Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Nilai - nilai Yadnya
Dalam Cerita Ramayana ini dengan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah
ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Ketut Suyastra, M.pd, selaku Kepala SMA Negeri 8 Denpasar.
2. Bapak I Made Suniantara, S.Ag, M.si, selaku Guru Mata Pelajaran Agama
Hindu.
Penulis berharap agar makalah yang telah penulis susun ini dapat memberikan
inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain. Penulis juga berharap agar Makalah ini
menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

Denpasar,Juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

1.3 Tujuan Manfaat .............................................................................................. 2

1.3.1 Tujuan Penulisan .................................................................................... 2

1.3.2 Manfaat Penulisan .................................................................................. 2

1.4 Batasan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Pengertian Yajńa ........................................................................................... 3

2.2 Pembagian Yajńa ........................................................................................... 3

2.2.1 Kitab Manawa Dharma Sastra ................................................................ 3

2.2.2 Kitab Bhagavadgita ................................................................................ 4

2.2.3 Kitab Gautama Dharma Sastra ............................................................... 4

2.2.4 Kitab Sataphata Brahmana ..................................................................... 4

2.2.4 Lontar Korawasrama .............................................................................. 5

2.2.5 Lontar Singhalanghlaya .......................................................................... 5

2.2.6 Lontar Agastya Parwa ............................................................................ 5

2.3 Bentuk-bentuk Pelaksanaan Yajńa dalam Kehidupan Sehari-hari ................ 6

2.3.1 Nitya yajna (dilaksanakan setiap hari )................................................... 6

2.3.2 Naimittika yajna (dilaksanakan dalam waktu tertentu yang sudah di


jadwal ) ............................................................................................................ 6

2.4 Ringkasan Cerita Ramayana ......................................................................... 8

iii
2.5 Nilai-nilai Yajńa dalam Cerita Ramayana ................................................... 11

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15

3.2 Saran ............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Yadnya dalam ajaran agama Hindu merupakan suatu bentuk kewajiban yang harus
dilakukan oleh umat Hindu dalam kehidupanya sehari-hari.Sebab Tuhan menciptakan
alam semesta beserta isinya melalui yadnya. Tanpa Yadnya oleh Sang Hyang Widhi
maka alam semesta beserta segala isinya tidak akan pernah ada. Oleh karena itu,
hendaknya kita sebagai manusia wajib memelihara dan mengembangkan alam semesta
ini.Kita dapat melaksanakan yadnya kepada Sang Hyang Widhi secara tulus ikhlas
agar selalu diberikan waranugraha agar alam semesta ini tetap terjaga.
Yadnya dalam agama Hindu merupakan bagian yang utuh dari seluruh ajaran dan
aktivitas agama.Bahkan yadnya merupakan unsur yang sangat penting, bagaikan kulit
telor yang membungkus bagian dalamnya yang merupan inti dari telor itu sendiri,
seperti itulah yadnya dengan upacara dan upakarnya merupan kulit luar yang tampak
dan dilaksanakan dalam kehidupan keagamaan sehari-hari. Yadnya tidak hanya
menandakan identitas keagamaan, tetapi lebih dari pada itu yadnya merupakan
penjewantahan ajaran Agama Hindu itu sendiri.
Demikianlah yadnya merupakan salah satu penyangga tegaknya kehidupan di dunia
ini.Tuhan telah menciptakan manusia dengan yadnya.Dengan yadnyalah menusia
mengembang dan memelihara kehidupanya, seperti yang dikutip dari Bhagawad Gita
III.10.keiklasan dan ketulusan diri adalah dasar yang utama dalam pelaksanaan suatu
yadnya. Kesucian diri dicerminkan dalam hidup yang benar memiliki kesiapan rohani
dan jasmani seperti mantapnya sradha, rasa bhakti, keimanan dan kesucian hati, yaitu
kehidupan yang sesuai ketentuan dengan moral dan spiritual.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


Berikut ini merupakan rumusan masalah yang dapat penulis rangkum sebagai
persoalan dasar yang kemudian akan dianalisis sehingga dapat menjadi suatu
makalah dalam satu kesatuan yang utuh.

1. Bagaimana pengertian, bagian bagian serta bentuk pelaksanaan dari yadnya


dalam kehidupan?
2. Bagaimna nilai - nilai yajnya yang terdapat dalam cerita Ramayana?

