Anda di halaman 1dari 10

GENTA HREDAYA Volume 5 No 1 April 2021 P ISSN 2598-6848

E ISSN 2722-1415

STOISISME DAN AJARAN AGAMA HINDU;


KEBIJAKSANAAN PEMBENTUK KARAKTER
MANUSIA TANGGUH
Oleh:
Ayu Veronika Somawati, M.Fil.H
STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja
Email: ayuvero90@gmail.com

ABSTRACT
Discussions about humans will never end. One of the things that always gets interesting
discussions about humans is how humans live in an ideal manner so that the purpose of human
life itself can be realized. Various views from various schools of philosophy to religion discuss
this matter, including Stoic philosophy which is also called Stoicism or in Indonesia it is also
popular as Filsafat Teras. Stoicism through its implementative teachings helps humans to
overcome negative emotions and form a strong mentality in facing various life challenges, so
that Stoicism is considered far from the heavy and dreamy impression that is often attached to
philosophy in general. Stoicism is also considered to be very practical and relevant to
contemporary life. When examined further, the teachings of Stoicism are in line with the
teachings of Hinduism. Hinduism also contains many teachings to shape human character,
where these teachings are practical, universal and still very relevant to human life today. The
combination of the implementation of the philosophy of Stoicism and the teachings of Hinduism
will produce wisdom teachings that can shape human character, especially Hindu man who is
tough.
I. PENDAHULUAN Selain pendapat yang disampaikan
Manusia dan segala keunikannya oleh filsuf-filsuf barat, kedudukan manusia
selalu menarik untuk dibahas dan dikaji dari yang dianggap memiliki tempat yang
berbagai sudut pandang, baik itu dari segi istimewa juga termuat di dalam ajaran
fisiknya yang dapat dilihat dan dikaji agama Hindu. Salah satu sloka dalam kitab
keberadaannya melalui persentuhan dengan suci agama Hindu yang memuat hal tersebut
panca indria hingga kajian mengenai adalah sloka Sārasamuccaya 4 sebagai
eksistensi dari segi rohaninya. Salah satu berikut :
keunikan manusia yang menjadi kesimpulan Iyam hi yonih prathamā yonih
dari berbagai diskusi mengenai manusia prāpya jagatīpate,
adalah anugerah akal nalar pikiran serta Ātmānam ṣakyate trātum karmabhih
śubhalakṣaṇaih.
kesadaran yang tidak dimiliki oleh makhluk
Terjemahan :
lain selain manusia (Somawati & Made, Menjelma menjadi manusia itu
2019). Salah satu filsuf barat yang adalah sungguh-sungguh utama;
mengungkapkan hal ini adalah Erich sebabnya demikian, karena ia dapat
Fromm. Erich Fromm dalam bukunya menolong dirinya dari keadaan
menuliskan bahwa manusia dianugerahi sengsara (lahir dan mati berulang-
nalar; dia adalah kehidupan yang sadar akan ulang) dengan jalan berbuat baik;
demikianlah keuntungannya dapat
dirinya sendiri; dia memiliki kesadaran atas
menjelma menjadi manusia (Kajeng
dirinya, atas sesamanya, atas masa lalunya, & Dkk, 1999)
dan kemungkinan-kemungkinan masa
depannya (Fromm, 2018).
AYU VERONIKA SOMAWATI 78
Penjelasan mengenai manusia dalam apabila Filsafat Stoisisme ini juga dianggap
ajaran agama Hindu tersebut sejalan dengan sangat relevan dengan kehidupan manusia
pendapat dari (Bertens, Ohoitimur, & Dua, saat ini yang cenderung bersifat dinamis dan
2018) yang di dalam bukunya menjelaskan praktis.
