Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BANTEN PECARUAN
(Angsa)
Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas
PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
TEMA : KEARIFAN LOKAL

OLEH KELOMPOK PUTRA 1 X G

1. I KOMANG GEDE JUNI SUARBAWA ( 14 ) (Koordinator)


2. I GEDE AGUS SAPUTRA ( 01 ) (Anggota)
3. I GUSTI NGURAH WIDYA PRATAMA ( 06 ) (Anggota)
4. I KADEK ADI ( 07 ) (Anggota)
5. I KADEK DENI KUSUMA ( 09 ) (Anggota)
6. I PUTU AGUS JULIANA ( 12 ) (Anggota)

KELAS X G
SMA NEGERI 1 SELAT
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam
makalah ini penulis membahas mengenai “ Banten Pecaruan Angsa’
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) pada Tema 1
Kearifan Lokal Tahun Pelajaran 2022/2023. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para pembaca
demi penyempurnaan pembuatan makalah yang kami buat selanjutnya sehingga
dapat menjadi lebih baik. Akhir kata semoga makalah ini mampu memberikan
manfaat bagi kita semua.

Karangasem, 06 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………… 2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………. 2
1.4 Manfaat ……………………………………………………………… 2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Caru...................................................................................... 3
2.2 Jenis-jenis Caru....................................................................................... 3
2.3 Makna Caru........................................................................................... 6
2.4 Caru Angsa............................................................................................ 6
BAB III PROSEDUR DAN MEKANISME PROJEK
3.1 Alat dan Bahan ……………………………………………………… 8
3.2 Desain dan Mekanime Projek …………………………………….….. 8
3.3 Waktu Pelaksanaan Projek ………………..……………………… 10
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 13
4.2 Saran...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ……...……………………………………………….. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Melakukan Upacara Yadnya merupakan langkah yang diyakini sebagai
kegiatan beragama Hindu yang amat penting. Karena Yadnya adalah salah satu
penyangga bumi. Demikian disebutkan dalam kitab Atharwa Weda. Pemeliharaan
kehidupan di dunia ini dapat berlangsung terus sepanjang Yadnya terus menerus
dapat dilakukan oleh umat manusia. Demikian Pula Yadnya adalah pusat
terciptanya alam semesta atau Bhuwana Agung sebagai diuraikan dalam kitab
Yajur Weda. Disamping sebagai pusat terciptanya alam semesta Yadnya juga
merupakan sumber berlangsungnya perputaran kehidupan yang dalam kitab
Bhagawadgita disebut Cakra Yadnya. Kalau Cakra Yadnya ini tidak berputar
maka kehidupan ini akan mengalami kehancuran (Mas putra, dkk. 2015: 1).

Bhuta yadnya merupakan salah satu yadnya yang diyakini oleh umat Hindu


sebaga jalan untuk menjaga keharmonisan alam atau bumi agar semua unsur alam
semesta akan terjaga keharmonisannya. Salah satu unsur penting
dalam Bhuta yadnya khususnya upakara caru atau disebut dengan mecaru
(Sudarsana, 2001). Upacara Mecaru di Bali merupakan sebuah ritual suci yang
kerap digelar untuk mengharmonisasi hubungan antara manusia dengan
lingkungan sekitarnya untuk keberlangsungan kehidupan selanjutnya atau
mengharmoniskan unsur-unsur Panca Maha Bhuta di Bhuana
Agung dan Bhuana Alit. Unsur-unsur Panca Maha Bhuta merupakan lima unsur
yang menyusun alam semesta, seperti pertiwi, apah, teja, bayu, dan akasa/ether. 

Caru merupakan bagian dari upacara yadnya yang bertujuan untuk keseimbangan
para bhuta sebagai kekuatan bhuwana alit maupun bhuwana agung sebagaimana
disebutkan dalam kanda pat butha sehingga dengan adanya keseimbangan tersebut
berguna bagi kehidupan ini.

