Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Setelah aluminium, besi adalah logam yang paling berlimpah-limpah


dan yang keempat berlimpah-limpah dari semua unsur-unsur; itu terjadi
terutama sebagai oksida untuk hematit contoh ( Fe2O3), magnetit ( besi
magnet) (Fe3O4) dan sebagai pirit besi Fes2. (C. Chambers and a. K.
Holliday. 1975).
Pada manusia besi merupakan unsur penting dalam hemoglobin
darah. Besi bebas ditemukan dalam meteorit, dan besar kemungkinan
bahwa manusia primitif menggunakan besi ini sebagai sumber atau bahan
untuk alat dan senjata mereka. Ekstraksi besi telah dilakukan beberapa
ribu tahun yang lalu, dan besi masih menjadi logam yang paling penting
dalam kehidupan sehari-hari karena kelimpahan dan kemudahan
didapatnya, dan kemampuannya untuk dibentuk dan ditempa untuk
berbagai kegunaan.
Fe bersifat pyrophoric di udara, tetapi logamnya mengoksidasi udara
kering hanya ketika dipanaskan. Pada udara lembab, Fe berkarat,
pembentukan suatu oksida hydrated Fe2O3Xh2O. Besi bereaksi dengan
halogen pada suhu 470–570 K untuk membentuk FeF3, FeCl3, FeBr3, dan
FeI2. Ketika bubuk besi dan belerang dipanaskan bersama-sama, FeS
diproduksi. Formasi tentang karbid besi dan campuran logam adalah hal
yang rumit dalam industri baja. Kebanyakan dari ilmu kimia Fe melibatkan
Fe(II) atau Fe(III), dengan Fe(IV) dan Fe(VI) yang dikenal sejumlah kecil
sebagai campuran. (Chatherine. 2005)
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak
digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik,
besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26.
Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur Karbon ( C
) sampai dengan 1.67% (maksimal). Bila kadar unsur karbon ( C ) lebih
dari 1.67%, maka material tersebut biasanya disebut sebagai besi cor
(Cast Iron).
Makin tinggi kadar karbon dalam baja, maka akan mengakibatkan hal-
hal sbb:
 Kuat leleh dan kuat tarik baja kan naik,
 Keliatan / elongasi baja berkurang,
 Semakin sukar dilas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sifat fisik dan kimia dari Besi dan Baja?
2. Bagaimana cara pengekstraksian Besi dan Baja?
3. Apa saja senyawa - senyawa penting dari Besi dan Baja?
4. Apa saja kegunaan – kegunaan Besi dan Baja?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia dari Besi dan Baja
2. Mengetahui cara pengekstraksian Besi dan Baja
3. Mengetahui senyawa – senyawa penting dari Besi dan Baja
4. Mengetahui kegunaan – kegunaan Besi dan Baja
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Fisika dan
Kimia Besi
1. Elektronegativitas menurut Pauling : 1,8
2. Kepadatan : 7,8 g/cm 3 pada 20 °C
3. Titik lebur : 1536 °C
4. Titik didih : 2861 °C
5. Radius Vanderwaals : 0,126 nm
6. Radius ionik: 0,076 nm (+2) : 0,064 nm (+3)
7. Isotop :8
8. Energi ionisasi pertama : 761 kJ/mol
9. Energi ionisasi kedu : 1556,5 kJ/mol
10. Energi ionisasi ketiga : 2951 kJ/mol
11. Potensial standar: – 0.44 V (Fe2+ / Fe): 0,77 V ( Fe3+ / Fe2+)
12. Ditemukan oleh : Orang jaman kuno

Baja
1. Titik didih : 1550OC
2. Titik lebur : 2900OC
3. konduktivitas listrik
4. Menghantarkan panas
5. Reaktif
6. Jumlah elektron bebas yang tinggi di segala bentuk logam
padat menyebabkan logam tidak pernah terlihat transparan.

Sifat Fisika yang


lain Besi
1. Besi adalah logam berkilau, kuat, mudah ditempa, dan berwarna
perak abu-abu.
2. Besi merupakan unsur kesepuluh paling melimpah di alam semesta.
3. Besi juga unsur paling melimpah (massa , 34,6%) yang membentuk
bumi. Konsentrasi besi dalam berbagai lapisan bumi bervariasi dari
amat tinggi di inti hingga sekitar 5% di kerak luar. Sebagian besar
besi ditemukan dalam berbagai senyawa oksida besi, seperti
mineral hematit, magnetit, dan taconite. Inti bumi diyakini sebagian
besar terdiri dari paduan logam besi-nikel. Unsur besi sangat
penting dalam hampir semua organisme hidup. Pada manusia, besi
merupakan unsur penting dalam hemoglobin darah.
Baja
1. Berat dan Berat Jenis Baja
Berat baja per m3 diperlukan saat melaksanakan perhitungan
volume besi atau menghitung struktur bangunan guna mencari nilai
beban yang harus ditahan oleh sebuah struktur baja. Menurut
standar nasional indonesia berat jenis baja adalah 7850 kg/m3.
Pada kondisi nyata berat jenis baja dipengaruhi oleh bahan baja itu
sendiri seperti kandungan logam tertentu, kepadatan baja, kualitas
baja
yang menyebabkan perbedaan pada berat jenis baja.
2. Daya hantar panas pada baja
Baja merupakan logam yang terbuat dari besi dengan campuran
karbon. Berdasarkan campuran karbonnya baja dikategorikan
menjadi 3 macam yaitu: baja dengan kadar karbon rendah(0-
0,25%),b aja dengan kadar karbon menengah(0,25-0,55%) dan baja
dengan karbon tinggi diatas 0,55%. Baja memiliki keunggulan yaitu
memiliki sifat penghantar panas yang baik. Digunakan pada
penghantar transmisi yaitu ACSR dimana fungsi baja dalam hal ini
adalah memperkuat konduktor aluminium secara mekanis setelah
digalfanis dengan Seng. keuntungan dipakainya baja pada ACSR
adalah menghemat pemakaian aluminium.
Aluminium berinti baja, yang biasanya dikenal sebagai ACSR
(Aluminium Cable Steel Reinforced), suatu kabel penghantar
aluminium yang dilengkapi dengan unit kawat baja pada inti
kabelnya. Kawat baja itu diperlukan guna meningkatkan kekuatan
tarik kabel. ACSR ini banyak digunakan untuk kawat saluran hantar
udara.
3. Konduktivitas listrik
Konduktivitas listrik pada baja termasuk konduktivitas listrik yang
baik, karena paduan logam pada baja merupakan pencampuran
besi(Fe) dan krom(Cr).