bahwa dalam filsafat Yunani sudah terdapat Apabila dikaji lebih jauh lagi, ajaran
definisi termasyhur dari Aristoteles tentang dari Stoisisme ini sejalan dengan ajaran
manusia sebagai zoȏn logon ekhȏn, agama Hindu yang memang bersifat sangat
“makhluk hidup yang mempunyai logos” praktis, universal dan mudah diterapkan
yang dalam Abad Pertengahan dalam kehidupan manusia. Agama Hindu
diterjemahkan sebagai animal rationale melalui kitab sucinya juga mengandung
(Latin) atau rational animal (Inggris). Kalau banyak ajaran untuk membentuk karakter
begitu, manusia dipandang sebagai “hewan- manusia yang masih sangat relevan dengan
plus”, hewan ditambah factor khusus yang kehidupan manusia saat ini.
bagi Aristoteles (dan banyak filsuf Berdasarkan hal tersebut, maka
sesudahnya) adalah rasio atau akal budi. menarik kiranya apabila ajaran-ajaran
Dalam zaman modern menjadi jelas bahwa Filsafat Stoisisme serta ajaran Agama Hindu
perbandingan manusia dengan hewan harus dikaji secara lebih mendalam untuk
lebih bernuansa. Perbedaan manusia dengan menemukan keterkaitannya satu sama lain.
hewan ternyata tidak menyangkut satu aspek Perpaduan dari implementasi filsafat
saja, tetapi manusia seluruhnya secara Stoisisme dan ajaran Agama Hindu akan
hakiki berbeda dari hewan. menghasilkan ajaran-ajaran kebijaksanaan
Keistimewaan manusia yang yang dapat membentuk karakter manusia
memiliki nalar dan kesadaran ini membawa khususnya manusia Hindu yang tangguh
manusia pada keinginan untuk mewujudkan serta mampu mewujudkan tujuan hidupnya
kehidupan yang ideal agar apa yang menjadi yakni Moksartam Jagadhitaya Ca Iti
tujuan hidupnya dapat terwujud (Somawati Dharma, mencapai kesejahteraan hidup di
& Made, Manusia Menurut Plato dalam dunia maupun mencapai kebahagiaan di
Perspektif Vedanta, 2020). Salah satu cara akhirat (Moksa).
yang dilakukan untuk dapat mewujudkan
tujuan hidupnya adalah dengan membentuk II. METODE PENELITIAN
karakter yang tangguh agar mampu
Metode yang digunakan di dalam
menghadapi setiap tantangan hidup dalam
penelitian mengenai Stoisisme dan ajaran
perjalanan tersebut. Salah satu mazhab
agama Hindu dalam membentuk karakter
filsafat yang terkenal dengan ajarannya yang
manusia tangguh ini adalah metode
implementatif dan sangat membantu
penelitian kualitatif, yakni penelitian yang
manusia untuk membentuk mental yang
tidak memfokuskan pada angka atau nilai di
tangguh dalam menghadapi berbagai
dalam pengukuran variabelnya. Data yang
tantangan hidup adalah Filsafat Stoisisme
diperoleh melalui studi kepustakaan, baik
atau Stoa. Mazhab filsafat ini dianggap jauh
itu buku-buku yang berkaitan dengan ajaran
dari kesan berat dan mengawang-ngawang
agama Hindu serta buku-buku yang
seperti yang dilekatkan pada filsafat secara
berkaitan dengan stoisisme dianalisis serta
umum. Karena ajarannya yang sangat
dilakukan penarikan kesimpulan yang
praktis dan sangat mudah diterapkan dalam
kemudian hasilnya disampaikan dengan
kehidupan sehari-hari, maka tidak heran
AYU VERONIKA SOMAWATI 79
menggunakan deskripsi. Penelitian Zeno first taught his students” (Holiday
dilakukan dengan menekankan pada & Hanselman, 2016).
