3. Satya
Satya berarti setia, kejujuran, dan kebenaran. Satya ini harus dipelajari dan
dilaksanakan khususnya bagi seorang calon diksa agar setelah natinya menjadi pandita
dapat menjadi tauladan atau panutan bagi umatnya. Ajaran tentang kesetiaan, kejujuran
dan menjaga suatu kebenaran akan dapat dilakukan setelah terbiasa. Jadi sebelum
menjadi seorang pandita maka terlebih dahulu harus membiasakan diri untuk
menjalankan ajaran satya.
Ajaran satya ini dapat dibagi menjadi lima yang disebut dengan panca satya, yaitu
1. Satya laksana ; yaitu setia pada perbuatan. Hidup sebagai manusia yang
dipengaruhi oleh triguna maka seringkali manusia tidak mengakui apa yang
telah ia lakukan. Dalam satya laksana yang dipentingkan adalah bagaimana
manusia mampu bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan. Maka
berani berbuat harus berani bertanggung jawab.
2. Satya mitra : yaitu setia terhadap sahabat. Artinya dalam mencari sahabat
hendaknya didasari atas kejujuran. Dewasa ini kebanyakan manusia dalam
mencari teman hanya untuk kepentingan sendiri..
3. Satya wacana : yaitu setia terhadap kata-kata. Artinya manusia harus berbicara
jujur, apa adanya dan sesuai dengan kebenaran.
4. Satya semaya : yaitu setia terhadap janji. Seringkali dalam kehidupan ini
manusia memberikan janji-janji palsu dan ini sering dilakukan oleh calon wakil
rakyat ataupun pemimpin
5. Satya hredaya : yaitu setia pada kata hati. Seringkali kita dalam melakukan dan
berkata bertentangan dengan kata hati. Pikiran yang tidak benar atau negative
thinking harus dihindari.
4. Awyawahara
Awyawahara berarti tidak terikat pada kehidupan duniawi (tan awiwada). Dalam
kehidupan ini harus mampu mengendalikan indria dari obyek duniawi. Karena bila indria yang
mengendalikan manusia maka ia akan terjerumus dalam kesengsaraan. Kesengsaraan itu
timbul dari dalam diri manusia yang tidak pernah merasa puas terhadap hal-hal yang bersifat
duniawi. Ketertarikan terhadap benda duniawi akan membuat manusia selalu tenggelam dalam
awidya.
Setelah menjadi seorang pandita, maka yang bersangkutan tidak dibenarkan melakukan
kegiatan jual beli dengan tedensi keuntungan yang berlipat-lipat, simpan pinjam (rna rni) dan
memperlihatkan kepandaian serta memupuk dosa kecuali menjaga harta warisan, menjaga
keutuhan keluarga, dan kesejahteraan istri, anak dan cucu.
5. Asteya
Asteya berarti tidak mencuri atau memperkosa milik orang lain seperti angutil, anumpu, dan
abegal. Dalam silakrama disebutkan sebagai berikut :
"apabila seorang wiku berjalan jauh dan dalam perjalanan haus dan lapar lalu mengambil
tumbuhan milik orang tanpa bilang hanya sebatas penghilang haus dan lapar maka ia terlepas
dari dosa"
Ini berarti bahwa siapapun orangnya khususnya pandita diperbolehkan mengambil milik orang
lain ketika ia merasa haus dan lapar dalam perjalanan jauh. Tetapi barang yang diambil hanya
sebatas untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga.