PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia dari Besi dan Baja
2. Mengetahui cara pengekstraksian Besi dan Baja
3. Mengetahui senyawa – senyawa penting dari Besi dan Baja
4. Mengetahui kegunaan – kegunaan Besi dan Baja
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Fisika dan
Kimia Besi
1. Elektronegativitas menurut Pauling : 1,8
2. Kepadatan : 7,8 g/cm 3 pada 20 °C
3. Titik lebur : 1536 °C
4. Titik didih : 2861 °C
5. Radius Vanderwaals : 0,126 nm
6. Radius ionik: 0,076 nm (+2) : 0,064 nm (+3)
7. Isotop :8
8. Energi ionisasi pertama : 761 kJ/mol
9. Energi ionisasi kedu : 1556,5 kJ/mol
10. Energi ionisasi ketiga : 2951 kJ/mol
11. Potensial standar: – 0.44 V (Fe2+ / Fe): 0,77 V ( Fe3+ / Fe2+)
12. Ditemukan oleh : Orang jaman kuno
Baja
1. Titik didih : 1550OC
2. Titik lebur : 2900OC
3. konduktivitas listrik
4. Menghantarkan panas
5. Reaktif
6. Jumlah elektron bebas yang tinggi di segala bentuk logam
padat menyebabkan logam tidak pernah terlihat transparan.
Sifat Kimia
Besi
1. Logam ini memiliki empat bentuk kristal yang berbeda.
Jika terpapar udara, besi berpotensi mengalami karat. Besi berkarat
terutama di udara lembab, tetapi tidak di udara kering.
2. Logam ini mudah larut dalam asam encer.
Besi merupakan unsur yang aktif secara kimia dan membentuk dua
seri utama senyawa kimia, besi bivalen (II) atau fero, dan senyawa
besi trivalen (III) atau feri.
3. Unsur besi bersifat elektropositif yaitu mudah melepaskan
elektron. Karena sifat inilah bilangan oksidasi besi bertanda positif.
4. Besi dapat memiliki biloks 2, 3, 4 dan 6.
Hal ini disebabkan karena perbedaan energi elekktron pada subkulit
4s dan 3d cukup kecil, sehingga elektron pada subkulit 3d juga
terlepas ketika terjadi ionisasi selain elektron pada subkulit 4s.
5. Logam murni besi sangat reaktif secara kimiawi dan mudah
terkorosi, khususnya di udara yang lembab atau ketika
terdapat
peningkatan suhu.
6. Besi memiliki bentuk allotroik ferit yaitu alfa, beta, gamma dan
omega dengan suhu transisi 700oC, 928oC, dan 1530oC. Bentuk alfa
bersifat magnetik, tapi ketika berubah menjadi beta, sifat
magnetnya menghilang meski pola geometris molekul tidak
berubah.
7. Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti sulfur, fosfor,
boron, karbon dan silikon.
8. Oksidanya bersifat amfoter yaitu oksida yang menunjukkan sifat-
sifat asam sekaligus basa.
Baja
1. Logam biasanya cenderung untuk membentuk kation dengan
menghilangkan elektronnya, kemudian bereaksi dengan oksigen
di udara untuk membentuk oksida basa.
Contohnya:
4 Na + O2 → 2 Na2O (natrium oksida) 2 Ca + O2 → 2 CaO
(kalsium oksida) 4 Al + 3 O2 → 2 Al2O3 (aluminium oksida)
2. Beberapa logam seperti aluminium, magnesium, beberapa
macam baja, dan titanium memiliki semacam "pelindung" di
bagian paling luarnya, sehingga tidak dapar dimasuki oleh
molekul oksigen.
2.2 Ekstraksi
Besi
Bijih oksida besi ditambang di berbagai bagian dunia. Contohnya
haematite Fe2O3 dan magnetite Fe3O4.
1. Campuran padatan bijih haematite, coke dan limestone secara
kontinu dimasukkan ke dalam blast furnace.