kedalaman data yang diperoleh, sehingga Stoisisme merupakan salah satu
dapat diperoleh hasil penelitian yang baik. mazhab filsafat yang dianggap sangat
III. PEMBAHASAN berpengaruh dan mudah untuk
3.1 Stoisisme diimplementasikan oleh siapa saja dalam
Membahas tentang filsafat, tentu kaitannya untuk mencapai kehidupan
tidak akan pernah ada habisnya. Filsafat yang baik. Hal tersebut termuat di dalam
sering diibaratkan seperti olah raga kutipan berikut “Stoicism was one of the
renang. Seseorang dapat merasa mampu most influential and respected schools
menjelaskan secara panjang lebar philosophy for nearly five subsequent
mengenai olah raga tersebut, tetapi centuries. It was practiced by rich and
sebelum ia terjun dan mencobanya the poor, the powerful and the sufferer
sendiri maka ia tidak akan belajar dan alike, in the pursuit of the good life”
mengetahui filsafat itu. Apalagi kesan (Salzgeber, 2019).
yang selalu dilekatkan kepada filsafat Stoisisme menekankan kepada
bahwa filsafat adalah ilmu yang tidak ajaran kebajikan serta berfokus kepada
praktis dan sangat mengawang-ngawang. apa yang berada di dalam control
Hal ini membuat terkadang diskusi manusia itu sendiri, karena hal-hal inilah
mengenai filsafat bukanlah menjadi yang akan membawa manusia kepada
sesuatu yang menarik. kebahagianaa. Seperti yang termuat di
Disadari atau tidak, banyak dalam kutipan berikut : “The philosophy
mazhab atau aliran filsafat yang justru asserts that virtue (meaning, chiefly, the
ajarannya sangat implementatif dan four cardinal virtues of self-control,
sangat relevan dengan kehidupan di courage, justice and wisdom) is
jaman modern seperti saat ini. Bahkan happiness, and it is our perception of
ajaran-ajaran filsafat tersebut mulai things – rather than the things themselves
banyak dipopulerkan kembali dengan – that cause most of our trouble. Stoicism
Bahasa yang lebih sederhana dan mudah teaches that we can’t control or rely on
dimengerti untuk menarik minat belajar anything outside what Epictetus called
filsafat anak-anak muda jaman sekarang. our “reasonable choice” – our ability to
Salah satunya adalah filsafat Stoisisme use our reason to choose how we
atau yang disebut juga filsafat Stoa, categorize, respond, and reorient
filsafat Stoic atau di Indonesia juga ourselves to external events” (Holiday &
popular dengan nama Filsafat Teras. Hanselman, 2016).
Penamaan filsafat Stoisisme sebagai Selain itu, salah satu tokoh yang
Filsafat Teras dapat dicermati di dalam mempopulerkan ajaran-ajaran Stoisisme
kutipan berikut “Stoicism was a school of di Indonesia, Henry Manampiring, di
philosophy founded in Athens by Zeno of dalam bukunya menjelaskan mengenai
Citium in the early third century BC. Its hal-hal yang terutama ingin dicapai oleh
name is derived from the Greek “stoa” Stoisisme adalah :
meaning porch, because that’s where 1. Hidup bebas dari emosi
negative (sedih, marah,
cemburu, curiga, baper dan
AYU VERONIKA SOMAWATI 80
lain-lain), mendapatkan ataraxia, sebuah kata Yunani yang
hidup yang tentram akarnya dari ataraktos (a = not, dan
(tranquil). Ketentraman ini tarassein = to trouble). Ataraxia
hanya bisa diperoleh dengan dengan demikian berarti not troubled
memfokuskan diri pada hal- (untroubled, undisturbed).
