Anda di halaman 1dari 107

Sekolah Tinggi Teologi SAAT

(Seminari Alkitab Asia Tenggara)

PENGGUNAAN GERAKAN TUBUH DALAM IBADAH MINGGU DITINJAU

DARI KITAB MAZMUR

Skrispi/Tesis Ini Diserahkan kepada

Dewan Pengajar STT SAAT

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teologi/Magister Teologi

oleh

Rosalinda Haryanto
Malang, Jawa Timur
Mei 2022

ii
Judul : Penggunaan Gerakan Tubuh dalam Kitab Mazmur
Nama : Rosalinda Haryanto
NIM : 20181041532

Disetujui oleh

Pembimbing

Nama Pembimbing, Gelar


Tanggal Ujian: (khusus M.Th) Tanggal Lulus: _____________

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Wakil Ketua Bidang Akademik


Sarjana Teologi/Magister Divinitas/Teologi

Nama Kaprodi, Gelar Nama Waket, Gelar

iv
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi SAAT, yang bertanda tangan di bawah
ini, saya:

Nama : Rosalinda Haryanto

NIM : 20181041532

Program Studi : S.Th (konsentrasi musik gerejawi)

Judul : Penggunaan Gerakan Tubuh dalam Ibadah Minggu ditinjau dari Kitab
Mazmur

Dengan ini menyatakan yang sebenarnya bahwa skripsi/tesis ini sepenuhnya adalah
hasil karya tulis saya sendiri dan bebas dari plagiarisme. Ada pun karya atau pendapat
pihak lain yang dijadikan rujukan, telah dikutip sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah
yang berlaku.

Pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab untuk bersedia
menerima konsekuensi apa pun sesuai dengan aturan yang berlaku apabila di
kemudian hari didapati bahwa saya telah melakukan tindakan plagiarisme.

Dibuat di : Malang
Pada tanggal : ……………..

Yang menyatakan

(Rosalinda Haryantio)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi SAAT, yang bertanda tangan di bawah
ini, saya:

Nama : Rosalinda Haryanto

NIM : 20181041532

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Sekolah Tinggi Teologi SAAT Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmah saya yang berjudul “Tuliskan Judul Skripsi di
sini.” Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Sekolah Tinggi Teologi SAAT
berhak menyimpan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data (database), serta
menampilkan dan memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademik tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan saya
sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Malang

Pada tanggal : ……………..


Yang menyatakan

(Rosalinda Haryanto)
ABSTRAK

Haryanto, Rosalinda, 2022. Penggunaan Gerakan Tubuh dalam Ibadah Minggu


Ditinjau dari Kitab Mazmur. Skripsi, Program studi: Sarjana Teologi, Konsentrasi
Musik Gerejawi, Sekolah Tinggi Teologi SAAT, Malang. Pembimbing:Sylvia Iman
Santoso, D.Ed.Min., Hal. x, 103.

Kata Kunci: ibadah, gerak tubuh, kitab Mazmur, gestur.

Manusia diciptakan bertubuh serta segambar dan serupa dengan Allah. Dalam
penyembahan umat kepada Allah, mereka berpartisipasi melalui keberadaannya
diciptakan (salah satunya dengan tubuh) untuk memuliakan Allah. Namun dalam
pelaksaannya pada ibadah minggu saat ini, didapati adanya pandangan-pandangan
yang membingungkan umat mengenai partisipasi melalui tubuh. Salah satunya yakni
mengenai penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah minggu. Adanya hal tersebut
membuat umat ragu untuk berpartisipasi dengan tubuh mereka saat beribadah kepada
Allah.
Dalam penelitian, penulis menggunakan merode eksposisi dengan studi
literatur. Penelitian ini melingkupi variabel penyembahan umat Israel dalam kitab
Mazmur dan makna beberapa gerakan tubuh yang digunakan dalam ibadah yakni
gerakan mengangkat tangan, membungkuk/sujud, dan tari-tarian. Mengetahui ada
penggunaan gerakan tubuh, makna gerakan tubuh yang dilakukan, tujuan penggunaan
gerakan tubuh dalam penyembahan umat Israel mempengaruhi penyembahan
seseorang dalam penggunaan gerakan tubuh di ibadah minggu. Maka dari itu, penulis
memaparkan penggunaan gerakan tubuh dalam penyembahan umat Israel di kitab
Mazmur, makna teologis dari beberapa gerakan tubuh dalam kitab Mazmur, tujuan
penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah, dan penerapannya dalam ibadah minggu.
Hasil dari penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa partisipasi dalam
penyembahan kepada Allah melalui gerakan tubuh merupakan hak istimewa yang
dimiliki umat percaya. Meskipun penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah merupakan
hak istimewa yang dimiliki umat percaya, penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah
bukanlah suatu hal yang diharuskan atau dipaksakan untuk dilakukan, melainkan
suatu tindakan alami yang keluar dari hati manusia yang terdalam. Selain itu,
penggunaan gerakan tubuh didasari atau diorientasikan pada pemahaman serta tujuan
yang benar yaitu untuk kemuliaan Allah. Dengan adanya pemahaman dan tujuan yang
benar, maka akan ada ekspresi penyembahan yang benar kepada Allah.
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur pada Tuhan atas penyertaan yang telah diberikan selama

menempuh studi di STT SAAT. Semua hanya karena anugerah dari Tuhan dan untuk

kemuliaan-Nya. Pertama, penulis berterimakasih kepada keluarga, yaitu mama (Oey

Kwie Tjoe) dan segenap keluarga besar yang telah mendukung selama studi. Terima

kasih atas dukungan berupa doa, waktu, tenaga, maupun materi yang telah diberikan

untuk penulis. Kedua, penulis berterima kasih kepada GKIm Jemaat Saron Cirebon

yang juga mendukung selama studi. Ketiga, penulis berterima kasih kepada semua

dewan dosen yang telah mengajar dan membimbing penulis, terutama Ibu Sylvia

Iman Santoso yang telah membimbing penulisan skripsi ini.

Selain itu, penulis juag berterima kasih kepada Bapak Surjanto Aditia sebagai

pembimbing akademik selama 2 semester, Samuel Kristiawan sebagai dosen piano

dan dosen pembimbing akademik selama 6 semester, Bapak Budimoeljono

Reksosoesilo dan Ibu Ratnajani Muljadi sebagai bapak dan ibu asrama, Bapak Toni

Afandi sebagai kepala pperpustakaan yang menjadi editor. Keempat, penulis

berterima kasih kepada teman-teman yang telah menemani selama studi, terutama

teman-teman masta 2018. Kelima, penulis berterima kasih kepada teman kamar,

teman meja, teman KTB, dan teman-teman lintas masta yang telah mendukung

penulis selama studi. Terakhir, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang

telah hadir dalam pembelajaran dan pembentukan penulis selama di seminari.


DAFTAR ISI

DAFTAR ILUSTRASI (jika diperlukan) ix

DAFTAR SINGKATAN (jika diperlukan) x

BAB 1 PENDAHULUAN 1

BAB 2 PENGGUNAAN GERAKAN TUBUH DALAM KITAB MAZMUR 13

LATAR BELAKANG KITAB MAZMUR 14

EKSPOSISI MAKNA DARI TIGA PRAKTIK GERAKAN TUBUH 17

MENGANGKAT TANGAN 19

MEMBUNGKUK/SUJUD 26

TARI-TARIAN 34

BAB 3 PENGGUNAAN GERAKAN TUBUH DALAM IBADAH MINGGU 42

PRINSIP REGULATIF 44

PRINSIP NORMATIF 46

PENYEMBAHAN UMAT ISRAEL DALAM KITAB MAZMUR 48

GENRE KITAB MAZMUR 50

xii
BAB 4 PENERAPAN GERAKAN TUBUH DALAM IBADAH MINGGU

DILIHAT DARI KITAB MAZMUR 64

PENERAPAN GERAKAN MENGANGKAT TANGAN DALAM

IBADAH 66

PENERAPAN GERAKAN MEMBUNGKUK/SUJUD DALAM

IBADAH 68

PENERAPAN GERAKAN TARI-TARIAN DALAM IBADAH 70

BAB 5 PENUTUP 80

DAFTAR KEPUSTAKAAN 85

xiii
DAFTAR ILUSTRASI (jika diperlukan)

Gambar

Gambar 1 ilustrasi mengangkat tangan............................................................19

Gambar 2 ilustrasi membungkuk/sujud............................................................34

Gambar 3 ilustrasi tari-tarian............................................................................40

xiv
DAFTAR SINGKATAN (jika diperlukan)

KITAB-KITAB

Kej. : Kejadian

Kel. : Keluaran

Im. : Imamat

Ul. : Ulangan

Hak. : Hakim-hakim

1 Sam. : 1 Samuel

2 Sam. : 2 Samuel

1 Taw. : 1 Tawarikh

Yer. : Yeremia

Yoh. : Yohanes

Rm. : Roma

Ibr. : Ibrani

1 Yoh. : 1 Yohanes

LAIN-LAIN

ay. : ayat

bag. : bagian

bhs. : bahasa

dkk. : dan kawan-kawan

dsb. : dan sebagainya

dst. : dan seterusnya

xv
lih. : lihat

mis. : misal

PL : Perjanjian Lama

TDK : Timur Dekat Kuno

xvi
xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia adalah makhluk yang unik. Manusia diciptakan bertubuh serta

segambar dan serupa dengan Allah (Kej. 1:26-27). Salah satu tujuan utama Allah

menciptakan manusia ialah agar dengan seluruh keberadaannya diciptakan, manusia

dapat bersekutu/berkomunikasi dengan Allah.1 Namun, manusia jatuh dalam dosa,

sehingga relasi yang intim dengan Allah tersebut menjadi rusak. Dengan keadaan

demikian, manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari dosa, sehingga

manusia membutuhkan pengantara yang dapat memperdamaikan manusia kembali

dengan Allah.

Pengantara yang dimaksud ialah seseorang yang dapat menengahi dan

mendamaikan kedua pihak yang saling bertentangan.0 Oleh karena inisiatif Allah, Ia

mengutus anak-Nya yang Ia kasihi untuk turun ke dunia dan menjadi pengantara

antara Allah yang Kudus dengan manusia berdosa. Yesus berinkarnasi menjadi

seorang manusia dan mengorbankan diri-Nya untuk mati di kayu salib dan

menggenapi rencana Bapa bagi manusia berdosa agar dapat diperdamaikan dengan
1
Frank C. Senn, Embodied Liturgy: Lessons in Christian Ritual (Minneapolis: Fortress, 2016),
3.

Bob Kauflin, Worship Matters, ed. Doreen Widjana, terj. Samuel E. Tandei (Bandung:
0

Lembaga Literatur Baptis, 2010), 93.


1
Allah. Dari Alkitab dapat disimpulkan bahwa motivasi hadirnya korban pendamaian

ialah semata-mata karena kasih Allah yang besar kepada manusia dan bukan berasal

dari usaha manusia (Yoh. 3:16; 1Yoh. 4:9-10; Rm. 5:8).

Hukuman akibat dosa-dosa yang seharusnya diterima dan ditanggung oleh

manusia, dijatuhkan kepada Yesus Kristus. Pengorbanan Yesus telah merobek tirai

yang memisahkan manusia berdosa dari Allah yang Kudus, sehingga umat-Nya

dengan penuh keberanian dapat menghampiri hadirat Allah dengan kepercayaan oleh

iman di dalam Yesus Kristus (Ibr. 10:19-22). Dengan demikian, umat yang percaya

kepada-Nya dapat diperkenankan untuk bersekutu dan beribadah kepada Allah

dengan seluruh keberadaan dirinya.

Hanya oleh belas kasih dan inisiatif Allah, relasi yang rusak telah dipulihkan-

Nya, sehingga saat ini manusia dapat menerima undangan dari Allah untuk masuk

hadirat-Nya. Saat manusia menerima undangan dari Allah tersebut, manusia datang

dengan keberadaan dirinya secara utuh ke hadapan Tuhan. Manusia mengungkapkan

kasihnya kepada Allah dengan seluruh keberadaannya yakni dengan roh, jiwa, dan

tubuh (Ul. 6:5). Jiwa di sini termasuk juga pikiran dan emosi manusia. Dengan adanya

unsur pikiran dan emosi ini, secara disadari atau tidak manusia dengan sendirinya

cenderung memberikan dorongan untuk bertindak.0 Oleh karena manusia memiliki

emosi dalam dirinya, tidak heran apabila manusia sering kali punya dorongan untuk

meluapkannya. Salah satu bentuk dorongan manusia meluapkan emosinya ialah

dengan gerakan tubuh. Bagaimana mungkin manusia bisa mengekspresikan dorongan

emosi yang kuat seperti rasa syukur, cinta, kegembiraan, dan emosi lainnya tanpa

menggunakan tubuhnya sendiri?


0
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), 7.
2
Dalam Alkitab sendiri, beribadah kepada Tuhan dengan menaikkan puji-

pujian adalah sesuatu yang dapat diekspresikan, diucapkan, dan dilihat.0 Daud,

misalnya, dalam Mazmur 145:21 berkata, Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada

TUHAN dan biarlah segala makhluk memuji nama-Nya yang Kudus untuk seterusnya

dan selamanya (TB). Pada bagian ini, Daud menaikkan pujian kepada Tuhan dengan

mulutnya sambil mengucapkan puji-pujian kepada Tuhan. Contoh lainnya, Mazmur

149:3 berbunyi, Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah

mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! (TB). Pada bagian ini,

pemazmur mengajak umat Israel memuji Allah dengan seluruh tubuh mereka dalam

bentuk tari-tarian.

Bagi Daud dan pemazmur, gerakan tubuh merupakan sebuah ekspresi dalam

ibadah yang menunjukkan praktik kepatuhan kepada perjanjian Tuhan dan

kegembiraan yang meluap-luap di hadirat-Nya (Mazmur 13:6, 31:6, 56:3-4, 100:2,

102:22, 115:9-1, dst.)0 Bob Kauflin menuliskan, “Menyanyi, bersorak-sorai,

mengangkat tangan, sujud menyembah, berlutut – semuanya itu dan gerakan lainnya

dapat merupakan wujud dari sikap menghormati Allah kalau dilakukan dari hati yang

tulus.”0 Ketika manusia menyanyi, bersorak-sorai, mengangkat tangan, sujud

menyembah, berlutut, dan lainnya, sesungguhnya hal tersebut merupakan bentuk

kepatuhan kepada Tuhan dengan memanfaatkan tubuhnya dalam mengekspresikan

0
Kauflin, Worship Matters, 242.

Robert E. Webber, ed., The Biblical Foundations of Christian Worship, Hendrickson., The
0

Complete Library of Christian Worship v. 1 (Peabody, Mass: Hendrickson, 1993), 3–4.


0
Kauflin, Worship Matters, 245.
3
dorongan emosinya saat beribadah kepada Tuhan. Hanya manusia yang dapat

menggunakan tubuhnya begitu rupa karena Allah merancang tubuh manusia untuk

menyembah-Nya.

Menariknya, pemazmur dalam kitab Mazmur justru menunjukkan bahwa

beribadah secara komunal pun dapat disertai dengan berbagai gerakan tubuh. Sebagai

contoh, dalam Mazmur 29:2, Daud mengungkapkan ajakan untuk memuliakan Tuhan

dengan memberikan gerakan sujud. Selain itu, pemazmur dalam Mazmur 47:2

mengajak umat untuk memberikan gerakan bertepuk tangan dan bersorak-sorai bagi

Allah. Tidak sampai di situ, Allah sendiri yang membuat pemazmur menari-nari

dalam Mazmur 30:12: “Aku yang meratap telah Kau ubah menjadi orang yang

menari-nari, …”

Berkaitan dengan hal itu, terdapat permasalahan dalam penggunaan gerakan

tubuh dalam ibadah minggu. Permasalahan tersebut yakni adanya gereja tertentu yang

dengan aktif menggunakan gerakan tubuh dalam ibadah. Namun ada juga gereja

lainnya yang dengan pasif menggunakan gerakan tubuh dalam ibadah bahkan

menolak adanya penggunaan gerakan tubuh di dalam ibadah. Jane Rogers Vann pun

dalam buku Worship Matters, mengatakan, “… aspect of worship that has sometimes

been neglected or even rejected in Christian worship: the embodied gestures and

actions that make up worship.”0 Gerakan tubuh menjadi salah satu aspek ibadah yang

sering diabaikan bahkan ditolak dalam ibadah Kristen. Permasalahan tersebut

menimbulkan kebingungan terhadap penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah saat ini.

Jane Rogers Vann, Worship Matters: A Study for Congregations, 1st ed. (Louisville:
0

Westminster John Knox, 2011), 72.


4
Di samping itu terdapat beberapa orang Kristen yang ragu mengekspresikan gerakan

tubuh mereka dalam beribadah kepada Tuhan.0

Alasan umum beberapa orang tidak menggunakan gerakan tubuh ialah karena

gerakan tubuh tertentu dianggap duniawi serta Alkitab secara tegas tidak

memerintahkan untuk melakukannya dalam ibadah. Seperti halnya tari-tarian. Alkitab

(khusunya Mazmur) tidak memerintahkan secara literal untuk menari namun

merupakan ajakan untuk memuji Tuhan dengan tari-tarian (seperti yang terdapat

dalam Mazmur 149:3 dan 150:4), namun tari-tarian dipandang sekuler, berkonotasi

negatif, dan mengumbar sensualitas yang membuat jemaat menghindari adanya

penggunaan tari-tarian di dalam ibadah.0 Robert Webber dalam buku Worship Old

and New mengatakan, “However, after the conversion of Constantine and the influx of

many former pagans into the church, the attitude of the Fathers shifted toward a

negative view of dance.”0 Tarian pagan pada saat itu terkenal dengan tari-tarian yang

berkonotasi negatif, cabul, dan menjurus ke arah seksual, sehingga beberapa Bapa

Gereja, dan tokoh reformator menolak adanya tari-tarian di dalam ibadah. Beberapa

diantaranya yang menolak tari-tarian ialah John Chrysostom, Augustine of Hippo,

John Calvin, dsb).0 Melihat hal ini, persoalan mengenai gerakan tubuh dalam ibadah

sudah ada dari dahulu hingga sekarang.

0
Greg Scheer, Essential Worship: A Handbook for Leaders (Grand Rapids: Baker Books,
2016), 123.
0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 265.
0
Robert E. Webber, Worship Old & New: A Biblical, Historical, and Practical Introduction,
Rev. ed. (Grand Rapids: Zondervan, 1994), 208.

Davies J.G., Liturgical Dance: An Historical,Theological, and Practical Handbook (London:


0

SCM, 1984), 20–29.


5
Alasan lain tidak melakukan gerakan tubuh yaitu karena adanya beberapa

orang Kristen tertentu yang menggunakan gerakan tubuh terlalu bebas, sehingga

beberapa orang Kristen lainnya merasa tidak nyaman, fokus mereka teralihkan saat

sedang beribadah kepada Allah, serta membuat mereka ragu untuk berpartisipasi

dengan menggunakan gerakan tubuh dalam beribadah kepada Tuhan. Umumnya

mereka yang menolak gerakan tubuh lebih mengandalkan rasional/pengetahuannya

dalam beribadah kepada Tuhan. Hal ini dapat diamati dari fenomena yang ada saat

beribadah yakni mereka mengambil pilihan untuk tidak mengekspresikan

penyembahannya kepada Allah. Beberapa kalangan tertentu memilih untuk tidak

menanggapi, acuh tak acuh terhadapnya, bahkan secara aktif mengabaikannya.0

Graham Buxton dalam buku Dancing in the Dark menyadari bahwa my growing

awareness that many in Christian life and ministry have been paralyzed by a rigidity

in their thinking that locks them into narrow expressions of ministry. Kehidupan serta

pelayanan orang Kristen dilumpuhkan oleh kekakuan yang ada dalam pemikiran

mereka, sehingga mengunci diri mereka ke dalam ekspresi yang terbatas. Greg Scheer

dalam buku Essential Worship juga mengatakan “Especially in worship, we are

uncomfortable engaging the naonrational parts of our humanity.”0 Dalam beribadah,

mereka tidak nyaman melibatkan bagian-bagian non rasional kemanusiaannya

sebagaimana mereka diciptakan. Melalui hal ini, dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa alasan yang dilontarkan mengenai penggunaan gerakan tubuh di dalam

ibadah, sehingga gerakan tubuh dalam ibadah minggu umumnya ditolak karena tidak

diperintahkan dalam Alkitab, dan dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu.

