Anda di halaman 1dari 3

Analisis Pelaksanaan Puja

Annelise Clarissa / XI MIPA

1. Pūjā sebelum, saat, dan setelah zaman Buddha

Puja sebelum zaman Buddha ( Pra-buddha )


Puja pada zaman ini dilaksanakan sebagai persembahan kepada para dewa. Hal ini
dilakukan dengan cara mengorbankan hewan, bahkan mengorbankan manusia kepada
para dewa. Munculnya ajaran brahmanisme yang menunjukkan bahwa makhluk dewa lah
yang berkuasa atau mengatur segala sesuatu yang akan diterima oleh manusia
menyebabkan para brahmin menciptakan sarana puja kepada dewa-dewa dengan jalan
upacara-upacara korban dengan tujuan agar para dewa akan menjadi senang dan tidak
menjatuhkan malapetaka bagi manusia.

Puja saat zaman Buddha

Puja oleh Bhikkhu


 Kebiasaan melakukan vattha yang artinya merawat guru Buddha yaitu dengan
membersihkan ruangan, mengisi air dan lain-lain.
 Mendengarkan khotbah Buddha, kemudian menghafal dan dilaksanakan di
kemudian hari.
 Pada hari bulan gelap dan terang (purnama) para bhikkhu berkumpul untuk
mendengarkan peraturan-peraturan atau patimokkha yang harus dilatih.

Puja oleh umat awam


 Berkumpul beberapa kali dan juga dipertengahan antara bulan gelap dan bulan
terang, di vihara untuk mendengarkan khotbah Buddha.
 Melaksanakan Dhama yang telah diajarkan Sang Buddha
 Mempersembahkan bunga, lilin, dupa, dan lain-lain kepada Buddha

Puja setelah zaman Buddha ( Pasca-Buddha )


Puja oleh Bhikkhu
 Membabarkan khotbah dhamma kepada para umat awam
 Mengulang kembali paritta yang telah mereka pelajari setiap pagi, sore dan malam.
Kebiasaan ini disebut dengan kebaktian.
Puja oleh umat awam
 Pergi ke vihara untuk mendengar khotbah para bhukkhu ( Menggantikan kebiasaan vattha
)
 Melaksanakn Dhamma yang diajarkan sang Buddha untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari – hari.

2. Puja sebagai Penghormatan


Menrurut Buddha, menghormat kepada orang yang patut dihormati adalah berkah utama
Seperti menghormat kepada Buddha, Dhamma, Sangha, bhikkhu/samanera, orang tua,
ibu dan ayah, serta guru (pūjānīya-puggala). Pengormatan tersebut dapat dilaksanakan
dalam bentuk puja. Ada dua cara dalam melaksanakan penghormatan puja dalam agama
Buddha. Penghormatan pertama disebut sebagai Amisa Puja atau penghormatan dengan
media dan Dhamma Puja atau penghormatan dengan mempraktekkan dhamma atau juga
sering disebut sebagai Patipatti Puja. Adapun sikap – sikap penghormatan dalam Agama
Buddha diantaranya :

a. Merangkapkan kedua tangan di depan dada (añjalī).


b. Bersujud (namaskāra).
c. Berjalan memutari (padakkhinā/pradaksina) sebuah bangunan vihara, rupang Buddha
pohon bodhi, stupa atau candi sebagai obyek puja (pūjānīya-vatthu) sebanyak tiga kali.
d. Berdiri menyambut (utthāna) sambil bersikap añjalī.
e. Menjaga tingkah laku, ucapan yang baik dan sopan santun (sāmicikamma).
Penghormatan tertinggi yang dapat dilakukan adalah menghormati Buddha dan ajarannya,
yang dapat dilakukan dengan :
a. Memiliki keyakinan kepada Tiratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha).
b. Memiliki sila yang baik.
c. Tidak percaya pada ketakhayulan, mistik, magis-magis.
d. Tidak mencari kebenaran dan kebaikan di luar Dhamma.
e. Berbuat kebajikan sesuai dhamma.

3. Manfaat melakukan Puja


a. Meningkatkan dan memperkuat keyakinan (saddhā) pada Tiratana (Buddha, Dhamma
dan Sangha).
b. Berkembangnya brahmavihāra yang terdiri dari cinta kasih (mettā), kasih sayang
(karunā), simpati (muditā), dan ketenangseimbangan batin (upekkhā)
c. Berkembangnya pengendalian diri (samvara)
d. Berkembangnya perasaan puas (santutthi)
e. Berkembangnya kesabaran (khanti)
f. Berkembangnya kebahagiaan (sukha)

Anda mungkin juga menyukai