hal yang bisa kita Kebahagiaan – yang kita bayangkan
kendalikan. sebagai jiwa yang tenang dan damai –
2. Hidup mengasah kebajikan digambarkan oleh kaum Stoa sebagai
(virtues). Ada empat situasi negative, yaitu “tiada
kebajikan utama menurut gangguan”. Bahagia adalah saat kita
Stoisisme : tidak terganggu. Dalam istilah lain,
a. Kebijaksanaan (wisdom) kadang juga dikatakan sebagai
: kemampuan apatheia, kata Yunani yang artinya a =
mengambil keputusan not dan pathos = suffering, sehingga
terbaik di dalam situasi apatheia adalah situasi dimaka kita free
apapun. from emotions, free from sufferings,
b. Keadilan (justice) : freedom from all passions. Sama
memperlakukan orang dengan sebelumnya, kebahagiaan bagi
lain dengan adil dan kaum Stoa bersifat “negative logis”,
jujur yaitu tiadanya penderitaan, tiadanya
c. Keberanian (courage) : emosi, saat kita tidak diganggu oleh
keberanian berbuat yang nafsu-nafsu (seperti amarah, kecewa,
benar, berani berpegang rasa pahit dan rasa iri hati)
pada prinsip yang benar. (Manampiring, 2019).
Ini bukan “berani”
dalam makna sempit, 3.2 Manusia dalam pandangan
seperti bernyali masuk Stoisisme dan Ajaran Agama
kandang singa Hindu
(walaupun jika kita Sebelum membahas mengenai
membaca kisah hidup manusia, akan didiskusikan terlebih
para filsuf Stoa, rasanya dahulu mengenai alam semesta dimana
mereka juga akan berani manusia merupakan salah satu
masuk kandang singa bagiannya. Mazhab Stoa beranggapan
jika memang perlu …). bahwa alam semesta terdiri dari unsur
d. Menahan diri pasif (materi) dan factor aktif yang
(temperance) : disiplin, menciptakan, yaitu Logos atau Tuhan.
kesederhanaan, Kedua hal itu tergabung sebagai
kepantasan dan control semacam kesatuan materi dan bentuk.
diri (atas nafsu dan Tuhan lalu digambarkan sebagai daya
emosi) (Manampiring, api (pneuma) yang memberikan
2019). kehangatan, kehidupan dan cahaya
Selain itu, Filsafat Stoa kepada apa saja dalam alam (Weij,
mengusung kebahagiaan yang tidak 2017). Sedangkan di dalam ajaran
lazim. Mereka mengatakannya sebagai
AYU VERONIKA SOMAWATI 81
agama Hindu, alam semesta terbentuk manusia juga merupakan
karena adanya pertemuan antara Puruṣa penggabungan dari unsur materi dan
(unsur kejiwaan) maupun Prakṛti juga roh. Weij di dalam bukunya
(unsur kebendaan) merupakan unsur menjelaskan bahwa manusia adalah
dasar dari penciptaan alam semesta baik suatu penggabungan dari materi dan
itu bhuana agung maupun bhuana alit. roh, dari bahan dan prinsip Ilahi. Roh
Jika di dalam ajaran Stoisisme manusia, logos (dengan huruf kecil),
digambarkan bahwa Logos atau Tuhan seolah-olah merupakan sebagian kecil
digambarkan sebagai daya api yang dari Logos Ilahi dank arena itu manusia
memberikan kehidupan kepada apa saja begitu dekat dengan Allah, seorang
di dalam alam, begitu juga di dalam “Putra Allah” (Weij, 2017). Jika dikaji
ajaran agama Hindu. Tuhan merupakan dalam pandangan Hindu, hal ini sejalan
