Anda di halaman 1dari 11

F.7.5.

1/KUR/14
REV A/0 TGL 2 JAN 2012

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


RPP 3

Sekolah : SMK Negeri Jumo


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : X/ II (Dua)
Materi Pembelajaran : Kitab Suci Tripitaka
Alokasi Waktu : 3 x Pertemuan (9 JP)

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.


KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. 1.1. Menghayati Triratna sebagai 1.1.1 Menunjukkan sikap sesuai ajaran
pelindung dalam Tripitaka
2. 2.2 Menghayati makna berlindung 2.2.1 Menunjukkan sikap jujur,
kepada Triratna dan cara disiplin, tanggung jawab pada
merealisasikannya dalam kehidupan proses pembelajaran
sehari-hari
3. 3.3 Mendeskripsikan sejarah penulisan, 3.3.1 Menjelaskan pengertian
ruang lingkup dan intisariTripitaka Tripitaka
3.3.2 Menjelaskan awal mula
penulisan Tripitaka
3.3.3 Menjelaskan Sidang Sangha 1
3.3.4 Menjelaskan Sidang Sangha 2
3.3.5 Menjelaskan Sidang Sangha 3
3.3.6 Menjelaskan Sidang Sangha 4
3.3.7 Menjelaskan Sidang Sangha 5
3.3.8 Menjelaskan Sidang Sangha 6
4. 4.4 Membuat peta konsep tentang 4.4.1 Menceritakan sejarah penulisan
Tripitaka Tripitaka

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan peserta didik mampu :
1. Menunjukkan sikap sesuai ajaran dalam Tripitaka
2. Menunjukkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab pada proses pembelajaran
3. Menjelaskan pengertian Tripitaka
4. Menjelaskan awal mula penulisan Tripitaka
5. Menjelaskan Sidang Sangha 1
6. Menjelaskan Sidang Sangha 2
7. Menjelaskan Sidang Sangha 3
8. Menjelaskan Sidang Sangha 4
9. Menjelaskan Sidang Sangha 5
10. Menjelaskan Sidang Sangha 6
11. Menceritakan sejarah penulisan Tripitaka

D. Deskripsi Materi Pembelajaran

PENGERTIA TRI PITAKA


Tri Pitaka berasal dari kata tri yang artinya tiga, dan pitaka yang berarti
kelompok. Jadi tri pitaka artinya tiga kelompok (vinaya pitaka, sutta pitaka dan
abhidhamma pitaka). Pada mulanya ajaran buddha diwariskan secara lisan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Satu abad kemudian terdapat sekelompok bhikku yang
berniat mengubah vinaya. Menghadapi hal ini, para bhikku yang ingin mempertahankan
dharma dan vinaya mengadakan sidang sangha.

SIDANG SANGHA (KONSILI)


Setelah Buddha Parinibbana (543 SM), tiga bulan kemudian atas prakarsa Y.A Maha
Kassapa Thera diadakan Sidang Agung Sangha (Sangha Samaya). dengan alasan untuk
menyatukan ajaran Buddha yang tersebar di seluruh Jambudipa. sidang sangha ini
dilatarbelakangi juga oleh ucapan Bhikkhu Subaddha yang dipandang dapat memecah belah
keutuhan ajaran. Dalam kitab Cullavaga disebutkan bahwa bikkhu subadha mengatakan
"jangan bersedih kawan-kawan, janganlah meratap, sekarang kita terbebas dari pertapa
Agung yang tidak akan lagi memberitahu kita apa yang sesuai dilakukan dan apa yang tidak,
yang membuathidupkita menderita; tetapi sekarang kita dapat berbuat apa yang kita senangi
dan tidak berbuat apa yang tidak kita senangi" setelah melalui beberapa pertimbangan maka
tercapailah kesepakatan untuk mengadakan sidang sangha.

