Anda di halaman 1dari 5

Nama : Itta Sari

NIM : 20190101229

Tugas Online Sesi 9

1. Apakah Pancasila Buddhis merupakan suatu aturan yang wajib/harus


dilaksanakan oleh umat Budha? Jelaskan!

Kehidupan memiliki ketertibannya sendiri, termasuk pula kehidupan di alam


manusia. Dalam mencapai kebahagiaan dirinya dan keharmonisan antar sesama
manusia, maka setiap manusia yang hidup harus dilandasi dengan sila. Sila
yang dimaksudkan yaitu aturan-aturan moralitas yang wajib dillaksanakan oleh
semua manusia. Manusia dapat dikatakan baik, apabila dapat mencerminkan
hakikatnya sebagai makhluk yang luhur, dan bahkan kelahiran manusia
selanjutnya ditentukan sejauh mana dia tidak melanggar sila.

Pancasila Buddhis adalah lima peraturan yang harus dilaksanakan oleh semua
umat Buddha tanpa terkecuali. Ini terbukti pada saat Umat Buddha melakukan
kebaktian di Vihara, pasti akan membaca Pancasila Buddhis berikut artinya.
Begitupun kebaktian yang dihadiri oleh anggota Sangha, maka umat akan
meminta tuntunan Tisarana dan Pancasila Buddhis secara khusus kepada
aggota Sangha. Ini berarti Pancasila Buddhis merupakan pegangan atau
pedoman hidup bagi umat Buddha, terutama juga bagi upasaka dan upasika
yang sudah di visudhi. Pada saat prosesi visudhi pun para upasaka dan upasika
berikrar untuk melaksanakan dan menjalankan Pancasila Buddhis dalam
kehidupan sehari-hari. Barangsiapa yang melatih diri dan melengkapi hidupnya
dengan melaksanakan lima sila serta melatih delapan sila, maka akan
memperoleh kebahagiaan, kemakmuran, kedamaian , dan kesejahteraan dalam
kehidupan yang sekarang ini. Serta akan sangat mungkin untuk mencapai
pembebasan dari derita dan dapat meraih kebahagiaan tertinggi yaitu Nibbana.

2. Mengapa Buddha mengajarkan kepada kita untuk melaksanakan lima sila


(menghindari membunuh, mencuri, berbuat asusila, berdusta, dan mabuk-
mabukan)? Uraikan jawaban Anda!

Sang Buddha bersabda bahwa, “Barang siapa sempurna dalam sila dan


mempunyai pandangan terang, teguh dalam dhamma, selalu berbicara benar
dan memenuhi segala kewajibannya, maka semua orang akan mencintainya
(Dhammapada, XVI: 217).
Dalam agama Buddha, sila merupakan dasar utama dalam pelaksanaan ajaran
agama, mencakup semua perilaku dan sifat-sifat baik yang termasuk dalam
ajaran moral dan etika agama Buddha. Dimana yang menurut saya jika sudah
merupakan dasar ajaran Sang Budda, berarti kita wajib untuk mempraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat awam. Yang nantinya akan
memberikan kedamaian dan kebahagiaan untuk hidup kita sendiri dan juga apa
yang kita tanam sekarang dengan melaksanakan kelima sila tersebut, kelak akan
berbuah dengan manis mengikuti hukum kamma yang berlaku.
Dimana manfaat yang akan kita terima apabila menjalankan Pancasila Buddhis
dengan benar yaitu:
 Sila pertama menganjurkan untuk tidak membunuh, ini membawa manfaat
salah satunya adalah umur panjang.
 Sila kedua manganjurkan untuk tidak mencuri,salah satu manfaatnya
adalah memiliki kekayaan.
 Sila ketiga menganjurkan untuk tidak berasusila, hal ini salah satunya
membawa manfaat keharmonisan keluarga.
 Sila keempat menganjurkan untuk tidak berbohong dan berkata kasar,
membawa manfaat salah satunya adalah hidup harmonis dengan
siapapun.
 Sila kelima menganjurkan untuk tidak mabuk-mabukan, membawa
manfaat salah satunya adalah kesehatan badan jasmani.

3. Jelaskan syarat-syarat terjadinya pelanggaran sila kesatu dan kedua Pancasila


Buddhis!

Sila Kesatu:
Pāṇatipātā veramaṇi sikkhāpadaṁ samādiyāmi artinya Aku bertekad akan
melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup. Yang dimaksud dengan
sila ini yaitu bahwa kita harus menghindari perbuatan-perbuatan seperti dibawah
ini:
 Membunuh manusia dan binatang
 Menyiksa manusia dan binatang
 Menyakiti (jasmani) manusia dan binatang

Syarat terjadinya pembunuhan:


 Adanya makhluk hidup
 Kita tahu bahwa makhluk itu hidup
 Ada kehendak dalam diri kita untuk melaksanakan pembunuhan
 Ada usaha untuk melakukan pembunuhan
 Makluk itu mati sebagai akibat dari pembunuhan itu

Sila Kedua:
Adinnādānā veramaṇi sikkhāpadaṁ samadiyāmi artinya: Aku bertekad melatih
diri menghindari, mengambil ataupun menggunakan barang yang bukan
miliknya. Yang termasuk dalam sila kedua ini, yang harus kita hindari adalah:
 Mencuri, mencopet, merampok dan sejenisnya
 Korupsi, manipulasi, penggelapan barang atau uang dan sejenisnya.
 Berjudi, taruhan dan sebagainya.

Syarat-syarat terjadinya pelanggaran sila kedua yaitu :


 Adanya barang milik orang lain.
 Tahu bahwa barang itu milik orang lain.
 Ada kehendak untuk mencuri.
 Melakukan perbuatan itu (pengambilan barang)
 Terjadi perpindahan barang sebagai akibat pencurian.

4. Apakah dalam agama Buddha dikenal konsep ‘berbohong yang baik/benar’?


Jelaskan!

Kadang-kadang ada orang yang beranggapan; "Karena kejujuran itu dapat


melukai orang lain. Apakah dengan berbohong demi untuk kebaikan itu baik?
Jika saya tidak berbohong, ada orang yang akan sengsara karenanya." Disitulah
letak lereng terjal dan licin dari penalaran ini, sebab akan mudah sekali, dan
sangat cepat, berkembang kebohongan lain seperti menjadi; "Nah, jika saya
memberitahu istri saya, saya akan mati. Jika saya berkata jujur ke orang lain,
saya akan mendapat malu. Jika saya memberitahukan kepada masyarakat, saya
akan kehilangan pekerjaan dan jabatan politik saya. Saya melakukan
kebohongan ini benar-benar demi untuk kebaikan bagi negara saya." Bisakah
Anda melihat lereng yang licin itu? Ketika kita mengalami pembenaran di satu
tempat, dengan segera hal itu dapat dibenarkan pula ditempat lain.
Begitu pula dengan istilah "dusta putih" (white lie).

Di situlah tempat letaknya keangkuhan kita adanya, ketika kita mulai


mengatakan bahwa suatu kebohongan adalah boleh-boleh saja, boleh
mengucapkan suatu dusta asal demi untuk kebaikan. Gagasan di balik ini adalah
bahwa kata 'white' dalam dusta putih diucapkan lebih dahulu di depan, bukan
pada belakang kata. Jadi Anda mengatakan dusta putih bukan 'putih dusta' (lie
White). Putih adalah kata pertamanya dan dusta adalah sifat dari kata putih tadi.
Bagaimanapun, itu tetap saja sebuah dusta dari awalnya. Jadi sesungguhnya
tidak ada yang namanya dusta putih, apalagi jika diucapkan kepada pasangan
Anda. Semakin sering digunakan, dusta putih akan menjadi dusta abu-abu, dan
ketika makin sering lagi akan menjadi dusta yang hitam pekat, yang pastinya
akan menghancurkan hubungan keluarga Anda. Sekali Anda mengucapkan
dusta putih, Anda juga mengucapkan dusta putih kepada diri Anda sendiri pula,
dan itu menjadi abu-abu ketika Anda mulai mengelabui diri Anda sendiri, maka
Anda akan mulai masuk ke dalam suatu masalah besar.

Ada kisah dalam Perang Dunia II, yang diceritakan oleh seorang bhikkhu Jerman
di Melbourne. Ternyata ada seseorang Buddhis di Jerman pada masa Perang
Dunia II yang menyembunyikan beberapa orang Yahudi. Kemudian, ketika
tentara rahasia Nazi, Gestapo, datang dan menanyakan apakah ada orang
Yahudi yang bersembunyi di sana, umat Buddha ini berkata, "Lihat sajalah
sendiri". Ternyata, karena dilihat dari sifat kejujurannya, tentara rahasia Nazi itu
malah pergi dan meninggalkannya. Mungkin saja karena ia terlindungi oleh
karma baik dari karena ia jujur dan tidak berdusta.
Jadi dapat disimpulkan jika semua jenis kebohongan entah gunanya demi
kebaikan atau demi tidak menyakiti perasaan orang lain, maka tetap saja
melanggar sila keempat dari Pancasila Buddhis yang Guru Agung Buddha
ajarkan dan harus dipatuhi oleh semua umat Buddha.

5. Jelaskan hubungan antara Pancasila dan Pancadhamma!

Memang benar jika Pancasila dan Pancadhamma adalah dua hal yang saling
berhubungan, Pancasila adalah penghindaran siri dari perbuatan yang tidak baik,
sedangkan pancadhamma adalah pelaksanaan dari perbuatan yang tidak baik.
Pancasila berguna untuk mengendalikan diri, dan pancadhamma berguna untuk
mengembangkan perbuatan baik.

Ada lima sifat mulia yang bersifat berpasangan/berhubungan dengan salah satu
dari lima sila yang terdapat dalam Pancasila. yaitu  :
1. Cinta-kasih dan belas-kasihan, berhubungan dengan pantangan
membunuh
2. Kesabaran dan cara-cara penghidupan yang benar, berhubungan demgan
pantangan untuk mencuri baik langsung maupun tidak langsung
3. Kepuasaan dalam hidup perkawinan, berhubungan dengan pantangan
untuk melakukan perbuatan asusila.
4. Kebenaran, berhubungan dengan pantangan untuk berbohong
5. Kewaspadaan, berhubungan dengan pantangan untuk makan dan minum-
minuman keras yang menyebabkan lemahnya kesadaran atau mabuk.

Anda mungkin juga menyukai