benih dari penciptaan serta sumber dari dengan pandangan Filsafat Advaita
kehidupan. Seperti yang termuat di Vedānta bahwa jiwa atau atman yang
dalam sloka berikut : merupakan sumber hidup manusia
Yac cāpi sarva-bhȗtānāṁ bersumber dari Tuhan atau Brahman itu
bījaṁ tad aham arjuna sendiri. Selain itu, Weij di dalam
na tad asti vinā yat syān bukunya menjelaskan pula bahwa
mayā bhȗtaṁ carācaram
manusia adalah manusia yang khas
(Bhagavadgīt
ā X.39) karena rohnya, karena logos. Menurut
Terjemahan : tubuhnya, ia sama saja dengan mineral,
Wahai Arjuna, benih dari segala tumbuh-tumbuhan serta binatang, tapi
ciptaan, benih itulah Aku. Sebab, karena rohnya ia berbeda dengan semua
tanpa keberadaan-Ku, sama sekali makhluk lain di alam semesta. Mahkota
tidak akan ada ciptaan (di alam keagungan, serta semaraknya adalah
ini), baik ciptaan yang bergerak
rohnya, rasionya. Dalam kekuatan fisik
maupun yang tidak bergerak
(Darmayasa, 2013). dan kecepatan bisa saja seekor binatang
jauh melebihi manusia, tapi karena
rasionya manusia sangat mengungguli
īśvaraḥ sarva-bhȗtānāṁ
hṛd-deśe ‘rjuna tiṣṭhati binatang (Weij, 2017). Hal ini juga yang
bhrāmayan sarva-bhȗtāni membedakan manusia dengan makhluk
yantrārȗdhāni māyayā ciptahan Tuhan lainnya dalam ajaran
(Bhagavadgīt agama Hindu. Manusia dilengkapi
ā XVIII. 61) dengan Idep atau pikiran yang membuat
Terjemahan : manusia mampu membedakan hal yang
Wahai Arjuna, Tuhan Yang
baik dan buruk (viveka) serta memiliki
Maha Esa bersemayam di hati
semua makhluk hidup. Melalui kesadaran akan dirinya serta segala
kekuatan maya-Nya, memasuki sesuatu yang terjadi disekitarnya.
mesin badan jasmani Tuhan 3.3 Ajaran Pembentuk Karakter
menyebabkan semua makhluk Manusia Tangguh dalam
hidup dapat bergerak. Stoisisme dan Agama Hindu
Melirik ajaran Stoisisme dan
Seperti halnya alam semesta,
ajaran agama Hindu yang begitu praktis
pandangan Stoisisme mengenai
dan relevan untuk masa kini, tentu akan
AYU VERONIKA SOMAWATI 82
sangat menarik untuk mengkajinya menjelaskan bahwa badan adalah
sebagai bentuk usaha dalam mencapai tempat bersemayamnya Sang Pencipta
tujuan hidup manusia. Salah satunya (Brahma) sehingga disebut sebagai
yaitu membentuk karakter tangguh Brahma-pura atau Kuil Tuhan
yang dapat membawa manusia, (Aryadharma, 2019). Dengan
khususnya manusia Hindu untuk selalu merealisasikan kesadaran ini serta tidak
semangat dan optimis dalam menjalani menggantungkan kebahagiaan pada
hidup. aspek yang tidak bisa dikendalikan atau
Hal pertama yang perlu diganti, maka kebahagiaan sempurna
diperhatikan dalam yang merupakan cita-cita atau tujuan
mengimplementasikan ajaran Stoisisme hidup manusia menurut filsafat Vedānta
serta untuk membentuk karakter dan ajaran agama Hindu yaitu
manusia tangguh adalah membedakan terbebasnya manusia dari belenggu
hal yang bisa dikontrol dan yang tidak kebodohan dan kegelapan akan dapat
dapat dikontrol. The single most terwujud.
