Makalah ini telah di selesaikan dengan tepat pada waktunya dengan baik dan lancar. Dalam
penyelesaian makalah ini kami banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari dosen pengajar.
Oleh karena itu, kami selaku penulis akan mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan hidayahnya serta kekuatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
2. Orang tua kami yang telah membesarkan,mendukung dan mendampingi kami sampai saat
ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing kami terkhusus Ibu Dr. Susi Milwati
S.Kp,Mpd (MM) selaku dosen matakuliah Dokumentasi Keperawatan yang telah
mengajarkan saya
4. Anggota kelompok 1 atas kerjasamanya dalam pengerjaan makalah ini dengan baik.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan dan pahala berlipat.
Aamiin.
Kami sebagai Penulis ingin memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga Allah SWT
memberikan imbalan yang setimpal dan berlipat ganda atas segala bantuan semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang (a) Latar belakang, (b) Rumusan masalah, (c) Tujuan, (d)
Manfaat sebagaimana jabaran berikut
2.1 Konsep Medis Gangguan Kebutuhan Oksigen Akibat Patogis Sistem Kardiovaskular
2.1.1 Pengertian
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh bersama
dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen merupakan elamen
penting dalam kehidupan manusia. Oksigen adalah salah satu yang mempengaruhi
kehidupan manusia dan merupakan ganguan yang sering terjadi dalam segala janis
aktifitas.
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan
hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan
oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku,
dan lingkungan (Ernawati, 2012).
2.1.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Oksigenasi
Pemenuhan kebutuhan oksigen untuk tubuh sangat ditentukan oleh adekuatnya
berbagai sistem tubuh yaitu sistem pernapasan, sitem kardiovaskuler, dan juga sistem
hematologi (Tarwoto & Wartonah, 2011).
a. Sistem Pernapasan
Salah satu sistem tubuh yang berperan dalam oksigenasi adalah sistem pernapasan
atau sistem respirasi. Sistem respirasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistem
pernapasan atas yang terdiri dari hidung, faring, serta laring dan sistem pernapasan
bawah yang terdiri dari trakea dan paru-paru (Saputra, 2013).
Sistem pernapasan pada manusia adalah sekumpulan organ yang terlibat dalam
proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida dalam darah. Seseorang dapat
dikatakan memiliki laju pernapasan normal apabila ia bisa bernapas sebanyak 12–20
kali per menit dan berlangsung secara berkesinambungan.
b. Sistem Kardiovasklular
Menurut Tarwoto & Wartonah (2011), Sistem kardiovaskuler ikut berperan dalam
proses oksigenasi ke jaringan tubuh yang berperan dalam proses transfortasi oksigen.
Oksigen ditransfortasikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri dari jantung,
dan pembuluh darah. Sistem tersebut memiliki tugas utama untuk mengedarkan
oksigen, nutrisi, dan darah ke seluruh sel dan jaringan tubuh.
c. Sistem Hematologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
didalamnya sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan.
Sistem hematologi terdiri dari beberapa sel darah, salah satu sel darah yang sangat
berperan dalam proses oksigenasi adalah sel darah merah, karena di dalam sel darah
merah terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen. Hemoglobin adalah
molekul yang mengandung empat subunit protein globular dan unit heme.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen
Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kebutuhan oksigen diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor
perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.
a) Faktor Fisiologis
Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi pernapasannya diantaranya adalah :
Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada saat
terpapar zat beracun
Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi
Hipovolemia
Peningkatan laju metabolik
Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan,
obesitas dan penyakit kronis.
b) Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu,
proses oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan
oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit
kronis.
c) Faktor Pengembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang memengaruhi sistem
pernapasan individu.
Bayi prematur : Yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
Bayi dan toddler : Adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
Anak usia sekolah dan remaja : Risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
Dewasa muda dan paruh baya : Diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
Dewasa tua : Adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
d) Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi pernapasan. Status
nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional dan penggunaan zat-zat
tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen
tubuh.
e) Lingkungan
Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen.
Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah :
Suhu lingkungan
Ketinggian
Tempat kerja (polusi)
c. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi terjadinya kekurangan oksigen di dalam jaringan.
Hipoksia dapat dibagi kedalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia
hipokinetik, overventilasi hipoksia, dan hipoksia histotoksik.
Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi kekurangan oksigen didalam darah arteri.
Hipoksemia terbagi menjadi dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia
anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik).
Hipoksia Hipokinetik
Hipoksia hipokinetik merupakan hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan
atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi menjadi dua jenis yaitu hipoksia
hipokinetik iskemik dan hipoksia hipokinetik kongestif.