Sifat Kimia
Besi
1. Logam ini memiliki empat bentuk kristal yang berbeda.
Jika terpapar udara, besi berpotensi mengalami karat. Besi berkarat
terutama di udara lembab, tetapi tidak di udara kering.
2. Logam ini mudah larut dalam asam encer.
Besi merupakan unsur yang aktif secara kimia dan membentuk dua
seri utama senyawa kimia, besi bivalen (II) atau fero, dan senyawa
besi trivalen (III) atau feri.
3. Unsur besi bersifat elektropositif yaitu mudah melepaskan
elektron. Karena sifat inilah bilangan oksidasi besi bertanda positif.
4. Besi dapat memiliki biloks 2, 3, 4 dan 6.
Hal ini disebabkan karena perbedaan energi elekktron pada subkulit
4s dan 3d cukup kecil, sehingga elektron pada subkulit 3d juga
terlepas ketika terjadi ionisasi selain elektron pada subkulit 4s.
5. Logam murni besi sangat reaktif secara kimiawi dan mudah
terkorosi, khususnya di udara yang lembab atau ketika
terdapat
peningkatan suhu.
6. Besi memiliki bentuk allotroik ferit yaitu alfa, beta, gamma dan
omega dengan suhu transisi 700oC, 928oC, dan 1530oC. Bentuk alfa
bersifat magnetik, tapi ketika berubah menjadi beta, sifat
magnetnya menghilang meski pola geometris molekul tidak
berubah.
7. Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti sulfur, fosfor,
boron, karbon dan silikon.
8. Oksidanya bersifat amfoter yaitu oksida yang menunjukkan sifat-
sifat asam sekaligus basa.
Baja
1. Logam biasanya cenderung untuk membentuk kation dengan
menghilangkan elektronnya, kemudian bereaksi dengan oksigen
di udara untuk membentuk oksida basa.
Contohnya:
4 Na + O2 → 2 Na2O (natrium oksida) 2 Ca + O2 → 2 CaO
(kalsium oksida) 4 Al + 3 O2 → 2 Al2O3 (aluminium oksida)
2. Beberapa logam seperti aluminium, magnesium, beberapa
macam baja, dan titanium memiliki semacam "pelindung" di
bagian paling luarnya, sehingga tidak dapar dimasuki oleh
molekul oksigen.

2.2 Ekstraksi
Besi
Bijih oksida besi ditambang di berbagai bagian dunia. Contohnya
haematite Fe2O3 dan magnetite Fe3O4.
1. Campuran padatan bijih haematite, coke dan limestone secara
kontinu dimasukkan ke dalam blast furnace.
2. Coke dibakar di dasar dan udara panas ditiupkan untuk
membakar coke (karbon) untuk membentuk karbon dioksida
dalam reaksi
oksidasi (C menerima O).
3. Energi panas dibutuhkan dalam reaksi eksotermik untuk
meningkatkan suhu blast furnace hingga di atas 1000oC
untuk
mempengaruhi reduksi bijih logam.
karbon + oksigen → karbon
dioksida C(s) + O2(g) → CO2(g)
4. Pada suhu tinggi terbentuk karbon dioksida, bereaksi dengan coke
(karbon) lain untuk membentuk karbon monoksida
karbon dioksida + karbon o karbon
monoksida CO2(g) + C(s) → 2CO(g)
(catatan: CO2 tereduksi dengan kehilangan O, C teroksidasi dengan
menerima O)
5. Karbon monoksida adalah molekul yang benar-benar mengusir
oksigen dari bijih besi oksida.
Ini adalah reaksi reduksi (Fe2O3 kehilangan O, atau Fe3+
menerima tiga elektron untuk membentuk Fe) dan CO dikenal
sebagai agen pereduksi (pengusir O dan teroksidasi dalam proses).
6. Logam besi dilelehkan pada suhu blast furnace tinggi dan
menetes ke dasar blast furnace. Reaksi reduksi utama adalah
Besi (III)
oksida + karbon monoksida → besi + karbon
dioksida Fe2O3(s) + 3CO(g) → 2Fe(l) +
3CO2(g)
Catatan, dalam kedua reaksi di atas, oksidasi dan reduksi selalu
terjadi bersamaan.
Reaksi reduksi bijih logam yang lain adalah Besi (III) oksida +
karbon o besi + karbon monoksida.
Fe2O3(s) + 3C(g) → 2Fe(l) + 3CO(g)

atau besi (III) oksida + karbon → besi + karbon

dioksida 2Fe2O3(s) + 3C(g) → 4Fe(l) + 3CO2(g)

Bijih logam asli mengandung acidic mineral impurities seperti


silika (SiO2, silikon dioksida). Ini bereaksi dengan kalsium karbonat
(limestone) untuk membentuk molten slag misal dari kalium silikat.

kalsium karbonat + silika → kalsium silikat + karbon dioksida

CaCO3 + SiO2 → CaSiO3 + CO2

Kadang-kadang ditunjukkan dalam dua langkah:

CaCO3 → CaO + CO2

CaO + SiO2 → CaSiO3

7. Molten slag membentuk lapisan di atas lelehan besi yang lebih


padat dan keduanya dapat dipisahkan, dan biasanya, disalurkan
ke luar. Besi didinginkan dan dicetak ke dalam pig iron ingots atau
ditransfer langsung ke furnace penghasil baja.
8. Limbah gas dan debu dari blast furnace harus diperlakukan
dengan baik untuk menghindari polusi lingkungan.
9. karbon monoksida yang sangat beracun dapat dibakar untuk
menghasilkan sumber energi panas, dan dalam reaksi
eksoterm
dikonversikan menjadi karbon dioksida yang tidak berbahaya.
karbon monoksida + oksigen → karbon dioksida
2CO(g) + O2(g) → 2CO2(g)
10. Gas asam seperti sulfur dioksida dari bijih sulfida, dapat
dihilangkan dengan bubbling melalui larutan alkali seperti
kalsium hidroksida (’limewater’) yang dinetralkan dan dioksidasi
menjadi kalsium sulfat yang tidak berbahaya. Pembersihan gas
dengan cara ini disebut ‘gas scrubbing’.
11. Air yang terkontaminasi harus dibersihkan dari bahan kimia
berbahaya sebelum dilepaskan ke sungai atau didaur ulang
melalui
water treatment plant.
12. waste slag digunakan untuk konstruksi jalan atau menimbun
galian sehingga dapat ditanami.
13. Besi dari blast furnace baik untuk obyek cast iron yang sangat
keras tetapi terlalu rapuh untuk aplikasi lainnya karena
kandungan karbon dari coke-nya terlalu tinggi. Jadi dikonversikan
menjadi steel alloy untuk range yang lebih luas

