oleh
Rosalinda Haryanto
Malang, Jawa Timur
Mei 2022
ii
Judul : Penggunaan Gerakan Tubuh dalam Kitab Mazmur
Nama : Rosalinda Haryanto
NIM : 20181041532
Disetujui oleh
Pembimbing
Diketahui oleh
iv
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi SAAT, yang bertanda tangan di bawah
ini, saya:
NIM : 20181041532
Judul : Penggunaan Gerakan Tubuh dalam Ibadah Minggu ditinjau dari Kitab
Mazmur
Dengan ini menyatakan yang sebenarnya bahwa skripsi/tesis ini sepenuhnya adalah
hasil karya tulis saya sendiri dan bebas dari plagiarisme. Ada pun karya atau pendapat
pihak lain yang dijadikan rujukan, telah dikutip sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah
yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab untuk bersedia
menerima konsekuensi apa pun sesuai dengan aturan yang berlaku apabila di
kemudian hari didapati bahwa saya telah melakukan tindakan plagiarisme.
Dibuat di : Malang
Pada tanggal : ……………..
Yang menyatakan
(Rosalinda Haryantio)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi SAAT, yang bertanda tangan di bawah
ini, saya:
NIM : 20181041532
Dibuat di : Malang
(Rosalinda Haryanto)
ABSTRAK
Manusia diciptakan bertubuh serta segambar dan serupa dengan Allah. Dalam
penyembahan umat kepada Allah, mereka berpartisipasi melalui keberadaannya
diciptakan (salah satunya dengan tubuh) untuk memuliakan Allah. Namun dalam
pelaksaannya pada ibadah minggu saat ini, didapati adanya pandangan-pandangan
yang membingungkan umat mengenai partisipasi melalui tubuh. Salah satunya yakni
mengenai penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah minggu. Adanya hal tersebut
membuat umat ragu untuk berpartisipasi dengan tubuh mereka saat beribadah kepada
Allah.
Dalam penelitian, penulis menggunakan merode eksposisi dengan studi
literatur. Penelitian ini melingkupi variabel penyembahan umat Israel dalam kitab
Mazmur dan makna beberapa gerakan tubuh yang digunakan dalam ibadah yakni
gerakan mengangkat tangan, membungkuk/sujud, dan tari-tarian. Mengetahui ada
penggunaan gerakan tubuh, makna gerakan tubuh yang dilakukan, tujuan penggunaan
gerakan tubuh dalam penyembahan umat Israel mempengaruhi penyembahan
seseorang dalam penggunaan gerakan tubuh di ibadah minggu. Maka dari itu, penulis
memaparkan penggunaan gerakan tubuh dalam penyembahan umat Israel di kitab
Mazmur, makna teologis dari beberapa gerakan tubuh dalam kitab Mazmur, tujuan
penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah, dan penerapannya dalam ibadah minggu.
Hasil dari penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa partisipasi dalam
penyembahan kepada Allah melalui gerakan tubuh merupakan hak istimewa yang
dimiliki umat percaya. Meskipun penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah merupakan
hak istimewa yang dimiliki umat percaya, penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah
bukanlah suatu hal yang diharuskan atau dipaksakan untuk dilakukan, melainkan
suatu tindakan alami yang keluar dari hati manusia yang terdalam. Selain itu,
penggunaan gerakan tubuh didasari atau diorientasikan pada pemahaman serta tujuan
yang benar yaitu untuk kemuliaan Allah. Dengan adanya pemahaman dan tujuan yang
benar, maka akan ada ekspresi penyembahan yang benar kepada Allah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur pada Tuhan atas penyertaan yang telah diberikan selama
menempuh studi di STT SAAT. Semua hanya karena anugerah dari Tuhan dan untuk
Kwie Tjoe) dan segenap keluarga besar yang telah mendukung selama studi. Terima
kasih atas dukungan berupa doa, waktu, tenaga, maupun materi yang telah diberikan
untuk penulis. Kedua, penulis berterima kasih kepada GKIm Jemaat Saron Cirebon
yang juga mendukung selama studi. Ketiga, penulis berterima kasih kepada semua
dewan dosen yang telah mengajar dan membimbing penulis, terutama Ibu Sylvia
Selain itu, penulis juag berterima kasih kepada Bapak Surjanto Aditia sebagai
Reksosoesilo dan Ibu Ratnajani Muljadi sebagai bapak dan ibu asrama, Bapak Toni
berterima kasih kepada teman-teman yang telah menemani selama studi, terutama
teman-teman masta 2018. Kelima, penulis berterima kasih kepada teman kamar,
teman meja, teman KTB, dan teman-teman lintas masta yang telah mendukung
penulis selama studi. Terakhir, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1
MENGANGKAT TANGAN 19
MEMBUNGKUK/SUJUD 26
TARI-TARIAN 34
PRINSIP REGULATIF 44
PRINSIP NORMATIF 46
xii
BAB 4 PENERAPAN GERAKAN TUBUH DALAM IBADAH MINGGU
IBADAH 66
IBADAH 68
BAB 5 PENUTUP 80
DAFTAR KEPUSTAKAAN 85
xiii
DAFTAR ILUSTRASI (jika diperlukan)
Gambar
xiv
DAFTAR SINGKATAN (jika diperlukan)
KITAB-KITAB
Kej. : Kejadian
Kel. : Keluaran
Im. : Imamat
Ul. : Ulangan
Hak. : Hakim-hakim
1 Sam. : 1 Samuel
2 Sam. : 2 Samuel
1 Taw. : 1 Tawarikh
Yer. : Yeremia
Yoh. : Yohanes
Rm. : Roma
Ibr. : Ibrani
1 Yoh. : 1 Yohanes
LAIN-LAIN
ay. : ayat
bag. : bagian
bhs. : bahasa
xv
lih. : lihat
mis. : misal
PL : Perjanjian Lama
xvi
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
segambar dan serupa dengan Allah (Kej. 1:26-27). Salah satu tujuan utama Allah
sehingga relasi yang intim dengan Allah tersebut menjadi rusak. Dengan keadaan
demikian, manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari dosa, sehingga
dengan Allah.
mendamaikan kedua pihak yang saling bertentangan.0 Oleh karena inisiatif Allah, Ia
mengutus anak-Nya yang Ia kasihi untuk turun ke dunia dan menjadi pengantara
antara Allah yang Kudus dengan manusia berdosa. Yesus berinkarnasi menjadi
seorang manusia dan mengorbankan diri-Nya untuk mati di kayu salib dan
menggenapi rencana Bapa bagi manusia berdosa agar dapat diperdamaikan dengan
1
Frank C. Senn, Embodied Liturgy: Lessons in Christian Ritual (Minneapolis: Fortress, 2016),
3.
Bob Kauflin, Worship Matters, ed. Doreen Widjana, terj. Samuel E. Tandei (Bandung:
0
ialah semata-mata karena kasih Allah yang besar kepada manusia dan bukan berasal
manusia, dijatuhkan kepada Yesus Kristus. Pengorbanan Yesus telah merobek tirai
yang memisahkan manusia berdosa dari Allah yang Kudus, sehingga umat-Nya
dengan penuh keberanian dapat menghampiri hadirat Allah dengan kepercayaan oleh
iman di dalam Yesus Kristus (Ibr. 10:19-22). Dengan demikian, umat yang percaya
Hanya oleh belas kasih dan inisiatif Allah, relasi yang rusak telah dipulihkan-
Nya, sehingga saat ini manusia dapat menerima undangan dari Allah untuk masuk
hadirat-Nya. Saat manusia menerima undangan dari Allah tersebut, manusia datang
kasihnya kepada Allah dengan seluruh keberadaannya yakni dengan roh, jiwa, dan
tubuh (Ul. 6:5). Jiwa di sini termasuk juga pikiran dan emosi manusia. Dengan adanya
unsur pikiran dan emosi ini, secara disadari atau tidak manusia dengan sendirinya
emosi dalam dirinya, tidak heran apabila manusia sering kali punya dorongan untuk
emosi yang kuat seperti rasa syukur, cinta, kegembiraan, dan emosi lainnya tanpa
pujian adalah sesuatu yang dapat diekspresikan, diucapkan, dan dilihat.0 Daud,
TUHAN dan biarlah segala makhluk memuji nama-Nya yang Kudus untuk seterusnya
dan selamanya (TB). Pada bagian ini, Daud menaikkan pujian kepada Tuhan dengan
mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! (TB). Pada bagian ini,
pemazmur mengajak umat Israel memuji Allah dengan seluruh tubuh mereka dalam
bentuk tari-tarian.
Bagi Daud dan pemazmur, gerakan tubuh merupakan sebuah ekspresi dalam
mengangkat tangan, sujud menyembah, berlutut – semuanya itu dan gerakan lainnya
dapat merupakan wujud dari sikap menghormati Allah kalau dilakukan dari hati yang
0
Kauflin, Worship Matters, 242.
Robert E. Webber, ed., The Biblical Foundations of Christian Worship, Hendrickson., The
0
menggunakan tubuhnya begitu rupa karena Allah merancang tubuh manusia untuk
menyembah-Nya.
beribadah secara komunal pun dapat disertai dengan berbagai gerakan tubuh. Sebagai
contoh, dalam Mazmur 29:2, Daud mengungkapkan ajakan untuk memuliakan Tuhan
dengan memberikan gerakan sujud. Selain itu, pemazmur dalam Mazmur 47:2
mengajak umat untuk memberikan gerakan bertepuk tangan dan bersorak-sorai bagi
Allah. Tidak sampai di situ, Allah sendiri yang membuat pemazmur menari-nari
dalam Mazmur 30:12: “Aku yang meratap telah Kau ubah menjadi orang yang
menari-nari, …”
tubuh dalam ibadah minggu. Permasalahan tersebut yakni adanya gereja tertentu yang
dengan aktif menggunakan gerakan tubuh dalam ibadah. Namun ada juga gereja
lainnya yang dengan pasif menggunakan gerakan tubuh dalam ibadah bahkan
menolak adanya penggunaan gerakan tubuh di dalam ibadah. Jane Rogers Vann pun
dalam buku Worship Matters, mengatakan, “… aspect of worship that has sometimes
been neglected or even rejected in Christian worship: the embodied gestures and
actions that make up worship.”0 Gerakan tubuh menjadi salah satu aspek ibadah yang
menimbulkan kebingungan terhadap penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah saat ini.
Jane Rogers Vann, Worship Matters: A Study for Congregations, 1st ed. (Louisville:
0
Alasan umum beberapa orang tidak menggunakan gerakan tubuh ialah karena
gerakan tubuh tertentu dianggap duniawi serta Alkitab secara tegas tidak
merupakan ajakan untuk memuji Tuhan dengan tari-tarian (seperti yang terdapat
dalam Mazmur 149:3 dan 150:4), namun tari-tarian dipandang sekuler, berkonotasi
penggunaan tari-tarian di dalam ibadah.0 Robert Webber dalam buku Worship Old
and New mengatakan, “However, after the conversion of Constantine and the influx of
many former pagans into the church, the attitude of the Fathers shifted toward a
negative view of dance.”0 Tarian pagan pada saat itu terkenal dengan tari-tarian yang
berkonotasi negatif, cabul, dan menjurus ke arah seksual, sehingga beberapa Bapa
Gereja, dan tokoh reformator menolak adanya tari-tarian di dalam ibadah. Beberapa
John Calvin, dsb).0 Melihat hal ini, persoalan mengenai gerakan tubuh dalam ibadah
0
Greg Scheer, Essential Worship: A Handbook for Leaders (Grand Rapids: Baker Books,
2016), 123.
0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 265.
0
Robert E. Webber, Worship Old & New: A Biblical, Historical, and Practical Introduction,
Rev. ed. (Grand Rapids: Zondervan, 1994), 208.
orang Kristen tertentu yang menggunakan gerakan tubuh terlalu bebas, sehingga
beberapa orang Kristen lainnya merasa tidak nyaman, fokus mereka teralihkan saat
sedang beribadah kepada Allah, serta membuat mereka ragu untuk berpartisipasi
dalam beribadah kepada Tuhan. Hal ini dapat diamati dari fenomena yang ada saat
Graham Buxton dalam buku Dancing in the Dark menyadari bahwa my growing
awareness that many in Christian life and ministry have been paralyzed by a rigidity
in their thinking that locks them into narrow expressions of ministry. Kehidupan serta
pelayanan orang Kristen dilumpuhkan oleh kekakuan yang ada dalam pemikiran
mereka, sehingga mengunci diri mereka ke dalam ekspresi yang terbatas. Greg Scheer
sebagaimana mereka diciptakan. Melalui hal ini, dapat disimpulkan bahwa ada
ibadah, sehingga gerakan tubuh dalam ibadah minggu umumnya ditolak karena tidak
0
Webber, Worship Old & New, 132.
0
Scheer, Essential Worship, 123.
6
Melihat permasalahan tersebut, timbul pertanyaan yaitu bagaimana jika
manusia yang pada hakikatnya diciptakan dengan bertubuh, diciptakan untuk berelasi
dengan Allah, dan memiliki unsur emosi di dalam dirinya yang mendorongnya untuk
(secara khusus melalui gerakan tubuh) karena terdapat batasan-batasan tertentu yang
orang Kristen memiliki kebutuhan untuk dapat memiliki pengalaman beribadah yang
otentik dengan Tuhan.0 Berkaitan dengan hal tersebut, Shoop dalam buku Let the
Bones Dance mengatakan, “Bringing our bodies to church says we believe that God
wants all of us, every part of who we are and how we are made.”0 Shoop percaya
bahwa Tuhan menginginkan seluruh umatnya dengan setiap bagian dirinya dan
keberadaannya diciptakan datang kepada-Nya. Dalam hal ini penulis melihat bahwa
mengungkapkan ekspresinya secara sehat (yang murni dari dalam hati tanpa adanya
batasan) dalam beribadah kepada Tuhan. Ekspresi di sini bukan ekspresi yang
konsep penggunaan gerakan tubuh serta makna teologis terhadap praktik tersebut
yang tepat menurut Alkitab (khususnya dalam kitab Mazmur), sejauh mana
penggunaan gerakan tubuh tersebut dapat dilakukan di dalam ibadah Minggu. Untuk
0
Webber, Worship Old & New, 119.