0
Webber, Worship Old & New, 132.
0
Scheer, Essential Worship, 123.
6
Melihat permasalahan tersebut, timbul pertanyaan yaitu bagaimana jika

manusia yang pada hakikatnya diciptakan dengan bertubuh, diciptakan untuk berelasi

dengan Allah, dan memiliki unsur emosi di dalam dirinya yang mendorongnya untuk

meluapkan ekspresinya, tetapi ia tidak dapat dengan leluasa mengungkapkannya

(secara khusus melalui gerakan tubuh) karena terdapat batasan-batasan tertentu yang

membuatnya ragu mengekspresikannya di dalam ibadah, sedangkan kebanyakan

orang Kristen memiliki kebutuhan untuk dapat memiliki pengalaman beribadah yang

otentik dengan Tuhan.0 Berkaitan dengan hal tersebut, Shoop dalam buku Let the

Bones Dance mengatakan, “Bringing our bodies to church says we believe that God

wants all of us, every part of who we are and how we are made.”0 Shoop percaya

bahwa Tuhan menginginkan seluruh umatnya dengan setiap bagian dirinya dan

keberadaannya diciptakan datang kepada-Nya. Dalam hal ini penulis melihat bahwa

sesungguhnya manusia (dengan keberadaan dirinya diciptakan) dapat

mengungkapkan ekspresinya secara sehat (yang murni dari dalam hati tanpa adanya

batasan) dalam beribadah kepada Tuhan. Ekspresi di sini bukan ekspresi yang

dipengaruhi suasana hati, namun ekspresi yang diorientasikan/diarahkan kepada

Tuhan dalam beribadah kepada-Nya.

Adanya penolakan terhadap gerakan-gerakan tertentu tersebut di dalam

ibadah, maka penulis menganggap perlu untuk mengetahui bagaimana seharusnya

konsep penggunaan gerakan tubuh serta makna teologis terhadap praktik tersebut

yang tepat menurut Alkitab (khususnya dalam kitab Mazmur), sejauh mana

penggunaan gerakan tubuh tersebut dapat dilakukan di dalam ibadah Minggu. Untuk
0
Webber, Worship Old & New, 119.

Marcia W. Mount Shoop, Let the Bones Dance: Embodiment and the Body of Christ, 1st ed.,
0

Emerging theology initiative (Louisville: Westminster John Knox, 2010), 164.


7
menjelaskan hal tersebut, penulis akan memaparkan mengenai tiga gerakan tubuh

yang banyak disebutkan terkhusus di dalam kitab Mazmur. Gerakan tersebut yakni

gerakan berlutut (Mazmur 5, 8, 22, 35, 37, 38, 44, 57, 72, 81, 95, 107, 138, 144, 145,

dan 146), mengangkat tangan (Mazmur 10, 28, 63, 119, 134, dan 141), dan menari

(Mazmur 30, 149, dan 150).

Ada beberapa alasan mengapa penulis memilih kitab Mazmur sebagai

landasan penelitian ini. Pertama, Alkitab adalah landasan hidup umat percaya

sehingga Alkitab menjadi pedoman hidup manusia. Kitab Mazmur merupakan salah

satu kitab khusus di dalam Alkitab yang banyak menyebutkan serta menjelaskan

mengenai penyembahan umat Israel kuno, termasuk juga mengekspresikan

pengalaman spiritual.0 Kedua, kitab Mazmur memiliki peranan yang penting dalam

ibadah orang-orang Israel. Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana konsep gerakan

tubuh yang ada di kitab Mazmur dapat digunakan dalam ibadah.0 Ketiga, karena

adanya perdebatan mengenai gerakan tubuh dalam ibadah minggu, mana penulis akan

meninjau gerakan tubuh tersebut yang terdapat di dalam kitab Mazmur. Perdebatan

tersebut yakni ada pandangan yang menyatakan bahwa gerakan tubuh tidak dapat

terlibat atau digunakan dalam ibadah.0 Pandangan lainnya menyatakan bahwa gerakan

tubuh dapat digunakan di dalam ibadah.0

Melalui hal ini, penulis melihat bahwa masalah ini mendesak untuk diteliti

lebih lanjut. Hal ini dikarenakan adanya kebingungan mengenai penggunaan gerakan

0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 239.
0
Philip J. King dan Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, ed. Chrisostomus
Sitohang, terj. Robert Webber (Jakarta: PT Gunung Mulia, 2010), 343.
0
Davies, Liturgical Dance, 23.
0
Adrian Webber, “The History of Dance in The Church” (n.d.), diakses April 6, 2022,
8
tubuh yang akan mempengaruhi spiritualitas jemaat, sehingga penulis merasa perlu

untuk meninjau penggunaan gerakan tubuh tersebut berdasarkan Alkitab (khususnya

kitab Mazmur). Adalah suatu hal yang ironis jika ada jemaat yang memiliki dorongan

untuk mengekspresikan pujiannya kepada Allah dalam ibadah namun tidak dapat

mengungkapkannya bahkan dibatasi oleh karena pemahaman akan konsep gerakan

tubuh yang keliru. Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan

sumbangsih dan dapat membantu para pembaca untuk memiliki pemahaman yang

benar dengan bersumber pada Alkitab serta relevansinya bagi spiritualitas jemaat

dalam beribadah.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas, maka dapat

disimpulkan beberapa rumusan masalah berikut: Pertama, bagaimana penggunaan

gerakan tubuh dalam konteks ibadah di dalam kitab Mazmur? Kedua, Apa makna

teologis dan signifikansi dari ketiga gerakan tubuh (berlutut, mengangkat tangan, dan

tari-tarian) yang terdapat di dalam kitab Mazmur? Ketiga, Bagaimana penerapan

gerakan tubuh yang Alkitabiah di dalam ibadah?

TUJUAN PENULISAN

Dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini

dilakukan degan mengacu kepada tiga tujuan utama yakni, Pertama, untuk

mendeskripsikan konteks penggunaan gerakan tubuh dalam kitab Mazmur yang

9
digunakan dalam ibadah orang-orang Israel pada masa itu. Kedua, untuk menjelaskan

makna teologis serta signifikansi dari tiga gerakan tertentu yang terdapat di dalam

kitab Mazmur. Ketiga, untuk memaparkan fenomena-fenomena terhadap penggunaan

gerakan tubuh yang di salah mengerti saat ini dan bagaimana penerapan gerakan

tubuh yang Alkitabiah di dalam ibadah.

BATASAN PEMBAHASAN

Agar penulisan ini dapat lebih mendalam dan tidak terlalu melebar, maka

penulis membatasi masalah yang akan dibahas. Pertama, penulis membatasi tiga

gerakan tubuh yang terdapat di dalam kitab Mazmur. Gerakan tubuh tersebut antara

lain: berlutut, mengangkat tangan dan menari. Dengan demikian, tulisan ini tidak

membahas seluruh gerakan tubuh yang terdapat dalam kitab Mazmur.

Kedua, studi Alkitab atas konsep penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah

diambil dari kitab Mazmur. Ketiga, menjelaskan penerapan gerakan tubuh dalam

kitab Mazmur bagi ibadah Minggu saat ini.

METODE PENELITIAN

Untuk mencapai tujuan dari penulisan ini, penelitian akan dilakukan dengan

melakukan studi literatur terhadap sejumlah sumber pustaka yang berkaitan dengan

ide penulisan. Dalam studi literatur yang dimaksud, penulis akan menggunakan

literatur-literatur yang tersedia di perpustakaan, baik berupa fisik ataupun elektronik.

10
Langkah-langkah yang diambil ialah mengumpulkan data, menganalisis, dan

merumuskannya menjadi sebuah konsep yang akan mendukung penulisan ini.

Melalui literatur-literatur yang ada, penulis akan mengeksposisi/menelaah

bagian inti dari tulisan ini yaitu eksposisi frasa “berlutut”, “mengangkat tangan”, dan

“tari-tarian” serta mengambil makna teologis dari hasil eksposisi tersebut. Adapun

sumber-sumber yang akan digunakan ialah Alkitab, buku tafsiran, buku-buku, jurnal,

artikel, internet, dan bentuk-bentuk tulisan lainnya yang mendukung ide penulisan ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam

memahami konteks dan konsep di dalam Alkitab sehingga dapat diaplikasikan ke

dalam ibadah saat ini.

SISTEMATIKA PENULISAN

Secara garis besar, penelitian ini dibagi dalam lima bab. Bab I diawali dengan

pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah. Pada bab I, penulis akan

merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penulisan, serta tujuan dari

penulisan topik ini. Bagian ini juga akan memuat metode penelitian yang dilakukan

dalam penulisan ini serta sistematika penulisan yang dilakukan. Pada bab II penulis

akan menganalisis mengenai penggunaan gerakan tubuh yang dilakukan oleh orang-

orang Israel dalam ibadah mereka pada saat itu. Pada bagian ini, penulis akan

menjelaskan penggunaan gerakan tubuh yang ditentukan terhadap frasa-frasa dalam

kitab Mazmur dengan melakukan studi eksposisi. Gerakan tubuh yang ditentukan

tersebut yakni “berlutut”, “mengangkat tangan”, dan “tari-tarian” yang terdapat dalam

kitab Mazmur.
11
Bab III merupakan pemaparan mengenai penggunaan gerakan tubuh dalam

ibadah Minggu dilihat dari prinsip ibadah yang Alkitabiah. Penulis akan memaparkan

prinsip-prinsip ibadah di antaranya prinsip regulatif, normatif, dan prinsip ibadah dari

kitab Mazmur. Lalu penulis akan memaparkan bagaimana gerakan tubuh dapat turut

serta digunakan dalam ibadah minggu. Bab IV merupakan penerapan gerakan tubuh

dalam kitab Mazmur (berlutut, mengangkat tangan, dan menari) bagi ibadah Kristen.

Penjelasan tersebut secara khusus akan membahas mengenai penerapan gerakan

“berlutut”, “mengangkat tangan”, dan “menari” dalam ibadah Minggu. Bab V

merupakan kesimpulan dari keseluruhan penelitian ini serta terdapat saran-saran

untuk penelitian lanjutan.

12
BAB 2

PENGGUNAAN GERAKAN TUBUH DALAM KITAB MAZMUR

Dalam bab ini, penulis akan memaparkan mengenai penggunaan gerakan

tubuh yang dilakukan oleh orang-orang Israel dalam ibadah melalui kitab Mazmur.

Alasan penulis memilih kitab mazmur yakni karena kitab Mazmur merupakan salah

satu kitab khusus di dalam Alkitab yang banyak menyebutkan serta menjelaskan

mengenai penyembahan umat Israel kuno, termasuk juga mengekspresikan

pengalaman spiritual umat Israel.0 Selain itu, kitab Mazmur memiliki peranan yang

penting dalam ibadah orang-orang Israel. Hal ini tentu berkaitan dengan bagaimana

penggunaan gerakan tubuh yang ada di kitab Mazmur dapat digunakan dalam ibadah

minggu saat ini.0 Sandra Maria Van Opstal dalam buku The Next Worship

mengatakan “The Psalms, which are a model for individual and corporate worship,

invite us to identify or align with the experience of the psalmist regardless of our

feelings.”0 Kitab Mazmur merupakan model untuk penyembahan individu maupun

korporat dalam ibadah minggu. Dengan demikian penulis akan mencoba memaparkan

bagaimana penggunaan gerakan tubuh dalam kitab Mazmur untuk melihat makna,

tujuan, serta penggunaannya dalam ibadah minggu saat ini.


0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 239.
0
Philip J. King dan Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, 343.
0
Sandra Van Opstal, The Next Worship: Glorifying God In a Diverse World (Downers Grove:
InterVarsity, 2016), 47–48.
13
LATAR BELAKANG KITAB MAZMUR

Kitab Mazmur merupakan kumpulan-kumpulan mazmur yang dikumpulkan

secara bertahap dalam kurun waktu beberapa abad oleh sekelompok penyair dengan

tujuan untuk digunakan dalam ibadah. Kumpulan-kumpulan mazmur tersebut terlihat

dari adanya pengelompokan-pengelompokan dalam kitab Mazmur. Beberapa

contohnya seperti “mazmur Daud”, “mazmur Asaf”, “mazmur bani korah”, dan

sebagainya. Kata Mazmur dalam bahasa aslinya (bhs. Ibrani) yakni mizmor memiliki

arti nyanyian dengan iringan musik.0 Musik di sini berfungsi sebagai iringan pada

saat-saat tertentu, misalnya sebagai iringan nyanyian syukur (personal maupun

komunal).

Pada saat menyanyikan nyanyian syukur, iringan musik dapat membangkitkan

rasa sukacita dan keindahan yang tidak dapat tersampaikan hanya dengan kata-kata.0

Iringan musik dapat menambah suasana pada sebuah nyanyian. Misalnya, iringan

musik yang lebih ritmik dapat membawa suasana sebuah nyanyian lebih semangat.

Sebaliknya, iringan musik yang tidak begitu ritmik/lambat akan membawa suasana

yang berbeda pada sebuah nyanyian. Dengan pengertian demikian, Mazmur

merupakan kitab yang secara jelas menunjukkan ekspresi umat dalam beribadah

kepada Allah baik personal ataupun komunal.0

0
William Sanford La Sor dkk., Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat, 3 ed.
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994), 41.
0
Peter C. Craigie, Psalms 1-50, Word Biblical Commentary 19 (Waco: Word, 2000), 26.
0
Tremper Longman, How to Read the Psalms (Downers Grove: InterVarsity, 1988), 12.
14
Ekspresi umat dapat ditemukan dalam kitab Mazmur dalam bentuk simbol-

simbol, bahkan setiap pemazmur mengungkapkan berbagai macam simbol untuk

mengungkapkan ekspresi-ekspresi pemazmur di dalam mazmur-mazmur yang

dibuatnya. Dengan penggunaan simbol tersebut, banyak simbol visual yang

digunakan dalam penyembahan.0 Simbol tersebut juga dapat berbentuk tindakan

manusia, misalnya mengangkat tangan, membungkuk/sujud, tari-tarian, dan

sebagainya. Weber dalam bukunya berkata, “Bowing before the Lord is a dynamic

representation of the covenantal relationship between Yahweh and his people in

which he is the great King and they are his vassals.”0 Membungkuk/sujud merupakan

salah satu simbol yang digunakan pemazmur untuk mewakili kata-kata. Ekspresi

tersebut umumnya disampaikan oleh pemazmur saat menghadap Allah dalam doa-doa

dan pujian mereka. Setiap simbol yang digunakan melalui penggunaan gerakan tubuh

untuk mengekspresikan sesuatu memiliki arti atau makna dibalik gerakan tubuh

tersebut.

Menariknya, kumpulan-kumpulan mazmur tersebut juga berisi pengalaman

iman umat Israel yang begitu ragam.0 Pengalaman iman tersebut hadir oleh karena

adanya dorongan yang membuatnya memiliki keinginan untuk memberikan

tanggapan kepada Allah. Dalam buku The Wycliffe Bible Commentary dikatakan,

“Mereka semua dipersatukan oleh keinginan hati mereka untuk menanggapi dengan

memakai perasaan terdalam mereka”.0 Daud misalnya, ia menulis banyak lagu yang
0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 39.
0
Robert E. Webber, ed., The Biblical Foundations of Christian Worship, Hendrickson., The
Complete Library of Christian Worship v. 1 (Peabody: Hendrickson, 1993), 40.

Charles F. Pfeiffer dan Everett F. Harrison, ed., Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 2 Ayub-
0

Maleakhi, vol. 2 (Malang: Gandum Mas, 2005), 107.


0
Ibid.
15
melibatkan pikiran, hati, dan tubuh dalam penyembahan. Dia mengerti bahwa gerakan

tubuh mengungkapkan realitas batiniah/spiritualnya. Dorongan untuk menggunakan

tubuh seperti membungkuk, mengangkat tangan, bertepuk tangan, dan bahkan menari

di hadapan Tuhan merupakan tindakan alami yang keluar dari hati manusia yang

terdalam.0 Dengan demikian, hal ini memungkinkan adanya gerakan tubuh dalam

ibadah umat Israel jelas dapat ditemukan dalam kitab Mazmur.0

Di sisi lain, kitab Mazmur ditulis dalam bentuk puisi.0 Peter C. Craigie

menyebutnya sebagai sebuah antologi (bukan karya seorang penulis tunggal).0 Bagi

orang Yahudi, puisi merupakan jenis literatur yang memegang peranan penting karena

melengkapi apa yang tidak dapat diberikan oleh prosa, puisi merupakan ungkapan

emosi yang menyatakan kedalaman iman dan ibadah mereka.0 Puisi di sini merupakan

salah satu sarana manusia untuk mengungkapkan perasaan dan pemahaman manusia

yang paling dalam kepada Allah dan tentang Allah yang di dalamnya terdapat

menggunakan simbol-simbol memberikan gambarkan akan suatu makna yang lebih

mendalam (mis. Mazmur 19:1, 98:8, 139:8, dst.)

Melalui pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kitab Mazmur adalah

sebuah kumpulan nyanyian dari banyak pemazmur yang memiliki pengalaman iman

yang berbeda-beda kepada dan tentang Allah. Hal ini juga didukung dengan majas
0
Stephen Miller, “Why Posture Matters in Worship,” diakses pada 5 September 2012,
https://www.thegospelcoalition.org/article/why-posture-matters-in-worship/.

John D. Witvliet, The Biblical Psalms in Christian Worship: a Brief Introduction and Guide
0

to Resources, The Calvin Institute of Christian Worship Liturgical Studies Series (Grand Rapids:
0
Bentuk puisi tidak hanya terdapat dalam kitab Mazmur, tetapi juga terdapat di dalam kitab-
kitab lain, seperti Ayub, Amsal, Kidung Agung, dan kitab-kitab lainnya.
0
Craigie, Psalms 1-50, 27.
0
Grant R Osborne, Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran Alkitab,
ed. Elifas Gani (Surabaya: Momentum, 2012), 181.
16
yang memperdalam makna mazmur tersebut dan penggunaan simbol-simbol serta

postur tubuh yang membantu pembaca dapat menghayati mazmur-mazmur tersebut

dengan lebih mendalam. Dengan demikian, kitab Mazmur menjadi satu-satunya kitab

yang ditulis dengan bentuk puisi oleh banyak penyair yang memiliki latar belakang

yang berbeda-beda serta yang digunakan dalam ibadah-ibadah umat Israel.

Berdasarkan pemaparan tersebut membawa penulis kepada pertanyaan

mengenai penggunaan gerakan tubuh di dalam kitab Mazmur yakni apa tujuan

pemazmur menggunakan gerakan tubuh di dalam konteks mazmur yang ditulisnya?,

serta apa makna teologis di balik gerakan tubuh yang pemazmur gunakan dalam

mazmur yang ditulisnya? Kedua pertanyaan tersebut akan dipaparkan oleh penulis

dalam bagian ini.

EKSPOSISI MAKNA DARI TIGA PRAKTIK GERAKAN TUBUH

Setiap pemazmur menggunakan berbagai macam gerakan tubuh sebagai

bentuk ekspresi di dalam mazmur-mazmur yang dibuatnya. Dalam budaya Timur

Dekat Kuno (TDK), orang-orang sering menggunakan bentuk komunikasi selain

dengan kata-kata. Bentuk komunikasi yang lain tersebut salah satunya gerakan

simbolis dengan tubuh.0 Sebagai contoh, Daud misalnya di dalam mazmurnya

(Mazmur 30:12). Daud menggunakan gerakan simbolis yakni tari-tarian untuk

0
Paul A. Kruger, “Nonverbal Communication and Symbolic Gestures in the Psalms,” The
Bible Translator 45, 2 (April 1994): 213.
17
mengekspresikan ucapan syukur.0 Salomo dalam mazmurnya (Mazmur 72:11)

menggunakan gerakan simbolis sujud untuk mengekspresikan sikap hormat atau

menyembah.0 Bahkan penulis anonim (tidak diketahui identitasnya) dalam

mazmurnya (Mazmur 119:48), juga menggunakan gerakan simbolis mengangkat

tangan dalam mengekspresikan sikap pengakuan dan penyembahan kepada Tuhan.0

Tubuh manusia tidak dapat dipisahkan dengan keadaan realitas batiniah.

Tubuh akan secara alami bertindak seperti apa yang ia rasakan dan mengungkapkan

seperti apa keadaan hati yang sesungguhnya. Para pemazmur dalam mazmurnya

menggunakan gerakan tubuh di dalam mazmur yang dibuatnya. Hal ini menyatakan

bahwa sesungguhnya ketika manusia mengungkapkan keadaan hatinya, ia cenderung

akan mengekspresikannya dengan menggunakan gerakan tubuh. Dengan demikian hal

ini menyatakan bahwa sesungguhnya menggunakan gerakan tubuh sebagai ekspresi

dalam penyembahan kepada Tuhan adalah hal yang manusiawi. Beranjak dari

pemaparan di atas penulis mau mencoba menggali makna teologis dari 3 ekspresi

gerakan tubuh (mengangkat tangan, sujud, dan tari-tarian) yang ditulis dan digunakan

pemazmur secara eksplisit dengan melakukan eksposisi. Dalam eksposisi tersebut

penulis membatasi dengan memilih beberapa ayat saja yang sering dipakai agar tidak

terlalu banyak.

