Oleh:
Firman Adi Juwono
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
firman.aj@gmail.com
Abstract
Within the Zen Buddhism, there is satori, a term used to designate the essence of the Zen’s teachings.
According to the Japanese, the term satori is taken as the teaching concerned about illumination or
enlightenment. The enlightenment is the achievement as what spiritually discerned by the Gautama
Buddhist. It is an experience that implies meaning beyond the common sense where words are not
enough to explain. The human being that afford to climb until this satori state after particular Zen’s
exercises may only experience some inner changes. Hence, he/ she would view the world and the sur-
rounding in a wider horizon, as it is, and able to feel like he has going through a rebirth with a new
personality.
Abstrak
Dalam Zen Buddhisme dikenal istilah satori, yang dianggap sebagai esensi zen. Dalam pengertian
orang Jepang, satori diipahami pula sebagai ajaran tentang pencerahan atau penerangan. Pencapa-
ian pencerahan adalah pencapaian seperti yang dilalui oleh Sang Buddha Gautama. Pengalaman
mencapai pencerahan dipercaya sebagai hal yang tidak dapat diterangkan dan diungkap oleh kata-
kata belaka. Manusia yang mengalami satori setelah melalui latihan-latihan zen, hanya bisa men-
galami suatu perubahan dalam dirinya. Ia memandang dunia dan sekelilingnya dengan lebih lapang,
apa adanya, dan merasa dirinya dilahirkan kembali dengan pribadi baru.
DHARMASMRTI
2
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
ian pencerahan atau satori dalam zen sering di- umum berlaku bagi semua manusia
anggap unik dan aneh. Pengalaman mencapai (Fromm, 1947: 13). Kemunculan akal
pencerahan dipercaya sebagai hal yang tidak menciptakan dikotomi-dikotomi, histori-
dapat diterangkan dan diungkap oleh kata-kata kal dan eksistensial. Menyelesaikan diko-
belaka. Manusia yang mengalami satori setelah tomi ini melalui: menghalangi kebenaran,
melalui latihan-latihan zen, hanya bisa mengala- mengakui kesendirian dan kesepian fun-
mi suatu perubahan dalam dirinya. Ia meman- damentalnya (Fromm, 1947: 35-38).
dang dunia dan sekelilingnya dengan lebih la-
pang, apa adanya, dan merasa dirinya dilahirkan Metode Penelitian
kembali dengan pribadi baru. 1. Interpretasi
Permasalahan yang muncul jika dilihat dari Metode ini berkaitan dengan usaha untuk
pandangan umum adalah bagaimana menter- mendapatkan gambaran sejelas-jelasnya
jemahkan satori dalam pengertia logis, sebagai tentang teks, konsep atau ajaran zen yang
upaya berkomunikasi dengan orang-orang yang akan dibahas. Melalui interpretasi ini, aja-
berminat terhadap zen. Zen Buddhisme harus ran pencerahan diharapkan menjadi lebih
dapat memberikan gambaran yang jelas proses jelas dan logis jika dibandingkan dengan
diperolehnya satori dengan memberikan penu- penjelasan penganut zen yang meneri-
turan-penuturan yang paling tidak dapat diper- manya sebagai iman.
caya oleh para peminatnya. Kesulitan ini akan 2. Koherensi intern
berakibat buruk jika para penganut Zen sendiri Masing-masing pemikiran dalam suatu
benar-benar mengambil jarak terhadap realitas tema senantiasa terkait satu sama lain.
yang dianggapnya sebagai tidak masuk akal dan Hubungan antara satu tema dengan tema
tidak berguna. Bagaimanapun zen harus benar- yang lain diciptakan secara logis dan siste-
benar menyentuh realitas dan tidak membatasi matis, sehingga terjalin kesinambungan
ajaran-ajarannya dalam kerangka yang dicip- pemikiran pada setiap maksud dan pe-
takannya sendiri. mikiran yang terkandung didalamnya.