Marcia W. Mount Shoop, Let the Bones Dance: Embodiment and the Body of Christ, 1st ed.,
0
yang banyak disebutkan terkhusus di dalam kitab Mazmur. Gerakan tersebut yakni
gerakan berlutut (Mazmur 5, 8, 22, 35, 37, 38, 44, 57, 72, 81, 95, 107, 138, 144, 145,
dan 146), mengangkat tangan (Mazmur 10, 28, 63, 119, 134, dan 141), dan menari
landasan penelitian ini. Pertama, Alkitab adalah landasan hidup umat percaya
sehingga Alkitab menjadi pedoman hidup manusia. Kitab Mazmur merupakan salah
satu kitab khusus di dalam Alkitab yang banyak menyebutkan serta menjelaskan
pengalaman spiritual.0 Kedua, kitab Mazmur memiliki peranan yang penting dalam
ibadah orang-orang Israel. Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana konsep gerakan
tubuh yang ada di kitab Mazmur dapat digunakan dalam ibadah.0 Ketiga, karena
adanya perdebatan mengenai gerakan tubuh dalam ibadah minggu, mana penulis akan
meninjau gerakan tubuh tersebut yang terdapat di dalam kitab Mazmur. Perdebatan
tersebut yakni ada pandangan yang menyatakan bahwa gerakan tubuh tidak dapat
terlibat atau digunakan dalam ibadah.0 Pandangan lainnya menyatakan bahwa gerakan
Melalui hal ini, penulis melihat bahwa masalah ini mendesak untuk diteliti
lebih lanjut. Hal ini dikarenakan adanya kebingungan mengenai penggunaan gerakan
0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 239.
0
Philip J. King dan Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, ed. Chrisostomus
Sitohang, terj. Robert Webber (Jakarta: PT Gunung Mulia, 2010), 343.
0
Davies, Liturgical Dance, 23.
0
Adrian Webber, “The History of Dance in The Church” (n.d.), diakses April 6, 2022,
8
tubuh yang akan mempengaruhi spiritualitas jemaat, sehingga penulis merasa perlu
kitab Mazmur). Adalah suatu hal yang ironis jika ada jemaat yang memiliki dorongan
untuk mengekspresikan pujiannya kepada Allah dalam ibadah namun tidak dapat
tubuh yang keliru. Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan
sumbangsih dan dapat membantu para pembaca untuk memiliki pemahaman yang
benar dengan bersumber pada Alkitab serta relevansinya bagi spiritualitas jemaat
dalam beribadah.
RUMUSAN MASALAH
gerakan tubuh dalam konteks ibadah di dalam kitab Mazmur? Kedua, Apa makna
teologis dan signifikansi dari ketiga gerakan tubuh (berlutut, mengangkat tangan, dan
TUJUAN PENULISAN
Dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini
dilakukan degan mengacu kepada tiga tujuan utama yakni, Pertama, untuk
9
digunakan dalam ibadah orang-orang Israel pada masa itu. Kedua, untuk menjelaskan
makna teologis serta signifikansi dari tiga gerakan tertentu yang terdapat di dalam
gerakan tubuh yang di salah mengerti saat ini dan bagaimana penerapan gerakan
BATASAN PEMBAHASAN
Agar penulisan ini dapat lebih mendalam dan tidak terlalu melebar, maka
penulis membatasi masalah yang akan dibahas. Pertama, penulis membatasi tiga
gerakan tubuh yang terdapat di dalam kitab Mazmur. Gerakan tubuh tersebut antara
lain: berlutut, mengangkat tangan dan menari. Dengan demikian, tulisan ini tidak
Kedua, studi Alkitab atas konsep penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah
diambil dari kitab Mazmur. Ketiga, menjelaskan penerapan gerakan tubuh dalam
METODE PENELITIAN
Untuk mencapai tujuan dari penulisan ini, penelitian akan dilakukan dengan
melakukan studi literatur terhadap sejumlah sumber pustaka yang berkaitan dengan
ide penulisan. Dalam studi literatur yang dimaksud, penulis akan menggunakan
10
Langkah-langkah yang diambil ialah mengumpulkan data, menganalisis, dan
bagian inti dari tulisan ini yaitu eksposisi frasa “berlutut”, “mengangkat tangan”, dan
“tari-tarian” serta mengambil makna teologis dari hasil eksposisi tersebut. Adapun
sumber-sumber yang akan digunakan ialah Alkitab, buku tafsiran, buku-buku, jurnal,
artikel, internet, dan bentuk-bentuk tulisan lainnya yang mendukung ide penulisan ini.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar, penelitian ini dibagi dalam lima bab. Bab I diawali dengan
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah. Pada bab I, penulis akan
merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penulisan, serta tujuan dari
penulisan topik ini. Bagian ini juga akan memuat metode penelitian yang dilakukan
dalam penulisan ini serta sistematika penulisan yang dilakukan. Pada bab II penulis
akan menganalisis mengenai penggunaan gerakan tubuh yang dilakukan oleh orang-
orang Israel dalam ibadah mereka pada saat itu. Pada bagian ini, penulis akan
kitab Mazmur dengan melakukan studi eksposisi. Gerakan tubuh yang ditentukan
tersebut yakni “berlutut”, “mengangkat tangan”, dan “tari-tarian” yang terdapat dalam
kitab Mazmur.
11
Bab III merupakan pemaparan mengenai penggunaan gerakan tubuh dalam
ibadah Minggu dilihat dari prinsip ibadah yang Alkitabiah. Penulis akan memaparkan
prinsip-prinsip ibadah di antaranya prinsip regulatif, normatif, dan prinsip ibadah dari
kitab Mazmur. Lalu penulis akan memaparkan bagaimana gerakan tubuh dapat turut
serta digunakan dalam ibadah minggu. Bab IV merupakan penerapan gerakan tubuh
dalam kitab Mazmur (berlutut, mengangkat tangan, dan menari) bagi ibadah Kristen.
12
BAB 2
tubuh yang dilakukan oleh orang-orang Israel dalam ibadah melalui kitab Mazmur.
Alasan penulis memilih kitab mazmur yakni karena kitab Mazmur merupakan salah
satu kitab khusus di dalam Alkitab yang banyak menyebutkan serta menjelaskan
pengalaman spiritual umat Israel.0 Selain itu, kitab Mazmur memiliki peranan yang
penting dalam ibadah orang-orang Israel. Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana
penggunaan gerakan tubuh yang ada di kitab Mazmur dapat digunakan dalam ibadah
minggu saat ini.0 Sandra Maria Van Opstal dalam buku The Next Worship
mengatakan “The Psalms, which are a model for individual and corporate worship,
invite us to identify or align with the experience of the psalmist regardless of our
korporat dalam ibadah minggu. Dengan demikian penulis akan mencoba memaparkan
bagaimana penggunaan gerakan tubuh dalam kitab Mazmur untuk melihat makna,
secara bertahap dalam kurun waktu beberapa abad oleh sekelompok penyair dengan
contohnya seperti “mazmur Daud”, “mazmur Asaf”, “mazmur bani korah”, dan
sebagainya. Kata Mazmur dalam bahasa aslinya (bhs. Ibrani) yakni mizmor memiliki
arti nyanyian dengan iringan musik.0 Musik di sini berfungsi sebagai iringan pada
komunal).
rasa sukacita dan keindahan yang tidak dapat tersampaikan hanya dengan kata-kata.0
Iringan musik dapat menambah suasana pada sebuah nyanyian. Misalnya, iringan
musik yang lebih ritmik dapat membawa suasana sebuah nyanyian lebih semangat.
Sebaliknya, iringan musik yang tidak begitu ritmik/lambat akan membawa suasana
merupakan kitab yang secara jelas menunjukkan ekspresi umat dalam beribadah
0
William Sanford La Sor dkk., Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat, 3 ed.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 41.
0
Peter C. Craigie, Psalms 1-50, Word Biblical Commentary 19 (Waco: Word, 2000), 26.
0
Tremper Longman, How to Read the Psalms (Downers Grove: InterVarsity, 1988), 12.
14
Ekspresi umat dapat ditemukan dalam kitab Mazmur dalam bentuk simbol-
sebagainya. Weber dalam bukunya berkata, “Bowing before the Lord is a dynamic
which he is the great King and they are his vassals.”0 Membungkuk/sujud merupakan
salah satu simbol yang digunakan pemazmur untuk mewakili kata-kata. Ekspresi
tersebut umumnya disampaikan oleh pemazmur saat menghadap Allah dalam doa-doa
dan pujian mereka. Setiap simbol yang digunakan melalui penggunaan gerakan tubuh
untuk mengekspresikan sesuatu memiliki arti atau makna dibalik gerakan tubuh
tersebut.
iman umat Israel yang begitu ragam.0 Pengalaman iman tersebut hadir oleh karena
tanggapan kepada Allah. Dalam buku The Wycliffe Bible Commentary dikatakan,
“Mereka semua dipersatukan oleh keinginan hati mereka untuk menanggapi dengan
memakai perasaan terdalam mereka”.0 Daud misalnya, ia menulis banyak lagu yang
0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 39.
0
Robert E. Webber, ed., The Biblical Foundations of Christian Worship, Hendrickson., The
Complete Library of Christian Worship v. 1 (Peabody: Hendrickson, 1993), 40.
Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison, ed., Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 2 Ayub-
0
tubuh seperti membungkuk, mengangkat tangan, bertepuk tangan, dan bahkan menari
di hadapan Tuhan merupakan tindakan alami yang keluar dari hati manusia yang
terdalam.0 Dengan demikian, hal ini memungkinkan adanya gerakan tubuh dalam
Di sisi lain, kitab Mazmur ditulis dalam bentuk puisi.0 Peter C. Craigie
menyebutnya sebagai sebuah antologi (bukan karya seorang penulis tunggal).0 Bagi
orang Yahudi, puisi merupakan jenis literatur yang memegang peranan penting karena
melengkapi apa yang tidak dapat diberikan oleh prosa, puisi merupakan ungkapan
emosi yang menyatakan kedalaman iman dan ibadah mereka.0 Puisi di sini merupakan
salah satu sarana manusia untuk mengungkapkan perasaan dan pemahaman manusia
yang paling dalam kepada Allah dan tentang Allah yang di dalamnya terdapat
sebuah kumpulan nyanyian dari banyak pemazmur yang memiliki pengalaman iman
yang berbeda-beda kepada dan tentang Allah. Hal ini juga didukung dengan majas
0
Stephen Miller, “Why Posture Matters in Worship,” diakses pada 5 September 2012,
https://www.thegospelcoalition.org/article/why-posture-matters-in-worship/.
John D. Witvliet, The Biblical Psalms in Christian Worship: a Brief Introduction and Guide
0
to Resources, The Calvin Institute of Christian Worship Liturgical Studies Series (Grand Rapids:
0
Bentuk puisi tidak hanya terdapat dalam kitab Mazmur, tetapi juga terdapat di dalam kitab-
kitab lain, seperti Ayub, Amsal, Kidung Agung, dan kitab-kitab lainnya.
0
Craigie, Psalms 1-50, 27.
0
Grant R Osborne, Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab,
ed. Elifas Gani (Surabaya: Momentum, 2012), 181.
16
yang memperdalam makna mazmur tersebut dan penggunaan simbol-simbol serta
dengan lebih mendalam. Dengan demikian, kitab Mazmur menjadi satu-satunya kitab
yang ditulis dengan bentuk puisi oleh banyak penyair yang memiliki latar belakang
mengenai penggunaan gerakan tubuh di dalam kitab Mazmur yakni apa tujuan
serta apa makna teologis di balik gerakan tubuh yang pemazmur gunakan dalam
mazmur yang ditulisnya? Kedua pertanyaan tersebut akan dipaparkan oleh penulis
dengan kata-kata. Bentuk komunikasi yang lain tersebut salah satunya gerakan
0
Paul A. Kruger, “Nonverbal Communication and Symbolic Gestures in the Psalms,” The
Bible Translator 45, 2 (April 1994): 213.
17
mengekspresikan ucapan syukur.0 Salomo dalam mazmurnya (Mazmur 72:11)
Tubuh akan secara alami bertindak seperti apa yang ia rasakan dan mengungkapkan
seperti apa keadaan hati yang sesungguhnya. Para pemazmur dalam mazmurnya
menggunakan gerakan tubuh di dalam mazmur yang dibuatnya. Hal ini menyatakan
dalam penyembahan kepada Tuhan adalah hal yang manusiawi. Beranjak dari
pemaparan di atas penulis mau mencoba menggali makna teologis dari 3 ekspresi
gerakan tubuh (mengangkat tangan, sujud, dan tari-tarian) yang ditulis dan digunakan
penulis membatasi dengan memilih beberapa ayat saja yang sering dipakai agar tidak
terlalu banyak.
MENGANGKAT TANGAN
0
John Goldingay, Psalms: Psalms 1-41. (Grand Rapids: Baker Academic, 2006), 432.
0
John Goldingay, Psalms: Psalms 42-89. (Grand Rapids: Baker Academic, 2007), 389.
0
John Goldingay, Psalms: Psalms 90-150. (Grand Rapids: Baker Academic, 2008), 401.
