Abstract
This article discusses the relationship of God and man in view of Hinduism. The paradigm used in this reflection is
the Plato's metaphysics about relatinships pattern of Idea and reality. View of Hinduism, Brahman is the highest
Idea that must be addressed by all human beings. To make it easier to understand God or Brahman, in Hinduism
there is the understanding that God manifests itself in various forms of gods and goddesses. Man in view of
Hinduism, has same elements with the universe as the manifestation of God, then to recognize God, man can also
through the understanding of human identity that is Atman. Hinduism teaches various ways or methods to serve and
understand God, including of it: bhakti yoga, karma yoga, jnana yoga and raja yoga. In this life, humans are
bounded by responsibility. If it‟s actions or works are good, so humans will find good result, but if the evil that is
done, then humans will get karma. Karma is what prevented him to merge with Brahman / Atman, so that human life
will undergo a series or sequence of rebirth, even in the form of lower called samsara. To break this samsara, people
should stay away from the mirage of life, do the good, and be aware or understand of their identity that blends with
nature is that while blending with the Almighty or moksha.
Keywords:
Hinduism, Brahman, Atman, karma, samsara and moksha.
__________________________
Abstrak
Artikel ini membahas hubungan Tuhan dan manusia dalam pandangan Hinduisme. Paradigma yang dipakai dalam
refleksi ini adalah metafisika Plato yaitu pola hubungan dunia Idea dan realita. Pandangan Hinduisme, Brahman
adalah Idea tertinggi yang harus dituju oleh semua manusia. Untuk memudahkannya memahami Tuhan atau
Brahman, dalam Hinduisme terdapat pemahaman bahwa Tuhan menampakkan diri dalam beragam bentuk dewa -
dewa dan dewi-dewi. Manusia dalam pandangan Hinduisme, memiliki unsur-unsur yang sama dengan alam raya ini
yang sekaligus sebagai manifestasi Tuhan, maka untuk mengenali Tuhan, manusia juga bisa memahami-Nya melalui
pengenalan tentang jati Diri manusia yaitu Atman. Hinduisme mengajarkan berbagai jalan atau metode untuk
berbakti dan memahami Tuhan, diantaranya: bhakti yoga, karma yoga, jnana yoga, dan raja yoga. Dalam kehidupan
ini, manusia terikat oleh tanggung jawab. Apabila tindakannya baik, maka kebaikan pula yang akan didapatkan,
tetapi apabila keburukan yang dilakukan, maka manusia akan mendapatkan karma. Karma inilah yang
menghalanginya untuk menyatu dengan Brahman/Atman, sehingga manusia akan menjalani rentetan hidup atau
rentetan kelahiran kembali, bahkan dalam bentuk yang lebih rendah yang disebut dengan samsara. Untuk memutus
samsara ini, manusia harus menjauhi fatamorgana kehidupan dengan berbuat baik dan menyadari jati Dirinya yang
menyatu dengan alam ini yang sekaligus menyatu dengan Yang Maha Kuasa atau moksha.
Kata Kunci:
Hinduisme, Brahman, Atman, karma, samsara, dan moksha.
__________________________
1 2
Filsafat Timur, Bagus Takwin,Sebuah Pengantar James S. Custsinger, Path of Return, Lectures on
ke Pemikiran-pemikiran Timur, (Yogyakarta: Jalasutra, the World’s Religions (University of South Carolina:
2009), 24-33. tt), 23.
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
yang terkandung di dalam pertanyaan atau bisa harus dijadikan standar dan acuan bagi semua
saja dalam bentuk pernyataan3 . kegiatan yang memiliki keterkaitan dengan
Sebagai prinsip dasar, ia memiliki dimen- pandangan hidup, baik dunia maupun lokal
si metafisis yang tentunya tetap terbuka (Hindu).
untuk berbagai pertanyaan mendasar dan Cakrawala Hinduisme adalah sebuah cakra-
fundamental. Hal ini bermakna, Hinduisme wala keuniversalan, yaitu, suatu cakrawala
tidak memiliki batasan yang nyata, sehingga yang berlaku dan menyentuh semua as-
akan melahirkan berbagi dimensi atau skup pek/bidang (universe).6 kehidupan sebagai
yang dihasilkan oleh dialog yang tidak acuan dan tujuan dalam hidup, oleh karena
berkeputusan dari berbagai subjek yang itulah cakrawala pandangan hidup yang uni-
mengamati dan menganalisanya, yakni; subjek versal tersebut dijadikan titik tujuan pada
1, subjek 2, subjek 3, dan seterusnya. refleksi kali ini.
