Anda di halaman 1dari 20

Dasa Niyama Brata Dalam Etika Vaidya

Oleh:
I Made Kresna Aditama Duarba
NPM: 1805010184

Program Studi Kesehatan Ayurweda


Fakultas Kesehatan
Universitas Hindu Indonesia
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas mengenai Penerapan Dasa Yama dalam kehidupan sehari-
hari.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini baik yang berupa material maupun non material, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Denpasar, 12 Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian dari Dasa Yama Brata ................................................................................. 3
2.2 Contoh Ajaran Dasa Yama Brata .................................................................................... 3
2.3 Bagian-Bagian Dasa Yama Brata .................................................................................... 4
2.4 Hakikat Ahimsa dalam Kehidupan ................................................................................. 7
2.5 Contoh Sikap hidup berdasarkan Dasa Yama Brata ....................................................... 7
2.6 Kitab-kitab Suci yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata ........................................ 11
2.8 Manfaat dan Tujuan Penerapan Ajaran Dasa Yama Brata .......................................... 14
2.9 Berbagai Macam Tantangan yang Dihadapi dalam Penerapan Dasa Yama Brata ...... 14
BAB III .................................................................................................................................... 15
PENUTUP................................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam agama Hindu dikenal adanya enam filsafat India yang selalu menjadi bayangan
dalam menjalankan kehidupan ini, keenam filsafat ini sering disebut dengan Sad Darsana yang
meliputi Nyaya, Samkya, Yoga, Waisiseka, Mimamsa, dan Wedanta. Dari keenam filsafat
tersebut filsafat yang lebih menekankan pada pengendalian diri adalah Yoga Darsana. Yoga
diajarkan pertama kali di bumi oleh Maharsi patanjali, melalui ajarannya yang terkenal yakni
astangga Yoga yang tersurat dalam Yoga Sutra patanjali. Disamping lebih menekankan pada
pengendalian diri, ajaran Yoga juga populer di sepanjang zaman yang keberadaannya tidak
hanya diakui oleh umat Hindu tetapi juga oleh pemeluk agama yang lain.
Memang yang lebih populer di era modern ini adalah bagian asana dan pranayama dari
Yoga, akan tetapi apabila dikaji kembali pemahaman tentang astangga yoga yang merupakan
delapan tangga dalam mempelajari Yoga akan ditemukan bagaimana sistematis dan
bermetodenya pembelajaran Yoga tersebut. Astangga Yoga yang terdiri dari Yama, Nyama,
Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, dan Semadi tidak bisa dipisahkan satu sama
lain untuk memproleh hasil yang maksimal, sebagaimana yang tertuang dalam kitab Hatha
Yoga Pratiphika bahwa untuk mencapai tingkatan Semadi tidak bisa langsung dmulai dari
tahap Dharana atau Dhyana tetapi harus dari tingkatan paling awal, yakni Yama.
Yama menjadi tingkatan pertama yang lebih menekankan pada pengendalian diri di aspek
jasmani dan menjadi modal awal untuk tingkatan selanjutnya, Nyama menekankan pada
pengendalian diri pada aspek rohanini, setelah pengendalian diri dilakukan barulah dimulai
dengan tingkatan Asana atau gerakan tubuh sebelum nantinya menuju tingkat Pranayama untuk
latihan pernafasan yang dapat memberikan ketenangan dan kesehatan. Setelah empat aspek
dasar dilalui dan tentunya dikuasai barulah mulai menuju tingkatan pratyahara untuk melatih
pemusatan pikiran, kemudian dharana untuk memusatkan pikiran pada objek yang diinginkan,
kemudian menuju tingkat Dhyana atau Meditasi untuk mengetahui kebenaran sang diri
sebelum mencapai tingkat tertinggi yaitu Semadhi atau sudah bisa mencapai kesadaran dan
bertemu dengan Brahman.