important practice in Stoic philosophy Salah satu tokoh dalam
is differentiating between what we can Stoisisme adalah Marcus Aurelius
change and what we can’t. What we (121-180). Satu-satunya karyanya
have influence over and what we do not adalah Meditations or Writing to
(Holiday & Hanselman, 2016). Himself. Buku ini sendiri merupakan
Stoisisme mengajarkan bahwa untaian dari pemikiran yang berkaitan
kebahagiaan sejati hanya bisa datang dengan pesan stoic, berisikan contoh-
dari “things we can control, hal-hal contoh etika hidup yang justru lebih
yang di bawah kendali kita. Dengan mengarah kepada spekulasi filosofis
kata lain, kebahagiaan sejati hanya bisa daripada ajaran agama. Asnawi di
datang dari “dalam”. Sebaliknya, kita dalam bukunya memberikan gambaran
tidak bisa menggantungkan mengenai tipikal dari Marcus Aurelius:
kebahagiaan dan kedamaian sejati “Kebahagiaan kehidupan anda
kepada hal-hal yang tidak bisa kita tergantung pada kualitas pemikiran
kendalikan. Bagi para filsuf Stoa, Anda: karena itu, jagalah dengan benar,
menggantungkan kebahagiaan pada dan pastikan bahwa anda tidak
hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, menganut gagasan yang tidak cocok
seperti perlakuan orang lain, opini dengan kebajikan dan akal sehat”
orang lain, status dan popularitas (yang (Asnawi, 2014). Hal senada juga
ditentukan orang lain), kekayaan dan disampaikan oleh Seneca yang juga
lainnya adalah tidak rasional merupakan salah satu tokoh Stoisisme.
(Manampiring, 2019). Seneca di dalam karyanya yang
Jika dikaji dalam ajaran agama berjudul Letters from a Stoic
Hindu, sejalan dengan ajaran Stoisisme menjelaskan bahwa kita memiliki
bahwa sumber kebahagiaan yang sejati kebiasaan membesar-besarkan
justru “ada di dalam” diri manusia. Dan kesedihan. Kita tercabik diantara hal-
manusia hanya dapat mengendalikan hal masa kini dan hal-hal yang baru
dirinya sendiri, bukan orang lain. akan terjadi. Pikirkan apakah sudah ada
Aryadharma di dalam bukunya bukti yang pasti mengenai kesusahan
AYU VERONIKA SOMAWATI 83
masa depan. Karena sering kali kita terhadap hawa nafsu-hawa nafsu yang
lebih disusahkan kekhawatiran kita mempengaruhinya. Pikiranlah yang
sendiri (Manampiring, 2019). Di mata merupakan pangkalnya perbuatan. Dari
Stoisisme, pikiran-pikiran pikiran yang terkendali baik, akan
menginginkan alternative dari situasi menimbulkan perbuatan yang baik dan
hidup kita sekarang adalah tirani. Setiap dari pemikiran yang buruk akan
detik kita menginginkan sedang berada menimbulkan perbuatan yang tidak
di tempat lain, situasi lain dan segala baik (Somawati & Made, 2019). Oleh
wishful thinking lainnya, maka kita karena itu, mengendalikan pikiran serta
telah dirampok dari kesempatan untuk tidak terbelenggu olehnya merupakan
menikmati dan mensyukuri masa kini, hal yang harus dilakukan. Ditambahkan
detik ini (Manampiring, 2019). pula bahwa by controlling our
Berdasarkan hal tersebut, dapat perception, the Stoic tell us, we can find
dipahami bahwa ajaran Stoisisme mental clarity. In the directing our
menekankan pada peranan pikiran actions properly and justly, we’ll be
dalam menentukan kualitas hidup effective. In utilizing and aligning our
manusia. Untuk menjadi manusia yang will, we will find the wisdom and
tangguh, hal pertama dan mendasar perspective to deal with anything the
yang perlu diperhatikan adalah world puts before us. It was their belief
bagaimana manusia itu berpikir. Hal ini that by strengthening themselves and
senada dengan ajaran agama Hindu. their fellow citizens in these disciplines,
Seperti yang termuat di dalam kitab suci they could cultivate resilience, purpose
agama Hindu Sarasamuccaya 79 yang and even joy (Holiday & Hanselman,
berbunyi : 2016).
Manasā nicayam krtva tato vaca Hal selanjutnya yang perlu
vidhiyate, kriyate diperhatikan untuk membentuk karakter
Karmanā paṣcāt pradhānam vai manusia tangguh adalah dengan
manastatah
menjalankan prinsip hidup bijak.