Untuk itu, penulis sebagai salah satu subjek,
terinspirasi oleh pandangan Plato mengenai B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Idea dan hubungnnya dengan realitas secara 1. Idea Plato
keseluruhan. Tradisi Platonik merupakan tra- Intisari dari filsafat Plato ialah pen-
disi metafisis pertama di Barat, bahkan dapatnya tentang Idea. Paham tentang Idea
sampai sekarang banyak dari para filosof ini selalu berkembang. Bermula Idea itu
yang metafisisanya memiliki corak dan arah dikembangkannya sebagai teori logika,
yang hampir sama dengan taradisi Platonik. 4 kemudian meluas menjadi pandangan
Hal penting dari konsep metafisika Plato hidup, menjadi dasar umum bagi ilmu, poli-
adalah bagaimana menjadikan segala se- tik, sosial, dan mencakup pandangan agama.
suatu yang dihadapi ataupun yang dikerjakan Bagi Plato, Idea adalah bentuk yang abadi
menuju cita-cita puncak yang lebih baik, lebih yang wujudnya adalah dalam alam lain. Idea
sempura, dan lebih berkualitas dari kondisi kita tentang dunia ini hanya merupakan copy
yang sedang dihadapi dan diterima sekarang, dari bermacam-macam derajat kebenaran dari
sehingga memunculkan atau menghasilkan Idea yang abadi.7 Ia percaya kepada eksi-
suatu bentuk yang lebih meninggi. Proses stensi idea-idea, idea yang terbesar dan
untuk menuju ke arah puncak tersebut me- tertinggi ialah kebaikan 'Yang Baik'. Sistem
merlukan waktu yang panjang, berke- idea ini banyak mengilhami para pemikir
sinambungan, dan memerlukan prog- sesudahnya yang pendekatannya dititikberat-
resivitas dari setiap individu untuk terus kan pada intuisi dan subjektif.8
mengarahkan diri dan jiwanya ke arah cita-cita
tersebut. menyebutkan jumlah dewa itu 333 jt menjadi 33,
Hinduisme5 kali ini ditempatkan pada menjadi 6, menjadi 3, menjadi 2, menjadi 1 ½, menjadi
1. Kemudian si murid bertanya lagi, lalu yang 333 jt itu
posisi dunia Idea atau realitas tertinggi yang siapa? Sang guru menjawab: “these are only various
powers”, dan berujung pada Rajadewa, Brahman (the
3 ultimate One). (James S. Cutsinger, 36). Lihat juga
Frederick Sontang, terj. Pengantar Huston Smith, terj. Agama-agama Manusia, (Jakarta:
Metafisik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Obor, 2008), 51.
2002), 1. 6
4
John Echols dan Hasan Shadly, Kamus
Frederick Sontang, terj. Pengantar Metafisik , 5. Inggris Indonesia (An English-Indonesian
5
Filsafat Hindu yang berasal dari agama Hindu juga
disebut Hinduisme atau Sanatha Dharma, yang berarti
Dictionary), (Jakarta: Gramedia, 1995), 618.
7
“kebajikan abadi” adalah sebuah nama yang menaungi Titus, Smith, Nolan, ter. Persoalan-
berbagai agama dan sub agama di India. Semuanya Persoalan Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang,
memiliki akar tradisi dan dasar religiusitas yang sama. 1984), 80.
Hinduisme memiliki kepercayaan kepada dewa-dewa 8
Samuel Norah Kamer, terj., Abad
hingga 330 juta dalam satu agama. Semuanya itu
merupakan manifestasi dari Rajadewa, Brahman.
Besar Manusia, Sejarah Kehudayaan
(Bagus Takwin, 38). Dalam dialog yang terjadi antara Dunia, Tempat Lahir Peradaban, (Jakarta:
Vidagdha Shakalya dan gurunya Yajnavalkya Tiara Pustaka, 1985), 85.
Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122 111
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
Tujuan dari metode Plato ialah membuka empiris dalam ilmu alam.12 Sebagai contoh,
pemahaman tentang hakekat yang tak teru- bagaimana menerangkan keindahan dalam
bahkan, seperti ada dalam masing-masing sebuah benda yang indah? Sebagai jawaban,
hal/benda/manusia.9 Dia mengemukakan diajukan "hipotesa" bahwa benda itu
bahwa terdapat aspek perubahan yang kon- mengambil bagian (berpartisipasi) pada
13
stan di dalam pengalaman kita yang mem- "yang- indah" sendiri.
buat pengalaman sedemikian sulit untuk Kemudian hipotesa itu harus diperikasa ke
menerima nilai secara langsung dan sede- 'bawah'. Andaikata diterima hipotesa itu,
mikian banyak orang yang tidak sepen- apakah mungkin penerapan 'dalil‟ secara
dapat. Plato yakin bahwa perubahan itu tidak umum itu menghasilkan pertentangan dal-
dapat dimengerti sebagaimana adanya, sebuah am kenyataan? Andaikata ditolak, lalu
acuan kepada prinsip lain diperlukan jika kita bagaimana akibatnya dalam kenyataan?
harus memahaminya dan menetapkan keti- Jadi, seakan-akan hipotesa diverifikasi.