Dijelaskan pula bahwa,Caru (Mecaru; Pecaruan; Tawur) sebagai


upacara yadnya yang bertujuan untuk keharmonisan bhuwana agung (alam
semesta) dan bhuwana alit (diri kita sendiri/ manusia). Dengan demikian, upacara

1
mecaru adalah aplikasi dari filosofi Tri Hita Karana, seperti yang disebutkan
dalam Lontar Pakem Gama Tirta, agar terjadi keharmonisan. Upacara pecaruan
ada yang dilakukan dalam bentuk kecil sehari-hari, disebut Nitya Karma,
sedangkan upacara pecaruan disaat tertentu (biasanya lebih besar)
disebut Naimitika Karma

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut. (masalah disesuaikan dengan jenis banten yang dibuat)
1
1.1
1.2
1.    Bagaimanakah hakikat caru dalam agama hindu?
2.    Bagaimanakah pembagian jenis-jenis caru dalam agama hindu?
3.    Bagaimanakah makna filosofi dari sarana caru?
4.

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai sebagai
berikut:
1.3
1. Untuk mengetahui pengertian caru
2. Untuk mengetahui jenis-jenis caru
3. Untuk mengetahui makna dari caru tersebut
4. Untuk mengetahui apa itu pecaruan angsa

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapatkan sebagai berikut :
1.4
1. Dapat mengetahui secara dalam tentang tetandingan pecaruan
2. Dapat mengetahui jenis jenis caru

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Caru


Dalam kamus kecil Bahasa Sansekerta, di jumpai arti kati Caru itu adalah
bagus, cantik, harmonis. Mecaru (bahasa Bali) artinya menyelenggarakan Caru,
yang mempunyai maksud mempercantik, memperbagus dan mengharmoniskan.
Apakah yang diharmoniskan itu? Tergantung pada obyeknya. Kalau Caru itu Caru
palemahan, maka yang diharmoniskan adalah palemahan atau areal itu sendiri.
Kala Caru Sasih maka yang diharmoniskan adalah waktu, atau musim atau masa.
Sedangkan Caru Oton, yang diharmoniskan adalah prilaku manusia antara lain
diakibatkan oleh kelahiran atau otonan atau sering dikenal dengan “mebayuh
oton”.

Sedangkan Caru juga mempunyai pengertian khusus, yang dikaitkan dengan


sarana upakaranya. Caru sebagai sarana, berarti “sege, segeh” atau nasi dalam
segala bentuknya. Ada yang berbentuk cacah, berbentuk “kepelan” dan ada yang
berbentuk tumpeng kecil-kecil atau “dananan’. Sege atau atau nasi ini dilengkapi
dengan lauk pauk. Umumnya dari bumbu-bumbuan seperi bawang, jahe, garam
dan lain-lainnya. Juga daging, umumnya daging “jajeroan’ yang berbau. Itulah
pengertian Caru secara khusus.

Jadi Pecaruan itu merupakan suatu upacara yang bertujuan untuk


mempercantik, mengharoniskan, menentramkan kembali halaman pekarangan
yang terkena bencana, sehabis dilaksanakan perbaikan besar-besaran, atau
dilaksanakan sebelum Nyepi agar semua kembali dalam keadaan yang harmonis
secara Sekala dan Niskala.

3
2.2 Jenis – jenis Caru
Pecaruan itu ada 2 yakni Pecaruan Palemahan dan Pecaruan Sasih. Dimana
dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pecaruan Palemahan
Pecaruan Palemahan merupakan upacara caru untuk mengharmoniskan suatu
wilayah atau areal agar terbebas dari “leteh” secara niskala. Adapun
pembagiannya sebagai berikut:
a. Pecaruan Eka Sata
Pecaruan Eka Sata merupakan sebuah upacara caru yang menggunakan
seekor ayam brumbun (panca warna) dimana biasanya pecaruan ini dipakai untuk
mengharmoniskan dan menetralisir karang perumahan.
b. Pecaruan Panca Sata
Pecaruan Panca Sata merupakan sebuah upacara caru yang menggunakan 5
ekor ayam warna sesuai dengan pengider- ider Panca Dewata (5 Dewa yang
berstana di 5 arah mata angin). Biasanya caru jenis ini dipakai untuk meruwat
(membersihkan dan menyucikan secara sekala niskala) pekarangan rumah, atau
Prahyangan Pura, Merajan pada saat piodalan.
c. Pecaruan Panca Sanak
Pecaruan Panca Sanak adalah upacara caru yang menggunakan 5 ekor ayam
warna ditambah dengan menggunakan Asu Blang Bungkem (anjing yang pada
bagian mulut dan ekornya berwarna hitam serta berbulu kemerahan). Serta
menggunakan seekor itik bulu sikep atau belang kalung. Biasanya ditletakkan di
Barat Daya yang merupakan stana dari Dewa Rudra. Biasanya pecaruan ini
dipakai untuk menyucikan karang (areal) Merajan, karena kotor secara niskala
(leteh) ataupun dirusak binatang, menghilangkan tetaneman desti (ilmu hitam
yang ditanam di areal halaman) dan bila ditempat tersebut ada orang meninggal
karena musibah.
d. Pecaruan Panca Sanak Madurga