Baja
Pembuatan baja dilakukan dengan cara memperoleh bahan
berupa besi kasar terlebih dahulu. Besi kasar merupakan hasil dari
pengolahan bijih besi melalui beberapa proses seperti proses reduksi
kandungan zat pengotor dan reduksi ukuran menjadi pellet. Setelah
itu pellet diproses di dalam tanur tinggi sehingga dihasilkan cairan
besi yang akan turun ke dasar tanur tinggi. Besi kasar yang telah
dihasilkan di tanur tinggi tadi kemudian diolah secara lanjut menjadi
menjadi barbagai jenis baja.
Ada beberapa proses yang dilakukan untuk merubah besi kasar
menjadi baja :
1. Proses Konvertor
Terdiri dari satu tabung yang berbentuk bulat lonjong dengan
menghadap ke samping.
Sistem kerja :
 Dipanaskan dengan kokas sampai suhu ±1500ºC
 Dimiringkan untuk memasukkan bahan baku (±1/8 dari
volume konvertor)
 Kembali ditegakkan
 Menghembuskan udara bertekanan 1,5-2 atm dari kompresor
 Setelah 20-25 menit konvertor dijungkirkan untuk
mengeluarkan hasilnya
2. Proses Bassemer
Adalah proses untuk produksi massa baja cair pig iron. Prinsip
dari proses ini adalah menghilangkan kotoran dari besi dengan
oksidasi dengan udara yang ditiup melalui besi cair.
Proses ini dilakuka di dala container baja bulat telur besar
dilapisi dengan tanah liat atau dolomit yang disebut konverter
bassemer. Di bagian atas atas converter merupakan bukaan,
biasanya miring relative ke bidang kapal. Di bagian bawah Bagian
bawah ini berlubang dengan sejumlah saluran yang disebut
tuyères melalui udara dipaksa menjadi konverter. Konverter ini
diputar pada trunnions sehingga dapat diputar untuk menerima
tuduhan, berbalik tegak selama konversi dan kemudian diputar
lagi
untuk menuangkan baja cair di akhir.
Proses yang terjadi adalah proses oksidasi. Proses oksidasi ini
digunanakan untuk menghilangkan pengotor seperti silicon,
mangan dan karbon sebagai oksida yang akan membentuk gas
ataupun terak padat. Setelah baja yang dinginkan terbentuk itu
dicurahkan ke ladle kemudian ditransfer ke dalam cetakan dan
terak ringan yang tertinggal. Proses konversi yang disebut
"pukulan" dilakukan dalam waktu sekitar dua puluh menit. Selama
periode ini kemajuan oksidasi kotoran dapat dilihat atau dinilai
oleh
penampilan dari api yang keluar dari mulut konverter.
3. Proses Open-Heart
Proses pembuatan dengan dapur ini adalah proses oksidasi
kotoran yang terdapat pada bijih besi sehingga menjadi terak yang
mengapung pada permukaan baja cair. Oksigen langsung
disalurkan kedalam cairan logam melalui tutup atas. Apabila
selesai tiap proses, maka tutup atas dibuka dan cairan baja
disalurkan untuk proses selanjutnya untuk dijadikan bermacam-
macam jenis baja.
Pada proses Open-Hearth ( dapur Siemens Martin ) digunakan
campuran besi mentah (pig iron) padat atau cair dengan baja
bekas (steel scrap) sebagai bahan isian (charge). Pada proses ini
temperatur yang dihasilkan oleh nyala api dapat mencapai
1800oC. Bahan bakar (fuel) dan udara sebelum dimasukkan ke
dalam dapur terlebih dahulu dipanaskan dalam “Cheekerwork”
dari
renegarator.
Proses pembuatan baja dengan cara Open-Hearth ini meliputi
3 periode yaitu :
a. Periode memasukkan dan mencairkan bahan isian.
b. Periode mendidihkan cairan logam isian.
c. Periode membersihkan/memurnikan (refining) dan deoksidasi
Bahan bakar yang dipakai adalah: campuran blast furnace gas
dan
cokes oven gas.
3.1 Proses Basic Open-Heart
Pada proses basic open-hearth ini, mula-mula ke dalam
dapur dimasukkan baja bekas (scarap steel) yang ringan
kemudian baja bekas yang berat. Setelah itu ditambahkan
bahan tambah (batu kapaur) dan bijih besi yang diperlukan
untuk membentuk terak pertama. Pada proses akhir peleburan,
sebagian phosphor (P) yang terdapat besi mentah akan
berubah menjadi terak. Untuk menjaga agar terak tidak
masuk/bereaksi kembali dengan logam cair, maka kira-kira
40%-50% terak tersbut lekas dikeluarkan dan juga perlu
ditambah batu kapur
untuk membentuk terak yang baru.
3.2 Proses Acid Open-Hearth
Proses acid open-hearth membutuhkan bahan isian
berkualitas lebih baik dengan kadar Phospor P<0.03% dan
kadar Sulphur S<0.03%. proses ini biasanya menggunakan
bahan isian padat dengan 30-50% berat baja keras.
Kandungan siliconc ini perlu dipertahankan <0.6%, ,
kandungan ini perlu dipertahankan dalam kadar yang rendah
sebab pada akhir periode pemanasan, kandungan silicon akan
naik. Pada proses ini biji besi tidak boleh ditambah di bahan
isian, dmana hal itu dapat menimbulkan reaksi dengan silica
pada bagian tungku berupa 2Fe.SiO2. Pada proses ini, biji
besi tidak boleh ditambahkan pada bahan isian, dimana hal itu
dapat menimbulkan reaksi dengan Silica pada bagian tungku
berupa 2FeO.SiO2. Setelah pengisian dan pemanasan, besi,
Silicon dan Mn dioksidasi dan bersatu dengan bahan tambah
dan
membentuk terak pertama (+ 40% SiO2).
4. Proses Basic Oxygen Furnace
Proses tanur oksigen basa (Basic Oxygen Funace),
menggunakan besi kasar (65-85%) yang dihasilkan tanur tinggi
sebagai bahan dasar utama yang dicampur dengan besi bekas dan
batu kapur.
Proses BOF adalah sebagai berkut :
 Logam dimasukkan ke ruang baker (dimiringkan lalu
ditegakkan).Oksigen (+1000) ditiup lewat oxygen lance ke
ruang bakar dengan kecepatan tinggi (55 m3(99,5%O2)
tiap
satu ton muatan) dengan tekanan 1400 kN/m2.
 Ditambahkan bubuk kapur (CaO) untuk menurunkan kadar P
dan S.
5. Proses Dapur Elektrik
Panas yang dibutuhkan untuk mencairkan baja adalah berasal
aliran listrik yang disalurkan dari tiga buah elektroda karbon dan
dimasukkan mendekati dasar dapur. Proses pembuatannya adalah
dengan memasukkan besi bekas dan bahan-bahan yang perlu
ditambahkan, kemudian aliran listrik dari elektroda akan mecairkan
besi bekas dan bahan-bahan tambahan yang dimasukkan dengan
cepat dapat mencair.
6. Proses Dapur Kopel
Mengolah besi kasar kelabu dan besi bekas menjadi baja atau
besi tuang.
Proses :
 Pemanasan awal agar bebas dari uap air
 Bahan bakar (kayu bakar dan kokas) dinyalakan selama15
jam
 Kokas dan udara dihembuskan dengan kecepatan rendah
hingga kokas mencapai 700-800 mm dari dasar tungku
 Besi bekas dan besi kasar sebesar 10-15% ton/jam
dimasukkan
 15 menit baja cair dikeluarkan dari mulut pengeluaran
7. Proses Dapur Cawan
Proses kerja dapur cawan dimulai dengan:
 Memasukkan baja bkas dan besi kasar dalam cawan
 Kemudian dapur ditutup rapat
 Gas-gas panas dimasukkan sehingga memanaskan
sekekliling cawan dan muatan dalam cawan akan mencair
 Baja cair tersebut siap dituang untuk dibuat menjadi baja-
baja istimewa dengan menambahkan unsur-unsur paduanlain
yang dibutuhkan.
8. Proses Pembuatan Baja Secara Duplex
Proses ini dilakukan dengan prinsip penggabungan 2 metode
pembuatan baja:
 Proses Open-Harth furnace secara asam basa
 Proses Open-Hearth secara basa dan electric furnace secara
basa
 Proses Bessemer converter dan Open-Herath furnace secara
basa.
Prinsip kerjanya:
a) Proses open-hearth furnace secara basa dan asam.
Mula-mula bahan isian diproses pada open-hearth secara
basa, kemudian baja cair dari proses open-hearth secara
basa diproses lagi pada open-hearth furnace secara asam
sampai selesai, barulah baja yang dihasilkan dituang.
b) Proses open-hearth furnace secara basa dan electric furnace
secara basa.
Mula-mula bahan isian diproses dahulu dalam open-
hearth secara basa kemudian baja cair hasil proses open-
hearth secara basa diproses lagi dalam electric furnace basa
sampai selesai.
c) Proses Bessemer Converter dan Open-Hearth furnace secara
basa
Mula-mula bahan isian diproses dalam Bessemer
Converter dan hasil Bessemer Converter ini diproses
lagi dalam Open-Hearth furnace secara basa sampai
selesai.