1
Apapun kegiatan dalam kehidupan ini harus dimulai dari hal yang terkecil, tidak terkecuali
dengan Yoga. Oleh karena itu, perlu diperhatikan hal dasar seperti Yama dalam asthangga
Yoga sebelum menuju ke tingkatan yang lebih tinggi. Yama ini sendiri tertuang dalam ajaran
Panca Yama Brata dan Dasa Yama Brata, yang mana masing-masing memiliki bagian yang
berbeda. Terkait Panca Yama Brata sudah terlalu sering dibahas dan seakan-akan ajaran Yama
Brata hanya ada Panca Yama Brata saja, kendati Dasa Yama Brata juga merupakan ajaran
penting yang harus dipahami. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini
penulis akan menguraikan Dasa Yama Brata melalui sebuah makalah.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Dasa Yama Brata ?


1.2.2 Apa saja contoh ajaran Dasa Yama Brata ?
1.2.3 Apa saja bagian-bagian dari Dasa Yama Brata?
1.2.4 Bagaimana hakikat Ahimsa dalam kehidupan?
1.2.5 Apa saja contoh sikap hidup berdasarkan Dasa Yama Brata?
1.2.6 Kitab-kitab Suci apa saja yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata?
1.2.7 Apa saja manfaat dan tujuan dari penerapan Dasa Yama Brata?
1.2.8 Apa saja tantangan yang dihadapi dalam penerapan Dasa Yama Brata?
1.2.9 Bagaimana bentuk sebuah karikatur yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Dasa Yama Brata


1.3.2 Untuk mengetahui contoh ajaran Dasa Yama Brata
1.3.3 Untuk mengetahui bagian-bagian dari Dasa Yama Brata
1.3.4 Untuk mengetahui Hakikat Ahimsa dalam Kehidupan
1.3.5 Untuk mengetahui contoh sikap hidup berdasarkan Dasa Yama Brata
1.3.6 Untuk mengetahui Kitab-kitab Suci yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata
1.3.7 Untuk mengetahui manfaat dan tujuan dari penerapan Dasa Yama Brata
1.3.8 Untuk mengetahui berbagai macam tantangan yang dihadapi dalam penerapan
Dasa Yama Brata
1.3.9 Untuk dapat membuat sebuah karikatur yang berkaitan dengan Dasa Yama
Brata

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dari Dasa Yama Brata

Kata Dasa Yama Brata berasal dari Bahasa Sanskerta yang terdiri dari tiga kata yaitu:
Dasa, Yama dan Brata.

Dasa berarti sepuluh,


Yama berarti Pengendalian,
Brata sama artinya dengan Wrata berarti keinginan atau kemauan.

Jadi arti dari Dasa Yama Brata adalah sepuluh pengendalian keinginan untuk mendapatkan
kesempurnaan hidup.

2.2 Contoh Ajaran Dasa Yama Brata

Ajaran-ajaran mengenai Dasa Yama Brata banyak ditemukan dibeberapakitab suci antara
lain :
Reg veda I.125.6
Daksinavanto amrtain bhajante
Daksinavanta pra tiranta ayuh

Artinya : orang yang bermurah hati mencapai keabadian

Reg Veda X.63.13


Aristaa sa marto viuva edhate
Pra prajabhir jayate dharman pari,
Yam adityaso nayathasunitibhir
Ati viuvani durita svastaye

Artinya :Wahai Dewa Matahari, semua umat manusia yang Engkau alihkan dari jalan kejahatan
, menempuh jalan yang berbudi , diberkahi oleh kemakmuran, dan juga dilimpahi dengan
keturunan (generasi) yang berbudi luhur , berkat sikap keagamaan mereka

Ajaran dasa yama brata merupakan ajaran tata susila yang berfungsi untuk membina
dan menempa watak pribadi maupun budi pekerti yang luhurbagi setiap manusia. Selain itu,

3
ajaran ini merupakan suatu pegangan hidup bagi manusia yang hendak mencapai kesejahteraan
dan kebahagiaan hidup didunia

2.3 Bagian-Bagian Dasa Yama Brata

Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar untuk
mencapai kesempurnaan hidup. Pembagian dari Dasa Yama Brata, diantaranya:

 Anresangsya artinya tidak mementingkan diri sendiri,


Dalam kehidupan beragama hendaknya kita tidak mementingkan diri sendiri atau
memelihara sikap egoisme. Kita harus lebih mengutamakan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi sesuai dengan ajaran Anresangsya

 Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan,


Ksama artinya pemaaf atau sifat yang mudah memaafkan. Umat hindu hendaknya
merupakan sosok yang pemaaf dan tidak bersifat pendendam. Bersedia memaafkan kesalahan
orang lain merupakan sikap yang sangat terpuji. Umat hindu hendaknya sadar bahwa berbuat
kesalahan adalah manusiawi, artinya kesalahan itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Tidak
seorangpun dapat melepaskan diri dari kekeliruan. Oleh karena itu bersifat pemaaf hendaknya
selalu menjadi pola pikir umat hindu.

 Satya berarti setia dengan ucapan sehingga menyenangkan hidup,


Satya artinya jujur, benar atau bersifat baik. Orang yang melaksanakan satya brata berarti
bahwa orang itu tidak pernah menyimpang dari ajaran kebenaran, selalu jujur, dan selalu
berterus terang. Umat hindu hendaknya selalu menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran dan
kesetiaan. Karena itu mereka hendaknya selalu jujur terhadap diri sendiri maupun orang lain,
selalu melaksanakan ajaran kebenaran dan kesetiaan.

Dalam agama hindu dikenal dengan lima macam kejujuran yang disebut panca satya,
diantaranya:
a. Satya wacana yaitu harus setia dan jujur dalam berkata, tidak sombong, selalu menjaga sopan
santun dalam berbicara, tidak boleh berucap yang dapat menyakiti hati atau perasaan orang
lain.

4
b. Satya hrdaya, artinya setia terhadap hati nuraninya, selalu konsisten dan berpendirian yang
teguh dalam melaksanakan ajaran kebenaran.
c. Satya laksana, artinya harus jujur dan bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.
d. Satya mitra, artinya setia kepada teman atau sahabat dan tidak boleh berkhianat.
e. Satya semaya, artinya selalu menepati janji dan tidak boleh ingkar janji.

 Ahimsa berarti tidak membunuh dan tidak menyakiti atau menyiksa,


Ahimsa terdiri dari kata “A” yang berarti tidak, dan “Himsa” yang berarti membunuh atau
menyakiti. Sehingga ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti.
Agama Hindu juga membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma tetapi hendaknya
dilandasi cinta kasih dan dharma, seperti:
1. untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi beserta
manifestasinya
2. Pitra Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada leluhur,
3. Athiti Puja yaitu membunuh untuk dipersembahkan atau dihaturkan kepada tamu.
4. Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam peperangan/pertempuran.
 Dama artinya dapat menasehati diri sendiri,
Dama berarti mengendalikan nafsu atau mengalahkan nafsu. Dama juga berarti
mengendalikan diri atau mengendalikan nafsu. Umat hindu hendaknya dapat mengendalikan
atau menundukkan hawa napsunya. Mereka seharusnya tidak mengumbar hawa napsunya
sekedar hanya karena hendak memenuhi keinginan sesaat. Karena umat hindu harus dapat
memilah yang baik-baik saja agar dapat menimbulkan ketenangan dan ketentraman batiniah.
Hanya dengan ketenangan dan ketentraman pikiran itulah umat hindu akan dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik.

 Arjawa artinya jujur mempertahankan kebenaran,


Arjawa berasal dari kata “Arja” yang berarti teguh pendirian, arjawa juga berarti
mempertahankan kebenaran. Orang yang selalu melaksanakan Arjawa Brata berarti selalu
berusaha untuk berbuat benar. Orang ini adalah orang yang taat, disiplin, jujur dan tidak pernah
berbohong. Ia selalu berpegang pada kepada kebenaran. Umat hindu haruslah teguh dalam
menjunjung tinggi kebenaran sejati. Hanya dengan berpegang teguh pada pendirian, seseorang
akan tidak mudah terombang-ambing oleh pikiran-pikiran yang tidak baik dan tidak suci.

