Anda di halaman 1dari 44

BAB VII

BESI, KOBALT DAN NIKEL


Pendahuluan

Anda telah mempejari Bab 5 mengenai sifat-sifat unsur transisi dan senyawanya, dan Bab 6
mengenai cara ekstraksi, sifat dan penggunaan logam dan senyawa vanadium, kromium dan
mangan. Pada Bab 7 ini, Anda akan mempelajari mengenai logam dan senyawa unsur transisi
lainnya, yaitu besi, kobalt dan nikel.
Pembahasan dalam Bab ini akan mencakup tiga hal pokok, yaitu: (1) sifat fisis, kimia dan
penggunaan besi, kobalt dan nikel, (2) Senyawa besi, kobalt dan nikel, serta (3) Sumber dan
ekstraksi besi, kobalt dan nikel.
Setelah mempelajari Bab 7 ini Anda diharapkan mampu:
a. Menjelaskan sifat fisika dan kimia logam besi, kobalt dan nikel;
b. Menjelaskan penggunaan logam besi, kobalt dan nikel
c. Menjelaskan pembentukan baja, oksida, halida, sulfat besi dan senyawa kompleks
besi serta sifat-sifatnya.
d. Menjelaskan sifat beberapa senyawa kobalt dan nikel
e. Menyebutkan sumber-sumber logam besi, kobalkt dan nikel
f. Menjelaskan cara ekstraksi logam besi, kobalt dan nikel.

Kegiatan Belajar 1
Sifat Fisika, Kimia dan Penggunaan Besi,
Kobalt dan Nikel
Besi, kobalt, dan nikel termasuk unsur transisi, yang menunjukkan kemiripan sifat satu
sama lain. Ketiga unsur tersebut termasuk dalam golongan VIII dari sistim periodik unsur.
Kecenderungan besi, kobalt dan nikel untuk melepas elektron menurun untuk logam dengan
muatan inti yang semakin besar. Besi menunjukkan bilangan oksidasi +2 , +3 dan +6; kobalt
menunjukkan bilangan oksidasi +2, +3 dan +4; sedangkan nikel menunjukkan bilangan oksidasi
+2, dan walau jarang nikel juga terdapat dengan bilangan oksidasi +4. Variasi bilangan oksidasi
ini berkaitan dengan tidak penuhnya subkulit 3d. Sifat lainnya yang membedakan ketiga unsur
tersebut adalah kemagnetan dan kecenderungan kenampakan warna senyawa yang dibentuk.
Sifat-sifat unsur tersebut yang lainnya ditunjukkan pada Tabel 7.1

Tabel 7.1 Sifat-sifat fisis besi, kobalt dan nikel


Nomo Berat Jari-jari Jari-jari Kerapatan Titik Titik
r atom atom atom, ion (M ) , g/cm3,
2+
leleh, didih,
20oC o
C o
C
Besi 26 55,847 1,26 0,75 7,86 1535 2800
Kobal 27 58,933 1,26 0,72 8,71 1493 3100
t 28 58,71 1,24 0,7 8,9 1455 2800
Nikel

Besi (Fe)

Besi murni berwarna putih keperakan, lunak tapi liat dan tahan terhadap tekanan beban.
Sifat-sifat logam besi sangat dipengaruhi oleh pengotor yang ada, misalnya karbon. Besi dapat
ditarik magnet, tetapi tidak mempunyai daya magnet. Besi adalah logam yang kedua
kelimpahanya sesudah Al dan unsur keempat yang paling melimpah dalam kulit bumi. Inti bumi
terutama terdiri atas Fe dan Ni. Bijih besi yang utama adalah hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4),
limonite [FeO(OH)], dan siderite (FeCO3).
Logam besi mudah larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer menghasilkan gas
hidrogen dan ion besi(II) (Fe2+). Dengan asam sulfat pekat panas, besi menghasilkan ion besi(III)
(Fe3+) dan gas SO2. Adanya udara atau pengoksidasi yang sangat kuat seperti HNO 3 pekat dingin
atau asam-asam yang mengandung dikromat membuat besi bersifat pasif. Asan nitrat encer panas
mengoksidasi besi menghasilkan ion besi(III) dan oksida nitrogen. Bila campuran ini dipanaskan
maka akan dihasilkan gas hidrogen dan besi(II,III) oksida (Fe 3O4), yang akan juga diperoleh bila
besi dibakar di udara terbuka. Bila besi dikenakan udara basah pada temperatur kamar, besi akan
teroksidasi menghasilkan suatu lapisan besi(II) oksida hidrat (Fe2O3.nH2O) pada bagian luar.

Kobalt(Co)

Kobalt mempunyai penampakan sama dengan besi, tetapi cenderung ke warna merah
muda. Seperti besi dan nikel, kobalt bersifat magnetik. Kobalt larut secara perlahan dalam
larutan asam klorida dan asam sulfat encer yang hangat, namun larut dengan cepat dalam larutan
encer asam nitrat panas. Seperti juga pada besi, dan nikel, kobalt menjadi pasif bila dimasukkan
ke dalam larutan asam nitrat pekat. Kobalt tidak teroksidasi bila terkena udara, tetapi kobalt yang
membara dapat mereduksi hidrogen dari uap air menghasilkan gas hidrogen. Halogen, kecuali
fluor, dapat bereaksi dengan kobalt menghasilkan kobalt(II) (Co2+). Bila kobalt dipanaskan
bersama-sama dengan fluor akan dihasilkan kobalt(III) fluorida (CoF3).
Kecenderungan penurunan kestabilan terjadi menurut deret Ti, V, Cr, Mn dan Fe, serta Co.
Tingkat oksidasi tertinggi kobalt adalah IV, namun hanya sedikit senyawa seperti itu yang
dikenal. Kobalt(III) relatif tidak stabil dalam senyawa sederhana, namun kompleks spin rendah
sangat stabil, khususnya bila terdapat atom-atom donor (misalnya N) yang memberikan
sumbangan besar pada medan ligan.
Di alam, kobalt selalu terdapat bersama-sama dengan Ni dan As. Sumber utama kobalt
adalah spoesies, yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan Pb. Paduan
kobalt dengan besi serta sejumlah kecil logam lainnya dapat digunakan sebagai bahan untuk
membuat alat pemotong dan operasi. Magnet yang permanen terbuat dari paduan Alnico (Al, Ni,
Co dan Fe), Hiperco (Co, Fe dan Cr), dan Vicalloy (Co, Fe dan V). Serbuk halus kobalt dapat
digunakan sebagai katalis pada reaksi hidrogenasi karbon monoksida dan karbon dioksida
dengan hasil akhir hidrokarbon, serta untuk oksidasi amonia.

