Oleh:
I Made Kresna Aditama Duarba
NPM: 1805010184
Puji dan syukur kami panjatkan ke-Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas mengenai Penerapan Dasa Yama dalam kehidupan sehari-
hari.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini baik yang berupa material maupun non material, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam agama Hindu dikenal adanya enam filsafat India yang selalu menjadi bayangan
dalam menjalankan kehidupan ini, keenam filsafat ini sering disebut dengan Sad Darsana yang
meliputi Nyaya, Samkya, Yoga, Waisiseka, Mimamsa, dan Wedanta. Dari keenam filsafat
tersebut filsafat yang lebih menekankan pada pengendalian diri adalah Yoga Darsana. Yoga
diajarkan pertama kali di bumi oleh Maharsi patanjali, melalui ajarannya yang terkenal yakni
astangga Yoga yang tersurat dalam Yoga Sutra patanjali. Disamping lebih menekankan pada
pengendalian diri, ajaran Yoga juga populer di sepanjang zaman yang keberadaannya tidak
hanya diakui oleh umat Hindu tetapi juga oleh pemeluk agama yang lain.
Memang yang lebih populer di era modern ini adalah bagian asana dan pranayama dari
Yoga, akan tetapi apabila dikaji kembali pemahaman tentang astangga yoga yang merupakan
delapan tangga dalam mempelajari Yoga akan ditemukan bagaimana sistematis dan
bermetodenya pembelajaran Yoga tersebut. Astangga Yoga yang terdiri dari Yama, Nyama,
Asana, Pranayama, Pratyahara, Dharana, Dhyana, dan Semadi tidak bisa dipisahkan satu sama
lain untuk memproleh hasil yang maksimal, sebagaimana yang tertuang dalam kitab Hatha
Yoga Pratiphika bahwa untuk mencapai tingkatan Semadi tidak bisa langsung dmulai dari
tahap Dharana atau Dhyana tetapi harus dari tingkatan paling awal, yakni Yama.
Yama menjadi tingkatan pertama yang lebih menekankan pada pengendalian diri di aspek
jasmani dan menjadi modal awal untuk tingkatan selanjutnya, Nyama menekankan pada
pengendalian diri pada aspek rohanini, setelah pengendalian diri dilakukan barulah dimulai
dengan tingkatan Asana atau gerakan tubuh sebelum nantinya menuju tingkat Pranayama untuk
latihan pernafasan yang dapat memberikan ketenangan dan kesehatan. Setelah empat aspek
dasar dilalui dan tentunya dikuasai barulah mulai menuju tingkatan pratyahara untuk melatih
pemusatan pikiran, kemudian dharana untuk memusatkan pikiran pada objek yang diinginkan,
kemudian menuju tingkat Dhyana atau Meditasi untuk mengetahui kebenaran sang diri
sebelum mencapai tingkat tertinggi yaitu Semadhi atau sudah bisa mencapai kesadaran dan
bertemu dengan Brahman.
1
Apapun kegiatan dalam kehidupan ini harus dimulai dari hal yang terkecil, tidak terkecuali
dengan Yoga. Oleh karena itu, perlu diperhatikan hal dasar seperti Yama dalam asthangga
Yoga sebelum menuju ke tingkatan yang lebih tinggi. Yama ini sendiri tertuang dalam ajaran
Panca Yama Brata dan Dasa Yama Brata, yang mana masing-masing memiliki bagian yang
berbeda. Terkait Panca Yama Brata sudah terlalu sering dibahas dan seakan-akan ajaran Yama
Brata hanya ada Panca Yama Brata saja, kendati Dasa Yama Brata juga merupakan ajaran
penting yang harus dipahami. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada kesempatan ini
penulis akan menguraikan Dasa Yama Brata melalui sebuah makalah.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Dasa Yama Brata berasal dari Bahasa Sanskerta yang terdiri dari tiga kata yaitu:
Dasa, Yama dan Brata.
Jadi arti dari Dasa Yama Brata adalah sepuluh pengendalian keinginan untuk mendapatkan
kesempurnaan hidup.
Ajaran-ajaran mengenai Dasa Yama Brata banyak ditemukan dibeberapakitab suci antara
lain :
Reg veda I.125.6
Daksinavanto amrtain bhajante
Daksinavanta pra tiranta ayuh
Artinya :Wahai Dewa Matahari, semua umat manusia yang Engkau alihkan dari jalan kejahatan
, menempuh jalan yang berbudi , diberkahi oleh kemakmuran, dan juga dilimpahi dengan
keturunan (generasi) yang berbudi luhur , berkat sikap keagamaan mereka
Ajaran dasa yama brata merupakan ajaran tata susila yang berfungsi untuk membina
dan menempa watak pribadi maupun budi pekerti yang luhurbagi setiap manusia. Selain itu,
3
ajaran ini merupakan suatu pegangan hidup bagi manusia yang hendak mencapai kesejahteraan
dan kebahagiaan hidup didunia
Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar untuk
mencapai kesempurnaan hidup. Pembagian dari Dasa Yama Brata, diantaranya:
Dalam agama hindu dikenal dengan lima macam kejujuran yang disebut panca satya,
diantaranya:
a. Satya wacana yaitu harus setia dan jujur dalam berkata, tidak sombong, selalu menjaga sopan
santun dalam berbicara, tidak boleh berucap yang dapat menyakiti hati atau perasaan orang
lain.