SIDANG AGUNG I (Konsili I)


Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung selama 2 bulan
Dipimpin oleh YA.Maha Kassapa dan dihadiri oleh 500 orang Bhikkhu yang semuanya
Arahat.
Sidang diadakan di Goa Satapani di kota Rajagaha.
Sponsor sidang agung ini adalah Raja Ajatasatu.
Tujuan Sidang:
Menghimpun Ajaran Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang berlainan, di
tempat yang berlainan dan dalam waktu yang berlainan.
Mengulang Dhamma dan Vinaya agar Ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat,
melebihi ajaran-ajaran lainnya. Y.A. Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda
mengulang Dhamma.
Kesimpulan/Hasil Konsili I:
Sangha tidak akan menetapkan hal-hal mana yang perlu dihapus dan hal-hal mana yang
harus dilaksanakan, juga tidak akan menambah apa-apa yang telah ada.(menetapkan
vinaya)
Mengadili Y.A. Ananda karena :
Tidak memohon agar Sang Buddha hidup selama satu Kalpa
Mengijinkan/Mengusulkan kepada Buddha agar wanita bisa masuk ke dalam sangha
Tidak menanyakan 10 vinaya kecil yang boleh dihapus
Mengijinkan Umat awam untuk menghormat lebih dulu kepada jenazah Sang
Buddha
Memberikan hukuman brahmadanda (pengucilan) kepada Bhikkhu Chana
Agama Buddha masih utuh.(menetapkan sutta)

Keterangan : sebelum sidang dilaksanakan bhikkhu Ananda belum mencapai arahat,


tetapi beliau merupakan pembantu tetap Buddha selama 25 tahun jadi dipandang mengetahui
lebih dari separo ajaran Buddha. merasa malu karena menjadisatu-satunya peserta yang
belum mencapai arahat dengan status sebagai bhikkhu yang selalu mendampingi buddha
maka beliau berlatih tekun untuk segera mencapai arahat sehingga pada malam menjelang
sidang dimulai bhikkhu Ananda karena ketekunan dan didorong semangat beliau mencapai
tataran Arahat.

SIDANG AGUNG II (KONSILI II)


Diadakan pada tahun 443 SM (100 tahun sesudah yang I), berlangsung selama 4 bulan.
Latar belakang : dikarenakan ada sekelompok Bhikkhu yang ingin merubah vinaya
dengan menghilangkan 10 vinaya kecil yang disebutkan bhikkhu Ananda boleh dirubah
pada sidang Sangha I
Dipimpin oleh YA. Revata dan dibantu oleh YA. Yasa serta dihadiri oleh 700 Bhikkhu.
Sidang diadakan di Vesali
Sponsor sidang agung ini adalah Raja Kalasoka.
Tujuan Sidang:
Menyatukan Sekelompok Bhikkhu Sangha (Mahasanghika) yang menghendaki untuk
memperlunak Vinaya yang sangat keras (tetapi gagal).
Kesimpulan/Hasil Konsili II:
Kesalahan-kesalahan Bhikkhu-Bhikkhu dari suku Vajjis yang melangggar pacittiya
dibicarakan, diakui bahwa mereka telah melanggar Vinaya dan 700 Bhikkhu yang
hadir menyatakan setuju.
Pengulangan Vinaya dan Dhamma, yang dikenal dengan nama "Satta Sati" atau
"Yasathera Sanghiti" karena Bhikkhu Yasa dianggap berjasa dalam bidang
pemurnian Vinaya.

Keterangan: Pada akhir penyelenggaraan Sangha terpecah menjadi dua kelompok,


Mahasangika dan Staviravada

SIDANG AGUNG III (KONSILI III)


Diadakan pada tahun +/- 313 SM (230 tahun setelah sidang I).
Dipimpin oleh Y.A. Tissa Moggaliputta.
Sidang diadakan di Pataliputta.
Sponsor Sidang Agung ini adalah Raja Asoka dari Suku Mauriya.
Latar Belakang Sidang:
Menertibkan perbedaan pendapat yang mengaktifkan perpecahan Sangha.
Memeriksa dan menyempurnakan Kitab Suci Pali (memurnikan Ajaran Sang Buddha).
Raja Asoka meminta agar para Bhikkhu mengadakan upacara Uposatha setiap bulan,
agar Bhikkhu Sangha bersih dari oknum-oknum yang bermaksud tidak baik.
Kesimpulan / Hasil Konsili III:
Menghukum Bhikkhu-Bhikkhu gadungan.
Ajaran Abhidhamma diulang tersendiri oleh Y.A. Maha Kassapa, sehingga lengkaplah
pengertian Tipitaka (Vinaya,Sutta, dan Abhidhamma). Jadi pengertian Tipitaka mulai
lengkap (timbul) pada Konsili III.
Y.A. Tissa memilih 10.000 orang Bhikkhu Sangha yang benar-benar telah memahami
Ajaran Sang Buddha untuk menghimpun Ajaran tersebut menjadi Tipitaka dan
perhimpunan tersebut berlangsung selama 9 bulan.