1.3 Tujuan Manfaat


1.3.1 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana arti serta bagian bagian dari yadnya itu
sendiri
2. Untuk mengetahui apa saja nilai nilai yadnya yang terkandung didalam
cerita Ramayana
1.3.2 Manfaat Penulisan
1. Dapat memberikan pemahaman terhadap penulis maupun pembaca
mengenai arti serta bagian bagian dari yadnya
2. Dapat memberikan wawasan penulis dan pembaca menganai nilai nilai
luhur yadnya yang terkandung dalam cerita Ramayana

1.4 Batasan Masalah


Agar didalam perumusan masalah tidak melebar, maka penulisan makalah ini telah
dibatasi yaitu Makalah ini hanya berfokus pada analisis nilai – nilai yang
terkandung didalam cerita Ramayana. Sehingga penulis hanya mencatumkan hal
hal yang berkaitan dengan cerita Ramaya.
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Yajńa


Pemeliharaan kehidupan di dunia ini dapat berlangsung erus menerus sepanjang
Yajńa terus menerus dapat dilakukan oleh manusia. Dengan Yajńa pulalah manusia
mengembang dan memelihara kehidupannya. Menurut etimologi kata Yajńa berasal
dari kata Yaj berarti memuja dan memberi pengorbanan atau menjadikan suci.
Dalam Ŗgveda VII, 40.4. artinya pengorbanan atau persembahan.
Latar belakang manusia unutk melakukan Yajńa adalah Ŗņa (hutang). Dari Tri
Ŗņa kemudian menimbulkan Pańca Yajńa yaitu dari Dewa Ŗņa menimbulkan Dewa
Yajńa dan Rsi Yajńa, dari Rsi Rna menimbulkan Rsi Yajńa, dan dari Pitra Ŗņa
menimbulkan Pitra Yajńa dan Manusa Yajńa.

2.2 Pembagian Yajńa


Pelaksanaan yajna ada tiga kewajiban utama yang harus dilunasi manusia atas
keberdaannya di dunia ini yang disebut Tri Ŗņa ( tiga hutang hidup). Tri Ŗņa ini
dibayar dengan pelaksanaan Panca Yajna. Rumusan-rumusan yang benar tentang
pedoman dalam pelaksanaan Panca Yajna yang benar menurut kitab suci Veda dan
sastra-sastra agama yang ada. Diantaranya :

2.2.1 Kitab Manawa Dharma Sastra


a. Brahma yajna : persembahan yang dilaksanakan dengan belajar dan
mengajar dengan penuh keiklasan.
b. Pitra yajna : persembahan yang dilakukan dengan menghaturkan
tarpana dan air pada leluhur.
c. Dewa yajna : persembahan yang dilakukan dengan menghaturkan
minyak dan susu kehadapan para dewa.
d. Bhuta yajna : persembahan yang dilaksanakan dengan upacara bali
kepada para bhuta.
4

e. Nara yajna : penerimaan tamu dengan Ramah Tamah.

2.2.2 Kitab Bhagavadgita


“Setelah bersumpah dengan tegas, beberapa diantaranya
Mereka dibebaskan dari kebodohan dengan cara
mengorbankan harta bendanya, sedangkan orang lain
dengan melalukan pertapaannya yang keras, dengan
berlatih yoga kebathinan terdiri dari 8 bagian, atau
dengan mempelajari Veda untuk maju dakam pengetahuan rohani”
Dalam sloka ini rumusan Panca Yajna, yaitu :
a. Dravya yajna : persembahan yang dilakuan dengan berdana punia
harta benda.
b. Tapa yajna : persembahan berupa pantangan untuk
mengendalikan Indriya.
c. Yoga yajna : persembahan dengan melakukan Astanga Yoga
untuk mencapai hubungan dengan tuhan.
d. Swadhyaya yajna : persembahan berupa pengendalian diri dengan
belajar langsung kepada tuhan.
e. Jnana yajna : melaksanakan persembahan berupa ilmu
pengetahuan.

2.2.3 Kitab Gautama Dharma Sastra


Ada 3 pembagian yajna, yaitu :
a. Dewa yajna : persembahan kepada Hyang Agni dan Dewa Amodaya.
b. Bhuta yajna : persembahan kepada Lokapala ( dewa pelindung ) dan
kepada dewa penjaga pekarangan, pintu rumah sampai pintu tengan rumah.
c. Brahma yajna : persembahan dengan cara pembacaan ayat suci veda.

