Anda di halaman 1dari 8

BAB III

KONSEP DASAR KEPRIBADIAN

3.1 PENGERTIAN

Kepribadian adalah cara berpikir, cara memilih yang baik, benar, dan adil, serta indah,
dan cara menetapkan keinginan yang diwujudkan dalam sikap laku sehari-hari. Karena
landasan perjuangan Tamansiswa adalah Asas Tamansiswa 1922, maka kepribadian orang
Tamansiswa berdasarkan Asas Tamansiswa 1922.

Adapun kepribadian itu antara lain:

1. Berpikir dan dan bertindak merdeka yang diwujudkan dalam sikap laku swadisiplin
dan menyeimbangkan hak dan kewajiban.
2. Bersikap laku Among, yaitu selalu menjadi teladan (Ing ngarsa sung tulada), selalu
mendorong semangat (Ing madya mangun karsa), dan selalu member kesempatan
berkreativitas secara demokratis (Tutwuri Handayani).
3. Berusaha untuk memeratakan pendidikan.
4. Berusaha selalu menggunakan peradaban bangsa sendiri.
5. Berusaha hidup mandiri, sederhana dan makarya.
6. Berani menolak bantuan yang mengurangi kemerdekaan.
7. Dengan ikhlas, rela berkorban, selalu berniat memajukan Sang Anak (anak kandung,
anak tiri, anak buah, dan anak didik serta anak bangsa)

Untuk dapat melaksanakan kepribadian itu dalam sikap laku sehari-hari maka orang
Tamansiswa harus mampu mencegah pikiran dan perbuatan yang negatif, yang merugikan
diri sendiri, bangsa, dan umat manusia pada umumnya. Mampu mencegah perbuatan yang
otoriter, yang menang sendiri, yang belum dimusyawarahkan bersama. Kemudian mampu
mencegah sikap meniru-niru kebudayaan bangsa lain. Kemudian mampu mencegah
ketergantungan pada orang lain, dengan bermewah-mewah dan sikap pemalas.

Di samping itu, orang yang mampu mengendalikan diri itu selalu bekerjasama dengan
orang lain tetapi berani menolak kerjasama yang akan mengurangi kebebasan. Dan yang
terakhir orang yang mampu mengendalikan diri adalah selalu dengan kesucian hati (ikhlas,
rela berkorban) selalu ingin memajukan generasi penerus bangsa dengan sepi ing pamrih
pribadi.
3.2 HIDUP MERDEKA LAHIR BATIN

Perkumpulan Selasa Kliwon pada tahun 1921 telah menugaskan kepada Ki Hadjar
Dewantara untuk mendidik jiwa merdeka bagi anak-anak, guna mencapai Indonesia merdeka.
Untuk mewujudkan pendidikan jiwa merdeka itu Ki Hadjar Dewantara mendirikan Perguruan
Tamansiswa dengan landasan Asas Tamansiswa 1922. Ada 7 pasal Asas Tamansiswa 1922,
yaitu:

1. Hidup merdeka
2. Hidup tertib damai
3. Metode Among
4. Menggunakan peradaban bangsa sendiri
5. Memeratakan pendidikan
6. Hidup mandiri
7. Mengabdi kepada Sang Anak

Hidup merdeka menurut Asas Tamansiswa 1922 diartikan sebagai hak seseorang akan
mengatur diri sendiri dengan mengingat tertib damainya persatuan dalam perikehidupan
umum. Hidup merdeka seperti itu dapat diartikan keseimbangan antara hak dan kewajiban
asasi. Unuk menjabarkan pola hidup merdeka lahir dan batin, Ki Hadjar Dewantara
mewariskan 10 fatwa hidup merdeka, yaitu:

1. Lawan Sastra Ngesti Mulya, artinya dengan ilmu dicapai kebahagiaan. Orang yang
merdeka selalu menuntut ilmu guna mencapai kebahagiaan hidupnya.
2. Suci Tata Ngesti Tunggal, artinya dengan kesucian hati (Ikhlas, rela berkorban) dan
ketertiban lahir (swadisiplin), dicapailah persatuan dan kesempurnaan,
3. Hak diri untuk mencapai salam bahagia, artinya tiap orang mempunyai hak untuk
mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin. Karena itu hak mencari kesalam-
bahagiaan tidak boleh dihalang-halangi
4. Hak mencapai salam dan bahagia tidak boleh mengganggu tertib damainya persatuan
dalam perikehidupan, artinya kebebasan menggunakan hak harus diimbangi dengan
kewajiban asasi.
5. Alam hidupnya menusia adalah alam perbulatan, artinya manusia dikodratkan sebagai
makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Hidup manusia selalu berkaitan antara
kehidupan pribadi, kehidupan berbangsa, dan kehidupan berkemanusiaan.
6. Kodrat alam itulah pedoman yang paling sempurna, artinya bila kita ingin mencari
kebaikan, kebenaran, keadilan, kedisiplinan yang paling sempurna itulah kekuasaan
Tuan terhadap alam dan isinya, termasuk di dalamnya hukum-hukum alam.
7. Tetep, Mantep, Madep, Antep, artinya orang yang merdeka lahir batin selalu tetap
pada pendirian, mantap dalam memperjuangkan pilihannya, berkonsentrasi pada
tujuan, dan berbobot (professional)
8. Berpikir dan bertindak positif, serta bersemangat optimistis.
9. Bersemboyan Kendel, Kandel, Bandel, Andel, tidak cengeng, tidak mudah menyerah,
dan dapat diopercaya.
10. Dalam menghadapi masalah bersikap Neng, Ning, Nung, Nang, yaitu tenang, hening,
merenungkan akibatnya dan wenang bertindak dengan keyakinan akan menang

