilangkan bronkospasma.
Keuntungan nebulizer terapi adalah medikasi dapat diberikan langsung pada tempat/sasaran
aksinya seperti paru sehingga dosis yang diberikan rendah. Dosis yang rendah dapat
menurunkan absorpsi sistemik dan efek samping sistemik. Pengiriman obat melalui nebuliaer
ke paru sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat dari pada rute lainnya seperti subkutan
oral. Obat-obatan yang dapat diberikan dengan terapi nebulizer yaitu betaagonis,
antikolinergik, kortikosteroid dan antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA
(NIC). 4th edition. St. Louis Mosby, 2000 edition. Philadelphia: J.B. Lippincott
Company, 2000

Putri, D. M. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TERHADAP Ny. T


DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI PADA KASUS ASMA DI DESA TANJUNG
AMAN KEC. KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA 22-25 MARET
2021 (Doctoral dissertation, Poltekkes Tanjungkarang).

Lasar, A. M. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Ny. C. L Yang


Menderita Tumor Paru Di Ruangan Teratai RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang Mei
2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).
Harahap. 2005. Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal Keperwatan Rufaidah
Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU.

Anda mungkin juga menyukai