Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH AGAMA HINDU TENTANG DASA YAMA

DAN DASA NYAMA BERATA

OLEH :
LUH AYU WIDIASIH
26/XII IPS2

SMA NEGERI 3 SINGARAJA


2021-2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


  

Dalam agama Hindu dikenal adanya enam filsafat India


yang selalu menjadi bayangan dalam menjalankan kehidupan
ini, keenam filsafat ini sering disebut dengan Sad Darsana yang
meliputi Nyaya, Samkya, Yoga, Waisis eka, Mimamsa, dan
Wedanta. Dari keenam filsafat tersebut filsafat yang lebih
menekankan pada pengendalian diri adalah Yoga Darsana. Yoga
diajarkan pertama kali di bumi oleh Maharsi patanjali, melalui
ajarannya yang terkenal yakni astangga Yoga yang tersurat
dalam Yoga Sutra patanjali. Disamping lebih menekankan pada
pengendalian diri, ajaran Yoga juga populer di sepanjang zaman
yang keberadaannya tidak hanya diakui oleh umat Hindu tetapi
juga oleh pemeluk agama yang lain.
Memang yang lebih populer di era modern ini adalah
bagian asana dan pranayama dari Yoga, akan tetapi apabila
dikaji kembali pemahaman tentang astangga yoga yang
merupakan delapan tangga dalam mempelajari Yoga akan
ditemukan bagaimana sistematis dan bermetodenya
pembelajaran Yoga tersebut. Astangga Yoga yang terdiri dari
Yama, Nyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana,
Dhyana, dan Semadi tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk
memproleh hasil yang maksimal, sebagaimana yang tertuang
dalam kitab Hatha Yoga Pratiphika bahwa untuk mencapai
tingkatan Semadi tidak bisa langsung dmulai dari tahap Dharana
atau Dhyana tetapi harus dari tingkatan paling awal, yakni
Yama.
Yama menjadi tingkatan pertama yang lebih menekankan
pada pengendalian diri di aspek jasmani dan menjadi modal
awal untuk tingkatan selanjutnya, Nyama menekankan pada
pengendalian diri pada aspek rohanini, setelah pengendalian diri
dilakukan barulah dimulai dengan tingkatan Asana atau gerakan
tubuh sebelum nantinya menuju tingkat Pranayama untuk
latihan pernafasan yang dapat memberikan ketenangan dan
kesehatan. Setelah empat aspek dasar dilalui dan tentunya
dikuasai barulah mulai menuju tingkatan pratyahara untuk
melatih pemusatan pikiran, kemudian dharana untuk
memusatkan pikiran pada objek yang diinginkan, kemudian
menuju tingkat Dhyana atau Meditasi untuk mengetahui
kebenaran sang diri sebelum mencapai tingkat tertinggi yaitu
Semadhi atau sudah bisa mencapai kesadaran dan bertemu
dengan Brahman.
Apapun kegiatan dalam kehidupan ini harus dimulai dari
hal yang terkecil, tidak terkecuali dengan Yoga. Oleh karena itu,
perlu diperhatikan hal dasar seperti Yama dalam asthangga
Yoga sebelum menuju ke tingkatan yang lebih tinggi. Yama ini
sendiri tertuang dalam ajaran Panca Yama Brata dan Dasa Yama
Brata, yang mana masing-masing memiliki bagian yang
berbeda. Terkait Panca Yama Brata sudah terlalu sering dibahas
dan seakan-akan ajaran  Yama Brata hanya ada Panca Yama
Brata saja, kendati Dasa Yama Brata juga merupakan ajaran
penting yang harus dipahami. Begitu pula dengan ajaran Nyama,
ajaran ini tertuang dalam Panca Nyama Brata dan Dasa Nyama
Brata. Akan tetapi yang sering dibahas dalam pengajaran adalah
pada bagian Panca Nyama Brata saja, sedangkan untuk bagian
Dasa Nyama Brata seakan-akan terlupakan. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis akan
menguraikan Dasa Yama Brata dan Dasa Nyama Brata melalui
sebuah makalah.