MENGANGKAT TANGAN

0
John Goldingay, Psalms: Psalms 1-41. (Grand Rapids: Baker Academic, 2006), 432.
0
John Goldingay, Psalms: Psalms 42-89. (Grand Rapids: Baker Academic, 2007), 389.
0
John Goldingay, Psalms: Psalms 90-150. (Grand Rapids: Baker Academic, 2008), 401.
18
Memuji Tuhan tidak hanya melibatkan kata-kata, suara, musik, nyanyian,

tetapi juga dengan melibatkan gerakan tubuh.0 Salah satu gerakan tubuh yang dipakai

oleh pemazmur dalam ibadah umat Israel yakni gerakan mengangkat tangan (lift

hands). Gerakan mengangkat tangan umumnya memiliki 2 bentuk yakni tunggal dan

jamak. Mengangkat tangan tunggal biasanya digunakan sebagai isyarat ketika

seseorang melakukan sumpah atau sebagai tanda perjanjian (Ul. 32:40). Sedangkan

gerakan mengangkat tangan jamak mengungkapkan tindakan berkat (Im. 9:22), sikap

memuji Tuhan (Mazmur 134:2), sikap pengakuan (Mazmur 119:48), dan sebagai

tindakan doa (Mazmur 28:2). Dalam kitab Mazmur, penulis menemukan ada 5x

disebutkan gerakan mengangkat tangan. Gerakan tersebut antara lian terdapat dalam:

Mazmur 28:2; 63:4; 119:48; 134:2; 141:2. Pada bagian ini, penulis tidak membahas

semua mazmur tersebut. Penulis akan membahas beberapa mazmur yakni: Mazmur

28:2; 63:4; dan 134:2

Gambar 1 ilustrasi mengangkat tangan

Sumber: The Complete Library of Christian Worship. 7: The Ministries of Christian

Worship (Nashville, Tenn: Star Song, 1994), 40; Othmar Keel, The Symbolism of the
0
John Goldingay, Old Testament Theology (Downers Grove: InterVarsity, 2016), 172–173.
19
Biblical World: Ancient Near Eastern Iconography and the Book of Psalms (Winona

Lake: Eisenbrauns, 1997), 321.

Mazmur 28

Mazmur 28 Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepada-

Mu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah tempat-Mu yang maha kudus.

(ay.2). O

Penulis akan membahas Mazmur 28:2. Alasan penulis memilih mazmur

tersebut ialah karena penulis melihat adanya kesamaan pengalaman hidup yang

dialami pemazmur dan orang percaya saat ini terkait dengan pergumulan yang

terdapat dalam mazmur 28. Adanya kesamaan pengalaman hidup tersebut, penulis

ingin melihat apa yang dilakukan pemazmur serta bagaimana reaksi pemazmur

terhadap pergumulannya tersebut. Alasan lain penulis memilih mazmur ini yakni

pemazmur menggunakan gerakan mengangkat suara di dalam penyembahannya

kepada Allah di tengah pergumulannya tersebut. Adanya gerakan mengangkat tangan

tersebut, penulis ingin melihat apa makna dibalik gerakan mengangkat tangan yang

digunakan pemazmur tersebut serta tujuan penggunaannya dalam penyembahan umat

Israel.

Mazmur 28 digolongkan sebagai mazmur ratapan.0 Mazmur ini ditulis oleh

Daud. Dalam mazmur ini, Daud memulai mazmurnya dengan sebuah doa ratapan (ay.

0
Craigie, Psalms 1-50, 236.
20
1-5) dan diakhiri dengan pujian kepada Allah serta ungkapan keyakinannya kepada

Allah bahwa Allah akan mendengar doa-doanya tersebut (ay. 6-9).0 Dalam mazmur

ini, konteks Daud pada saat itu yaitu ia sedang mengalami keadaan yang sulit. Ia

sedang dikelilingi oleh komunitas/rekan-rekan terdekatnya yang juga adalah musuh-

musuhnya.0 Di dalam mazmur ini, Daud sedang berada dalam kondisi yang tidak baik

dan ia mengalami penolakan yang tidak bisa ia hadapi, sehingga ia memohon

pertolongan dari Tuhan.

Dalam budaya masyarakat TDK, gerakan mengangkat tangan yang digunakan

pemazmur dalam Mazmur 28 tersebut umumnya mengisyaratkan sikap doa.0 Doa

merupakan hak istimewa yang dimiliki umat perjanjian-Nya. Tuhan mengundang

umat-Nya untuk memanggil-Nya dalam kesulitan mereka melalui doa. Seperti para

pemazmur lainnya, doa muncul dari kebutuhan yang mendesak. Gerakan mengangkat

tangan dalam Mazmur 28:2 adalah sebuah sikap doa. Dalam mazmur ini, pemazmur

memohon rahmat Allah untuk dicurahkan kepadanya karena pemazmur tahu dan

meyakini bahwa pemurah dan pengampun merupakan salah satu sifat Allah (lihat Kej.

34:6). Dalam Psalms yang ditulis oleh Bugreggemann dan Bellinger mengatakan, “To

lift the hands toward the presence of God was the ancient posture of supplication”.0

Gerakan mengangkat tangan ke hadirat Tuhan adalah postur permohonan kuno yang

sudah dilakukan sejak dahulu.

Walter Brueggemann dan W. H. Bellinger, Psalms, New Cambridge Bible Commentary


0

(New York: Cambridge University Press, 2014), bag. “Psalm 28-Of Devid,” ePub.
0
Nancy L DeClaisse-Walford, Rolf A Jacobson, dan Beth LaNeel Tanner, The Book of Psalms
(Grand Rapids: Eerdmans, 2015), 334–335.
0
Craigie, Psalms 1-50, 238.
0
Brueggemann dan Bellinger, Psalms, bag. “Psalm 28 - Of David.”
21
Pemazmur sadar bahwa ia tidak dapat melepaskan dirinya sendiri dari

kesulitan hidup dan ia percaya bahwa Tuhan akan memberikan belas kasihan

kepadanya. Mengangkat tangan mengekspresi kebergantungan penuh pada Tuhan.0

Dari pemaparan di atas, penulis melihat gerakan mengangkat tangan yang digunakan

pemazmur dalam doanya tersebut merupakan bentuk permohonan akan perlindungan

serta pengakuan akan keagungan Allah di tempat yang Maha Kudus.

Mazmur 63

Demikianlah aku mau memuji

Engkau seumur hidupku

dan menaikkan tanganku

demi nama-Mu. (ay.5)

Penulis akan membahas Mazmur 63:5. Alasan penulis memilih mazmur

tersebut ialah karena adanya kesamaan pengalaman hidup yang dialami pemazmur

dan orang percaya saat ini yakni mengalami keadaan haus dan lapar akan kehadiran

Tuhan. Adanya kesamaan pengalaman hidup yang sama tersebut, penulis ingin

melihat apa yang dilakukan pemazmur di tengah kekeringan dan kehausan yang ia

alami serta bagaimana pemazmur menanggapi keadaan tersebut. Alasan lain penulis

memilih mazmur ini yakni di tengah kekeringan yang pemazmur alami, ia tetap
0
Willem VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, Revised edition., The
Expositor’s Bible Commentary (Grand Rapids: Zondervan, 2008), bag. "BB. Psalm 28: Prayer to the
Lord, My Strength and My Shield."
22
memuji dan mengangkat tangan demi nama Allah tanda kebergantungannya pada

Allah (ay.5). Adanya gerakan mengangkat tangan tersebut, penulis ingin melihat apa

makna dibalik gerakan mengangkat tangan tersebut dan tujuan penggunaannya dalam

mazmur ini.

Mazmur 63 digolongkan sebagai mazmur ratapan.0 Mazmur ini ditulis oleh

Daud ketika ia sedang berada di padang gurun Yehuda dalam pelariannya dari

pengejaran Raja Saul (1 Sam. 21-23). Daud membuka mazmur ini dengan mengakui

kebutuhannya yang besar akan kehadiran Allah.0 Dalam mazmur ini, Daud

mengungkapkan pengalamannya yang pada saat itu mengalami lapar dan haus.

Perasaan lapar dan haus di padang gurun tersebut juga dapat diartikan dalam keadaan

lapar dan haus akan Tuhan. Daud menyadari bahwa hanya di dalam Tuhan ia dapat

menemukan pemuasan dari rasa lapar dan pelepas dahaganya. Pemazmur percaya

bahwa Tuhan dapat merangkul rasa lapar dan haus di padang gurun itu dan

membawanya pada suatu pengharapan yang kekal.0

Gerakan mengangkat tangan di dalam Mazmur 63:5 merupakan salah satu ciri

khas dari tindakan/sikap berdoa.0 Hal ini didukung oleh adanya kalimat paralel yang

terdapat pada ayat 5 ini. Kalimat “aku mau memuji Engkau” paralel dengan kalimat

selanjutnya yakni “menaikkan tanganku demi nama-Mu”. Pada dua kalimat tersebut,

pemazmur berdoa dan mengangkat tangannya demi nama Tuhan. “Nama Tuhan”
0
Martus A. Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” Veritas 13, 1
(April 2012): 131–132.
0
Marvin E. Tate, Psalms 51-100, 9 ed., Word Biblical Commentary 20 (Waco: Word Books,
2000), 127.

Brueggemann dan Bellinger, Psalms, bag. "Psalm 63-A Psalm of David, When He Was in the
0

Wilderness of Judah.”
0
Ibid., 350–351.
23
adalah dasar pengharapan umat-Nya karena Tuhan telah mengikat perjanjian dengan

umat-Nya dengan nama-Nya. Adanya perjanjian tersebut membuat pemazmur sadar

bahwa di dalam Allah ada pengharapan dan ia berdoa di dalam nama-Nya. Dari

pemaparan di atas, penulis melihat gerakan mengangkat tangan yang digunakan

pemazmur dalam Mazmur 63 menunjukkan sikap berdoa dengan disertai rasa

kebergantungan pemazmur pada Allah yang adalah sumber pengharapannya.0

Mazmur 134

Angkatlah tanganmu ke tempat kudus

dan pujilah Tuhan! (ay.2)

Penulis akan membahas Mazmur 134:2. Alasan penulis memilih mazmur

tersebut ialah karena Mazmur 134 merupakan himne pujian yang digunakan dalam

penyembahan umat Israel di rumah Tuhan. Hal ini dibuktikan dengan frasa “ke

tempat kudus”. Tempat kudus di sini sedang berbicara tentang menyembah Tuhan

dalam tempat kudus atau rumah Tuhan.0 Menariknya, walaupun mazmur ini terdiri

dari 3 ayat, namun di dalamnya terdapat liturgi singkat. Mazmur 134 terdiri beberapa

unsur liturgi ibadah yakni panggilan untuk memuji Tuhan (ay.1), tanggapan umat

(ay.2) dan permohonan berkat dari Tuhan (ay.3). Hal tersebut membuat penulis ingin

0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “Psalm 63: The Exellence of
God’s Love.”
0
Derek Kidner, Psalms 73-150: An Introduction and Commentary (Nottingham: InterVarsity,
2008), 490.
24
melihat apa yang dilakukan umat Israel dalam penyembahannya kepada Tuhan di

rumah Allah. Alasan lain penulis memilih mazmur ini yakni para penyembah diajak

untuk mengangkat tangan dan memuji Tuhan (ay.2). Adanya penggunaan gerakan

mengangkat tangan tersebut dalam penyembahan umat Israel, penulis ingin melihat

apa makna dibalik ajakan pemazmur untuk mengangkat tangan serta tujuan

penggunaan gerakan mengangkat tangan tersebut.

Mazmur 134 digolongkan sebagai mazmur pujian.0 Pada bagian pembukaan,

mazmur ini mengawalinya dengan ajakan untuk para hamba Tuhan memuji Tuhan.

Hamba Tuhan tersebut merujuk kepada para imam dan orang Lewi, tetapi juga bisa

merujuk pada orang-orang lain yang melayani Allah.0 Hal yang menarik pada bagian

ini yakni terdapat ajakan untuk mengangkat tangan. Gerakan mengangkat tangan pada

bagian ini merujuk pada tindakan blessing (berkat).0 Blessing disini memiliki 2 arti

yakni sebagai tindakan memuji dan sebagai tanggapan umat terhadap YHWH atas

kehadiran dan berkat yang diberikan kepada umat Allah.0 Lessie C. Allen mengatakan

“In form and content this brief psalm falls into two unequal parts, a hymnic call to

praise, vv 1-2, and a priestly benediction, v. 3.”0 Menurutnya, mazmur ini terbagi

menjadi 2 bagian yakni himne panggilan untuk memuji Tuhan dan tindakan berkat

yang dilakukan oleh hamba Tuhan. Dari pemaparan di atas, penulis melihat gerakan

0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133.
0
Brueggemann dan Bellinger, Psalms, bag. “Psalm 134-A Song of Ascents.”
0
Frank-Lothar Hossfeld dkk., ed., Psalms 3: A Commentary on Psalms 101-150, Hermeneia--a
critical and historical commentary on the Bible (Minneapolis: Fortress, 2011), bag. Psalm 134.
0
Ibid.
0
Leslie C. Allen, Psalms 101-150, Rev., Word biblical commentary 21 (Nashville: Nelson,
2002), 281.
25
mengangkat tangan yang terdapat dalam Mazmur 134 tersebut sebagai tanggapan,

pengakuan, kesaksian umat akan Allah sebagai sumber segala berkat.

Berdasarkan hasil pemaparan dari 3 mazmur di atas, penulis menyimpulkan

bahwa gerakan mengangkat tangan dalam mazmur tersebut yakni sebagai tanggapan,

pengakuan, serta kesaksian umat yang menyatakan Allah sebagai sumber berkat di

mana umat dapat bergantung pada-Nya. Penulis melihat gerakan tangan dalam

mazmur-mazmur tersebut tidak hanya dilakukan oleh individu tetapi juga dapat

dilakukan bersama-sama dalam ibadah komunal. Melihat hal ini, gerakan mengangkat

dapat digunakan dalam ibadah minggu saat ini sebagai tanggapan, pengakuan, serta

kesaksian umat yang menyatakan Allah sebagai sumber berkat di mana umat dapat

bergantung pada-Nya.

MEMBUNGKUK/SUJUD

Gerakan tubuh lain dalam kitab Mazmur yang digunakan dalam ibadah umat

Israel ialah gerakan sujud (bow down). Dalam kitab Mazmur, penulis menemukan ada

22x penggunaan gerakan sujud. Mazmur tersebut antara lain: Mazmur 5:7, 22:28,30,

29:2, 35:14, 37:24, 44:26, 45:12, 57:9, 66:4, 72:9,11, 86:9, 95:6, 96:9, 97:7, 99:5&9,

106:19, 138:2, 145:14, dan 146:8. Dalam budaya masyarakat TDK di Perjanjian

Lama, gerakan sujud memiliki 2 arti yakni mengacu pada tindakan sujud secara fisik

dan yang lain mengacu pada sikap penyembahan.0 Dalam salah satu kamus perjanjian

lama, gerakan sujud secara fisik umumnya digunakan untuk sapaan kepada orang lain

0
Kruger, “Nonverbal Communication and Symbolic Gestures in the Psalms.”
26
yang dihormati atau tanda mengakui ketundukan.0 Sedangkan sujud sebagai sikap

penyembahan dilakukan di hadapan Tuhan atau berhala sebagai tanda penyerahan

diri.0

Mazmur 22

Segala ujung bumi akan mengingatnya

dan berbalik kepada Tuhan;

dan segala kaum dari bangsa-bangsa

akan sujud menyembah di hadapan-Nya. (ay.28)

Ya, kepada-Nya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi,

di hadapan-Nya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu,

dan orang yang tidak dapat menyambung hidup. (ay.30)

Penulis akan membahas Mazmur 22:28 dan 30. Alasan penulis memilih

mazmur tersebut ialah karena Mazmur 22 merupakan mazmur yang menarik. Mazmur

ini diawali dengan seruan keluhan pemazmur, tetapi di akhir mazmur ini pemazmur

W. McConnell, Dictionary of the Old Testament: Wisdom, Poetry & Writings, ed. Tremper
0

Longman dan Peter Enns (Downers Grove: InterVarsity, 2008), 930.


0
Ibid.
27
bersaksi akan perbuatan Allah.0 Ayat 1-21 menyiratkan keadaan pemazmur pada saat

itu sedang mengalami putus asa, namun ayat 23-31 pemazmur menaikkan ucapan

syukur kepada Tuhan. Melihat hal ini penulis melihat pengalaman pemazmur

memiliki kesamaan dengan pengalaman yang dihadapi orang percaya saat ini yakni

tertekan dan merasa Allah jauh dan meninggalkan umat di tengah keadaan yang tidak

mudah. Walaupun Mazmur 22 merupakan pengalaman pribadi pemazmur, tetapi

mazmur ini juga dapat digunakan oleh banyak orang yang mengalami putus asa yang

sama seperti mazmur ini.0 Selain itu alasan lain penulis memilih Mazmur 22 yakni

karena terdapat 2x disebutkan kata sujud menyembah yang dipakai oleh pemazmur

dalam mazmur ini yakni ayat 28 dan 30. Melalui mazmur ini, penulis ingin melihat

hal apa yang membuat pemazmur tetap memuji Allah di saat ia merasa sendirian serta

putus asa dan apa makna dibalik penggunaan gerakan sujud menyembah dalam

mazmur ini.

Mazmur 22 digolongkan sebagai mazmur ratapan (sebagai seruan kepada

Tuhan).0 Mazmur ini merupakan ratapan seseorang yang merasa ditinggalkan oleh

Tuhan di tengah penderitaan serta mengalami ketakutan saat menghadapi

penganiayaan dari musuh.0 Namun dalam keadaan putus asa tersebut justru

mendorongnya untuk berdoa kepada Allah serta memohon agar Ia tidak jauh darinya

dan tidak meninggalkannya (ayat 20). Dalam mazmur ini pemazmur menunjukkan

bahwa di tengah penderitaan tersebut, ia tetap memiliki keyakinan bahwa Allah akan

0
Goldingay, Psalms 1-41, 323.
0
Ibid.
0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 131–132.

Tremper Longman, Psalms: An Introduction and Commentary, 2014, bag. “Psalm 22. My
0

God, my God, why have you forsaken me.”


28
menjawab doa-doanya dan memberinya pembebasan.0 Dengan alasan itulah

pemazmur mengakhiri mazmurnya dengan memuji Allah dan bahkan ia juga

mengundang semua orang untuk bergabung memuji Tuhan.0 Pemazmur mengalihkan

pandangannya dan fokusnya hanya kepada Tuhan dan bukan pada penderitaannya.

Dalam memuji Allah, pemazmur menggunakan gerakan sujud menyembah.

Gerakan sujud pada Mazmur 22 mengacu pada keadaan lemah, sakit-sakitan dan

sekarat.0 Walaupun dalam keadaan demikian, pemazmur mengundang semua orang

(termasuk orang yang dalam keadaan lemah) untuk berpartisipasi dalam

penyembahan kepada Allah. Hal ini juga didukung oleh Craige, ia mengatakan:

“Though the psalmist had been delivered from death, its nearness was no excuse to

cease from worshiping.”0 Menyembah Tuhan merupakan hal yang esensial bagi

pemazmur dan ia mengajak semua orang untuk ikut berpartisipasi di dalamnya.

Dengan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan penggunaan gerakan sujud pada

Mazmur 22 menunjukkan sikap kebergantungan pada Allah dalam keadaan lemah dan

tidak berdaya.

Mazmur 95

Masuklah, marilah kita sujud menyembah

berlutut di hadapan Tuhan


0
Craigie, Psalms 1-50, 199.
0
Ibid., 202–203.
0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “V. Psalm 22: Anguish and
Joy.”
0
Craigie, Psalms 1-50, 201.
29
yang menjadikan kita. (ay.6)

Penulis akan membahas Mazmur 95:6. Alasan penulis memilih mazmur

tersebut ialah karena Mazmur 95 merupakan mazmur yang unik. Keunikan mazmur

ini yakni terdapat pola ajakan untuk beribadah dan penjelasan kenapa ajakan itu perlu

diindahkan. Melalui pola tersebut, penulis ingin melihat apa maksud adanya pola

tersebut dalam Mazmur 95. Alasan lain penulis memilih Mazmur 95 yakni terdapat

ajakan untuk sujud menyembah di hadapan Allah (ayat 6). Adanya gerakan sujud

tersebut, penulis ingin melihat apa makna dibalik gerakan sujud menyembah.