Keterangan:
Pada saat itu Sangha sudah terpecah dua, yaitu : Theravda (Sthaviravada) dan
Mahasanghika.
Sementara itu ada ahli sejarah yang mengatakan bahwa pada Konsili III ini bukan
merupakan konsili umum, tetapi hanya merupakan suatu konsili yang diadakan oleh
Sthaviravada.

SIDANG AGUNG IV (KONSILI IV)


Diadakan pada masa pemerintahan Raja Vattagamani Abhaya (tahun 101 - 77 SM).
Dipimpin oleh Y.A. Rakhita Mahathera dan dihadiri oleh +/- 500 Bhikkhu.
Sidang diadakan di Alu Vihara (Aloka Vihara) di Desa Matale.
Tujuan Sidang:
Mencari penyelesaian karena melihat terjadinya kemungkinan-kemungkinan yang
mengancam Ajaran-ajaran dan kebudayaan-kebudayaan Agama Buddha oleh pihak-pihak
lain.
Kesimpulan / Hasil Konsili IV:
Mengulang Tipitaka.
Menyempurnakan komentar Tipitaka.
Menuliskan Tipitaka dan komentarnya untuk pertama kali di atas daun lontar.dengan
tujuan agar generasi mendatang mengetahui kemurnian Dhamma dan Vinaya

Keterangan : Konsili ini diakui sebagai konsili yang ke IV oleh sekte Theravda.

SIDANG AGUNG V (KONSILI V)

Diadakan pada masa pemerintahan Raja Mindon (Birma) sekitar permulaan Abad ke 20
setelah Buddha Parinibbana (1871 M)
Tempat penyelenggaraan Sidang yang keempat ini Di Mandalay
Hasil penting dari Sidang Ke lima ini adalah Tripitaka diprasastikan pada 727 lempeng
batu marmer. dan diletakkan di bukit Mandalay

SIDANG AGUNG VI (KONSILI VI)

Diadakan di Rangoon (sekarang Yangoon, Myanmar) pada tahun 1956 M. Tahun


Buddhis 2498 dan berakhir pada 2500.
Hasil dari sidang sangha ini adalah penterjemahan Tri Pitaka ke dalam bahasa Inggis,
penterjemahan Tri Pitaka ke dalam bahasa inggris sebenarnya sudah dimulai oleh Pali
Text Society pada tahun 1889 di Inggris

Sebagai tambahan pengetahuan

Pada abad pertama sesudah Masehi, Raja Kaniska dari Afganistan mengadakan
Pesamuan Agung di Jaladhar (Kashmir). persidangan ini dihadiri 500 Bhikkhu dari 18 sekte,
yang tidak dihadiri oleh kelompok Theravda. Hasil dari sidang ini belum diketahui dengan
pasti apa yang telah diputuskan. Bertitik tolak pada Pesamuaan ini, Agama Buddha mazhab
Mahayana berkembang di India dan kemudian meyebar ke negeri Tibet dan Tiongkok. Pada
Pasamuan ini disepakati adanya kitab-kitab suci Buddhis dalam Bahasa Sansekerta dengan
banyak tambahan sutra-sutra baru yang tidak terdapat dalam Kitab Suci Tipitaka (Pali).

E. Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, demonstrasi
Model Pembelajaran : Problem Based Learning
Pendekatan : Scientific

F. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Keenam
1. Pendahuluan (12 menit )
1. Guru membuka pelajaran dengan salam
2. Guru dan peserta didik berdoa bersama dipimpin oleh seorang peserta didik
3. Guru mengkondisikan peserta didik mempersiapkan diri untuk mengikuti proses
pembelajaran yang diawali dengan melakukan presensi,memeriksa kerapian
pakaian,alat dan bahan pembelajaran
4. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan tentang Kitab
Suci Tripitaka
5. Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui
pendekatan saintifik

2. Kegiatan inti (90 menit)untuk3 jam pelajaran


a. Mengamati
1. Peserta didik membaca buku pelajaran mengenai materi sejarah penulisan
Tripitaka dan Sidang Sangha pertama
2. Peserta didik mengamati gambar tentang Tipitaka dan sangha

b. Menanya
Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan yang telah
dilakukannya.