2.3 Senyawa-Senyawa Penting Besi dan


Baja Besi
Besi memiliki dua jenis bilangan oksidasi, yaitu Fe2+ (ion fero) dan
Fe3+(ion feri). Kation besi ini mmudah berikatan dengan anion,
seperti SO42- dan Cl Berikut contoh senyawa yang mengandung
unsur besi beserta kegunaanya.
a. Besi (II) Sulfat (FeSO4)
Digunakan sebagai sumber mineral besi untuk terapi defisiensi atau
kekurangan zat besi.Snyawa FeSO4 teknis (kurang murni) digunakan
untuk membuat tinta bubuk.
b. Besi (III) Sulfat
Senyawa besi (III) sulfat ini digunakan dalam pewarnaan tekstil dan
pengetsaan aluminium.
c. Besi (II) Oksida (FeO)
Senyawa besi (II) oksida ini dikenal juga sebagai meni besi atau
oker yang digunakan sebagai pewarna tegel atau ubin.

2.4 Aplikasi Besi dan


Baja Besi
Besi digunakan untuk membuat kontruksi jembatan, badan
kendaraan (kereta api dan mobil), rel kereta api, dan kontruksi
bangunan lainya. Kegunaan besi dalam bentuk logam campurannya,
diantaranya sebagai berikut:
a. Stainless Steel
Stainless Steel merupakan campuran 74% Fe, 185 Cr, dan 8% Ni.
Stailess steel bersifat kuat dab tahab tehadap korosi sehingga
sering digunakan untuk membuat peralatan industri, peralatan
rumah tangga, dan komponen kendaraan bermotor.

b. Produk Otomotf

c. Konstruksi

d. Shipping

e. Mesin

f. Jalan Kereta Api

g. Perlengkapan listrik
h. Perkakas rumah.

i. Alat industri berat.

Baja
a. Baja Nikel
Baja nikel merupakan campuran 75% Fe dan 25%Ni.Baja nikel
bersifat keras dan alot atau liat. Selain baja nikel, dikenal juga jenis
baja lain, seperti baja mangan (campuran fe dan Mn) dan baja
kromium (Campuran Fe dan Cr). Baja nikel bersifat sangan kuat
sehingga dapat digunakan untuk membuat kawat dan senjata.
Contoh Baja
Unsur
Jenis Sifat Kegunaan
Tambahan
Baja 0,4-0,9% C dan Keras & Rel kereta
mangan 11-14% Mn kuat api, lapis
baja,
kendaraan
perang.
Baja Nikel 25 % Ni Kuat & Alat pengukur
tahan karat (meteran),
kawat,
persenjataan
Baja Crom- 1-10% Cr Kuat & As kendaraan
Vanadium dan 0,15 % V tahan
terhadap
beban
Baja 0,2-0,4 % C, Tahan Karat Alat - alat rumah
Stainless 14-18% Cr, tangga dan
dan 7-9% Ni industri
Baja 0,4 – 0,9 % C Sangat Ujung alat
Wolfram dan 5 % W keras pemotong
BAB III
KESIMPULAN
1. Besi adalah logam yang paling berlimpah-limpah dan yang
keempat berlimpah-limpah dari semua unsur-unsur; itu terjadi
terutama sebagai oksida untuk hematit contoh ( Fe2O3), magnetit (
besi
magnet) (Fe3O4) dan sebagai pirit besi Fes2.
2. Baja pada dasarnya ialah besi (Fe) dengan tambahan unsur Karbon
( C ) sampai dengan 1.67% (maksimal). Bila kadar unsur karbon ( C
) lebih dari 1.67%, maka material tersebut biasanya disebut
sebagai
besi cor (Cast Iron).
3. Besi adalah logam berkilau, kuat, mudah ditempa, dan berwarna
perak abu-abu. Menurut standar nasional indonesia berat jenis
baja adalah 7850 kg/m3. Pada kondisi nyata berat jenis baja
dipengaruhi oleh bahan baja itu sendiri seperti kandungan logam
tertentu, kepadatan baja, kualitas baja yang menyebabkan
perbedaan pada
berat jenis baja.
4. Logam besi memiliki empat bentuk kristal yang berbeda. Jika
terpapar udara, besi berpotensi mengalami karat. Besi berkarat
terutama di udara lembab, tetapi tidak di udara kering.Logam besi
mudah larut dalam asam encer.
5. Beberapa logam seperti aluminium, magnesium, beberapa
macam baja, dan titanium memiliki semacam "pelindung" di
bagian paling
luarnya, sehingga tidak dapar dimasuki oleh molekul oksigen.
6. Proses ekstraksi membutuhkan peleburan pertama (untuk
mendapatkan logam mentah) dan kemudian penyulingan. Dalam
peleburan, bijih besi (biasanya oksida) dicampur dengan kokas
dan
batu kapur dan dipanaskan, dan udara panas yang bertiup dari
bawah (dalam tanur).
7. Pembuatan baja dilakukan dengan cara memperoleh bahan berupa
besi kasar terlebih dahulu. Besi kasar merupakan hasil dari
pengolahan bijih besi melalui beberapa proses seperti proses
reduksi kandungan zat pengotor dan reduksi ukuran menjadi pellet.
Setelah itu pellet diproses di dalam tanur tinggi sehingga dihasilkan
cairan besi yang akan turun ke dasar tanur tinggi. Besi kasar yang
telah dihasilkan di tanur tinggi tadi kemudian diolah secara lanjut
menjadi
menjadi barbagai jenis baja.
8. Besi digunakan untuk membuat kontruksi jembatan, badan
kendaraan (kereta api dan mobil), rel kereta api, dan
kontruksi
bangunan lainya.
9. Baja nikel merupakan campuran 75% Fe dan 25%Ni.Baja nikel
bersifat keras dan alot atau liat. Selain baja nikel, dikenal juga
jenis baja lain, seperti baja mangan (campuran fe dan Mn) dan
baja kromium (Campuran Fe dan Cr). Baja nikel bersifat sangan
kuat sehingga dapat digunakan untuk membuat kawat dan
senjata.
DAFTAR PUSTAKA

Chatherine E. H and Alan G.S. 2005. Inorganic Chemistry. Second Edition.