DT Suzuki sebagai salah seorang penganut 3. Deskripsi
zen aliran Rinzai mencoba menjembatani aja- Memberi penjelasan terhadap tema yang
ran-ajaran zen dengan realitas konkret teruta- diacu secara menyeluruh. Tema dilihat dari
ma melalui tulisan, naskah atau pencerahan se- sudut pandang penjelasan tokoh atau ali-
bagai esensi zen belum banyak dikumpulkan ran yang relevan dan sedapat mungkin
dalam satu tulisan yang khusus dan utuh. mengikuti alur pemikiran sumber-sumber
Penjelasan yang diberikan pada literatur-litera- yang menjadi acuan. Selanjutnya memberi-
tur zen berkisar pada berjalannya proses lati- kan penjelasan secara umum dan teratur
han-latihannya. Belum banyak yang mencoba berdasar tema yang menjadi bahan kajian.
menggambarkan perolehan satori dan perwuju- 4. Komparasi
dannya secara lebih sederhana namun ilmiah. Membandingkan pandangan dari tokoh
Sejauh ini, satori atau pencerahan dianggap seb- atau aliran sesuai dengan tema yang dika-
agai satu batu loncatan kecil yang tidak pernah ji. Perbandingan ini lebih ditujukan seb-
berhenti menuju batu yang lain untuk mendapat- agai batu loncatan, selintas dalam usaha
kan satori yang baru. memberikan pemahaman pada tema agar
menjadi jelas.
Landasan Teori 5. Bahasa Inklusif
1. Dua modus eksistensi manusia: “memi- Peneliti secara terbatas mengikuti pe-
liki” dan “menjadi” merupakan dua modus makaian bahasa pada tema yang diambil
pengalaman mendasar, kekuatan masing- untuk lebih menghidupkan suasana jaman
masing menentukan perbedaan antara secara temporer. Di sisi lain, pemakaian
watak-watak individu dan berbagai tipe bahasa penulis ditujukan sedapat mung-
watak sosial (Fromm, 1987: 4). kin untuk memberikan pemahaman se-
2. Sifat dasar manusia merupakan bentuk cara utuh tanpa meninggalkan arti yang
personalitas individu yang ditentukan jauh pada tema yang diambil sesuai den-
oleh kekhasan eksistensi manusia yang gan tokoh atau aliran yang dirujuk.
DHARMASMRTI
4
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
satori jika ia mencapai pencerahan untuk meli- curkan dualisme budi dan untuk menguji ke-
hat inti kodrat diri seseorang atau sesuatu reali- murnian pencerahan seorang murid. Studi ten-
tas. DT Suzuki menulis bahwa inti kodrat diri tang koan dan za-zen dalam zen buddhisme ti-
bukan suatu entitas atau kenyataan yang dimil- dak dapat dilepaskan satu sama lain. Koan dan
iki seseorang sebagaimana dipahami oleh akal. za-zen adalah dua bentuk latihan yang saling
Satori mengatasi akal, satu pikiran mutlak, keki- melengkapi. Koan adalah mata dan za-zen kaki
nian mutlak, kemurnian yang benar-benar, dalam mempelajari zen buddhisme (Suzuki,
kekosongan dan apa adanya (Mudji Sutrisno, 1969: 103).
1984: 15). Pencapaian ini kadang merupakan Fungsi koan bagi penganut Zen dewasa ini,
proses yang panjang. Meditasi atau Samadhi bi- cenderung sebagai “starter”, yang memberikan
sa dilakukan berhari-hari, berbulan-bulan, bah- suatu tanda peralihan untuk memacu diper-
kan bertahun-tahun. Proses yang panjang ini olehnya pengalaman Zen. Dalam keadaan yang
menghasilkan satori yang muncul hanya sebagai memungkinkan untuk menangkap kesadaran,
kilatan lampu. Satori datang hanya sekejap, na- pikiran terbuka bagi berkembangnya suatu sa-
mun mampu merubah semua realitas di sekelil- tori.
ingnya. Contoh tanya jawab koan, seperti banyak
Dalam pengalaman Zen, yang lebih penting ditemukan dalam literatur-literatur zen, dianta-
adalah kesatuan pada yang dianggap berada di ranya sebagai berikut:
luar si pemeditasi. Kesatuan itulah yang men-
dasari latihan meditasi. Dalam kesatuan keko- Apakah seekor anjing memiliki kodrat
songan akan nampak penuh, hal biasa menjadi Buddha ?
indah. Sang Buddha merumuskan pengalaman Sang pendeta Zen berkata “Mu!” (tidak)”
ini sebagai pengalaman realitas yang tidak lain Sebuah tangan tidak bisa bertepuk kemu-
adalah pengalaman tubuh. Lebih jauh lagi me- dian,
lalui Samadhi yang dijalaninya akan tiba saat Bagaimana bunyi tepuk sebuah tangan
pencerahan, yang di dalam Zen disebut satori. Dapatkah anda mendengar tanpa mem-
Satori melampaui kemungkinan dari segala pen- buat keributan ?
getahuan yang tertinggi (Verhaar, 1989: 136). Dapatkah anda mendengan objek tanpa
Meditasi atau Samadhi dilakukan dengan sa- memukulnya ?
rana za-zen. Za-zen adalah sebutan Zen untuk Dapatkah anda mendapatkan pengeta-
meditasi atau Samadhi. Pai-chang adalah pene- huan tentang kenyataan kodrat diri anda ?
mu Zen di Cina, yang menulis tentang latihan Betapa tolol pertanyaan itu !