Mazmur 95 digolongkan sebagai mazmur pujian (Hymne Psalms).0 Mazmur

ini tersusun atas 2 bentuk yakni dorongan beribadah dan alasan beribadah. Susunan

Mazmur 95 sebagai berikut:

Dorongan beribadah (ay. 1-2)

Alasan beribadah (ay. 3-5)

Dorongan beribadah (ay. 6)

Alasan beribadah (ay. 7a-c)

Tanggapan Allah (ay. 7d-11)0

Pada susunan berikut, dorongan beribadah dan alasan beribadah kedua

bukanlah sebagai pengulangan. Urutan kedua lebih berfokus pada ekspresi ibadah

0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133.
0
Goldingay, Psalms 90-150, 88–89.
30
yakni sujud menyembah (ayat 6). Ayat 7b merupakan titik perubahan dalam Mazmur

95. Pada ayat 1-7c pemazmur menempatkan dirinya sama seperti lawan bicaranya

(mari kita), sedangkan pada ayat 7d pemazmur menempatkan dirinya sebagai lawan

bicara (kamu). Pada ayat 7d-11, terdapat tanggapan Allah secara langsung (Aku) dan

ingatan akan murka-Nya. Dalam pola ini, penulis melihat bahwa pemazmur sedang

menunjukkan adanya perkembangan akan kegairahan pemazmur dalam memuji

Tuhan dan pengenalannya akan Tuhan. Hal ini dapat dilihat dalam ayat 1 dan ayat 6.

Pada ayat 1, pemazmur mendorong umat memuji Tuhan dengan bersorak-sorai (ayat

1), sedangkan pada ayat 6, pemazmur mendorong umat memuji Tuhan dengan

tindakan fisik yakni sujud menyembah di hadapan Allah. Pengenalan pemazmur akan

Tuhan juga berkembang yakni dari Allah sebagai pencipta dan penyelamat manusia

menjadi Allah sebagai gembala manusia. Allah tidak hanya menciptakan dan

menyelamatkan manusia, sebagai gembala ia akan membimbing, menyediakan, dan

melindungi kawanannya.0

Gerakan sujud dalam Mazmur 95 ialah tindakan fisik menekukkan kaki yang

menggambarkan kerendahan hati.0 Goldingay mengatakan, “We are bodies and not

merely spirits, and what we do with our bodies expresses our real selves. If there is no

physical self-lowering, there can hardly be inner self-lowering.”0 Secara alamiah,

tubuh manusia akan mengekspresikan sesuatu sesuai keadaan hati yang sebenarnya.

Dalam Mazmur 95, pemazmur mendorong umat untuk beribadah kepada Tuhan tidak

hanya dengan sorak-sorai, tetapi juga dengan tindakan fisik yakni sujud menyembah

0
Longman, Psalms, bag. “Psalm 95. Do not harden your hearts.”
0
Goldingay, Psalms 90-150, 93.
0
Ibid.
31
untuk mengekspresikan kerendahan hati dalam memuji Tuhan. Dengan pemaparan di

atas, penulis menyimpulkan gerakan sujud pada Mazmur 95 merujuk pada sikap

kerendahan hati umat dalam memuji Tuhan.

Mazmur 96

Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan,

Gemetarlah di hadapan-Nya, hai segenap bumi!

Penulis akan membahas Mazmur 96:9. Alasan penulis memilih mazmur

tersebut ialah karena Mazmur 96 merupakan mazmur yang istimewa. Keistimewaan

mazmur ini ialah pemazmur yang menulis mazmur ini adalah seorang pemimpin

ibadah.0 Ia menjadikan Allah sebagai objek pujiannya.0 Hal ini terlihat dari adanya

11x penyebutan kata Tuhan. Menariknya, pemazmur juga mengajak umat sujud

menyembah kepada Tuhan (ay.9). Melalui mazmur ini, penulis ingin melihat apa yang

membuat pemazmur terus menerus menyebutkan Tuhan dalam mazmurnya dan apa

makna dibalik gerakan sujud menyembah.

Mazmur 96 digolongkan sebagai mazmur pujian (Hymne Psalms).0 Mazmur

ini berisi panggilan untuk memuji Allah. Dalam mazmur ini, pemazmur adalah

0
Longman, Psalms, bag. “Psalm 96. A new song.”
0
Tate, Psalms 51-100, 512.
0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133.
32
seorang pemimpin ibadah yang memanggil umat untuk memuji Tuhan.0 Ia

menyerukan kepada semua orang untuk memuji Allah atas pemerintahan, kedaulatan,

keagungan dan semua karya-Nya atas umat-Nya.0 Allah ialah objek pujian dalam

mazmur ini.0 Dalam hal ini, pemazmur tidak sedang mempromosikan Allah untuk

dipuji-puji manusia. Penulis melihat bahwa pemazmur menjadikan Allah sebagai

objek pujiannya karena ia sungguh-sungguh mengenal siapa yang ia puji. Ia mengenal

bahwa Allah lebih dahsyat daripada segala allah (ay. 4), Ia adalah pencipta (ay.5), Ia

adalah kudus (ay.9), dan Ia adalah setia (ay.13). Oleh karena pengenalannya yang

dalam akan Allah, ia mengundang semua orang untuk memuji Allah karena hanya

Allah yang layak menerima pujian. Ia layak menerima pujian dan kemuliaan, sebab Ia

lebih dahsyat dari segala allah (ay.4-5). Kemuliaan-Nya terlihat dalam pekerjaan

tangan-Nya (seperti dalam Mazmur 19:2) dan dalam perbuatan-Nya yang Ajaib (ay.

3)

Dalam memuji Allah, umat datang tidak hanya dengan pujian lisan saja, tetapi

juga dengan memberikan persembahan mereka di tempat kudus. Persembahan

tersebut dalam arti memberikan penghormatan kepada Tuhan (Im. 2).0 Persembahan

di sini ialah dengan memberikan sujud kepada Allah (ay.9). Dengan demikian

gerakan sujud dalam Mazmur 96 yakni sebagai penghormatan kepada Allah. Hal ini

juga didukung oleh Tate, “Prostation before Yahwehnin homage and adoration was

0
Longman, Psalms, bag. "Psalm 96. A new song.
0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “G. Psalm 96: Yahweh Will
Judge the World in Righteousness.”
0
Tate, Psalms 51-100, 512.
0
Longman, Psalms, bag. “Psalm 96. A new song.”
33
probably a regular part of Israelite worship.”0 Gerakan sujud dalam Mazmur 96

merupakan sikap penghormatan kepada Allah dan hal tersebut sering dilakukan dalam

ibadah orang Israel. Dengan pemaparan di atas, penulis menyimpulkan gerakan sujud

pada Mazmur 96 merupakan sikap hormat/tunduk kepada Allah.

Berdasarkan hasil pemaparan dari 3 mazmur di atas, penulis menyimpulkan

bahwa gerakan sujud merupakan suatu sikap merendahkan diri dan menunjukkan

bentuk penghormatan/ketundukan yang disertai dengan kesadaran akan keberadaan

diri yang lemah serta terbatas terhadap Allah yang mahakuasa. Penulis melihat bahwa

gerakan sujud dalam mazmur-mazmur tersebut tidak hanya dilakukan oleh individu

tetapi juga dapat dilakukan bersama-sama dalam ibadah komunal. Melihat hal ini,

gerakan sujud juga dapat digunakan dalam ibadah minggu saat ini sebagai bentuk

penghormatan lambang pengakuan akan Allah yang mahakuasa.

0
Tate, Psalms 51-100, 514.
34
Gambar 2 ilustrasi membungkuk/sujud

Sumber: Othmar Keel, The Symbolism of the Biblical World: Ancient Near Eastern

Iconography and the Book of Psalms (Winona Lake: Eisenbrauns, 1997), 309–310,

316, 319-320.

TARI-TARIAN

35
Penggunaan gerakan tari-tarian merupakan salah satu bentuk pengekspresian

umat Israel dalam penyembahannya kepada Tuhan dalam Ibadah. Kata tari-tarian

sendiri berasal dari akar kata mahol yakni menari. Dictionary of Biblical Imagery

mengartikan tarian sebagai simbolis. Simbolis di sini merupakan sebuah tanda yang

menggambarkan/mengisyaratkan sesuatu. Seperti halnya tarian, tarian dapat

menggambarkan suatu hal menggembirakan, menyenangkan, berputar dalam

lingkaran, berlari dan melompat, suatu seni pergerakan tubuh yang berirama dan

mengekspresikan perasaan serta pikiran.0 Sehingga tarian sering dipahami sebagai

tindakan melompat, berputar, menari, menyatakan suatu ekspresi sukacita, dan

sebagai simbol dari suatu ekspresi. Masyarakat kuno pun mengekspresikan

sukacitanya dengan melakukan tarian akustik (tepuk tangan, hentakan kaki, ketukan

ritmis dari instrumen, dsb.)0

Dalam kebudayaan bangsa Israel baik dalam kegiatan keagamaan maupun

perayaan pesta, biasanya tarian diiringi dengan iringan musik.0 Tarian umumnya

dikaitkan dengan berbagai macam prosesi peristiwa-peristiwa sukacita di Israel.

Tarian umumnya dapat digunakan dalam susunan liturgi, perayaan kemenangan

militer, dan peristiwa-peristiwa sukacita lainnya.0 Sebagai contoh, Ketika Yefta

kembali dari pertempuran di Mizpa, ia disambut oleh putrinya dengan rebana dan tari-

Leland Ryken dkk., ed., Dictionary of Biblical Imagery (Downers Grove:


0

InterVarsity, 1998), 188.


0
Alfred Sendrey, Music in Ancient Israel, Nachdr. (New York: Philosophical Library, 1969),
441.
0
Philip J. King dan Lawrence E. Stager, Life in Biblical Israel, 1st ed., Library of Ancient
Israel (Louisville: Westminster John Knox, 2001), 298.
0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 44.
36
tarian (Hak. 11:34). Tarian umumnya memiliki kaitan yang erat dengan berbagai

macam peristiwa perayaan sukacita di Israel.

Dalam penyembahan umat kepada Allah, tari-tarian mencakup 2 hal yakni

tarian merupakan sarana untuk umat memuji, menghormati, serta mengucap syukur

kepada Tuhan atas segala perbuatan-Nya.0 Selain itu, tari-tarian merupakan suatu

bentuk pengabaian diri (Self-abandon) dari ciptaan kepada Sang Pencipta dalam

rangka menyatakan segala keagungan-Nya.0 Satu hal yang perlu diperhatikan juga

ialah bahwa tari-tarian merupakan suatu pengakuan akan hadirnya kekudusan. Seperti

halnya pada saat Tabut Perjanjian sedang diarak masuk ke Yerusalem, Daud dan

seluruh umat Israel menari-nari di hadapan Tuhan.0

Dalam kitab Mazmur, penulis menemukan ada 3x gerakan tari-tarian yakni

Mazmur 30:12, 149:3, dan 150:4.

Mazmur 30

Aku yang meratap telah Kau ubah menjadi orang yang menari-nari,

kain kabungku telah Kau buka,

pinggangku Kau ikat dengan sukacita (ay.12)

0
Ryken dkk., Dictionary of Biblical Imagery, 188–189.
0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 44.
0
John Drane, Memahami Perjanjian Lama III: Iman Perjanjian Lama, terj. Hans Wuysang
(Jakarta: Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, 2003), 98–99.
37
Mazmur 30 digolongkan sebagai mazmur syukur individu.0 Di sisi lain,

mazmur ini juga dapat disebut sebut sebagai mazmur pujian karena inti dari mazmur

ini ialah pujian bagi Allah (ay.2, 5, 13). Tema mazmur ini yakni kesetiaan Tuhan

membela umat-Nya di dalam keadaan yang tidak menentu.0 Hal ini dibuktikan dalam

ayat 11 yakni Ia mengubah ratapan menjadi tari-tarian, keadaan duka menjadi

sukacita. Tuhan menjawab doa pemazmur dengan memberikan kesembuhan (ay.4)

dan pemazmur menanggapinya dengan pujian (ay.5).

Penulis melihat gerakan tari-tarian pada Mazmur 30 ingin menunjukkan

keadaan sukacita. Hal ini terlihat pada ayat 11 yakni adanya sebuah perubahan

keadaan yakni dari dukacita menjadi sukacita. Perubahan tersebut terjadi karena Allah

telah memulihkan pemazmur (ay.3). Seolah-olah Allah secara pribadi membuka

ikatan pada kain kabung seperti orang tua yang membuka pakaian anaknya dan

meletakkan di atas bahunya sesuatu yang cerah dan meriah seperti pakaian untuk

pernikahan daripada pemakaman.0 Namun penjelasan ini tidak sedang mengacu pada

pakaian untuk pernikahan, melainkan mengacu pada keadaan yang berubah secara

drastis yakni dukacita menjadi sukacita.

Mazmur 149

Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian,

0
Craigie, Psalms 1-50, 251.
0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “DD. Psalm 30: Praise for
God’s Faithfulness in a Time of Need.”
0
Goldingay, Psalms 1-41, 431–432.
38
biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! (ay. 3)

Mazmur 149 digolongkan sebagai mazmur pujian (Hymne Psalms).0 Secara

struktural, mazmur ini dibagi menjadi 2 bagian yakni kegembiraan orang-orang suci

(ay.1-5) dan harapan orang-orang suci (ay.6-9).0 Sebagian besar mazmur ini berisi

seruan bagi umat untuk bergabung dalam penyembahan kepada Tuhan (ay.2-3,5).

Tuhan adalah objek pujian.0 Ia layak mendapatkan pujian umat Israel karena Ia adalah

pencipta dan raja mereka.0 Ungkapan pujian untuk Allah dengan rebana dan kecapi

menunjukkan suatu kegembiraan atas apa yang telah atau akan dilakukan Allah dalam

memenuhi janji-Nya.0

Dalam Mazmur 149, penulis melihat gerakan tari menunjukkan kegembiraan

serta ucapan syukur atas segala perbuatan Tuhan melalui pujian dan penyembahan.

Ekspresi kegembiraan umat Tuhan salah satunya diungkapkan dengan tari-tarian.

Mereka umumnya merayakan kemenangan dan berkat Tuhan dengan tari-tarian (lihat

Kel,15:20, Hak. 11:34, 2 Sam. 6:14, dan Yer. 31:4).0 Hal ini didukung oleh Allen

yang mengatakan, “Dancing (v 3) was one feature of religious rejoicing.”0 Menari

0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133.
0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “QQ. Psalm 149: Yahweh
Delights in His People.”
0
Ibid., 1433–1434.
0
Longman, Psalms, bag. “Psalm 149. A Sword in their Hands.”
0
Goldingay, Psalms 90-150, 739.
0
VanGemeren, Psalms: The Expositor’s Bible Commentary, bag. “QQ. Psalm 149: Yahweh
Delights in His People.”
0
Allen, Psalms 101-150, 399.
39
menunjukkan kegembiraan serta ucapan syukur pemazmur atas segala perbuatan

Tuhan.

Mazmur 150

Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian,

pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! (ay.4)

Mazmur 150 digolongkan sebagai mazmur pujian (hymne psalms).0 Mazmur

150 merupakan serangkaian panggilan untuk memuji Tuhan. Dalam Mazmur 150,

terdapat setiap jenis alat musik yakni tiup, senar, dan perkusi yang dikerahkan untuk

memuji Tuhan. Menariknya, alat musik tersebut dimainkan oleh para imam (trompet),

orang lewi (harpa, kecapi, dan sambal) dan juga orang awam (rebana, senar, pipa).0

Adanya penggunaan alat musik dan tari-tarian dalam mazmur tersebut yakni untuk

meningkatkan pujian kepada Tuhan.0 Seperti yang dikatakan Godingay, “The

Psalmist, therefore, in exhorting believers to pour forth all their joy in the praises of

God.”0 Dalam memuji Tuhan, pemazmur mengikut sertakan musik dan tari-tarian di

dalamnya untuk mencurahkan ekspresi sukacita mereka akan kebesaran Allah. Dalam

Mazmur 150, penulis melihat gerakan tari-tarian digunakan untuk mengekspresikan

perasaan sukacita pemazmur terhadap keperkasaan dan kebesaran Allah (ay.2).


0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133.
0
Goldingay, Psalms 90-150, 748.
0
Longman, Psalms, bag. “Psalm 150, Final Doxology.”
0
Goldingay, Psalms 90-150, 748.
40
Gerakan tarian lahir dari kebutuhan manusia untuk mengekspresikan emosinya dalam

bentuk gerakan tubuh.

Berdasarkan hasil pemaparan dari 3 mazmur di atas, penulis menyimpulkan

bahwa gerakan tarian menggambarkan ekspresi kegembiraan/sukacita dan ucapan

syukur atas segala kedahsyatan Tuhan melalui pujian dan penyembahan. Penulis

melihat bahwa gerakan tarian dalam mazmur-mazmur tersebut tidak hanya dilakukan

oleh individu tetapi juga dapat dilakukan bersama-sama dalam ibadah komunal.

Melihat hal ini, gerakan tarian juga dapat digunakan dalam ibadah minggu saat ini

untuk mengekspresikan perasaan sukacita.

Gambar 3 ilustrasi tari-tarian

Sumber: Othmar Keel, The Symbolism of the Biblical World: Ancient Near Eastern

Iconography and the Book of Psalms (Winona Lake: Eisenbrauns, 1997), 336.

KESIMPULAN

41
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan ada dua hal

berkaitan dengan penggunaan gerakan tubuh dalam kitab Mazmur. Pertama, gerakan

tubuh banyak ditemukan dalam kitab Mazmur sebagai bukti bahwa pemazmur

menggunakan gerakan tubuh dalam penyembahannya kepada Allah. Penggunaan

gerakan tubuh dalam kitab Mazmur tersebut dilakukan oleh umat Israel di dalam

konteks ibadah. Pemazmur menggunakan gerakan tubuh dalam penyembahannya dan

mengajak umat yang lain untuk menggunakan seluruh tubuhnya dalam

penyembahannya Allah atas segala keagungan dan kekudusan-Nya.

Kedua, setiap gerakan tubuh yang digunakan memiliki makna teologis dalam

ibadah kepada Allah. Gerakan mengangkat tangan sebagai tanggapan, pengakuan,

serta kesaksian umat akan perbuatan Allah yang dilakukan baik secara pribadi

maupun bersama-sama oleh seluruh umat Allah. Gerakan sujud menunjukkan suatu

sikap merendahkan diri yang menunjukkan bentuk penghormatan/ketundukan kepada

Allah yang mahakuasa. Yang terakhir, gerakan tari-tarian mengungkapkan ekspresi

kegembiraan atau sukacita dan ucapan syukur atas segala kedahsyatan Tuhan.

Dalam kitab Mazmur, gerakan tubuh digunakan dalam ibadah umat Israel

sebagai ekspresi penyembahan yang diarahkan kepada Allah. Melalui hal tersebut,

penulis melihat bahwa gerakan tubuh dapat digunakan oleh umat percaya saat ini

untuk memuji Tuhan dalam ibadah minggu yang diarahkan pada Allah. Pada bab

selanjutnya, penulis akan membahas penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah

minggu. Penulis akan memaparkan prinsip-prinsip ibadah serta bagaimana gerakan

tubuh dapat turut serta digunakan dalam ibadah minggu.

42
BAB 3

PENGGUNAAN GERAKAN TUBUH DALAM IBADAH MINGGU

Ibadah merupakan bagian terpenting dalam kehidupan umat Kristen. Di dalam

ibadah, umat percaya tidak hanya melakukan kegiatan, aktivitas, ataupun pertemuan

ibadah mingguan (seperti menyanyi, mendengarkan pemberitaan firman Tuhan, dsb.)

Ibadah merupakan orientasi hidup umat percaya yang menyembah Tuhan dan hal

tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Walter Leslie McConnell

dalam buku How Majestic Is Your Name memaparkan pengertian ibadah yakni

“Worship is an activity of the heart and mind, the emotion and will, that brings us to

God in his majesty, causes us to bow before him as our God and master, to express

an attitude of reverence and fear because of his power and love, and to obey his

commands in daily and seasonal acts of service that embrace both the sacred and the

secular.0

Ibadah adalah kegiatan yang melibatkan hati dan pikiran, emosi dan kehendak

manusia yang membawanya dalam penyembahannya kepada Tuhan atas keagungan-

Nya. Oleh karena ibadah melibatkan hati dan pikiran, emosi dan kehendak manusia,

hal tersebut mendorong manusia untuk melakukan tindakan aktif seperti bersujud di

hadapan-Nya sebagai Tuhan untuk mengekspresikan sikap hormat dan takut karena

0
Walter Leslie McConnell, How Majestic Is Your Name: An Introduction to Biblical Worship
(Eugene: Eugene, 2021), bb. Chapter 1: What is Worship.
43
kuasa dan kasih-Nya. Dengan demikian, ibadah bukanlah suatu kegiatan/aktivitas

rutin umat Kristen. Lebih dari itu, ibadah merupakan anugerah yang Tuhan berikan

kepada manusia untuk dapat bersekutu dan menyembah Allah dengan seluruh

keberadaannya yakni dengan hati, pikiran emosi, kehendak, dan tubuh. Hal ini pun

disebutkan dalam Alkitab dalam Markus 12:30 “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan

segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan

dengan segenap kekuatanmu”.