5
 Priti artinya cinta kasih saying terhadap sesama makhluk,
Priti berarti kasih sayang kepada semua mahluk. Sebab semua mahluk adalah ciptaan
Tuhan, oleh karena itu kita wajib saling menyayangi. Umat hindu haruslah juga bersikap welas
asih atau penuh rasa kasih sayang terhadap sesama. Sikap kasih dan sayang terhadap sesama
akan menimbulkan rasa simpati. Sikap welas asih seperti ini akan menjadi sangat bernilai
manakala ditujukan terhadap orang yang sedang kesulitan.

 Prasada berarti berpikir dan berhati suci tanpa pamerih,


Prasada artinya berpikir tenang, bersih dan suci. Tenang artinya tidak mudah berubah
pikiran, tidak goyah, tetapi juga tidak takut, sehingga tidak mudah kena pengaruh yang tidak
baik. Dalam pergaulan hidup sehari-hari umat hindu hendaknya selalu berpikir positif, berpikir
jernih dan suic serta tidak berprasangka buruk terhadap orang lain. Mereka hendaknya tidak
memelihara sikap yang serba curiga terhadap orang lain. Dengan bersikap seperti itu, maka
kesucian pikirannya akan menjadi terganggu dan ini menyebabkan sirnanya ketenangan dan
ketentraman sehingga akan sulit baginya untuk menuju kejalan Tuhan.

 Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut, sopan santun,


Madhurya berasal dari kata “Madhu” yang berarti manis. Manis disini berarti lemah lembut,
tidak berkata keras apalagi kasar. Berbicara dengan siapa saja hendaknya selalu lemah lembut
dan dengan tutur kata yang halus serta tidak sampai menyinggung apalagi menyakiti hati.
Bersikap manis, ramah dan santun adalah sangat baik bagi umat hindu. Mereka hendaknya
dapat mengendalikan diri untuk tidak bersikap kasar terhadap siapapun juga.

 Madarwa artinya rendah hati.


Mardawa berarti rendah hati, tidak suka menonjolkan diri dan tidak suka bersikap sombong.
Rendah hati tidak berarti rendah diri, tetapi selalu bersikap merendah atau tidak mau
menunjukan kemampuannya. Umat hindu memang harus berprilaku rendah hati, dan bersikap
manis terhadap siapapun juga. Mereka yang bersikap kasar apalagi bertindak semaunya sendiri,
tentunya akan dijauhi oleh warganya.

6
2.4 Hakikat Ahimsa dalam Kehidupan
Ahimsa terdiri dari kata “A” yang berarti tidak, dan “Himsa” yang berarti membunuh
atau menyakiti. Sehingga ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti. Umat hindu tidak
dibenarkan untuk menyakiti apalagi membunuh orang atau mahluk lain. Membunuh adalah
perbuatan dosa. Sebaliknya mereka hendaknya selalu menanamkan rasa kasih sayang kepada
semua makluk karena ini dapat menjaga keseimbangan dan kedamaian dalam kehidupan .
dengan menerapkan sikap ahimsa dengan saling menghormati satu sama lain maka akan
tercipta kebahagian setiap makhluk serta rasa aman dan nyaman dalam kehidupan

2.5 Contoh Sikap hidup berdasarkan Dasa Yama Brata

 Anresangsya
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Anresangsya:

1. Membatalkan janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan warga masyarakat,


2. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
3. Memberi kesempatan kepada penyebrang jalan dengan memperlambat kecepatan sepeda
motor/mobil,
4. Memberikan tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada orang tua atau orang hamil,
5. Membiasakan antre atau menunggu giliran di SPBU, Puskesmas, rumah sakit atau kantor.

 Ksama
Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:

1. Memaafkan kesalahan teman,


2. Tidak marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan teman,
3. Tetap melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelas,
4. Tidak merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri ada kekurangan,dll.