1.2 Rumusan Masalah


  

Dari latar belakang yang telah penulis uraikan dapat


dirumuskan beberapa masalah yang akan di bahas dalam
makalah ini, yaitu:
1. Apakah pengertian Dasa Yama Brata dan Dasa Nyama Brata?
      

2. Apakah bagian-bagian dari Dasa Yama Brata dan Dasa Nyama


      

Brata?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Yama dan Niyama Brata


    

Menurut kamus kecil Sanskerta-Indonesia (Pemda Tingkat


1 Bali, 1982/1983:187, 126,238) kata Yama diartikan sebagai
pengendalian atau pengendalian diri sendiri , sedangkan kata Ni
berarti dalam, dan Brata dengan asal kata Vrata diberi makna
sebagai kehendak, sumpah atau kewajiban.
Sementara itu kamus jawa kuno-Indonesia, memberikan
arti bahwa Yama berarti pengendalian diri atau pengekangan
diri, Niyama artinya kewajiban atau sumpah, dan brata berarti
perbuatan suci seperti berpuasa atau bertapa.
Dengan demikian Yama Brata dapat diartikan sebagai
pengendalian diri atau usaha-usaha untuk mengatur diri sendiri
dengan lebih cermat guna mengendalikan nafsu indria dan
berpantang melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
Sedangkan Niyama Brata berarti sumpah atau janji kepada diri
sendiri agar mampu berbuat, mampu mengatur diri dengan lebih
ketat dan sekaligus berpantang terhadap larangan atau
melaksanakan sesuatu yang diwajibkan oleh ajaran agama.
Dalam hal ini Yama Brata lebih menekankan kepada
pengendalian kedalam diri, mengendalikan semua perbuatan
yang diakibatkan oleh dorongan nafsu, sedangkan Niyama Brata
lebih menitik beratkan kepada hal-hal lahiriah berupa
pengendalian terhadap tindakan yang ditunjukan terhadap orang
lain atau mahluk lain.

2.2  Dasa Yama Brata


Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian
diri tingkat dasar untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Pembagian dari Dasa Yama Brata, diantaranya:
1. Anrsamsa
    
Anresamsa atau anrisamsa berasal dari kata “A” yang berarti
tidak, dan Nrisamsa berarti orang kejam atau orang yang suka
menyiksa sesamanya. Anremsasa dengan demikian berarti tidak
kejam atau tidak keji. Umat hindu hendaknya selalu bersikap
baik terhadap siapa saja dan dapat mengendalikan dirinya
dengan baik. Umat hindu yang tidak dapat mengendalikan
dirinya akan dicap sebagai orang yang tidak baik dan bisa jadi
dipandang sebagai orang yang kejam.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Anresangsya:
 

a. membatalkan janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan


     

warga masyarakat
b. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi
    

c. Memberi kesempatan kepada penyebrang jalan dengan


     

memperlambat kecepatan sepeda motor/mobil,


d.  Memberikan tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada
    

orang tua atau orang hamil,


e.  Membiasakan antre atau menunggu giliran di SPBU,
     

Puskesmas, rumah sakit atau kantor.


2. Ksama
    

Ksama artinya pemaaf atau sifat yang mudah memaafkan. Umat


hindu hendaknya merupakan sosok yang pemaaf dan tidak
bersifat pendendam. Bersedia memaafkan kesalahan orang lain
merupakan sikap yang sangat terpuji. Umat hindu hendaknya
sadar bahwa berbuat kesalahan adalah manusiawi, artinya
kesalahan itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Tidak seorangpun
dapat melepaskan diri dari kekeliruan. Oleh karena itu bersifat
pemaaf hendaknya selalu menjadi pola pikir umat hindu.
 Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:
 

a. memaafkan kesalahan teman


    

b. tidak marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan teman


    

c.  tetap melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelas


    

d.  tidak merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri ada


   

kekurangan,dll.