daksepakatan kita mengenai hal itu. Ia Misalnya berhubungan dengan partisipasi
mengatakan bahwa, pengertian tentang dunia akan idea-idea, apakah suatu barang
ini tidak terletak dalam dunia ini. mungkin sekaligus indah dan jelek? Apakah
Pengertian real memerlukan acuan kepada jiwa dapat sekaligus diikat dengan “hidup”
sebuah orde yang jenisnya berbeda secara dan juga dapat menerima “kematian”?
mendasar dengan dunia alam kita. Orde ini Setelah ditetapkan bahwa satu benda menurut
tersusun dari Bentuk (Idea) yang tidak berubah salah satu sifat hanya dapat berpartisipasi
dan nirwaktu yang merupakan arketip (model) akan satu idea saja, maka hipotesa
bagi setiap objek dan konsep dalam dunia dibenarkan, dan dapat ditarik kesimpulan.
indera.10 Oleh karena jiwa mustahil tidak diikat
Untuk menuju pada suatu tujuan yang dengan „hidup‟, maka sekali-kali tidak akan
paling puncak, Plato mengajukan metode mati dan jiwa menghidupkan badan.
dialog, baginya dialog ialah metode filosofis Jikalau dibenarkan dari 'bawah', hipotesa
paling utama dan merupakan seni juga harus dibenarkan ke 'atas'. Hipotesa itu
manusiawi paling tinggi. Maka ia sendiri harus diberikan keterangan, dengan
mempertahankan dialektika sebagai keahlian hipotesa lebih tinggi, dan masing-masing
mengajukan pertanyaan dan memberikan hipotesa lebih tinggi tersebut diperiksa ke
jawaban.11 Pertanyaanya di sini adalah, apakah hipotesa lebih tinggi lagi seperti di atas.
dialog harus memerlukan teman atau Dalam proses itu kejelasan hipotesa lebih
lawan bicara? Kalau seperti itu, bagaimana tinggi entah membenarkan atau pula dapat
dengan sebuah teks atau “isme” (Hindu) yang 'menghancurkan' hipotesa lebih rendah.
tak bisa berbicara? Untuk itu, perlu Akhirnya ditemukan sebuah asas yang
menelusuri lebih lanjut tentang hipo- menerangkan dan meyakinkan dari dirinya
tesanya Plato untuk sampai pada ajarannya sendiri, yang langsung jelas, maka, kenya-
tentang idea-idea. taan itu tidak (dapat) diterangkan dengan
Hypothesis (bhs. Yunani, hypothesis, mengandaikan hipotesa lebih tinggi lagi,
anggapan, asumsi, fondasi, yang diletakan berada tanpa syarat. Kalau asas itu dicapai,
sebagai aturan tindakan, prinsip) atau sebuah maka semua hal diterangkan dengan "tiada
usulan sementara atau tentatif untuk pen- sisanya".14
jelasan tentang fenomena yang memiliki Dengan demikian, proses yang harus dilalui
beberapa derajat substansi atau probabilitas dalam melakukan refleksi adalah proses
"turun-naik" secara kontinyu sampai akhirnya
12
9
Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat, Yuliani Lupito, Kamus Fiisafaf,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), 33. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 143>
10 13
Frederick Sontang, terj. Pengantar Metafisik , 6. Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat, 34.
11 14
Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat, Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat, 35.
112 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
ditemukan titik asas yang menjadi sebab dan kita bahwa ada yang bersembunyi di bela-
sekaiigus tujuan dalam kehidupan manusia, kangnya. Hanya pikiran yang dapat menang-
maka dunia Idea atau Bentuk di sini, sebagai kap logika yang tepat daripada hubungan
standar acuan yang harus dituju oleh manusia kata-kata itu.16
dalam hidupnya. Di sinilah manusia dituntut Berpikir dan mengalami ialah dua macam
untuk aktif memacu dirinya untuk mendekati jalan yang berbeda untuk memperoleh penge-
Idea/Bentuk tersebut. tahuan. Pengetahuan yang dicapai dengan
Idea itu umum dan berlaku umum, namun berpikir lebih tinggi nilainya dari pengetahuan
Plato juga berpendapat bahwa selain kebe- yang diperoleh dengan pengalaman, maka da-
naran yang umum itu, ada kebenaran yang lam pandangan Plato, rasio tidak puas dengan
khusus, yaitu "kongkretisasi" idea di alam ini. dunia seperti tampak dalam pengalaman lang-
"Kucing di alam Idea berlaku umum, sung; rasio menolak menerima dunia seperti
kebenaran umum; "kucing hitam di rumah adanya. Rasio harus menemukan realitas yang