18
Memuji Tuhan tidak hanya melibatkan kata-kata, suara, musik, nyanyian,
tetapi juga dengan melibatkan gerakan tubuh.0 Salah satu gerakan tubuh yang dipakai
oleh pemazmur dalam ibadah umat Israel yakni gerakan mengangkat tangan (lift
hands). Gerakan mengangkat tangan umumnya memiliki 2 bentuk yakni tunggal dan
seseorang melakukan sumpah atau sebagai tanda perjanjian (Ul. 32:40). Sedangkan
gerakan mengangkat tangan jamak mengungkapkan tindakan berkat (Im. 9:22), sikap
memuji Tuhan (Mazmur 134:2), sikap pengakuan (Mazmur 119:48), dan sebagai
tindakan doa (Mazmur 28:2). Dalam kitab Mazmur, penulis menemukan ada 5x
disebutkan gerakan mengangkat tangan. Gerakan tersebut antara lian terdapat dalam:
Mazmur 28:2; 63:4; 119:48; 134:2; 141:2. Pada bagian ini, penulis tidak membahas
semua mazmur tersebut. Penulis akan membahas beberapa mazmur yakni: Mazmur
Worship (Nashville, Tenn: Star Song, 1994), 40; Othmar Keel, The Symbolism of the
0
John Goldingay, Old Testament Theology (Downers Grove: InterVarsity, 2016), 172–173.
19
Biblical World: Ancient Near Eastern Iconography and the Book of Psalms (Winona
Mazmur 28
Mu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah tempat-Mu yang maha kudus.
(ay.2). O
tersebut ialah karena penulis melihat adanya kesamaan pengalaman hidup yang
dialami pemazmur dan orang percaya saat ini terkait dengan pergumulan yang
terdapat dalam mazmur 28. Adanya kesamaan pengalaman hidup tersebut, penulis
ingin melihat apa yang dilakukan pemazmur serta bagaimana reaksi pemazmur
terhadap pergumulannya tersebut. Alasan lain penulis memilih mazmur ini yakni
tersebut, penulis ingin melihat apa makna dibalik gerakan mengangkat tangan yang
Israel.
Daud. Dalam mazmur ini, Daud memulai mazmurnya dengan sebuah doa ratapan (ay.
0
Craigie, Psalms 1-50, 236.
20
1-5) dan diakhiri dengan pujian kepada Allah serta ungkapan keyakinannya kepada
Allah bahwa Allah akan mendengar doa-doanya tersebut (ay. 6-9).0 Dalam mazmur
ini, konteks Daud pada saat itu yaitu ia sedang mengalami keadaan yang sulit. Ia
musuhnya.0 Di dalam mazmur ini, Daud sedang berada dalam kondisi yang tidak baik
umat-Nya untuk memanggil-Nya dalam kesulitan mereka melalui doa. Seperti para
pemazmur lainnya, doa muncul dari kebutuhan yang mendesak. Gerakan mengangkat
tangan dalam Mazmur 28:2 adalah sebuah sikap doa. Dalam mazmur ini, pemazmur
memohon rahmat Allah untuk dicurahkan kepadanya karena pemazmur tahu dan
meyakini bahwa pemurah dan pengampun merupakan salah satu sifat Allah (lihat Kej.
34:6). Dalam Psalms yang ditulis oleh Bugreggemann dan Bellinger mengatakan, “To
lift the hands toward the presence of God was the ancient posture of supplication”.0
Gerakan mengangkat tangan ke hadirat Tuhan adalah postur permohonan kuno yang
(New York: Cambridge University Press, 2014), bag. “Psalm 28-Of Devid,” ePub.
0
Nancy L DeClaisse-Walford, Rolf A Jacobson, dan Beth LaNeel Tanner, The Book of Psalms
(Grand Rapids: Eerdmans, 2015), 334–335.
0
Craigie, Psalms 1-50, 238.
0
Brueggemann dan Bellinger, Psalms, bag. “Psalm 28 - Of David.”
21
Pemazmur sadar bahwa ia tidak dapat melepaskan dirinya sendiri dari
kesulitan hidup dan ia percaya bahwa Tuhan akan memberikan belas kasihan
Dari pemaparan di atas, penulis melihat gerakan mengangkat tangan yang digunakan
Mazmur 63
tersebut ialah karena adanya kesamaan pengalaman hidup yang dialami pemazmur
dan orang percaya saat ini yakni mengalami keadaan haus dan lapar akan kehadiran
Tuhan. Adanya kesamaan pengalaman hidup yang sama tersebut, penulis ingin
melihat apa yang dilakukan pemazmur di tengah kekeringan dan kehausan yang ia
alami serta bagaimana pemazmur menanggapi keadaan tersebut. Alasan lain penulis
memilih mazmur ini yakni di tengah kekeringan yang pemazmur alami, ia tetap
0
Willem VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, Revised edition., The
Expositor’s Bible Commentary (Grand Rapids: Zondervan, 2008), bag. "BB. Psalm 28: Prayer to the
Lord, My Strength and My Shield."
22
memuji dan mengangkat tangan demi nama Allah tanda kebergantungannya pada
Allah (ay.5). Adanya gerakan mengangkat tangan tersebut, penulis ingin melihat apa
makna dibalik gerakan mengangkat tangan tersebut dan tujuan penggunaannya dalam
mazmur ini.
Daud ketika ia sedang berada di padang gurun Yehuda dalam pelariannya dari
pengejaran Raja Saul (1 Sam. 21-23). Daud membuka mazmur ini dengan mengakui
kebutuhannya yang besar akan kehadiran Allah.0 Dalam mazmur ini, Daud
mengungkapkan pengalamannya yang pada saat itu mengalami lapar dan haus.
Perasaan lapar dan haus di padang gurun tersebut juga dapat diartikan dalam keadaan
lapar dan haus akan Tuhan. Daud menyadari bahwa hanya di dalam Tuhan ia dapat
menemukan pemuasan dari rasa lapar dan pelepas dahaganya. Pemazmur percaya
bahwa Tuhan dapat merangkul rasa lapar dan haus di padang gurun itu dan
Gerakan mengangkat tangan di dalam Mazmur 63:5 merupakan salah satu ciri
khas dari tindakan/sikap berdoa.0 Hal ini didukung oleh adanya kalimat paralel yang
terdapat pada ayat 5 ini. Kalimat “aku mau memuji Engkau” paralel dengan kalimat
selanjutnya yakni “menaikkan tanganku demi nama-Mu”. Pada dua kalimat tersebut,
pemazmur berdoa dan mengangkat tangannya demi nama Tuhan. “Nama Tuhan”
0
Martus A. Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” Veritas 13, 1
(April 2012): 131–132.
0
Marvin E. Tate, Psalms 51-100, 9 ed., Word Biblical Commentary 20 (Waco: Word Books,
2000), 127.
Brueggemann dan Bellinger, Psalms, bag. "Psalm 63-A Psalm of David, When He Was in the
0
Wilderness of Judah.”
0
Ibid., 350–351.
23
adalah dasar pengharapan umat-Nya karena Tuhan telah mengikat perjanjian dengan
bahwa di dalam Allah ada pengharapan dan ia berdoa di dalam nama-Nya. Dari
Mazmur 134
tersebut ialah karena Mazmur 134 merupakan himne pujian yang digunakan dalam
penyembahan umat Israel di rumah Tuhan. Hal ini dibuktikan dengan frasa “ke
tempat kudus”. Tempat kudus di sini sedang berbicara tentang menyembah Tuhan
dalam tempat kudus atau rumah Tuhan.0 Menariknya, walaupun mazmur ini terdiri
dari 3 ayat, namun di dalamnya terdapat liturgi singkat. Mazmur 134 terdiri beberapa
unsur liturgi ibadah yakni panggilan untuk memuji Tuhan (ay.1), tanggapan umat
(ay.2) dan permohonan berkat dari Tuhan (ay.3). Hal tersebut membuat penulis ingin
0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “Psalm 63: The Exellence of
God’s Love.”
0
Derek Kidner, Psalms 73-150: An Introduction and Commentary (Nottingham: InterVarsity,
2008), 490.
24
melihat apa yang dilakukan umat Israel dalam penyembahannya kepada Tuhan di
rumah Allah. Alasan lain penulis memilih mazmur ini yakni para penyembah diajak
untuk mengangkat tangan dan memuji Tuhan (ay.2). Adanya penggunaan gerakan
mengangkat tangan tersebut dalam penyembahan umat Israel, penulis ingin melihat
apa makna dibalik ajakan pemazmur untuk mengangkat tangan serta tujuan
mazmur ini mengawalinya dengan ajakan untuk para hamba Tuhan memuji Tuhan.
Hamba Tuhan tersebut merujuk kepada para imam dan orang Lewi, tetapi juga bisa
merujuk pada orang-orang lain yang melayani Allah.0 Hal yang menarik pada bagian
ini yakni terdapat ajakan untuk mengangkat tangan. Gerakan mengangkat tangan pada
bagian ini merujuk pada tindakan blessing (berkat).0 Blessing disini memiliki 2 arti
yakni sebagai tindakan memuji dan sebagai tanggapan umat terhadap YHWH atas
kehadiran dan berkat yang diberikan kepada umat Allah.0 Lessie C. Allen mengatakan
“In form and content this brief psalm falls into two unequal parts, a hymnic call to
praise, vv 1-2, and a priestly benediction, v. 3.”0 Menurutnya, mazmur ini terbagi
menjadi 2 bagian yakni himne panggilan untuk memuji Tuhan dan tindakan berkat
yang dilakukan oleh hamba Tuhan. Dari pemaparan di atas, penulis melihat gerakan
0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133.
0
Brueggemann dan Bellinger, Psalms, bag. “Psalm 134-A Song of Ascents.”
0
Frank-Lothar Hossfeld dkk., ed., Psalms 3: A Commentary on Psalms 101-150, Hermeneia--a
critical and historical commentary on the Bible (Minneapolis: Fortress, 2011), bag. Psalm 134.
0
Ibid.
0
Leslie C. Allen, Psalms 101-150, Rev., Word biblical commentary 21 (Nashville: Nelson,
2002), 281.
25
mengangkat tangan yang terdapat dalam Mazmur 134 tersebut sebagai tanggapan,
bahwa gerakan mengangkat tangan dalam mazmur tersebut yakni sebagai tanggapan,
pengakuan, serta kesaksian umat yang menyatakan Allah sebagai sumber berkat di
mana umat dapat bergantung pada-Nya. Penulis melihat gerakan tangan dalam
mazmur-mazmur tersebut tidak hanya dilakukan oleh individu tetapi juga dapat
dilakukan bersama-sama dalam ibadah komunal. Melihat hal ini, gerakan mengangkat
dapat digunakan dalam ibadah minggu saat ini sebagai tanggapan, pengakuan, serta
kesaksian umat yang menyatakan Allah sebagai sumber berkat di mana umat dapat
bergantung pada-Nya.
MEMBUNGKUK/SUJUD
Gerakan tubuh lain dalam kitab Mazmur yang digunakan dalam ibadah umat
Israel ialah gerakan sujud (bow down). Dalam kitab Mazmur, penulis menemukan ada
22x penggunaan gerakan sujud. Mazmur tersebut antara lain: Mazmur 5:7, 22:28,30,
29:2, 35:14, 37:24, 44:26, 45:12, 57:9, 66:4, 72:9,11, 86:9, 95:6, 96:9, 97:7, 99:5&9,
106:19, 138:2, 145:14, dan 146:8. Dalam budaya masyarakat TDK di Perjanjian
Lama, gerakan sujud memiliki 2 arti yakni mengacu pada tindakan sujud secara fisik
dan yang lain mengacu pada sikap penyembahan.0 Dalam salah satu kamus perjanjian
lama, gerakan sujud secara fisik umumnya digunakan untuk sapaan kepada orang lain
0
Kruger, “Nonverbal Communication and Symbolic Gestures in the Psalms.”
26
yang dihormati atau tanda mengakui ketundukan.0 Sedangkan sujud sebagai sikap
diri.0
Mazmur 22
Penulis akan membahas Mazmur 22:28 dan 30. Alasan penulis memilih
mazmur tersebut ialah karena Mazmur 22 merupakan mazmur yang menarik. Mazmur
ini diawali dengan seruan keluhan pemazmur, tetapi di akhir mazmur ini pemazmur
W. McConnell, Dictionary of the Old Testament: Wisdom, Poetry & Writings, ed. Tremper
0
itu sedang mengalami putus asa, namun ayat 23-31 pemazmur menaikkan ucapan
syukur kepada Tuhan. Melihat hal ini penulis melihat pengalaman pemazmur
memiliki kesamaan dengan pengalaman yang dihadapi orang percaya saat ini yakni
tertekan dan merasa Allah jauh dan meninggalkan umat di tengah keadaan yang tidak
mazmur ini juga dapat digunakan oleh banyak orang yang mengalami putus asa yang
sama seperti mazmur ini.0 Selain itu alasan lain penulis memilih Mazmur 22 yakni
karena terdapat 2x disebutkan kata sujud menyembah yang dipakai oleh pemazmur
dalam mazmur ini yakni ayat 28 dan 30. Melalui mazmur ini, penulis ingin melihat
hal apa yang membuat pemazmur tetap memuji Allah di saat ia merasa sendirian serta
putus asa dan apa makna dibalik penggunaan gerakan sujud menyembah dalam
mazmur ini.
Tuhan).0 Mazmur ini merupakan ratapan seseorang yang merasa ditinggalkan oleh
penganiayaan dari musuh.0 Namun dalam keadaan putus asa tersebut justru
mendorongnya untuk berdoa kepada Allah serta memohon agar Ia tidak jauh darinya
dan tidak meninggalkannya (ayat 20). Dalam mazmur ini pemazmur menunjukkan
bahwa di tengah penderitaan tersebut, ia tetap memiliki keyakinan bahwa Allah akan
0
Goldingay, Psalms 1-41, 323.
0
Ibid.
0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 131–132.
Tremper Longman, Psalms: An Introduction and Commentary, 2014, bag. “Psalm 22. My
0
pandangannya dan fokusnya hanya kepada Tuhan dan bukan pada penderitaannya.