2. Coke dibakar di dasar dan udara panas ditiupkan untuk
membakar coke (karbon) untuk membentuk karbon dioksida
dalam reaksi
oksidasi (C menerima O).
3. Energi panas dibutuhkan dalam reaksi eksotermik untuk
meningkatkan suhu blast furnace hingga di atas 1000oC
untuk
mempengaruhi reduksi bijih logam.
karbon + oksigen → karbon
dioksida C(s) + O2(g) → CO2(g)
4. Pada suhu tinggi terbentuk karbon dioksida, bereaksi dengan coke
(karbon) lain untuk membentuk karbon monoksida
karbon dioksida + karbon o karbon
monoksida CO2(g) + C(s) → 2CO(g)
(catatan: CO2 tereduksi dengan kehilangan O, C teroksidasi dengan
menerima O)
5. Karbon monoksida adalah molekul yang benar-benar mengusir
oksigen dari bijih besi oksida.
Ini adalah reaksi reduksi (Fe2O3 kehilangan O, atau Fe3+
menerima tiga elektron untuk membentuk Fe) dan CO dikenal
sebagai agen pereduksi (pengusir O dan teroksidasi dalam proses).
6. Logam besi dilelehkan pada suhu blast furnace tinggi dan
menetes ke dasar blast furnace. Reaksi reduksi utama adalah
Besi (III)
oksida + karbon monoksida → besi + karbon
dioksida Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(l) +
3CO2(g)
Catatan, dalam kedua reaksi di atas, oksidasi dan reduksi selalu
terjadi bersamaan.
Reaksi reduksi bijih logam yang lain adalah Besi (III) oksida +
karbon o besi + karbon monoksida.
Fe2O3(s) + 3C(g) → 2Fe(l) + 3CO(g)
Baja
Pembuatan baja dilakukan dengan cara memperoleh bahan
berupa besi kasar terlebih dahulu. Besi kasar merupakan hasil dari
pengolahan bijih besi melalui beberapa proses seperti proses reduksi
kandungan zat pengotor dan reduksi ukuran menjadi pellet. Setelah
itu pellet diproses di dalam tanur tinggi sehingga dihasilkan cairan
besi yang akan turun ke dasar tanur tinggi. Besi kasar yang telah
dihasilkan di tanur tinggi tadi kemudian diolah secara lanjut menjadi
menjadi barbagai jenis baja.
Ada beberapa proses yang dilakukan untuk merubah besi kasar
menjadi baja :
1. Proses Konvertor
Terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan
menghadap ke samping.
Sistem kerja :
Dipanaskan dengan kokas sampai suhu ±1500ºC
Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku (±1/8 dari
volume konvertor)
Kembali ditegakkan
Menghembuskan udara bertekanan 1,5-2 atm dari kompresor
Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk
mengeluarkan hasilnya
2. Proses Bassemer
Adalah proses untuk produksi massa baja cair pig iron. Prinsip
dari proses ini adalah menghilangkan kotoran dari besi dengan
oksidasi dengan udara yang ditiup melalui besi cair.
Proses ini dilakuka di dala container baja bulat telur besar
dilapisi dengan tanah liat atau dolomit yang disebut konverter
bassemer. Di bagian atas atas converter merupakan bukaan,
biasanya miring relative ke bidang kapal. Di bagian bawah Bagian
bawah ini berlubang dengan sejumlah saluran yang disebut
tuyères melalui udara dipaksa menjadi konverter. Konverter ini
diputar pada trunnions sehingga dapat diputar untuk menerima
tuduhan, berbalik tegak selama konversi dan kemudian diputar
lagi
untuk menuangkan baja cair di akhir.