Pecaruan Panca Sanak Madurga adalah upacara caru yang dasarnya


adalah caru Panca Sanak, namun ditambah dengan menggunakan Memeri (anak
itik) dan Kucit Butuan (anak babi jantan yang belum dikebiri). Caru ini biasanya

4
digunakan untuk Upacara Nangluk Merana disebuah desa agar semua
masyarakatnya mendapat keselamatan serta terbebas dari segala wabah penyakit.
e. Pecaruan Godel
Pecaruan Godel merupakan upacara caru yang dasarnya adalah caru Panca
Sata yang ditambah dengan olahan atau bayang- bayang godel (anak sapi).
Biasanya pecaruan jenis ini dillaksanakan tatkala ada upacara di Pura Dalem.
f. Pecaruan Rsi Gana
Pecaruan Rsi Gana adalah sebuah upacara caru yang dasarnya adalah
caru Panca Sanak namun ditambah dengan menghadirkan Dewa
Ganesha/Ganapati. Dimana dalan caru ini juga ditambah dengan menggunakan
Sanggar Surya Tiying atau Surya Tawang (Sanggar Surya yang terbuat dari
bambu), Banten Suci Duang Soroh, Banten Gelar Sanga, Banten Bebangkit,
Banten Prayascitta, Banten Durmanggala, Banten Bayuan, dan Banten
Panglukatan serta sehabis pecaruan biasanya dilaksanakan dengan Upacara
Mendem Pane Rsi Gana. Caru jenis ini biasa digunakan untuk Pemarisudha
Karang Angker (membersihkan halaman yang angker), dan digunakan untuk
menyucikan tempat yang pernah terjadi Salah Pati (Meninggal karena jatuh,
dimangsa hewan buas, disambar petir, dsb).
g. Pecaruan Panca Kelud
Pecaruan Panca atau Manca Kelud adalah sebuah upacara caru yang dasarnya
adalah caru Panca Sanak ditambah dengan. menggunakan seekor kambing hitam
dan angsa.
h. Pecaruan Balik Sumpah
Pecaruan Balik Sumpah adalah sebuah upacara caru yang dasarnya adalah
caru Manca Kelud ditambah dengan menggunakan Kucit Butuan (anak babi
jantan yang belum dikebiri) dan seekor sapi yang belum ditelusuk hidungnya.
i. Pecaruan Labuh Gentuh
Pecaruan Labuh Gentuh atau Melabuh gentuh adalah sebuah upacara caru
yang dasarnya adalah caru Balik Sumpah ditambah dengan seekor kerbau.
2. Pecaruan Sasih
Pecaruan Sasih merupakan caru yang dilaksanakan menurut sasih dalam
Agama Hindu dan biasanya disebut tawur./ metawur. Adapun pelaksanaannya

5
dibagi menjadi 3 yakni:
a. Tawur Sasih Kesanga
Tawur Sasih Kesanga merupakan upacara yang dilaksanakan setiap setahun
sekali yakni pada Tilem Kesanga sehari sebelum Sipeng pada Hari Raya Nyepi.
Biasanya upacara ini dilaksankan dengan mengambil tempat di perempatan jalan,
yang mengandung makna filosofis menetralisir kekuatan yang negatif secara
niskala dan menyeimbangkan dunia beserta isinya.
b. Tawur Panca Wali Krama
Tawur Panca Wali Krama merupakan upacara yang dilaksanakan setiap 10
tahun sekali, yakni pada Tilem Caitra (Tilem Kesanga) dimana ketika tahun saka
berakhir dengan nol (Rah Windu). Biasanya upacara ini dilaksanakan dengan
mengambil tempat di Pura Besakih sebagai pusatnya Pura di Bali.
c. Tawur Eka Dasa Rudra
Tawur Eka Dasa Rudra merupakan upacara yang dilaksanakan setiap 100
tahun sekali, manakala angka satuan dan puluhan tahun saka mencapai angka 0
yang disebut pula Rah Windu Tenggek Windu. Upacara ini juga dilaksanakan
dengan mengambil tempat di Pura Besakih.