2.2.4 Kitab Sataphata Brahmana


Ada 5 pembagian yajna, yaitu :
a. Bhuta yajna : dipersembahkan sehari-hari yang ditunjukkan pada para
bhuta.
5

b. Manusa yajna : persembahan berupa makanan yang ditunjukan kepada


sesama manusia atau orang lain.
c. Pitra yajna : persembahan yang diberikan kepada leluhur yang disebut
Swada.
d. Dewa yajna : persembahan kepada para dewa yang disebut Swaha.
e. Brahma yajna : persembahan yang dilaksanakan dengan mempelajari
pengucapan ayat suci veda.

2.2.4 Lontar Korawasrama


Dalam Lontar Korawas Rama ada 5 pembagian yajna, yaitu :
a. Dewa yajna : persembahan dengan sesajen dan mengucapkan Sruti dan
Stawa pada saat bulan purnama.
b. Rsi yajna : persembahan punia, buah-buahan, makanan, dan barang-
barang yang tidak mudah rusak kepada para Maha Rsi.
c. Manusia yajna : memberikan makanan pada masyarakat.
d. Pitra yajna : mempersembahkan puja bali atau banten kepada paa
leluhur.
e. Bhuta yajna : mempersembahkan puja dan caru kepada para bhuta.

2.2.5 Lontar Singhalanghlaya


Adapun 5 rumusan panca yajna, yaitu :
a. Bojana Patra Yajna : persembahan dengan menghidangkan makanan.
b. Kanaka Ratna Yajn : persembahan berupa mas atau permata.
c. Kanya Yajna : mempersembahkan seorang gadis suci.
d. Brata Tanpa Samadhi : dengan melaksanakan tapa, brata, yoga, dan
Samadhi.
e. Samya Jnana : persembahan dengan keseimbangan dan
keserasian.

2.2.6 Lontar Agastya Parwa


Adapun 5 rumusan pembagian yajna, yaitu :
6

a. Dewa yajna : persembahan dengan minyak, biji-bijian, kepada dewa


Siwa dan dewa Agni di tempat pemujaan dewa.
b. Rsi yajna : persembahan dengan menghormati pendeta dan dengan
membaca kitab suci.
c. Pitra yajna : upacara kematian agar roh yang meninggal mencapai alam
siwa.
d. Bhuta yajna : pesembahan dengan mensejahterakan tumbuh-tumbuhan
dan menyelenggarakan upacara tawur serta Pancawali Krama.
e. Manusia yajna : persembahan dengan memberi makanan kepada
masyarakat.

2.3 Bentuk-bentuk Pelaksanaan Yajńa dalam Kehidupan Sehari-hari


2.3.1 Nitya yajna (dilaksanakan setiap hari )
1. Tri sandhya
Tri sandhya adalah bentuk yajna yang dilaksanakan setiap hari. Dalam
waktu ( pagi hari, siang hari, sore hari ).
2. Yajna sesa/masaiban/ngejot
Mesaiban atau ngejot adalah yajna yang dilakuna kehadapan tuhan setelah
memasak atau sebeleum menikamati makanan.
3. Jnana yajna
Jnana yajna adalah yajna dalam bentuk pengetahuan. Dengan melalui proses
belajar dan mengajar.

2.3.2 Naimittika yajna (dilaksanakan dalam waktu tertentu yang sudah di


jadwal )
Menurut dasar perhitungan, yaitu :
1. Berdasarkan perhitungan wara
Perpaduan Tri Wara dengan Panca Wara
Contoh : Kajeng kliwon
Perpaduan Panca Wara dengan Sapta Wara
Contoh : Budha kliwon, Anggara kasih, Budha wage, dan lain
sebagainya.
7