Proses yang terjadi adalah proses oksidasi. Proses oksidasi ini
digunanakan untuk menghilangkan pengotor seperti silicon,
mangan dan karbon sebagai oksida yang akan membentuk gas
ataupun terak padat. Setelah baja yang dinginkan terbentuk itu
dicurahkan ke ladle kemudian ditransfer ke dalam cetakan dan
terak ringan yang tertinggal. Proses konversi yang disebut
"pukulan" dilakukan dalam waktu sekitar dua puluh menit. Selama
periode ini kemajuan oksidasi kotoran dapat dilihat atau dinilai
oleh
penampilan dari api yang keluar dari mulut konverter.
3. Proses Open-Heart
Proses pembuatan dengan dapur ini adalah proses oksidasi
kotoran yang terdapat pada bijih besi sehingga menjadi terak yang
mengapung pada permukaan baja cair. Oksigen langsung
disalurkan kedalam cairan logam melalui tutup atas. Apabila
selesai tiap proses, maka tutup atas dibuka dan cairan baja
disalurkan untuk proses selanjutnya untuk dijadikan bermacam-
macam jenis baja.
Pada proses Open-Hearth ( dapur Siemens Martin ) digunakan
campuran besi mentah (pig iron) padat atau cair dengan baja
bekas (steel scrap) sebagai bahan isian (charge). Pada proses ini
temperatur yang dihasilkan oleh nyala api dapat mencapai
1800oC. Bahan bakar (fuel) dan udara sebelum dimasukkan ke
dalam dapur terlebih dahulu dipanaskan dalam “Cheekerwork”
dari
renegarator.
Proses pembuatan baja dengan cara Open-Hearth ini meliputi
3 periode yaitu :
a. Periode memasukkan dan mencairkan bahan isian.
b. Periode mendidihkan cairan logam isian.
c. Periode membersihkan/memurnikan (refining) dan deoksidasi
Bahan bakar yang dipakai adalah: campuran blast furnace gas
dan
cokes oven gas.
3.1 Proses Basic Open-Heart
Pada proses basic open-hearth ini, mula-mula ke dalam
dapur dimasukkan baja bekas (scarap steel) yang ringan
kemudian baja bekas yang berat. Setelah itu ditambahkan
bahan tambah (batu kapaur) dan bijih besi yang diperlukan
untuk membentuk terak pertama. Pada proses akhir peleburan,
sebagian phosphor (P) yang terdapat besi mentah akan
berubah menjadi terak. Untuk menjaga agar terak tidak
masuk/bereaksi kembali dengan logam cair, maka kira-kira
40%-50% terak tersbut lekas dikeluarkan dan juga perlu
ditambah batu kapur
untuk membentuk terak yang baru.
3.2 Proses Acid Open-Hearth
Proses acid open-hearth membutuhkan bahan isian
berkualitas lebih baik dengan kadar Phospor P<0.03% dan
kadar Sulphur S<0.03%. proses ini biasanya menggunakan
bahan isian padat dengan 30-50% berat baja keras.
Kandungan siliconc ini perlu dipertahankan <0.6%, ,
kandungan ini perlu dipertahankan dalam kadar yang rendah
sebab pada akhir periode pemanasan, kandungan silicon akan
naik. Pada proses ini biji besi tidak boleh ditambah di bahan
isian, dmana hal itu dapat menimbulkan reaksi dengan silica
pada bagian tungku berupa 2Fe.SiO2. Pada proses ini, biji
besi tidak boleh ditambahkan pada bahan isian, dimana hal itu
dapat menimbulkan reaksi dengan Silica pada bagian tungku
berupa 2FeO.SiO2. Setelah pengisian dan pemanasan, besi,
Silicon dan Mn dioksidasi dan bersatu dengan bahan tambah
dan
membentuk terak pertama (+ 40% SiO2).
4. Proses Basic Oxygen Furnace
Proses tanur oksigen basa (Basic Oxygen Funace),
menggunakan besi kasar (65-85%) yang dihasilkan tanur tinggi
sebagai bahan dasar utama yang dicampur dengan besi bekas dan
batu kapur.