Prentice Hall. England
C. Chambers and A.K. Holliday. 1975. Modern Inorganic Chemistry.
Butterworths. England
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga. Jakarta
MAKALAH BESI
DAN BAJA
Tugas ini disusun untuk mata kuliah material teknik
Dosen : Agustina dwiyanti, S.T.,M.T

Disusun oleh : Adam


Muhammad khatami

Kelas 1F-TKI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINA BANGSA
2023
.
REVIEW JURNAL

Tugas ini disusun untuk mata kuliah material teknik


Dosen : Agustina dwiyanti, S.T.,M.T

Disusun oleh :
Muhammad faqih

Kelas 1E-TKI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINA BANGSA
2023
PENGEMBANGAN ALAT UJI PUNTIRAN SEBAGAI MEDIA BELAJAR UNTUK
POKOK BAHASAN PUNTIRAN
REVIEW JURNAL
NAMA : MUHAMMAD FAQIH
NIM : 16012300121

Judul Pengembangan Alat Uji Puntiran Sebagai Media Belajar Untuk Pokok
Bahasan Puntiran Dalam Mata kuliah Mekanika Teknik
Journal Academia.edu
Volume dan halaman Vol. 07. No. 01. Hal 1-7
Tahun 2007
Penulis Heru suryanto
Reviewer Muhammad faqih
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini bertujuan untuk membantu proses pembelajaran
puntiran melalui prosedur eksperimental dalam menentukan kaidah-
kaidah dalam materi puntiran dan sebagai upaya rintisan pengadaan
sarana praktikum pengujian fenomena dasar mesin
Metode penelitian Metode penelitian dilakukan dengan eksperimen.menggunakan tarikan
kabel yang terikat pada puli dan besar gaya tarikan pada kabel terukur
pada neraca pegas dengan kapasitas maksimum 5 kg
Objek penelitian Alat puntiran
Hasil penelitian Hasil yang diperoleh pada kegiatan ini berupa media belajar alat uji
puntiran. Karakteristik dari alat ini adalah mampu membebani batang
puntir dengan beban maksimum 3 Nm, dapat digunakan untuk batang
puntir dengan diameter antara 9,6 – 10 mm dan panjang maksimum 430
mm. Alat uji puntiran memberikan hasil modulus geser yang lebih
mendekati kondisi yang ada direferensi untuk logam aluminium sehingga
lebih tepat bila digunakan untuk logam yang lunak.
Kelebihan penelitian peserta didik aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang
dipelajarinya. Melalui metode experimental ini peserta didik secara total
dilibatkan dalam melakukan sendiri, Perubahan perilaku sebagai akibat
dari belajar dikelompokkan ke dalam 3 aspek, yaitu: kemampuan kognitif,
afektif (sikap), dan psikomotorik (ketrampilan).
Kekurangan penelitian Penelitian dilakukan dengan banyak sekali mahasiswa sehingga
mengakibatkan penelitiannya masih diragukan.
Diskusi Dari kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. alat uji puntiran memberikan hasil modulus geser yang lebih
mendekati kondisi yang ada direferensi untuk logam aluminium
sehingga lebih tepat apabila digunakan untuk logam yang lunak;
2. Pengujian dengan alat uji puntiran cenderung memberikan hasil
yang lebih baik apabila dilakukan melalui panjang spesimen uji
yang maksimum;
3. Alat uji puntiran yang dihasilkan mampu mem- bebani batang
puntir dengan beban maksimum 3 Nm, dapat digunakan untuk
batang puntir dengan diameter antara 9,6 – 10 mm dan panjang
maksimum 430 mm
PENGEMBANGAN ALAT UJI PUNTIRAN SEBAGAI MEDIA
BELAJAR UNTUK POKOK BAHASAN PUNTIRAN
DALAM MATAKULIAH MEKANIKA TEKNIK

Heru Suryanto
Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Malang

Abstrak: penelitian ini bertujuan untuk membantu proses pembelajaran puntiran


melalui prosedur eksperimental dalam menentukan kaidah-kaidah dalam materi
puntiran dan sebagai upaya rintisan pengadaan sarana praktikum pengujian
fenomena dasar mesin. Hasil yang diperoleh pada kegiatan ini berupa media
belajar alat uji puntiran. Karakteristik dari alat ini adalah mampu membebani
batang puntir dengan beban maksimum 3 Nm, dapat digunakan untuk batang
puntir dengan diameter antara 9,6 – 10 mm dan panjang maksimum 430 mm. Alat uji
puntiran memberikan hasil modulus geser yang lebih mendekati kondisi yang ada
direferensi untuk logam aluminium sehingga lebih tepat bila digunakan untuk logam
yang lunak