saya" adalah kucing yang khusus.15 sebenarnya.17 Di sini Plato menganggap unsur
Sebagai gambaran tentang ajaran Plato, bisa rasional manusia adalah esensi suci, atau subs-
dilukiskan dalam contoh berikut ini: kalau tansi, dan harus dibedakan dari badan dimana
kita melihat seekor kuda yang bagus atau akal (jiwa) itu terpenjara.18
seorang perempuan cantik, penglihatan itu Bagaimana hubungan antara pikiran dan
hanya mengingatkan dalam keinsafan kita, pengalaman? Untuk menggambarkanya Plato
pengertian bagus yang sebenarnya tidak melahirkan dua dunia, yaitu; yang kelihatan
seluruhnya tergambar pada kuda yang bagus dan bertubuh, dan dunia yang tidak kelihatan
itu atau perempuan yang cantik. Arti dan tidak bertubuh. Dunia yang bertubuh
bagus yang sebenarnya tidaklah pula gabu- adalah dunia yang lahir, terdiri dari barang-
ngan segala yang bagus yang kelihatan pada barang yang dapat kita lihat dan kita alami,
benda-benda. Terhadap segala yang yang berubah senantiasa menurut waktu dan
dipandang itu, idea merupakan suatu cita-cita, benda. Dunia yang tidak kelihatan dan" tidak
ideal. Bangunan yang tampak dengan pan- bertubuh adalah dunia daripada idea. Dunia
dangan, tidak lain daripada tiruan akan yang immaterial, tetap dan tidak berubah-
gambaran yang tidak sempurna daripada ubah.19
bangunan yang sebenarnya dalam pengertian. Menurut paham Plato idea tidak saja
la serupa tapi tidak sama. pengertian jenis, melainkan juga bentuk dari
Pendapat ini diteruskan oleh Plato ke dalam pada keadaan yang sebenarnya. Idea bukanlah
dunia filsafat bahasa. Kata-kata tidak pernah suatu pikiran, melainkan suatu realita. Pen-
menggambarkan pengertian yang sebenarnya. dapat Plato tentang dunia yang tidak bertubuh
Ambil misalnya pembicaraan antara dua orang. menjadi sesuatu yang baru, ketika ia menye-
Apa sebabnya mereka mengerti? Bagaimana butnya dengan suatu istilah yang disebutnya
pendapat mereka tentang sesuatu pengertian dengan sesuatu yang immaterial atau dunia
bisa serupa atau berbeda? Kata tidak hanya immaterial, yaitu dunia yang tidak bertubuh.
bunyi. Bagaimana kata itu bisa memiliki arti? Dunia yang bertubuh adalah dunia yang dapat
Pendengaran bunyi kata itu tidak hanya diketahui dengan pandangan dan pengalaman.
menentukan maksud kata yang terdengar itu. Dalam dunia itu semuanya bergerak dan ber-
Kata itu hanya mengingatkan. Kata-kata
sebagai bunyi hanya merupakan symbol dari- 16
Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani,
pada sesuatunya yang terletak di belakangnya. (Jakarta: Ul-PressTintamas, 1986), 99.
17
Kata itu hanya mengingatkan dalam keinsafan K. Bertens, Filsafat Barat
Kontemporer Inggris-Jerman, (Jakarta:
Gramedia, 2002), 231.
15 18
Filsafat Umum, Ahmad Tafsir Ak al Titus, Smith, Nolan, ter. Persoalan-
dan Hati Sejak Thales Sampai James, Persoalan Filsafat, 78.
19
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 51. Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 100.
Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122 113
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
ubah senantiasa, tidak ada yang tetap dan menguasai kenyataan-kenyataan dalam
kekal. Dari pandangan dan pengalaman saja dunia yang lahir yang timbul dan lenyap.
tidak akan pernah tercapai pengetahuan dan Dunia inderawi merupakan dunia samaran,
pengertian. Berhadapan dengan dunia itu yang mendapat seluruh artinya dari dunia
terdapat dunia yang tidak bertubuh yaitu idea, idea-idea itu. Tetapi idea yang paling tinggi
yang lebih tinggi tingkatnya dan yang menjadi adalah idea "Yang Baik". Idea Yang Baik"
objek dari pengetahuan pengertian. memberikan arti dan mengada kepada
Apabila arti yang dituju itu memperoleh kenyataan; namun 'Yang Baik' sendiri bukan-
bentuknya yang tepat, ia tidak berubah-ubah lah mengada, tetapi melebihi mengada.22
lagi dan bertempat di dalam „dunia idea. Sebab itu pengetahuan tentang dunia idea
Idea itulah yang melahirkan pengetahuan sangat penting dan harus menjadi tujuan
yang sebenarnya.20 bagi pengetahuan yang sebenamya.