2. Berdasarkan Wuku
Contoh: Galungan, Pagerwesi, Saraswati, Kuningan.
3. Berdasarkan Sasih
Contoh: Purnama, Tilem, Nyepi, Siwa ratri.
4. Insidental
Melaksanakan yajna dihapkan menyesuaikan dengan keadaan,
kemampuan, dan situasi ( Desa, Kala, Awastha ). Secara kwantitas yajna di
bagi menjadi :
a. Kanista (kecil)
 Kanistaning nista : terkecil diantara yang kecil
 Madhyaning nista : sedang diantara yang kecil
 Utamaning nista : terbesar diantara yang kecil
b. Madhya (sedang)
 Kanistaning madhya : terkecil diantara yang sedang
 Madhyaning madhya : sedang diantara yang menengah
 Utamaning madhya : terbesar diantara yang sedang
c. Utama (besar)
 Kanistaning utama : terkecil diantara yang besar
 Madhyaning utama : sedang diantara yang besar
 Utamaning utama : yang paling besar
Keberhasilan suatu yajna sangat di tentukan oleh kesucian dan ketulusan
hati, serta kwalitas dari yajna tersebut. Berkaitan dengan kwalitas yajna ada
tiga pembagian yajna, yaitu :
1. Tamasika yajna : dilaksanakan tanpa mengindahkan petunjuk-
petunjuk sastra, mantra, kidung suci, daksina, dan sraddha
2. Rajasika yajna : dilaksanakan dengan penuh harapan akan hasilnya
dan bersifat pamer
3. Sattwika yajna : dilaksanakan berdasarkan sraddha, lascarya, sastra
agama, daksina, anasewa, nasmit

Untuk mewujudkan pelaksanaan yajna yang sattwika, ada 7 syarat yang


wajib untuk dilaksanakan sebagai berikut :
8

a. Sraddha : melaksanakan dengan penuh keyakinan


b. Lascarya : melaksanakan denganpenuh keyakinan
c. Sastra : melaksanakan berdasarkan sumber sastra. Yaitu sruti,
smerti,sila, acara, atmanastusti
d. Daksina : melaksanakan dengan sarana upacara ( benda atau uang
)
e. Mantra dan Gita : melaksanakan dengan mantra dan melantungkan
lagu suci atau kidung untuk pemujaan
f. Annasewa : melaksanakan dengan persembahan makanan pada para
tamu yang menghadiri uapacara ( Atihi Yajna )
g. Nasmita : melaksanakan dengan tujuan bukan untuk memamerkan
kemewahan dan kekayaan

2.4 Ringkasan Cerita Ramayana


Kitab Ramayana adalah hasil karya besar dari Maharsi Valmiki. Menurut hasil
penelitian yang telah di lakukan menyatakan bahwa Ramayana tersusun atas
24.000 stansa yang di bagi atas 7 bagian, yang setiap bagiannya di sebut kanda.
CeritaRamayana dalam sari patinya mengandung nilai-nilai pendidikan tentang
moral dan etika atau tentang nilai-nilai kebenaran yang bersifat kekal dan abadi.
Sumber asli dalam kekawin Ramayana itu adalah kitab Ravana vadha karangan
Bhatti, 9 kitab ini sering disebutBhattikavya. Adapun isi singkat dari tiap-tiap kanda
dari kitab Ramayana dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bala Kanda
Di negeri Kosala dengan ibukotanya Ayodhya yang diperintah oleh
raja Dasaratha.Ia memiliki tiga orang istri. Kausalya berputra Rama sebagai anak
tertua, Kaikeyi berputra Bharata, dan Sumitra berputra Laksamana dan Satrughna
. Dalam sayembara di Wideha, Rama berhasil memperoleh Sita putri
raja Janaka sebagai istrinya

2. Ayodhya Kanda
9

Dasaratha merasa sudah tua, maka ia hendak menyerahkan mahkotanya kepada


Rama. Datanglah Kaikeyi yang memperingatkan bahwa ia masih berhak atas 2
permintaan yang mesti dikabulkan oleh raja Dasaratha. Maka permintaan Kaikeyi
yang pertama ialah supaya bukan Rama melainkan Bharata yang menjadi raja
menggantikan Dasaratha. Permintaan kedua ialah supaya Rama dibuang ke hutan
selama 14 tahun.
Demikianlah Rama, Laksamana, dan Sita istrinya meninggalkan Ayodhya. Tak
lama kemudian Dasaratha meninggal dan Bharata menolak untuk dinobatkan
menjadi raja. Ia pergi kehutan mencari Rama. Bagaimanapun ia membujuk
kkakaknya. Rama tetap pendiriannya untuk mengembara terus sampai 14 tahun.
Pulanglah Bharata ke Ayodhya dengan membawa terompah Rama. Terompah
inilah yang ia letakkan diatas singgasana, sebagai lambang bagi Rama yang
seharusnya menjadi raja yang sah. Ia sendiri memerintah atas nama Rama.