Sehubungan dengan keterlibatan seluruh aspek keberadaan manusia dalam

penyembahan kepada Tuhan, terdapat beberapa macam prinsip ibadah yang

mengaburkan fokus umat terhadap penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah minggu

saat ini. Beberapa orang meyakini prinsip regulatif yakni penyembahan harus

disadarkan pada penyembahan yang dilakukan sesuai dengan yang diperintahkan

Alkitab secara eksplisit.0 Beberapa orang yang lainnya meyakini prinsip normatif

yakni penyembahan dilakukan sesuai dengan norma dalam Alkitab.0 Sebagai contoh,

penyembahan umat Israel dalam Perjanjian Baru tidak memerintahkan umat Israel

untuk menggunakan gerakan tubuh (khususnya tari-tarian) dalam ibadah mereka,

sedangkan dalam Perjanjian Lama (khususnya kitab Mazmur), penggunaan gerakan

tubuh dapat ditemukan dalam penyembahan umat Israel pada saat itu. Bagi penganut

prinsip regulatif, penggunaan gerakan tubuh (khususnya tari-tarian) tidak dapat

dilakukan dalam penyembahan kepada Allah, sebab Perjanjian Baru tidak

memerintahkan umat Israel untuk menggunakan dalam ibadah mereka. Sedangkan

bagi penganut prinsip normatif hal ini dapat dilakukan sebab Alkitab tidak melarang
0
Scheer, Essential Worship, 34.
0
Penyembahan dilakukan berdasarkan norma penyembahan alkitabiah dalam Alkitab. Ibid.,
35.
44
gerakan tubuh dalam ibadah. Hal ini tentu membingungkan serta menimbulkan

pertanyaan, apakah penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah dapat dilakukan atau

tidak. Robert Webber dalam buku Worship is a Verb mengatakan “…, the use of the

arts is not an end in itself.0 Penggunaan seni dalam ibadah (termasuk juga gerakan

tubuh) bukanlah tujuan utama dari penyembahan, melainkan sebagai

kendaraan/sarana yang membantu umat dalam beribadah kepada Tuhan. Melihat hal

tersebut, dalam bab ini penulis akan memaparkan beberapa macam prinsip ibadah

yakni prinsip regulatif dan prinsip normatif, serta memaparkan ibadah/penyembahan

umat Israel di dalam kitab Mazmur (sebagai akar pemahaman ibadah) untuk melihat

bagaimana penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah.

PRINSIP REGULATIF

Prinsip regulatif muncul pada zaman reformasi. Prinsip ini dipelopori oleh

Huldrych Zwingly dan John Calvin.0 Dalam jurnal The Westminster Theological, John

A. Delivuk mengatakan “… the regulative principle of worship, which teaches that

whatever the Bible does not command in New Testament worship by precept or

examples forbidden.”0 Prinsip regulatif ibadah mengajarkan bahwa apa pun yang

tidak diperintahkan oleh Alkitab dalam Perjanjian Baru dilarang untuk dilakukan,

0
Robert Webber, Worship Is a Verb: Eight Principles for a Highly Participatory Worship
(Nashville: Star Song, 1992), 13.
0
Scheer, Essential Worship, 34.
0
John Allen Delivuk, “Biblical Authority and the Proof of the Regulative Principle of Worship
in the Westminster Confession,” Westminster Theological Seminary 58, 2 (1996): 253.
45
diajar, serta dijadikan panutan ibadah umat percaya dalam penyembahan kepada

Tuhan. Derek W. H. Thomasd dalam buku Give Praise to God mendeskripsikan

prinsip regulatif sebagai berikut, “Nothing must be as essential to public worship

except that which is commanded by the Word of God.”0 Alkitab merupakan otoritas

utama dalam ibadah, sehingga hal lain di luar Alkitab tidak dapat disejajarkan dengan

Alkitab sebagai dasar utama dalam ibadah. Berkaitan dengan prinsip regulatif, Daniel

I Block dalam buku For the Glory of God menuliskan, “some adhere to the regulative

principle, which says that true worship involves only components expressly

prescribed in Scripture and forbids anything not prescribed.”0 Beberapa penganut

prinsip regulatif tersebut memiliki keyakinan bahwa ibadah sejati hanya melibatkan

komponen-komponen yang secara tegas ditentukan dalam Alkitab dan melarang apa

pun yang tidak ditentukan dalam Alkitab. Melalui pemaparan tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa dalam prinsip regulatif, penyembahan/ibadah yang benar

adalah yang dilakukan dengan didasari pada hal-hal yang secara eksplisit

diperintahkan dan diwahyukan Allah dalam Alkitab.

Dalam prinsip regulatif ini, penulis melihat adanya kelebihan serta kekurangan

di dalamnya. Kelebihan prinsip regulatif yakni membatasi penyembahan umat

percaya menurut imajinasi dan pikiran manusia, tipu daya setan, atau cara lain yang

tidak ditentukan Allah sendiri dalam Alkitab.0 Dengan demikian, penyembahan umat

percaya akan terfokus serta terarah hanya kepada Allah saja. Kelebihan yang lain dari

0
James Montgomery Boice dkk., ed., Give Praise to God: A Vision for Reforming Worship:
Celebrating the Legacy of James Montgomery Boice (Phillipsburg: P & R Pub, 2003), 75.
0
Daniel I Block, For the Glory of God: Recovering a Biblical Theology of Worship (Grand
Rapids: Baker Academic, 2014), bag. Toward a Holistic, Biblical Understanding of Worship.

John M. Frame, “Some Question about the Regulative Principle,” Westminster Theological
0

Seminary 54, 2 (1992): 357.


46
prinsip regulatif yakni menjadikan Alkitab sebagai satu-satunya otoritas serta hakim

dalam tindakan umat dalam beribadah kepada Tuhan.0 Alkitab dijadikan patokan

dalam menilai tindakan dalam ibadah, sehingga ibadah terlepas dari hal yang tidak

pantas.

Kekurangan prinsip regulatif yakni umat tidak dapat dengan bebas

mengekspresikan penyembahan kepada Allah (khususnya melalui gerakan tubuh). Hal

ini terjadi karena jika tindakan penyembahan yang dilakukan tersebut tidak ada dalam

Alkitab/tidak diperintahkan untuk dilakukan dalam ibadah, umat tidak dapat

melakukan tindakan penyembahan dalam ibadah di luar Alkitab.0 Hal ini pun di

katakana oleh Terry L. Johnson dalam buku Worship of God “Clearly they teach that

we are not free to improvise in our worship.”0 Dalam ibadah, umat percaya tidak

dapat dengan bebas berimprovisasi dalam tindakan penyembahannya kepada Allah.

Ibadah menjadi dokmatik dan kaku.

PRINSIP NORMATIF

Prinsip normatif lahir pada zaman reformasi. Prinsip ini didukung oleh

gereja/denominasi Katolik, Lutheran, dan Anglikan. Terry L. Johnson buku The

Worship of God mengatakan “…, but whatever is not expressly forbidden by scripture

0
Delivuk, “Biblical Authority and the Proof of the Regulative Principle of Worship in the
Westminster Confession,” 253.
0
Scheer, Essential Worship, 35.

Terry L. Johnson, Terry L. Johnson, The Worship of God: Reformed Concepts of Biblical
0

Worship (Scotland: Christian Focus, 2005), 15.


47
is permitted.”0 Scheer mendeskripsikan prinsip normatif sebagai berikut, “He

ascribed to the normative principle – anything in worship that is not prohibited by

Scripture is left to our best judgment.”0 Prinsip ini cenderung mencari pola serta

norma penyembahan alkitabiah di dalam Alkitab. Prinsip tersebut tidak menekankan

perintah yang tertulis secara eksplisit di dalam Alkitab melainkan berfokus pada apa

yang harus dilakukan dalam ibadah.0 Daniel I. Block dalam buku For the Glory of

God mengatakan “…, which allows Christians to incorporate in their worship forms

and practices not forbidden by Scripture, provided they promote order in worship and

do not contradict scriptural principles.”0 Prinsip normatif membuka kesempatan

kepada umat percaya untuk dapat memasukkan bentuk serta praktik dalam ibadah

yang tidak dilarang juga tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab dengan

tetap menyampaikan ketertiban dalam ibadah. Melalui pemaparan tersebut, penulis

menyimpulkan bahwa prinsip normatif yakni cara penyembahan kepada Tuhan yang

dilakukan dengan berfokus pada apa yang harus dilakukan dalam ibadah,

memperhatikan norma serta prinsip-prinsip ibadah dalam Alkitab dengan berdasarkan

pada penilaian terbaik umat percaya.

Dalam prinsip normatif tersebut, penulis melihat adanya kelebihan serta

kekurangan dalam prinsip tersebut. Kelebihan prinsip normatif tersebut yakni

memberikan ruang dan keleluasaan kepada umat percaya untuk dapat berekspresi

serta berkreasi dalam penyembahannya kepada Tuhan.0 Prinsip ini tidak terfokus pada
0
Ibid., 13.
0
Scheer, Essential Worship, 35.
0
Ibid.
0
Block, For the Glory of God, bag. Toward a Holistic, Biblical Understanding of Worship.
0
Ibid.
48
larangan hitam di atas putih, melainkan fokus kepada apa yang harus dilakukan dalam

ibadah.0 Scheer dalam buku Essential Worship mengatakan “…, yet the normative

principle is tethered to scriptural witness strongly enough to be considered a healthy

approach to biblical worship.”0 Prinsip normatif dikaitkan atau dihubungkan pada

kesaksian Alkitab dengan cukup kuat, sehingga hal ini dapat dianggap sebagai

pendekatan yang sehat untuk penyembahan alkitabiah.

Kekurangan prinsip normatif yakni tindakan dalam penyembahan ditentukan

berdasarkan penilaian terbaik umat percaya.0 Penganut prinsip ini melakukan apa

yang benar di mata mereka sendiri. Hal ini sering dianggap menodai penyembahan

kepada Allah karena hal-hal yang tidak diperintahkan Alkitab diikut sertakan dalam

ibadah. Allah disembah tidak sesuai dengan apa yang Ia perintahkan. Oleh karena

prinsip ini ditentukan berdasarkan penilaian/aturan terbaik manusia, hal tersebut

membuat penilaian manusia dapat salah karena dosa yang mengaburkan penilaian

manusia.0

PENYEMBAHAN UMAT ISRAEL DALAM KITAB MAZMUR

Kitab Mazmur merupakan salah satu kitab yang berisi ekspresi umat percaya

dalam penyembahan kepada Tuhan baik secara individu maupun


0
Scheer, Essential Worship, 35.
0
Ibid.
0
Ibid.
0
John M. Frame, Medical Ethics: Principles, Persons, and Problems, Christian perspectives
(Phillipsburg: Presbyterian and Reformed Pub. Co, 1988), 8.
49
bersama-sama/komunal dan Firman Allah yang Ia nyatakan lewat para pemazmur.

Sandra Van Opstal dalam buku “The Next Worship” juga mengatakan demikian, “The

Psalms, which are a model for individual and corporate worship, invite us to identify

or align with the experience of the psalmist regardless of our feelings.0 Kitab

Mazmur merupakan salah satu model yang dapat digunakan dalam penyembahan

individu dan korporat. Hal ini karena kitab Mazmur berpusat pada tindakan

penyembahan kepada Allah (termasuk puji-pujian, ekspresi, gerakan tubuh di dalam

ibadah, dan lainnya).0 Ronald B. Allen dalam buku And I will Praise Him

mengatakan, “The praise of God is the central issue of the book of Psalms. Along with

our rightful emphases on preaching and praying, there should be a corresponding

emphasis on participation in the worship of God in our services.”0 Penyembahan

kepada Tuhan dalam kitab Mazmur menekankan adanya partisipasi, di mana umat

mengarahkan seluruh aspek keberadaannya kepada Tuhan. Melihat hal tersebut, dapat

dikatakan bahwa mazmur memiliki peranan yang penting dalam penyembahan orang

Israel juga umat percaya saat ini.

Mazmur berasal dari kata mizmor yang memiliki arti puisi yang dinyanyikan

dengan alat musik. Puisi umumnya ditujukan kepada seseorang atau hal tertentu

dengan suatu tujuan. Menariknya, berbagai macam genre puisi dalam kitab Mazmur

(mazmur ratapan, mazmur pengucapan syukur, mazmur pujian, mazmur raja, mazmur

hikmat, dsb.) ditujukan/diarahkan hanya untuk Tuhan. Dalam berbagai genre puisi

tersebut, pemazmur mengekspresikan penyembahannya dengan menggunakan seluruh


0
Van Opstal, The Next Worship, 47–48.
0
Ronald Barclay Allen, And I Will Praise Him: A Guide to Worship in the Psalms (Grand
Rapids: Kregel, 1999), 57.
0
Ibid., 72.
50
keberadaannya yang ditujukan kepada Allah di dalam pemahaman dan pengenalan

yang benar akan Allah. Pada bagian ini penulis akan memaparkan genre-genre

mazmur tersebut serta memperlihatkan bagaimana pemazmur di dalam berbagai

macam genre tersebut tetap mengarahkan dirinya (baik pikiran maupun perasaannya)

pada tindakan penyembahan yang terarah/berpusat pada Allah.

GENRE KITAB MAZMUR

Kitab Mazmur terdiri dari berbagai macam genre puisi. Genre puisi yang

dimaksud ialah mengacu pada sekelompok teks yang memiliki keserupaan, seperti

dalam hal suasana hati, konten, struktur, atau ungkapan.0 Hemann Gunkel merupakan

seorang ahli PL yang menentukan berbagai bentuk/genre sastra dalam kitab Mazmur

dengan metode form criticism (kritik bentuk). Murphy dalam buku The Gift of the

Psalms mengatakan, “He studied the literary types and pointed out their

characteristic features, structure, movement, and themes.”0 Hemann Gunkel

mempelajari jenis-jenis sastra kitab Mazmur serta menunjukkan ciri khas, struktur,

dan tema dari mazmur tersebut. Dalam kitab Mazmur, pengelompokan berdasarkan

genre tersebut membantu pembaca dapat memahami konteks sastra dengan baik.

Beberapa genre dalam kitab Mazmur yakni mazmur ratapan, mazmur pujian, mazmur

pengucapan syukur, mazmur keyakinan, mazmur peringatan, mazmur hikmat,

mazmur raja, dan lainnya.0

0
Tremper Longman, How to read the Psalms (Downers Grove, Ill: InterVarsity Press, 1988),
20.
0
Roland E. Murphy, The Gift of the Psalms (Peabody: Hendrickson, 2000), 9.
0
Longman, How to read the Psalms, 24.
51
Berbagai genre yang terdapat dalam kitab Mazmur menampilkan begitu ragam

pengalaman pemazmur dalam menyembah Tuhan. Melihat keberagaman pengalaman

pemazmur dalam menyembah Tuhan tersebut, penulis ingin memaparkan bagaimana

pemazmur tetap menyembah Tuhan di tengah berbagai macam keadaan dengan tetap

otentik/apa adanya, tidak kaku, dan penyembahannya didasari dengan pengenalan

akan Tuhan.

Mazmur Ratapan

Mazmur ratapan/keluhan (Lament Psalms) merupakan mazmur yang sering

ditemui dalam kitab Mazmur yakni terdapat kurang lebih sebanyak 60 mazmur (baik

yang bersifat individu ataupun komunal).0 Pemazmur sering kali memulai mazmurnya

dengan doa yang digabung dengan permohonan kepada Tuhan untuk memohon

pertolongan terhadap pergumulannya, sehingga tidak ada seorang pun yang dapat

dituju oleh pemazmur selain dari pribadi Allah sendiri.0 Mazmur ratapan muncul dari

kesulitan hidup dan memohon bantuan kepada Allah. Dalam keadaan sulit, pemazmur

tidak meninggalkan Tuhan melainkan terus bersandar dan bergantung pada Tuhan.

Umat Israel terus memanggil Tuhan bahkan ketika Tuhan tampak tidak ada atau tidak

bekerja.0 Mazmur ratapan tidak berfokus pada rasa sakitnya ataupun pergumulannya,

melainkan meletakannya dalam iman kepada Allah.

0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 131–132.
0
Longman, How to read the Psalms, 27.

W. H. Bellinger, Psalms: A Guide to Studying the Psalter, 2nd ed. (Grand Rapids: Baker
0

Academic, 2012), 75.


52
Beberapa para ahli PL mencoba memaparkan pengertiannya mengenai

mazmur yakni Longman dalam buku How to read the Psalms mengatakan “The

lament is the psalmist’s cry when in great distress he has nowhere to turn but to

God.”0 Mazmur ratapan berisi tangisan pemazmur ketika ia sedang berada dalam

kesulitan dan hanya Tuhanlah tempatnya dapat mengadu. Brueggemann dan Bellinger

juga dalam salah satu buku yang ditulisnya mengatakan mengenai mazmur ratapan

“These psalms derive from a crisis either of a person of faith (such as illness or false

accusation) or of the community of faith (such as war or famine). The prayers address

Israel’s God and portray the crisis and call for help.”0 Mazmur ratapan

berasal/muncul dari keadaan suram yang dialami umat percaya ataupun komunitas

umat percaya, sehingga umat memohon pertolongan kepada Tuhan. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa mazmur ratapan berisi tangisan serta pergumulan

pemazmur dan umat Israel ketika berada dalam kondisi hidup yang sulit dan menekan

(baik yang dialami individu ataupun sekelompok orang), sehingga di akhir mazmur

ratapan tersebut umumnya terdapat doa yang ditujukan kepada Tuhan untuk

memohon pertolongan dari-Nya.

Dalam mazmur ratapan ini, pemazmur menggunakan seluruh keberadaan

dirinya (khususnya penggunaan gerakan tubuh) dalam tindakan penyembahan yang

terarah kepada Allah. Sebagai contoh, pemazmur mengangkat tangannya ke arah

tempat kudus Allah (Mazmur 28:2), berseru kepada Allah (Mazmur 4:2), sujud

menyembah ke arah bait kudus Allah (Mazmur 5:8), memandang kepada Allah

0
Longman, How to read the Psalms, 26.
0
Brueggemann dan Bellinger, Psalms, bb. 1. Introduction.
53
(Mazmur 123:1), dst. Tuhanlah yang menjadi satu-satunya sumber pengharapan umat

percaya dan Tuhanlah yang menjadi pusat dari mazmur ini.

Mazmur Pengucapan Syukur

Mazmur pengucapan syukur (Thanksgiving Psalms) merupakan ucapan syukur

pemazmur atas jawaban Tuhan terhadap doanya. Sama seperti mazmur ratapan,

mazmur ucapan syukur dapat bersifat individu maupun komunal. Namun mazmur ini

berbeda dengan mazmur ratapan. Perbedaan tersebut yakni terletak pada pujian yang

menyatakan tindakan yang telah Tuhan lakukan yaitu memberikan keselamatan dan

pembebasan dari kesulitan.0 Mazmur pengucapan syukur lahir dari jawaban Tuhan

atas kesulitan dan doa pemazmur.

Beberapa para ahli PL mencoba memaparkan pengertiannya mengenai

mazmur pengucapan syukur yakni Longman dalam buku How to read the psalms

mengatakan “Sebuah mazmur syukur adalah pujian bagi Tuhan untuk doa yang

dijawab.”0 Mazmur pengucapan syukur adalah pujian pemazmur kepada Tuhan untuk

doa yang dijawab. William P. Brown dalam buku Psalms juga mengatakan “…, the

thanksgiving psalms provide concrete testimony to answered prayer and display

unwavering confidence in God’s care and power to deliver.”0 Mazmur ucapan syukur

merupakan kesaksian konkret pemazmur atas doa-doanya yang dijawab dan

menunjukkan keyakinan yang kuat dalam pemeliharaan dan kuasa Tuhan. Dengan
0
Tremper Longman dan Raymond B. Dillard, An Introduction to the Old Testament: Second
Edition, 2nd ed. (Grand Rapids: Zondervan, 2006), bb. 16. Psalms.
0
Longman, How to read the Psalms, 30–31.
0
William P. Brown, Psalms (Nashville: Abingdon, 2010), 54.
54
pemaparan demikian dapat disimpulkan bahwa mazmur pengucapan syukur berisi

ucapan syukur pemazmur akan pertolongan Tuhan atas kesulitan yang dihadapi,

sehingga mazmur ini dapat dikatakan sebagai suatu tanggapan dari mazmur ratapan.

Dalam mazmur pengucapan syukur, pemazmur menuliskan pengalamannya akan

keselamatan serta pertolongan Tuhan atas dirinya serta memperteguh keyakinannya

pada Tuhan.

Dalam mazmur pengucapan syukur, pemazmur tidak melupakan pertolongan

Tuhan atas dirinya yang telah memberikan pertolongan terhadap kesulitan yang

dialaminya. Dalam mazmur pengucapan syukur ini juga pemazmur menggunakan

seluruh keberadaan dirinya (khususnya penggunaan gerakan tubuh) dalam tindakan

penyembahannya yang terarah kepada Allah. Sebagai contoh, pemazmur menari-nari

sebagai tanda sukacita serta bentuk ucapan syukurnya kepada Allah (Mazmur 30:12),

pemazmur menaikkan pujian kepada Allah atas pertolongannya dan keperkasaannya

(Mazmur 66), pemazmur sujud ke arah bait kudus Allah atas kesetiaan pada janji-Nya

atas umat Israel (Mazmur 138:2), bersorak-sorai dan bersukacita atas perbuatan-Nya

(Mazmur 118:24), dst. Tuhanlah yang menjadi satu-satunya sumber pertolongan dan

hanya kepada-Nya tempat umat dapat bersandar. Tuhanlah yang menjadi pusat dari

pujian umat percaya dan Tuhanlah pusat mazmur ini.

Mazmur Pujian

Mazmur pujian (Hymne Psalms) merupakan mazmur penyembahan kepada

Tuhan yang sering dipuja sebagai Pencipta (Mazmur 19:1-4, 47:5-6).0 Mazmur puijan

0
Longman, How to read the Psalms, 25.
55
biasanya dibuka dengan sebuah pengantar yang berisi seruan dan perintah sederhana

untuk bergembira dan memuji Tuhan atau dalam bahasa Ibrani yakni Hallelu Yah

dengan menggunakan bentuk perintah jamak seperti dalam Mazmur 113:1, 117:1,

135:1, 148:1-4, dan seterusnya.0 Selain itu, mazmur pujian dapat dikenali dari isi

mazmurnya yakni adanya puji-pujian yang meluap-luap kepada Tuhan. Dalam

mazmur ini, pemazmur dengan sekuat tenaga mengungkapkan kegembiraannya untuk

memuji Allah atas kebaikan dan perbuatan yang Ia lakukan. Bellinger dalam buku

yang ditulisnya mengatakan “…, the psalms of praise greatly enhance our

understanding of how to offer praise to God.”0 Mazmur pujian sangat meningkatkan

pemahaman umat percaya untuk memuji Tuhan. Mazmur pujian dapat memperdalam

iman, mendorong orang untuk bersaksi tentang Tuhan, dan mengajak orang lain untuk

melakukan tindakan pujian.0 Mazmur pujian umumnya dibacakan pada waktu

perayaan Paskah (Mazmur 113-118), panen (Mazmur 84, 87, 122, 132), kemenangan

dalam peperangan (Mazmur 68), dan lainnya.

Beberapa para ahli PL mencoba memaparkan pengertiannya mengenai

mazmur pujian yakni William P. Brown dalam buku yang ditulisnya mengatakan “…,

the praise psalms begin and end on the same resounding note.”0 Mazmur pujian

dimulai dan diakhiri dengan nada bergema yang sama. Brugemmann dan Bellinger

dalam bukunya juga mengatakan “These psalms offer adoration and praise to God as

creator and redeemer. They begin with a call to the congregation to offer praise and

0
Ibid., 24.
0
Bellinger, Psalms, 110.
0
Ibid.
0
Brown, Psalms, 52.
56
often conclude with a very similar renewed call. The body of the psalm articulates

reasons why the community should offer praise to God.”0 Mazmur pujian

menawarkan pemujaan dan pujian kepada Tuhan sebagai pencipta dan penebus.

Mamzur pujian mengawalinya dengan panggilan kepada jemaat untuk memberikan

pujian dan biasanya sering diakhiri dengan panggilan baru yang sangat mirip. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Mazmur pujian merupakan mazmur puji-pujian

kepada Tuhan sebagai pencipta dan penebus umat manusia. Oleh karena itu,

pemazmur menaikkan puji-pujian dengan penuh sukacita serta meriah karena

pemazmur menyadari akan siapa Tuhan dan mengajak semua umat untuk turut

bersama-sama menaikkan puji-pujian kepada Tuhan.

Dalam mazmur pujian ini umumnya berisi pujian dan ajakan untuk beribadah

kepada Tuhan (Mazmur 15, 24), pujian untuk mengingat perbuatan besar Tuhan

(Mazmur 29, 33, 68, pujian terhadap Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara

ciptaannya, dan sebagainya. Dalam mazmur pujian tersebut, pemazmur menggunakan

seluruh keberadaan dirinya (khususnya penggunaan gerakan tubuh) dalam tindakan

penyembahan yang terarah kepada Allah. Sebagai contoh, pemazmur menyanyi

dengan gembira dan bersukacita bagi Allah (Mazmur 68), pemazmur mengajak umat

untuk bersama-sama sujud menyembah dan berlutut di hadapan Tuhan yang adalah

Allah yang besar dan raja atas segala allah (Mazmur 95), pemazmur mengajar umat

untuk bersorak-sorak bagi Alah dengan nyanyian mazmur (Mazmur. 95:2), dst.

Tuhanlah yang menjadi satu-satunya pusat atas puji-pujian umat percaya dan

Tuhanlah pusat mazmur ini.

0
Bellinger, Psalms, bag. Indroduktion: Matters of Method.
57
Mazmur Raja

Mazmur raja merupakan doa pemazmur kepada Tuhan untuk raja dengan

beberapa tujuan. Tujuan tersebut antara lain yaitu

- Untuk pelantikan/penobatan raja (Mazmur 2, 110).

- Untuk raja dapat melakukan tugasnya dengan adil (Mazmur 72, 101)

- Untuk raja dapat menang di dalam peperangan (Mazmur 18, 20-21, 89, 144).

- Untuk menegaskan pemeliharaan Tuhan atas keturunan Daud (Mazmur 132).

- Untuk pernikahan seorang raja (Mazmur 45).0

Di Israel, raja (manusia) adalah wakil Allah/putra Allah di dalam dunia ini, oleh

sebab itu Allah akan memelihara raja. Bellinger dalam bukunya juga mengatakan

“These psalms describe the king as God’s representative ruling over the kingdom that

God has established.”0 Mazmur ini menggambarkan raja sebagai wakil Tuhan yang

memerintah atas kerajaan yang telah Tuhan dirikan. Di sisi lain, teks mazmur raja

menggambarkan Allah sebagai raja dan berbicara tentang janji kekuasaan Allah atas

segalanya. 0
Hal ini juga dikatakan oleh Longman dalam buku How to read the

psalms, mengatakan, “Two groups of kingship psalms must be distinguished.” 0

Mazmur kerajaan dibagi dalam dua kelompok yakni mazmur yang berfokus pada raja

manusia dan mazmur yang menyatakan bahwa Tuhan sebagai raja.0

0
Maleachi, “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur,” 133–134.
0
Bellinger, Psalms, 127.
0
Ibid.
0
Longman, How to read the Psalms, 34.
0
Ibid.
58
Manusia sebagai raja hanyalah cerminan akan kerajaan Allah di dunia.0 Allah

adalah raja. Ia dinyatakan sebagai raja bukan hanya oleh umat Israel tetapi juga oleh

alam semesta (Mazmur 24:1-2, 95:1-5). Ia membawa kemenangan bagi umat-Nya

sehingga mereka menanggapinya dengan memuji Dia sebagai raja mereka (Mazmur

98:1). Meskipun mazmur kerajaan tidak banyak, namun mazmur-mazmur itu penting

bagi Israel kuno karena mereka berbicara tentang Allah yang bekerja aktif dengan

cara-Nya dalam pemerintahan.

Dalam mazmur raja tersebut, pemazmur menggunakan seluruh keberadaan

dirinya (khususnya penggunaan gerakan tubuh) dalam tindakan penyembahannya

yang terarah kepada Allah. Sebagai contoh, pemazmur mengajak semua raja-raja

untuk sujud menyembah Allah (Mazmur 72:11), pemazmur menaikkan puji-pujian

kepada Allah yang menganugerahkan keselamatan dan kemenangan atas raja

(Mazmur 18, 21, 144), pemazmur bersorak-sorai atas kemenangan yang Tuhan

berikan (Mazmur 20), dan seterusnya. Tuhanlah yang menjadi satu-satunya pusat atas

puji-pujian umat percaya dan Tuhanlah pusat mazmur ini.

Mazmur Hikmat

Mazmur hikmat (Wisdom Psalms) berasal dari kalangan kebijaksanaan Israel

kuno yang berusaha untuk menyampaikan hidup dalam kebijaksanaan.0 Mazmur

hikmat berisi instruksi di mana yang mendengarnya dapat hidup sesuai dengan

kehendak Tuhan. Bellinger dalam buku yang ditulisnya mengatakan “Texts like these

0
Ibid.
0
Bellinger, Psalms, 130.
59
provide guidance and instruction for living a full life; they helped develop skill in

living the wise life.”0 Teks mazmur hikmat memberikan panduan serta instruksi untuk

menjalani kehidupan yang bijaksana. Teks-teks hikmat tersebut diperoleh dari refleksi

teologi penciptaan. Tuhan menciptakan dunia serta kehidupan, tentu juga

menempatkan hikmat kebijaksanaan di dalamnya.0 Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hikmat kebijaksanaan manusia berasal dari Tuhan.

Ada beberapa bentuk karakter pada mazmur hikmat:

1. Dorongan agar seseorang melakukan sesuatu yang lebih baik

Lebih baik yang sedikit pada orang benar

dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik (Mazmur 37:16)

2. Ungkapan Bahagia

Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN,

yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! (Mazmur 128:1)

3. Peringatan

Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal,

yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang,

kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau (Mazmur. 32:9)

4. Ajakan untuk mendengar

Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian,

pasanglah telinga, hai semua penduduk dunia,

baik yang hina maupun yang mulia,

baik yang kaya maupun yang miskin bersama-sama! (Mazmur 49:1-2)


0
Ibid., 131–132.
0
Ibid., 132.
60
5. Bentuk-bentuk lain seperti perumpamaan, pepatah angka, atau pertanyaan

retoris:

Bukan demikian orang fasik:

mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. (Mazmur 1:4).0

Dalam kitab Mazmur, terdapat 11 mazmur hikmat (Mazmur 1, 32, 37, 49, 73,

78, 112, 119, 127-128, dan 133).0 Umumnya mazmur hikmat mencerminkan beberapa

tema yakni takut akan Tuhan dan mencintai Tauratnya (Mazmur 79, 119), kontras

antara hidup orang benar dan hidup orang fasik (Mazmur 1,32, 37, 49, 73, 112, 127-

128), serta instruksi untuk kehidupan sehari-hari (Mazmur 112, 133).

Dalam mazmur raja tersebut, pemazmur menggunakan seluruh keberadaan

dirinya (khususnya penggunaan gerakan tubuh) dalam tindakan penyembahan yang

terarah kepada Allah. Sebagai contoh, mulut orang benar mengucapkan hikmat

(Mazmur 37:30), bibirku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan (Mazmur

119:13), menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu (Mazmur 119:48),

melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatan-Mu (Mazmur 59), bibirku

mengucapkan puji-pujian (Mazmur 119:171), lidahku menyanyikan janji-Mu

(Mazmur 119:172), dst. Tuhanlah yang menjadi satu-satunya pusat atas puji-pujian

umat percaya dan Tuhanlah pusat mazmur ini.

KESIMPULAN

0
Ibid., 130–131.
0
Ibid., 129.
61
Ibadah merupakan hal yang esensial dalam kehidupan umat percaya. Ibadah

juga tidak dapat dipisahkan dengan keterlibatan umat percaya di dalamnya.

Fenomena-fenomena yang ada terkait dengan prinsip ibadah mengenai keterlibatan

umat percaya dalam penggunaan tindakan penyembahan (khususnya gerakan tubuh),

mengaburkan hal yang justru merupakan inti dari ibadah yang seharusnya

dilakukan/berlangsung di dalam ibadah yakni ibadah yang berpusat pada Kristus dan

yang diorientasikan kepada Allah. Penulis dalam buku O come let us worship

mengatakan “Tuhan sebagai objek penyembahan yang tepat.”0 Dalam ibadah umat

percaya saat ini, Tuhanlah yang menjadi objek penyembahan di dalam ibadah.

Graham Buxton dalam buku Dancing in the dark juga mengatakan hal yang sama

yakni “…, we may note that God is both the object and the subject of true worship.”0

Tuhan ialah objek juga subjek dari penyembahan umat percaya dalam ibadah.

Berdasarkan hasil pemaparan dari beberapa genre mazmur di atas, penulis

mengamati bahwa setiap genre dari mazmur tersebut mengarah pada Tuhan dan

diorientasikan pada Tuhan dengan tujuan untuk memuji Tuhan. Brown dalam buku

Psalms mengatakan, “…, the expression of joy and mourning within a cultic context

are not simply outpourings of emotion; they are behavioral, ritually based

activities.”0 Ekspresi sukacita ataupun duka dalam kitab Mazmur bukan dilakukan

dengan sekadar luapan emosi melainkan merupakan aktivitas penyembahan kepada

0
Robert G. Rayburn, O Come, Let us Worship: Corporate Worship in the Evangelical Church
(Grand Rapids: Baker Book House, 1980), 104.
0
Graham Buxton, Dancing in the Dark: The Privilege of Participating in the Ministry of
Christ, Revised edition. (Oregon: CASCADE Books, 2016), bb. Chapter 7: The Spirit of Worship.
0
Brown, Psalms, 62.
62
Tuhan. Selain itu, pemazmur di dalam mazmur-mazmurnya juga didapati melibatkan

seluruh aspek keberadaan dirinya. Seluruh aspek keberadaan diri yang di maksud

yakni gerakan tubuh sebagai tindakan dalam penyembahan umat Israel kepada

Yahweh. Menariknya, penggunaan gerakan tubuh dalam mazmur-mazmur tersebut

dilakukan dengan pengenalan yang benar terhadap Allah dan dilakukan dengan tujuan

yang benar yakni untuk memberikan kemuliaan serta penghormatan kepada Allah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gerakan tubuh dapat dilakukan sebagai

tindakan penyembahan dalam ibadah umat percaya yang didasari akan pengenalan

yang benar terhadap Allah dan dilakukan dengan tujuan/motivasi yang benar.

Dalam ibadah minggu, umat percaya diberikan hak istimewa untuk dapat turut

berpartisipasi sebagai satu kesatuan umat yang telah ditebus dalam tindakan

penyembahan kepada Allah. Tindakan penyembahan tersebut melibatkan nous

(pikiran), psyche (jiwa), pneuma (roh), soma (tubuh), dan kardia (hati).0 Di dalam

ibadah, tindakan penyembah (khususnya penggunaan gerakan tubuh) bukanlah hal

yang dilarang untuk dilakukan, melainkan hak umat percaya untuk

menggunakannya/melakukannya dalam ibadah sebagai bentuk partisipasinya dalam

beribadah kepada Allah. Selain itu, penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah juga

bukanlah suatu hal yang diharuskan/dipaksa untuk dilakukan dalam ibadah. Di sisi

lain, penggunaan gerakan dalam ibadah tidak dilakukan atas dasar penilaian terbaik

manusia, melainkan dilakukan dengan pemahaman serta tujuan yang benar secara

otentik di hadapan Allah. Goldingry dalam buku Old Testament Theology: “Once

more inward feelings mean nothing if they are not accompanied by outward

0
Franklin M. Segler, C. Randall Bradley, dan Franklin M. Segler, Understanding, Preparing
for, and Practicing Christian Worship, 2nd ed. (Nashville: Broadman & Holman, 1996), 61–62.
63
expression.”0 Memuji Allah dengan gerakan tubuh merupakan hal yang baik, tetapi

gerakan tersebut harus dilakukan atas dasar pengenalan akan Allah yang benar yang

layak menerimanya dan yang dilakukan untuk kemuliaan-Nya. Dengan demikian,

umat dapat mengekspresikan penyembahannya melalui gerakan tubuh dengan

pemahaman yang benar dan dengan tujuan untuk memuliakan Allah.

(Untuk memulai bab baru, gunakan Page Layout > Breaks > Next Page)

0
Goldingay, Old Testament Theology, 177.
64
BAB 4

PENERAPAN GERAKAN TUBUH DALAM IBADAH MINGGU DILIHAT

DARI KITAB MAZMUR

Ibadah berlangsung hanya karena Allah yang dengan inisiatif-Nya

mengundang seluruh umat-Nya untuk masuk di dalam persekutuan dengan-Nya.

Dalam ibadah tersebut, umat meresponi panggilan Allah dengan terlibat

aktif/berpartisipasi dalam memuji dan memuliakan-Nya. Sebab tujuan utama ibadah

yakni untuk memuliakan Tuhan. Penulis dalam buku understanding for, and

practicing mengatakan, “Worship used for any purpose other than God’s glory is not

true worship”.0 Ibadah yang benar yakni sebuah penyembahan yang dilakukan

dengan tujuan untuk kemuliaan Allah. Hal ini juga didukung oleh Penulis dalam buku

For the glory of God mengatakan, “For this reason the goal of authentic worship is

the glory of God rather than the pleasure of human beings, which means that forms of

worship should conform to the will of God rather than to the whims of fallen

humanity.”0 Ibadah berlangsung bukan untuk menyenangkan bahkan memuaskan

keinginan manusia, melainkan Ibadah berlangsung dengan kesadaran bahwa adanya

0
Segler, Bradley, dan Segler, Understanding, Preparing for, and Practicing Christian
Worship, 11.
0
Block, For the Glory of God, bag. Toward a Holistic, Biblical Understanding of Worship.
65
panggilan dari Allah dan umat meresponi panggilan tersebut dengan berpartisipasi

aktif di dalamnya untuk kemuliaan-Nya.

Gerakan tubuh merupakan salah satu hal yang berarti untuk dilakukan dalam

ibadah komunal/ibadah minggu. Ia bukan sekadar gerakan asal yang tidak memiliki

arti. Gerakan yang digunakan dalam ibadah memiliki suatu makna teologis yang

sangat dalam. Hal ini tentu bukanlah suatu hal yang baru. Sejak zaman Perjanjian

Lama, gerakan tubuh sering digunakan oleh umat Israel dalam penyembahannya

kepada Allah. Mereka mengangkat tangan (Mazmur 63:5), sujud (Mazmur 95:6), dan

menari (Mazmur 149:3).

Menyembah dalam bahasa Ibrani biasanya diterjemahkan shachah yang

merujuk pada tindakan beribadah yakni membungkuk/sujud.0 Dalam peribadatan

umat Israel, gerakan sujud merupakan hal yang umum dilakukan sebagai bentuk

penghormatan kepada Allah. Hal ini memperlihatkan bahwa menyembah Tuhan

memiliki hubungan yang erat dengan penggunaan gerakan tubuh di dalamnya. Penulis

dalam buku Music and the Arts in Christian Worship mengatakan, “Movement,

dance, posture are also fundamental elements of worship.”0 Gerakan tubuh dalam

ibadah merupakan salah satu elemen dasar penyembahan umat kepada Tuhan.

Sebagai elemen dasar dari pemujaan, gerakan tubuh memiliki makna simbolis

dalam mengungkapkan sikap beribadah. Penulis dalam buku Understanding,

preparing for, and practicing Christian worship mengatakan, “Bodily actions are

0
Webber, The Biblical Foundations of Christian Worship, 5.
0
Robbert E. Webber, ed., Music and the Arts in Christian Worship, The Complete Library of
Christian Worship v. 4 (Nashville: Star Song, 1994), 719.
66
symbolic of our inner attitude in worship.”0 Gerakan tubuh menampilkan bagaimana

sikap hati manusia yang sesungguhnya dalam ibadah. Penulis dalam buku Too deep

for words juga mengatakan “Ketika sebuah pemikiran yang lebih rumit ingin

diungkapkan kita mengandalkan simbol2 yang memang memiliki referensi dan

makna.”0 Gerakan tubuh menjadi sebuah pilihan yang digunakan dalam

mengkomunikasi sesuatu yang sulit untuk diungkapkan melalui kata-kata, sehingga

dapat digunakan dalam berbagai pertemuan ibadah saat ini. Melihat hal tersebut,

gerakan tubuh perlu untuk di terapkan dalam ibadah minggu saat ini karena gerakan

tubuh menolong umat dapat mengkomunikasikan makna atau maksud yang tidak

dapat dijelaskan atau disampaikan lewat kata-kata dan gerakan tubuh menjadi salah

satu sarana umat dapat dengan otentik mengekspresikan penyembahannya kepada

Allah dan memuliakan Allah. Berikut penulis akan memaparkan beberapa hal yang

diperlukan dalam menerapkan gerakan tubuh dalam ibadah.