7
 Satya
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Satya, seperti:

1. Mengatakan dengan sebenarnya apa yang dilihat, di dengar.


2. Bertanggung jawab terhadap yang telah diperbuat,
3. Menepati janji,
4. Jujur terhadap kata hati,
5. Melaksanakan Panca Satya, yaitu:

 Satya Wacana: setia terhadap ucapan,


 Satya Laksana: setia terhadap perbuatan,
 Satya Mitra setia terhadap teman, berteman dalam keadaan senang maupun susah,
 Satya Semaya: selalu menepati janji yang diucapkan, dan
 Satya Hredaya: jujur terhadap kata hati

 Ahimsa
Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:

1. Tidak membunuh binatang sembarangan,


2. Tidak meracuni hewan,
3. Tidak mengganggu hewan yang sedang tidur,
4. Tidak memfitnah,
5. Tidak menghina teman yang memiliki kekurangan.

 Dama
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:

1. Menyadari perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang keliru,

2. Memikirkan terlebih dahulu akan perkataan yang akan diucapkan,

3. Sebelum tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi harian untuk
meningkatkan kwalitas diri,

8
4. Biasakan tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika rajin
melihat kelemahan diri sendiri,

5. Untuk menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum berkata
dan berbuat pikirkan secara matang akibatnya.

 Arjawa
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:

1. Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benar,


2. Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah,
3. Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaan,
4. Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang.
5. Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa Berani karena benar Takut karena Salah

 Priti
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:

1. Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah, bersama keluarga, begitu juga
dengan tetangga sekitar,

2. Memelihara hewan peliharaan dengan baik,

3. Rajin merawat dan memupuk tanaman, dll

 Prasada
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:
1. Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan menumbuhkan kesucian hati,
2. Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan mengembangkan pikiran buruk atau berburuk
sangka (negatif thinking) kepada orang lain,
3. Rajin sembahyang,
4. Jujur dan setia terhadap setiap tindakan,
5. Berbuat yang iklas tanpa pamerih,
Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor dan
bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia
lebih rendah dari binatang, dll

9
 Madurya

Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Madurya, seperti:

1. Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari sikap judes dan cuek,

2. Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari sikap kasar, emosional
dan mudah tersinggung,

3. Bersikap sopan santun terhadap siapa saja dan di manapun berada,

4. Selalu menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan teman
sejawat, orang yang lebih tua, guru ataupun siapa saja,

5. Selalu berbicara yang sopan kepada lawan bicara,

6. Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai terhadap orang lain,

7. Tidak memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam,

 Mardawa
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa, misalnya:

1. Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan pertolongan,


2. Menghargai orang lain,
3. Menghormati orang lain,
4. Tidak mementingkan diri sendiri,
5. Peduli terhadap orang lain,
6. Bersikap empati terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki keinginan untuk
memberi pertolongan,
7. Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekurangan,
8. Menghindarkan diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang lain,
9. Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam,
10. Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.

10
2.6 Kitab-kitab Suci yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata

Reg Veda X.107.2

Ucca divi daksinavanto asthur


Ye asvadah saha te suryena

Artinya : orang-orang dermawan menghuni tempat yang tinggi di alam sorga, orang-orang
yang tidak picik, yeng mendermakan kuda bertempat tinggal bersama Sang Hyang Surya.
Reg Veda X.63.13
Aristaa sa marto viuva edhate
Pra prajabhir jayate dharman pari,
Yam adityaso nayathasunitibhir
Ati viuvani durita svastaye

Artinya :Wahai Dewa Matahari, semua umat manusia yang Engkau alihkan dari jalan kejahatan
, menempuh jalan yang berbudi , diberkahi oleh kemakmuran, dan juga dilimpahi dengan
keturunan (generasi) yang berbudi luhur , berkat sikap keagamaan mereka