c. Mengumpulkan data dan informasi


1. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi yang relevan tentang sejarah
penulisan Tripitaka dan Sidang Sangha pertama

d. Mengasosiasi
1. Peserta didik mencermati data dan informasi yang terdapat dari sumber tertulis dan
internet serta sumber lainnya untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tentang sejarah penulisan Tripitaka dan Sidang Sangha pertama
2. Peserta didik merumuskan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari analisis data
dan informasi yang telah dikumpulkan

e. Mengkomunikasikan
1. Peserta didik menyampaikan hasil analisis dalam bentuk lisan maupun tulisan
kepada guru
2. Guru bersama-sama peserta didik menyepakati kesimpulan tentang sejarah
penulisan Tripitaka dan Sidang Sangha pertama
3. Penutup (18 menit)
1. Guru bersama peserta didik melakukan refleksi untuk mengevaluasi
pembelajaran
2. Guru bersama peserta didik menyimpulkan point-point hasil pembelajaran
3. Guru bersama peserta didik memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran
4. Guru bersama peserta didik melakukan kegiatan tindak lanjut dalam pemberian
tugas
5. Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya
6. Guru bersama peserta didik melakukan doa penutup

PertemuanKetujuh
Pendahuluan (12 menit )
1. Guru membuka pelajaran dengan salam
2. Guru dan peserta didik berdoa bersama dipimpin oleh seorang peserta didik
3. Guru mengkondisikan peserta didik mempersiapkan diri untuk mengikuti proses
pembelajaran yang diawali dengan melakukan presensi,memeriksa kerapian
pakaian,alat dan bahan pembelajaran
4. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang Awal mula penulisan Tripitaka dan sidang sangha
5. Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui
pendekatan saintifik

2. Kegiatan inti (90 menit)untuk3 jam pelajaran


1. Mengamati
Peserta didik mendengarkan penjelasan guru mengenai Sidang Sangha kedua dan
Sidang Sangha ketiga.

2. Menanya
Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan yang telah
dilakukannya.

3. Mengumpulkan data dan informasi


1. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi yang relevan tentang Sidang
Sangha kedua dan Sidang Sangha ketiga.

4. Mengasosiasi
1. Peserta didik mencermati data dan informasi yang terdapat dari sumber tertulis dan
internet serta sumber lainnya untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tentang Sidang Sangha kedua dan Sidang Sangha ketiga.
2. Peserta didik merumuskan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari analisis data
dan informasi yang telah dikumpulkan

5. Mengkomunikasikan
1. Peserta didik menyampaikan hasil analisis dalam bentuk lisan maupun tulisan
kepada guru
2. Guru bersama-sama peserta didik menyepakati kesimpulan tentang Sidang Sangha
kedua dan Sidang Sangha ketiga.

3. Penutup (18 menit)


1. Guru bersama peserta didik melakukan refleksi untuk mengevaluasi pembelajaran
2. Guru bersama peserta didik menyimpulkan point-point hasil pembelajaran
3. Guru bersama peserta didik memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran
4. Guru bersama peserta didik melakukan kegiatan tindak lanjut dalam pemberian tugas
5. Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
6. Guru bersama peserta didik melakukan doa penutup

PertemuanKedelapan
Pendahuluan (12 menit )
1. Guru membuka pelajaran dengan salam
2. Guru dan peserta didik berdoa bersama dipimpin oleh seorang peserta didik
3. Guru mengkondisikan peserta didik mempersiapkan diri untuk mengikuti proses
pembelajaran yang diawali dengan melakukan presensi,memeriksa kerapian
pakaian,alat dan bahan pembelajaran
4. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang sidang sangha
5. Guru menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui
pendekatan saintifik

2. Kegiatan inti (90 menit)untuk3 jam pelajaran


a. Mengamati
1. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru mengenai Sidang Sangha keempat
dan Sidang Sangha kelima.
2. Peserta didik mengamati gambar tripitaka pada awal mula penulisan.

Tripitaka daun Lontar Tripitaka pada lempeng marmer

3. Menanya
Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan yang telah
dilakukannya.
4. Mengumpulkan data dan informasi
1. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi yang relevan tentang Sidang
Sangha keempat dan Sidang Sangha kelima.

5. Mengasosiasi
1. Peserta didik mencermati data dan informasi yang terdapat dari sumber tertulis dan
internet serta sumber lainnya untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tentang Sidang Sangha keempat dan Sidang Sangha kelima.
2. Peserta didik merumuskan beberapa kesimpulan sebagai hasil dari analisis data
dan informasi yang telah dikumpulkan

6. Mengkomunikasikan
1. Peserta didik menyampaikan hasil analisis dalam bentuk lisan maupun tulisan
kepada guru
2. Guru bersama-sama peserta didik menyepakati kesimpulan tentang Sidang Sangha
keempat dan Sidang Sangha kelima.