Proses BOF adalah sebagai berkut :
Logam dimasukkan ke ruang baker (dimiringkan lalu
ditegakkan).Oksigen (+1000) ditiup lewat oxygen lance ke
ruang bakar dengan kecepatan tinggi (55 m3(99,5%O2)
tiap
satu ton muatan) dengan tekanan 1400 kN/m2.
Ditambahkan bubuk kapur (CaO) untuk menurunkan kadar P
dan S.
5. Proses Dapur Elektrik
Panas yang dibutuhkan untuk mencairkan baja adalah berasal
aliran listrik yang disalurkan dari tiga buah elektroda karbon dan
dimasukkan mendekati dasar dapur. Proses pembuatannya adalah
dengan memasukkan besi bekas dan bahan-bahan yang perlu
ditambahkan, kemudian aliran listrik dari elektroda akan mecairkan
besi bekas dan bahan-bahan tambahan yang dimasukkan dengan
cepat dapat mencair.
6. Proses Dapur Kopel
Mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau
besi tuang.
Proses :
Pemanasan awal agar bebas dari uap air
Bahan bakar (kayu bakar dan kokas) dinyalakan selama15
jam
Kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah
hingga kokas mencapai 700-800 mm dari dasar tungku
Besi bekas dan besi kasar sebesar 10-15% ton/jam
dimasukkan
15 menit baja cair dikeluarkan dari mulut pengeluaran
7. Proses Dapur Cawan
Proses kerja dapur cawan dimulai dengan:
Memasukkan baja bkas dan besi kasar dalam cawan
Kemudian dapur ditutup rapat
Gas-gas panas dimasukkan sehingga memanaskan
sekekliling cawan dan muatan dalam cawan akan mencair
Baja cair tersebut siap dituang untuk dibuat menjadi baja-
baja istimewa dengan menambahkan unsur-unsur paduanlain
yang dibutuhkan.
8. Proses Pembuatan Baja Secara Duplex
Proses ini dilakukan dengan prinsip penggabungan 2 metode
pembuatan baja:
Proses Open-Harth furnace secara asam basa
Proses Open-Hearth secara basa dan electric furnace secara
basa
Proses Bessemer converter dan Open-Herath furnace secara
basa.
Prinsip kerjanya:
a) Proses open-hearth furnace secara basa dan asam.
Mula-mula bahan isian diproses pada open-hearth secara
basa, kemudian baja cair dari proses open-hearth secara
basa diproses lagi pada open-hearth furnace secara asam
sampai selesai, barulah baja yang dihasilkan dituang.
b) Proses open-hearth furnace secara basa dan electric furnace
secara basa.
Mula-mula bahan isian diproses dahulu dalam open-
hearth secara basa kemudian baja cair hasil proses open-
hearth secara basa diproses lagi dalam electric furnace basa
sampai selesai.
c) Proses Bessemer Converter dan Open-Hearth furnace secara
basa
Mula-mula bahan isian diproses dalam Bessemer
Converter dan hasil Bessemer Converter ini diproses
lagi dalam Open-Hearth furnace secara basa sampai
selesai.
b. Produk Otomotf
c. Konstruksi
d. Shipping
e. Mesin
g. Perlengkapan listrik
h. Perkakas rumah.
Baja
a. Baja Nikel
Baja nikel merupakan campuran 75% Fe dan 25%Ni.Baja nikel
bersifat keras dan alot atau liat. Selain baja nikel, dikenal juga jenis
baja lain, seperti baja mangan (campuran fe dan Mn) dan baja
kromium (Campuran Fe dan Cr). Baja nikel bersifat sangan kuat
sehingga dapat digunakan untuk membuat kawat dan senjata.
Contoh Baja
Unsur
Jenis Sifat Kegunaan
Tambahan
Baja 0,4-0,9% C dan Keras & Rel kereta
mangan 11-14% Mn kuat api, lapis
baja,
kendaraan
perang.