Reg Veda I.125.6

Daksinavanto amrtain bhajante


Daksinavanta pra tiranta ayuh

Artinya : orang yang bermurah hati mencapai keabadian

Yajur Veda XI.2

Kurvan evaha karmani


Jijiviset satam samah
Evam trayi nanyatheto-asti
Na karma lipyate nare

Artinya : orang seharusnya suka hidup didunia ini dengan melakukan kerja keras selama seratus
tahun , tidak ada cara yang lain bagi keselamatan seseorang , suatu tindakan yang tidak
mementingkan diri sendiri dan tidak memihak menjauhkan pelaku dari keterikatan

Sarasamucaya 259. Hal 195

Anrcamsyam ksama satyamahinsa


Dama arjawam
Pritih prasado madhuryam mardawam
Ca yama dasa
Nyang brata ikang inaranam yama, prayate kanya nihan, sapuluh kwehnya anrsangsya, ksma,
satya, ahimsa, dama, arjawa, prtti, prasada, madhurya, mardawa, nahan pratyeka sapuluh
arsangsya; siharimba, tan swartha kewala, ksama; si kelan ring panastis, satya; si tan

11
mrsawadah, ahingsa; manukhe sarwa bhawa, dama; si upacama wruh mituturi manahnya,
arjawa; si dugadugabener, prtti; si gong karuna, prasada; heningning, manah, madhurya;
manisning wulat lawan wuwus, mardawa; posning manah

Artinya : inilah brata yang disebut Yama, perinciannya demikian ; anrsangsya, ksma, satya,
ahimsa, dama, arjawa, prtti, prasada, madhurya, mardawa. Sepuluh banyaknya anrsangsya
yaitu harimbawa, tidak mementingkan diri sendiri saja; ksama artinya tahan akan panas dan
dingin; satya yaitu tidak berkata bohong; ahima, berbuat bahagianya makhluk; dama sabar serta
dapat menasehati diri sendiri ; arjawa yaitu tulus hati, terus terang; prtti , welasasih; prasada,
kejernihan hati; madhurya, manis pandangan (muka manis) dan manis perkataan ; madarwa,
kelembutan hati.

Atharva Veda III.24.5

Sata-hasta sama hara,


Sahashasta sam kira

Artinya: wahai umat manusia perolehlah kekayaan dengan seratus tangan dan dermakanlah itu
dalam kemurahan hati dengan seribu tanganmu

Sarasamucaya 258, hal 194

Na nityam niyaman budhah


Yaman patatyasevam hi niyaman
Kevalam bhayan
Lawan yama ikang prihen nitya gawayakena, kuneng ikang niyama
Wenang ika tan langgengen gawayakena, apan ika sang maneket
Gumayawaken ikang niyama tatan, yatra ri kagawayaning yama, tiba sira ring nirayaloka

Artinya : Dan Yama ( pengekangan diri) haruslah diusahakan , senantiasa dilaksankan adapun
niyama (janji diri) dapat tidak secara tetap dilaksanakan. Sebab orang yang yakin
melaksanakan niyama sedangkan yama diabaikan, orang yang demikian akan jatuh di
nerakaloka

Sarasamucaya 74

Anabhidyam parasvesu
Sarvasatvesu carusam,
Karmanam phalamastiti
Trividham manasa caret.

Prawrttyaning manah rumuhun ajarakena, telu kwehnya, pratyekanya, si tan engine adenghya
ri drbyaning len, si tan krodha ring sarwa sattwa, si mamituhwa ri hana ning karmaphala, nahan
tang tiga ulahaning manah, kahrtaning indriya ika.

Artinya :
Prilaku pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan tiga banyaknya, perinciannya ialah :
- Tidak ingin, tidak iri akan milik orang lain.
- Kasih sayang terhadap semua makhluk .
12
- Percaya akan adanya karmaphala
Itulah tiga prilakunya pikiran yang merupakan pengendalian pikiran.

Sarasamucaya 75

Asatpralapam parusyam
Paisunyamanrtam tahta,
Catvari vaca rajendra,
Na jalpennanucintayet.

Nyang tanpa prawrttyaning wak, pat kwehnya, pratyekanya ujar ahala, ujar apregas ujar pisuna,
ujar mithya, nahan tangpat sinanggahananing wak, tan ujarakena, tan angen-angenan
kojaranya.