Zen dalam petunjuk-petunjuk untuk melak- (Watts, 1976 : 185).
sanakan meditasi ruang (Suzuki, 1973: 327). Bagaimana tampaknya wajahmu sewaktu
Dalam za-zen perlu dibangkitkan kesadaran nenek moyangmu belum lahir ?
penuh terhadap diri. Diadakan pemutusan Dahulu kala seseorang memelihara itik
hubungan dengan hal-hal di luar diri secara fisik dalam sebuah botol. Itik itu tumbuh sema-
dan melakukan pengheningan diri dalam ruang kin besar, hingga ia tidak dapat lagi keluar
yang tenang. dari botol. Namun orang itu tidak mau
Sarana yang digunakan untuk menyempur- memecahkan botol tersebut, juga ia tidak
nakan za-zen adalah koan. Koan adalah suatu ingin menyakiti itik itu. Bagaimana cara
bentuk teka-teki atau tanya jawab yang hasilnya anda mengeluarkannya ? Sang guru besar
dapat meruntuhkan tatanan logika yang diper- berteriak, Hai pejabat pemerintah ! … Ya
cayainya. Pandangan yang lebih keras me- demikian pejabat itu menjawab, nah itik
nyatakan bahwa melalui koan, zen berusaha telah keluar !
menghindari penggunaan akal manusia. Melalui (Smith, 1985: 172).
koan, Zen menggerakkan ketidaksabaran piki-
ran manusia dan akan menemukan jalan buntu Koan pada contoh di atas terlihat tidak logis.
untuk menjawab teka-teki yang tampak pada Dipandang tidak logis karena akal berfungsi
jawaban. Koan menjadi semacam alarm yang dalam kerangka yang diciptakannya sendiri.
membangun pikiran yang tertidur. Pada latihan Akal manusia membentuk kerangka yang ber-
yang lain koan lebih berfungsi untuk menghan- struktur. Koan sebagai pertanyaan dan jawaban
DHARMASMRTI
6
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
digiring dengan kata-kata penyair (de Martinio, erti pendapat Verhaar tentang Zen Buddhisme,
1963: 1). adalah penyadaran (awareness) yang mengaki-
Pendekatan kedua dilakukan secara aksional. batkan manusia bersatu dengan apa yang dis-
Dalam pendekatan secara aksional ini, apa yang adarinya.
kita sebut tubuh dilibatkan. Dikisahkan pada Kebersatuan manusia dengan yang dis-
saat Rinzai ditanya apa hakikat ajaran Buddha, adarinya muncul dalam suatu tindakan menjadi.
Rinzai segera beranjak dari tempat duduknya, Menjadi sebagai suatu proses kesatuan, adalah
memegang jubah penanya, kemudian menam- proses yang tidak memisahkan manusia dengan
par muaknya dan berlalu. Sang penanya masih realitas dan alam.
berdiri di tempatnya, terkesima. Orang di sebe- Dalam pemikiran Erich Fromm, disebut ma-
lahnya menegur penanya tersebut, mengapa an- nusia yang menjadi adalah ideal bagi modus
da tidak menunduk”. Penanya sadar dari lamu- eksistensi manusia. Modus menjadi ini dibeda-
nannya, dan saat ia menundukkan kepala mem- kan dengan modus memiliki. Kedua modus eksi-
beri hormat kepada sang guru, sesungguhnya ia tensi manusia ini melekat sebagai dualisme ko-
telah mendapatkan satori. Kisah yang serupa drati yang masih mungkin diarahkan kembali
ketika Baso berjalan-jalan bersama Hyakujo pada ideal tunggal menjadi (Fromm, 1987: 100).