Gerakan sujud pada Mazmur 22 mengacu pada keadaan lemah, sakit-sakitan dan
penyembahan kepada Allah. Hal ini juga didukung oleh Craige, ia mengatakan:
“Though the psalmist had been delivered from death, its nearness was no excuse to
cease from worshiping.”0 Menyembah Tuhan merupakan hal yang esensial bagi
Mazmur 22 menunjukkan sikap kebergantungan pada Allah dalam keadaan lemah dan
tidak berdaya.
Mazmur 95
tersebut ialah karena Mazmur 95 merupakan mazmur yang unik. Keunikan mazmur
ini yakni terdapat pola ajakan untuk beribadah dan penjelasan kenapa ajakan itu perlu
diindahkan. Melalui pola tersebut, penulis ingin melihat apa maksud adanya pola
tersebut dalam Mazmur 95. Alasan lain penulis memilih Mazmur 95 yakni terdapat
ajakan untuk sujud menyembah di hadapan Allah (ayat 6). Adanya gerakan sujud
tersebut, penulis ingin melihat apa makna dibalik gerakan sujud menyembah.
ini tersusun atas 2 bentuk yakni dorongan beribadah dan alasan beribadah. Susunan
bukanlah sebagai pengulangan. Urutan kedua lebih berfokus pada ekspresi ibadah
0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133.
0
Goldingay, Psalms 90-150, 88–89.
30
yakni sujud menyembah (ayat 6). Ayat 7b merupakan titik perubahan dalam Mazmur
95. Pada ayat 1-7c pemazmur menempatkan dirinya sama seperti lawan bicaranya
(mari kita), sedangkan pada ayat 7d pemazmur menempatkan dirinya sebagai lawan
bicara (kamu). Pada ayat 7d-11, terdapat tanggapan Allah secara langsung (Aku) dan
ingatan akan murka-Nya. Dalam pola ini, penulis melihat bahwa pemazmur sedang
Tuhan dan pengenalannya akan Tuhan. Hal ini dapat dilihat dalam ayat 1 dan ayat 6.
Pada ayat 1, pemazmur mendorong umat memuji Tuhan dengan bersorak-sorai (ayat
1), sedangkan pada ayat 6, pemazmur mendorong umat memuji Tuhan dengan
tindakan fisik yakni sujud menyembah di hadapan Allah. Pengenalan pemazmur akan
Tuhan juga berkembang yakni dari Allah sebagai pencipta dan penyelamat manusia
menjadi Allah sebagai gembala manusia. Allah tidak hanya menciptakan dan
melindungi kawanannya.0
Gerakan sujud dalam Mazmur 95 ialah tindakan fisik menekukkan kaki yang
menggambarkan kerendahan hati.0 Goldingay mengatakan, “We are bodies and not
merely spirits, and what we do with our bodies expresses our real selves. If there is no
tubuh manusia akan mengekspresikan sesuatu sesuai keadaan hati yang sebenarnya.
Dalam Mazmur 95, pemazmur mendorong umat untuk beribadah kepada Tuhan tidak
hanya dengan sorak-sorai, tetapi juga dengan tindakan fisik yakni sujud menyembah
0
Longman, Psalms, bag. “Psalm 95. Do not harden your hearts.”
0
Goldingay, Psalms 90-150, 93.
0
Ibid.
31
untuk mengekspresikan kerendahan hati dalam memuji Tuhan. Dengan pemaparan di
atas, penulis menyimpulkan gerakan sujud pada Mazmur 95 merujuk pada sikap
Mazmur 96
mazmur ini ialah pemazmur yang menulis mazmur ini adalah seorang pemimpin
ibadah.0 Ia menjadikan Allah sebagai objek pujiannya.0 Hal ini terlihat dari adanya
11x penyebutan kata Tuhan. Menariknya, pemazmur juga mengajak umat sujud
menyembah kepada Tuhan (ay.9). Melalui mazmur ini, penulis ingin melihat apa yang
membuat pemazmur terus menerus menyebutkan Tuhan dalam mazmurnya dan apa
ini berisi panggilan untuk memuji Allah. Dalam mazmur ini, pemazmur adalah
0
Longman, Psalms, bag. “Psalm 96. A new song.”
0
Tate, Psalms 51-100, 512.
0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133.
32
seorang pemimpin ibadah yang memanggil umat untuk memuji Tuhan.0 Ia
menyerukan kepada semua orang untuk memuji Allah atas pemerintahan, kedaulatan,
keagungan dan semua karya-Nya atas umat-Nya.0 Allah ialah objek pujian dalam
mazmur ini.0 Dalam hal ini, pemazmur tidak sedang mempromosikan Allah untuk
bahwa Allah lebih dahsyat daripada segala allah (ay. 4), Ia adalah pencipta (ay.5), Ia
adalah kudus (ay.9), dan Ia adalah setia (ay.13). Oleh karena pengenalannya yang
dalam akan Allah, ia mengundang semua orang untuk memuji Allah karena hanya
Allah yang layak menerima pujian. Ia layak menerima pujian dan kemuliaan, sebab Ia
lebih dahsyat dari segala allah (ay.4-5). Kemuliaan-Nya terlihat dalam pekerjaan
tangan-Nya (seperti dalam Mazmur 19:2) dan dalam perbuatan-Nya yang Ajaib (ay.
3)
Dalam memuji Allah, umat datang tidak hanya dengan pujian lisan saja, tetapi
tersebut dalam arti memberikan penghormatan kepada Tuhan (Im. 2).0 Persembahan
di sini ialah dengan memberikan sujud kepada Allah (ay.9). Dengan demikian
gerakan sujud dalam Mazmur 96 yakni sebagai penghormatan kepada Allah. Hal ini
juga didukung oleh Tate, “Prostation before Yahwehnin homage and adoration was
0
Longman, Psalms, bag. "Psalm 96. A new song.
0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “G. Psalm 96: Yahweh Will
Judge the World in Righteousness.”
0
Tate, Psalms 51-100, 512.
0
Longman, Psalms, bag. “Psalm 96. A new song.”
33
probably a regular part of Israelite worship.”0 Gerakan sujud dalam Mazmur 96
merupakan sikap penghormatan kepada Allah dan hal tersebut sering dilakukan dalam
ibadah orang Israel. Dengan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan gerakan sujud
bahwa gerakan sujud merupakan suatu sikap merendahkan diri dan menunjukkan
diri yang lemah serta terbatas terhadap Allah yang mahakuasa. Penulis melihat bahwa
gerakan sujud dalam mazmur-mazmur tersebut tidak hanya dilakukan oleh individu
tetapi juga dapat dilakukan bersama-sama dalam ibadah komunal. Melihat hal ini,
gerakan sujud juga dapat digunakan dalam ibadah minggu saat ini sebagai bentuk
0
Tate, Psalms 51-100, 514.
34
Gambar 2 ilustrasi membungkuk/sujud
Sumber: Othmar Keel, The Symbolism of the Biblical World: Ancient Near Eastern
Iconography and the Book of Psalms (Winona Lake: Eisenbrauns, 1997), 309–310,
316, 319-320.
TARI-TARIAN
35
Penggunaan gerakan tari-tarian merupakan salah satu bentuk pengekspresian
umat Israel dalam penyembahannya kepada Tuhan dalam Ibadah. Kata tari-tarian
sendiri berasal dari akar kata mahol yakni menari. Dictionary of Biblical Imagery
mengartikan tarian sebagai simbolis. Simbolis di sini merupakan sebuah tanda yang
lingkaran, berlari dan melompat, suatu seni pergerakan tubuh yang berirama dan
sukacitanya dengan melakukan tarian akustik (tepuk tangan, hentakan kaki, ketukan
perayaan pesta, biasanya tarian diiringi dengan iringan musik.0 Tarian umumnya
kembali dari pertempuran di Mizpa, ia disambut oleh putrinya dengan rebana dan tari-
tarian merupakan sarana untuk umat memuji, menghormati, serta mengucap syukur
kepada Tuhan atas segala perbuatan-Nya.0 Selain itu, tari-tarian merupakan suatu
bentuk pengabaian diri (Self-abandon) dari ciptaan kepada Sang Pencipta dalam
rangka menyatakan segala keagungan-Nya.0 Satu hal yang perlu diperhatikan juga
ialah bahwa tari-tarian merupakan suatu pengakuan akan hadirnya kekudusan. Seperti
halnya pada saat Tabut Perjanjian sedang diarak masuk ke Yerusalem, Daud dan
Mazmur 30
Aku yang meratap telah Kau ubah menjadi orang yang menari-nari,
0
Ryken dkk., Dictionary of Biblical Imagery, 188–189.
0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 44.
0
John Drane, Memahami Perjanjian Lama III: Iman Perjanjian Lama, terj. Hans Wuysang
(Jakarta: Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, 2003), 98–99.
37
Mazmur 30 digolongkan sebagai mazmur syukur individu.0 Di sisi lain,
mazmur ini juga dapat disebut sebut sebagai mazmur pujian karena inti dari mazmur
ini ialah pujian bagi Allah (ay.2, 5, 13). Tema mazmur ini yakni kesetiaan Tuhan
membela umat-Nya di dalam keadaan yang tidak menentu.0 Hal ini dibuktikan dalam
keadaan sukacita. Hal ini terlihat pada ayat 11 yakni adanya sebuah perubahan
keadaan yakni dari dukacita menjadi sukacita. Perubahan tersebut terjadi karena Allah
ikatan pada kain kabung seperti orang tua yang membuka pakaian anaknya dan
meletakkan di atas bahunya sesuatu yang cerah dan meriah seperti pakaian untuk
pernikahan daripada pemakaman.0 Namun penjelasan ini tidak sedang mengacu pada
pakaian untuk pernikahan, melainkan mengacu pada keadaan yang berubah secara
Mazmur 149
0
Craigie, Psalms 1-50, 251.
0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “DD. Psalm 30: Praise for
God’s Faithfulness in a Time of Need.”
0
Goldingay, Psalms 1-41, 431–432.
38
biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! (ay. 3)
struktural, mazmur ini dibagi menjadi 2 bagian yakni kegembiraan orang-orang suci
(ay.1-5) dan harapan orang-orang suci (ay.6-9).0 Sebagian besar mazmur ini berisi
seruan bagi umat untuk bergabung dalam penyembahan kepada Tuhan (ay.2-3,5).
Tuhan adalah objek pujian.0 Ia layak mendapatkan pujian umat Israel karena Ia adalah
pencipta dan raja mereka.0 Ungkapan pujian untuk Allah dengan rebana dan kecapi
menunjukkan suatu kegembiraan atas apa yang telah atau akan dilakukan Allah dalam
memenuhi janji-Nya.0
serta ucapan syukur atas segala perbuatan Tuhan melalui pujian dan penyembahan.
Mereka umumnya merayakan kemenangan dan berkat Tuhan dengan tari-tarian (lihat
Kel,15:20, Hak. 11:34, 2 Sam. 6:14, dan Yer. 31:4).0 Hal ini didukung oleh Allen
0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133.
0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “QQ. Psalm 149: Yahweh
Delights in His People.”
0
Ibid., 1433–1434.
0
Longman, Psalms, bag. “Psalm 149. A Sword in their Hands.”
0
Goldingay, Psalms 90-150, 739.
0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “QQ. Psalm 149: Yahweh
Delights in His People.”
0
Allen, Psalms 101-150, 399.
39
menunjukkan kegembiraan serta ucapan syukur pemazmur atas segala perbuatan
Tuhan.
Mazmur 150
150 merupakan serangkaian panggilan untuk memuji Tuhan. Dalam Mazmur 150,
terdapat setiap jenis alat musik yakni tiup, senar, dan perkusi yang dikerahkan untuk
memuji Tuhan. Menariknya, alat musik tersebut dimainkan oleh para imam (trompet),
orang lewi (harpa, kecapi, dan sambal) dan juga orang awam (rebana, senar, pipa).0
Adanya penggunaan alat musik dan tari-tarian dalam mazmur tersebut yakni untuk
Psalmist, therefore, in exhorting believers to pour forth all their joy in the praises of
God.”0 Dalam memuji Tuhan, pemazmur mengikut sertakan musik dan tari-tarian di
dalamnya untuk mencurahkan ekspresi sukacita mereka akan kebesaran Allah. Dalam
syukur atas segala kedahsyatan Tuhan melalui pujian dan penyembahan. Penulis
melihat bahwa gerakan tarian dalam mazmur-mazmur tersebut tidak hanya dilakukan
oleh individu tetapi juga dapat dilakukan bersama-sama dalam ibadah komunal.
Melihat hal ini, gerakan tarian juga dapat digunakan dalam ibadah minggu saat ini
Sumber: Othmar Keel, The Symbolism of the Biblical World: Ancient Near Eastern
Iconography and the Book of Psalms (Winona Lake: Eisenbrauns, 1997), 336.
KESIMPULAN
41
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan ada dua hal
berkaitan dengan penggunaan gerakan tubuh dalam kitab Mazmur. Pertama, gerakan
tubuh banyak ditemukan dalam kitab Mazmur sebagai bukti bahwa pemazmur
gerakan tubuh dalam kitab Mazmur tersebut dilakukan oleh umat Israel di dalam
Kedua, setiap gerakan tubuh yang digunakan memiliki makna teologis dalam
serta kesaksian umat akan perbuatan Allah yang dilakukan baik secara pribadi
maupun bersama-sama oleh seluruh umat Allah. Gerakan sujud menunjukkan suatu
kegembiraan atau sukacita dan ucapan syukur atas segala kedahsyatan Tuhan.