Kata-kata kunci: puntiran, modulus geser, media belajar

Dalam lingkup pendidikan, upaya melainkan harus memberikan instruksi


meningkatkan kualifikasi lulusan teru- terlebih dahulu sesuai dengan tema yang
tama dibidang keteknikan maka diperlukan dibicarakan dan siswa, kemudian pengajar
untuk memperbaiki pengem- bangan menunjukkan bagian-bagian, kegunaan dan
pembelajaran teknik. Terdapat tiga aspek proses kerja dari tema yang dibicarakan
utama yang harus diperhatikan dalam kemudian melakukan demon- strasi alat.
mengembangkan pembelajaran teknologi, Jadi dalam pembelajaran teknik, alat
yaitu: (1) aspek pengajaran teoritik harus praktikum adalah media belajar yang perlu
sejajar dan bersamaan dengan kemajuan untuk diadakan. Hal ini sejalan dengan
IPTEKS, (2) aspek pengajaran terapan pendapat Sosrohadisewoyo (1997) dalam
harus terkait dengan perkembangan dunia Mukhadis (2000) bahwa dalam
industri, dan (3) perlu pengembangan pelaksanaan pendidikan profe- sional
kemampuan pengua- saan alih prinsip (teknisi, guru SMK, instruktur pelatihan),
umum sebagai pengembangan daya kegiatan praktikum di labora- torium
adaptasi. Tuntutan ke tiga aspek tersebut memberikan kontribusi besar dalam
menempatkan betapa penting keberadaan pembentukan kompetensi yang telah
dan peranan laboratorium, baik sebagai ditetapkan. Ketiadaan dukungan alat
sumber belajar maupun sebagai praktikum mengakibatkan kesulitan dalam
pengembangan pembela- jaran (Mukhadis, mengembangkan metode pengajaran dan
2000). menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Pelaksanaan kegiatan pembela- Mekanika Teknik merupakan
jaran teknik sangat tidak cocok jika hanya matakuliah dasar keteknikan yang wajib
mengunakan metode ceramah/verbal, dikuasai oleh mahasiswa teknik.
Matakuliah ini memiliki tuntutan prasyarat konsep puntiran yang meliputi sudut
prinsip dan konsep yang memadai. Target puntir, momen torsi dan modulus
kompetensi yang ingin dicapai adalah elastisitas geser sehingga dapat
penguasaan teori dan sikap yang benar menajamkan konsep dan memudahkan
terhadap suatu permasalahan keteknikan pemahaman mahasiswa. Dengan demikian
(bidang mekanika). Tanpa dukungan materi yang disajikan dan poses
peralatan maka proses belajar mengajar pembelajaran akan semakin berkualitas dan
matakuliah tersebut dihadapkan pada suatu akan memperkuat minat mahasiswa untuk
tantangan yang serius, dimana mahasiswa belajar.
hanya akan mengetahui teori saja, tanpa Menurut Worm (1984) dalam
memiliki kemampuan dalam menerapkan Paryono (2000), tujuan pembelajaran
teori pada problema yang nyata sehingga adalah memfasilitasi terbentuknya
skill dan sikap sebagai teknolog akan sulit kemampuan alih belajar sehingga dapat
untuk tertanam. Dalam kondisi demikian, menerapkan dan mengembangkan peri-
diperlukan upaya untuk merintis pengadaan laku hasil belajar dalam hal pemecahan
komponen-komponen sistem pengajaran masalah baik institusi maupun dalam
untuk memperkuat kondisi pengajaran kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu agar
matakuliah tersebut. proses pembelajaran berlangsung dengan
Berdasarkan kajian materi baik, maka perlu adanya alat pendukung
perkuliahan Mekanika Teknik maka yang dapat mempermudah pemahaman
kondisi perkuliahan di kelas selama ini, mahasiswa sehingga pada akhirnya dapat
menunjukkan fakta bahwa banyak materi meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
perkuliahan yang memungkinkan meng- Bruner (1966) dalam pengem-
gunakan media pembelajaran berupa alat bangan teori pembelajarannya, mengemu-
yang aktual untuk visualisasi dan kakan bahwa suatu pembelajaran harus
pembuktian suatu teori secara eksperi- bergerak dari pengalaman langsung, ke
mental, seperti materi tekuk (buckling), representasi ikonik (seperti gambar dan
puntiran dan lendutan/defleksi. Selama ini film), dan selanjutnya ke representasi
perkuliahan mekanika khususnya pokok simbolik (seperti: kata atau simbol-simbol
bahasan puntiran hanya disampaikan lain). Pengalaman langsung dapat diperoleh
dengan metode ceramah dan perhitungan melalui media belajar yang berupa alat
teoritis biasa. Karena perkulihan bersifat konkrit. Alat pendukung sebagai media
teoritis maka mahasiswa tidak mem- belajar dapat berupa benda konkrit, yang
peroleh pengalaman teknik praktis sebagai dapat berfungsi meng- hindarkan pengajar
aplikasi dari teori yang diperoleh. Padahal untuk selalu mela- kukan penyampaian
dalam pengajaran teknik, pengajaran materi secara verbal.
perkuliahan yang menyangkut proses kerja Verbalisme terjadi apabila seseorang
suatu mesin dan prosedur pengujian bahan hanya tahu kata yang mewakili suatu objek,
atau mesin tentunya akan lebih tepat apabila tetapi tidak mengetahui obyeknya. Atau,
mahasiswa dihadapkan pada peralatan yang seseorang tahu nama konsep, tetapi tidak
nyata. Dengan demikian mahasiswa akan tahu substansi konsepnya. Verbalisme bisa
mempunyai pengalaman teknik yang lebih terjadi kalau dalam proses interaksi belajar-
matang. Jadi pada proses pembelajaran mengajar hanya melibatkan media verbal
puntiran akan lebih baik bila dalam sehingga mahasiswa cenderung hanya
perkuliahan tersebut menggunakan media meniru apa yang dikatakan pengajar tanpa
untuk memvisualisasikan konsep persoalan memahami maknanya. Keadaan seperti ini
puntiran baik untuk poros maupun balok dan berpotensi untuk mengganggu interaksi
membuktikan secara eksperimental belajar-
mengajar karena apa yang dimaksudkan mengikuti suatu proses, mengamati suatu
oleh pengajar bisa ditafsirkan lain oleh objek, menganalisis, membuktikan dan
mahasiswa. Gangguan proses komunikasi menarik kesimpulan sendiri tentang suatu
juga dapat terjadi karena terbentuknya objek, keadaan atau proses sesuatu.
persepsi yang keliru tentang suatu objek, Melalui metode eksperimen ini diharap-
peristiwa, atau gejala. Gangguan ini kan peserta didik dapat menemukan
biasanya dapat diminimalkan dengan sendiri jawaban dari permasalahan yang
menggunakan variasi media yang dihadapi.
dilibatkan dalam proses komunikasi itu Menurut Winataputra (1993),
(Degeng, 2000). eksperimental adalah pekerjaan yang
Perubahan perilaku sebagai akibat menggunakan alat-alat sains dengan tujuan
dari belajar dikelompokkan ke dalam 3 untuk mengetahui sesuatu yang baru atau
aspek, yaitu: kemampuan kognitif, afektif mengetahui apa yang terjadi kalau
(sikap), dan psikomotorik (ketrampilan). diadakan suatu proses tertentu. Dengan
Setiap aspek menuntut penggunaan media menggunakan metode eksperiman peserta
yang berbeda. Artinya, belajar aspek didik dilatih menggunakan metode ilmiah
kognitif memerlukan media yang berbeda dan sikap ilmiah secara benar dan
dibandingkan mahasiswa yang belajar sesungguhnya. Peserta didik dilatih
dengan aspek lain. Karena itu kegiatan membaca data secara obyektif menurut apa
pembelajaran adalah tidak hanya cukup adanya, mengambil kesimpulan berdasarkan
dengan metode ceramah melainkan harus fakta-fakta yang mendukung, menyadari
didukung dengan peralatan pembelajaran keterbatasan sains, keterba- tasan penelitian
yang dapat membantu dalam mening- suatu pengukuran, keterbatasan suatu
katkan pemahaman dalam rangka hukum atau teori, memahami makna suatu
pemecahan masalah pada pokok pembe- teori, dan sebagainya. Hal seperti ini sulit
lajaran yang dibicarakan. Oleh karena untuk untuk dimengerti hanya dengan cara
bahwa dalam pelaksanaan kegiatan mendengarkan melalui ceramah.
praktikum yang efektif adalah bila dalam Perangkat praktikum puntiran
menyampaikan suatu materi praktikum, digunakan untuk melakukan simulasi
pengajar harus memberikan instruksi terhadap berbagai perubahan parameter
terlebih dahulu dengan menunjukkan dalam puntiran dan nilai menentukan sifat-
komponen-komponen, kegunaan, kons- sifat seperti modulus elastisitas geser secara
truksi, dan cara kerja dari bagian-bagian eksperimental, dengan asumsi- asumsi
tersebut. Dengan cara seperti ini, pebelajar dasar yang digunakan dalam proses puntir
selain mendengarkan instruksi dari adalah (1) Poros lurus dan seragam pada
pengajar juga dapat melihat secara detail penampang lintang lingkar sepanjang
komponen-komponen yang sedang batang; (2) Torsi yang dikenakan konstan
dibicarakan, mencoba, dan memprak- sepanjang batang dan bekerja pada sumbu
tekkan sesuai dengan yang telah polar; (3) Gaya-gaya yang bekerja tidak
didemonstrasikan pada saat instruksi. melebihi batas proporsional; (4) Penampang
Metode pembelajaran yang cukup lintang datar kembali ke posisi semula
baik yang dapat menggunakan media alat setelah memuntir; (5) Garis-garis radial
praktikum adalah metode eksperimental. kembali ke posisi awal setelah memuntir.
Hal itu disebakan karena dengan metode Untuk memperoleh pendekatan
eksperimental maka peserta didik aktif distribusi tegangan yang seragam
mengalami dan membuktikan sendiri sepanjang luas penampang, umumnya
tentang apa yang dipelajarinya. Melalui spesimen yang digunakan berbentuk
metode ini peserta didik secara total
dilibatkan dalam: melakukan sendiri,
batang bulat. Media ini merujuk pada Adapun diagram alir kegiatan yang
rumusan (Sigley and Mitchel, 1983): dilakukan adalah sebagai berikut:

Rancangan alat
T y
 Pembuatan alatdan
panduan

TL
r Ujicoba Referensi
xz

Perbandingan

Evaluasi

Gambar 1. Batang Yang Mengalami


Revisi/perbaikan
Puntiran. Keterangan: T = torsi (N.m); r =
jejari batang punter; G = modulus Gambar 2. Alur Pelaksanaan Kegiatan
elastisitas geser (N/m2); Ip = momen
inersia polar = .d4/32 (m4); L = panjang
Sebelum melakukan kegiatan maka
batang puntir (m);  = sudut puntir
dilakukan penetapan tujuan pembelajaran
sepanjang L (rad)
praktikum yang akan dicapai. Melalui
tujuan tersebut kemudian ditetapkan cara
Tegangan geser:
untuk mencapai melalui desain alat.
  T.r N/m2 .............. (1) I p Desain alat ini dilakukan dengan tahapan
dengan: T = torsi (N.m); r = jejari batang kegiatan: (1) Pengamatan pada alat uji
puntir; Ip = momen inersia polar (m4) = puntir yang ada dan dari referensi buku. Dari
.d4/32 pengamatan ini akan dibuat desain model
Regangan geser: alat yang relevan dengan teori puntiran
r yang mampu menunjukkan rumusan
  m/m ..................... (2) L teoritis menjadi gambaran yang praktis.
Modulus geser atau modulus kekakuan: Desain ini untuk menentukan dimensi
 2 alat dan kemampuan alat untuk
G N/m .................... (3) menghasilkan gaya puntiran, (2) melaku- kan
 pembuatan alat praktikum puntiran yang
dilakukan dengan bantuan teknisi
Dengan demikian diperoleh hubungan:
laboratorium teknik mesin Universitas
G  T.L N/m2 ................. (4) Negeri Malang. Pada proses ini hal yang
I p perlu diperhatikan adalah kelurusan
spesimen, kekuatan pencekam spesimen,
dengan: G = modulus elastisitas geser
lengan penunjuk sudut puntir untuk
(N/m2); L = panjang batang puntir (m);
penunjukkan sudut puntir melalui dial
 = sudut puntir (rad)
indikator, (3) uji coba peralatan puntiran,
meliputi: kemudahan penggunaan, tingkat
METODE PELAKSANAAN akurasi alat ukur, karakteristik pembe-
Alur kegiatan yang dilakukan banan, dan ketepatan hasil kemudian
adalah: (1) pengadaan media belajar dibandingkan dengan referensi yang ada, (4)
perangkat puntiran, (2) Pengujian menyusun prosedur kerja (panduan
karakteristik peralatan untuk sampel yang praktikum), meliputi tujuan khusus
berbeda, (3) perbandingan hasil dengan pembelajaran, dasar teori puntiran,
data teoritis, dan (4) Evalusi alat. petunjuk penggunaan alat, gambar, dan
lembar kerja praktikum, (5) melakukan geser bahan melalui perhitungan dengan
pengamatan dan evaluasi terhadap alat, rumusan puntiran. Hasil akhir dari
panduan dan materi pembelajarannya, dan berbagai variasi parameter puntiran dapat
bila diperlukan akan direvisi. dilakukan secara eksperimental kemudian
Berdasarkan rujukan, rumusan yang dibandingkan dengan hasil pengujian
digunakan maka parameter yang dapat dengan perangkat lain yang sudah ada
dicoba untuk disimulasikan adalah sebagai kalibrasi ataupun data teoritis.
panjang spesimen, beban puntir, dan jenis
material. Data yang dapat diambil dalam HASIL
praktikum ini adalah beban puntir yang
Peralatan puntiran yang dibuat
teramati dari skala pegas, yang kemudian
dapat dilihat pada Gambar 3. Spesifikasi
dengan perhitungan dinyatakan sebagai
teknis dari perangkat uji torsi antara lain:
momen puntir. Data lain yang teramati
panjang: 650 mm, lebar: 400 mm, Tinggi:
adalah sudut puntir yang teramati dari
840 mm, Radius pulli: 72,4 mm, Panjang
perubahan arah jarum dial indikator akibat
spesimen: 500 mm, diameter spesimen:
puntiran dari poros. Skala yang diperoleh ini
9,5~10 mm, indikator pegas: 5 kg
kemudian dihitung sehingga dapat
maksimum, momen maksimum: 3 Nm.
diperoleh sudut puntir poros. Dari data-
data yang diperoleh diketahui modulus

Gambar 3. Alat Uji Puntiran

Metode pembebanan dilakukan nilai sebesar 300 gram. Pengukuran


dengan menggunakan tarikan kabel yang gesekan dari poros puli dilakukan dalam
terikat pada puli dan besar gaya tarikan
pada kabel terukur pada neraca pegas
dengan kapasitas maksimum 5 kg. Nilai
pembebanan puntir diperoleh setelah
dilakukan pengurangan terhadap beban
tertera pada pegas untuk mengatasi
gesekan poros puli dan berat neraca pegas
yang secara keseluruhan memberikan
kondisi pencekam bebas tanpa spesimen, Peralatan ini dapat digunakan
dilakukan dengan menarik pegas untuk minimam dua orang mahasiswa,
sehingga poros puli mulai mengalami dengan masing-masing tugas penga-
gerakan memutar. Torsi peralatan matan, yaitu memutar ulir penarik pegas
merupakan hasil perkalian antara beban untuk memberikan beban torsi dan
puntir dengan jejari puli ditambah jejari
kabel penarik.
melakukan pengamatan terhadap beban Modulus geser material adalah (Sigley
sedangkan yang lain melakukan and Mitchel, 1983): Aluminium: 26,2 GPa
pengamatan terhadap sudut puntir yang = 2,62 E+10 dan Kuningan: 40,1 GPa =
terwakili oleh putaran jarum pada dial 4,01 E+10
indikator dan mencatat data-data. Dari percobaan tersebut tampak
Pengujian puntir dilakukan mulai dari bahwa nilai modulus geser untuk tiap-tiap
beban terendah sampai beban tertinggi panjang batang puntir tidak sama baik
dalam satu siklus beban yang kontinyu. untuk bahan aluminium maupun
Hasil dari pengujian ini berupa sudut kuningan. Perbedaan tersebut diduga
puntir, torsi, dan modulus geser (G).
Sebagai pedoman dari kelayakan
alat uji ini adalah modulus geser bahan
yang sifatnya konstan untuk setiap jenis
bahan. Bahan untuk uji coba diambil
poros pejal Aluminium dan kuningan
dengan diameter berturut-turut 9,9 mm
dan 9,6 mm dengan jumlah 3 sampel.
Hasil dari percobaan dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Hasil Percobaan Puntiran Dengan Bahan Aluminium Diameter 9,9 mm