3. Satya
    

Satya artinya jujur, bena atau bersifat baik. Orang yang


melaksanakan satya brata berarti bahwa orang itu tidak pernah
menyimpang dari ajaran kebenaran, selalu jujur, dan selalu
berterus terang. Umat hindu hendaknya selalu menjunjung tinggi
kebenaran, kejujuran dan kesetiaan. Karena itu mereka
hendaknya selalu jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain,
selalu melaksanakan ajaran kebenaran dan kesetiaan.
Dalam agama hindu dikenal dengan lima macam kejujuran yang
disebut panca satya, diantaranya:
a. Satya wacana yaitu harus setia dan jujur dalam berkata, tidak
    

sombong, selalu menjaga sopan santun dalam berbicara, tidak


boleh berucap yang dapat menyakiti hati atau perasaan orang
lain.
b. Satya hrdaya, artinya setia terhadap hati nuraninya, selalu
    

konsisten dan berpendirian yang teguh dalam melaksanakan


ajaran kebenaran.
c. Satya laksana, artinya harus jujur dan bertanggung jawab
    

terhadap apa yang diperbuatnya.


d. Satya mitra, artinya setia kepada teman atau sahabat dan tidak
   

boleh berkhianat.
e. Satya semaya, artinya selalu menepati janji dan tidak boleh
    

ingkar janji.
4. Ahimsa
    

Ahimsa terdiri dari kata “A” yang berarti tidak, dan “Himsa”
yang berarti membunuh atau menyakiti. Sehingga ahimsa berarti
tidak membunuh atau menyakiti. Umat hindu tidak dibenarkan
untuk menyakiti apalagi membunuh orang atau mahluk lain.
Membunuh adalah perbuatan dosa. Sebaliknya mereka
hendaknya selalu menanamkan rasa kasih sayang. Jangan
membunuh dan jangan berbuat dosa. Pengecualian hanya
diberikan dalam hal membunuh binatang dengan maksud untuk
dipergunakan sebagai pengorbanan suci atau yadnya kehadapan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
 Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:
 

a. Tidak membunuh binatang sembarangan


    

b. Tidak meracuni hewan


    

c. Tidak mengganggu hewan yang sedang tidur


    
d. Tidak memfitnah
   

e. Tidak menghina teman yang memiliki kekurangan.


    

Agama Hindu juga membenarkan melakukan


pembunuhan/Himsa Karma tetapi hendaknya dilandasi cinta
kasih dan dharma, seperti:
1. untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan kepada para Dewa
    

dan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi,


2.  Pitra Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada
    

leluhur,
3.  Athiti Puja yaitu membunuh untuk dipersembahkan atau
    

dihaturkan kepada tamu.


4. Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam
    

peperangan/pertempuran.
5. Dama
    

Dama berarti mengendalikan nafsu atau mengalahkan nafsu.


Dama juga berarti mengendalikan diri atau mengendalikan
nafsu. Umat hindu hendaknya dapat mengendalikan atau
menundukkan hawa napsunya. Mereka seharusnya tidak
mengumbar hawa napsunya sekedar hanya karena hendak
memenuhi keinginan sesaat. Karena umat hindu harus dapat
memilah yang baik-baik saja agar dapat menimbulkan
ketenangan dan ketentraman batiniah. Hanya dengan ketenangan
dan ketentraman pikiran itulah umat hindu akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:
 

a. Menyadari perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang keliru


    

b. Memikirkan terlebih dahulu akan perkataan yang akan


    

diucapkan
c. Sebelum tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan
    

sebagai evaluasi harian untuk meningkatkan kwalitas diri


d. Biasakan tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang,
   

masih lebih baik jika rajin melihat kelemahan diri sendiri


e. Untuk menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu
    

di belakang, sebelum berkata dan berbuat pikirkan secara


matang akibatnya.
6. Arjawa
    

Arjawa berasal dari kata “Arja” yang berarti teguh pendirian,


arjawa juga berarti mempertahankan kebenaran. Orang yang
selalu melaksanakan Arjawa Brata berarti selalu berusaha untuk
berbuat benar. Orang ini adalah orang yang taat, disiplin, jujur
dan tidak pernah berbohong. Ia selalu berpegang pada kepada
kebenaran. Umat hindu haruslah teguh dalam menjunjung tinggi
kebenaran sejati. Hanya dengan berpegang teguh pada
pendirian, seseorang akan tidak mudah terombang-ambing oleh
pikiran-pikiran yang tidak baik dan tidak suci.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:
 

a. Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benar


     

b. Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah


    
c. Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaan
     

d. Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang


    

e. Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa Berani


     

karena benar Takut karena Salah.