Overventilasi
Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang
berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari
penggunaannya.
Hipoksia Histotoksik
Hipoksia histotoksik yaitu keadaan disaat darah di kapiler jaringan mencukupi,
tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida.
Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah
yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).
2.2 Proses Terjadinya Gangguan Kebutuhan Oksigen Pada Sistem Kardiovaskular
Seseorang yang menderita gagal jantung penyebab utamanya adlah adanya
plak/sumbatan pada pembuluh darah. Sumbatan pada pembuluh darah akan mengakibatkan
terjadinya bendungan yang kemudian terjadi iskemik (kekurangan O2) Injuri (tidak ada
aliran) Nekrosis pada jantung dan mengakibatkan angina fektoris Stabil. Jika terjadi
penumpukan darah akibatnya aliran darah menuju Kembali ke atrium kiri, apbila atrium kiri
penuh maka katub mitral tidak bisa menahan yang menyebabkan darah masuk ke paru-paru .
Kondisi tersebut disebut dekompensasi kordis. Jika paru-paru tidak bisa mengeluarkan darah
ke vertikel kanan menuju atrium kanan dan diedarkan ke seluruh tubuh, maka pasien
mengalami gagal jantung (CHF)
2.3 Anatomi Sistem Pernapasan
Organ Pernapasan :
1. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat
bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk kedalam
lubang hidung.
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan makanan, terdapat
dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubanh bernama koana, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke
bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakanh lubang esofagus).
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal
dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh
sebuah empang tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang9
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda
(huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel
bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang
terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari
pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih
panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.
Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada
bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru
atau gelembung hawa atau alveoli.
6. Paru-Paru
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus
pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap
lobus terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-
paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah
segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen
ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Di antara lobulus
satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah
bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus,
bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm. Letak paru-
paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama
pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada
pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura
parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal,
kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan
bernapas .
BAB III
ASUHAN KEPRAWATAN BERDASARKAN KASUS SEMU
Kelemahan otot
DO :
- Klien tampak sesak
Intoleransi aktifitas
- Klien terbaring di tempat tidur
dengan posisi semi fowler
Edema sistemik
Terapeutik
-Posisikan pasien semi-
flower atau flower
dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
-Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
-Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress,
jika perlu
-Berikan dukungan
emosional dan spiritual
Edukasi
-Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai tolerasi
-Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
-Anjurkan berhenti
merokok
-Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
antiaritma, jika perlu
-Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2. SDKI : Intoleransi Aktifitas SLKI : Toleransi Intervensi utama
(D.0056) Aktivitas (L.05047) SIKI : Manajement
Intoleransi aktifitas b.d. Setelah dilakukan Energi (I.05178)
kelemahan d.d mengeluh asuhan keperawatan 3x Observasi
lelah, dispnea saat aktifitas, 24jam dengan tujuan -Identifikasi gangguan
gambaran EKG agar toleransi aktivitas fungsi tubuh yang
menunjukkan iskemia meningkat dengan mengakibatkan kelelahan
kriteria hasil : -Monitor kelelahan fisik
a.Perasaan lemah dan emosional
menurun -Monitor pola dan jam
b.Keluhan Lelah tidur
menurun -Monitor lokasi dan
c.Dispnea saat aktivitas ketidaknyamanan selama
menurun melakukan aktivitas
d.Ekg iskemia membaik
Terapeutik
-Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
-Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif
-Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah dan
berjalan
Edukasi
-Anjurkan tirah baring
-ajurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
-Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
-Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3. SDKI : Risiko Kerusakan SLKI : Integritas Kulit Intervensi utama
Integritas Kulit (D.0139) dan Jaringan (L.14125) SIKI : Perawatan
Risiko kerusakan integritas Setelah dilakukan Integritas Kulit (I.11353)
kulit d.d kekurangan asuhan keperawatan 3x Observasi
volume cairan 24jam dengan tujuan -Identifikasi penyebab
agar Integritas kulit dan gangguan integritas kulit
jaringan meningkat
dengan kriteria hasil : Terapeutik
a.Hidrasi meningkat -Gunakan produk
b.Kerusakan jaringan berbahan petroleum atau
menurun minyak pada kulit kering
c.Kerusakan lapisan -Gunakan produk
kulit menurun berbahan ringan/alami
c. Suhu kulit membaik dan hipoalergi pada kulit
d.Tekstur membaik sensitive
-Hindari produk
berbahan dasar alcohol
pada kulit kering
Edukasi
-Anjurkan menggunakan
pelembap
-Anjurkan minum air
yang cukup
-Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrim
-Anjurkan menggunakan
tabbir surya SPF minimal
30 saat berada di luar
rumah
-Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya.