2.3 Makna Caru


Upacara Pecaruan memiliki banyak makna filosofis yang terkandung
didalamnya. Adapun makna-makna itu adalah:
1. Makna Filosofis Tri Hita Karana
Tri Hita Karana merupakan 3 hal yang menyebabkan kebahagiaan kepada
manusia. Upacara Pecaruan ini mengandung makna Tri Hita Karana, seperti
yang dijelaskan dalam Lontar Pakem Gama Tirta, agar terciptanya sebuah
keharmonisan dan keselarasan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan
manusia, maupun manusia dengan alam itu sendiri.

Menanamkan nilai-nilai luhur dan spiritual Melalui upacara Pecaruan ini juga
mengandung nilai-nilai luhur dan spiritual kepada umat manusia agar selalu
menjaga keharmonisan alam, lingkungan sekitar beserta segala isinya.
2. Kewajiban manusia untuk merawat alam

6
Melalui Upacara Pecaruan ini juga, manusia diingatkan agar selalu merawat
alam dan lingkungan. Karena lingkungan dalam sekala diumpamakan sebagai
badan raga Tuhan dalam perwujudan alam semesta berserta segala isinya.
2.4 Caru Angsa
Caru angsa adalah kelengkapan dari caru panca sanak yang dasarnya adalah
caru panca sata yang bertujuan untuk menjamu bhuta kala yang menguasai arah
timur laut dengan warna biru dan jumlah uripnya 6 agar supaya menjadi
harmonis lalu di somya agar menjadi dewa. Setelah itu kita memohon agar beliau
menjaga tempat dimana kita melakukan pecaruan agar aman dan tentram.

7
BAB III
PROSEDUR DAN MEKANISME PROJEK
3.1 Alat dan Bahan
1. Pisau
2. Gergaji
3. Golok
4. Ancak
5. Aledan/Ron
6. Angsa
7. Nasi
8. Daun kelapa
9. Bungkak
10. Sengkui terbuat dari daun kelapa muda
11. Sate asem, sate calon, sate lembat
12. Banten tumpeng besar
13. Banten sodaan tipat kelanan
14. Banten peras majepit
15. Nasi gelar sanga
16. Ajengan keketengan
17. Ajengan caru
18. Peras tulung sesayut
19. Penyeneng
20. Kwangen
21. Canang sari
22. Canang pesucian
23. Lis dari selepan

8
24. Daun telunjungan ( ujung daun pisang )
25. Sanggah cucuk ( sanggah caru )
3.2 Desain dan Mekanisme Proyek
1. Di bagian paling bawah diletakkan ancak mesebeh ukuran 60 x 60 cm.
Ancak terbuat dari bambu.
2. Di atas ancak di letakkan aledan dan . Aledan terbuat dari Ron berbentuk
segi 4 diatasnya disusun dengan 6 tumpeng berwarna biru yang dilengkapi
dengan pisang dan raka jajan uli jajan begina dan dibawahnya dilengkapi
dengan tetandingan kacang saur dan rerasmenan. Tetandingan ini diisi dengan
sampian pusung dan canang sari.
3. Kemudian diatasnya ditaruh daun telunjungan yang sudah diisi dengan nasi
biru yang ditata menyerupai angsa, diisi dengan garam dan bawang jahe dan
diatasnya diisi 6 buah kwangen dan canang sari
4. Kemudian diatasnya ditaruh tetandingan pajegan yang dialasi dengan
sengkui dengan ulatan berjumlah 9 diatas sengkui diisi daun pisang lalu diisi
tetandingan lawar dari olahan daging angsa yaitu lawar putih diatas, lawar
barak di kanan, dan lawar hijau ( daun belimbing ) di kiri, diatasnya ditaruh
sate asem dan lembat calon sebanyak 6 pesel
5. Kemudian disusun lagi dengan tetandingan bayuan yang dialasi dengan
sengkui dengan ulatan berjumlah 7 buah diatas sengkui diisi daun pisang lalu
diisi tetandingan lawar putih diatas, lawar barak di kanan, lawar hijau
( blimbing di sebelah kiri ) dan diatasnya diisi sate lembat berjumlah 6 buah
6. Kemudian disusun lagi dengan tetandingan ketengan yang dialasi dengan
sengkui dengan ulatan berjumlah 5 diatas sengkui diisi tetandingan lawar
putih diatas, lawar barak di kanan, lawar hijau ( belimbing ) di kiri di atasnya
diisi sate lembat 1 buah
7. Diatas tandingan tadi kemudian ditaruh daun telunjungan yang sudah diisi
dengan bayang-bayang ( Bagian dari kulit , bulu , kepala , kaki dan sayap tetap
utuh melekat pada kulit ) angsa, yang dikepalanya dengan 1 buah kwangen
dan canang sari.
8. Diatas bayang bayang diisi dengan segehan yang dialasi dengan taledan
yang diisi dengan 6 buah icuk yang berisi nasi biru lengkap dengan bawang