3.3 HIDUP TERTIB DAMAI, SALAM DAN BAHAGIA

Asas Tamansiswa 1922 yang pertama di samping menjelaskan tentang kemerdekaan


juga menyebutkan bahwa Tertib dan Damai merupakan tujuan Tamansiswa yang setinggi-
tingginya. Tidak ada ketertiban kalau tidak bersandar pada kedamaian. Sebaliknya tak aka
nada orang hidup damai, jika ia ditintangi dalam segala syarat kehidupannya. Artinya untuk
hidup tertib perlu terlebih dahulu ada kedamaian. Untuk dapat menciptakan kedamaian perlu
ada kemerdekaan atau kebebasan.

Hidup tertib yang dimaksud adalah hidup teraur, tertata, dan swadisipli. Ada empat
ketertiban yang harus diupayakan oleh setiap orang yaitu pertama tertib hidup yaitu teratur
dalam berpikir, berperasaan, berkemauan, dan bertindak. Kedua tertib dalam berhubungan
dengan Tuhan yaitu beriman, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Ketiga tertib
dalam berhubungan dengan sesame manusia, yaitu sopan santun (etika) dan keindahan
(estetika). Keempat adalah tertib dalam memberdayakan alam sekitar, yaitu menjaga
kelestarian alam dan pemberdayaan alam sesuai dengan hokum-hukum alam.

Hidup damai adalah hidup yang tenteran, tidak gelisah, dan tidak selalu mengeluh.
Agar dapat hidup tenteram orang perlu saling mengasihi atau saling kasih sayang, tidak
bermusuhan, saling menghargai dan menghormati perbedaan, tidak saling mencela, tolong
menolong dan gotong royong, tidak saling menjatuhkan/mendiskreditkan. Hidup tertib dan
damai adalah hidup tata tentram.
Hidup salam dan bahagia adalah hidup yang merasa tercukupi kebutuhan Iahir dan
batinnya. Dengan kemampuan dan hasil yang diperolehinya mereka merasa tercukupi
kebutuhan sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan, dan hiburan, kebebasan
beribadah, kebebasan berkumpul dan berpendapat. Hidup salam dan bahagia merupakan
sarana untuk hidup damai, dan hidup damai meruopakan sarana untuk hidup tertib. Untuk
dapat hidup tertib damai, salam dan bahagia manusia harus gemar berusaha (makarya) dan
hidup sederhana (sekedar ada).

3.4 SIKAP LAKU AMONG

Yang dimaksud dengan metode Among menurut Asas Tamansiswa 1922 adalah
pemeliharaan dengan sebesar perhatian untuk mendapatkan tumbuh kembangnya lahir dan
batin hidup manusia menurut kodratnya sendiri. Metode itu merupakan pengganti metode
kolonial yang menggunakan cara “paksaan- hukuman- ketertiban”.

Orang yang hidup merdeka mereka harus bersikap Among terhadap sesame manusia.
Sikap itu menurut Peraturan Besar Persatuan Tamansiswa disebut TRILOTI kepemimpinan,
yaitu:
1. Tutwuri Handayani. Tutwuri saja artinya membebaskan (liberal). Handayani saja
artinya selalu mengekang (otoriter). Tutwuri Handayani artinya membebaskan
manusia sesuai kodratnya dengan mengingat tertib damainya persatuan dalam
perikehidupan bersama. Sikap Tutwuri Handayani mengandung sifat demokrasi.
2. Ing madya mangun karsa, artinya orang yang hidup merdeka, di tengah-tengah
pergaulan sesama manusia selalu membangun semangat untuk berpikir dan bertindak
merdak merdeka.
3. Ing ngarsa sung tuladha, artinya orang yang hidup merdeka bila memimpin selalu
dengan keteladanan. la tidak memerintah, memaksa, dan menghukum seperti
penguasa, Tetapi ia selalu meneladani orang yang dipimpinya dengan berpikir dan
bertindak merdeka, disiplin, dan demokratis.