Dalam kitab Mazmur, gerakan tubuh digunakan dalam ibadah umat Israel
sebagai ekspresi penyembahan yang diarahkan kepada Allah. Melalui hal tersebut,
penulis melihat bahwa gerakan tubuh dapat digunakan oleh umat percaya saat ini
untuk memuji Tuhan dalam ibadah minggu yang diarahkan pada Allah. Pada bab
42
BAB 3
ibadah, umat percaya tidak hanya melakukan kegiatan, aktivitas, ataupun pertemuan
Ibadah merupakan orientasi hidup umat percaya yang menyembah Tuhan dan hal
dalam buku How Majestic Is Your Name memaparkan pengertian ibadah yakni
“Worship is an activity of the heart and mind, the emotion and will, that brings us to
God in his majesty, causes us to bow before him as our God and master, to express
an attitude of reverence and fear because of his power and love, and to obey his
commands in daily and seasonal acts of service that embrace both the sacred and the
secular.0
Ibadah adalah kegiatan yang melibatkan hati dan pikiran, emosi dan kehendak
Nya. Oleh karena ibadah melibatkan hati dan pikiran, emosi dan kehendak manusia,
hal tersebut mendorong manusia untuk melakukan tindakan aktif seperti bersujud di
hadapan-Nya sebagai Tuhan untuk mengekspresikan sikap hormat dan takut karena
0
Walter Leslie McConnell, How Majestic Is Your Name: An Introduction to Biblical Worship
(Eugene: Eugene, 2021), bb. Chapter 1: What is Worship.
43
kuasa dan kasih-Nya. Dengan demikian, ibadah bukanlah suatu kegiatan/aktivitas
rutin umat Kristen. Lebih dari itu, ibadah merupakan anugerah yang Tuhan berikan
kepada manusia untuk dapat bersekutu dan menyembah Allah dengan seluruh
keberadaannya yakni dengan hati, pikiran emosi, kehendak, dan tubuh. Hal ini pun
disebutkan dalam Alkitab dalam Markus 12:30 “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan
mengaburkan fokus umat terhadap penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah minggu
saat ini. Beberapa orang meyakini prinsip regulatif yakni penyembahan harus
Alkitab secara eksplisit.0 Beberapa orang yang lainnya meyakini prinsip normatif
yakni penyembahan dilakukan sesuai dengan norma dalam Alkitab.0 Sebagai contoh,
penyembahan umat Israel dalam Perjanjian Baru tidak memerintahkan umat Israel
tubuh dapat ditemukan dalam penyembahan umat Israel pada saat itu. Bagi penganut
bagi penganut prinsip normatif hal ini dapat dilakukan sebab Alkitab tidak melarang
0
Scheer, Essential Worship, 34.
0
Penyembahan dilakukan berdasarkan norma penyembahan alkitabiah dalam Alkitab. Ibid.,
35.
44
gerakan tubuh dalam ibadah. Hal ini tentu membingungkan serta menimbulkan
pertanyaan, apakah penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah dapat dilakukan atau
tidak. Robert Webber dalam buku Worship is a Verb mengatakan “…, the use of the
arts is not an end in itself.0 Penggunaan seni dalam ibadah (termasuk juga gerakan
kendaraan/sarana yang membantu umat dalam beribadah kepada Tuhan. Melihat hal
tersebut, dalam bab ini penulis akan memaparkan beberapa macam prinsip ibadah
umat Israel di dalam kitab Mazmur (sebagai akar pemahaman ibadah) untuk melihat
PRINSIP REGULATIF
Prinsip regulatif muncul pada zaman reformasi. Prinsip ini dipelopori oleh
Huldrych Zwingly dan John Calvin.0 Dalam jurnal The Westminster Theological, John
whatever the Bible does not command in New Testament worship by precept or
examples forbidden.”0 Prinsip regulatif ibadah mengajarkan bahwa apa pun yang
tidak diperintahkan oleh Alkitab dalam Perjanjian Baru dilarang untuk dilakukan,
0
Robert Webber, Worship Is a Verb: Eight Principles for a Highly Participatory Worship
(Nashville: Star Song, 1992), 13.
0
Scheer, Essential Worship, 34.
0
John Allen Delivuk, “Biblical Authority and the Proof of the Regulative Principle of Worship
in the Westminster Confession,” Westminster Theological Seminary 58, 2 (1996): 253.
45
diajar, serta dijadikan panutan ibadah umat percaya dalam penyembahan kepada
except that which is commanded by the Word of God.”0 Alkitab merupakan otoritas
utama dalam ibadah, sehingga hal lain di luar Alkitab tidak dapat disejajarkan dengan
Alkitab sebagai dasar utama dalam ibadah. Berkaitan dengan prinsip regulatif, Daniel
I Block dalam buku For the Glory of God menuliskan, “some adhere to the regulative
principle, which says that true worship involves only components expressly
prinsip regulatif tersebut memiliki keyakinan bahwa ibadah sejati hanya melibatkan
komponen-komponen yang secara tegas ditentukan dalam Alkitab dan melarang apa
pun yang tidak ditentukan dalam Alkitab. Melalui pemaparan tersebut, penulis
adalah yang dilakukan dengan didasari pada hal-hal yang secara eksplisit
Dalam prinsip regulatif ini, penulis melihat adanya kelebihan serta kekurangan
percaya menurut imajinasi dan pikiran manusia, tipu daya setan, atau cara lain yang
tidak ditentukan Allah sendiri dalam Alkitab.0 Dengan demikian, penyembahan umat
percaya akan terfokus serta terarah hanya kepada Allah saja. Kelebihan yang lain dari
0
James Montgomery Boice dkk., ed., Give Praise to God: A Vision for Reforming Worship:
Celebrating the Legacy of James Montgomery Boice (Phillipsburg: P & R Pub, 2003), 75.
0
Daniel I Block, For the Glory of God: Recovering a Biblical Theology of Worship (Grand
Rapids: Baker Academic, 2014), bag. Toward a Holistic, Biblical Understanding of Worship.
John M. Frame, “Some Question about the Regulative Principle,” Westminster Theological
0
dalam tindakan umat dalam beribadah kepada Tuhan.0 Alkitab dijadikan patokan
dalam menilai tindakan dalam ibadah, sehingga ibadah terlepas dari hal yang tidak
pantas.
ini terjadi karena jika tindakan penyembahan yang dilakukan tersebut tidak ada dalam
melakukan tindakan penyembahan dalam ibadah di luar Alkitab.0 Hal ini pun di
katakana oleh Terry L. Johnson dalam buku Worship of God “Clearly they teach that
we are not free to improvise in our worship.”0 Dalam ibadah, umat percaya tidak
PRINSIP NORMATIF
Prinsip normatif lahir pada zaman reformasi. Prinsip ini didukung oleh
Worship of God mengatakan “…, but whatever is not expressly forbidden by scripture
0
Delivuk, “Biblical Authority and the Proof of the Regulative Principle of Worship in the
Westminster Confession,” 253.
0
Scheer, Essential Worship, 35.
Terry L. Johnson, Terry L. Johnson, The Worship of God: Reformed Concepts of Biblical
0
Scripture is left to our best judgment.”0 Prinsip ini cenderung mencari pola serta
perintah yang tertulis secara eksplisit di dalam Alkitab melainkan berfokus pada apa
yang harus dilakukan dalam ibadah.0 Daniel I. Block dalam buku For the Glory of
God mengatakan “…, which allows Christians to incorporate in their worship forms
and practices not forbidden by Scripture, provided they promote order in worship and
kepada umat percaya untuk dapat memasukkan bentuk serta praktik dalam ibadah
yang tidak dilarang juga tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab dengan
menyimpulkan bahwa prinsip normatif yakni cara penyembahan kepada Tuhan yang
dilakukan dengan berfokus pada apa yang harus dilakukan dalam ibadah,
memberikan ruang dan keleluasaan kepada umat percaya untuk dapat berekspresi
serta berkreasi dalam penyembahannya kepada Tuhan.0 Prinsip ini tidak terfokus pada
0
Ibid., 13.
0
Scheer, Essential Worship, 35.
0
Ibid.
0
Block, For the Glory of God, bag. Toward a Holistic, Biblical Understanding of Worship.
0
Ibid.
48
larangan hitam di atas putih, melainkan fokus kepada apa yang harus dilakukan dalam
ibadah.0 Scheer dalam buku Essential Worship mengatakan “…, yet the normative
kesaksian Alkitab dengan cukup kuat, sehingga hal ini dapat dianggap sebagai
berdasarkan penilaian terbaik umat percaya.0 Penganut prinsip ini melakukan apa
yang benar di mata mereka sendiri. Hal ini sering dianggap menodai penyembahan
kepada Allah karena hal-hal yang tidak diperintahkan Alkitab diikut sertakan dalam
ibadah. Allah disembah tidak sesuai dengan apa yang Ia perintahkan. Oleh karena
membuat penilaian manusia dapat salah karena dosa yang mengaburkan penilaian
manusia.0
Kitab Mazmur merupakan salah satu kitab yang berisi ekspresi umat percaya
Sandra Van Opstal dalam buku “The Next Worship” juga mengatakan demikian, “The
Psalms, which are a model for individual and corporate worship, invite us to identify
or align with the experience of the psalmist regardless of our feelings.0 Kitab
Mazmur merupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam penyembahan
individu dan korporat. Hal ini karena kitab Mazmur berpusat pada tindakan
ibadah, dan lainnya).0 Ronald B. Allen dalam buku And I will Praise Him
mengatakan, “The praise of God is the central issue of the book of Psalms. Along with
kepada Tuhan dalam kitab Mazmur menekankan adanya partisipasi, di mana umat
mengarahkan seluruh aspek keberadaannya kepada Tuhan. Melihat hal tersebut, dapat
dikatakan bahwa mazmur memiliki peranan yang penting dalam penyembahan orang
Mazmur berasal dari kata mizmor yang memiliki arti puisi yang dinyanyikan
dengan alat musik. Puisi umumnya ditujukan kepada seseorang atau hal tertentu
dengan suatu tujuan. Menariknya, berbagai macam genre puisi dalam kitab Mazmur
(mazmur ratapan, mazmur pengucapan syukur, mazmur pujian, mazmur raja, mazmur
hikmat, dsb.) ditujukan/diarahkan hanya untuk Tuhan. Dalam berbagai genre puisi
yang benar akan Allah. Pada bagian ini penulis akan memaparkan genre-genre
macam genre tersebut tetap mengarahkan dirinya (baik pikiran maupun perasaannya)
Kitab Mazmur terdiri dari berbagai macam genre puisi. Genre puisi yang
dimaksud ialah mengacu pada sekelompok teks yang memiliki keserupaan, seperti
dalam hal suasana hati, konten, struktur, atau ungkapan.0 Hemann Gunkel merupakan
seorang ahli PL yang menentukan berbagai bentuk/genre sastra dalam kitab Mazmur
dengan metode form criticism (kritik bentuk). Murphy dalam buku The Gift of the
Psalms mengatakan, “He studied the literary types and pointed out their
mempelajari jenis-jenis sastra kitab Mazmur serta menunjukkan ciri khas, struktur,
dan tema dari mazmur tersebut. Dalam kitab Mazmur, pengelompokan berdasarkan
genre tersebut membantu pembaca dapat memahami konteks sastra dengan baik.
Beberapa genre dalam kitab Mazmur yakni mazmur ratapan, mazmur pujian, mazmur
0
Tremper Longman, How to read the Psalms (Downers Grove, Ill: InterVarsity Press, 1988),
20.
0
Roland E. Murphy, The Gift of the Psalms (Peabody: Hendrickson, 2000), 9.
0
Longman, How to read the Psalms, 24.
51
Berbagai genre yang terdapat dalam kitab Mazmur menampilkan begitu ragam
pemazmur tetap menyembah Tuhan di tengah berbagai macam keadaan dengan tetap
akan Tuhan.
Mazmur Ratapan
ditemui dalam kitab Mazmur yakni terdapat kurang lebih sebanyak 60 mazmur (baik
yang bersifat individu ataupun komunal).0 Pemazmur sering kali memulai mazmurnya
dengan doa yang digabung dengan permohonan kepada Tuhan untuk memohon
pertolongan terhadap pergumulannya, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat
dituju oleh pemazmur selain dari pribadi Allah sendiri.0 Mazmur ratapan muncul dari
kesulitan hidup dan memohon bantuan kepada Allah. Dalam keadaan sulit, pemazmur
tidak meninggalkan Tuhan melainkan terus bersandar dan bergantung pada Tuhan.
Umat Israel terus memanggil Tuhan bahkan ketika Tuhan tampak tidak ada atau tidak
bekerja.0 Mazmur ratapan tidak berfokus pada rasa sakitnya ataupun pergumulannya,
0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 131–132.
0
Longman, How to read the Psalms, 27.
W. H. Bellinger, Psalms: A Guide to Studying the Psalter, 2nd ed. (Grand Rapids: Baker
0
mazmur yakni Longman dalam buku How to read the Psalms mengatakan “The
lament is the psalmist’s cry when in great distress he has nowhere to turn but to
God.”0 Mazmur ratapan berisi tangisan pemazmur ketika ia sedang berada dalam
kesulitan dan hanya Tuhanlah tempatnya dapat mengadu. Brueggemann dan Bellinger
juga dalam salah satu buku yang ditulisnya mengatakan mengenai mazmur ratapan
“These psalms derive from a crisis either of a person of faith (such as illness or false
accusation) or of the community of faith (such as war or famine). The prayers address
Israel’s God and portray the crisis and call for help.”0 Mazmur ratapan
berasal/muncul dari keadaan suram yang dialami umat percaya ataupun komunitas
umat percaya, sehingga umat memohon pertolongan kepada Tuhan. Dengan demikian
pemazmur dan umat Israel ketika berada dalam kondisi hidup yang sulit dan menekan
(baik yang dialami individu ataupun sekelompok orang), sehingga di akhir mazmur
ratapan tersebut umumnya terdapat doa yang ditujukan kepada Tuhan untuk
tempat kudus Allah (Mazmur 28:2), berseru kepada Allah (Mazmur 4:2), sujud
menyembah ke arah bait kudus Allah (Mazmur 5:8), memandang kepada Allah
0
Longman, How to read the Psalms, 26.