Baja Nikel 25 % Ni Kuat & Alat pengukur
tahan karat (meteran),
kawat,
persenjataan
Baja Crom- 1-10% Cr Kuat & As kendaraan
Vanadium dan 0,15 % V tahan
terhadap
beban
Baja 0,2-0,4 % C, Tahan Karat Alat - alat rumah
Stainless 14-18% Cr, tangga dan
dan 7-9% Ni industri
Baja 0,4 – 0,9 % C Sangat Ujung alat
Wolfram dan 5 % W keras pemotong
BAB III
KESIMPULAN
1. Besi adalah logam yang paling berlimpah-limpah dan yang
keempat berlimpah-limpah dari semua unsur-unsur; itu terjadi
terutama sebagai oksida untuk hematit contoh ( Fe2O3), magnetit (
besi
magnet) (Fe3O4) dan sebagai pirit besi Fes2.
2. Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur Karbon
( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal). Bila kadar unsur karbon ( C
) lebih dari 1.67%, maka material tersebut biasanya disebut
sebagai
besi cor (Cast Iron).
3. Besi adalah logam berkilau, kuat, mudah ditempa, dan berwarna
perak abu-abu. Menurut standar nasional indonesia berat jenis
baja adalah 7850 kg/m3. Pada kondisi nyata berat jenis baja
dipengaruhi oleh bahan baja itu sendiri seperti kandungan logam
tertentu, kepadatan baja, kualitas baja yang menyebabkan
perbedaan pada
berat jenis baja.
4. Logam besi memiliki empat bentuk kristal yang berbeda. Jika
terpapar udara, besi berpotensi mengalami karat. Besi berkarat
terutama di udara lembab, tetapi tidak di udara kering.Logam besi
mudah larut dalam asam encer.
5. Beberapa logam seperti aluminium, magnesium, beberapa
macam baja, dan titanium memiliki semacam "pelindung" di
bagian paling
luarnya, sehingga tidak dapar dimasuki oleh molekul oksigen.
6. Proses ekstraksi membutuhkan peleburan pertama (untuk
mendapatkan logam mentah) dan kemudian penyulingan. Dalam
peleburan, bijih besi (biasanya oksida) dicampur dengan kokas
dan
batu kapur dan dipanaskan, dan udara panas yang bertiup dari
bawah (dalam tanur).
7. Pembuatan baja dilakukan dengan cara memperoleh bahan berupa
besi kasar terlebih dahulu. Besi kasar merupakan hasil dari
pengolahan bijih besi melalui beberapa proses seperti proses
reduksi kandungan zat pengotor dan reduksi ukuran menjadi pellet.
Setelah itu pellet diproses di dalam tanur tinggi sehingga dihasilkan
cairan besi yang akan turun ke dasar tanur tinggi. Besi kasar yang
telah dihasilkan di tanur tinggi tadi kemudian diolah secara lanjut
menjadi
menjadi barbagai jenis baja.
8. Besi digunakan untuk membuat kontruksi jembatan, badan
kendaraan (kereta api dan mobil), rel kereta api, dan
kontruksi
bangunan lainya.
9. Baja nikel merupakan campuran 75% Fe dan 25%Ni.Baja nikel
bersifat keras dan alot atau liat. Selain baja nikel, dikenal juga
jenis baja lain, seperti baja mangan (campuran fe dan Mn) dan
baja kromium (Campuran Fe dan Cr). Baja nikel bersifat sangan
kuat sehingga dapat digunakan untuk membuat kawat dan
senjata.
DAFTAR PUSTAKA
Kelas 1F-TKI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINA BANGSA
2023
.