3. Penutup (18 menit)


1. Guru bersama peserta didik melakukan refleksi untuk mengevaluasi pembelajaran
2. Guru bersama peserta didik menyimpulkan point-point hasil pembelajaran
3. Guru bersama peserta didik memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran
4. Guru bersama peserta didik melakukan kegiatan tindak lanjut dalam pemberian tugas
5. Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya
6. Guru bersama peserta didik melakukan doa penutup

G.Penilaian
1. Pengetahuan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas dan tepat!

1. Jelaskan pengertian dari Tri Pitaka!


2. Jelaskan awal mula penulisan tri pitaka!
3. Jelaskan latar belakang sidang sangha yang pertama!
4. Jelaskan hasil sidang sangha yang ke dua!
5. Kapan sidang sangha ke tiga dilaksanakan?
6. Jelaskan tujuan diadakannya sidang sangha yang ke empat!

Jawaban:
1. Tri pitaka adalahberasal dari kata tri yang artinya tiga, dan pitaka yang berarti kelompok.
Jadi tri pitaka artinya tiga kelompok (vinaya pitaka, sutta pitaka dan abhidhamma
pitaka).
2. Pada mulanya ajaran buddha diwariskan secara lisan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Satu abad kemudian terdapat sekelompok bhikku yang berniat mengubah
vinaya. Menghadapi hal ini, para bhikku yang ingin mempertahankan dharma dan vinaya
mengadakan sidang sangha.
3. Setelah Buddha Parinibbana (543 SM), tiga bulan kemudian atas prakarsa Y.A Maha
Kassapa Thera diadakan Sidang Agung Sangha (Sangha Samaya). dengan alasan untuk
menyatukan ajaran Buddha yang tersebar di seluruh Jambudipa. sidang sangha ini
dilatarbelakangi juga oleh ucapan Bhikkhu Subaddha yang dipandang dapat memecah
belah keutuhan ajaran.
4. Hasil sidang sangha ke dua adalahKesalahan-kesalahan Bhikkhu-Bhikkhu dari suku
Vajjis yang melangggar pacittiya dibicarakan, diakui bahwa mereka telah melanggar
Vinaya dan 700 Bhikkhu yang hadir menyatakan setuju.Dan Pengulangan Vinaya dan
Dhamma, yang dikenal dengan nama "Satta Sati" atau "Yasathera Sanghiti" karena
Bhikkhu Yasa dianggap berjasa dalam bidang pemurnian Vinaya.
5. Diadakan pada tahun +/- 313 SM (230 tahun setelah sidang I).
6. Sidang sangha ke empat bertujuan untuk Mencari penyelesaian karena melihat terjadinya
kemungkinan-kemungkinan yang mengancam Ajaran-ajaran dan kebudayaan-
kebudayaan Agama Buddha oleh pihak-pihak lain.
2. Penilaian unjuk kerja
Peserta maju di depan kelas, menceritakan kembali sejarah penulisan Tripitaka.

H.Media, Alat/Bahan, dan Sumber Pembelajaran


1. Media:
a. Gambar : keranjang pembagian tri pitaka, sangha, tri pitaka di daun lontar,
penulisan tri pitaka di batu marmer.
b. Internet
2. Alat/Bahan :
a. Laptop
b. LCD
c. Koran
3. Sumber Belajar:
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Pendidikan
Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas X, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
b. Dhammananda, Sri. 2005. Keyakinan Umat Buddha. Jakarta: Ehipassiko Foundation
Yayasan Penerbit Karaniya.
c. Kusaladhamma, Bhikkhu. 2009. Kronologi Hidup Buddha. Jakarta: Ehipassiko
Foundation
d. Migun Sayadaw, Tipitakadhara. 2008. Riwayat Agung Para Buddha 1. Jakarta:
Ehipassiko Foundation & Giri Magala Publications.
e. Panjika. 2004. Kamum Umum Buddha Dharma. Jakarta: Trisattva Buddhist Centre.
f. S. Widyadharma, Pandita. 2004. Riwayat Hidup Buddha Gotama. Jakarta: Yayasan
Pendidikan Buddhis Nalanda.
Jumo,......................
Mengetahui Guru Mapel Agama Buddha
Kepala SMK N jumo Waka Kurikulum

Sriyati,M.Pd.B
Drs. Sarwadi Supardi,M.Pd NIP: -
NIP: 19580517 198703 1 005 NIP: 19660930 200701 1 012

Anda mungkin juga menyukai