0
Brueggemann dan Bellinger, Psalms, bb. 1. Introduction.
53
(Mazmur 123:1), dst. Tuhanlah yang menjadi satu-satunya sumber pengharapan umat
pemazmur atas jawaban Tuhan terhadap doanya. Sama seperti mazmur ratapan,
mazmur ucapan syukur dapat bersifat individu maupun komunal. Namun mazmur ini
berbeda dengan mazmur ratapan. Perbedaan tersebut yakni terletak pada pujian yang
menyatakan tindakan yang telah Tuhan lakukan yaitu memberikan keselamatan dan
pembebasan dari kesulitan.0 Mazmur pengucapan syukur lahir dari jawaban Tuhan
mazmur pengucapan syukur yakni Longman dalam buku How to read the psalms
mengatakan “Sebuah mazmur syukur adalah pujian bagi Tuhan untuk doa yang
dijawab.”0 Mazmur pengucapan syukur adalah pujian pemazmur kepada Tuhan untuk
doa yang dijawab. William P. Brown dalam buku Psalms juga mengatakan “…, the
unwavering confidence in God’s care and power to deliver.”0 Mazmur ucapan syukur
menunjukkan keyakinan yang kuat dalam pemeliharaan dan kuasa Tuhan. Dengan
0
Tremper Longman dan Raymond B. Dillard, An Introduction to the Old Testament: Second
Edition, 2nd ed. (Grand Rapids: Zondervan, 2006), bb. 16. Psalms.
0
Longman, How to read the Psalms, 30–31.
0
William P. Brown, Psalms (Nashville: Abingdon, 2010), 54.
54
pemaparan demikian dapat disimpulkan bahwa mazmur pengucapan syukur berisi
ucapan syukur pemazmur akan pertolongan Tuhan atas kesulitan yang dihadapi,
sehingga mazmur ini dapat dikatakan sebagai suatu tanggapan dari mazmur ratapan.
pada Tuhan.
Tuhan atas dirinya yang telah memberikan pertolongan terhadap kesulitan yang
sebagai tanda sukacita serta bentuk ucapan syukurnya kepada Allah (Mazmur 30:12),
(Mazmur 66), pemazmur sujud ke arah bait kudus Allah atas kesetiaan pada janji-Nya
atas umat Israel (Mazmur 138:2), bersorak-sorai dan bersukacita atas perbuatan-Nya
(Mazmur 118:24), dst. Tuhanlah yang menjadi satu-satunya sumber pertolongan dan
hanya kepada-Nya tempat umat dapat bersandar. Tuhanlah yang menjadi pusat dari
Mazmur Pujian
Tuhan yang sering dipuja sebagai Pencipta (Mazmur 19:1-4, 47:5-6).0 Mazmur puijan
0
Longman, How to read the Psalms, 25.
55
biasanya dibuka dengan sebuah pengantar yang berisi seruan dan perintah sederhana
untuk bergembira dan memuji Tuhan atau dalam bahasa Ibrani yakni Hallelu Yah
dengan menggunakan bentuk perintah jamak seperti dalam Mazmur 113:1, 117:1,
135:1, 148:1-4, dan seterusnya.0 Selain itu, mazmur pujian dapat dikenali dari isi
memuji Allah atas kebaikan dan perbuatan yang Ia lakukan. Bellinger dalam buku
yang ditulisnya mengatakan “…, the psalms of praise greatly enhance our
pemahaman umat percaya untuk memuji Tuhan. Mazmur pujian dapat memperdalam
iman, mendorong orang untuk bersaksi tentang Tuhan, dan mengajak orang lain untuk
perayaan Paskah (Mazmur 113-118), panen (Mazmur 84, 87, 122, 132), kemenangan
mazmur pujian yakni William P. Brown dalam buku yang ditulisnya mengatakan “…,
the praise psalms begin and end on the same resounding note.”0 Mazmur pujian
dimulai dan diakhiri dengan nada bergema yang sama. Brugemmann dan Bellinger
dalam bukunya juga mengatakan “These psalms offer adoration and praise to God as
creator and redeemer. They begin with a call to the congregation to offer praise and
0
Ibid., 24.
0
Bellinger, Psalms, 110.
0
Ibid.
0
Brown, Psalms, 52.
56
often conclude with a very similar renewed call. The body of the psalm articulates
reasons why the community should offer praise to God.”0 Mazmur pujian
menawarkan pemujaan dan pujian kepada Tuhan sebagai pencipta dan penebus.
pujian dan biasanya sering diakhiri dengan panggilan baru yang sangat mirip. Dengan
kepada Tuhan sebagai pencipta dan penebus umat manusia. Oleh karena itu,
pemazmur menyadari akan siapa Tuhan dan mengajak semua umat untuk turut
Dalam mazmur pujian ini umumnya berisi pujian dan ajakan untuk beribadah
kepada Tuhan (Mazmur 15, 24), pujian untuk mengingat perbuatan besar Tuhan
(Mazmur 29, 33, 68, pujian terhadap Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara
dengan gembira dan bersukacita bagi Allah (Mazmur 68), pemazmur mengajak umat
untuk bersama-sama sujud menyembah dan berlutut di hadapan Tuhan yang adalah
Allah yang besar dan raja atas segala allah (Mazmur 95), pemazmur mengajar umat
untuk bersorak-sorak bagi Alah dengan nyanyian mazmur (Mazmur. 95:2), dst.
Tuhanlah yang menjadi satu-satunya pusat atas puji-pujian umat percaya dan
0
Bellinger, Psalms, bag. Indroduktion: Matters of Method.
57
Mazmur Raja
Mazmur raja merupakan doa pemazmur kepada Tuhan untuk raja dengan
- Untuk raja dapat melakukan tugasnya dengan adil (Mazmur 72, 101)
- Untuk raja dapat menang di dalam peperangan (Mazmur 18, 20-21, 89, 144).
Di Israel, raja (manusia) adalah wakil Allah/putra Allah di dalam dunia ini, oleh
sebab itu Allah akan memelihara raja. Bellinger dalam bukunya juga mengatakan
“These psalms describe the king as God’s representative ruling over the kingdom that
God has established.”0 Mazmur ini menggambarkan raja sebagai wakil Tuhan yang
memerintah atas kerajaan yang telah Tuhan dirikan. Di sisi lain, teks mazmur raja
menggambarkan Allah sebagai raja dan berbicara tentang janji kekuasaan Allah atas
segalanya. 0
Hal ini juga dikatakan oleh Longman dalam buku How to read the
Mazmur kerajaan dibagi dalam dua kelompok yakni mazmur yang berfokus pada raja
0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133–134.
0
Bellinger, Psalms, 127.
0
Ibid.
0
Longman, How to read the Psalms, 34.
0
Ibid.
58
Manusia sebagai raja hanyalah cerminan akan kerajaan Allah di dunia.0 Allah
adalah raja. Ia dinyatakan sebagai raja bukan hanya oleh umat Israel tetapi juga oleh
sehingga mereka menanggapinya dengan memuji Dia sebagai raja mereka (Mazmur
98:1). Meskipun mazmur kerajaan tidak banyak, namun mazmur-mazmur itu penting
bagi Israel kuno karena mereka berbicara tentang Allah yang bekerja aktif dengan
yang terarah kepada Allah. Sebagai contoh, pemazmur mengajak semua raja-raja
(Mazmur 18, 21, 144), pemazmur bersorak-sorai atas kemenangan yang Tuhan
berikan (Mazmur 20), dan seterusnya. Tuhanlah yang menjadi satu-satunya pusat atas
Mazmur Hikmat
hikmat berisi instruksi di mana yang mendengarnya dapat hidup sesuai dengan
kehendak Tuhan. Bellinger dalam buku yang ditulisnya mengatakan “Texts like these
0
Ibid.
0
Bellinger, Psalms, 130.
59
provide guidance and instruction for living a full life; they helped develop skill in
living the wise life.”0 Teks mazmur hikmat memberikan panduan serta instruksi untuk
menjalani kehidupan yang bijaksana. Teks-teks hikmat tersebut diperoleh dari refleksi
2. Ungkapan Bahagia
3. Peringatan
retoris:
Dalam kitab Mazmur, terdapat 11 mazmur hikmat (Mazmur 1, 32, 37, 49, 73,
78, 112, 119, 127-128, dan 133).0 Umumnya mazmur hikmat mencerminkan beberapa
tema yakni takut akan Tuhan dan mencintai Tauratnya (Mazmur 79, 119), kontras
antara hidup orang benar dan hidup orang fasik (Mazmur 1,32, 37, 49, 73, 112, 127-
terarah kepada Allah. Sebagai contoh, mulut orang benar mengucapkan hikmat
(Mazmur 119:172), dst. Tuhanlah yang menjadi satu-satunya pusat atas puji-pujian
KESIMPULAN
0
Ibid., 130–131.
0
Ibid., 129.
61
Ibadah merupakan hal yang esensial dalam kehidupan umat percaya. Ibadah
mengaburkan hal yang justru merupakan inti dari ibadah yang seharusnya
dilakukan/berlangsung di dalam ibadah yakni ibadah yang berpusat pada Kristus dan
yang diorientasikan kepada Allah. Penulis dalam buku O come let us worship
mengatakan “Tuhan sebagai objek penyembahan yang tepat.”0 Dalam ibadah umat
percaya saat ini, Tuhanlah yang menjadi objek penyembahan di dalam ibadah.
Graham Buxton dalam buku Dancing in the dark juga mengatakan hal yang sama
yakni “…, we may note that God is both the object and the subject of true worship.”0
Tuhan ialah objek juga subjek dari penyembahan umat percaya dalam ibadah.
mengamati bahwa setiap genre dari mazmur tersebut mengarah pada Tuhan dan
diorientasikan pada Tuhan dengan tujuan untuk memuji Tuhan. Brown dalam buku
Psalms mengatakan, “…, the expression of joy and mourning within a cultic context
are not simply outpourings of emotion; they are behavioral, ritually based
activities.”0 Ekspresi sukacita ataupun duka dalam kitab Mazmur bukan dilakukan
0
Robert G. Rayburn, O Come, Let us Worship: Corporate Worship in the Evangelical Church
(Grand Rapids: Baker Book House, 1980), 104.
0
Graham Buxton, Dancing in the Dark: The Privilege of Participating in the Ministry of
Christ, Revised edition. (Oregon: CASCADE Books, 2016), bb. Chapter 7: The Spirit of Worship.
0
Brown, Psalms, 62.
62
Tuhan. Selain itu, pemazmur di dalam mazmur-mazmurnya juga didapati melibatkan
seluruh aspek keberadaan dirinya. Seluruh aspek keberadaan diri yang di maksud
yakni gerakan tubuh sebagai tindakan dalam penyembahan umat Israel kepada
dilakukan dengan pengenalan yang benar terhadap Allah dan dilakukan dengan tujuan
yang benar yakni untuk memberikan kemuliaan serta penghormatan kepada Allah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gerakan tubuh dapat dilakukan sebagai
tindakan penyembahan dalam ibadah umat percaya yang didasari akan pengenalan
yang benar terhadap Allah dan dilakukan dengan tujuan/motivasi yang benar.
Dalam ibadah minggu, umat percaya diberikan hak istimewa untuk dapat turut
berpartisipasi sebagai satu kesatuan umat yang telah ditebus dalam tindakan
(pikiran), psyche (jiwa), pneuma (roh), soma (tubuh), dan kardia (hati).0 Di dalam
beribadah kepada Allah. Selain itu, penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah juga
bukanlah suatu hal yang diharuskan/dipaksa untuk dilakukan dalam ibadah. Di sisi
lain, penggunaan gerakan dalam ibadah tidak dilakukan atas dasar penilaian terbaik
manusia, melainkan dilakukan dengan pemahaman serta tujuan yang benar secara
otentik di hadapan Allah. Goldingry dalam buku Old Testament Theology: “Once
more inward feelings mean nothing if they are not accompanied by outward
0
Franklin M. Segler, C. Randall Bradley, dan Franklin M. Segler, Understanding, Preparing
for, and Practicing Christian Worship, 2nd ed. (Nashville: Broadman & Holman, 1996), 61–62.
63
expression.”0 Memuji Allah dengan gerakan tubuh merupakan hal yang baik, tetapi
gerakan tersebut harus dilakukan atas dasar pengenalan akan Allah yang benar yang
(Untuk memulai bab baru, gunakan Page Layout > Breaks > Next Page)
0
Goldingay, Old Testament Theology, 177.
64
BAB 4
yakni untuk memuliakan Tuhan. Penulis dalam buku understanding for, and
practicing mengatakan, “Worship used for any purpose other than God’s glory is not
true worship”.0 Ibadah yang benar yakni sebuah penyembahan yang dilakukan
dengan tujuan untuk kemuliaan Allah. Hal ini juga didukung oleh Penulis dalam buku
For the glory of God mengatakan, “For this reason the goal of authentic worship is
the glory of God rather than the pleasure of human beings, which means that forms of
worship should conform to the will of God rather than to the whims of fallen
0
Segler, Bradley, dan Segler, Understanding, Preparing for, and Practicing Christian
Worship, 11.
0
Block, For the Glory of God, bag. Toward a Holistic, Biblical Understanding of Worship.
65
panggilan dari Allah dan umat meresponi panggilan tersebut dengan berpartisipasi
Gerakan tubuh merupakan salah satu hal yang berarti untuk dilakukan dalam
ibadah komunal/ibadah minggu. Ia bukan sekadar gerakan asal yang tidak memiliki
arti. Gerakan yang digunakan dalam ibadah memiliki suatu makna teologis yang
sangat dalam. Hal ini tentu bukanlah suatu hal yang baru. Sejak zaman Perjanjian
Lama, gerakan tubuh sering digunakan oleh umat Israel dalam penyembahannya
kepada Allah. Mereka mengangkat tangan (Mazmur 63:5), sujud (Mazmur 95:6), dan
umat Israel, gerakan sujud merupakan hal yang umum dilakukan sebagai bentuk
memiliki hubungan yang erat dengan penggunaan gerakan tubuh di dalamnya. Penulis
dalam buku Music and the Arts in Christian Worship mengatakan, “Movement,
dance, posture are also fundamental elements of worship.”0 Gerakan tubuh dalam
ibadah merupakan salah satu elemen dasar penyembahan umat kepada Tuhan.