(Pai-chang) memperhatikan sekumpulan angsa Penyadaran dapat dikatakan sebagai menjadi
liar terbang. Baso bertanya kepada Hyakujo, ke- pada saat apa yang disadarinya menyatu dalam
mana mereka terbang ? Hyakujo menjawab dirinya. Hal serupa terjadi pada saat Baso mene-
“mereka sudah terbang jauh” (lenyap). Baso me- gur Hyakujo dalam kisah angsa-angsa liar yang
noleh, dan memegang hidung Hyakujo dan terbang di awan dan dianggapnya telah lenyap.
melintirnya hingga ia merasa kesakitan. Siapa Memperoleh satori tidak lain memperoleh pe-
bilang angsa-angsa liar itu lenyap ? Jawab Baso nyadaran seperti sang Buddha yang dicerahkan,
kasar. Ini membuat Hyakujo sadar bahwa sang dibangunkan dari kesadaran dirinya sebagai
guru tidak berbicara tentang konsep-konsep manusia. Pada kondisi ini aku dalam diri telah
angsa liar yang menghilang di balik awan. Sang hilang. Aku tidak lain dari engkau, tempat aku
guru bermaksud menarik perhatian Hyakujo tinggal, bunga-bunga, angsa-angsa liar di awan.
pada kehidupan angsa-angsa liar yang terus ter-
bang dengan diri Hyakujo sendiri. Maksudnya
adalah menjadikan dirinya sebagai bagian dari III. PENUTUP
angsa liar itu (Suzuki, 1988: 8).
Manusia mendapatkan satori bukan dido- Setelah memperhatikan pemikiran Zen Bud-
rong oleh kekuatan yang berada di luar dirinya. dhisme uraian sebelumnya, berikut ini akan
Satori melekat dalam diri manusia secara indi- ditinjau kembali pokok-pokok pemikiran zen
vidual yang mempunyai relasi dengan alam. Ma- sebagai kesimpulan akhir.
nusia memperoleh pencerahan sebagai pengala- Pertama: metode untuk memahami ajaran
man yang bersifat khusus. Manusia sebagai Zen Budhisme adalah metode meta-ilmiah (an-
pribadi, memegang peranan dalam diri. Sifat tisciencetific). Metode ini berbeda dengan
khusus yang melekat ini menjelma secara per- metode sintesa dan analisa yang digunakan
sonal dalam proses kesatuan antara dunia di dalam ilmu pengetahuan empiris. Metode mata-
dalam dirinya dan realitas di luar dirinya. ilmiah merupakan metode yang tidak membe-
Seperti aliran-aliran agama Buddha, Zen dakan antara subjek dan objek, atau pengamat
Buddhisme juga menekankan pada an-atta (ti- dan yang diamati. Subjek dan objek tidak ber-
adanya aku). Pada prinsip an-atta bukan berarti beda, masing-masing berdiri sendiri sekaligus
mutlak mengingkari adanya aku. Prinsip ini menegaskan keberadaan diri dalam kesatuan.
hanya menyatakan bahwa aku tidak pernah Melalui metode meta-ilmiah akan didapat pen-
dapat menjadi dasar untuk identitas atau satori getahuan intuitif yang menghindari pemikiran-
(Verhaar, 1989: 137). Manusia menjadi manusia pemikiran logis.
tidak dengan meletakkan aku sebagai diri dis- Kedua: pengalaman memperoleh satori atau
banding dengan aku-aku yang lain. Manusia se- pencerahan adalah mutlak diperlukan untuk
bagai manusia bukan pada kesadaran terhadap memulai pelajaran dan memasuki kehidupan
identitas dirinya. Manusia sebagai manusia, sep- zen. Mendapatkan pencerahan atau satori bu-
DHARMASMRTI
8
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135
kan pencerahan tidak dapat berhenti. Pencera- personal ini tampak pada sikap dan pandangan
han atau satori sebagai cara pandang terhadap hidupnya. Perwujudan pencerahan secara ter-
realitas selalu berjalan dalam kesadaran diri se- batas adalah dalam karya seni khas zen. Dalam
cara terus menerus hingga ia mengatasi taraf tingkah laku akan tampak dalam suatu tindakan
yang tak terhingga dan terbatas. bebas. Kebebasan ditunjukkan melalui tindakan
Kesepuluh: mendapatkan pencerahan adalah spontan, wajar atau tidak dibuat-buat. Orang
bentuk pengalaman personal yang hanya bisa lain tidak dapat memahami bentuk pencerahan
dipahami dengan menjalaninya sendiri. Perwu- ini kecuali ia membuka ruang kesadaran baru
judan seseorang yang telah meraih pengalaman dalam dirinya secar intuitif.
DAFTAR PUSTAKA
DHARMASMRTI
10
Vol. XIII Nomor 26 Oktober 2015 : 1 - 135