plato mempunyai konsepsi , dunia yang Bagaimana orang memperoleh penge-
bertubuh dan dunia yang tidak betubuh terpi- tahuan tentang dunia itu? Dapatkah idea
sah sama sekali. Ini kelanjutan dari penda- diketahui sebagai hasil dari pada peman-
patnya tentang perbedaan antara pandangan dangan? Menurut Plato tidak, sebab Idea itu
dan pikiran. Pengetahuan dengan artian ha- tempatnya dalam dunia yang lain. Segala
nya mengenal dunia yang ada dan tidak pengetahuan ialah tiruan dari yang sebe-
menjadi. Pengalaman dan pandangan me- narnya yang timbul dalam jiwa sebagai
ngenal dunia yang selalu menjadi. Tetapi ingatan kepada dunia yang asal. Di sini jiwa
dunia yang bertubuh tidaklah semata-mata muncul sebagai "konjungsi" antara dunia yang
berdiri sendiri. Ada hubungannya di mana- bertubuh, dan dunia idea karena melihat
mana dengan dunia yang tidak bertubuh, sesuatunya, teringat oleh jiwa gambaran
dunia idea, yang memberikan makna dan yang asal, yang diketahuinya sebelum turun
tujuan kepada dunia yang lahir. Bagaimana ke dunia. Pandangan hanya alasan untuk ingat
hubungan antara keduanya?. kepada idea. Segala pengertian dengan penge-
Sebagai contoh misalnya: pada pekerjaan rtian adalah ingatan kata Plato. Itulah intisari
membangun. Seorang pembuat barang tem- teori pengetahuannya.23
bikar memadu tanah liat menjadi kendi. Kepa- Dalam masa, waktu jiwa belum terikat
da tanah yang tidak berbentuk itu diberikannya kepada badan manusia, ia sanggup melihat
bentuk mirip dengan kendi. Dari mana diper- Idea itu dari dekat yakni ketika jiwa ber-
olehnya bentuk yang memberikan kesamaan tempat dalam dunia yang tidak bertubuh,
kepada kendi itu? Bentuk itu datang dari luar. dunia idea. Setelah jiwa jatuh ke dunia dan
Hal ini lebih nyata lagi pada suatu macam terikat kepada tubuh, idea itu terkadang timbul
barang yang diperbuat untuk pertama kali. dalam ingatannya. Kalau terpandang barang-
Contoh yang dapat ditiru belum ada kelihatan barang dalam dunia yang lahir ini, teringat
dalam dunia yang lahir ini. Si tukang dapat olehnya idea sebagai bentuk yang asal dari
membuatnya karena bangunan barang baru itu pada barang itu. Segala pengetahuan adalah
tertanam dalam kepalanya sebagai tiruan bentuk daripada ingatan. Mempunyai penge-
daripada bentuk "barang" asal yang berada tahuan yang sebenarnya berarti merebut
dalam dunia yang tidak bertubuh, dunia kembali milik yang asli. Dalam pekerjaan
idea.21 untuk memperoleh pengetahuan dengan
Hubungan antara dunia yang nyata dan pengertian, jiwa bergerak selangkah demi
dunia yang tidak bertubuh pada Plato serupa selangkah ke atas, ke dunia' idea, dunia
dengan hubungan menjadi pada Heraklitos asalnya. Kerinduan jiwa untuk naik ke
dan Adanya pada Parmenides. Idea menjadi atas, ke tempat asalnya adalah suatu gerak
dasar bagi yang ada. Dari dunia atas idea filosofi, gerak Eros, cinta. Cinta pada
20 22
Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, Anton Bakker, Metode-Metode Filsafat, 171.
21 23
Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 102. Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 103.
114 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
pengetahuan, filosofia, menimbulkan tujuan dalam dunia yang tidak bertubuh.25 Demikian
untuk mengetahui. Bahwa jiwa ingat kembali seterusnya tersusun idea berturut-turut dalam
apa yang dahulu diketahuinya dan bahwa ia urutan yang diliputi oleh kesatuan.
merebut kembali apa yang dahulu dimilikinya
adalah tanda yang ia itu hidup selama-lamanya. 2. Theologi Hinduisme
Setiap titik tangga adalah titik pijak untuk a. Konsep Tuhan
tangga yang di atasnya (berikutnya), untuk
menuju Idea tertinggi (seperti matahari, dalam Setiap pemikiran memiliki sifat keradic-
perumpamaan Plato). Idea yang tertinggi alan. Sifat inilah yang menjadikannya masuk
adalah Idea kebaikan, sebagai Tuhan pada wilayah bahasan metafisika, seperti yang
yang membentuk dunia. Plato menyamakannya telah dipaparkan sebelumnya. Dalam agama
dengan matahari yang menyinari semuanya. Hindu, Brahman adalah realitas Ultimate yang
Untuk menjelaskan hakekat tertinggi (Idea) memayungi sekaligus memasuki sendi-sendi
tersebut, Plato mengarang mitos penunggu kehidupan.
goa (the gape man) yang sangat terkenal yang Untuk menuju pada suatu titik tertinggi,
dimuatnya dalam dialog Politeia.24 dalam metode filosofis Plato dibutuhkan tang-
Idea kebaikan tidak hanya sebab ga yang harus dipijak setahap demi setahap
timbulnya tujuan pengetahuan dalam dunia sehingga tercapai pada titik akhir yang tak
yang lahir, tetapi juga sebab tumbuh dan terasumsikan Iagi. Pada tangga inilah terdapat
kembang segala-galanya. Idea kebaikan singgasana Brahman.