Sebagai elemen dasar dari pemujaan, gerakan tubuh memiliki makna simbolis
preparing for, and practicing Christian worship mengatakan, “Bodily actions are
0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 5.
0
Robbert E. Webber, ed., Music and the Arts in Christian Worship, The Complete Library of
Christian Worship v. 4 (Nashville: Star Song, 1994), 719.
66
symbolic of our inner attitude in worship.”0 Gerakan tubuh menampilkan bagaimana
sikap hati manusia yang sesungguhnya dalam ibadah. Penulis dalam buku Too deep
for words juga mengatakan “Ketika sebuah pemikiran yang lebih rumit ingin
dapat digunakan dalam berbagai pertemuan ibadah saat ini. Melihat hal tersebut,
gerakan tubuh perlu untuk di terapkan dalam ibadah minggu saat ini karena gerakan
tubuh menolong umat dapat mengkomunikasikan makna atau maksud yang tidak
dapat dijelaskan atau disampaikan lewat kata-kata dan gerakan tubuh menjadi salah
Allah dan memuliakan Allah. Berikut penulis akan memaparkan beberapa hal yang
kemuliaan Tuhan. Salah satu gerakan tubuh yang umum digunakan manusia dalam
0
Segler, Bradley, dan Segler, Understanding, Preparing for, and Practicing Christian
Worship, 160.
0
Clayton J. Schmit, Too Deep for Words: A Theology of Liturgical Expression, 1st ed.
(Louisville: Westminster John Knox, 2002), 4.
0
Webber, Music and the Arts in Christian Worship, 729.
67
dalam kitab Mazmur, penulis menemukan beberapa makna. Pertama, sebagai bentuk
yang Maha Kudus (Mazmur 28). Kedua, sebagai bentuk kebergantungan pemazmur
pada Allah yang adalah sumber pengharapan (Mazmur 63). Ketiga, sebagai
tanggapan, pengakuan, serta kesaksian umat akan Allah sebagai sumber segala berkat
sebagai tanggapan dalam menerima berkat Allah. Sesuai dengan makna teologis
maupun secara komunal. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dahulu mengenai makna serta tujuan penggunaan gerakan mengangkat tangan agar
tangan yakni menunjukkan sebuah tanggapan, pengakuan, serta kesaksian umat yang
tertentu. Penggunaan gerakan mengangkat tangan dalam ibadah merupakan hal yang
sangat alkitabiah dan merupakan pengalaman yang baik serta otentik dalam
68
gunakan gerakan mengangkat tangan pada saat/waktu yang tepat, seperti ketika pujian
pengagungan, berdoa, menerima berkat Tuhan, pengutusan oleh hamba Tuhan, dan
Ada baiknya jika gerakan mengangkat tangan tersebut dilakukan sebagai suatu
tindakan spontanitas umat dalam meresponi apa yang sedang umat rasakan pada saat
menyembah Allah dalam ibadah. Kelima, ajak jemaat untuk mengarahkan hati,
pikiran, serta gerakan mengangkat tangan kepada Allah. Jemaat yang menggunakan
yang dipaksakan untuk selalu ada dalam penyembahan, namun harus diterapkan
sesuai dengan makna dan tujuannya digunakan. Dalam ibadah, gerakan mengangkat
tangan di dalam ibadah harus didasari dengan pemahaman yang benar akan makna
dari mengangkat tangan itu sendiri dan kepada siapa gerakan tersebut diarahkan,
yakni kepada Tuhan. Hal ini penting untuk dipahami dan dilakukan dengan baik oleh
0
Vann, Worship Matters, 71.
69
Gerakan tubuh lain yang sering digunakan dalam ibadah yakni gerakan
kebergantungan pada Allah dalam keadaan lemah dan tidak berdaya (Mazmur 22).
Kedua, sebagai bentuk kerendahan hati dalam memuji Allah (Mazmur 95). Ketiga,
sebagai bentuk hormat/tunduk kepada Allah (Mazmur 96). Gerakan sujud dapat
Dalam ibadah, gerakan sujud dapat dilakukan secara pribadi maupun secara
komunal. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengenai makna serta tujuan penggunaan gerakan sujud agar jemaat terdorong untuk
Allah. Kedua, berikan pemahaman bahwa gerakan sujud dapat dilakukan dalam
ibadah. Penggunaan gerakan sujud dalam ibadah merupakan hal yang sangat
alkitabiah dan merupakan pengalaman yang baik serta otentik dalam penyembahan
kepada Allah.
gerakan sujud pada saat/waktu yang tepat, seperti ketika doa pengakuan dosa, doa
0
Block, For the Glory of God, bb. 1: Toward a Holistic, Biblical Understanding of Worship.
70
syafaat, doa berkat, dan lainnya sesuai dengan makna gerakan sujud tersebut. Kelima,
ajak jemaat untuk mengarahkan hati, pikiran, serta gerakan yang dilakukan kepada
Allah.
Dalam menerapkan gerakan sujud, umat perlu diarahkan serta dituntun pada
pemahaman yang benar akan makna serta tujuan penggunaannya dalam penyembahan
kepada Allah. Penggunaan gerakan sujud dalam ibadah dapat membantu umat dalam
mendalam baik yang dilakukan secara pribadi ataupun komunal. Selain itu,
dilakukan dengan didasari makna serta tujuan yang tepat. Dalam ibadah, gerakan
sujud digunakan sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi, umat harus
mengetahui terlebih dahulu makna di balik penggunaan gerakan sujud yang hendak
kepada Tuhan.
71
Tari-tarian merupakan salah satu cara manusia mengkomunikasikan perasaan
yang asing dilakukan saat penyembahan umat percaya. Deena Borchers dalam buku
Music and Art in Chrstian Worship mengatakan, “Dance was one of the first form of
worship for humankind, and it was also one of the first form of Christian Worship,
inherited from Jews.”0 Menari dalam ibadah adalah bentuk penyembahan umat
percaya yang sudah ada sejak dahulu dan merupakan sebuah warisan yang seharusnya
dimanfaatkan dan digunakan sebaik mungkin dalam penyembahan umat percaya saat
ini. Tari-tarian dalam ibadah merupakan bagian yang signifikan untuk dilakukan
Miriam. Miriam ialah seorang nabiah, saudara Harun. Pada saat bangsa Israel berhasil
melewati Laut Merah dan lepas dari kejaran tentara Firaun, ia mengambil rebana dan
menari-nari dengan sukacita karena pertolongan Allah atas bangsa Israel (Kel. 15:20).
Kisah lainnya yaitu kisah Daud. Daud menari-nari di hadapan Allah saat tabut
Perjanjian sedang diarak masuk ke Yerusalem (2 Sam. 6:5, 14, 16, 21, dan 1 Taw.
13:8, 15:29). Selain itu pemazmur dalam Mazmur 150 mengajak seluruh umat Allah
0
Webber, Music and the Arts in Christian Worship, 729.
0
Ibid.
72
Dalam kitab Mazmur, penulis melakukan eksposisi dan mendapatkan
serta ucapan syukur umat atas segala perbuatan Allah melalui pujian dan
keperkasaan dan kebesaran Allah (Mazmur 150). Dengan demikian, tari-tarian dapat
pujian dan ucapan syukur umat percaya kepada Allah. Tari-tarian tidak hanya
“Biaralah segala yang bernafas memuji Tuhan!” Dengan demikian, tari-tarian dapat
Dalam kitab Mazmur, gerakan tari-tarian merupakan salah satu cara umat
lainnya. Dalam ibadah saat ini, gerakan tari-tarian juga dapat digunakan sebagai
maksud hati terdalam manusia kepada Allah yang tidak dapat disampaikan melalui
Dalam ibadah, istilah tarian yang digunakan saat ini ialah tarian liturgi.
mengenai tarian liturgi, “As a type of religious or sacred dance, liturgical dance
73
includes body movement, attitude, and shaping and may involve an individual dancer,
a group of dancers or the entire assembly.”0 Tarian liturgi merupakan jenis tari suci
yang dapat digunakan dalam ibadah. Tarian liturgi mencakup gerak tubuh dan sikap
yang dapat melibatkan seorang penari, sekelompok penari, bahkan seluruh umat.
Dalam ibadah, tarian liturgi bukanlah suatu pertunjukan sehingga tidak semua bentuk
tari-tarian dapat digunakan dalam ibadah.0 Syarat sebuah tari-tarian dapat digunakan
dalam ibadah yakni untuk melayani tindakan penyembahan dan membawa kemuliaan
bagi Tuhan.0 Dengan demikian, tari-tarian yang dapat digunakan dalam ibadah yakni
tarian liturgi. Scheer dalam buku Essential Worship menjelaskan mengenai tarian
liturgi, “True liturgical dance is dance supports and amplifies the liturgy itself.”0
Dalam ibadah, tarian liturgi berfungsi sebagai sarana pendukung berbagai tindakan
ibadah.
dilakukan secara pribadi maupun secara komunal. Oleh sebab itu penulis mencoba
teks sebagai pengiring tarian yang umum atau sering digunakan dalam ibadah.
Menggunakan lagu atau teks yang dikenal akan membantu jemaat memahami maksud
atau pesan dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam tarian. Kedua, gunakan
gerakan sederhana yang memiliki makna teologis yang jelas sesuai kebutuhan yang
diperlukan. Hal tersebut akan membantu umat untuk mengerti isi tarian.
Ronald Gagne, Thomas Kane, dan Robert VerEecke, ed., Introducing Dance in Christian
0
Robert Webber, Enter His Courts with Praise: A Study of the Role of Music and the Arts in
0
menonjol dan dapat mengganggu fokus umat kepada Allah dalam ibadah. Gerakan
pada tari-tarian yang terlalu menonjol dapat mengalihkan fokus umat dan tarian tidak
lagi sesuai dengan maksud dan tujuannya digunakan dalam ibadah. Jika gerakan pada
tarian yang digunakan terlalu menonjol, makan tarian tersebut juga bisa saja menjadi
batu sandungan bagi umat yang lain. Keempat, setiap gerakan yang digunakan harus
dipersembahkan hanya untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk kepentingan pribadi atau
kemuliaan diri sendiri. Dengan demikian, tarian yang dilakukan dapat membawa
seseorang dapat lebih mengenal dan merasakan Tuhan dalam ibadah. Kelima, pelayan
tari menggunakan pakaian yang sopan dan nyaman. Hindari pakaian yang
mengandung unsur eksotis. Menggunakan pakaian yang sopan dan nyaman membawa
nama-Nya, dan dapat menolong serta menjadi berkat bagi jemaat dalam
ibadah dan tari-tarian merupakan hal yang alkitabiah dan merupakan pengalaman
yang baik serta otentik dalam penyembahan kepada Allah. Selain itu perlu juga untuk
memberikan penjelasan tarian, maksud serta tujuan tarian dilakukan, serta landasan
75
Kedelapan, undang dan dorong jemaat untuk berpartisipasi (pada tarian-tarian
ruangan ibadah yang akan digunakan. Kesepuluh, ajak jemaat untuk mengarahkan
Tarian liturgi dalam ibadah merupakan hal yang alkitabiah dan dianjurkan
untuk dilakukan dalam penyembahan umat percaya kepada Allah (Mazmur 149:2-4).0
Dalam ibadah saat ini, tari-tarian dapat menjadi sarana umat mengekspresikan serta
hidup, sehingga umat dihimbau untuk menerapkan tari-tarian dalam ibadah. Dalam
penerapannya, tarian harus dilakukan dengan motivasi yang benar dan didasari pada
pengenalan akan Allah yang benar. Umat perlu diarahkan serta dituntun pada
pemahaman yang benar akan motivasi yang mendasari tari-tarian mereka dalam
penyembahan kepada Allah. Sama seperti ibadah harus terpusat pada Allah,
penyembahan melalui tari-tarian dalam ibadah pun harus berpusat pada Allah. Robert
L. Dickie dalam buku Worship mengatakan, “God-centred worship simply means that
God’s glory, honour, majesty and will are foremost in our thoughts and desires.”
Ibadah yang berpusat pada Tuhan berarti menjadikan Tuhan yang utama dan terutama
keagungan, dan kehendak Tuhan dalam ibadah tersebut. Tarian dalam ibadah pun
harus menjadikan Tuhan yang utama dan terutama dalam pikiran dan keinginan umat.
Kevin J. Navarro, The Complete Worship Service: Creating a Taste of Heaven on Earth
0
dilakukan dengan didasari makna serta tujuan yang tepat. Dalam ibadah, tari-tarian
digunakan sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi, umat harus mengetahui
terlebih dahulu makna di balik tari-tarian yang hendak dikomunikasikan dan kepada
siapa gerakan tersebut diarahkan, yakni kepada Tuhan. Tarian liturgi tidak hanya
sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai pendukung dalam susunan ibadah.
Sebagai pendukung susunan ibadah, tarian liturgi memiliki beberapa bentuk tari-tarian
yang dapat digunakan.0 Pertama, tarian prosesi. Tarian ini dapat digunakan saat
prosesi memulai ibadah, pembacaan Injil, pemberian roti dan anggur, dan pada
Kedua, tarian proklamasi. Tarian ini dapat digunakan saat pembacaan firman
Tuhan. Tarian proklamasi melibatkan pembaca firman serta penari yang bersama-
sama menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Tarian ini membantu umat untuk
melihat, merasakan, dan memahami keindahan kebenaran firman Tuhan tersebut lebih
keunggulan tarian liturgi yang tidak didapatkan melalui pembacaan firman Tuhan
mengekspresikan doa umat kepada Tuhan. Tarian ini melayani doa-doa tertentu yang
lebih bersifat ekspresif dalam ibadah. Doa-doa yang lebih bersifat ekspresif yakni
seperti doa pengakuan dosa, doksologi, dan sebagainya. Keempat, tarian meditasi.