PENERAPAN GERAKAN MENGANGKAT TANGAN DALAM IBADAH

Dalam beribadah, manusia menyembah Tuhan dengan tubuhnya untuk

kemuliaan Tuhan. Salah satu gerakan tubuh yang umum digunakan manusia dalam

ibadah yakni mengangkat tangan.0 Di dalam eksposisi makna mengangkat tangan

0
Segler, Bradley, dan Segler, Understanding, Preparing for, and Practicing Christian
Worship, 160.
0
Clayton J. Schmit, Too Deep for Words: A Theology of Liturgical Expression, 1st ed.
(Louisville: Westminster John Knox, 2002), 4.
0
Webber, Music and the Arts in Christian Worship, 729.
67
dalam kitab Mazmur, penulis menemukan beberapa makna. Pertama, sebagai bentuk

permohonan akan perlindungan serta pengakuan akan keagungan Allah di tempat

yang Maha Kudus (Mazmur 28). Kedua, sebagai bentuk kebergantungan pemazmur

pada Allah yang adalah sumber pengharapan (Mazmur 63). Ketiga, sebagai

tanggapan, pengakuan, serta kesaksian umat akan Allah sebagai sumber segala berkat

(Mazmur 134). Mengangkat tangan dapat dilakukan ketika berdoa memohon

perlindungan, menaikkan pujian kepada Allah, mengakui keagungan Allah, juga

sebagai tanggapan dalam menerima berkat Allah. Sesuai dengan makna teologis

tersebut, gerakan mengangkat tangan seharusnya dapat dilakukan dalam ibadah

minggu saat ini.

Dalam ibadah, gerakan mengangkat tangan dapat dilakukan secara pribadi

maupun secara komunal. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam penerapannya yakni Pertama, berikan penjelasan serta pengarahan terlebih

dahulu mengenai makna serta tujuan penggunaan gerakan mengangkat tangan agar

jemaat terdorong untuk melakukan gerakan tersebut. Makna gerakan mengangkat

tangan yakni menunjukkan sebuah tanggapan, pengakuan, serta kesaksian umat yang

menyatakan kebergantungan penuh pada Allah. Kedua, Berikan pemahaman bahwa

menggunakan gerakan mengangkat tangan dalam ibadah bukanlah miliki denominasi

tertentu. Penggunaan gerakan mengangkat tangan dalam ibadah merupakan hal yang

sangat alkitabiah dan merupakan pengalaman yang baik serta otentik dalam

penyembahan umat kepada Allah.

Ketiga, undang jemaat untuk turut berpartisipasi dalam penggunaan gerakan

mengangkat tangan, namun jangan memaksa mereka untuk melakukannya. Keempat,

68
gunakan gerakan mengangkat tangan pada saat/waktu yang tepat, seperti ketika pujian

pengagungan, berdoa, menerima berkat Tuhan, pengutusan oleh hamba Tuhan, dan

sebagainya sesuai dengan makna penggunaan gerakan mengangkat tangan tersebut.

Ada baiknya jika gerakan mengangkat tangan tersebut dilakukan sebagai suatu

tindakan spontanitas umat dalam meresponi apa yang sedang umat rasakan pada saat

menyembah Allah dalam ibadah. Kelima, ajak jemaat untuk mengarahkan hati,

pikiran, serta gerakan mengangkat tangan kepada Allah. Jemaat yang menggunakan

gerakan mengangkat tangan dalam ibadah harus mengarahkan orientasi

penyembahannya kepada Allah, bukan karena ikut-ikutan teman.

Penggunaan gerakan mengangkat tangan dalam ibadah membantu umat dalam

mengekspresikan dan mengkomunikasikan penyembahannya kepada Tuhan.

Penggunaan gerakan mengangkat tangan di dalam penyembahan bukanlah suatu hal

yang dipaksakan untuk selalu ada dalam penyembahan, namun harus diterapkan

sesuai dengan makna dan tujuannya digunakan. Dalam ibadah, gerakan mengangkat

tangan digunakan sebagai alat komunikasi.0 Sebagai alat komunikasi, mengangkat

tangan di dalam ibadah harus didasari dengan pemahaman yang benar akan makna

dari mengangkat tangan itu sendiri dan kepada siapa gerakan tersebut diarahkan,

yakni kepada Tuhan. Hal ini penting untuk dipahami dan dilakukan dengan baik oleh

seluruh jemaat dalam ibadah.

PENERAPAN GERAKAN MEMBUNGKUK/SUJUD DALAM IBADAH

0
Vann, Worship Matters, 71.
69
Gerakan tubuh lain yang sering digunakan dalam ibadah yakni gerakan

membungkuk/sujud. Gerakan sujud merupakan gerakan yang umum dilakukan dalam

konteks ritual formal.0 Pada eksposisi makna membungkuk/sujud dalam kitab

Mazmur, penulis menemukan beberapa makna. Pertama, menunjukkan

kebergantungan pada Allah dalam keadaan lemah dan tidak berdaya (Mazmur 22).

Kedua, sebagai bentuk kerendahan hati dalam memuji Allah (Mazmur 95). Ketiga,

sebagai bentuk hormat/tunduk kepada Allah (Mazmur 96). Gerakan sujud dapat

dilakukan sebagai bentuk pertobatan, ketundukan, sikap hormat dan penyembahan

kepada Allah. Sesuai dengan makna teologis tersebut, gerakan membungkuk/sujud

dapat diterapkan dalam ibadah minggu saat ini.

Dalam ibadah, gerakan sujud dapat dilakukan secara pribadi maupun secara

komunal. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

penerapannya. Pertama, berikan penjelasan serta pengarahan terlebih dahulu

mengenai makna serta tujuan penggunaan gerakan sujud agar jemaat terdorong untuk

melakukan gerakan tersebut. Makna gerakan sujud yakni mengkomunikasikan suatu

sikap merendahkan diri yang menunjukkan bentuk penghormatan/ketundukan kepada

Allah. Kedua, berikan pemahaman bahwa gerakan sujud dapat dilakukan dalam

ibadah. Penggunaan gerakan sujud dalam ibadah merupakan hal yang sangat

alkitabiah dan merupakan pengalaman yang baik serta otentik dalam penyembahan

kepada Allah.

Ketiga, undang jemaat untuk turut berpartisipasi dalam penggunaan gerakan

sujud, namun jangan memaksa mereka untuk melakukannya. Keempat, gunakan

gerakan sujud pada saat/waktu yang tepat, seperti ketika doa pengakuan dosa, doa
0
Block, For the Glory of God, bb. 1: Toward a Holistic, Biblical Understanding of Worship.
70
syafaat, doa berkat, dan lainnya sesuai dengan makna gerakan sujud tersebut. Kelima,

ajak jemaat untuk mengarahkan hati, pikiran, serta gerakan yang dilakukan kepada

Allah.

Dalam menerapkan gerakan sujud, umat perlu diarahkan serta dituntun pada

pemahaman yang benar akan makna serta tujuan penggunaannya dalam penyembahan

kepada Allah. Penggunaan gerakan sujud dalam ibadah dapat membantu umat dalam

mengekspresikan serta mengkomunikasikan penyembahannya kepada Allah.

Penggunaan gerakan sujud dalam ibadah dapat memberikan makna/kesan yang

mendalam baik yang dilakukan secara pribadi ataupun komunal. Selain itu,

penggunaan gerakan sujud dalam ibadah juga menunjukkan sikap ketundukan,

kepatuhan serta keterbukaan diri di hadapan Allah. Menggunakan gerakan sujud

dalam ibadah dengan sungguh-sungguh akan menjadi pengalaman ibadah yang

otentik dan memberkati umat.

Penggunaan gerakan sujud di dalam penyembahan bukanlah suatu hal yang

dilakukan dengan paksaan, melainkan suatu respon/tanggapan alami umat yang

dilakukan dengan didasari makna serta tujuan yang tepat. Dalam ibadah, gerakan

sujud digunakan sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi, umat harus

mengetahui terlebih dahulu makna di balik penggunaan gerakan sujud yang hendak

dikomunikasikan dan kepada siapa gerakan tersebut diarahkan/diberikan, yakni

kepada Tuhan.

PENERAPAN GERAKAN TARI-TARIAN DALAM IBADAH

71
Tari-tarian merupakan salah satu cara manusia mengkomunikasikan perasaan

juga mengekspresikan spiritualitasnya.0 Dalam ibadah, tari-tarian bukanlah suatu hal

yang asing dilakukan saat penyembahan umat percaya. Deena Borchers dalam buku

Music and Art in Chrstian Worship mengatakan, “Dance was one of the first form of

worship for humankind, and it was also one of the first form of Christian Worship,

inherited from Jews.”0 Menari dalam ibadah adalah bentuk penyembahan umat

percaya yang sudah ada sejak dahulu dan merupakan sebuah warisan yang seharusnya

dimanfaatkan dan digunakan sebaik mungkin dalam penyembahan umat percaya saat

ini. Tari-tarian dalam ibadah merupakan bagian yang signifikan untuk dilakukan

dalam penyembahan umat percaya kepada Allah.

Gerakan tari-tarian banyak dijumpai dalam Perjanjian Lama, baik di dalam

konteks ibadah komunal maupun peristiwa-peristiwa lainnya. Sebagai contoh, kisah

Miriam. Miriam ialah seorang nabiah, saudara Harun. Pada saat bangsa Israel berhasil

melewati Laut Merah dan lepas dari kejaran tentara Firaun, ia mengambil rebana dan

menari-nari dengan sukacita karena pertolongan Allah atas bangsa Israel (Kel. 15:20).

Kisah lainnya yaitu kisah Daud. Daud menari-nari di hadapan Allah saat tabut

Perjanjian sedang diarak masuk ke Yerusalem (2 Sam. 6:5, 14, 16, 21, dan 1 Taw.

13:8, 15:29). Selain itu pemazmur dalam Mazmur 150 mengajak seluruh umat Allah

menari untuk mengekspresikan pujiannya kepada Allah (Mazmur 150:4).

0
Webber, Music and the Arts in Christian Worship, 729.
0
Ibid.
72
Dalam kitab Mazmur, penulis melakukan eksposisi dan mendapatkan

beberapa makna penggunaan gerakan tari-tarian dalam ibadah. Pertama,

menunjukkan keadaan sukacita (Mazmur 30). Kedua, menunjukkan kegembiraan

serta ucapan syukur umat atas segala perbuatan Allah melalui pujian dan

penyembahan (Mazmur 149). Ketiga, mengekspresikan perasaan sukacita terhadap

keperkasaan dan kebesaran Allah (Mazmur 150). Dengan demikian, tari-tarian dapat

dilakukan dalam susunan ibadah maupun perayaan ibadah untuk mengekspresikan

pujian dan ucapan syukur umat percaya kepada Allah. Tari-tarian tidak hanya

dilakukan oleh orang tertentu ataupun kelompok tertentu. Pemazmur mengatakan:

“Biaralah segala yang bernafas memuji Tuhan!” Dengan demikian, tari-tarian dapat

dilakukan oleh siapa saja, termasuk dalam ibadah komunal.

Dalam kitab Mazmur, gerakan tari-tarian merupakan salah satu cara umat

mengkomunikasikan ekspresi kegembiraan/sukacita. Dalam konteks umat Israel, tari-

tarian umumnya digunakan dalam ibadah, pesta, dan peristiwa-peristiwa sukacita

lainnya. Dalam ibadah saat ini, gerakan tari-tarian juga dapat digunakan sebagai

tindakan penyembahan di dalam ibadah. Gerakan tarian dapat menyampaikan

berbagai makna serta mengkomunikasikan keyakinan, perasaan, penyembahan, dan

maksud hati terdalam manusia kepada Allah yang tidak dapat disampaikan melalui

kata-kata. Gerakan tarian menolong umat mengkomunikasikan serta mengekspresikan

penyembahannya kepada Allah.

Dalam ibadah, istilah tarian yang digunakan saat ini ialah tarian liturgi.

Thomas Kane dalam buku Introducing Dance in Christian Worship menjelaskan

mengenai tarian liturgi, “As a type of religious or sacred dance, liturgical dance

73
includes body movement, attitude, and shaping and may involve an individual dancer,

a group of dancers or the entire assembly.”0 Tarian liturgi merupakan jenis tari suci

yang dapat digunakan dalam ibadah. Tarian liturgi mencakup gerak tubuh dan sikap

yang dapat melibatkan seorang penari, sekelompok penari, bahkan seluruh umat.

Dalam ibadah, tarian liturgi bukanlah suatu pertunjukan sehingga tidak semua bentuk

tari-tarian dapat digunakan dalam ibadah.0 Syarat sebuah tari-tarian dapat digunakan

dalam ibadah yakni untuk melayani tindakan penyembahan dan membawa kemuliaan

bagi Tuhan.0 Dengan demikian, tari-tarian yang dapat digunakan dalam ibadah yakni

tarian liturgi. Scheer dalam buku Essential Worship menjelaskan mengenai tarian

liturgi, “True liturgical dance is dance supports and amplifies the liturgy itself.”0

Dalam ibadah, tarian liturgi berfungsi sebagai sarana pendukung berbagai tindakan

ibadah.

Sebagai sarana pendukung berbagai tindakan ibadah, tarian liturgi dapat

dilakukan secara pribadi maupun secara komunal. Oleh sebab itu penulis mencoba

memberikan penerapan-penerapannya di dalam ibadah. Pertama, gunakan lagu atau

teks sebagai pengiring tarian yang umum atau sering digunakan dalam ibadah.

Menggunakan lagu atau teks yang dikenal akan membantu jemaat memahami maksud

atau pesan dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam tarian. Kedua, gunakan

gerakan sederhana yang memiliki makna teologis yang jelas sesuai kebutuhan yang

diperlukan. Hal tersebut akan membantu umat untuk mengerti isi tarian.
Ronald Gagne, Thomas Kane, dan Robert VerEecke, ed., Introducing Dance in Christian
0

Worship (Washington: Pastoral, 1984), 96.


0
Ibid.

Robert Webber, Enter His Courts with Praise: A Study of the Role of Music and the Arts in
0

Worship (Peabody: Hendrickson, 1997), 79.


0
Scheer, Essential Worship, 185.
74
Ketiga, perhatikan gerakan-gerakan pada tarian yang digunakan apakah terlalu

menonjol dan dapat mengganggu fokus umat kepada Allah dalam ibadah. Gerakan

pada tari-tarian yang terlalu menonjol dapat mengalihkan fokus umat dan tarian tidak

lagi sesuai dengan maksud dan tujuannya digunakan dalam ibadah. Jika gerakan pada

tarian yang digunakan terlalu menonjol, makan tarian tersebut juga bisa saja menjadi

batu sandungan bagi umat yang lain. Keempat, setiap gerakan yang digunakan harus

dipersembahkan hanya untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk kepentingan pribadi atau

kemuliaan diri sendiri. Dengan demikian, tarian yang dilakukan dapat membawa

seseorang dapat lebih mengenal dan merasakan Tuhan dalam ibadah. Kelima, pelayan

tari menggunakan pakaian yang sopan dan nyaman. Hindari pakaian yang

mengandung unsur eksotis. Menggunakan pakaian yang sopan dan nyaman membawa

kebaikan bagi pelayan tari dan bagi umat yang lain.

Keenam, berdoa sebelum memulai pelayanan tarian. Berdoalah terlebih dahulu

dan memohon kepada Allah agar tariannya berkenan di hadapan-Nya, memuliakan

nama-Nya, dan dapat menolong serta menjadi berkat bagi jemaat dalam

penyembahannya kepada Allah. Ketujuh, arahan oleh hamba Tuhan/koordinator

pelayanan tarian. Sebelum pelayanan tarian dilakukan, hamba Tuhan/koordinator

pelayanan tarian memberikan pemahaman bahwa tari-tarian dapat dilakukan dalam

ibadah dan tari-tarian merupakan hal yang alkitabiah dan merupakan pengalaman

yang baik serta otentik dalam penyembahan kepada Allah. Selain itu perlu juga untuk

memberikan penjelasan tarian, maksud serta tujuan tarian dilakukan, serta landasan

alkitab dari tarian tersebut.

75
Kedelapan, undang dan dorong jemaat untuk berpartisipasi (pada tarian-tarian

yang memungkinkan dilakukan bersama-sama), tetapi jangan memaksa jemaat untuk

melakukan tarian. Kesembilan, sesuaikan gerakan dalam tarian dengan ukuran

ruangan ibadah yang akan digunakan. Kesepuluh, ajak jemaat untuk mengarahkan

hati, pikiran, serta gerakan yang dilakukan kepada Allah.

Tarian liturgi dalam ibadah merupakan hal yang alkitabiah dan dianjurkan

untuk dilakukan dalam penyembahan umat percaya kepada Allah (Mazmur 149:2-4).0

Dalam ibadah saat ini, tari-tarian dapat menjadi sarana umat mengekspresikan serta

mengkomunikasikan penyembahannya kepada Allah dan menjadi kesaksian yang

hidup, sehingga umat dihimbau untuk menerapkan tari-tarian dalam ibadah. Dalam

penerapannya, tarian harus dilakukan dengan motivasi yang benar dan didasari pada

pengenalan akan Allah yang benar. Umat perlu diarahkan serta dituntun pada

pemahaman yang benar akan motivasi yang mendasari tari-tarian mereka dalam

penyembahan kepada Allah. Sama seperti ibadah harus terpusat pada Allah,

penyembahan melalui tari-tarian dalam ibadah pun harus berpusat pada Allah. Robert

L. Dickie dalam buku Worship mengatakan, “God-centred worship simply means that

God’s glory, honour, majesty and will are foremost in our thoughts and desires.”

Ibadah yang berpusat pada Tuhan berarti menjadikan Tuhan yang utama dan terutama

dalam pikiran dan keinginan umat dengan mengutarakan kemuliaan, kehormatan,

keagungan, dan kehendak Tuhan dalam ibadah tersebut. Tarian dalam ibadah pun

harus menjadikan Tuhan yang utama dan terutama dalam pikiran dan keinginan umat.

Kevin J. Navarro, The Complete Worship Service: Creating a Taste of Heaven on Earth
0

(Grand Rapids: Baker Books, 2005), 134.


76
Penggunaan tari-tarian di dalam penyembahan bukanlah suatu hal yang

dilakukan dengan paksaan, melainkan suatu respon/tanggapan alami umat yang

dilakukan dengan didasari makna serta tujuan yang tepat. Dalam ibadah, tari-tarian

digunakan sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi, umat harus mengetahui

terlebih dahulu makna di balik tari-tarian yang hendak dikomunikasikan dan kepada

siapa gerakan tersebut diarahkan, yakni kepada Tuhan. Tarian liturgi tidak hanya

sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai pendukung dalam susunan ibadah.

Sebagai pendukung susunan ibadah, tarian liturgi memiliki beberapa bentuk tari-tarian

yang dapat digunakan.0 Pertama, tarian prosesi. Tarian ini dapat digunakan saat

prosesi memulai ibadah, pembacaan Injil, pemberian roti dan anggur, dan pada

penutup ibadah. Tarian ini umumnya merupakan tarian sukacita.

Kedua, tarian proklamasi. Tarian ini dapat digunakan saat pembacaan firman

Tuhan. Tarian proklamasi melibatkan pembaca firman serta penari yang bersama-

sama menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Tarian ini membantu umat untuk

melihat, merasakan, dan memahami keindahan kebenaran firman Tuhan tersebut lebih

dalam dengan memvisualisasikannya. Keindahan Firman Tuhan akan semakin

terpancar dengan adanya keterlibatan tarian di dalamnya. Hal ini merupakan

keunggulan tarian liturgi yang tidak didapatkan melalui pembacaan firman Tuhan

yang disampaikan dengan kata-kata.