9
jahe serta tetandingan segehan juga dilengkapi dengan pisang raka dan jajan
uli jajan begina dan sampian plaus
9. Diatas segehan tadi di taruh taledan yang berisi keben-kebenan yang berisi
nasi biru dan kacang saur berjumlahnya 6, juga dilengkapi dengan pisang,
raka, jajan uli, jajan begina
10. Diatas tandingan keben-kebenan disusun cau dandanan yang juga berisi
nasi biru dan kacang saur yang jumlahnya 6
11. Diatas cau dandanan disusun dengan taledan tetandingan gelar sanga yaitu
icuk berisi nasi putih dan kacang saur yang berjumlah 9 juga dilengkapi
dengan pisang raka-raka jajn uli jajan begina dan sampian plaus, tetandingan
gelar sanga ini dilengkapi dengan sate gelar sanga yaitu sate lembat yang
setengah matang dan setengah mentah berjumlah 9.
12. Demikian tetandingan caru angsa yang dalam pelaksanaanya ditata
dibawah sanggah cucuk yang diisi banten peras.
13. Penataan banten caru tersebut juga dilengkapi dengan banten daksina tipat
kelanan dan soda
14. Pecaruan angsa ini terletak diarah timur laut
3.3 Waktu Pelaksanaan Projek
1. Pada tgl 3 Oktober
- Mensosialisasikan materi Projek P5 (Pengertian, Tujuan dan Manfaat
Projek) Tema dan Sub Tema P5
- Pengenalan Dimensi, Elemen, Sub Elemen dan Target Pencapaian di
Akhir Fase E
- Prosedur Penilaian P5
- Jadwal dan Prosedur Pelaksanaan P5
- Pembagian Kelompok
- Pembagian tugas tiap kelompok
- Pembuatan sarana banten pecaruan ( membuat katik podol)
2. Pada tgl 4 Oktober
- Pemahaman Materi sesuai Tema dan Sub Tema (Banten Pejatian dan
Pecaruan) melalui tokoh masyarakat/tukang banten (serati)
- Diskusi materi P5 sesuai dengan tema dan sub tema yang

10
dihubungkan dengan Dimensi Profil Pelajar Pancasila
- Menentukan bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan
projek (Tetandingan Pecaru Manca Sata).
- Pembuatan sarana Banten pecaruan

3. Pada tgl 5 Oktober


- Penyusunan rancangan desain projek P5 (Tetandingan Pecaru.
- Penyusunan dan Pematangan Jadwal Kegiatan Pelaksanaan P5 (dari
awal sampai jadi / pameran hasil
- Penyusunan alat dan bahan pembuatan projek P5 sesuai dengan tema
dan sub tema
- Penyusunan Rancangan Anggaran Biaya Kegiatan P5
- Pembuatan sarana banten pecaruan
4. Pada tgl 6 Oktober
- Presentasi hasil diskusi kelompok terkait materi P5 sesuai dengan tema
dan Sub Tema yang dihubungkan dengan dimensi Profil Pelajar
Pancasila
- Pembuatan sarana banten pecaruan
5. Pada tgl 7 Oktober
- Praktik pembuatan projek sesuai dengan tema dan sub tema yaitu
Pembuatan Kati Sate Caru, yang terdiri dari katik sate calon, katik sate
lembat, dan katik sate asem.
6. Pada tgl 10 Oktober
- Praktik pembuatan projek sesuai dengan tema dan sub tema yaitu
Serobong Ancak Pecaru Ukuran 60 cm X 60 cm mesebeh
7. Pada tgl 11 Oktober
- Praktik pembuatan projek sesuai dengan tema dan sub tema yaitu
Pembuatan Sanggah Pecaru Sesuai dengan design ukuran yang diminta
8. Pada tgl 12 Oktober
- Praktik pembuatan proyek sesuai dengan tema dan sub tema yaitu
membuat aledan pecaru besar dan kecil
9. Pada tgl 13 Oktober