adalah pokok, karena itu dunia idea Bagaimana hubungan antara dunia tertinggi
tersusun menurut sistem teologi (teologi ialah (Brahman) dengan realita hidup? Di sini kita
logika yang teratur ke jurusan satu tujuan yang bisa menganalogkannya dengan konsep dunia
sudah ditentukan). Karena yang memancar ideanya Plato. Ketika masyarakat melakukan
dari Idea kebaikan, semuanya tertarik pada- segala aktivitasnya dalam koridor ideologi
nya dan karena itu ia jadi sebab dan tujuan dari agama Hindu, maka, jiwa dari masing-masing
segalanya. Dalam dunia yang asal, ia individu akan menghubungkannya kepada
disebabkan dari adanya pengetahuan. Tetapi dunia tertinggi tersebut melalui idea-idea
sebab itu pada hakekatnya tidak lain daripada yang berada pada setiap tangga sebagai titik
tujuan. pijak menuju Ide tertinggi (Brahman). Jiwa
Dalam sistem hirarki itu, di bawah Idea dengan pengertian pengetahuannya akan
kebaikan berada jiwa dunia sebagi badan sampai pada dunia Brahman. Aktivitas setiap
yang tidak bertubuh masuk ke dunia lalu individu menggerakkan dan mengakibatkan
menggerakkannya. Kemudian idea keindahan jiwa ingat akan yang asal yaitu realitas dan
yang sangat rapat sekali hubungannya dengan nilai tertinggi tersebut.
Idea yang tertinggi. la merupakan suatu bentuk Pembacaan atau penghayatan atas realitas
yang terutama daripada bayangan yang baik tertinggi (Brahman) di dunia yang selalu
dalam dunia yang nyata. Cahaya dari yang berubah, akan menghasilkan multi subjek
indah itulah yang menjadikan jiwa takjub tergantung dari sudut pandang masing-masi-
hendak kembali ke dunia yang asal. Yang ng subjek (dalam agama Hindu, Tuhanpun
indah (idea indah) menjadi penghubung, yang bermanifestasi dalam beragam bentuk untuk
bekerja kuat antara dunia yang tidak kelihatan memudahkan manusia mengenali diriNya).
dan dunia yang lahir. Jiwa yang indah yang Dalam kehidupan ini, jiwa diwarnai oleh
menjelma dalam perbuatan menyeleng- faktor ekternal, artinya corak jiwa sangat
garakan adab, seni dan ilmu, pendidikan dan tergantung dari corak aktivitas manusianya.
usaha politik, akhirnya naik ke atas dalam Dengan demikian, tiap jiwa sebagai peng-
bentuk indah yang murni, ke tempat asalnya hubung memiliki tempat yang berbeda dalam
24
Ahmad Tafsir, Fi l sa fa t Umu m, Ak a l d a n Ha t i
25
S eja k Th a l es S a mp a i James, 49. Muhammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 104.
Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122 115
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
tingkatan idea ketika ia (jiwa) berkorelasi Wisnu aspek Sang Pemelihara (dalam agama
dengan Idea tertinggi. Pada dimensi ini Brah- Islam Allah dari dua aspek ini disebut Robb),
man sebagai Idea tertinggi sekaligus objek dan Siwa adalah aspek pemusnah alam
metafisis, akan selalu menghadirkan dan men- semesta.27 Dalam agama Islam, nama-nama
ciptakan subjek yang berbeda dengan ting- Allah (al-asma` al-husna), juga merupakan
katan posisi yang berbeda pula dalam lambang-lambang dari sifat-sifat Allah untuk
urutan tingkat tergantung sudut pandang dan memudahkan sang hamba mengenal sang
aktivitas subjek. Kholik.
Hal ini tidak bisa dielakkan karena Brah- Di sinilah keadilan akan terjadi seperti
man sebagai Idea tertinggi memiliki dimensi yang dikonsepsikan Plato yaitu keteraturan
metafisis yang tentunya terbuka untuk ber- dan keselarasan bagian-bagian, baik dalam
bagai asumsi dari subjek, dan setiap subjek kelompok sosial, maupun di antara kekuatan-
tentunya memiliki asumsi yang berbeda dari kekuatan jiwa masing-masing orang sesuai
subjek yang lain. Di sinilah akhirnya dialog porsi yang ia hasilkan.28 Maka, porsi yang
akan terjadi antara Brahman dan subjek. dihasilkan oleh setiap individu jelas berbeda
Dialog ini tidak akan pernah berhenti selama dengan individu yang lain (terhadap
manusia atau subjek ada dan berpikir. Jiwa Brahman).