O:
─ Perasaan lemah cukup menurun
─ Keluhan lelah cukup menurun
─ Dispnea saat aktivitas cukup menurun
─ Ekg iskemia cukup membaik
A : Masalah intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan:
─ Monitor pola dan jam tidur
─ Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
─ Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
─ Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3 Sabtu, 5 Maret 2022 / 14. 00 S : Klien mengatakan kelelahan dan pegal pada Kelompok 1
WIB kaki menghilang
O:
─ Perasaan lemah menurun
─ Keluhan lelah menurun
─ Dispnea saat aktivitas menurun
─ Ekg iskemia membaik
A : Masalah intoleransi aktivitas teratasi
P : Intervensi dihentikan
1 Kamis, 3 Maret 2022 / 15. 00 S : Klien mengeluh bengkak pada kaki dan wajah Kelompok 1
WIB O:
─ Hidrasi menurun
─ Kerusakan jaringan meningkat
─ Kerusakan lapisan kulit meningkat
─ Suhu kulit memburuk
─ Tekstur memburuk
O:
─ Hidrasi meningkat
─ Kerusakan jaringan menurun
─ Kerusakan lapisan kulit menurun
─ Suhu kulit membaik
─ Tekstur membaik
A : Masalah resiko kerusakan Integritas teratasi
P : Intervensi dihentikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pada pengkajian, penulis mendapatkan data antara lain: klain sesak nafas, nyeri dada
skala 5-7 , batuk dan bengkak pada wajah dan kaki, TD : 110/70 mmhg, Nadi 96
x/menit, RR :30x/menit, suhu : 36,6 C. Data lain aitu pasien mengatakan sulit tidur dan
pola tidur teganggu
2. Pada diagnosa keperawatan penulis mendapatkan diagnosa keperawatan pada pasien
yaitu: Bersihan jalan napas tidak efekt b.d hipersekresi jalan nafas d.d batuk tidak
efektif,sputum berlebih,dispnea, frekuensi nafas berubah.
3. Pada perencanaa keperawatan yang diangkat adalah Bersihan jalan napas tidak efekt b.d
hipersekresi jalan nafas d.d batuk tidak efektif,sputum berlebih,dispnea, frekuensi nafas
berubah.
4. Pada pelaksanaan kegiatan mandiri perawat yang dilakukan fisiotrapi dada dan latihan
batuk efektif, menjelaskan cara modifikasi posisi agar dapat mentolelir posisi yang
ditentukan, menjelaskan cara menggerkan alat dengan cepat dan kencang, bahu dan
lengan lurus pergelangan tangan kaku, didaerah yang akan dikeringkan saat pasien
mengisap atau batuk 3-4 kali, ajarkan mengluarkan sekresi melalui pernapasan dalam
5. Pada tahap evaluasi, dalam mengevaluasi proses keperawatan pada klien dengan
bersihan jalan napas tidak efektif selalu mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan
klien.
6. Hasil evaluasi yang dilakuakn selama tiga hari menunjukan semua masalah dapat
teratasi.
4.2 Saran
1. Bagi Klien/Masyarakat
Untuk klien agar menjaga pola dan gaya hidup, minum obat secara teratur sesuai dengan
indikasi yang dianjurkan serta chek up kerumah sakit/ puskesmas terdekat dilingkungan
tempat tinggal serta menjalankan program perawatan lanjut seperti istirahat, makan-
makanan yang dianjurkan dan mengonsumsi obat secara teratur untuk pemulihan dan
proses penyembuhan.
2. Bagi Rumah sakit/pelayanan kesehatan lainnya
Mahasiswa sebagai calon prawat harus memahamai dengan sungguh sungguh terkait
masalah gangguan pernapasan. Agar dapat mengaplikasikan asuahan keperawatan
mengenai masalah gangguan pernapasan di masa depan
3. Bagi Peneliti
Semoga karaya tulis ilmiahang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan acuan untuk
meningkatakan pengetahuan dan kreativitas serta dapat dijadikan sebagai refrensi
pembelajaran untuk menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan
asuahan keperawatan pada pasien bersihan jalan napas tidak efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Acha, B. (2020). Analisis Kapasitas Oksigen Gedung Olahraga Indoor Sport Aceh. Jurnal
Olahraga Rekreasi Samudra, 3(2), 9-15.
https://id.scribd.com/document/333162966/Gangguan-Kebutuhan-Oksigen-Akibat-Patologi-Sistem
Kardiovaskular