Sikap laku Among dapat diterapkan dalam memelihara tanaman, memelihara


perdagangan, memelihara negara, memelihara pendidikan dan sebagainya. Pelaku-pelakunya
masing-masing disebut Pamong, seperti Pamong Tani, Pamong Praja, dan sebagainya.
Dengan sikap laku among, pemimpin akan bertindak demokratis dan yang dipimpin akan
menjadi manusia yang merdeka pikirannya dan merdeka perbuatannya

3.5 HIDUP MANDIRI

Menurut Asas Tamansiswa 1922 pasal 5, untuk dapat hidup merdeka, orang harus
hidup mandiri. Hidup mandiri atau hidup berdiri di atas kaki sendiri mengandung arti:

1. Mampu menyelesaikan tugas dan kewajiban dengan kemampuan sendiri (bediri di


atas kaki sendiri).
2. Mampu membiayai hidup dari hasil pendapatannya sendiri secara halal dan wajar
(opor bebek mateng karono awake dhewek).

Untuk mampu menyelesaikan tugas dan tanggung jawab serta kewajiban dengan
kemampuan sendiri, orang harus mempunyai flmu dan teknologi. Dengan kemampuan
menyelesaikan tugas, tanggung jawab, dan kewajiban melalui kemampuan sendiri, orang
akan mendapatkan kebahagiaan. Ingat candra sengkala berdirinya Tamansiswa “Lawan
Sastra Ngesti Mulya” yang artinya dengan ilmu kita capai kebahagiaan.

Untuk dapat membiayai hidup dari pendapatan sendiri secara halal dan wajar
diperlukan sikap senang berusaha (makarya), sikap hemat (tidak boros), dan sederhana
(sekedar ada). Istilah dalam Bahasa Jawa: “Opor bebek mateng karono awake dewek” artinya
sayur itik masak karena minyaknya sendiri. Pedoman hidup sederhana menurut Raden Mas
Sosro Kartono (kakak RA Kartini) adalah 6 SA, yaitu:

1. Sabutuhe, artinya batasilah pada kebutuhan yang pokok, jangan semua kebutuhan
diusahakan.
2. sakperlune, artinya dari kebutuhan pokok itu pilihlah yang perlu-perlu saja, yang tidak
perlu ditunda dulu.
3. sakeukupe, artinya dari yang perlu-perlu itu masih dikecilkan jmlahnya menurut
4. Sakmestine, artinya dariyang perlu dan cukup itu mana mesti harus ada, itulah yang
diutamakan.
5. Sakbenere, artinya kebutuhan, keperluan, kecukupan, dan kemestian itu yang
sebenarnya dan jangan dibuat-buat atau membohong.
6. Sakepenake, artinya untuk mengusahakannya dengan cara wajar dan halal, tidak
memaksa diri dan tidak melanggar ketentuan agama dan hukum negara.

Di samping hidup sederhana, agar dapat hidup mandir, orang harus hibup makarya,
yaitu gemar gemar berusaha dan rajin bekerja. Hindari hidup yang malas, dan
menggantungkan diri kepada orang lain. Dengan hidup mandiri dan hidup sederhana itu
orang akan tertib hidupnya, damai/tenteram hatinya, sejahtera lahimya, dan bahagia
baatinnya, serta puas kemauannya. la akan dapat bebas merdeka pikirannya dan bebas
merdeka perbuatannya karena hidupnyha tidak terpaksa dan tidak dipaksa

3.6 BERANI MENOLAK BANTUAN MENGIKAT

Asas Tamansiswa 1922 pasal 6 menyebutkan bahwa untuk hidup merdeka, orang
harus berani menolak bantuan yang mengikat. Sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk
sosial, manusia memang harus hidup tolong menolong dan gotong royong. Tetapi bila
pertolongan dan bantuannya itu mengikat dan mengurangi kemerdekaan, maka kita harus
berani menolak. Dicontohkan oleh Tamansiswa pada masa penjajahan Belanda. Tamansiswa
menolak subsidi dari pemerintah Hindia Belanda, karena Tamansiswa merasa terikat dan
berkurang kebebasannya dengan mengikuti Onderwijs Ordonnantie 1932 dan mengiktui
ketentuan-ketentuan penjajah lainnya.

Untuk dapat atau berani menolak bantuan yang mengikat, kita harus hidup makarya.
Yaitu hidup suka bekerja keras dan suka berikhtiar dengan ulet, Tangguh, dan tanggon.
Hidup suka bekerja keras dan suka berikhtiar adalah sikap perwujudan orang yang beriman
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sadar bahwa manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa
terdiri dari jiwa dan raga, dan jiwa raga itu masing-masing memerlukan sandang, pangan,
perumahan, kesehatan, pendidikan, hiburan, kebebasan beribadah, berkumpul dan
berpendapat, dan lain-lain, maka untuk dapat memenuhi kebutuhan itu manusia perlu
berikhtiar dan bekerja keras.

Dalam bekeja dan berikntiar, manusia akan menghadapi berbagai kendala. Mereka
akan capek badan, capek pikiran dan merasa berkorban, menghadapi cemoohan dan lain-lain.
Untuk itu orang yang makarya dan senang berikhtiar harus ulet, Tangguh, dan tanggon. Ulet
artinya tidak mudah menyerah dalam menghadapi kesukaran dan kegagalan. Tangguh artinya
mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan Tanggon artinya tidak
melemah kaarena kegagalan kritik, cemoohan, atau kerugian. Orang yang berani menolak
bantuan yang mengikat dengan cara makarya, mereka akan hidup bebas merdeka, dan dengan
hidup bebas merdeka itu mereka akan hidup salam dan bahagia.

3.7 PENGABDIAN KEPADA SANG ANAK

Asas Tamansiswa 1922 yang ke 7 berbunyi: “Dengan suci hati dan tidak mengharap
suatu hak berniatlah kita untuk berhamba kepada Sang Anak’. Asas ini diamanatkan Ki
Hadjar Dewantara untuk tetap dipakai seama nama Tamansiswa hidup terpakai. Karena kita
sebagai siswa Tamansiswa tetap kita berkewajiban untuk menggunakan asas tersebut.

Dengan suci hai artinya dengan ikhlas dan rela berkorban. Tidak mengharap suatu hak
artinya tidak pamrin pribadi/golongan, tidak mengharap upah, dan tidak mengharap
pujian/penghargaan. Sang Anak yang dimaksud adalah anak kandung sendiri, anak tir, anak
buah, dan anak bangsa atau generasi penerus. Berhamba yang dimaksud adalah mengabdi
atau berbuat baik untuk kemajuan bersama.

Untuk dapat berbuat baik kepada generasi penerus bangsa, diperlukan keikhlasan dan
kerelaan berkorban baik tenaga maupun harta yaitu dengan sepi ing pamrih atau tidak
mengharap upah dan keuntungan. Sebagai contoh adalah pejuang dan pahlawan
kemerdekaan. Demi kemerdekaan, kedaulatan, persatuan, keadilan, dan kemakmuran bangsa
Indonesia di masa datang, para pahlawan ikhlas, rela berkorban baik harta maupun nyawa,
dengan tidak mengharap upah, tidak mengharap hadiah atau pujian mereka berjuang
mengusir penjajah. Demi kesejahteraan dan kebahagiaan putra-putrinya di masa datang, para
ibu dan bapak dengan ikhlas dan rela berkorban bekerja keras dan berikhtiar tanpa mengenal
Lelah. Demi kepandaian, ketrampilan, dan keluhuran budi pekerti para siswa-siswinya, para
Pamong/Guru ikhlas dan rela berkorban untuk bekerja keras, disioplin, penuh tanggungjawab
mendidik dan mengajar siswa-siswinya.

Contoh-contoh seperti itulah yang diteladankan para pendahulu kita, dengan maksud
agar ditiru dan diteruskan oleh generasi berikutnya demi kemerdekaan, kedaulatan, persatuan
kesatuan dan keadilan seta kemakmuran generasi penerus bangsa di masa datang.
BAHAN DISKUSI
1. Apa kepribadian warga Tamansiswa, dan mengapa demikian?
2. Sebutkan cara-cara pengendalian diri bagi warga Tamansiswa!
3. Apa isi asas Tamansiswa 1922 pasal pertama?
4. Sebutkan 5 ciri-ciri orang yang hidup damai!
5. Apa yang diperolah dari sikap laku among bagi pemimpin dan bagi yang dipimpin!
6. Mana yang lebih baik dalam memimpin, berlaku among atau tidak among, sebutkan
alasannya!
7. Sebutkan 3 sikap among dan jelaskan masing-masing artinya!
8. Apa yang dimaksud dengan Sakperlune, Sakepenake dan Sakmestine?
9. Apa syaratnya orang dapat membiayai hidup dari pendapatnya sendiri!
10. Apa hasil yang diperoleh orang yang dapat hidup mandiri, hemat dan sederhana?

GLOSARIUM

Untuk dapat hidup merdeka, orang harus hidup mandiri. Hidup


mandiri atau hidup berdiri di atas kaki sendiri mengandung arti :
Mampu menyelesaikan tugas dan kewajiban dengan kemampuan
sendiri (bediri di atas kaki sendiri).
Mampu membiayai hidup dari hasil pendapatannya sendiri secara
halal dan wajar (opor bebek mateng karono awake dhewek).

Anda mungkin juga menyukai