Artinya :
Maka kesimpulannya, Menurut filsuf-filsuf Stoa, makna
pikiranlah yang merupakan keberadaan manusia terdapat dalam
unsur yang menentukan; jika “kehidupan rasional” dan dengan
penentuan perasaan hati telah menjalankan kehidupan rasional inilah
terjadi, maka mulailah orang ia akan menjadi seorang “bijak”,
berkata, atau melakukan kemungkinan tertinggi manusia. Orang
perbuatan; oleh karena itu
bijak secara tangguh dipimpin oleh
pikiranlah yang menjadi pokok
sumbernya (Kajeng & Dkk, rasio, tidak menerima ide-ide yang
1999). salah, dan tidak membiarkan dirinya
terharu oleh rasa kasihan atau
Kehidupan setiap manusia kesedihan. Ia berani, adil dan baik.
dihadapkan dengan berbagai masalah Kebijaksanaan dianggapnya keutamaan
dalam kesempatan hidupnya. Masalah- yang mencukupi untuk kebahagiaannya
masalah itu akan bisa dihadapi, bila hati (autarkeia). Kemujuran dan
atau pikiran dapat dikendalikan kemiskinan takkan pernah
menggoncangkan dia karena dengan
AYU VERONIKA SOMAWATI 84
teguh ia tetap tinggal orang yang sama “warga dunia”. Dengan demikian,
(ataraxia). Yang bijak adalah satu- disini lahirlah universalisme Yunani,
satunya orang yang bebas dan takluk oikumenȇ yang mencakup semua
pada Tuhan (Weij, 2017). Kutipan manusia (Weij, 2017). Hal ini sejalan
tersebut menunjukkan bahwa dalam dengan konsep di dalam ajaran agama
ajaran Stoisisme, orang yang bijak Hindu yakni Vasudhaiva Kutumbakam
adalah orang berasio, teguh dan tidak yang memiliki arti bahwa seluruh dunia
tergoncangkan (ataraxia). Hal ini adalah sebuah keluarga. Baik ajaran
sejalan dengan ajaran agama Hindu Stoisisme maupun ajaran agama Hindu
yang memuat bahwa orang yang bijak mengingatkan manusia untuk tidak
adalah orang yang sudah tidak terikat melupakan kodratnya yaitu sebagai
lagi pada sensasi-sensasi, tetapi sudah bagian dari alam semesta dan
melampaui hal tersebut, sudah dapat masyarakat itu sendiri. Selain itu, untuk
menerima dengan sama baik suka mewujudkan tujuan hidup manusia dan
maupun duka. Seperti yang termuat di tujuan hidup bersama, tentu dibutuhkan
dalam kitab suci agama Hindu sebagai suatu kerjasama dan hubungan yang
berikut: harmonis antara manusia dengan alam
yaṁ hi na vyathayanty ete disekitarnya. Termuat pula di dalam
puruṣhaṁ puruṣharṣhabha kutipan berikut : it’s clear that the
sama-duḥkha-sukhaṁ dhīraṁ perfection of reason not only included
so ’mṛitatvāya kalpate
rational, but also social actions in the
(Bhagavad-
gītā 2.15) form of duties to our fellow men, such
Terjemahan : as honouring our parents, being
Wahai Arjuna, yang terbaik agreeable to our friends, and being
diantara manusia, mereka yang interested in the wellbeing of mankind.
dapat menerima sama antara As rational and social creatures, we
suka dan duka, yang tabah dan should thereforeapply reason and
tidak tergoyahkan oleh semua
express our highest selves to three main
ini, mereka sesungguhnya
memenuhi syarat untuk areas of life :
mencapai pembebasan dari - Our own mind : as human
kesengsaraan (Darmayasa, beings with the ability of
2013).