Nikel (Ni)

Nikel adalah logam yang berwarna putih keperakan, kuat dan keras. Seperti besi dan
kobalt, logam ini bersifat sangat magnetik. Nikel tidak teroksidasi oleh udara dan tahan terhadap
larutan basa. Larutan asam encer melarutkan nikel secara perlahan menghasilkan gas hidrogen.
Nikel akan menjadi pasif bila kontak dengan asam nitrat pekat.
Kerena kekerasannya dan ketahanannya terhadap perkaratan, serta pemantul sinar yang
baik, maka nikel banyak digunakan untuk melapisi besi, baja dan tembaga. Nilkel juga penting
untuk pembuatan logam paduan, seperti logam Monel (Ni, Cu dan sejumlah kecil Fe), dan
permalloy (Ni dan Fe) yang digunakan untuk peralatan transmisi suara, seperti pita kaset. Perak
Jerman adalah paduan antara nikel dan tembaga. Nikrom dan kromel merupakan paduan yang
terdiri dari nikel, besi dan krom. Paduan iniu tahan terhadap oksidasi pada temperatur tinggi dan
juga menunjukkan ketahanan terhadap listrik bertegangan tinggi. Oleh karenanya paduan banyak
dipakai pada peralatan pemanas, seperti kompor listrik, seterika dan pemanggang roti. Alnico
mengandung aluminium, nikel, besi dan kobalt. Paduan ini sangat magnetik, dapat menarik besi
seberat 4000 kali berat paduan tersebut. Platinite dan invar adalah paduan nikel yang mempunyai
koefisien muai sama dengan gelas, sehingga digunakan dalam pembuatan bola lampu. Serbuk
halus nikel dapat digunakan untuk katalis hidrogenasi minyak.
Nikel terdapaty dalam kombinasi dengan arsen, antimon dan sulfur seperti dalam milerite
(NiS) dan dalam garnierite, suatu silikat magnesium nikel dalam berbagai komposisi. Nikel juga
ditemukan beraliasi dengan besi dalam batuan meteor dan lapisan kulit bumi. Bila bijih nikel
dipanggang diudara akan dihasilkan NiO, yang dapat tereduksi oleh C menghasilkan logam Ni.
Nikel biasanya dimurnikan dengan elektrodeposisi, sedang nikel yang tinggi kemurniannya
dibuat dengan proses karbonil. Karbon monoksida bereaksi dengan nikel tidak murni pada 50 oC
dan tekanan biasa menghasilkan Ni(CO)4 yang mudah menguap, dari mana logam dengan
kemurnian 99,90 sampai 99,99 % dapat diperoleh dengan dekomposisi termal pada 200oC.
Nikel sangat tahan terhadap udara atau air pada suhu biasa, sehingga logam ini digunakan
sebagai lapisan pelindung bagi logam lain. Nikel mudah larut dalam asam mineral encer. Logam
nikel atau aliasinya digunakan untuk menangani F2 dan spesies fluorida korosif lainnya. Serbuk
nikel reaktif terhadap udara dan pirofor. Nikel dapat menyerap sejumlah hidrogen sehingga
digunakan untuk reduksi katalitik.

Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda terhadap materi Kegian Belajar 1, kerjakanlah latihan
berikut ini!
1. Tuliskan konfigurasi elektron dari Fe dan Fe3+, bila diketahui nomor atom Fe=26.
2. Sifat manakah yang menyebabkan nikel banyak digunakan sebagai pelapis permukaan
logam besi?

Kunci Jawaban latihan


1. Nomor atom besi adalah 26, maka konfigurasi elektron dari:
Fe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6
Fe3+ : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s0 3d5
2. Nikel banyak digunakan sebagai pelapis logam besi, karena nikel memiliki sifat-sifat
tahan korosi, keras dan mengkilap.

Rangkuman

Besi , kobalt dan nikel termasuk logam-logam Golongan VIII dan merupakan unsur-unsur
transisi. Besi menunjukkan bilangan oksidasi +2, +3 dan +6; Kobalt menunjukkan bilangan
oksidasi +2, +3 dan +4; serta nikel, utamanya, menunjukkan bilangan oksidasi +2 dan beberapa
senyawa tersusun atas nikel dengan bilangan oksidasi +4, seperti pada NiO 2. Variasi bilangan
oksidasi ini karakteristik untuk logam transisi sebagai akibat dari tidak terisinya sub kulit 3d
secara penuh. Besi, kobalt dan nikel menunjukkan beberapa sifat yang penting, seperti
kemagnetan, pasivitas, dan kecenderungan membentuk senyawa yang berwarna serta senyawa
koordinasi. Logam-logam tersebut dapat membentuk paduan dengan logam lainnya.

Tes Formatif 1

Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat!
1) Bilangan oksidasi nikel umumnya adalah +2. Bilangan oksidasi logam ini pada
senyawa NiO2 adalah...
A. +2 B. +3 C. +4 D. +5
2) Diketahui nomor atom Co adalah 27. Jumlah elektron pada sub kulit 3d dari atom
Co adalah..
A. 5 B. 6 C. 7 D. 8
3) Diantara pernyataan berikut tentang besi yang benar adalah...
A. Besi dapat ditarik magnet, tetapi tidak mempunyai daya magnet
B. Besi tidak dapat ditarik magnet, tetapi mempunyai daya magnet
C. Besi dapat ditarik magnet, karena mempunyai daya magnet
D. Besi tidak dapat ditarik magnet, karena tidak mempunyai daya
magnet.
4) Bila tersedia seberat yang sama bijih-bijih berikut, besi dapat diekstraksi dalam
jumlah paling banyak dari bijih...
A. Hematite B. Magnetite C. Limonite D. Siderite
5) Bila logam besi direaksikan dengan asam nitrat dingin, maka....
A. Akan dihasilkan gas hidrogen B. Akan dihasilkan gas NO2
3+
C. Akan dihasilkan ion Fe D. Tidak akan terjadi reaksi
6) Pernyataan berikut tentang kobalt yang tidak benar adalah...
A. Kobalt bersifat magnetik
B. Kobalt dapat larut dalam asam sulfat encer hangat
C. Kobalt dapat larut dalam asam klorida
D. Kobalt tidak dapat larut dalam asam nitrat panas
7) Kobalt dapat mengkatalis reaksi...
A. Oksidasi karbon dioksida B. Reduksi karbon monoksida
C. Reduksi amonia D. Reduksi hidrogen
8) Bila nikel direaksikan dengan larutan natrium hidroksida, maka....
A. Dihasilkan endapan Ni(OH)2 B. Dihasilkan endapan NiO
C. Dihasilkan gas hidrogen D. Tidak terjadi reaksi

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci Jawaban Tes formatif 1 yang ada di bagian akhir
modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = x 100%
8

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar 2. Bagus! Akan tetapi, bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda
perlu mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Kegiatan Belajar 2

Senyawa Besi, Kobalt, Dan Nikel


Senyawa Besi

Besi dapat membentuk banyak senyawa dengan bilangan oksidasi +2 dan +3. Senyawa
dengan bilangan oksidasi +4 dan +6 sangat jarang dan kurang begitu penting. Besi dengan
bilangan oksidasi +2 dapat ditulis sebagai besi(II) atau Fero, sedangkan besi dengan bilangan
oksidasi +3 dapat ditulis sebagai besi(III) atau feri.