7. Priti
    

Priti berarti kasih sayang kepada semua mahluk. Sebab semua


mahluk adalah ciptaan Tuhan, oleh karena itu kita wajib saling
menyayangi. Umat hindu haruslah juga bersikap welas asih atau
penuh rasa kasih sayang terhadap sesama. Sikap kasih dan
sayang terhadap sesama akan menimbulkan rasa simpati. Sikap
welas asih seperti ini akan menjadi sangat bernilai manakala
ditujukan terhadap orang yang sedang i kesulitan.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:
 

a. Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah,


    

bersama keluarga, begitu juga dengan tetangga sekitar


b.  Memelihara hewan peliharaan dengan baik
    

c.  Rajin merawat dan memupuk tanaman dan sebagainya.


    

8. Prasada
    

Prasada artinya berpikir tenang, bersih dan suci. Tenang artinya


tidak mudah berubah pikiran, tidak goyah, tetapi juga tidak
takut, sehingga tidak mudah kena pengaruh yang tidak baik.
Dalam pergaulan hidup sehari-hari umat hindu hendaknya selalu
berpikir positif, berpikir jernih dan suic serta tidak berprasangka
buruk terhadap orang lain. Mereka hendaknya tidak memelihara
sikap yang serba curiga terhadap orang lain. Dengan bersikap
seperti itu, maka kesucian pikirannya akan menjadi terganggu
dan ini menyebabkan sirnanya ketenangan dan ketentraman
sehingga akan sulit baginya untuk menuju kejalan Tuhan.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:
 

a. Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan


     

menumbuhkan kesucian hati,


b. Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan mengembangkan
    

pikiran buruk atau berburuk sangka (negatif thinking) kepada


orang lain
c. Rajin sembahyang
     

d. Jujur dan setia terhadap setiap tindakan


    

e. Berbuat yang iklas tanpa pamerih


     

f. Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan


     

pikiran dari hal-kal kotor dan bodoh, karena pikiran yang


diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia
lebih rendah dari binatang, dan lain-lain.
9. Madhurya
    

Madhurya berasal dari kata “Madhu” yang berarti manis. Manis


disini berarti lemah lembut, tidak berkata keras apalagi kasar.
Berbicara dengan siapa saja hendaknya selalu lemah lembut dan
dengan tutur kata yang halus serta tidak sampai menyinggung
apalagi menyakiti hati. Bersikap manis, ramah dan santun adalah
sangat baik bagi umat hindu. Mereka hendaknya dapat
mengendalikan diri untuk tidak bersikap kasar terhadap
siapapun juga.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Madurya, seperti:
 

a. Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari


    

sikap judes dan cuek


b. Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari
    

sikap kasar, emosional dan mudah tersinggung


c. Bersikap sopan santun terhadap siapa saja dan di manapun
    

berada
d. Selalu menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang
   

lain baik dengan teman sejawat, orang yang lebih tua, guru
ataupun siapa saja
e. Selalu berbicara yang sopan kepada lawan bicara,
    

f. Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai


     

terhadap orang lain


g. Tidak memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam.
    