4
b. Satya hrdaya, artinya setia terhadap hati nuraninya, selalu konsisten dan berpendirian yang
teguh dalam melaksanakan ajaran kebenaran.
c. Satya laksana, artinya harus jujur dan bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.
d. Satya mitra, artinya setia kepada teman atau sahabat dan tidak boleh berkhianat.
e. Satya semaya, artinya selalu menepati janji dan tidak boleh ingkar janji.
5
Priti artinya cinta kasih saying terhadap sesama makhluk,
Priti berarti kasih sayang kepada semua mahluk. Sebab semua mahluk adalah ciptaan
Tuhan, oleh karena itu kita wajib saling menyayangi. Umat hindu haruslah juga bersikap welas
asih atau penuh rasa kasih sayang terhadap sesama. Sikap kasih dan sayang terhadap sesama
akan menimbulkan rasa simpati. Sikap welas asih seperti ini akan menjadi sangat bernilai
manakala ditujukan terhadap orang yang sedang kesulitan.
6
2.4 Hakikat Ahimsa dalam Kehidupan
Ahimsa terdiri dari kata “A” yang berarti tidak, dan “Himsa” yang berarti membunuh
atau menyakiti. Sehingga ahimsa berarti tidak membunuh atau menyakiti. Umat hindu tidak
dibenarkan untuk menyakiti apalagi membunuh orang atau mahluk lain. Membunuh adalah
perbuatan dosa. Sebaliknya mereka hendaknya selalu menanamkan rasa kasih sayang kepada
semua makluk karena ini dapat menjaga keseimbangan dan kedamaian dalam kehidupan .
dengan menerapkan sikap ahimsa dengan saling menghormati satu sama lain maka akan
tercipta kebahagian setiap makhluk serta rasa aman dan nyaman dalam kehidupan
Anresangsya
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Anresangsya:
Ksama
Contoh-contoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:
7
Satya
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Satya, seperti:
Ahimsa
Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:
Dama
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dama, seperti:
3. Sebelum tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai evaluasi harian untuk
meningkatkan kwalitas diri,
8
4. Biasakan tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih lebih baik jika rajin
melihat kelemahan diri sendiri,
5. Untuk menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di belakang, sebelum berkata
dan berbuat pikirkan secara matang akibatnya.
Arjawa
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:
Priti
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Priti, seperti:
1. Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah, bersama keluarga, begitu juga
dengan tetangga sekitar,
Prasada
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:
1. Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan menumbuhkan kesucian hati,
2. Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan mengembangkan pikiran buruk atau berburuk
sangka (negatif thinking) kepada orang lain,
3. Rajin sembahyang,
4. Jujur dan setia terhadap setiap tindakan,
5. Berbuat yang iklas tanpa pamerih,
Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari hal-kal kotor dan
bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang kotor dan bodoh menyebabkan manusia
lebih rendah dari binatang, dll
9
Madurya
1. Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari sikap judes dan cuek,
2. Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari sikap kasar, emosional
dan mudah tersinggung,
4. Selalu menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik dengan teman
sejawat, orang yang lebih tua, guru ataupun siapa saja,
Mardawa
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Mardawa, misalnya:
10
2.6 Kitab-kitab Suci yang berkaitan dengan Dasa Yama Brata
Artinya : orang-orang dermawan menghuni tempat yang tinggi di alam sorga, orang-orang
yang tidak picik, yeng mendermakan kuda bertempat tinggal bersama Sang Hyang Surya.
Reg Veda X.63.13
Aristaa sa marto viuva edhate
Pra prajabhir jayate dharman pari,
Yam adityaso nayathasunitibhir
Ati viuvani durita svastaye
Artinya :Wahai Dewa Matahari, semua umat manusia yang Engkau alihkan dari jalan kejahatan
, menempuh jalan yang berbudi , diberkahi oleh kemakmuran, dan juga dilimpahi dengan
keturunan (generasi) yang berbudi luhur , berkat sikap keagamaan mereka
Artinya : orang seharusnya suka hidup didunia ini dengan melakukan kerja keras selama seratus
tahun , tidak ada cara yang lain bagi keselamatan seseorang , suatu tindakan yang tidak
mementingkan diri sendiri dan tidak memihak menjauhkan pelaku dari keterikatan
11
mrsawadah, ahingsa; manukhe sarwa bhawa, dama; si upacama wruh mituturi manahnya,
arjawa; si dugadugabener, prtti; si gong karuna, prasada; heningning, manah, madhurya;
manisning wulat lawan wuwus, mardawa; posning manah
Artinya : inilah brata yang disebut Yama, perinciannya demikian ; anrsangsya, ksma, satya,
ahimsa, dama, arjawa, prtti, prasada, madhurya, mardawa. Sepuluh banyaknya anrsangsya
yaitu harimbawa, tidak mementingkan diri sendiri saja; ksama artinya tahan akan panas dan
dingin; satya yaitu tidak berkata bohong; ahima, berbuat bahagianya makhluk; dama sabar serta
dapat menasehati diri sendiri ; arjawa yaitu tulus hati, terus terang; prtti , welasasih; prasada,
kejernihan hati; madhurya, manis pandangan (muka manis) dan manis perkataan ; madarwa,
kelembutan hati.
Artinya: wahai umat manusia perolehlah kekayaan dengan seratus tangan dan dermakanlah itu
dalam kemurahan hati dengan seribu tanganmu
Artinya : Dan Yama ( pengekangan diri) haruslah diusahakan , senantiasa dilaksankan adapun
niyama (janji diri) dapat tidak secara tetap dilaksanakan. Sebab orang yang yakin
melaksanakan niyama sedangkan yama diabaikan, orang yang demikian akan jatuh di
nerakaloka
Sarasamucaya 74
Anabhidyam parasvesu
Sarvasatvesu carusam,
Karmanam phalamastiti
Trividham manasa caret.
Prawrttyaning manah rumuhun ajarakena, telu kwehnya, pratyekanya, si tan engine adenghya
ri drbyaning len, si tan krodha ring sarwa sattwa, si mamituhwa ri hana ning karmaphala, nahan
tang tiga ulahaning manah, kahrtaning indriya ika.
Artinya :
Prilaku pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan tiga banyaknya, perinciannya ialah :
- Tidak ingin, tidak iri akan milik orang lain.
- Kasih sayang terhadap semua makhluk .
12
- Percaya akan adanya karmaphala
Itulah tiga prilakunya pikiran yang merupakan pengendalian pikiran.
Sarasamucaya 75
Asatpralapam parusyam
Paisunyamanrtam tahta,
Catvari vaca rajendra,
Na jalpennanucintayet.
Nyang tanpa prawrttyaning wak, pat kwehnya, pratyekanya ujar ahala, ujar apregas ujar pisuna,
ujar mithya, nahan tangpat sinanggahananing wak, tan ujarakena, tan angen-angenan
kojaranya.
Artinya :
Inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata, empat banyaknya yaitu :
- Perkataan jahat
- Perkataan kasar
- Perkataan memfitnah
- Perkataan bohong
Inilah keempatnya harus disingkirkan dari perkataan jangan diucapkan jangan dipikir-pikir
akan diucapkannya.
Sarasamucaya 76
Nihan yang tan ulahakena, syamati mati, mangahal ahal, siparadara, nahan tang telu tan
ulahakena ring asing ring parihasa, ring apatkala, ring pangipyan tuwi singgahana juga.
Artinya :
Inilah yang tidak patut dilakukan :
- Membunuh
- Mencuri
- Berbuat zina
13
2.8 Manfaat dan Tujuan Penerapan Ajaran Dasa Yama Brata
Tantangan yang dihadapi antara lain keinginan nafsu yang tinggi serta rasa aku yang
berkuasa atas diri orang maka ia dapat menjadi takabur, congkak, lupa akan daratan. Rasa aku
yang tak terkendali membawa orang pada kehinaan, kerendahan budi, karena bentuk
penampilannya adalah bentuk congkak, tidak hormat kepada sesam, mementingkan diri
sendiri, tidak tahu tenggang rasa dan suka menyakiti menjadikan penghambat dalam
pelaksanaan dasa yama brata.
Pengendalian diri sangat dibutuhkan untuk menarik indria dari objek-objek duniawi
sehingga tidak dikuasai oleh nafsu atau kegelapan
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah penulis uraikan dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa
simpulan, antara lain:
Dasa Yama Brata merupakan sepuluh macam pengendalian diri tingkat dasar untuk
mencapai kesempurnaan hidup, sedangkan Dasa Nyama Brata merupakan sepuluh cara
pengendalian diri tingkat lanjutan pada aspek rohani.
Bagian dari Dasa Yama Brata antara lain: Anrsamsa artinya tidak kejam, Ksama artinya
pemaaf, Satya artinya menjaga kebenaran, kesetiaan dan kejujuran, Ahimsa artinya
tidak menyakiti atau membunuh, Dama artinya mengendalikan hawa nafsu, Arjawa
artinya tetap pendirian, Priti artinya welas kasih, Prasada artinya berpikir jernih dan
suci, Madhurya artinya ramah tamah, Mardawa artinya lemah lembut.
Adapun manfaat yang didapat dalam penerapan Dasa Yama Brata :
Dapat mewujudkan ketenangan, ketenteraman, kedamaian keabadian dan usia yang panjang
dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta memiliki sikap welas
asih, suka mengampuni, pemaaf, sabar, setia, jujur, menyayangi semua makhluk, suka
menasehati diri sendiri, sikap terbuka, tidak egois, sikap jernih hati,manis pandang dan
kelembutan hati
15
DAFTAR PUSTAKA
16