Oksida Dan Hidroksida


Penambahan OH pada larutan Fe2+ menhasilkan hidroksida hujau pucat, yang mudah
teroksidasi oleh udara memberikan besi(III) oksida hidraty yang berwarna coklat merah.

4Fe(OH)2(s) + O2(g) + 2H2O(g) 4Fe(OH)3(s)


Fe(OH)2 adalah suatu hidroksida sejati dengan struktur sepeerti Mg(OH) 2, dan bersifat
amfoter. Senyawaan ini larut dalam NaOH pekat menghasilkan suatu larutan yang bila
diuapkan akan dihasilkan kristal-kristal biru Na4[Fe(OH)6].
Oksida besi bisa diperoleh sebagai serbuk hitam yang bersifat pirofor dengan cara
memanaskan besi(II) oksalat. Oksida ini biasanya dalam bnetuk senyawa nonstokiometrik
Fe0,95O yang berarti bahwa oksida tersebut mengandung besi (II)

FeC2O4 FeO + CO + CO2

Penambahan OH- pada larutan besi (III) menghasilkan massa gelatin berwarna coklat
kemerahan besi (III) hidroksida, atau sewring sebagai oksida hidrat Fe 2O3.nH2O. Besi(III)
hidroksida mempunyai beberapa bentuk; salah satunya adalah FeO(OH) yang terdapat dalam
mineral lepidacropcite, dan dapat dibuat dengan hoidrolisis besi(III) klorida pada suhu tinggi.
Pemanasan oksida hidrat pada 200oC menghasilkan -Fe2O3 yang berwarna coklat merah, yang
terdapat sewbagai mineral bermatite. Oksida ini juga dapat dihasilkan dari pembakaran pyrite
(FeS2) di udara terbuka. Dalam kehidupan sehari-hari oksida ini sering dipakai sebagai bahan
pewarna merah pada cat.
Kristal oksida yang hitam (Fe3O4) mengandung suatu campuran Fe(II)-Fe(III) yang
terdapat di alam sebagai magnetite. Oksida ini dapat dibuat dengan memanggang Fe2O3 pada
suhu di atas 1400oC.

Klorida

Klorida besi biasanya digunakan sebagai bahan dasar untuk sintesis senyawaan besi
lainnya. Besi(II) klorida anhidrat (FeCl2) dapat dibuat dengan melewatkan gas HCl di atas serbuk
besi panas, dengan mereduksi FeCl3 menggunakan Fe dalam tetrahidrofuran, atau dengan
merefluks FeCl3 dalam klorobenzena. FeCl2 merupakan padatan yang berwarna
Besi(II) klorida (FeCl2.4H2O) dapat dibuat dengan cara mereksikan besi ke dalam larutan
asam klorida encer. Hidrat ini berwarna hijau pucat.
Besi(III) klorida diperoleh dengan melewatkan gas klor pada besi panas. Klorida ini berupa
dimer Fe2Cl6, sedang kristalnya mempunyai struktur nonmolekuler. Besi(III) klorida mudah
terhidrolisis dalam udara lembab. Senyawa ini larut dalam eter dan dalam pelarut polar lainnya.
Bila besi (III) klorida anhidris dilarutkan ke dalam air akan terjadi hidrasi yang sangat
eksotermik. Besi(III) klorida yang dikristalisasi dari larutannya dalam air akan diperoleh sebagai
[Fe(H2O)6]Cl3 yang berwarna kuning kecoklatan. Senyawa ini, seperti semua garam besi (III)
yang mudah larut, menghasilkan larutan yang bersifat asam bila terhidrolisis. Tahap pertama
reaksinya adalah sebagai berikut:

[Fe(HO)6]3+ [Fe(H2O)5(OH)]2+ + H+

Tahap reaksi selengkapnya akan dibahas pada bagaian senyawa kompleks besi.
Senyawa besi(III) klorida hidrat (FeCl 3.6H2O) dapat digunakan untuk koagulasidarah dan
menghentikan pendarahan, serta dapat dipakai untuk mengatasi anemia.
Kasrbonat

Besi(II) karbonat (FeCO3) di alam didapat sebagai mineral siderite. Karbonat ini dapat juga
dibuat secara laboratoris sebagai endapan yang berwarna putih dengan mereaksikan larutan
logam alkali karbonat dengan larutan garam besi(II) dalam bejana tertutup. Besi(II) hidrogen
karbonat dapat larut dalam larutan asam karbonat membentuk besi(II) hidrogen karbonat
{Fe(HCO3)2], yaitu salah satu senyawa penyebab kesadahan pada air.

Sulfida

Besi(II) sulfida (FeS) dapat diperoleh dari reaksi antara larutan logam alkali sulfida dengan
larutan garam besi(II). Secara komersial, besi(II) sulfida dibuat dengan cara memnggang
campuran besi dan belerang.

Kompleks

Kompleks besi yang berbentuk oktahedral umumnya paramagnetik dan memiliki medan
ligan yang cukup kuat. [Fe(CN)6]4- dan [Fe dipy3]2+ adalah ion kompleks diamagnetik.
Pembentukan kompleks 2,2-bipyridin dan 1,10-fenantrolin biasanya digunakan sebagai uji
terhadap Fe2+ Beberapa kompleks besi lainnya, seperti FeCl42-, berbentuk tetrahedral. Diantara
kompleks yang paling penting adalah yang terlibat dalam sistim biologi, misalnya ferosena.
Garam yang mengandung ion Heksa aquo besi (III) [Fe(H 2O)3+ berwarna merah jambu
pucat hampir putih. Pada suasana asam Fe 3+ hidrolisis menghasilkan larutan yang berwarna
kuning karena terbentuknya spesies hidrokso yang mempunyai pitra perpindahan muatan
dalam daerah ultraviolet daerah tampak. Kesetimbangan hidrolisis adalah:

[Fe(H2O)6]3+ [Fe(H2O)5(OH)]2+ + H+ K = 10-3,05

[Fe(H2O)5(OH)]2+ [Fe(H2O)5(OH)2]+ + H+ K = 10-3,26

2[Fe(H2O)6]3+ [Fe(H2O)4(OH)2Fe(H2O)4]4+ + 2H+ K = 10 2,91


Ion [Fe(H2O)6]2+ dapat membentunk garam kompleks. Garam mohr (NH4)2SO4.
[Fe(H2O)6]SO4 cukup stabil terhadap udara dan terhadap hilangnaya air, dan umumnya dipakai
untuyk membuat larutan baku Fe2+ bagi analisisvoilumetri, dan sebagai zat pengkalibrasi dalam
pengukuran magnetik. Sebaliknyta FeSO47H2O secara lambat teroksidasi dqan berubah menjadi
kuning coklat bila dibiarkan dalam udara.
Ion besi(III) mempunyai afinitas kuat terhadap F.

Fe3+ + F FeF2+ Kl 105

FeF2+ + F- FeF2+ K2 10 5

FeF2+ + F- FeF3 K3 103


Dalam larutan HCl pekat ion besi(III) dapat membentuk ion FeCl 4- agar berbentuk
tetrahedral, dan garamnya dengan kation besar bisa diisolasi. Kompleks besi(III) dengan SCN -
berwarna merah tajam, dan ini diguanakan sebanyak uiji kualitatif dan kuantitatif bagi ion
besi(III). Spesies Fe(SCN)3 dan Fe(SCN)4- dapat diektraksi dalam eter. Bila ke dalam kompleks
tersebut ditambahkan ion fluorida, maka akan terbentuk ion FeF63- yang tidak berwarna.
Bila suatu larutan garam besi(III) ditambahkan pada larutan yang berisi ion tiosianat akan
terjadi warna merah dara dari [Fe(H 2O)5NCS]2+. Sedangkan larutan garam besi(II) memberikan
larutan yang tidak berwarna . Kenyataan ini digunakan sebagai dasaruntuk mendeteksi
keneradaan ion besi (III) dalam larutan besi (II) .
Bila larutan kalium sianida berlebihan ditambahkan pada suatu larutan garam besi (II) akan
dihasilkan kalium heksasianoferat(II), K4[Fe(CN)6], yang juga disebut sebagai kalium fero
sianida.

Fe2+ + 6CN [Fe(CN)6]4-

Ion kompleks [Fe(CN)6]4- sangat stabil dan tidak memberikan hasil positif terhadap uji
kualitatif untuk besi(II) maupun sianida.
Bila ion heksasianoferat (II) dioksida dengan gas klor akan dihasilkan ion
heksasianoferat(III) [Fe(CN)6]3-, yang juga disebut dengan ion fesianida.

2[Fe(CN)6]+ + Cl2 2[Fe(CN)6]3- + 2Cl-

Larutan yang mengandung ion heksasianoferat(III) tidak menunjukkann hasil positif


terhadap uji ion besi(III) maupun sianida.
Penambahan ion besi(II) ke dalam larutan heksasionaferat(III) akan menghasilkan endapan
yang berwarna biru Turnbull. Ion besi(III) bereaksi dengan ion heksasianoferat(II) memberikan
warna biru prusi. Kedua jenis endapan tersebut mempunyai warna yang hampir sama, yaitu biru
tua , dan mempunyai rumus KFe[Fe(CN)6].H2O. Eksperimen menunjukkan bahwa besi dibagian
luar lingkungan koordinasi mempunyai bilangan oksidasi +3, sedang yang berada didalam
lingkungan koordinasi mempunyai bilangan oksidasi +2. Bila larutan ion besi (III) dan
heksasianoferat(III) dicampur tidak akan dihasilkan endapan, tetapi warna larutan akan berubah
menjadi coklat. Ion besi(II) dan heksasianoferat(II) menghasilkan endapan warna putih dari
[K2FeFe(CN)6]. Reaksi-reaksi tersebut dapat digunakan untuk uji terhadap Fe2+ dan Fe3+ dalam
larutan.
Ion heksasianoferat(II) [Fe(CN)6]3- cukup beracun karena logam-logam CN- yang ada dapat
terurai dengan cepat, sedangkan [Fe(CN)6]4- stabil sehingga tidak beracun.
Afinitas besi(III) terhadap NH3 dan amina rendahg kecuali bagi (Chelate) seperti EDTA4-;
2,2 bypiridin, dan 1,10-fenantrolin yang menghasilkan medan ligan cukup kuat dan membentuk
ion yang cukup stabil yang dapat diisolasi dengan anion-anion besar.
Sejumlah spesies berjembatan hidrokso dasn okso menarik minat karena memperlihatkan
sifat magnetik yang luar bviasa akibata kopling antara atom-atom besi melalui jembatan. Satu
contoh ialah kompleks biasa tidak dapat dengan
O
[Fe2 (salen)2O] yang memiliki gugus Fe Fe non linier, sedangkan Fe(salen)Cl dapat membentuk
kompleks mononuklir dan binuklir.
Senyawa kompleks besi(IV) tidak banyak, di anataranya adalah [Fe(S 2CNR2)3]+ dan [Fe
diarS2Cl2]2+, dan alkil yang larut dalam hidrokarbon Fe(1-norbonyl) 4. Tidak dikenal adanya
senyawa besi(V) yang stabil.
Senyawa besi(VI) yang paling dikenal adalah anion okso FeO 42- yang dapat diperoleh
melalui oksidasi suspensi Fe2O3.nH2O dalam NaOH pekat atau dengan melelehkan serbuk Fe
dengan KNO3. Ion tersebut berwarna merah lembayung dan bersifat paramagnetik dengan dua
elektron tidak berpasangan. Garam Na dan K-nya sedikit lartut dalam air, sedangkan garam Ba-
nya tidak larut sama sekali. Ion FeO42- relatif stabil dalam larutan basa, tetapi terurai dalam
larutan netral atau asam menurut persamaan:

2 FeO42- + 10H+ 2Fe3+ + 3/2 O2 +5 H2O

Ion FeO42- merupakan pengoksidasi yang lebih kuat dari pada MnO4-, dan dapat
mengoksidasi NH3 menjadi N2, Cr(III) menjadi CrO42-, dan alkohol menjadi aldehid.

Senyawa Kobalt

Hidroksida dan Oksida

Kobalt(II) hidroksida [Co(OH)2] dapat diperoleh sebagai endapan yang berwarna biru bila
larutan logam alkali hidroksida ditambahkan pada larutan garam kobalt(II). Warna biru endapan
tersebut kemudian akan berubah menjadi ungu sampai merah muda bila terjadi hidratasi.
Kobalt(II) hidroksida mudah larut dalam amonia encer membentuk heksaaminkobalt(II)
hidroksida [Co(NH3)6](OH)2. Larutan senyawa ini dapat teroksidasi oleh oksigen di udara
menghasilkan berbagai senyawa kobalt(III). Reaksi oksidasinya ditandai dengan perubahan
warna larutan yang menjadi gelap.
Bila kobalt(II) hidroksida dipanaskan dalam tabung tertutup akan dihasilkan Kobalt(II)
oksida (CoO). Oksida ini berwarna hitam, tetapi bila oksida ini dilarutkan dalam leburan gelas
akan memberikan warna biru. Gelas kobalt adalah gelas yang mengandung kobalt(II) silikat.
Pemanasan kobalt(II)( hidroksida diudara terbuka menghasilkan kobalt(II, III) oksida
(Co3O4). Kobalt(III) oksida (Co2O3) dapat diperoleh dengan pemanasan kobalt(II) nitrat
[Co(NO3)2] secara perlahan.

4 Co(NO3)2 2 Co2O3 + 8 NO2 + O2

Klorida

Kobalt(II) oksida dan hidroksida, dan juga karbonatnya mudah larut dalam asam klorida.
Pemekatan larutan ini diikuti dengan pendinginan dapat menghasilkan kristal kobalt(II) klorida
heksa hidrat(CoCl2.6 H2O) yang berwarna merah. Larutan ion kobalt(II) hidrat [Co(H 2O)6]2+
berwarna merah muda. Bilaq dilakukan dehidrasi sebagian terhadap ion kompleks ini, maka akan
terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi biru. Perubahan warna ini disebabkan
terjadinya perubahan bilangan koordinasi ion kompleks dari 6 menjadi 4.
[Co(H2O)6]Cl2 [Co(H2O)4]Cl2 + 2 H2O
merah muda biru

Perubahan warna yang sama juga terjadi bila CoCl2.6H2O dilarutkan dalam alkohol.

Sulfida

Kobalt(II) sulfida (CoS) hanya dapat diendapkan dalam larutan yang bersifat basa. Sulfida
ini larut sebagian dalam asam klorida dan larut sempurna dalam akuaregia.

Kompleks

Kompleks karbolt(II) pada umumnya berbentuk oktahedral dan tetrahedral. Di antara


kedua kompleks tersebut hanya terdapat sedikit perbedaan dalam kestabilan. Bila kedua jenis
kompleks tersebut mempunyai ligan yang sama, maka mungkin akan berada dalam
kestimbangan . Untuk kompleks dengan ligan air didapatkan konsentrasi ion tetrahedral dalam
jumlah relatif sedikit.

ICo(H2O)6]2+ [Co(H2O)4]2+ + 2H2O

Penambahan Cl- berlebih kepada larutan merah jambu dari ion [Co(H 2O)6]2+ akan
menghasilkan spesies tetrahedral yang berwarna biru.

[Co(H2O)6]2+ + 4Cl- [CoCl4]2- + 6H2O

Kompleks tetrahedral [CoX42-] dibentuk dengan ion-ion halida, pseudohalida, dan OH-.
Kobalt(II) membentuk kompleks tetrahedral lebih mudah daripada ion logam transisi yang
maupun.
Berbagai garam, oksida dan hidroksida kobalt dapat membentuk sejumlahbesar senyawa
kompleks. Garam kabalt(II) sederhana lebih stabil biala dibandingkan dengan garam kobalt(II),
namun sebaliknya senyawa kompleks kobalt(III) lebih stabil dibanding kompleks kobalt(II).
Oleh karena itu, mayoritas senyawa kompleks kobalt mengandung kobalt dengan bilangan
oksidasi +3. Salah satu senyawa kompleks kobalt(III) adalah heksaaminkobalt(III) klorida
[Co(NH3)6]Cl2. Pada senyawa kompleks ini, enam buah ligan NH 3 menempati sudut-sudut
oktahedron dan kobalt sebagai pusatnya.
Tanpa adanya zat pengompleks, oksidasi Co(H2O))62+ tidak akan terjadi dan pada kondisi
seperti ini ion Co3+ dapat direduksi oleh air. Meskipun demikian, oksoidasi elektrolitik atau
oksidasi O3 larutan asam dingin Co(ClO4)2 menghasilkan ion akuo [Co(H2O)6]3+ dalam
kesetimbangan dengan [Co(OH)(H2O)5]2+. Dengan adanya zat pengompleks, seperti NH3,
kestabilan Co(III) akan meningkat.

[Co(NH3)6]3+ + e [Co(NH3)6]2+ Eo = 0,1 V

Dengan adanya ion OH-, kobalt(III) hidroksida CoO(OH), mudah dioksidasi oleh udara
menjadi oksida hidrat, Co(OH)2 yang berwarna hitam:
CoO(OH)(s) + H2O + e Co(OH)2(s) + OH- Eo = 0,17 V

Ion Co3+ memperlihatkan afinitas tertentu terhadap donor N seperti NH3 en, EDTA,-NCS,
dan sebagainya, dan kompleksnya sangat beragam. Kompleks semacam ini biasanya
melangsungkan reaksi pertukaran ligam realatif lambat.
Kompleks kobalt(III) dapat disentesis dengan oksidasi Co 2+ dalam larutan dengan adanya
ligan. Oksigen atau hidrogen peroksida dan suatu katalis, seperti karbon aktif, dapat membantu
reaksi oksidasi tersebut. Sebagai contoh:

4Co2+ 4NH4+ + 20NH3 + O2 4[Co(NH3)6]3+ + 2H2O

4Co2+ 8en + 4en.H+ + O2 4[Co en3]3+ + 2H2O

Dari reaksi yang mirip dengan di atas, dengan adanya HCl, diperoleh garam hijau, trans-
[Coen2 Cl2][H5O2]Cl2. Penguapan pada 90 sampai 100oC, kompleks ini dapat terisomerisasi
menjadi rasemat yang berwarna ungu dari isomer cis. Kedua isomer-cis dan isomer-trans akan
terakua bilamana dipanaskan dalam air.

[Coen2Cl2]+ + H2O [Co en2Cl(H2O)]2+ + Cl-

[Co en2Cl(H2O)]2+ + H2O [Co en2(H2O)2]3+ + Cl-


Pada perlakuan dengan larutan anion lainya ion akuo ini dapat dikonversi menjadi spesies
[Co en2X2]+, sebagai contoh:

[Co en2Cl2]+ + 2NCS [Coen2(NCS)2]+ + 2Cl-

Reaksi kobalt(II) dengan oksigen akan melibatkanadisi oksidatif O2 menghasilkan spesies


kobalt(IV) yang kemudian akan bereaksi dengan kobalt (II) lainya menghasilkan spesies binuklir
berjembatan perokso. Kompleks seperti [(NH3)5CoOOCo(NH3)5]4+ atau (NH)5CoOOCo(CN)5]6-
telah dapat diisolasi, meskipun ion-ion ini dapat terdekonposisi dengan cukup mudah dalam air
atau asam. Spesies rantai terbuka [(NH3)5CoOO(NH3)5]4+ dapat disiklisasi dengan adanya basa
menjadi suatu spesies perokso rantai terbuka atau siklik.
Meskipun tidak adan kompleks kobalt yang diketahui terlibat dalam metabolisme oksigen,
namun terdapat beberapa model yang dapat menjelaskan adanya ikatan antar kobalt dan oksigen
dalam sistim biologi. Pada suatu percobaan berhasil dipelajari adanya oksigenansi dan
deoksigenasi reversibel dalam larutan. Kompleks basa schilff seperti [Co(acacen)] dalam
dimetilformamida atau piridina mengambil O2 secara reversibel pada suhu dibawah 0oC.
Kompleks yang terbentuk memiliki satu elektron tidak berpasangan , namun data (eSr)......
elektron menunjukkan bahwa elektron sangat mungkin terlokaliosasi pada atom oksigen. Juga
terdapat pita serapan inframerah yang menunjukkan adanya vibrasi O-O. Rantai Co-O-O
membengkok. Perumusan ini mirip dengan yang diusulkan oleh pauling bagi oksihemoglobin.

Senyawaan Nikel
Dalam senyawaannnya , kebanyakan nikel terdapat dengan bilangan oksidasi +2, sangat
jarang ditemui nikel dengan bilangan oksidasi +4.

Oksida dan Hidroksida

Nikel (II) oksida (NiO) dapat dibuat dengan pemanasan nikel (II) hidroksida, karbonat,
atau nitrat. Nikel(IV) oksida IniO2), dalam mana nikel berbilangan oksidasi +4, merupakan
suatu padatan yang berwarna hitam yang berbentuk pada oksidasi garam nikel(II) dalam larutan
alkali. Bila larutan logam hidroksida ditambahkan pada larutammgaram nikel(II), maka akan
terjadi endapan nikel(II) hidroksida [Ni(OH)2] yang berwarna hijau pucat.
Reaksi antara Br2 dengan larutan nikel(II) hidroksida menghasilkan oksida hidrat NiO(OH)
yang berwarna hitam. Oksida hidrat ini digunakan dalam batere edison atau batere nikel-besi,
yang mengunakan KOH sebagai elektrolit dan didasarkan pada reaksi:

Fe + 2NiO(OH) + 2H2O Fe(OH)2 + 2Ni(OH)2 (1,3 V)

Baik oksida maupun hidroksida nikel larut dalam larutan amonia encer menghasikan
larutan yang berwarna biru heksaaminnikel(II) hodroksida [Ni(NH3)6](OH)2

Ni(OH)2(s) + 6NH3 [Ni(NH3)62+ + 2OH-

Garam nikel yang mudah larut dibuat dari nikel(II) oksida, hidroksida, atau karbonat
dengan asam yang sesuai. Garam nikel yang mudah larut dan penting adalah nikel(II) asetat,
klorida, nitrat, dan sulfat, serta heksaaminanikel(II) sulfat.
Larutan amoniakal heksaaminnikel(II) sulfat digunakan dalam proses pelapisan logam dengan
nikel

Karbonil

Nikel tetra karbonil [Ni(CO)4] merupakan cairan tidak berwarna yang mudah menguap
(mendidih pada 43oC). Senyawa karbonil ini terbentuk bila gas karbon monoksida dilewatkan
pada serbuk nikel yang halus. Nikel (tertra) karbonil dengan segera akan terurai pada suhu yang
relatif tinggi dan menyisahkan logam nikel murni. Proses Mond adalah proses pemisahan nikel
dari logam lainya . Nikel tetra karbonil akan terbentuk dan akan terbawah oleh aliran gas karbon
monoksida sisa, meninggalkan logam-logam lainya. Bila dilakukan pemanasan pada suhu 200 oC,
nikel karbonil akan terurai, dan logam nikel akan dihasilkan sebagai serbuk yang halus. Seperti
juga logam karbonil lainnya, nikel karbonil sangat beracun dan harus diperlukan dengan sangat
hati-hati.

Kompleks

Nikel(II) membentuk sejumlah besar kompleks dengan bilangan koorndinasi 6, 5 dan 4,


yang memiliki semua jenis struktur utama, yaitu oktahedral, trigonal bipiramidal, piramidal alas
bujur sangkar, tetrahedral, dan bujur sangkar.
Kompleks nikel berbilangan koordinasi enam yang palig umum adalah ion akuo hijau
[Ni(H2O)6]2+ yang dibentuk pada pelarutan Ni atau NiCO 3 dalam asam molekul air dalam ion
akuo dapat dengan mudah digantikan, khususnya oleh amina, menghasilkan kompleks sepeerti
trans-[NiH2O)2(NH3)4]2+ atau [Ni en3]2+. Kompleks amin ini biasanya berwarna biru atau ungu.
Kebanyakan kompleks berbilangan koordinasi empat berbentuk bujur sangkar.Ini adalah
akibatbdari konfigurasi d8, karena set ligan planar menyebabkan salah satu orbital d, yaitu (d x2-y2)
energinya menjadi tinggi, dan kedelapan elektron dapat menempati keempat orbital lainnya,
namun meninggalkan satu orbital anti ikatan kosong. Dalam koordinasi tetrahedral , sebaliknya,
penempatan orbital anti-ikatan tidak dapat dihindari.
Kompleks planar nikel(II) adalah diamagnetik. Kompleks ini dapat berwarna merah,
kuning, atau coklat karena adanya pita serapan dengan intesitas sedang (e 60) dalam ranah
450-600nm.
Kompleks nikel yang paling dikenal baik adalah bis ( dimetilglioksimato ) nikel(II)
Ni(dmgH)2, ..... yang sering digunakan untuk penentuan gravimetri nikel . Ni (dmgH)2
diendapkan dari penambahan dmgH2 etanolat etanolat pada larutan nikel(II) amoniakal!.
Kompleks nikel tetrahedral kurang begitu umum diabandingkan yang planar,dan
seluruhnya paramagnetik. Kompleks ini dapat dirumuskan sebagai (NiX4)2-,NiX3L-, NiL2X2 dan
[Ni(L-L)2] dimana X adalah halogen, L adalah ligan netral seperti R 3P,R3PO, dan L_L adalah
ligan bidentat bermuatan-1.
Kompleks nikel dengan bilangan koordinasi lima biasanya memiliki geometri trigol
bipiramidal namun beberapa adalah piramidal alas segiempat. Kebanyakan kompleks ini
mengandung ligan tetradental tripot, seperti N[CH2Nme2]3.

Kimia Bioanorganik Besi

Besi adalah logam transisi yang paling tersebar luas dalam sistem hidup. Senyawaannya
ikut serta dalam berbagai aktivitas biokimia. Dua fungsi utama bahan yang mengandung besi
adalah sebagai
1. pengangkut oksigen, dan
2. media dalam rantai perpindahan elektron.

Proten Heme
1. Protein heme yang utama adalah:
2. Hemoglobin
3. Mioglobin
4. Sitokrom
5. Enzim, seperti kalalase dan peroksidase.

Hemoglobin dan Mioglobin


Hemoglobin dan Mioglobin berkaitan erat . Hemoglobin memiliki bobot molekul 64.500
Hemoglobin memiliki dua fungsi, yaitu:
1. mengikat molekul-molekul oksigen pada besinya dan mengangkutnya dari paru-baru ke
otot. Molekul ini menyimpana oksigen sampai diperlukan bagi aksi metabolik dan
2. menggunakan gugus amino tertentu untuk mengikat karbon dioksida dan membawanya
kembali ke paru-paru.
Hemoglobin bukan hanya satu wadah pasif bagi oksigen namun suatu mesin molekul yang
rumit. Hal ini mungkin dapat diterima dengan membandingkan afinitas O2 terhadap moglobin.
Bagi mioglobin (Mb) diperoleh kesetimbangan sederhana sebagai berikut:
MbO 2
Mb O2
Mb + O2 MbO2 K=
Jika f mewakili fraksi molekul mioglobin yang memakai oksigen dan p mewakili tekanan
parsial oksigen, maka:
f KP
1 f P 1 KP
K = f=

Hemoglobin dengan keempat subsatuan lebih mempunyai perilaku kompleks dan


mengikuti persamaan:
KPn
1 KPn
f= n = 2,8
dalam mana nilai n bergantung kepada pH. Kenyataan bahwa n melampaui satu dapat dianggap
secara fisik berasal dari kenyataan bahwa perlekatan O 2 pada suatu gugus heme menaikan
tetapan bagi yang berikutnya, yang pada gilirannya, menaikan tetapan bagi yang berikutnya, dan
seterusnya .
Meskipun Hb kira-kira sama baik dengan Mb sebagai pengikat O 2 pada tekanan O2 yang
tinggi, namun pada tekanan rendah , seperti dalam otot, ikatan ini sangat lemah. Jaringan
menggunakan oksigen dan akan menghasilkan CO2,.CO2. merendahkan pH, sehingga Hb dapat
melepaskan oksigen dan memberikannya kepada Mb. Kepekaan pH (disebut efek Bohr) adalah
sehubungan dengan interaksi antara subsatuan. Mb berperilaku lebih sederhana karena hanya
terdiri atas sata-satuan. Jelaslah bahwa satu dari keduanya penting dalam proses pengangkutan
oksigen. Karbon monoksida, PF3, dan sebagian kecil zat lain adalah racun karena spesies ini
dapat terikat pada atom-atom besi Hb lebih kuat daripada O2-
Telah diketahui cara di mana interaksi keempat subsatuan dalam Hb menaikan kerjasama
dalam pemgikatan oksigen dan pada pengaruh Bohr (kebergantung pH). Mekanismennya sangat
rumit, namun yang jelas mekanisme ini bergantung langsung kepada kimia koordianasi yang
bersangkutan. Deoksihemoglobin memiliki pemyebaran elektron spin tinggi, dengan satu
elektron mengisi orbital dx2-y2 yang terarah langsung menuju keempat atom nitrogen porfirin.
Elektron ini menaikkan jari-jari atom besi dalam arah ini dengan menolak pasangan elektron
menyendiri dari atom-atom nitrogen. Akibatnya adalah bahwa atom besi terletak kira-kira 0,7
sampai 0,8 A di luar bidang atom-atom nitrogen sehingga atom besi tidak bersinggungan dengan
nitrogen.
Bilamana suatu molekul oksigen terikat pada atom besi, molekul ini mengisi letak yang
bersebrangan dengan atom nitrogen-I idasole. Adanya ligan keenam ini menguah kekuatan
m,edan ligan, dan atom besi masuk ke tingkat spin rendah ini mengubah kekuatan medan ligan,
dan atom besi masuk ke tingkat spin rendah, dalam mana enam elektron d mengisi orbital-orbital
dxy, dyz dan zx. Orbital dx2-y2 kemudian kosong dan pengaruh sebelumnya dari suatu elektron yang
mengisi orbital ini dalam menolak atom nitrogen porfirin, kemudian lenyap. Dengan demikian,
atom besi dapat menyelip ke dalam pusat dari cincin porfirin yang hampir planar dan kompleks
oktahedral akan terbentuk.
Salah satu masalah yang tidak terpecahkan mengenai pengikatan oksegen oleh hemoglobin
adalah tentang penggugusan struktur fe-O2-. Tiga kemungkinan diperlihatkan dalam Gambar 7.1
Struktur yang linear tidak dapat dijadikan patokan dan paling kurang memungkinkan. Tatanan
mengapit mirip dengann struktur yang dijumpai dalam beberapa kompleks O 2 sederhana
melibatkan logam lain, seperti pada (PPh3)2(CO)CrO2-. Struktur rantai yang bengkok tampaknya
paling mungkin, karena O2 adalah isoelektronik dengan NO, yang membentuk kompleks dengan
rantai CoIII-N-O bengkok dan memberikan suatu model senyawaan yang cukup baik, yaitu suatu
kompleks besi(II) porfirin dari O2-
Fe-O-O Linear
O

Fe Mengapit

O
Fe-O Bengkak

O
Gambar 7.1 Kemungkinan ikatan antara Fe-O

Sitokrom

Sitokkrom adalah protein hemen yang ditemukandalam tumbuhan maupun hewan,


bertindak sebagai pembawa elektron. Sitokrom menerima sebuah elektron dari suatu zat
pereduksi dan memberikan pada suatu pengokdasi. Dalam sitokrom, besi home terkoordinasi
oleh sebuah atom nitrogen dari cincin imidazole pada salah satu sisi bidang cincin pofirin,
namun besi juga terkoordinasi pada sisi lain dengan sebuah atom sulfur dari residu methionin
dalam bagian rantai protein yang berbeda. Hal ini menyebabkan kemampuan yang besar dalam
pengikatan oksigen terhenti.
Enzim yang Mengandung Heme
Katalase dan peroksidase mengkatalisis dekomposisi hidrogen peroksida:

2H2O2 2H2O + O2 (katalase)

H2O2 + AH2 2H2O + A (peroksidasi, AH2 = suatu koezim)

Protein Besi Nonheme

Protein besi nonheme adalah protein-protein yang tidak mengandung porfirin namun
memiliki atom besi fungsional yang terikat kuat. Atom-atom besi terikat: oleh atom-atom
belerang. Protein ini semuanya ikut serta dalam tahapan-tahapan pemindahan elektron.