10. Mardawa
     

Mardawa berarti rendah hati, tidak suka menonjolkan diri dan


tidak suka bersikap sombong. Rendah hati tidak berarti rendah
diri, tetapi selalu bersikap merendah atau tidak mau menunjukan
kemampuannya. Umat hindu memang harus berprilaku rendah
hati, dan bersikap manis terhadap siapapun juga. Mereka yang
bersikap kasar apalagi bertindak semaunya sendiri, tentunya
akan dijauhi oleh warganya.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa, misalnya:
 

a. Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan


     

pertolongan
b. Menghargai orang lain
    

c. Menghormati orang lain


     

d. Tidak mementingkan diri sendiri


    

e. Peduli terhadap orang lain


     

f. Bersikap empati terhadap penderitaan orang lain sehingga


     

memiliki keinginan untuk memberi pertolongan


g.  Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekurangan
    

h. Menghindarkan diri dari perbuatan merendahkan harga diri


    

orang lain
i. Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam
      

j. Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.


      

2.3  Dasa Niyama Brata


Dasa Niyama Brata berarti sepuluh cara pengendalian diri
tingkat lanjutan, diantaranya:

1. Dana
    

Dana artinya suka bersedekah, suka memberi bantuan kepada


orang yang tidak mampu. Dengan memberikan sedekah berarti
kita beryadnya atau berkorban. Yadnya, sedekah atau korban itu
hendaknya tidak disertai dengan pamrih atau maksud-maksud
tertentu. Umat hindu sepatutnya bersikap suka menolong,
terutama kepada mereka yang sedang kekurangan atau sedang
mengalami kesulitan. Dengan memberikan sedekah atau dana
kepada orang miskin secara tulus dan iklas, tentu akan
memberikan nilai lebih kepada mereka.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dana, seperti:
 

a. Membiasakan berderma kepada orang yang sedang menderita


     

mengalami kesusahan dalam hidupnya


b.  Kekayaan berupa harta benda bersifat tidak kekal dan tidak
    

dibawa mati, maka sisihkanlah sebagian harta kita untuk


berderma/beramal
c.  Berikanlah sedekah kepada orang yang membutuhkan
     

d.  Lakukan sedekah pada waktu yang tepat, misalnya pada waktu


    

orang kesusahan, pada waktu orang tertimpa bencana


e.  Berikanlah sedekah kepada orang miskin atau orang sakit
     

f. Berikanlah sedekah kepada pengemis dengan ikhlas. Janganlah


     

marah kepada pengemis, jangan mengusirnya dan janganlah


mencela.
 Menurut Slokantara 17, pemberian sedekah atau dana menurut
 

waktu pemberiannya ada 4 tingkatan, sebagai berikut:


a. Dana yang diberikan di bulan Purnama dan bulan Mati (Tilem)
    

menyebabkan 10 kali kebaikan yang diterima


b.  Dana yang diberikan pada bulan Gerhana membawa phahala
    

(100) seratus kali


c. Dana yang diberikan pada hari suci Sraddha menjadi 1000 kali
    

lipat
d. Sedekah/Dana yang diberikan diakhir Yuga phahala
   

kebaikannya akan tidak terbatas.


 Menurut Slokantara 21, pemberian sedekah atau dana menurut
 

Tingkatannya ada 4 21, sebagai berikut:


a. Pemberian berupa makanan itu mutunya kecil, disebut Kanista
    

Dana
b. Pemebrian berupa Uang/pakaian mutunya menengah, disebut
    

Madyama Dana
c. Pemberian berupa gadis itulah yang dianggap tinggi, disebut
    

Utama Dana
d. Pemberian sedekah/dana berupa Ilmu Pengetahuan itu
   

mengatasi semuanya dan membawakan kebajikan besar, disebut


Ananta Dana.
2. Ijya
    

Ijya berarti kebiasaab untuk selalu bersyukur dan memuja


keagungan dan kebesaran Tuhan. Puji syukur perlu disampaikan
kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena kita sesungguhnya
berhutang nyawa kepada-Nya. Semua yang kita miliki adalah
juga karena berkat dan berkah-Nya. Puji syukur dan terima kasih
disanpaikan karena segala sesuatu yang ada dijagat raya ini
adalah ciptaan-Nya.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Ijya, seperti:
 

a. Rajin melakukan Tri Sandya setiap hari ( pagi, siang, sore )


       

b. Rajin berdoa setiap saat


      

c. Rajin melakukan persembahyangan pada hari raya


       

d. Rajin melakukan meditasi dan berjapa dan sebagainya.