Ketiga, tarian doa. Tarian doa terdiri dari gerakan-gerakan yang

mengekspresikan doa umat kepada Tuhan. Tarian ini melayani doa-doa tertentu yang

lebih bersifat ekspresif dalam ibadah. Doa-doa yang lebih bersifat ekspresif yakni

seperti doa pengakuan dosa, doksologi, dan sebagainya. Keempat, tarian meditasi.
0
Gagne, Kane, dan VerEecke, Introducing Dance in Christian Worship, 99–113.
77
Tarian ini bersifat reflektif dan dapat digunakan sebagai tanggapan bacaan atau

ucapan syukur atas perbuatan atau peristiwa tertentu, seperti pembacaan mazmur,

setelah mendengarkan kotbah, dan sebagainya. Melalui tari-tarian tersebut, umat

diajak untuk merenungkan firman Tuhan yang telah diterima. Gerakan tubuh yang

digunakan dalam tarian ini berasal dari respon/tanggapan hati berupa ucapan syukur,

atau suatu ucapan yang meluap-luap kepada Tuhan.

Kelima, tarian perayaan. Tarian ini biasanya digunakan pada awal atau akhir

ibadah. Tarian ini umumnya melibatkan seluruh umat dalam beberapa gerakan

sederhana dengan suasana sukacita dan meriah. Bentuk-bentuk tarian liturgi di atas

dapat dilakukan dalam ibadah minggu maupun dalam perayaan-perayaan ibadah

khusus lainnya. Hal ini memberikan ruang untuk tarian dapat digunakan dalam

ibadah-ibadah khusus seperti pada perayaan tahun gerejawi.

Penulis mencoba memberikan gambaran mengenai penerapan gerakan tubuh

yang dapat dilakukan bersama-sama dalam ibadah minggu. Sebagai contoh, lagu ‘Ku

Bersyukur KPPK 23. Pada kalimat pertama, Ku bersyukur dengan ‘g’nap hatiku.

Gerakan yang digunakan yaitu dengan menaruh kedua tangan di dada. Hal ini

menunjukkan sebuah pengakuan diri bahwa aku bersyukur dengan segenap hatiku.

Pada kalimat kedua, Memasyhurkan s’mua perbuatan-Mu. Gerakan yang digunakan

yaitu mengangkat tangan. Seperti maknanya, gerakan mengangkat menunjukkan

sebuah tanggapan akan perbuatan Tuhan yang ingin diperkenalkan kepada orang-

orang.

Pada kalimat ketiga, Aku bersukacita, kar’na Engkaulah. Gerakan yang

digunakan yaitu menaruh kedua tangan di dada dengan tarian sederhana yakni

78
menggoyangkan badan ke kanan dan ke kiri. Hal ini menunjukkan sebuah rasa

sukacita yang dialami seseorang karena perbuatan Tuhan. Pada kalimat keempat, ‘ku

mau puji nama-Mu (gerakan yang digunakan yaitu mengangkat tangan. Hal ini

menunjukkan sebuah tanggapan seseorang akan perbuatan Tuhan dengan memuji

nama-Nya.

Contoh ini dapat digunakan bersama-sama oleh seluruh umat pada saat

meresponi bagian firman Tuhan. Gerakan tersebut merupakan contoh yang diberikan

penulis, sehingga hal tersebut bukan atau tidak menjadi penerapan gerakan tubuh

yang baku.

KESIMPULAN

Dalam ibadah, umat menyembah Allah dengan sebagaimana keberadaan

dirinya diciptakan Allah yaitu dengan nous (pikiran), psyche (jiwa), pneuma (roh),

soma (tubuh), dan kardia (hati). Salah satunya cara umat menyembah Allah dengan

keberadaan diri manusia ialah dengan tubuhnya sendiri. Melalui gerakan-gerakan

yang dilakukan oleh tubuh, umat dapat mengkomunikasikan ekspresi

penyembahannya kepada Allah. Hal ini karena gerakan tubuh umumnya akan secara

spontan menampilkan bagaimana sikap hati manusia yang murni dalam ibadah.

Dengan demikian, menerapkan gerakan tubuh dalam ibadah merupakan hal yang baik

79
untuk dilakukan umat percaya dalam penyembahannya kepada Tuhan karena hal

tersebut diciptakan Allah untuk kemuliaan-Nya.

Dalam penerapannya, gerakan tubuh yang dilakukan dalam ibadah bukanlah

sebuah gerakan yang asal-asalan. Penerapan gerakan tubuh dalam ibadah haruslah

berisi gerakan-gerakan yang penuh dengan penghormatan kepada Tuhan dan

merupakan sebuah tindakan yang memperjelas makna dari sesuatu pesan pengajaran

yang ada di dalamnya. Selain itu gerakan tubuh yang digunakan dalam ibadah harus

didasari atau diorientasikan dengan pemahaman dan tujuan yang benar yaitu

memuliakan Allah. Dengan adanya pemahaman dan tujuan yang benar, maka akan

ada ekspresi penyembahan yang benar kepada Allah. Penerapan gerakan mengangkat

tangan dalam ibadah menunjukkan adanya sebuah tanggapan, pengakuan, serta

kesaksian umat yang menyatakan kebergantungan penuh pada Allah. Penerapan

gerakan sujud dilakukan sebagai bentuk pertobatan, ketundukan, sikap hormat dan

penyembahan kepada Allah. Penerapan gerakan tari-tarian dalam ibadah

mengekspresikan pujian dan ucapan syukur umat percaya kepada Allah. Sama seperti

tujuan ibadah yaitu untuk kemuliaan Allah, maka penggunaan gerakan tubuh dalam

ibadah juga dilakukan dengan tujuan untuk kemuliaan Allah.

(Untuk memulai bab baru, gunakan Page Layout > Breaks > Next Page)

80
BAB 5

PENUTUP

KESIMPULAN

Pada hakikatnya, manusia diciptakan bertubuh serta segambar dan serupa

dengan Allah (Kej. 1:26-27). Tidak hanya itu, Allah juga memanggil umat-Nya untuk

bersekutu dan beribadah kepada-Nya. Adanya panggilan Allah tersebut, umat

memiliki hak istimewa sebagai satu kesatuan tubuh Kristus untuk meresponinya

dengan seluruh keberadaan dirinya (termasuk penggunaan tubuh) dalam

penyembahan-Nya. Namun sayangnya, terdapat beberapa pandangan gereja yang

membingungkan umat mengenai penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah minggu.

Pertama, gerakan tubuh dianggap duniawi, dirasa mengganggu fokus serta

kenyamanan jemaat, dan berkonotasi negatif. Selain itu, penggunaan gerakan tubuh

dalam ibadah juga bukanlah suatu hal yang diperintahkan secara literal/harus ada

dalam penyembahan umat percaya. Kedua, gerakan tubuh dianggap baik menurut

penilaian manusia sehingga dalam penggunaannya jemaat kurang memahami serta

memaknai gerakan yang digunakan dalam ibadah. Adanya padangan-pandangan

tersebut, membingungkan jemaat akan penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah,

sehingga jemaat ragu untuk berpartisipasi dengan tubuh mereka saat beribadah kepada

Tuhan.

81
Alkitab (khususnya kitab Mazmur) menyatakan bahwa Pertama, gerakan

tubuh banyak ditemukan dalam penyembahan umat Israel kepada Allah. Hal ini

nampak dalam berbagai genre yang ada di dalam kitab Mazmur. Dalam berbagai

macam genre tersebut juga terdapat berbagai macam keadaan yang dialami

pemazmur. Dalam hal tersebut, penulis melihat bahwa pemazmur tetap menyembah

Tuhan dengan seluruh keberadaan dirinya (khususnya tubuh) dengan tetap otentik/apa

adanya dengan didasari pada pengenalan akan Tuhan. Pemazmur serta umat Israel

lainnya menyembah Tuhan melalui tubuhnya dengan didasari pada pengenalan akan

Tuhan.

Kedua, setiap gerakan tubuh yang digunakan umat Israel dalam

penyembahannya kepada Allah memiliki makna teologis. Dalam penulisan ini,

penulis menyimpulkan 3 makna teologis gerakan tubuh dalam kitab Mazmur.

Pertama, gerakan mengangkat tangan menunjukkan adanya sebuah tanggapan,

pengakuan, serta kesaksian umat yang menyatakan kebergantungan penuh pada Allah.

Kedua, gerakan sujud merupakan suatu sikap merendahkan diri dan menunjukkan

bentuk penghormatan/ketundukan yang disertai dengan kesadaran akan keberadaan

diri yang lemah serta terbatas terhadap Allah yang mahakuasa. Ketiga, gerakan tari-

tarian menunjukkan suatu ekspresi penyembahan yang diarahkan kepada Allah.

Melihat pemaparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa berpartisipasi dalam

penyembahan kepada Allah sebagai satu kesatuan tubuh Kristus melalui gerakan

tubuh merupakan hak istimewa yang dimiliki umat percaya. Walaupun penggunaan

gerakan tubuh dalam ibadah merupakan hak istimewa yang dimiliki umat percaya,

82
penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah bukanlah suatu hal yang diharuskan atau

dipaksakan untuk dilakukan, melainkan suatu tindakan alami yang keluar dari hati

manusia yang terdalam. Selain itu, penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah tidak

dilakukan atas dasar penilaian terbaik manusia, melainkan didasari atau diorientasikan

pada pemahaman serta tujuan yang benar yaitu untuk kemuliaan Allah. Dengan

adanya pemahaman dan tujuan yang benar, maka akan ada ekspresi penyembahan

yang benar kepada Allah. Melihat hal tersebut, gereja dapat mengambil peran:

Pertama, sebagai wadah umat mengekspresikan tindakan penyembahannya sebagai

bentuk partisipasi umat dalam beribadah. Kedua, membina umat dalam menerapkan

gerakan tubuh dalam ibadah dengan tepat. Ketiga, gereja menjadi wadah edukasi bagi

jemaat mengenai gerakan tubuh dalam ibadah, sehingga jemaat dapat memahami

bahwa gerakan tubuh merupakan suatu hal yang dapat dilakukan dengan pemahaman

dan tujuan yang benar yaitu kemuliaan Allah.

SARAN-SARAN

Berdasarkan skripsi ini, penulis menganjurkan saran yang diharapkan dapat

membantu umat percaya atau komunitas gereja untuk dapat semakin menyembah

Allah yang benar lewat penggunaan seni lainnya dalam ibadah. Salah satu seni

lainnya yang dapat digunakan yaitu pantomim dalam khotbah. Penulis melihat bahwa

penggunaan gerakan tubuh dalam ibadah merupakan suatu hak istimewa yang dapat

dilakukan sebagai tindakan penyembahan atau berntuk partisipasi umat yang otentik

dihadapan Allah dalam ibadah. Dalam penggunaannya, gerakan tubuh merupakan

tindakan nonverbal yang dapat menjadi sebuah kesaksian yang hidup akan perbuatan

83
Allah dalam hidup manusia, menyampaikan pesan firman Tuhan, dan menjadi sebuah

penyembahan yang hidup. Gerakan tubuh dapat mengungkapkan banyak hal tentang

pengalaman, pikiran, dan perasaan manusia terkait dengan kata-kata yang di

ucapakan.

Demikian halnya dengan Pantomim dalam khotbah. Pantomim merupakah

salah satu tindakan penyembahan nonverbal yang dapat mengomunikasikan banyak

perasaan dan kebenaran yang kuat. Pantomim terdiri dari gerakan-gerakan yang dapat

mengungkapkan tentang pengalaman, pikiran, dan perasaan manusia terkait dengan

kata-kata yang diucapkan. Selain itu pantomim dalam khotbah dapat memerankan

narasi yang mengungkapkan makna atau wawasan tentang hubungan dan perasaan

yang tidak bisa dialami melalui kata-kata saja. Pantomim dalam ibadah dapat

melampaui akal dan menyentuh hati, jiwa, dan roh umat percaya di mana Allah dapat

melakukan pekerjaan-Nya.

84
85
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Adrian Webber. “The History of Dance in The Church” (t.t.).


http://www.refinedundignified.com/the-history-of-dance-in-the-church.html.

Allen, Leslie C. Psalms 101-150. Rev. Word biblical commentary 21. Nashville:
Nelson, 2002.

Allen, Ronald Barclay. And I Will Praise Him: A Guide to Worship in the Psalms.
Grand Rapids: Kregel, 1999.

Bellinger, W. H. Psalms: A Guide to Studying the Psalter. 2nd ed. Grand Rapids:
Baker Academic, 2012.

Block, Daniel I. For the Glory of God: Recovering a Biblical Theology of Worship.
Grand Rapids: Baker Academic, 2014.

Boice, James Montgomery, Philip Graham Ryken, Derek Thomas, dan J. Ligon
Duncan, ed. Give Praise to God: A Vision for Reforming Worship:
Celebrating the Legacy of James Montgomery Boice. Phillipsburg: P & R Pub,
2003.

Brown, William P. Psalms. Nashville: Abingdon, 2010.

Brueggemann, Walter, dan W. H. Bellinger. Psalms. New Cambridge Bible


Commentary. New York: Cambridge University Press, 2014.

Buxton, Graham. Dancing in the Dark: The Privilege of Participating in the Ministry
of Christ. Revised edition. Oregon: CASCADE Books, 2016.

Craigie, Peter C. Psalms 1-50. Word Biblical Commentary 19. Waco: Word, 2000.

DeClaisse-Walford, Nancy L, Rolf A Jacobson, dan Beth LaNeel Tanner. The Book of
Psalms. Grand Rapids: Eerdmans, 2015.

Delivuk, John Allen. “Biblical Authority and the Proof of the Regulative Principle of
Worship in the Westminster Confession.” Westminster Theological Seminary
58. 2 (1996): 237–256.

Drane, John. Memahami Perjanjian Lama III: Iman Perjanjian Lama. Diterjemahkan
oleh Hans Wuysang. Jakarta: Yayasan Persekutuan Pembaca Alkitab, 2003.

86
Frame, John M. Medical Ethics: Principles, Persons, and Problems. Christian
perspectives. Phillipsburg: Presbyterian and Reformed Pub. Co, 1988.

———. “Some Question about the Regulative Principle.” Westminster Theological


Seminary 54. 2 (1992): 357–366.

Gagne, Ronald, Thomas Kane, dan Robert VerEecke, ed. Introducing Dance in
Christian Worship. Washington: Pastoral, 1984.

Goldingay, John. Old Testament Theology. Downers Grove: InterVarsity, 2016.

———. Psalms: Psalms 1-41. Grand Rapids: Baker Academic, 2006.

———. Psalms: Psalms 42-89. Grand Rapids: Baker Academic, 2007.

———. Psalms: Psalms 90-150. Grand Rapids: Baker Academic, 2008.

Goleman, Daniel. Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,


2001.

Hossfeld, Frank-Lothar, Erich Zenger, Linda M. Maloney, dan Klaus Baltzer, ed.
Psalms 3: A Commentary on Psalms 101-150. Hermeneia--a critical and
historical commentary on the Bible. Minneapolis: Fortress, 2011.

J.G., Davies. Liturgical Dance: An Historical,Theological, and Practical Handbook.


London: SCM, 1984.

Johnson, Terry L. The Worship of God: Reformed Concepts of Biblical Worship.


Scotland: Christian Focus, 2005.

Kauflin, Bob. Worship Matters. Disunting oleh Doreen Widjana. Diterjemahkan oleh
Samuel E. Tandei. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2010.

Keel, Othmar. The Symbolism of the Biblical World: Ancient Near Eastern
Iconography and the Book of Psalms. Winona Lake: Eisenbrauns, 1997.

Kidner, Derek. Psalms 73-150: An Introduction and Commentary. Nottingham:


InterVarsity, 2008.

King, Philip J., dan Lawrence E. Stager. Life in Biblical Israel. 1st ed. Library of
Ancient Israel. Louisville: Westminster John Knox, 2001.

Kruger, Paul A. “Nonverbal Communication and Symbolic Gestures in the Psalms.”


The Bible Translator 45. 2 (April 1994): 213–222.

La Sor, William Sanford, David Allan Hubbard, Frederic Wm Bush Gamadhi, Lisda
T, dan Lily W Tjiputra. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat. 3
ed. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.

Longman, Tremper. How to Read the Psalms. Downers Grove: InterVarsity, 1988.
87
———. How to read the Psalms. Downers Grove, Ill: InterVarsity Press, 1988.

———. Psalms: An Introduction and Commentary, 2014.

Longman, Tremper, dan Raymond B. Dillard. An Introduction to the Old Testament:


Second Edition. 2nd ed. Grand Rapids: Zondervan, 2006.

Maleachi, Martus A. “Karakteristik dan Berbagai Genre dalam Kitab Mazmur.”


Veritas 13. 1 (April 2012): 121–140.

McConnell, W. Dictionary of the Old Testament: Wisdom, Poetry & Writings.


Disunting oleh Tremper Longman dan Peter Enns. Downers Grove:
InterVarsity, 2008.

McConnell, Walter Leslie. How Majestic Is Your Name: An Introduction to Biblical


Worship. Eugene: Eugene, 2021.

Miller, Stephen. “Why Posture Matters in Worship,” 5 September 2012.


https://www.thegospelcoalition.org/article/why-posture-matters-in-worship/.

Mount Shoop, Marcia W. Let the Bones Dance: Embodiment and the Body of Christ.
1st ed. Emerging theology initiative. Louisville: Westminster John Knox,
2010.

Murphy, Roland E. The Gift of the Psalms. Peabody: Hendrickson, 2000.

Navarro, Kevin J. The Complete Worship Service: Creating a Taste of Heaven on


Earth. Grand Rapids: Baker Books, 2005.

Osborne, Grant R. Spiral Hermeneutika: Pengantar Komprehensif bagi Penafsiran


Alkitab. Disunting oleh Elifas Gani. Surabaya: Momentum, 2012.

Pfeiffer, Charles F., dan Everett F. Harrison, ed. Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 2
Ayub-Maleakhi. Vol. 2. Malang: Gandum Mas, 2005.

Philip J. King dan Lawrence E. Stager. Kehidupan Orang Israel Alkitabiah. Disunting
oleh Chrisostomus Sitohang. Diterjemahkan oleh Robert Webber. Jakarta: PT
Gunung Mulia, 2010.

Rayburn, Robert G. O Come, Let us Worship: Corporate Worship in the Evangelical


Church. Grand Rapids: Baker Book House, 1980.

Ryken, Leland, Jim Wilhoit, Tremper Longman, Colin Duriez, Douglas Penney, dan
Daniel G. Reid, ed. Dictionary of Biblical Imagery. Downers Grove:
InterVarsity, 1998.

Scheer, Greg. Essential Worship: A Handbook for Leaders. Grand Rapids: Baker
Books, 2016.

88
Schmit, Clayton J. Too Deep for Words: A Theology of Liturgical Expression. 1st ed.
Louisville: Westminster John Knox, 2002.

Segler, Franklin M., C. Randall Bradley, dan Franklin M. Segler. Understanding,


Preparing for, and Practicing Christian Worship. 2nd ed. Nashville:
Broadman & Holman, 1996.

Sendrey, Alfred. Music in Ancient Israel. Nachdr. New York: Philosophical Library,
1969.

Senn, Frank C. Embodied Liturgy: Lessons in Christian Ritual. Minneapolis: Fortress,


2016.

Tate, Marvin E. Psalms 51-100. 9 ed. Word Biblical Commentary 20. Waco: Word
Books, 2000.

Van Opstal, Sandra. The Next Worship: Glorifying God In a Diverse World. Downers
Grove: InterVarsity, 2016.

VanGemeren, Willem. Psalms: The Expositor’s Bible Commentary. Revised edition.


The Expositor’s Bible Commentary. Grand Rapids: Zondervan, 2008.

Vann, Jane Rogers. Worship Matters: A Study for Congregations. 1st ed. Louisville:
Westminster John Knox, 2011.

Webber, Robbert E., ed. Music and the Arts in Christian Worship. The Complete
Library of Christian Worship v. 4. Nashville: Star Song, 1994.

Webber, Robert. Enter His Courts with Praise: A Study of the Role of Music and the
Arts in Worship. Peabody: Hendrickson, 1997.

———. Worship Is a Verb: Eight Principles for a Highly Participatory Worship.


Nashville: Star Song, 1992.

Webber, Robert E., ed. The Biblical Foundations of Christian Worship. Hendrickson.
The Complete Library of Christian Worship v. 1. Peabody, Mass:
Hendrickson, 1993.

———, ed. The Biblical Foundations of Christian Worship. Hendrickson. The


Complete Library of Christian Worship v. 1. Peabody: Hendrickson, 1993.

———. Worship Old & New: A Biblical, Historical, and Practical Introduction. Rev.
ed. Grand Rapids: Zondervan, 1994.

Witvliet, John D. The Biblical Psalms in Christian Worship: a Brief Introduction and
Guide to Resources. The Calvin Institute of Christian Worship Liturgical
Studies Series. Grand Rapids: Eerdmans, 2007.

89
The Complete Library of Christian Worship. 7: The Ministries of Christian Worship.
Nashville, Tenn: Star Song, 1994.

90

Anda mungkin juga menyukai