sebagai penghubung akan mengantarkan Ketika ummat Hindu menjadikan Brahman
manusia sampai sejauh mana interaksinya sebagai tujuan hidup yang dijadikan objek
dengan Brahman. Di sinilah akan nampak dialog, maka yang terjadi kemudian adalah
bahwa interaksi manusia yang satu dengan Brahman memiliki progresivitas atau daya
yang lain tidak semuanya sama, maka, perkembangan yang terus menerus selama
pengertiannya tentang Brahman akan berbeda. proses dialog terjadi antara subjek (umat
Adanya pengamatan yang dilakukan oleh Hindu) dan Brahman sebagai objek. Proses
subjek pertama terhadap Brahman, melahirkan dialogis yang terjadi, menjadikan Brahman
subjek dalam bentuk lain dari dirinya, begitu seolah mahluk hidup (dewa-dewa dan dewi-
seterusnya selama pengamatan terhadap asumsi dewi dalam berbagai bentuk), melingkupi
dasar tersebut (Brahman) berlangsung. Begitu kehidupan sekaligus memantau jalannya
pula dengan kedua, atau Subjek ketiga, dan realita atau tingkah laku yang berada di
antara s. 1, s.2, dan s.3 tentunya tidak akan bawah sorotannya. Pemeriksaan ini akan
persis sama, karena masing-masing subjek terus berlangsung dari titik yang tertinggi ke
memiliki interaksi yang berbeda. realita yang ada dan juga sebaliknya.
Dalam agama Hindu, istilah Yang Maha b. Konsep Manusia
Kuasa adalah Brahman. Adapun dewa-dewa Selain proses dalam bentuk di atas yakni
dan dewi-dewi adalah cerminan dari sifat-sifat dari Tuhan ke manusia (top-down), yang
Yang Maha Kuasa tadi. Tuhan bisa berwujud terpenting juga di sini adalah pemeriksaan dari
ikan, babi, matahari, bulan atau benda-benda bawah ke atas dalam bentuk analisa, harus
angkasa seperti planet, dan juga dalam bentuk terus berjaian. Penyesuaian realita yang ada
manusia atau bentuk spiritual sseperti Wisnu (manusia) dengan tujuan tertinggi (Yang
dalam empat bentuk.26 Konsep satu Tuhan Maha Kuasa) harus selalu dibangun dan
dalam banyak perwujudan ini adalah untuk dihidupkan. Proses ini akan membawa
memudahkan manusia untuk memahami Yang realita pada tahap yang lebih berkualitas
Maha Kuasa (Brahman). Termasuk konsep atau pada titik yang dicita-citakan. Ketika
trimurti (Brahma, Wisnu, dan Siwa) bukanlah
27
tiga aspek yang berbeda dan berdiri sendiri, Bagus Takwin, 52.
28
tapi tiga aspek yang berbeda dari Yang Maha Franz Magnis Suseno, 13 Model
Esa. Brahma mewakili aspek Maha Pencipta, Pendek atan Etik a, Bunga Rampai Teks-
Teks Etika dari Plato Sampai Dengan
26
Bagus Takwin, Filsafat Timur, Sebuah Pengantar Nietzsche, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), 31.
ke Pemikiran-pemikiran Timur, 51.
116 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122 117
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
118 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
kesejahteraan semua makhluk hidup, akan halus lagi daripada pikiran; dan Dia (sang roh)
mencapai kedamaian dari penderitaan lebih halus lagi daripada kecerdasan.
kesengsaraan material. Bhagavad-gita 5.9
Bhagavad-gita 16.1 Walaupun orang yang sadar secara rohani
Tidak mencelakakan yang lainnya, sibuk dapat melihat, mendengar, meraba,
kejujuran, jauh dari rasa amarah, penyerahan mencium, makan, bergerak ke sana ke mari,
total hasil dari tindakan-tindakannya, kedamai- tidur dan tarik nafas, dia selalu menyadari di
an, tidak mencari-cari kesalahan, rasa sayang dalam hatinya bahwa sesungguhnya dia sama
terhadap semua makhluk hidup, keseder- sekali tidak berbuat apa-apa. Ia mengetahui
hanaan, jauh dari rasa ketidak setiaan. bahwa berbicara, membuang hajat, menerima
Bhagavad-gita 17.25 sesuatu, membuka atau memejamkan mata, ia
Tanpa menginginkan hasil atau pahala, selalu mengetahui bahwa hanyalah indria-
hendaknya seseorang melakukan berbagai indria material yang sibuk dengan obyek-
jenis korban suci, pertapaan dan kederma- obyeknya dan bahwa dirinya (Atman)
wanan dengan kata „tat‟ (Om Tat Sat). menyisih dari indria-indria material tersebut.