Panjang 400 mm Panjang 300 mm Panjang 200 mm
Torsi (Nm) Sudut puntir Sudut puntir Sudut puntir
G (N/m2) G (N/m2) G (N/m2)
(derajat) (derajat) (derajat)

0,141951 0,241 1,38E+10 0,146 1,7E+10 0,118 1,7E+10


0,496827 0,487 2,38E+10 0,335 2,6E+10 0,235 2,7E+10
0,851704 0,765 2,6E+10 0,527 2,83E+10 0,413 3,24E+10
1,206581 1,003 2,81E+10 0,717 2,95E+10 0,573 3,21E+10
1,561458 1,238 2,95E+10 0,906 3,02E+10 0,728 3,21E+10
1,916334 1,482 3,02E+10 1,083 3,1E+10 0,888 3,18E+10
2,271211 2,028 2,62E+10 1,272 3,13E+10 1,092 3,11E+10
2,626088 2,020 3,04E+10 1,461 3,15E+10 1,258 3,03E+10
2,980965 2,286 3,05E+10 1,639 3,19E+10 1,708 2,96E+10
Rerata 2,65E+10 2,85E+10 2,93E+10

Tabel 2. Hasil Percobaan Puntiran Dengan Bahan Kuningan Diameter 9,6 mm


Panjang 400 mm Panjang 300 mm Panjang 200 mm

Torsi (Nm) Sudut puntir Sudut puntir Sudut puntir


G (N/m2) G (N/m2) G (N/m2)
(derajat) (derajat) (derajat)

0,496827 0,378 3,61E+10 0,378 2,71E+10 0,235 2,91E+10


0,851704 0,659 3,55E+10 0,608 2,89E+10 0,413 2,84E+10
1,206581 0,934 3,55E+10 0,825 3,02E+10 0,573 2,9E+10
1,561458 1,207 3,56E+10 1,017 3,17E+10 0,728 2,95E+10
1,916334 1,539 3,43E+10 1,249 3,16E+10 0,888 2,97E+10
2,271211 1,951 3,2E+10 1,467 3,19E+10 1,092 2,86E+10
2,626088 2,289 3,16E+10 1,650 3,28E+10 1,258 2,87E+10
2,980965 2,552 3,21E+10 1,785 3,45E+10 1,708 2,4E+10

Rerata 3,41E+10 3,11E+10 2,84E+10


disebabkan oleh adanya ketidaklurusan Alat uji puntiran memberikan hasil
batang puntir diseluruh panjang modulus geser yang lebih mendekati
spesimen dan keakuratan pembacaan kondisi yang ada direferensi untuk logam
dari dial indikator. aluminium sehingga lebih tepat apabila
Bila modulus geser hasil digunakan untuk logam yang lunak; (2)
percobaan dibandingkan dengan modu- lus Pengujian dengan alat uji puntiran
geser pada referensi maka tampak bahwa cenderung memberikan hasil yang lebih
untuk alumunium dengan panjang batang baik apabila dilakukan melalui panjang
puntir 400 mm, modulus gesernya spesimen uji yang maksimum; (3) Alat uji
mendekati referensi dengan perbedaan puntiran yang dihasilkan mampu mem-
sebesar 1%, lebih tinggi dari data referensi bebani batang puntir dengan beban
sedangkan untuk batang puntir dengan maksimum 3 Nm, dapat digunakan untuk
panjang 200mm terdapat perbedaan harga batang puntir dengan diameter antara 9,6 –
sebesar 11% lebih tinggi dari data 10 mm dan panjang maksimum 430 mm.
referensi. Untuk kuningan, modulus
gesernya relatif cukup jauh jaraknya, DAFTAR RUJUKAN
dengan perbedaan antara 15% sampai 29%
Bruner, J.S. 1966. Toward a Theory of
lebih rendah dari data referensi.
Instruction. New York: Norton
Kecenderungan terjadi perbedaan yang ada
Degeng, I Nyoman Sudana. 2000. Materi
cukup besar diduga karena data dari referensi
Pelatihan Pekerti. Univ. Negeri
bukan menunjukkan kondisi kekuatan
aktual dari bahan yang dicoba. Modulus Malang: LP3
geser yang lebih rendah ini bisa berarti Mukhadis, Amat. 2000. Fungsi
bahwa bahan yang dicoba lebih lunak Labora- torium Sebagai Pusat Pengem-
dari bahan yang ada di referensi. Disamping
itu Penulis kesulitan untuk menemukan alat
uji puntir yang masih bisa dipakai untuk
pembanding hasil pengujian kekuatan
puntir sebagai kalibrasi.
Dari hasil tersebut tampak bahwa
kecenderungan untuk mendekati kondisi
yang sesuai dengan referensi lebih
terwujud apabila batang puntir memiliki
panjang yang maksimum pada alat uji
puntiran dan bahan uji coba yang
digunakan lebih lunak.
Pada pelaksanaan uji coba,
kesederhanaan alat dan kemudahan
dalam penggunaannya dirasakan cukup
mengingat alat ini memiliki komponen
yang tidak rumit hanya saja perlu
kecermatan dalam menentukan kondisi
awal dari percobaan karena kondisi awal ini
menentukan hasil akhir percobaan.

SIMPULAN
Dari kegiatan yang telah dilak-
sanakan dapat disimpulkan bahwa: (1)
bangan Pembelajaran Dalam
Bidang Teknologi. Makalah di-
sampaikan pada lokakarya Kua-
litas Pengajaran Praktek In-dustri
dan Pening-katan Fungsi Labora-
torium Program Studi PTM FT
UM. Malang: LPIU DUE-Like.
Paryono. 2000. Pengembangan Model
Pompa Injeksi Potongan Jenis In
Line Untuk Meningkatkan Kua-
litas Pembelajaran Motor Diesel
Pada Pokok Bahasan Pompa
Injeksi. Malang: Laporan Hibah
Pengajaran Due-like, Jurusan
Teknik Mesin, UM.
Sigley, J.E and Mitchel, L.D. 1983.
Mechanical Engineering Design.
Singapore: Mc Graw Hill
International Book Co.
Winataputra, Udin S. 1993. Strategi
Belajar Mengajar IPA. Jakarta:
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai