Anda di halaman 1dari 10

MAKNA PENCERAHAN DALAM ZEN BUDDHISME

Oleh:
Firman Adi Juwono
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
firman.aj@gmail.com

Abstract

Within the Zen Buddhism, there is satori, a term used to designate the essence of the Zen’s teachings.
According to the Japanese, the term satori is taken as the teaching concerned about illumination or
enlightenment. The enlightenment is the achievement as what spiritually discerned by the Gautama
Buddhist. It is an experience that implies meaning beyond the common sense where words are not
enough to explain. The human being that afford to climb until this satori state after particular Zen’s
exercises may only experience some inner changes. Hence, he/ she would view the world and the sur-
rounding in a wider horizon, as it is, and able to feel like he has going through a rebirth with a new
personality.

Abstrak

Dalam Zen Buddhisme dikenal istilah satori, yang dianggap sebagai esensi zen. Dalam pengertian
orang Jepang, satori diipahami pula sebagai ajaran tentang pencerahan atau penerangan. Pencapa-
ian pencerahan adalah pencapaian seperti yang dilalui oleh Sang Buddha Gautama. Pengalaman
mencapai pencerahan dipercaya sebagai hal yang tidak dapat diterangkan dan diungkap oleh kata-
kata belaka. Manusia yang mengalami satori setelah melalui latihan-latihan zen, hanya bisa men-
galami suatu perubahan dalam dirinya. Ia memandang dunia dan sekelilingnya dengan lebih lapang,
apa adanya, dan merasa dirinya dilahirkan kembali dengan pribadi baru.

Kata kunci: Zen Buddhisme, Pencerahan

I. PENDAHULUAN Kedua, Siddharta bergabung dengan sekelom-


pok pertapa dan mencoba mengalami kehidu-
Sejarah awal berdirinya agama Buddha di- pan mereka secara langsung. Ketiga, setelah me-
awali dengan kisah kepergian Sidharta Gautama ninggalkan kehidupan pertapaan dicobanya
dari istana keluarga Sakya. Siddharta mening- menggabungkan pikiran yang tegar dengan kon-
galkan segala bentuk kemewahan serta kenik- sentrasi mistik menurut petunjuk raja-yoga.
matan hidup duniawi dan membawa dirinya pa- Setelah mengakhiri cara ketiga Sidharta men-
da perjalanan menuju pencerahan. Dalam usia jadi Sang Buddha. Siddharta lahir kembali seb-
yang relative muda, ia mencari “arti hidup” den- agai orang yang mendapatkan pencerahan ro-
gan berkelana dan berguru pada orang-orang hani. Pencerahan didapat Siddharta setelah ber-
pintar yang dijumpai. hasil mengatasi penderitaan di sekitar kehidu-
Dalam usaha mencari “arti hidup” pertama- pan dan kematian.
tama diawalinya dengan mencari dua orang gu- Pencerahan bagi para penganut agama Bud-
ru Hindu terkemuka untuk mencari pikiran dha bukan sesuatu yang asing atau jauh dari
mereka tentang kebijaksanaan tradisi Hindu. pengalaman hidup manusia sehari-hari. Falsa-

MAKNA PENCERAHAN DALAM ZEN BUDDHISME


1
Firman Adi Juwono
fah Buddhis menggambarkan hidup manusia tepat di Jepang adalah zen. Zen merupakan salah
yang menguasai alam semesta di dalam kehidu- satu hasil pemikiran Cina setelah bertemu den-
pan. Menguasai alam semesta disebut dengan gan pemikiran India. Kata zen adalah logat Je-
menguasai “Sepuluh Alam Hidup” (Jepang: jik- pang yang berasal dari perkataan Cina ch’an dan
kai), yang meliputi: (1) Neraka, (2) Kelobaan merupakan terjemahan lebih lanjut bahasa San-
atau Kelaparan, (3) Kebinatangan, (4) Amarah, skerta dhyana. Dalam bahasa Jepang disebut se-
(5) Ketentraman atau Kemanusiaan, (6) Keba- bagai zenna. Istilah tersebut berarti meditasi
hagiaan atau Suka Cita, (7) Kecendekiaan atau yang menghasilkan wawasan mendalam (Mudji
Kesarjanaan, (8) Penciptaan, (9) Boddhisattva, Sutrisno, 1984: 9).
(10) ke-Buddha-an. Masing-masing alam men- Ajaran-ajaran Zen yang berkembang di Je-
gandung Sembilan alam lain, dan semuanya ber- pang saat ini banyak dikenalkan oleh Daisetz Te-
jumlah seratus alam. Keseluruhan alam hidup itaro Suzuki. Ia adalah penyambung lidah Zen
tersebut diberi kualifikasi tiga gagasan (Jepang: hingga ajarna-ajaran Zen banyak dikenal di ka-
sansaken), meliputi gagasan yang berhubungan langan pemikir barat. Tulisan-tulisannya ban-
dengan sifat jasmani sebagai manifestasi hidup. yak dibaca oleh pemikir-pemikir barat, bahkan
Perbedaan manifestasi hidup disebabkan oleh memberi pengaruh dalam pola pikir mereka
perbedaan individu dan tempat terjadinya man- setelah bersinggungan dengan zen Buddhisme
ifestasi. Ini memberi jumlah keseluruhan men- Jepang. Pemikir barat seperti Heidegger, Erich
jadi “tiga ribu” (Jepang: zansen), hadir secara si- Fromm, Hubert Benoit, penulis Aldous Huxley
multan dalam satu saat hidup (Jepang: I ichin- dan para seniman Jerman yang tergabung dalam
en). Burton Watson menterjemahkan sebagai Die Zen Gruppe menaruh minat terhadap ajaran-
“tiga ribu gagasan dalam satu saat hidup” (Ike- ajaran zen. Zen bagi mereka dianggap tidak se-
da, 1986: 170). mata-mata sebagai suatu agama atau kepercay-
Mendapatkan pencerahan menunjukkan aan untuk memperoleh pengalaman rohani me-
kekuatan seseorang yang menguasai “Sepuluh lalui meditasi. Keseimbangan fungsi tubuh dan
Alam Hidup” dan hadir secara simultan dalam jiwa dalam kerja maupun meditasi dipandang
satu saat hidup. Pencerahan yang dicapai Sid- secara harmonis.
dharta merupakan respons timbal balik yang Menurut pandangan umum ajaran-ajaran
terjadi antara alam kebuddhaan yang ada di zen tampak absurd. Pandangan ini tidak selu-
dalam alam semesta dan alam kebuddhaan yang ruhnya benar. Di balik absurditas, ajaran zen
melekat pada hidup Siddharta. menyimpan segi praktis dan kedekatan dengan
Siddharta setelah menjadi Sang Buddha mu- aktivitas sehari-hari. Zen dapat dipandang ko-
lai menyebarkan agamanya dan mendapat ban- song tetapi sekaligus berisi. Pada tema ini, zen
yak pengikut. Pengikut-pengikut ajaran Buddha tidak melawan kontradiksi-kontradiksi logis
tersebar luas hingga menyeberang jauh sampai seperti menyatakan “ya” dan “tidak” pada saat
ke dataran Cina yang meliputi Tiongkok, Mon- yang bersamaan. Bagi penganut zen, akal manu-
golia, Tibet dan Jepang. Seiring dengan penyeba- sia tidak mampu mengatasi kontradiksi-kontra-
ran yang pesat, perkembangan agama Buddha diksi itu. Selama akal masih ikut serta, manusia
di India terpecah menjadi dua aliran. Kedua ali- tidak akan pernah menemukan esensi zen. Kon-
ran tersebut adalah Hinayana atau Theravada tradiksi-kontradiksi logis tidak menjadi pokok
dan Mahayana. Aliran Hinayana bersatu dalam permasalahan yang harus dipahami zen bud-
tradisi tunggal dan utuh. Ciri khas ajaran Bud- dhisme.
dha yang asli tampak pada aliran Hinayana di Dalam Zen Buddhisme dikenal istilah satori,
India. Ini berbeda dengan aliran Mahayana yang yang dianggap sebagai esensi zen. Satori bagi
terus menerus terpecah dalam berbagai macam para penganut zen hanya dapat dipahami me-
bentuk dan corak. Aliran Mahayana lebih lalui pengalaman langsung. Tanpa pengalaman
berkembang pesat dan mudah tersebar luas ini orang tak akan tahu sepenuhnya apa itu zen.
dibandingkan Hinayana. Aliran ini cenderung Dalam pengertian orang Jepang, satori diipaha-
lebih liberal dan mudah menyesuaikan dengan mi pula sebagai ajaran tentang pencerahan atau
lingkungannya yang baru. penerangan. Pencapaian pencerahan adalah
Salah satu bentuk aliran Mahayana yang pencapaian seperti yang dilalui oleh Sang Bud-
berkembang dan menemukan tempatnya yang dha Gautama. Oleh kebanyakan orang, pencapa-

DHARMASMRTI
2
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
ian pencerahan atau satori dalam zen sering di- umum berlaku bagi semua manusia
anggap unik dan aneh. Pengalaman mencapai (Fromm, 1947: 13). Kemunculan akal
pencerahan dipercaya sebagai hal yang tidak menciptakan dikotomi-dikotomi, histori-
dapat diterangkan dan diungkap oleh kata-kata kal dan eksistensial. Menyelesaikan diko-
belaka. Manusia yang mengalami satori setelah tomi ini melalui: menghalangi kebenaran,
melalui latihan-latihan zen, hanya bisa mengala- mengakui kesendirian dan kesepian fun-
mi suatu perubahan dalam dirinya. Ia meman- damentalnya (Fromm, 1947: 35-38).
dang dunia dan sekelilingnya dengan lebih la-
pang, apa adanya, dan merasa dirinya dilahirkan Metode Penelitian
kembali dengan pribadi baru. 1. Interpretasi
Permasalahan yang muncul jika dilihat dari Metode ini berkaitan dengan usaha untuk
pandangan umum adalah bagaimana menter- mendapatkan gambaran sejelas-jelasnya
jemahkan satori dalam pengertia logis, sebagai tentang teks, konsep atau ajaran zen yang
upaya berkomunikasi dengan orang-orang yang akan dibahas. Melalui interpretasi ini, aja-
berminat terhadap zen. Zen Buddhisme harus ran pencerahan diharapkan menjadi lebih
dapat memberikan gambaran yang jelas proses jelas dan logis jika dibandingkan dengan
diperolehnya satori dengan memberikan penu- penjelasan penganut zen yang meneri-
turan-penuturan yang paling tidak dapat diper- manya sebagai iman.
caya oleh para peminatnya. Kesulitan ini akan 2. Koherensi intern
berakibat buruk jika para penganut Zen sendiri Masing-masing pemikiran dalam suatu
benar-benar mengambil jarak terhadap realitas tema senantiasa terkait satu sama lain.
yang dianggapnya sebagai tidak masuk akal dan Hubungan antara satu tema dengan tema
tidak berguna. Bagaimanapun zen harus benar- yang lain diciptakan secara logis dan siste-
benar menyentuh realitas dan tidak membatasi matis, sehingga terjalin kesinambungan
ajaran-ajarannya dalam kerangka yang dicip- pemikiran pada setiap maksud dan pe-
takannya sendiri. mikiran yang terkandung didalamnya.
DT Suzuki sebagai salah seorang penganut 3. Deskripsi
zen aliran Rinzai mencoba menjembatani aja- Memberi penjelasan terhadap tema yang
ran-ajaran zen dengan realitas konkret teruta- diacu secara menyeluruh. Tema dilihat dari
ma melalui tulisan, naskah atau pencerahan se- sudut pandang penjelasan tokoh atau ali-
bagai esensi zen belum banyak dikumpulkan ran yang relevan dan sedapat mungkin
dalam satu tulisan yang khusus dan utuh. mengikuti alur pemikiran sumber-sumber
Penjelasan yang diberikan pada literatur-litera- yang menjadi acuan. Selanjutnya memberi-
tur zen berkisar pada berjalannya proses lati- kan penjelasan secara umum dan teratur
han-latihannya. Belum banyak yang mencoba berdasar tema yang menjadi bahan kajian.
menggambarkan perolehan satori dan perwuju- 4. Komparasi
dannya secara lebih sederhana namun ilmiah. Membandingkan pandangan dari tokoh
Sejauh ini, satori atau pencerahan dianggap seb- atau aliran sesuai dengan tema yang dika-
agai satu batu loncatan kecil yang tidak pernah ji. Perbandingan ini lebih ditujukan seb-
berhenti menuju batu yang lain untuk mendapat- agai batu loncatan, selintas dalam usaha
kan satori yang baru. memberikan pemahaman pada tema agar
menjadi jelas.
Landasan Teori 5. Bahasa Inklusif
1. Dua modus eksistensi manusia: “memi- Peneliti secara terbatas mengikuti pe-
liki” dan “menjadi” merupakan dua modus makaian bahasa pada tema yang diambil
pengalaman mendasar, kekuatan masing- untuk lebih menghidupkan suasana jaman
masing menentukan perbedaan antara secara temporer. Di sisi lain, pemakaian
watak-watak individu dan berbagai tipe bahasa penulis ditujukan sedapat mung-
watak sosial (Fromm, 1987: 4). kin untuk memberikan pemahaman se-
2. Sifat dasar manusia merupakan bentuk cara utuh tanpa meninggalkan arti yang
personalitas individu yang ditentukan jauh pada tema yang diambil sesuai den-
oleh kekhasan eksistensi manusia yang gan tokoh atau aliran yang dirujuk.

MAKNA PENCERAHAN DALAM ZEN BUDDHISME


3
Firman Adi Juwono
II. PEMBAHASAN secara mendasar berbeda dari pengalaman bi-
asa. Kedua, para guru besar zen bertekad agar
Orang yang baru mengenal zen seakan-akan para siswanya benar-benar memperoleh pen-
menyaksikan dunia yang ajaib, jungkir balik dan galaman secara langsung dan bukannya diganti
terasa sebagai hidup yang penuh kegilaan. Zen dengan kata-kata belaka (Smith, 1985: 170).
merupakan suatu ajaran yang penuh dengan di- Penalaran logis sangat dihindari zen karena
alog membingungkan serta paradoksal-parad- satu alasan khusus, yaitu penalaran logis mema-
oksal (Smith, 1985: 165). Dialog dan paradok- sukkan orang ke dalam kerangka berpikir dalam
sal-paradoksal tampak jelas pada dialog koan, kedudukan subjek dan objek. Jika cara demikian
yang digunakan sebagai sarana mencapai ditempuh, maka semakin menjauhkan manusia
pencerahan zen pada aliran rinzai. dari pemahamannya, maka semakin menjauh-
Zen yang berkembang di Jepang terbagi kan manusia dari pemahamannya tentang
dalam aliran Sato Zen dan Rinzai Zen. Aliran ini kedudukan dirinya. Manusia akan tenggelam
muncul karena adanya perbedaan tafsir terha- dalam dualisme kategori rohani dan jasmani,
dap inti pokok ajaran pencerahan. Aliran Sato yaitu pencipta dan yang diciptakan. Zen menga-
mengembangkan ajaran pencerahan yang hen- jak manusia untuk melihat objek dengan masuk
ing. Pencerahan muncul sebagai kegiatan nal- ke dalam objek itu sendiri (Mudji Sutrisno,
uriah yang membiaskan dan memantulkan ca- 1984: 17). Melihat dari dalam hanya mungkin
haya pancaran budi yang b erdasar pada kodrat dicapai dalam proses “menjadi” atau proses kes-
Buddha. Ciri aliran Soto ialah tenang, menekank- atuan subjek dan objek. Pada proses ‘menjadi’
an kerja dalam keheningan serta “kepatuhan” saat subjek dan objek terlebur, kesadaran itu ha-
(passivity). Metode satu-satunya untuk menca- rus dibangkitkan untuk memperoleh pencerah-
pai penerangan melalui za-zen, sebuah meditasi an.
dalam posisi duduk bersila. Pada aliran rinzai Epistemologi manusia berkaitan dengan du-
berusaha mencapai penerangan cara koan dan alisme subjek dan objek dalam Zen Buddhisme
mondo. Koan dan mondo merupakan hasil siste- terletak pada fungsi prajna dan vijnana. Vijnana
matisasi dalam usaha untuk mencapai peneran- berfungsi membagi realitas secara praktis. Re-
gan secara aktif. Aliran rinzai ini bersifat lebih alitas dipandang dalam dualisme subjek dan ob-
dinamis dan aktif bila dibanding dengan aliran jek. Untuk memahami adanya satori harus dis-
Soto (Mudji Sutrisno, 1984: 14). adari adanya prajna, yaitu epistemologi manu-
Bertanya tentang zen, apakah ia merupakan sia yang tidak membagi-bagi realitas dalam dua-
suatu sistem filsafat, akan sangat diberikan jaw- lis. Dalam prajna, subjek dan objek adalah sama.
aban. Zen bukan suatu sistem yang berdasarkan Prajna membagi diri dalam subjek dan objek,
atas logika dan analisa. Metode latihan zen namun juga berdiri sendiri, menjadi absolut
sering dianggap tidak ilmiah dan absurd. Diper- dalam totalitasnya. Penyair atau para seniman
lukan suatu bentuk latihan dan praktek selama Zen memandang peristiwa ini sebagai satori
bertahun-tahun untuk memahami dan menca- atau mendapatkan pencerahan. Pertama, ter-
pai tujuan pelajaran zen. dapat sesuatu yang tidak membagi diri dalam
Memahami zen dilakukan dengan suatu cara subjek dan objek. Sesuatu itu adalah kesatuan
meditasi atau Samadhi. Kunci latihan ini terle- sebagaimana adanya. Kedua, sesuatu menjadi
tak pada penyadaran yang meletakkan konsen- sadar akan dirinya, membagi diri dalam subjek
trasi pada ‘luar’ tubuh. Satu hal yang harus di- dan objek, yang oleh para seniman dicontohkan
hindari adalah ‘berpikir’. Seseorang harus me- seperti bunga dan penyair. Menjadi sadar, adalah
niadakan pikiran untuk bermeditasi atau berse- membagi. Seorang penyair dan bunga saling me-
madhi (Verhaar, 1989: 135). Pada pengertian lihat. Relasi demikian akan disadarkan dengan
ini, amat sulit untuk menganggap zen sebagai satori (Suzuki, 1969: 24-26). Seorang penyair
suatu filsafat dalam pengertian secara umum, melihat bunga, bunga itu tidak lain adalah diri
karena ia telah membentangkan tembok ‘anti penyair. Seorang penyair, hidup dalam bunga.
berpikir’, ‘anti logika’. Tidak ada lagi penyair dan bunga, karena ked-
Zen menandang akal dari dua segi: pertama, uanya melebur. Tidak ada lagi subjek dan objek
logika dan penjelasan zen hanya dapat di- karena keduanya adalah satu.
mengerti dari sudut tinjauan pengalaman yang Seorang penganut Zen dianggap mencapai

DHARMASMRTI
4
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
satori jika ia mencapai pencerahan untuk meli- curkan dualisme budi dan untuk menguji ke-
hat inti kodrat diri seseorang atau sesuatu reali- murnian pencerahan seorang murid. Studi ten-
tas. DT Suzuki menulis bahwa inti kodrat diri tang koan dan za-zen dalam zen buddhisme ti-
bukan suatu entitas atau kenyataan yang dimil- dak dapat dilepaskan satu sama lain. Koan dan
iki seseorang sebagaimana dipahami oleh akal. za-zen adalah dua bentuk latihan yang saling
Satori mengatasi akal, satu pikiran mutlak, keki- melengkapi. Koan adalah mata dan za-zen kaki
nian mutlak, kemurnian yang benar-benar, dalam mempelajari zen buddhisme (Suzuki,
kekosongan dan apa adanya (Mudji Sutrisno, 1969: 103).
1984: 15). Pencapaian ini kadang merupakan Fungsi koan bagi penganut Zen dewasa ini,
proses yang panjang. Meditasi atau Samadhi bi- cenderung sebagai “starter”, yang memberikan
sa dilakukan berhari-hari, berbulan-bulan, bah- suatu tanda peralihan untuk memacu diper-
kan bertahun-tahun. Proses yang panjang ini olehnya pengalaman Zen. Dalam keadaan yang
menghasilkan satori yang muncul hanya sebagai memungkinkan untuk menangkap kesadaran,
kilatan lampu. Satori datang hanya sekejap, na- pikiran terbuka bagi berkembangnya suatu sa-
mun mampu merubah semua realitas di sekelil- tori.
ingnya. Contoh tanya jawab koan, seperti banyak
Dalam pengalaman Zen, yang lebih penting ditemukan dalam literatur-literatur zen, dianta-
adalah kesatuan pada yang dianggap berada di ranya sebagai berikut:
luar si pemeditasi. Kesatuan itulah yang men-
dasari latihan meditasi. Dalam kesatuan keko- Apakah seekor anjing memiliki kodrat
songan akan nampak penuh, hal biasa menjadi Buddha ?
indah. Sang Buddha merumuskan pengalaman Sang pendeta Zen berkata “Mu!” (tidak)”
ini sebagai pengalaman realitas yang tidak lain Sebuah tangan tidak bisa bertepuk kemu-
adalah pengalaman tubuh. Lebih jauh lagi me- dian,
lalui Samadhi yang dijalaninya akan tiba saat Bagaimana bunyi tepuk sebuah tangan
pencerahan, yang di dalam Zen disebut satori. Dapatkah anda mendengar tanpa mem-
Satori melampaui kemungkinan dari segala pen- buat keributan ?
getahuan yang tertinggi (Verhaar, 1989: 136). Dapatkah anda mendengan objek tanpa
Meditasi atau Samadhi dilakukan dengan sa- memukulnya ?
rana za-zen. Za-zen adalah sebutan Zen untuk Dapatkah anda mendapatkan pengeta-
meditasi atau Samadhi. Pai-chang adalah pene- huan tentang kenyataan kodrat diri anda ?
mu Zen di Cina, yang menulis tentang latihan Betapa tolol pertanyaan itu !
Zen dalam petunjuk-petunjuk untuk melak- (Watts, 1976 : 185).
sanakan meditasi ruang (Suzuki, 1973: 327). Bagaimana tampaknya wajahmu sewaktu
Dalam za-zen perlu dibangkitkan kesadaran nenek moyangmu belum lahir ?
penuh terhadap diri. Diadakan pemutusan Dahulu kala seseorang memelihara itik
hubungan dengan hal-hal di luar diri secara fisik dalam sebuah botol. Itik itu tumbuh sema-
dan melakukan pengheningan diri dalam ruang kin besar, hingga ia tidak dapat lagi keluar
yang tenang. dari botol. Namun orang itu tidak mau
Sarana yang digunakan untuk menyempur- memecahkan botol tersebut, juga ia tidak
nakan za-zen adalah koan. Koan adalah suatu ingin menyakiti itik itu. Bagaimana cara
bentuk teka-teki atau tanya jawab yang hasilnya anda mengeluarkannya ? Sang guru besar
dapat meruntuhkan tatanan logika yang diper- berteriak, Hai pejabat pemerintah ! … Ya
cayainya. Pandangan yang lebih keras me- demikian pejabat itu menjawab, nah itik
nyatakan bahwa melalui koan, zen berusaha telah keluar !
menghindari penggunaan akal manusia. Melalui (Smith, 1985: 172).
koan, Zen menggerakkan ketidaksabaran piki-
ran manusia dan akan menemukan jalan buntu Koan pada contoh di atas terlihat tidak logis.
untuk menjawab teka-teki yang tampak pada Dipandang tidak logis karena akal berfungsi
jawaban. Koan menjadi semacam alarm yang dalam kerangka yang diciptakannya sendiri.
membangun pikiran yang tertidur. Pada latihan Akal manusia membentuk kerangka yang ber-
yang lain koan lebih berfungsi untuk menghan- struktur. Koan sebagai pertanyaan dan jawaban

MAKNA PENCERAHAN DALAM ZEN BUDDHISME


5
Firman Adi Juwono
memiliki logika sendiri, yang bersifat keras dan butuhkan bahasa, sebagai sarana komunikasi
transcendental (Smith, 1985: 174). Pemecahan dalam kehidupan kelompok. Dicontohkan oleh
jawaban koan bukan pada penalaran logis na- Suzuki, tentang cinta. Cinta adalah esensi kema-
mun berdasar tema dan permasalahan yang di- nusiaan, cinta membutuhkan sesuatu nuntuk
munculkan yang diterima secara apa adanya mengangkat harkat diri. Umat manusia harus
(Suzuki, 1973: 333). hidup berdampingan untuk mencapai kehidu-
Hampir serupa dengan koan sebagai sarana pan saling mencintai. Cinta memerlukan suatu
untuk memperoleh pencerahan, digunakan pula alat komunikasi, yaitu bahasa. Demikian pula
sarana mondo. Arti harafiahnya adalah tanya dengan zen yang merupakan pengalaman umat
jawab. Mondo adalah dialog antara dua orang, manusia yang terpenting, seseorang harus
biasanya antara guru dan murid. Dialog dalam menggunakan bahasa untuk mengekspresikan
mondo, berbeda dengan Plato Dialogues atau pada individu lain seperti juga berkomunikasi
Buddha Dialogues yang merupakan rentetan dengan diri sendiri. Terutama dalam zen verbal,
tanya jawab yang berhubungan. Dialog mondo cara ini memiliki gambaran tersendiri yang
berlangsung pendek, kasar dan tidak urut (Su- mencampuradukkan aturan pengetahuan baha-
zuki, 1970: 28). sa. Dalam zen pengalaman dan ekspresi adalah
Mondo berfungsi untuk menunjuk ada dan ti- satu. Zen verbalisme menekankan pengalaman
daknya pengalaman satori,. Dalam Zen Bud- paling konkret (Suzuki, 1988: 7).
dhisme koan dan mondo diletakkan bersama-sa- Contoh bentuk verbal ini adalah ketika
ma sebagai sarana yang paling penting untuk seorang guru zen ditanya tentang apa itu kebi-
mencapai satori. Fungsi sebenarnya koan dan jaksanaan, apa itu hidup, hanya dijawab “bersih-
mondo adalah pertama koan digunakan untuk kan tanganmu”, cucilah mangkok tempat kamu
mengontrol kegiatan budi manusia. Koan mem- makan. Jawaban ini bagi zen bukan tanpa ala-
biarkan murid dengan akal budinya mengalami san. Hidup, selalu dekat dengan masalah-ma-
sendiri batas-batas kemampuan inteleknya. salah praktis dan konkret. Manusia jarang meng-
Maksud menunjukkan arah ini agar seorang mu- hayati aktivitas-aktivitas konkretnya. Manusia
rid memahami bahwa ada bidang lain dimana bekerja dan melakukan kegiatan terjebak dalam
akal manusia tidak mampu menerobos. Kedua, rutinitas. Bagaimana mereka memahami hidup,
koan dan mondo berperan membantu untuk mengetahui tentang kebijaksanaan, sedangkan
menguji kematangan penerangan. Diharapkan mereka tidak dapat memberi makna pada keg-
bahwa satori atau mendapatkan pencerahan se- iatan atau aktivitas sehari-hari seperti mencuci
bagai buahnya akan muncul secara murni. Pada tangan dan mencuci mangkok (Suzuki, 1988: 7).
fungsi pertama ditekankan pada usaha mencari Di sisi lain jawaban-jawaban, ekspresi ses-
sedang pada fungsi kedua adalah mematahkan eorang yang memperjelas komunikasi, adalah
kecenderungan berpikir. Seorang murid lebih bahasa yang didasarkan pada realitas konkret.
memantapkan pengalaman pencerahan dengan Bahasa dan pengalaman tidak berbeda, namun
cara mengujinya sampai ke inti kemurnian terdapat batasan-batasan bahasa dalam men-
pencerahannya (Mudji Sutrisno, 1984: 19). terjemahkan realitas. Keterbatasan pengalaman
Mencapai satori bagi para penganut zen individu dalam memahami bahasa harus diala-
merupakan tujuan sekaligus awal dimulainya mi secara personal, dan bukan melalui penjela-
pengalaman zen. Sebagai tujuan, pencerahan san dan pemahaman orang lain. Contoh lain
bukanlah tujuan tertinggi. Tujuan pencerahan pemahaman verbal jika kita memperhatikan
merupakan proses yang panjang dan tak akan puisi-puisi zen. Bentuk posisi haiku atau hokku
berakhir. Semakin banyak ia mendapaktan sato- ini dibuat oleh Baso. Sejak ini hanya terdiri dari
ri atau pencerahan, semakin ia harus banyak 17 suku kata, yaitu sebuah sajak singkat tetapi
mengulang. Semakin jelas pemahaman, sema- mampu menggambarkan suasana paling
kin banyak yang harus dipelajari. konkret. Tampak mustahil jika seorang penyair
Menurut Suzuki, terdapat dua cara umum pada umumnya menggambarkan musim bunga
dalam Zen Buddhisme untuk menyadari adanya hanya dengan 17 suku kata. Penyair mengajak
pencerahan. Pertama, melalui cara verbal dan pembaca untuk mengalami secara langsung di-
kedua aksional. Cara pertama, berpijak dari lakukan dengan menciptakan sendiri suasana
pandangna umum, bahwa umat manusia mem- musim bunga. Melalui puisi ini pembaca tidak

DHARMASMRTI
6
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
digiring dengan kata-kata penyair (de Martinio, erti pendapat Verhaar tentang Zen Buddhisme,
1963: 1). adalah penyadaran (awareness) yang mengaki-
Pendekatan kedua dilakukan secara aksional. batkan manusia bersatu dengan apa yang dis-
Dalam pendekatan secara aksional ini, apa yang adarinya.
kita sebut tubuh dilibatkan. Dikisahkan pada Kebersatuan manusia dengan yang dis-
saat Rinzai ditanya apa hakikat ajaran Buddha, adarinya muncul dalam suatu tindakan menjadi.
Rinzai segera beranjak dari tempat duduknya, Menjadi sebagai suatu proses kesatuan, adalah
memegang jubah penanya, kemudian menam- proses yang tidak memisahkan manusia dengan
par muaknya dan berlalu. Sang penanya masih realitas dan alam.
berdiri di tempatnya, terkesima. Orang di sebe- Dalam pemikiran Erich Fromm, disebut ma-
lahnya menegur penanya tersebut, mengapa an- nusia yang menjadi adalah ideal bagi modus
da tidak menunduk”. Penanya sadar dari lamu- eksistensi manusia. Modus menjadi ini dibeda-
nannya, dan saat ia menundukkan kepala mem- kan dengan modus memiliki. Kedua modus eksi-
beri hormat kepada sang guru, sesungguhnya ia tensi manusia ini melekat sebagai dualisme ko-
telah mendapatkan satori. Kisah yang serupa drati yang masih mungkin diarahkan kembali
ketika Baso berjalan-jalan bersama Hyakujo pada ideal tunggal menjadi (Fromm, 1987: 100).
(Pai-chang) memperhatikan sekumpulan angsa Penyadaran dapat dikatakan sebagai menjadi
liar terbang. Baso bertanya kepada Hyakujo, ke- pada saat apa yang disadarinya menyatu dalam
mana mereka terbang ? Hyakujo menjawab dirinya. Hal serupa terjadi pada saat Baso mene-
“mereka sudah terbang jauh” (lenyap). Baso me- gur Hyakujo dalam kisah angsa-angsa liar yang
noleh, dan memegang hidung Hyakujo dan terbang di awan dan dianggapnya telah lenyap.
melintirnya hingga ia merasa kesakitan. Siapa Memperoleh satori tidak lain memperoleh pe-
bilang angsa-angsa liar itu lenyap ? Jawab Baso nyadaran seperti sang Buddha yang dicerahkan,
kasar. Ini membuat Hyakujo sadar bahwa sang dibangunkan dari kesadaran dirinya sebagai
guru tidak berbicara tentang konsep-konsep manusia. Pada kondisi ini aku dalam diri telah
angsa liar yang menghilang di balik awan. Sang hilang. Aku tidak lain dari engkau, tempat aku
guru bermaksud menarik perhatian Hyakujo tinggal, bunga-bunga, angsa-angsa liar di awan.
pada kehidupan angsa-angsa liar yang terus ter-
bang dengan diri Hyakujo sendiri. Maksudnya
adalah menjadikan dirinya sebagai bagian dari III. PENUTUP
angsa liar itu (Suzuki, 1988: 8).
Manusia mendapatkan satori bukan dido- Setelah memperhatikan pemikiran Zen Bud-
rong oleh kekuatan yang berada di luar dirinya. dhisme uraian sebelumnya, berikut ini akan
Satori melekat dalam diri manusia secara indi- ditinjau kembali pokok-pokok pemikiran zen
vidual yang mempunyai relasi dengan alam. Ma- sebagai kesimpulan akhir.
nusia memperoleh pencerahan sebagai pengala- Pertama: metode untuk memahami ajaran
man yang bersifat khusus. Manusia sebagai Zen Budhisme adalah metode meta-ilmiah (an-
pribadi, memegang peranan dalam diri. Sifat tisciencetific). Metode ini berbeda dengan
khusus yang melekat ini menjelma secara per- metode sintesa dan analisa yang digunakan
sonal dalam proses kesatuan antara dunia di dalam ilmu pengetahuan empiris. Metode mata-
dalam dirinya dan realitas di luar dirinya. ilmiah merupakan metode yang tidak membe-
Seperti aliran-aliran agama Buddha, Zen dakan antara subjek dan objek, atau pengamat
Buddhisme juga menekankan pada an-atta (ti- dan yang diamati. Subjek dan objek tidak ber-
adanya aku). Pada prinsip an-atta bukan berarti beda, masing-masing berdiri sendiri sekaligus
mutlak mengingkari adanya aku. Prinsip ini menegaskan keberadaan diri dalam kesatuan.
hanya menyatakan bahwa aku tidak pernah Melalui metode meta-ilmiah akan didapat pen-
dapat menjadi dasar untuk identitas atau satori getahuan intuitif yang menghindari pemikiran-
(Verhaar, 1989: 137). Manusia menjadi manusia pemikiran logis.
tidak dengan meletakkan aku sebagai diri dis- Kedua: pengalaman memperoleh satori atau
banding dengan aku-aku yang lain. Manusia se- pencerahan adalah mutlak diperlukan untuk
bagai manusia bukan pada kesadaran terhadap memulai pelajaran dan memasuki kehidupan
identitas dirinya. Manusia sebagai manusia, sep- zen. Mendapatkan pencerahan atau satori bu-

MAKNA PENCERAHAN DALAM ZEN BUDDHISME


7
Firman Adi Juwono
kan sebagai akhir dari tujuan pelajaran zen. gidentifikasi dengan realitas berarti menunjuk-
Pencerahan atau satori adalah bentuk pengala- kan diri pada pandangan realitas. Realitas mem-
man konkret yang bersifat khusus, yang dapat beri corak dan warna kepada manusia. Bentuk
diraih manusia untuk mengatasi dan meman- kesadaran ini bukan berarti melihat kesadaran
dang permasalahan di sekitar manusia secara di luar diri, melainkan melihat kesadaran seb-
lebih baik dan benar. Memperoleh satori atau agai suatu relasi yang utuh. Relasi ini tampak
pencerahan untuk pertama kali adalah awal un- dalam cara pandang yang tidak lagi terjebak pa-
tuk memperoleh satori atau pencerahan beri- da dualisme pikiran subjek dan objek atau pen-
kutnya. Pengalaman ini terus berlangsung tanpa gamat dan yang diamati.
henti hingga dicapai pencerahan atau satori to- Ketujuh: menjadi dalam zen Buddhisme
tal seperti diperoleh oleh Sang Buddha. menunjuk pada penegasan keberadaan segala
Ketiga: alat atau sarana pertama untuk mem- sesuatu. Menjadi adalah berada dan sebaliknya
peroleh pencerahan adalah za-zen. Za-zen meru- berada adalah menjadi. Istilah menjadi menun-
pakan sikap duduk Samadhi zen yang berfungsi juk pada eksistensi segala sesuatu yang terikat
untuk melihat realitas secara intuitif. Realitas dalam ruang dan waktu yang khusus. Terletak
dipandang apa adanya (suchness : see just as it dalam ruang khusus adalah bentuk kesadaran
is) dan dibiarkan mengungkapkan dirinya send- yang berada di dalam kekosongan secara intui-
iri. Realitas dalam Zen Budhisme merupakan tif. Terletak dalam waktu khusus adalah terletak
kenyataan konkret, yang meliputi alam atau di belakang waktu (beyond time, timelessness).
kosmos dan segala sesuatu didalamnya, serta Pengertian waktu khusus menunjukkan bahwa
tindakan atau aktivitas manusia. Pemahaman dicapainya pencerahan adalah setelah taraf kes-
kenyataan konkret melalui za-zen ini diiringi adaran tunggal atau menjadi berlangsung se-
dengan menurunkan pikiran dan fungsi ber- cara cepat atau sekilas dan kemudian tidak
pikirnya yang melihat realitas sebagai objek. muncul lagi. Peristiwa diperolehnya sangat
Keempat: alat atau sarana kedua untuk mem- cepat, tetapi akan merubah cara pandangnya
peroleh pencerahan adalah koan dan mondo. terhadap realitas atau alam.
Koan dan mondo merupakan bentuk pertan- Kedelapan: Pencerahan yang dicapai ses-
yaan-pertanyaan yang dilontarkan guru zen ke- eorang merupakan taraf lebih lanjut dari men-
pada murid-muridnya. Koan berfungsi sebagai jadi. Seseorang yang menyadari bahwa realitas
cara untuk menurunkan pikiran. Mencari jawa- dan diri adalah selalu aktif akan disadarkan dari
ban dari pertanyaan koan dilakukan dengan za- aktivitas identifikasi diri. Diantara proses iden-
zen. Jawaban dari koan dalam za-zen dihubung- tifikasi diri dan pandangan dualistis subjek dan
kan melalui tubuh manusia secara fisik. Hampir objek terdapat pencerahan. Seseorang yang be-
sama dengan koan, mondo adalah pertanyaan rada dalam taraf menjadi secara perlahan akan
atau dialog yang akan menentukan pada ada menyadari bahwa dirinya berbeda dengan ses-
dan tidaknya pengalaman satori atau pencerah- uatu yang lain. Sesaat setelah mencapai taraf
an. menjadi dan sebelum disadarkan pada cara pan-
Kelima: pencerahan atau satori dalam zen dang dualistis subjek dan objek di sanalah ses-
merupakan suatu cara pandang baru seseorang eorang mendapatkan pencerahan. Dicapainya
terhadap realitas dan alam secara lebih baik dan pencerahan oleh seseorang akan mempenga-
apa adanya. Realitas dalam pandangan ses- ruhi cara pandangnya terhadap realitas dan se-
eorang yang mendapatkan pencerahan tidak gala sesuatu di dalamnya.
lain dari realitas diri. Diri yang sejati ditemukan Kesembilan: seseorang yang memperoleh
dalam relasi antara manusia dan alam. Mene- pencerahan tidak dapat mengemukakan dan
mukan realasi yang harmonis antara manusia menunjukkan pada orang lain. Ia tidak dapat
dan alam adalah dengan membuka intuisi ma- pula menghitung berapa banyak pencerahan
nusia sehingga tercapai kesadaran tunggal. yang telah didapat dan kemudian berhenti kare-
Keenam: mencapai kesadaran tunggal adalah na telah berhasil mendapatkannya. Memperoleh
proses identifikasi manusia terhadap realitas di pencerahan selalu berlanjut pada upaya untuk
luar dirinya. Proses identifikasi tidak semata- memperoleh pencerahan-pencerahan yang lain.
mata dilakukan dalam Samadhi, namun juga Seiring dengan kesadaran manusia dan realitas
dalam aktivitas sehari-hari dalam bekerja. Men- yang selalu aktif dan menjadi, maka mendapat-