      

3. Tapa
    

Tapa artinya menjauhkan diri dari kesenangan duniawi. Dengan


melaksanakan tapa kita bermaksud untuk memutuskan
hubungan dengan kebiasaan hidup duniawi, mengurangi
kesenangan-kesenangan jasmani. Bisa juga mengurangi makan,
mengurangi tidur, mengurangi kata-kata, mengurangi menikmati
kesenangan. Dalam hal ini kita harus mampu mengendalikan
diri, mampu menekan keinginan untuk tidak menikmati
kesenangan duniawi itu. Umat hindu hendaknya berusaha
mengurangi atau menghindarkan diri dari kesenangan duniawi.
Dengan pengendalian diri yang baik, mereka akan dapat
mengurangi atau menghapuskan kebiasaan buruknya, sehingga
dapat mencapai ketenangan dan ketentraman batin yang sangat
dibutuhkan baginya untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Tapa, seperti:
 
a. Berlatih diri mengendalikan pikiran seperti berusaha untuk
    

berpikir jernih, berpikir yang baik agar tahan uji terhadap


masalah yang mengganggu pikiran
b. Berlatih mengendalikan keinginan, misalnya memenuhi
    

keinginan sesuai kebutuhan, memenuhi keinginan sesuai


kemampuan, menghindari keinginan yang menimbulkan
kerugian baik bagi diri sendiri maupun orang lain agar tahan uji
terhadap pengaruh buruk keinginan itu
c. Berlatih hidup sederhana agar tahan uji terhadap penderitaan
    

d. Berlatih mengendalikan perkataan agar tahan uji untuk tidak


   

berkata yang menyakitkan misalnya berkata kasar, mengancam,


menghardik, dan mengeluarkan kata-kata ejekan dan hinaan
e. Berlatih mengendalikan perbuatan, misalnya tidak melakukan
    

perbuatan curang, mencuri, suka berkelahi, suka memancing


keributan, suka berbuat onar.
4. Dhyana
    

Dhyana berasal dari kata “Dhi” yang berarti pikiran. Dhyana 


berarti memusatkan pikiran atau berkonsentrasi. Dengan Dhyana
maka pikiran harus bulat-bulat hanya tertuju pada Tuhan.
Dengan memusatkan pikiran, maka umat hindu akan dapat
mengendalikan pikirannya agar tidak melanglang buana kesana
kemari. Dengan demikian ketenangan dan ketentraman pikiran
akan mudah dicapai.dhyana juga diartikan sama dengan
meditasi, dimana meditasi adalah mengheningkap cipta,
membersihkan pikiran dan mengarahkan pikiran hanya tertuju
kepada Tuhan.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dhyana, seperti:
 

a. Saat belajar di kelas perlu memusatkan pikiran tentang


       

pelajaran yang sedang diajarkan


b. Memusatkan pikiran pada saat mengendarai sepeda
      

motor/mobil
c. Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan melakukan
       

Pranayama
d.  Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan sembahyang
      

e.  Berlatih melakukan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang


       

Widhi dengan meakukan yoga, tapa dan semadi, dan


sebagainya.
5. Swadhyaya
    

Swadhyaya berasal dari dua suku kata yaitu “Swa” yang berarti
sendiri dan “Adhyaya: yang berarti berguru. Dengan demikian
swadhyaya berarti berguru sendiri, dengan kata lain belajar
sendiri. Setiap orang mestinya berusaha balajar sendiri. Belajar
sendiri dari pengalaman adalah guru yang terbaik. Umat
hindupun hendaknya selalu berusaha belajar sendiri.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Swadhyaya, seperti:
 