REVIEW JURNAL
Disusun oleh :
Muhammad faqih
Kelas 1E-TKI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINA BANGSA
2023
PENGEMBANGAN ALAT UJI PUNTIRAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR UNTUK
POKOK BAHASAN PUNTIRAN
REVIEW JURNAL
NAMA : MUHAMMAD FAQIH
NIM : 16012300121
Judul Pengembangan Alat Uji Puntiran Sebagai Media Belajar Untuk Pokok
Bahasan Puntiran Dalam Mata kuliah Mekanika Teknik
Journal Academia.edu
Volume dan halaman Vol. 07. No. 01. Hal 1-7
Tahun 2007
Penulis Heru suryanto
Reviewer Muhammad faqih
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini bertujuan untuk membantu proses pembelajaran
puntiran melalui prosedur eksperimental dalam menentukan kaidah-
kaidah dalam materi puntiran dan sebagai upaya rintisan pengadaan
sarana praktikum pengujian fenomena dasar mesin
Metode penelitian Metode penelitian dilakukan dengan eksperimen.menggunakan tarikan
kabel yang terikat pada puli dan besar gaya tarikan pada kabel terukur
pada neraca pegas dengan kapasitas maksimum 5 kg
Objek penelitian Alat puntiran
Hasil penelitian Hasil yang diperoleh pada kegiatan ini berupa media belajar alat uji
puntiran. Karakteristik dari alat ini adalah mampu membebani batang
puntir dengan beban maksimum 3 Nm, dapat digunakan untuk batang
puntir dengan diameter antara 9,6 – 10 mm dan panjang maksimum 430
mm. Alat uji puntiran memberikan hasil modulus geser yang lebih
mendekati kondisi yang ada direferensi untuk logam aluminium sehingga
lebih tepat bila digunakan untuk logam yang lunak.
Kelebihan penelitian peserta didik aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang
dipelajarinya. Melalui metode experimental ini peserta didik secara total
dilibatkan dalam melakukan sendiri, Perubahan perilaku sebagai akibat
dari belajar dikelompokkan ke dalam 3 aspek, yaitu: kemampuan kognitif,
afektif (sikap), dan psikomotorik (ketrampilan).
Kekurangan penelitian Penelitian dilakukan dengan banyak sekali mahasiswa sehingga
mengakibatkan penelitiannya masih diragukan.
Diskusi Dari kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. alat uji puntiran memberikan hasil modulus geser yang lebih
mendekati kondisi yang ada direferensi untuk logam aluminium
sehingga lebih tepat apabila digunakan untuk logam yang lunak;
2. Pengujian dengan alat uji puntiran cenderung memberikan hasil
yang lebih baik apabila dilakukan melalui panjang spesimen uji
yang maksimum;
3. Alat uji puntiran yang dihasilkan mampu mem- bebani batang
puntir dengan beban maksimum 3 Nm, dapat digunakan untuk
batang puntir dengan diameter antara 9,6 – 10 mm dan panjang
maksimum 430 mm
PENGEMBANGAN ALAT UJI PUNTIRAN SEBAGAI MEDIA
BELAJAR UNTUK POKOK BAHASAN PUNTIRAN
DALAM MATAKULIAH MEKANIKA TEKNIK
Heru Suryanto
Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Malang
Rancangan alat
T y
Pembuatan alatdan
panduan
TL
r Ujicoba Referensi
xz
Perbandingan
Evaluasi
SIMPULAN
Dari kegiatan yang telah dilak-
sanakan dapat disimpulkan bahwa: (1)
bangan Pembelajaran Dalam
Bidang Teknologi. Makalah di-
sampaikan pada lokakarya Kua-
litas Pengajaran Praktek In-dustri
dan Pening-katan Fungsi Labora-
torium Program Studi PTM FT
UM. Malang: LPIU DUE-Like.
Paryono. 2000. Pengembangan Model
Pompa Injeksi Potongan Jenis In
Line Untuk Meningkatkan Kua-
litas Pembelajaran Motor Diesel
Pada Pokok Bahasan Pompa
Injeksi. Malang: Laporan Hibah
Pengajaran Due-like, Jurusan
Teknik Mesin, UM.
Sigley, J.E and Mitchel, L.D. 1983.
Mechanical Engineering Design.
Singapore: Mc Graw Hill
International Book Co.
Winataputra, Udin S. 1993. Strategi
Belajar Mengajar IPA. Jakarta:
Universitas Terbuka