Puja pada zaman ini dilaksanakan sebagai persembahan kepada para dewa. Hal ini dilakukan dengan cara mengorbankan hewan, bahkan mengorbankan manusia kepada para dewa. Munculnya ajaran brahmanisme yang menunjukkan bahwa makhluk dewa lah yang berkuasa atau mengatur segala sesuatu yang akan diterima oleh manusia menyebabkan para brahmin menciptakan sarana puja kepada dewa-dewa dengan jalan upacara-upacara korban dengan tujuan agar para dewa akan menjadi senang dan tidak menjatuhkan malapetaka bagi manusia.
Puja saat zaman Buddha
Puja oleh Bhikkhu
Kebiasaan melakukan vattha yang artinya merawat guru Buddha yaitu dengan membersihkan ruangan, mengisi air dan lain-lain. Mendengarkan khotbah Buddha, kemudian menghafal dan dilaksanakan di kemudian hari. Pada hari bulan gelap dan terang (purnama) para bhikkhu berkumpul untuk mendengarkan peraturan-peraturan atau patimokkha yang harus dilatih.
Puja oleh umat awam
Berkumpul beberapa kali dan juga dipertengahan antara bulan gelap dan bulan terang, di vihara untuk mendengarkan khotbah Buddha. Melaksanakan Dhama yang telah diajarkan Sang Buddha Mempersembahkan bunga, lilin, dupa, dan lain-lain kepada Buddha
Puja setelah zaman Buddha ( Pasca-Buddha )
Puja oleh Bhikkhu Membabarkan khotbah dhamma kepada para umat awam Mengulang kembali paritta yang telah mereka pelajari setiap pagi, sore dan malam. Kebiasaan ini disebut dengan kebaktian. Puja oleh umat awam Pergi ke vihara untuk mendengar khotbah para bhukkhu ( Menggantikan kebiasaan vattha ) Melaksanakn Dhamma yang diajarkan sang Buddha untuk diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.
2. Puja sebagai Penghormatan
Menrurut Buddha, menghormat kepada orang yang patut dihormati adalah berkah utama Seperti menghormat kepada Buddha, Dhamma, Sangha, bhikkhu/samanera, orang tua, ibu dan ayah, serta guru (pūjānīya-puggala). Pengormatan tersebut dapat dilaksanakan dalam bentuk puja. Ada dua cara dalam melaksanakan penghormatan puja dalam agama Buddha. Penghormatan pertama disebut sebagai Amisa Puja atau penghormatan dengan media dan Dhamma Puja atau penghormatan dengan mempraktekkan dhamma atau juga sering disebut sebagai Patipatti Puja. Adapun sikap – sikap penghormatan dalam Agama Buddha diantaranya :
a. Merangkapkan kedua tangan di depan dada (añjalī).
b. Bersujud (namaskāra). c. Berjalan memutari (padakkhinā/pradaksina) sebuah bangunan vihara, rupang Buddha pohon bodhi, stupa atau candi sebagai obyek puja (pūjānīya-vatthu) sebanyak tiga kali. d. Berdiri menyambut (utthāna) sambil bersikap añjalī. e. Menjaga tingkah laku, ucapan yang baik dan sopan santun (sāmicikamma). Penghormatan tertinggi yang dapat dilakukan adalah menghormati Buddha dan ajarannya, yang dapat dilakukan dengan : a. Memiliki keyakinan kepada Tiratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha). b. Memiliki sila yang baik. c. Tidak percaya pada ketakhayulan, mistik, magis-magis. d. Tidak mencari kebenaran dan kebaikan di luar Dhamma. e. Berbuat kebajikan sesuai dhamma.
3. Manfaat melakukan Puja
a. Meningkatkan dan memperkuat keyakinan (saddhā) pada Tiratana (Buddha, Dhamma dan Sangha). b. Berkembangnya brahmavihāra yang terdiri dari cinta kasih (mettā), kasih sayang (karunā), simpati (muditā), dan ketenangseimbangan batin (upekkhā) c. Berkembangnya pengendalian diri (samvara) d. Berkembangnya perasaan puas (santutthi) e. Berkembangnya kesabaran (khanti) f. Berkembangnya kebahagiaan (sukha)