a. Tekun belajar jangan cepat putus asa


     
b. Berusaha belajar secara mandiri artinya belajar tanpa diperintah
    

dan belajar menemukan jawaban sendiri


c.  Jangan malu bertanya kepada orang lain tentang suatu masalah
     

yang tidak dimengerti atau tidak diketahui


d. Rajin membaca buku kerohanian dan buku-buku lain yang
    

berguna dalam kehidupan


e. Mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
     

6. Upasthanigraha
    

Upasthanigraha artinya menguasai nafsu, khususnya nafsu


birahi. Kebiasaan mengikuti nafsu seksual adalah tidak baik,
sebab orang mudah sekali jatuh atau terjerumus kedalam lembah
penderitaan. Orang yang tidak dapat menguasai nafsunya,
biasanya mudah berbuat onar, atau berbuat keributan. Umat
hindu hendaknya dapat menguasai nafsu seksualnya, dapat
mengendalikan dirinya untuk tidak melibatkan diri dalam
perselingkuhan dan lain-lain kegiatan yang sejenis yang dapat
menurunkan derajat dan harga dirinya.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Upasthanigraha, misalnya:
 

a. Menghindari berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi


    

b. Menghindari berpakaian yang ketat atau seksi bahkan


    

berpakaian yang merangsang


c. Mengindarkan diri dari pikiran kosong agar tidak berpeluang
    

menghayal terhadap hal-hal yang porno


d. Tidak menonton tayangan televisi yang menyiarkan film-film
   

Dewasa
e. Tidak membuka HP yang berisi film-film porno
    

f. Hindari membaca komik atau menonton VCD Porno


     

g. Sibukkanlah diri dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti


    

olahraga, kursus, ekstra kulikuler, belajar menari, Pramuka,


megambel
h. Menghindari berprilaku genit terhadap lawan jenis
    

7. Brata
    

Brata berarti melakukan pantangan yaitu tidak melakukan


sesuatu yang biasanya dilaksanakan (berpantangan). Misalnya
tidak makan, tidak minum, tidak berbicara, tidak tidur pada
waktu-waktu tertentu. Pantangan ini dapat berupa berbagai hal.
Umat hindu dapat saja berpantang untuk tidak makan daging
sapi, untuk tidak berbicara yang kotor, untuk tidak berbuat yang
merugikan orang lain dan sebagainya. Pada hakekatnya brata
merupakan pengendalian diri untuk tidak berbuat sesuatu yang
tidak baik atau merugikan dirinya sendiri atau orang lain.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Brata, seperti:
 

a. Berjanjilah dari lubuk hati yang paling dalam


    

b. Taatilah apa yang menjadi janjimu, seperti; saya ingin menjadi


    

orang yang berguna, saya ingin menjadi orang yang berbakti


kepada orang tua, saya ingin menjadi orang yang berguna dalam
keluarga
c. Janji dalam hati bukan untuk diingkari tetapi untuk ditaati
    

8. Upawasa
    

Upawasa berarti berpuasa yakni tidak makan dan tidak minum


pada waktu-waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk menyucikan
atau meningkatkan kesucian diri. Disamping itu juga
dipergunakan sebagai sarana untuk menebus dosa. Puasa juga
dapat dipergunakan untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Karena itu umat hindu hendaknya rbicara. Maksudnya juga
dapat melaksanakan puasa, yaitu tidak makan dan minum atau
tidak melakukan perbuatan tertentu. Puasa pada dasarnya adalah
pengendalian diri, pengekangan keinginan atau hawa nafsu agar
dapat diperoleh pikiran yang bersih, jernih dan suci.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Upawasa, misalnya:
 

a. Hindari memakan makanan yang berlebihan karena nafsu


    

belaka
b. Hindarkan diri untuk memakan makanan yang sudah basi atau
    

kedaluwasa
c. Hindari makan makanan yang kotor
    

d.  Hindari memakan makanan yang tidak jelas asal usulnya


   

e. Aturlah jadwal makan, misalnya makan teratur yaitu sarapan


    

pagi, makan siang dan makan sore secara teratus


f. Mengendalikan nafsu makan, misalnya makanlah secukupnya
     

sesuai kebutuhan tubuh, jangan makan yang berlebihan


g. Menghindari sikap rakus
    
h. Mencoba untuk berpuasa pada hari Raya Nyepi, Siwaratri atau
    

pada hari Raya Hindu sesuai kemampuan.