reasonable thinking, we
Jika dilihat sepintas, etika Stoa should considered our
nampaknya sangat individualistis,
actionas rasionally and
namun dalam lingkungan mereka
timbul juga kesadaran akan wisely, and all times try to be
persaudaraan manusia. Mereka mulai the best we can be
menyadari bahwa segala sesuatu di
- With other people : as social
dunia ini bertautan dalam Tuhan,
semacam solidaritas kosmis. beings who naturally care
Kebanggaan atas kota asalnya dan for each other, we should try
kebangsaannya mereka anggap terlalu
to live harmoniously with
sempit. Seharusnya kita merasakan diri

AYU VERONIKA SOMAWATI 85


others and contribute to the Berpengaruh di Dunia. Yogyakarta:
Penerbit Indoliterasi.
wellbeing of mankind.
Bertens, K., Ohoitimur, J., & Dua, M.
- In the universe : as citizens
(2018). Pengantar Filsafat.
of the vast cosmos, we Yogyakarta: Kanisius.
should try to live Darmayasa. (2013). Bhagavad Gita.
harmoniously with nature, Denpasar: Yayasan Dharma
Sthapanam.
calmly accept events that
Fromm, E. (2018). Seni Mencintai.
happen to us, and try to Yogyakarta: Basabasi.
respond wisely (Salzgeber, Holiday, R., & Hanselman, S. (2016). The
2019). Daily Stoic 366 Meditations on
Wisdom, Perseverance and The Art
of Living. New York: Penguin
IV. PENUTUP Random House LLC.
Ajaran Stoisisme dan ajaran Agama Kajeng, I. N., & Dkk. (1999).
Hindu memang sangat relevan untuk Sarasamuccaya. Surabaya:
diimplementasikan kapanpun dan Paramita.
dimanapun, walaupun disadari bahwa Manampiring, H. (2019). Filosofi Teras
munculnya kedua ajaran ini tidaklah Filsafat Yunani-Romawi Kuno
bersamaan. Munculnya ajaran agama Hindu Untuk Mental Tangguh Masa Kini.
Jakarta: PT Kompas Media
jauh lebih dahulu apabila dibandingkan
Nusantara.
dengan kemunculan mazhab Stoisisme.
Kedua ajaran ini menuntun manusia Maswinara, I. W. (1999). Bhagavad Gita.
khususnya manusia Hindu untuk bertindak Surabaya: Paramita.
bijaksana guna mewujudkan tujuan Salzgeber, J. (2019). The Little Book of
hidupnya melalui ajaran-ajaran pembentuk Stoicism Timeless Wisdom to Gain
karakter yang tangguh. Dengan karakter Resilience, Confidence and
yang tangguh, maka manusia Hindu akan Calmness.
mampu hidup dengan optimis, penuh Somawati, A. V., & Made, Y. A. (2019).
semangat serta tidak melupakan jati dirinya Desa Pakraman: Wadah
sebagai bagian dari persaudaraan kosmis. Pembelajaran Masyarakat. Widya
Katambung Vol 10 No 2, 23-38.
Somawati, A. V., & Made, Y. A. (2019).
Implementasi Ajaran Tri Kaya
Parisudha dalam Membangun
Karakter Generasi Muda Hindu di
DAFTAR PUSTAKA Era Digital. Jurnal Pasupati, Vol 6
Aryadharma, N. K. (2019). Vedānta dan No 1, 1-22.
Metode Pemahaman Filsafat Hindu.
Surabaya: Paramita. Somawati, A. V., & Made, Y. A. (2020).
Manusia Menurut Plato dalam
Asnawi, A. (2014). Sejarah Para Filsuf Perspektif Vedanta. Sanjiwani:
Dunia 90 Pemikir Terhebat Paling Jurnal Filsafat Vol 11 No 1, 82-92.

AYU VERONIKA SOMAWATI 86


Weij, P. V. (2017). Filsuf-Filsuf Besar
Tentang Manusia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

AYU VERONIKA SOMAWATI 87

Anda mungkin juga menyukai