11
- Praktik pembuatan proyek sesuai dengan tema dan sub tema yaitu
membuat penjor pecaru lengkap dengan kober sesuai warna pengurip
dan bumbung sujang dan bungbung cambeng
10. Pada tgl 14 Oktober
- Presentasi hasil karya Projek P5
11. Pada tgl 17 Oktober
- Lanjutan presentasi hasil karya projek p5
12. Pada tgl 18 Oktober
- Mengumpulkan alat dan bahan yang sudah di buat untuk persiapan
metanding pecaru
13. Pada tgl 19 Oktober
- Metanding Pecaruan untuk persiapan Karya balik Sumpah
14. Pada tgl 20 Oktober
- Metanding Pecaruan untuk persiapan Karya balik Sumpah
15. Pada tgl 21 Oktober
- Lanjutan Pecaruan untuk persiapan Karya balik Sumpah. Lengkap
dengan tetandingan Pecaru manca Rupa (untuk menambah wawasan).

12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mecaru (bahasa Bali) artinya menyelenggarakan Caru, yang mempunyai
maksud mempercantik, memperbagus dan mengharmoniskan. Upacara Mecaru di
Bali merupakan sebuah ritual suci yang kerap digelar untuk mengharmonisasi
hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya untuk keberlangsungan
kehidupan selanjutnya atau mengharmoniskan unsur-unsur Panca Maha
Bhuta di Bhuana Agung dan Bhuana Alit. Pecaruan itu ada 2 yakni Pecaruan
Palemahan dan Pecaruan Sasih. Caru angsa adalah kelengkapan dari caru panca
sanak yang dasarnya adalah caru panca sata.

4.2 Saran
Kita wajib melestarikan warisan tradisi yang kita milik agar tradisi kita
tetap lestari, melestarikan tradisi bisa dimulai dengan hal kecil seperti menjauhi
larangan di sekitar warisan tradisi , tidak merusak obyek, dan menjaga lingkungan
sekitarnya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Kita juga bisa
melestarikannya dengan mencari tahu nilai-nilai yang terkandung didalamnya dan
menyebarluaskan pengetahuan tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://balimanyurat.blogspot.com/2020/01/makalah-caru-dalam-agama-hindu.html?m=1

http://wayantarne.blogspot.com/2015/03/makna-banten-mecaru-segehan-dan-tawur.html?
m=1

https://desaabiansemal.badungkab.go.id/artikel/29419-caru-manfaat-dan-jenis-dari-
tradisi-mecaru

http://kadekshare.blogspot.com/2014/07/besarnya-manfaat-dari-tradisi-mecaru-di.html?
m=1

https://dasbod.blogspot.com/2020/03/caru-dalam-agama-hindu-bali.html?m=1

https://m.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=2399590916985761&id=1389689477975915&comment_tracking=%7B
%22tn%22%3A%22O%22%7D

http://www.baliekbis.com/tawur-balik-sumpah-utama-dan-mendem-pedagingan-
memuliakan-isi-alam-dari-unsur-negatif-menjadi-positif/

https://tohpati.desa.id/artikel/2019/12/16/tawur-balik-sumpah-di-pura-dalem-taru-putih-
desa-tohpati#:~:text=Tujuan%20dilangsungkan%20Upacara%20Tawur%20Balik,juga
%20menghilangkan%20leteh%20Sekala%20Niskala.

Dengan Upakara Caru Mengatasi Bhuta Kala (komangputra.com)


Jenis-jenis Caru | Juru Sapuh

14

Anda mungkin juga menyukai