9. Mona
    

Mona artinya tidak mengucapkan kata-kata atau tidak berbicara.


Mona brata ini biasanya dilakukan pada saat orang
melaksanakan samadhi. Mona brata dapat memperkuat
kepribadian seseorang. Orang lalu menjadi tidak gampang
ngomong sembarangan, tidak mudah berbicara dengan kata-kata
yang kotor. Mona adalah pengendalian diri untuk tidak bebicara.
Maksudnya adalah untuk menahan diri, tidak mengeluarkan
kata-kata sepatahpun, sehingga akan lebih mudah memusatkan
pikiran untuk terciptanya kedamaian dan ketenangan batin,
hanya dengan kedamaian dan ketenangan itulah orang akan
lebih mudah menghubungkan dirinya dengan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mona, seperti:
 

a. Hindari berkata kasar


     

b. Hindari perkataan mencaci maki


    

c. Hindari perkataan bohong


     

d. Hindari mengeluarkan tata-kata hinaan maupun ejekan


    

e.  Jangan mengeluarkan perkataan mengancam


     

f. Hindarkan diri untuk tidak berkata yang kotor dan jorok


     

g. Belajar melakukan mona brata pada hari Raya Nyepi sesuai


    

kemampuan.
10. Snana
    

Snana artinya mandi, penyucian atau pembersihan diri. Dengan


mandi badan akan menjadi bersih. Snana juga berarti
pembersihan diri agar tidak kotor rokhaninya. Dengan badan
yang bersih, pakaian yang bersih, rokhanipun akan menjadi suci.
Dengan pikiran dan rokhani yang bersih dan suci, maka pintu
gerbang menuju Ida Sang Hyang Widhi akan terbuka semakin
lebar.
 Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Snana, misalnya:
 

a. Rajin mandi 2 kali sehari yaitu pagi hari sebelum sekolah dan
     

sore hari
b. Rajin merawat badan, misalnya: memotong rambut yang
    

panjang, memotong kuku, menyikat gigi, mencuci pakaian


sendiri, mandi dengan menggunakan air bersih dan memakai
sabun
c. Rajin sembahyang baik di sekolah dengan Tri Sandya dan di
     

rumah di sore hari melaksanakan Tri Sandya dan Kramaning


Sembah
d. Rajin melakukan Pranayama untuk menyucikan pikiran
    

e. Jujur dalam hidup.


     
BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
            Dari pembahasan yang telah penulis uraikan dalam
makalah ini, dapat ditarik beberapa simpulan, antara lain:
1. Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri
      

tingkat dasar untuk mencapai kesempurnaan hidup, sedangkan


Dasa Nyama Brata merupakan sepuluh cara pengendalian diri
tingkat lanjutan pada aspek rohani.
2. Bagian dari Dasa Yama Brata antara lain: Anrsamsa artinya
      

tidak kejam, Ksama artinya pemaaf, Satya artinya menjaga


kebenaran, kesetiaan dan kejujuran, Ahimsa artinya tidak
menyakiti atau membunuh, Dama artinya mengendalikan hawa
nafsu, Arjawa artinya tetap pendirian, Priti artinya welas kasih,
Prasada artinya berpikir jernih dan suci, Madhurya artinya
ramah tamah, Mardawa artinya lemah lembut. Sedangkan
pembagian dari Dasa Niyama Brata antara lain: Dana artinya
suka memberi sedekah, Ijya artinya senang memuja dan memuji
Tuhan, Tapa artinya berusaha menghindarkan keduniawan,
Dhyana artinya pemusatan pikiran, Swadhyaya artinya belajar
sendiri, Upasthanigraha artinya pengendalian hawa nafsu, Brata
artinya pelaksanaan pantangan, Upawasa artinya puasa, Mona
artinya tidak berbicara, dan Snana artinya pembersihan diri.

DAFTAR PUSTAKA

Suhardana, K.M.2007.Yama Niyama Brata. Surabaya: Paramita


http://santidiwyarthi.blogspot.com/2011/02/dasa-yama-
brata.html

Anda mungkin juga menyukai