Tujuan kegiatan rohani tersebut ialah untuk Bhagavad-gita 13.30
mencapai pembebasan dari ikatan material. Orang yang dapat melihat bahwa segala
Bhagavad-gita 9.27 kegiatan dilaksanakan oleh badan, yang
Apapun yang engkau lakukan, apapun yang diciptakan oleh alam material, dan melihat
engkau makan, apapun yang engkau persem- bahwa sang diri (Atman) tidak melakukan apa
bahkan atau berikan sebagai sumbangan serta pun, melihat dengan sebenarnya.
pertapaan dan apapun yang engkau lakukan- Meditasi (Raja Yoga)
lakukanlah kegiatan itu sebagai persembahan Dalam masyarakat muslim, istilah ini
kepada-Ku, wahai putera Kunti. sangat popular dengan sebutan khalwat
Pengetahuan, Kebijaksanaan (Jnana Yoga) (pengosongan fikiran) yang bergeanologi dari
Ilmu pengetahuan sebagai landasan untuk praktek khulwat Nabi di Gua Hiro dan
mengabdi kepada Tuhan dengannya mampu mendapatkan wahyu.
membedakan yang baik dan yang benar begitu Bhagavad-gita 6.2
juga sebaliknya (pengetahuan sebagai alat Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa
keimanan). Pengetahuan yang paling baik yang disebut melepaskan ikatan sama dengan
adalah ketika akal budi mampu membedakan yoga atau mengadakan hubungan antara diri
antara yang hakiki-abadi dan semu-sementara kita dengan Yang Mahakuasa, wahai putera
sampai penyatuan dengan yang Maha Kuasa. Pandu, sebab seseorang tidak akan pernah
Bhagavad-gita 2.15 dapat menjadi yogi kecuali ia melepaskan
Wahai manusia yang paling baik (Arjuna), keinginan untuk memuaskan indria-indria.
orang yang tidak goyah karena suka ataupun Bhagavad-gita 6.25
duka dan mantap dalam kedua keadaan itu Berangsur-angsur, selangkah demi
pasti memenuhi syarat untuk mencapai selangkah, seseorang harus mantap dalam
pembebasan. semadi dengan menggunakan kecerdasan yang
Bhagavad-gita 2.48 diperkokoh oleh keyakinan penuh, dan dengan
Wahai Arjuna, lakukanlah kewajibanmu demikian pikiran harus dipusatkan hanya
dengan sikap seimbang, lepaskanlah segala kepada sang diri (Atman / Brahman) dan tidak
ikatan terhadap sukses maupun kegagalan. memikirkan sesuatu selain itu.
Sikap seimbang seperti itu disebut yoga. Bhagavad-gita 6.26
Bhagavad-gita 3.42 Dari manapun pikiran mengembara karena
Indria-indria yang bekerja lebih halus sifatnya yang berkedip-kedip dan tidak man-
daripada alam yang bersifat mati. Pikiran lebih tap, seseorang dengan pasti harus menarik
halus daripada indria-indria; kecerdasan lebih pikirannya dan membawanya kembali di
bawah pengendalian sang diri.
Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122 119
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
120 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
38
James S. Cutsinger, 57-59.
39
Bagus Takwin, Filsafat Timur, Sebuah Pengantar
ke Pemikiran-pemikiran Timur, 70.
40
Bagus Takwin, 59.
Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122 121
Muliadi Relasi Tuhan Dan Manusia (Refleksi Platonis atas
Hinduisme)
DAFTAR PUSTAKA
Bakker, Anton, Ontofogi Metafisika Smith, Huston, Agama-agama Manusia,
Umum, Filsafat Pengada dan Jakarta: Obor, 2008.
Dasar-Dasar Kenyataan, Yogyakarta: Sontang, Frederick, Pengantar Metafisika,
Kanisius, 2002. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Bakker, Anton, Metode-Metode Filsafat, Suseno, Franz Magnis, 13 Model
Jakarta Ghalia: Indonesia, 1984. Pendek atan Etik a, Bunga Rampai
Bertens, K, Filsafat Barat Kontemporer Teks-Teks Etika dari Plato Sampai
Inggris-Jerman, Jakarta: Gramedia, Dengan Nietzsche, Yogyakarta:
2002. Kanisius, 1998.
Custinger, James S. Custsinger, Path of Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Ak al
Return, Lectures on the World’s dan Hati Sejak Thales Sampai
Religions University of South Carolina: James, Bandung: Remaja Rosdakarya,
tt. 1999.
Echols, John dan Shadly, Hasan, 1995, Takwin, Bagus, Filsafat Timur, Sebuah
Kamus Inggris Indonesia (An English- Pengantar ke Pemikiran-Pemikiran
Indonesian Dictionary), Gramedia, Timur, Yogyakarta: Jalasutra, 2009.
Jakarta. Titus, Smith, Nolan, Persoalan-
Hatta, Mohammad, Alam Pikiran Yunani, Persoalan Filsafat, terjemah, Jakarta:
Jakarta: Ul-Press Tintamas, 1986. Bulan Bintang, 1984.
Kamer, Samuel Norah, Ahad Besar Internet:
Manusia, Sejarah Kehudayaan tn, “Ajaran Tentang Agama Hindu”,
Dunia, Tempat Lahir Peradaban, http://agamahindu9.wordpress.com/201
Jakarta: Tiara Pustaka, 1985. 2/06/25/inti-ajaran-agama-hindu-pokok-
Lupito, Yuliani (Koordinator Tim pokok-prinsip-ajaran-agama- hindu/.
Penulis), Kamus Fiisafaf, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1995.
122 Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya 1, 2 (Maret 2017): 110-122