3. Aranyaka Kanda
Di dalam hutan Rama berkali-kali membantu para petapa yang tidak habis-
habisnya diganggu oleh raksasa. Suatu ketika ia berjumpa dengan raksasa
perempuan. Suapanaka namanya, ia jatuh cinta padanya. Oleh Laksamana raksasa
ini dipotong telingadan hidungnya. Kemudian ia melaporkan peristiwa ini kepada
kakaknya Ravana, seorang raja raksasa berkepala sepuluh dan memerintah di
Alengka. Diceritakan pula kecantikan istri rama.

4. Kiskindha Kanda
Rama berjumpa dengan Surgiva, seorang raja kera yang kerajaan serta istrinya
direbut oleh saudaranya sendiri yang bernama Walin. Rama bersekutu dengan
Surgiva untuk memperoleh kerajaan dan istrinya dan sebaliknya Surgiva akan
membantu Rama untuk mendapatkan Sita dari negeri Alengka.Khiskinda di
gempur. Walin terbunuh oleh panah Rama. Surgiva kembali menjadi raja Khiskinda
dan Anggada, anak Walin dijadikan putra mahkota. Tentara kera berangkat ke
Alengka. Ditepi pantai selat yang memisahkan Alengka dari daratan India, tentara
itu berhenti. Dicarilah akal untuk menyebrangi lautan.

5. Sundara Kanda
10

Hanuman, kera kepercayaan Surgiva, mendaki gunung Mahendra untuk


melompat ke negeri Alengka. Akhinya ia dapat pula menemukan Sita. Kepada Sita
dijelaskan bahwa tak lama lagi Rama akan datang menjemput. Hanuman ditahan
oleh tentara Alengka. Ia diikat erat-erat dan kemudian dibakar. Ia meloncat ke atas
rumah dengan ekornya yang menyala menimbulkan kebakaran di kota Lengka.
Kemudian Hanuman melompat kembali menghadap Rama untuk laporan.

6. Yudha Kanda
Dengan bantuan Dewa Laut tentara kera berhasil membuat jembatan ke Lengka.
Ravana yang mengetahui bahwa negaranya terancam musuh menyusun
pertahanannya. Adiknya, Wibisana menasehatkan untuk mengembalikan Sita
kepada Rama dan tidak usah berperang. Rawana bukan main marahnya. Adiknya
itu diusir dari Alengka dan menggabungkan diri dengan Rama.
Setelah itu terjadilah pertempuran yang sangat sengit, setelah Indrajit dan
Kumbakarna gugur, Ravana terjun ke dalam kancah peperangan. Setelah
peperangan selesai Wibhisana adik Ravana yang memihak Rama diangkat menjdi
raja di negeri Lengka serta Sita kembali pada Rama.
Rama tidak mau menerima kembali istrinya, karena sudah sekian lama tinggal
di Alengka dan tidak mungkin masih suci. Kemudian Sita menyuruh para abdinya
membuat api unggun. Kemudian ia terjun ke api. Nampaknya Dewa Agni didalam
api menyerahkan Sita pada Rama. Rama menjelaskan, bahwa ia sama sekali tidak
sanksi dengan kesucian Sita, akan tetapi sebagai permaisuri kesuciannya harus
terbukti didepan raknyatnya. Diiringi oleh tentara kera Rama beserta istri dan
adiknya kembali ke Ayodhya. Mereka disambut oleh Bharata yang segera
mengembalikan tahtanya kepada Rama.

7. Uttara Kanda
Dalam bagian ini diceritakan bahwa kepada Rama terdengar desas desus bahwa
rakyat menyangsingkan kesucian Sita. Maka untuk memberi contoh yang sempurna
kepada rakyat diusirlah Sita dari istana. Tibalah Sita dipertapaan Valmiki, yang
kemudian merubah riwayat Sita itu wiracerita Ramayana. Dipertapaan itu Sita
melahirkan dua anak laki-laki kembar, Kusa dan Lava. Kedua anak ini dibesarkan
11

oleh Valmiki. Waktu Rama mengadakan Aswamedha, Kusa dan Lava hadir di
istana. Segeralah Rama mengetahui, bahwa laki-laki itu adalah anaknya sendiri.
Maka dipanggilah Valmiki untuk mengantarkan kembali Sita ke Istana.Setiba di
istana, Sita bersumpah, janganlah hendaknya raganya diterima di bumi seandainya
ia memang tidak suci. Seketika itu belahlah dan muncul Dewi Pertiwi diatas
singgasana emas yang didukung oleh ular-ular naga. Sita dipeluknya dan
dibawanya lenyap ke dalam bumi. Rama sangat sedih dan menyesal, tetapi tidak
dapat memperoleh istrinya kembali. Ia menyerahkan mahkotanya kepada kedua
anaknya, dan kembali ia ke khayangan sebagai Visnu.