Artinya :
Inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata, empat banyaknya yaitu :
- Perkataan jahat
- Perkataan kasar
- Perkataan memfitnah
- Perkataan bohong
Inilah keempatnya harus disingkirkan dari perkataan jangan diucapkan jangan dipikir-pikir
akan diucapkannya.

Sarasamucaya 76

Pranatipatam stainyam ca,


Paradaranathapi va,
Trini papani kayena,
Sarvatah parivarjavet.

Nihan yang tan ulahakena, syamati mati, mangahal ahal, siparadara, nahan tang telu tan
ulahakena ring asing ring parihasa, ring apatkala, ring pangipyan tuwi singgahana juga.

Artinya :
Inilah yang tidak patut dilakukan :
- Membunuh
- Mencuri
- Berbuat zina

Ketiganya janganlah hendaknya dilakukan terhadap siapapun baik secara berolok-olok,


dalam keadaan dirundung malang, dalam hayalan sekalipun, hendaknya dihindari semua itu.

13
2.8 Manfaat dan Tujuan Penerapan Ajaran Dasa Yama Brata

Dapat mewujudkan ketenangan, ketenteraman, kedamaian keabadian dan usia yang


panjang dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta memiliki
sikap welas asih, suka mengampuni, pemaaf, sabar, setia, jujur, menyayangi semua makhluk,
suka menasehati diri sendiri, sikap terbuka, tidak egois, sikap jernih hati,manis pandang dan
kelembutan hati

2.9 Berbagai Macam Tantangan yang Dihadapi dalam Penerapan Dasa


Yama Brata

Tantangan yang dihadapi antara lain keinginan nafsu yang tinggi serta rasa aku yang
berkuasa atas diri orang maka ia dapat menjadi takabur, congkak, lupa akan daratan. Rasa aku
yang tak terkendali membawa orang pada kehinaan, kerendahan budi, karena bentuk
penampilannya adalah bentuk congkak, tidak hormat kepada sesam, mementingkan diri
sendiri, tidak tahu tenggang rasa dan suka menyakiti menjadikan penghambat dalam
pelaksanaan dasa yama brata.
Pengendalian diri sangat dibutuhkan untuk menarik indria dari objek-objek duniawi
sehingga tidak dikuasai oleh nafsu atau kegelapan

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah penulis uraikan dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa
simpulan, antara lain:

 Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar untuk
mencapai kesempurnaan hidup, sedangkan Dasa Nyama Brata merupakan sepuluh cara
pengendalian diri tingkat lanjutan pada aspek rohani.
 Bagian dari Dasa Yama Brata antara lain: Anrsamsa artinya tidak kejam, Ksama artinya
pemaaf, Satya artinya menjaga kebenaran, kesetiaan dan kejujuran, Ahimsa artinya
tidak menyakiti atau membunuh, Dama artinya mengendalikan hawa nafsu, Arjawa
artinya tetap pendirian, Priti artinya welas kasih, Prasada artinya berpikir jernih dan
suci, Madhurya artinya ramah tamah, Mardawa artinya lemah lembut.
 Adapun manfaat yang didapat dalam penerapan Dasa Yama Brata :
Dapat mewujudkan ketenangan, ketenteraman, kedamaian keabadian dan usia yang panjang
dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta memiliki sikap welas
asih, suka mengampuni, pemaaf, sabar, setia, jujur, menyayangi semua makhluk, suka
menasehati diri sendiri, sikap terbuka, tidak egois, sikap jernih hati,manis pandang dan
kelembutan hati

15
DAFTAR PUSTAKA

NN. 2017. Agama Hindu (Dasa Niyama Brata). http://martinisari.blogspot.com/2017/04/dasa-


yama-brata-lengkap.html (diakses pada 12 Juni 2019)

Suhardana, K.M.2007.Yama Niyama Brata. Surabaya: Paramita

16

Anda mungkin juga menyukai