0
Gagne, Kane, dan VerEecke, Introducing Dance in Christian Worship, 99–113.
77
Tarian ini bersifat reflektif dan dapat digunakan sebagai tanggapan bacaan atau
ucapan syukur atas perbuatan atau peristiwa tertentu, seperti pembacaan mazmur,
diajak untuk merenungkan firman Tuhan yang telah diterima. Gerakan tubuh yang
digunakan dalam tarian ini berasal dari respon/tanggapan hati berupa ucapan syukur,
Kelima, tarian perayaan. Tarian ini biasanya digunakan pada awal atau akhir
ibadah. Tarian ini umumnya melibatkan seluruh umat dalam beberapa gerakan
sederhana dengan suasana sukacita dan meriah. Bentuk-bentuk tarian liturgi di atas
khusus lainnya. Hal ini memberikan ruang untuk tarian dapat digunakan dalam
yang dapat dilakukan bersama-sama dalam ibadah minggu. Sebagai contoh, lagu ‘Ku
Bersyukur KPPK 23. Pada kalimat pertama, Ku bersyukur dengan ‘g’nap hatiku.
Gerakan yang digunakan yaitu dengan menaruh kedua tangan di dada. Hal ini
menunjukkan sebuah pengakuan diri bahwa aku bersyukur dengan segenap hatiku.
sebuah tanggapan akan perbuatan Tuhan yang ingin diperkenalkan kepada orang-
orang.
digunakan yaitu menaruh kedua tangan di dada dengan tarian sederhana yakni
78
menggoyangkan badan ke kanan dan ke kiri. Hal ini menunjukkan sebuah rasa
sukacita yang dialami seseorang karena perbuatan Tuhan. Pada kalimat keempat, ‘ku
mau puji nama-Mu (gerakan yang digunakan yaitu mengangkat tangan. Hal ini
nama-Nya.
Contoh ini dapat digunakan bersama-sama oleh seluruh umat pada saat
meresponi bagian firman Tuhan. Gerakan tersebut merupakan contoh yang diberikan
penulis, sehingga hal tersebut bukan atau tidak menjadi penerapan gerakan tubuh
yang baku.
KESIMPULAN
dirinya diciptakan Allah yaitu dengan nous (pikiran), psyche (jiwa), pneuma (roh),
soma (tubuh), dan kardia (hati). Salah satunya cara umat menyembah Allah dengan
penyembahannya kepada Allah. Hal ini karena gerakan tubuh umumnya akan secara
spontan menampilkan bagaimana sikap hati manusia yang murni dalam ibadah.
Dengan demikian, menerapkan gerakan tubuh dalam ibadah merupakan hal yang baik
79
untuk dilakukan umat percaya dalam penyembahannya kepada Tuhan karena hal
sebuah gerakan yang asal-asalan. Penerapan gerakan tubuh dalam ibadah haruslah
merupakan sebuah tindakan yang memperjelas makna dari sesuatu pesan pengajaran
yang ada di dalamnya. Selain itu gerakan tubuh yang digunakan dalam ibadah harus
didasari atau diorientasikan dengan pemahaman dan tujuan yang benar yaitu
memuliakan Allah. Dengan adanya pemahaman dan tujuan yang benar, maka akan
ada ekspresi penyembahan yang benar kepada Allah. Penerapan gerakan mengangkat
gerakan sujud dilakukan sebagai bentuk pertobatan, ketundukan, sikap hormat dan
mengekspresikan pujian dan ucapan syukur umat percaya kepada Allah. Sama seperti
tujuan ibadah yaitu untuk kemuliaan Allah, maka penggunaan gerakan tubuh dalam
(Untuk memulai bab baru, gunakan Page Layout > Breaks > Next Page)
80
BAB 5
PENUTUP
KESIMPULAN
dengan Allah (Kej. 1:26-27). Tidak hanya itu, Allah juga memanggil umat-Nya untuk
memiliki hak istimewa sebagai satu kesatuan tubuh Kristus untuk meresponinya
kenyamanan jemaat, dan berkonotasi negatif. Selain itu, penggunaan gerakan tubuh
dalam ibadah juga bukanlah suatu hal yang diperintahkan secara literal/harus ada
dalam penyembahan umat percaya. Kedua, gerakan tubuh dianggap baik menurut
sehingga jemaat ragu untuk berpartisipasi dengan tubuh mereka saat beribadah kepada
Tuhan.
81
Alkitab (khususnya kitab Mazmur) menyatakan bahwa Pertama, gerakan
tubuh banyak ditemukan dalam penyembahan umat Israel kepada Allah. Hal ini
nampak dalam berbagai genre yang ada di dalam kitab Mazmur. Dalam berbagai
macam genre tersebut juga terdapat berbagai macam keadaan yang dialami
pemazmur. Dalam hal tersebut, penulis melihat bahwa pemazmur tetap menyembah
Tuhan dengan seluruh keberadaan dirinya (khususnya tubuh) dengan tetap otentik/apa
adanya dengan didasari pada pengenalan akan Tuhan. Pemazmur serta umat Israel
lainnya menyembah Tuhan melalui tubuhnya dengan didasari pada pengenalan akan
Tuhan.
pengakuan, serta kesaksian umat yang menyatakan kebergantungan penuh pada Allah.
Kedua, gerakan sujud merupakan suatu sikap merendahkan diri dan menunjukkan
diri yang lemah serta terbatas terhadap Allah yang mahakuasa. Ketiga, gerakan tari-
penyembahan kepada Allah sebagai satu kesatuan tubuh Kristus melalui gerakan
tubuh merupakan hak istimewa yang dimiliki umat percaya. Walaupun penggunaan
gerakan tubuh dalam ibadah merupakan hak istimewa yang dimiliki umat percaya,
82
penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah bukanlah suatu hal yang diharuskan atau
dipaksakan untuk dilakukan, melainkan suatu tindakan alami yang keluar dari hati
manusia yang terdalam. Selain itu, penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah tidak
dilakukan atas dasar penilaian terbaik manusia, melainkan didasari atau diorientasikan
pada pemahaman serta tujuan yang benar yaitu untuk kemuliaan Allah. Dengan
adanya pemahaman dan tujuan yang benar, maka akan ada ekspresi penyembahan
yang benar kepada Allah. Melihat hal tersebut, gereja dapat mengambil peran:
bentuk partisipasi umat dalam beribadah. Kedua, membina umat dalam menerapkan
gerakan tubuh dalam ibadah dengan tepat. Ketiga, gereja menjadi wadah edukasi bagi
jemaat mengenai gerakan tubuh dalam ibadah, sehingga jemaat dapat memahami
bahwa gerakan tubuh merupakan suatu hal yang dapat dilakukan dengan pemahaman
SARAN-SARAN
membantu umat percaya atau komunitas gereja untuk dapat semakin menyembah
Allah yang benar lewat penggunaan seni lainnya dalam ibadah. Salah satu seni
lainnya yang dapat digunakan yaitu pantomim dalam khotbah. Penulis melihat bahwa
penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah merupakan suatu hak istimewa yang dapat
dilakukan sebagai tindakan penyembahan atau berntuk partisipasi umat yang otentik
tindakan nonverbal yang dapat menjadi sebuah kesaksian yang hidup akan perbuatan
83
Allah dalam hidup manusia, menyampaikan pesan firman Tuhan, dan menjadi sebuah
penyembahan yang hidup. Gerakan tubuh dapat mengungkapkan banyak hal tentang
ucapakan.
perasaan dan kebenaran yang kuat. Pantomim terdiri dari gerakan-gerakan yang dapat
kata-kata yang diucapkan. Selain itu pantomim dalam khotbah dapat memerankan
narasi yang mengungkapkan makna atau wawasan tentang hubungan dan perasaan
yang tidak bisa dialami melalui kata-kata saja. Pantomim dalam ibadah dapat
melampaui akal dan menyentuh hati, jiwa, dan roh umat percaya di mana Allah dapat
melakukan pekerjaan-Nya.
84
85
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Allen, Leslie C. Psalms 101-150. Rev. Word biblical commentary 21. Nashville:
Nelson, 2002.
Allen, Ronald Barclay. And I Will Praise Him: A Guide to Worship in the Psalms.
Grand Rapids: Kregel, 1999.
Bellinger, W. H. Psalms: A Guide to Studying the Psalter. 2nd ed. Grand Rapids:
Baker Academic, 2012.
Block, Daniel I. For the Glory of God: Recovering a Biblical Theology of Worship.
Grand Rapids: Baker Academic, 2014.
Boice, James Montgomery, Philip Graham Ryken, Derek Thomas, dan J. Ligon
Duncan, ed. Give Praise to God: A Vision for Reforming Worship:
Celebrating the Legacy of James Montgomery Boice. Phillipsburg: P & R Pub,
2003.
Buxton, Graham. Dancing in the Dark: The Privilege of Participating in the Ministry
of Christ. Revised edition. Oregon: CASCADE Books, 2016.
Craigie, Peter C. Psalms 1-50. Word Biblical Commentary 19. Waco: Word, 2000.
DeClaisse-Walford, Nancy L, Rolf A Jacobson, dan Beth LaNeel Tanner. The Book of
Psalms. Grand Rapids: Eerdmans, 2015.
Delivuk, John Allen. “Biblical Authority and the Proof of the Regulative Principle of
Worship in the Westminster Confession.” Westminster Theological Seminary
58. 2 (1996): 237–256.
Drane, John. Memahami Perjanjian Lama III: Iman Perjanjian Lama. Diterjemahkan
oleh Hans Wuysang. Jakarta: Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, 2003.
86
Frame, John M. Medical Ethics: Principles, Persons, and Problems. Christian
perspectives. Phillipsburg: Presbyterian and Reformed Pub. Co, 1988.
Gagne, Ronald, Thomas Kane, dan Robert VerEecke, ed. Introducing Dance in
Christian Worship. Washington: Pastoral, 1984.
Hossfeld, Frank-Lothar, Erich Zenger, Linda M. Maloney, dan Klaus Baltzer, ed.
Psalms 3: A Commentary on Psalms 101-150. Hermeneia--a critical and
historical commentary on the Bible. Minneapolis: Fortress, 2011.
Kauflin, Bob. Worship Matters. Disunting oleh Doreen Widjana. Diterjemahkan oleh
Samuel E. Tandei. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2010.
Keel, Othmar. The Symbolism of the Biblical World: Ancient Near Eastern
Iconography and the Book of Psalms. Winona Lake: Eisenbrauns, 1997.
King, Philip J., dan Lawrence E. Stager. Life in Biblical Israel. 1st ed. Library of
Ancient Israel. Louisville: Westminster John Knox, 2001.
La Sor, William Sanford, David Allan Hubbard, Frederic Wm Bush Gamadhi, Lisda
T, dan Lily W Tjiputra. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat. 3
ed. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.
Longman, Tremper. How to Read the Psalms. Downers Grove: InterVarsity, 1988.
87
———. How to read the Psalms. Downers Grove, Ill: InterVarsity Press, 1988.
Mount Shoop, Marcia W. Let the Bones Dance: Embodiment and the Body of Christ.
1st ed. Emerging theology initiative. Louisville: Westminster John Knox,
2010.
Pfeiffer, Charles F., dan Everett F. Harrison, ed. Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 2
Ayub-Maleakhi. Vol. 2. Malang: Gandum Mas, 2005.
Philip J. King dan Lawrence E. Stager. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Disunting
oleh Chrisostomus Sitohang. Diterjemahkan oleh Robert Webber. Jakarta: PT
Gunung Mulia, 2010.
Ryken, Leland, Jim Wilhoit, Tremper Longman, Colin Duriez, Douglas Penney, dan
Daniel G. Reid, ed. Dictionary of Biblical Imagery. Downers Grove:
InterVarsity, 1998.
Scheer, Greg. Essential Worship: A Handbook for Leaders. Grand Rapids: Baker
Books, 2016.
88
Schmit, Clayton J. Too Deep for Words: A Theology of Liturgical Expression. 1st ed.
Louisville: Westminster John Knox, 2002.
Sendrey, Alfred. Music in Ancient Israel. Nachdr. New York: Philosophical Library,
1969.
Tate, Marvin E. Psalms 51-100. 9 ed. Word Biblical Commentary 20. Waco: Word
Books, 2000.
Van Opstal, Sandra. The Next Worship: Glorifying God In a Diverse World. Downers
Grove: InterVarsity, 2016.
Vann, Jane Rogers. Worship Matters: A Study for Congregations. 1st ed. Louisville:
Westminster John Knox, 2011.
Webber, Robbert E., ed. Music and the Arts in Christian Worship. The Complete
Library of Christian Worship v. 4. Nashville: Star Song, 1994.
Webber, Robert. Enter His Courts with Praise: A Study of the Role of Music and the
Arts in Worship. Peabody: Hendrickson, 1997.
Webber, Robert E., ed. The Biblical Foundations of Christian Worship. Hendrickson.
The Complete Library of Christian Worship v. 1. Peabody, Mass:
Hendrickson, 1993.
———. Worship Old & New: A Biblical, Historical, and Practical Introduction. Rev.
ed. Grand Rapids: Zondervan, 1994.
Witvliet, John D. The Biblical Psalms in Christian Worship: a Brief Introduction and
Guide to Resources. The Calvin Institute of Christian Worship Liturgical
Studies Series. Grand Rapids: Eerdmans, 2007.
89
The Complete Library of Christian Worship. 7: The Ministries of Christian Worship.
Nashville, Tenn: Star Song, 1994.
90