2.5 Nilai-nilai Yajńa dalam Cerita Ramayana


Dewa yadnya
Dewa yadnya adalah yadnya yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh manifestasinya. Dalam
cerita Ramayana banyak terurai hakikat dewa yadnya dalam perjalanan kisahnya.
Seperti pelaksanaan Homa Yadnya (agnihotra) yang dilaksanakan oleh prabu
Dasaratha. Upacara ini dimaknai sebagai upaya penyucian melalui perantara dewa
agni. Jika istadewatanya bukan dewa agni, sesuai dengan tujuan yajamana, maka
upacara ini dinamai homa yadnya. Istilah lainnya Hawana dan Huta mengingat
para dewa diyakini sebagai penghuni svahloka, maka sudah selayaknya yadnya
yang dilakukan umat manusia melibatkan sirkulasi langit dan bumi.

Pitra yadnya
Upacara ini bertujuan untuk menghormati dan memuja leluhur. Kata pitra
bersinonim dengan Pita yang artinya ayah atau dalam pengertian yang lebih luas
yaitu orang tua. Sebagai umat manusia yang beradab, hendaknya selalu berbakti
kepada orang tua, karena menurut agama hindu hal ini adalah salah satu bentuk
yadnya yang utama. Betapa durhakanya seseorang apabila berani dan tidak bisa
menunjukkan rasa baktinya kepada orang tua sebagai pitra. Seperti dalam
Ramayana, dimana sri rama sebagai tokoh utama dengan segenap kebijaksanaan,
12

kepintaran dan kegagahan tetap menunjukkan rasa bakti yang tinggi terhadap orang
tuanya.
Dari kutipan lontar tersebut tampak jelas nilai pitra yadnya yang termuat dalam
epos Ramayana demi memenuhi janji orang tuanya (Raja Dasaratha), sri rama
Laksmana dan dewi Sita mau menerima perintah dari sang Raja Dsaratha untuk
pergi hidup di hutan meninggalkan kekuasaannya sebagai raja di Ayodhya.
Walaupun itu bukan merupakan keinginan Raja Dasaratha dan hanya sebagai
bentuk janji seorang raja terhadap istrinya Dewi Kaikeyi, Sri Rama secara tulus dan
ikhlas menjalankan perintah orang tuanya tersebut. Bersana istri dan adiknya
Laksmana hidup mengembara di hutan selama bertahun-tahun.V
Betapa kuat , pintar dan gagahnya sorang anak hendaknya selalu mampu
menunjukkan sujud baktinya kepada orang tua atas jasnya telah memelihara dan
menghidupi anak tersebut

Manusa Yadnya
Dalam rumusan kitab suci veda dan sastra Hindu lainnya, Manusa Yadnya atau
Nara Yadnya itu adalah memberi makan pada masyarakat (maweh apangan ring
Kraman) dan melayani tamu dalam upacara (athiti puja). Namun dalam
penerapannya di Bali, upacara Manusa yadnya tergolong sarira samskara. Inti sarira
samskara adalah peningkatan kualitas manusia. Manusa yadnya di Bali dilakukan
sejak bayi masih berada dalam kandungan upacara pawiwahan atau upacara
perkawinan. Pada cerita Ramayana juga tampak jelas bagaimana nilai Manusa
Yadnya yang termuat di dalam uraian kisahnya. Hal ini dapat dilihat pada kisah
yang menceritakan Sri Rama mempersunting Dewi Sita.

Rsi Yadnya
Rsi Yadnya adalah menghormati dan memuja Rsi atau pendeta. Dalam lontar
Agastya Parwa disebutkan, Rsi Yadnya ngaranya kapujan ring pandeta sang wruh
ring kalingganing dadi wang, artinya Rsi yadnya adalah berbakti pada pendeta dan
pada orang yang tahu hakikat diri menjadi manusia. Dengan demikian melayani
pendeta sehari-hari maupun saat-saat beliau memimpin upacara tergolong Rsi
Yadnya.
13

Pada kisah Ramayana, nilai-nilai Rsi Yadnya dapat dijumpai pada beberapa
bagian dimana para tokoh dalam alur ceritanya sangat menghormati para Rsi
sebagai pemimpin keagamaan, penasehat kerajaan, dan guru kerohanian.

Bhuta Yadnya
Upacara ini lebih diarahkan pada tujuan untuk nyomia butha kala atau berbagai
kekuatan negative yang dipandang dapat mengganggu kehidupan manusia. Bhuta
yadnya pada hakikatnya bertujuan untuk mewujudkan butha kala menjadi butha
hita. Butha hita artinya menyejahterakan dan melestarikan alam lingkungan
(sarwaprani) upacara butha yadnya yang lebih cenderung untuk nyomia atau
mendamaikan atau menetralisir kekuatan-kekuatan negative agar tidak
mengganggu kehidupan umat manusia dan bahkan diharapkan membantu umat
manusia. Nilai-nilai bhuta yadnya juga Nampak jelas pada uraian kisah epos
Ramayana, hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan Homa Yadnya sebagai yadnya
yang utama juga diiringi dengan ritual Bhuta Yadnya untuk menetralisir kekuatan
negative sehingga alam lingkungan menjadi sejahtera.
14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Menurut etimologi kata Yajńa berasal dari kata Yaj berarti memuja dan memberi
pengorbanan atau menjadikan suci. Dalam Ŗgveda VII, 40.4. artinya
pengorbanan atau persembahan.
2. Pelaksanaan yajna ada tiga kewajiban utama yang harus dilunasi manusia atas
keberdaannya di dunia ini yang disebut Tri Ŗņa (tiga hutang hidup). Tri Ŗņa ini
dibayar dengan pelaksanaan Panca Yajna. Rumusan-rumusan yang benar
tentang pedoman dalam pelaksanaan Panca Yajna yang benar menurut kitab suci
Veda :
a. Dewa yadnya
Dewa yadnya adalah yadnya yang dipersembahkan kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa beserta seluruh
manifestasinya. Dalam cerita Ramayana banyak terurai hakikat dewa
yadnya dalam perjalanan kisahnya. Seperti pelaksanaan Homa Yadnya
(agnihotra) yang dilaksanakan oleh prabu Dasaratha. Upacara ini
dimaknai sebagai upaya penyucian melalui perantara dewa agni. Jika
istadewatanya bukan dewa agni, sesuai dengan tujuan yajamana, maka
upacara ini dinamai homa yadnya. Istilah lainnya Hawana dan
Huta mengingat para dewa diyakini sebagai penghuni svahloka, maka
sudah selayaknya yadnya yang dilakukan umat manusia melibatkan
sirkulasi langit dan bumi.
b. Pitra Yadnya
Upacara ini bertujuan untuk menghormati dan memuja leluhur. Kata pitra
bersinonim dengan Pita yang artinya ayah atau dalam pengertian yang
lebih luas yaitu orang tua. Sebagai umat manusia yang beradab,
hendaknya selalu berbakti kepada orang tua, karena menurut agama
hindu hal ini adalah salah satu bentuk yadnya yang utama. Betapa

15
16

durhakanya seseorang apabila berani dan tidak bisa menunjukkan rasa


baktinya kepada orang tua sebagai pitra. Seperti dalam Ramayana,
dimana sri rama sebagai tokoh utama dengan segenap kebijaksanaan,
kepintaran dan kegagahan tetap menunjukkan rasa bakti yang tinggi
terhadap orang tuanya. Dari kutipan lontar tersebut tampak jelas nilai
pitra yadnya yang termuat dalam epos Ramayana demi memenuhi janji
orang tuanya (Raja Dasaratha), sri rama Laksmana dan dewi Sita mau
menerima perintah dari sang Raja Dsaratha untuk pergi hidup di hutan
meninggalkan kekuasaannya sebagai raja di Ayodhya. Walaupun itu
bukan merupakan keinginan Raja Dasaratha dan hanya sebagai bentuk
janji seorang raja terhadap istrinya Dewi Kaikeyi, Sri Rama secara tulus
dan ikhlas menjalankan perintah orang tuanya tersebut. Bersana istri dan
adiknya Laksmana hidup mengembara di hutan selama bertahun-tahun.
Betapa kuat , pintar dan gagahnya sorang anak hendaknya selalu mampu
menunjukkan sujud baktinya kepada orang tua atas jasnya telah
memelihara dan menghidupi anak tersebut
c. Rsi Yadnya
Rsi Yadnya adalah menghormati dan memuja Rsi atau pendeta. Dalam
lontar Agastya Parwa disebutkan, Rsi Yadnya ngaranya kapujan ring
pandeta sang wruh ring kalingganing dadi wang, artinya Rsi yadnya
adalah berbakti pada pendeta dan pada orang yang tahu hakikat diri
menjadi manusia. Dengan demikian melayani pendeta sehari-hari
maupun saat-saat beliau memimpin upacara tergolong Rsi Yadnya. Pada
kisah Ramayana, nilai-nilai Rsi Yadnya dapat dijumpai pada beberapa
bagian dimana para tokoh dalam alur ceritanya sangat menghormati para
Rsi sebagai pemimpin keagamaan, penasehat kerajaan, dan guru
kerohanian.
d. Manusa Yadnya
Dalam rumusan kitab suci veda dan sastra Hindu lainnya, Manusa
Yadnya atau Nara Yadnya itu adalah memberi makan pada masyarakat
(maweh apangan ring Kraman) dan melayani tamu dalam upacara (athiti
puja). Namun dalam penerapannya di Bali, upacara Manusa yadnya
17

tergolong sarira samskara. Inti sarira samskara adalah peningkatan


kualitas manusia. Manusa yadnya di Bali dilakukan sejak bayi masih
berada dalam kandungan upacara pawiwahan atau upacara perkawinan.
Pada cerita Ramayana juga tampak jelas bagaimana nilai Manusa
Yadnya yang termuat di dalam uraian kisahnya. Hal ini dapat dilihat pada
kisah yang menceritakan Sri Rama mempersunting Dewi Sita.
e. Bhuta yadnya
Upacara ini lebih diarahkan pada tujuan untuk nyomia butha kala atau
berbagai kekuatan negative yang dipandang dapat mengganggu
kehidupan manusia. Bhuta yadnya pada hakikatnya bertujuan untuk
mewujudkan butha kala menjadi butha hita. Butha hita artinya
menyejahterakan dan melestarikan alam lingkungan (sarwaprani)
upacara butha yadnya yang lebih cenderung untuk nyomia atau
mendamaikan atau menetralisir kekuatan-kekuatan negative agar tidak
mengganggu kehidupan umat manusia dan bahkan diharapkan
membantu umat manusia. Nilai-nilai bhuta yadnya juga Nampak jelas
pada uraian kisah epos Ramayana, hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan
Homa Yadnya sebagai yadnya yang utama juga diiringi dengan ritual
Bhuta Yadnya untuk menetralisir kekuatan negative sehingga alam
lingkungan menjadi sejahtera.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas hendaknya kita menyadari bahwa nilai sebuah yadnya
bukan ditentukan oleh tingkatan yadnya, namun bagaimana cara kita belajar untuk
iklas, tulus, penuh kasih sayang dan didasari oleh hati yang suci nirmala dalam
melaksanakan sebuah pengorbanan (yadnya).
DAFTAR PUSTAKA

G.Puja, MA. dan Tjokorda Rai Sudharta, Ma. Menawa Dharmasastra (Manu
Dharma Castra) atau Veda Smerti, Compedium Hukum Hindu. Surabaya
: Paramita
Kajeng, DKK, I Nyoman.2010. Sarasamuccaya. Surabaya : Paramita
Satya Jyoti. 2012. Reformasi Ritual. Denpasar : Pustaka Bali Post
Subagiasta. 2008. Pengantar Acara Agama Hindu. Surabaya : Paramita
Pendit, Nyoman S. 1994. Bhagavad Gita. Jakarta : Hanuman Sakti
http://adidocsite.blogspot.com/2015/02/makalah-yadnya-agama-hindu.html
http://swaralam.blogspot.com/2015/02/latar-belakang-yadnya.html
http://gedesuryadarma.blogspot.com/2016/01/nilai-nilai-yajna-dalam-
ramaya.html

Anda mungkin juga menyukai