DHARMASMRTI
8
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
kan pencerahan tidak dapat berhenti. Pencera- personal ini tampak pada sikap dan pandangan
han atau satori sebagai cara pandang terhadap hidupnya. Perwujudan pencerahan secara ter-
realitas selalu berjalan dalam kesadaran diri se- batas adalah dalam karya seni khas zen. Dalam
cara terus menerus hingga ia mengatasi taraf tingkah laku akan tampak dalam suatu tindakan
yang tak terhingga dan terbatas. bebas. Kebebasan ditunjukkan melalui tindakan
Kesepuluh: mendapatkan pencerahan adalah spontan, wajar atau tidak dibuat-buat. Orang
bentuk pengalaman personal yang hanya bisa lain tidak dapat memahami bentuk pencerahan
dipahami dengan menjalaninya sendiri. Perwu- ini kecuali ia membuka ruang kesadaran baru
judan seseorang yang telah meraih pengalaman dalam dirinya secar intuitif.

DAFTAR PUSTAKA

Bakker, Anton, 1990, Metodologi Penelitian Filsafat, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.


Caligiuri, Angelo M, 1966, The Concept of Freedom in The Writings of Erich Fromm : An Exposition and
Evaluation, Pontificia Universitas Gregoriana Facultas Philosophical, Roma.
Capra, Fritjof, 1983, The Tao of Physics, Bantam Books, New York.
Creel, HG, 1989, Alam Pikiran Cina – Sejak Confucius sampai Mao Zedong, terjemahan : Soejono So-
emargono, Tiara Wacana, Yogyakarta.
de Martino, Richard (ed), 1963, Zen Buddhism and Psychoanalysis, 1st Evergreen Editor, New York.
de Barry, William Theodore, 1969, The Buddhist Traditional in India, China and Japan, Vintage Books,
New York.
Fromm, Erich, 1941, Escape From Freedom, Rinehart and Company, New York.
Fromm, Erich, 1947, Man for Himself, Rinehart and Company, New York.
Fromm, Erich, 1987, Memiliki dan Menjadi, Terjemahan : F. Soesilohardo, LP3ES, Jakarta.
Fromm, Erich, 1963, Psychoanalysis and Zen Buddhism, dalam Richard de Martino (ed), Zen Bud-
dhism and Psychoanalysis, 1st Evergreen Editor, New York.
Hartoyo Andangjaya, 1991, Dari Sunyi ke Bunyi – Kumpulan Esai Tentang Puisi, Grafiti, Jakarta.
Harun Hadiwijono, 1985, Sari Filsafat India, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Humpreys, Christmas, 1952, Buddhism, Penguin Books Ltd, Harmondsworth, Middlesex.
Ikeda, Daisaku, 1989, Sang Buddha Shakyamuni, Terjemahan : Anton Adiwijoto, Sakyamuni, PT. In-
dira, Jakarta.
Kyokai, Bukkyo Dendo, 1966, The Teaching of Buddha, Buddhist Promoting Foundation – Kosaido
Printing Co, Tokyo.
Leahy, Louis, 1984, Manusia Sebuah Misteri : Sintesa Filosofis tentang Makhluk Paradoksal, PT.
Gramedia, Jakarta.
Mardi Prasetya, 1993, Manusia dan Alamnya Dalam Buddhisme Zen, dalam Jelajah Hakikat Pemiki-
ran Timur, Seri Filsafat Driyarkara : 4, Capita Selecta, PT. Gramedia Pustaka Utama, Ja-
karta.
Mudji Sutrisno, 1984, Zen dan Fransiskus, Penerbit Yayasan Kanisius, Yogyakarta.
Mudji Sutrisno, 1993, Kata Pengantar, dalam Jelajah Hakikat Pemikiran Timur, Seri Filsafat Dri-
yarkara : 4, Capita Selecta, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Philips, B, 1975, The Essentials of Zen Buddhism – Selected from the writings of DT Suzuki, Green-
word Press, New York.
Radhakrishnan, 1958, Indian Philosophy, volume II, The Macmillan Company, New York.
Richie, Donald, 1982, Zen Inklings, Weatherhill, New York.
Sastraptedja, 1981, Sejarah Filsafat India, STF Driyakara, Jakarta.
Smith, Huston, 1985, The Religions of Man, Terjemahan : Saafroedin Bahar, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.

MAKNA PENCERAHAN DALAM ZEN BUDDHISME


9
Firman Adi Juwono
Suzuki, D.T, 1963, Lectures on Zen Buddhism, dalam Richard de Martino, Zen Buddhism and Psycho-
analysis, 1st Evergreen Editor, New York.
Suzuki, D.T, 1969, An Introduction to Zen Buddhism, Rider & Company, London.
Suzuki, D.T, 1970, The Field of Zen, Harper & Row Publishers Inc, New York.
Suzuki, D.T, 1973, Essays in Zen Buddhism, First Series, London.
Suzuki, D.T, 1988, Zen and Japanese Culture, Bolling en Found Inc, New York.
Titus, Harold H,. 1984, Persoalan-persoalan Filsafat, Terjemahan : HM Rasjidi, Bulan Bintang, Jakarta.
Watts, Allan W, 1976, The Way of Zen, Penguin Books Ltd, Harmondsworth, Middlesex.
Verhaar, John W.M, 1989, Identitas Manusia – Menurut Psikologi dan Psikiatri abad ke-20, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.

DHARMASMRTI
10
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135

Anda mungkin juga menyukai