Rubredoksin
Rubredoksin ikut serta dalam sejumlah reaksi redoks biologis, khususnya dalam bakteri
anaerob. Salah satu jenis rubredoksin yang penting adalah yang diisolasi dari bakteri C-
pasturianum. Rubredoksin memiliki bobot molekul sekitar 6000 dan terdiri atas sebuah rantai
peptida tunggal dari 53 residu asam amino ditambah satu atom besi. Studi kristalografi sinar-X
telah memperlihatkan bahwa atom besi ( sebagi besi (III) terkoordinasi oleh empat atom belerang
dari residu sistein.
Feredoksin
Feredoksin adalah protein yang relatif kecil (bobot molekul 6000-12000) yang
mengandung atom-atom besi yang terikat oleh belerang, dan seperti rubredoksin, ferredoksin
ikut serta dalam rantai pemindahan elektron. Memang rubredoksin secara logis dapat dianggap
sebagai salah sati jenis feredoksin jenis lain,yang terdiri dari dua, empat atau delapan atom besi
per molekul.
Struktur salah satu dari feredoksin 8-Fe (dari P aerogenes) telah dikenal senyawa ini
memiliki dua gugus Fe4S4 yang terpisah jauh (12 A). Masing-masing gugus terikat pada
tempatnya dalam molekul dalam ikatan-ikatan dari gugus sis-S pada setiap atom besi. Ini
tampaknya memungkinkan bahwa feredoksin 4-Fe mengandung sebuah satuan seperti itu,
meskipun ini belum dibuktikan . Fungsu gugus Fe4S4 ini berlaku sebagai sumber atau bak
penampung elektron.

Protein Besi Berpotensi Tinggi


Protein-protein berpotensi tinggi, yang disebut HiPlP, memiliki potensial redoks sekitar
0,75 V lebih positif daripada ferredoksin. Meskipun demikian, protein-protein ini mengandung
satuan Fe4S4(S-Sis) yang sama. Kerangka Fe4S4 (C) dapat terjadi dalam tiga tingkat oksidasi,
yaitu C, C+, dan C. Fe4S4 dalam ferredoksin.

Penyediaan dan Pengangkutan Besi


Metabolisme besi memerlukan sistim penyimpangan dan pengangkutan besi dalam
manusia dan dalam banyak hewan tingkat tinggi lainya , bahan penyiman besi adalah ferritin
dan hemosiderin, yang berada dalam hati, limpa, dan sum-sum tulang. Ferritin adalah senyawaan
kristal yang larut dalam air, terdiri atas pelepah protein bulat, dengan garis tengah dalam ~ 75A
dan garis tengah luar ~ 120 A, yang menyusun ~ 20 sub satuan. Didalam pelepah ini terdapat
suatu benang-benang koloid Fe2O3-H2O-fosfat. Sekitar 23% berat kering molekul ini adalah besi.
Hemosiderinmeskipun mengandung bagian besi hidroksida yang lebih besar, namun susunanya
beragam dan sukar ditetapkan bila dibandingkan dengan sususnanferritin.
Transferrin adalah protein yang mengikat besi (III) sangat kuat dan pengangkutnya dari
ferritin kesel-sel darah merah dan sebaliknya. Besi lewat diantara ferritin dan transferritin
sebagai Fe2+, namun rincian proses redoksnya tidak jelas.
Dalam mikroorganisme, besi diangkut oleh zat yang disebutferrikrom dan ferrioksamin.
Ferrikrom adalah asam trihidroksamat dalam mana tiga gugus hidroksamat terletak pada ketiga
rantai samping sebuah heksapeptida siklik. Ferrioksamin memiliki tiga gugus hidroksamat
sebagai bagian dari rantai peptida yang siklik atau asiklik.

Kimia Bio Anorganik Kobalt


Vitamin B12
Fungsi biologis kobalt yang paling dikenal adalah untuk mempererat keterlibatan dalam
koenzim yang berhubungan dengan vitamin B12. Strukturnya terdiri atas empat komponen utama,
yaitu:
1. sebuiah atom kobalt
2. suatu ligan makrosiklik yang disebut cincin corrin, yang mengandung berbagai subsistuen.
Sistim cincin corrin yang penting diperlihatkan dengan garis tebal, dan mirip dengan cincin
porfirin, namun berbeda terutama tidak adanya sebuah methin, =CH-, jembatann antara
sepasang cincin pirol.
3. suatu bagian kompleks organik yang terdiri atas sebuah gugus fosfat, sebuah gula, dan sebuah
basa organik yang terkoordinasi pada atom kobalt.
4. ligan keenam, X, mungkin terkoordinasi pada atom kobalt. Sifat ligan ini dapat beragam.
Istilah vitamin B12 merujuk pada sianokobalamin, yang memiliki kobalt dengan bilangan
oksidasi +3 dan CN- sebagai ligan X. Ligan CN ditemui selama prosedur isolasi dan tidak ada
dalam bentuk aktif apa pun dari vitamin. Dalam sistim biologis, ligan X yang paling mungkin
adalah H2O, namun memungkinkan lain, yang telah dicirikan dengan isolasi sebenarnya dari
kompleks 5-deoksiadenosil.
Koenzim B12 bertindak dalam keserasian dengan sejumlah enzim, peranannya secara tepat
tidak diketahui dengan pasti. Beberapa sifat kimiawi koenzim B 12 tidak diragukan lagi.
Kobalamin dapat direduksi dalam larutan netral atau alkali menghasilkan spesies-spesies Co(II)
dan Co(I), yang sering disebut berturut-turut B12,dan B12s B12s adalah zat pereduksi yang kuat ,
mendekomposisi air menghasilkan hidrogen dan B12r. Reaksi reduksi ini tampaknya berjalan in
vivo oleh feredoksin tereduksi. Bilamana siano atau hidrokso kabolamin direduksi, ligan
-
CN atau OH akan hilang, dan kompleks Co(I) terkoordinasi 5. Terdapat buktu bahwa spesies
Co(I) yang terkoordinasi 5 ini bereaksi dengan adenosin trifosfat dengan adanya enzim yang
cocok untuk membebaskan koenzim B12.
Dalam sistim nonenzim, reaksi cepat B 12 s terjadi dengan alkali halida, asetilena, dan
jenisnya, seperti diperlihatkan di bawah ini, di mana [Cb] adalah gugus kobalamin.
CH = CH 2
HC CH
[Cb]
RBr R
B12s [Cb+]Br
CN
BrCN
[Cb+]Br (sianokobalamin, B12)
Metilkobalt amin memiliki peranan kimiawi yang luas, beberapa di antaranya terlibat
dalam metabolisme bakjteri penghasil metana. Metilkobaltamin memindahkan gugus CH 3 ke
Hg(II), Tl(II), Pt(II) dan Au(I). Terbukti dalam cara ini bahwa bakteri tertentu dapat
memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan untuk mengubah unsur raksa yang relatif tidak
berbahaya, yang terkumpul didasar laut atau danau menjadi ion metil raksa yang beracun,
CH3Hg+.

Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda terhadap mjateri Kegiatan Belajar 2, kerjakanlah


latihan berikut ini!
1. Tuliskan persamaan reaksi hidrolisis garam besi(III) klorida, sampai dihasilkannya
[Fe(H2O)3(OH)3].
2. Apa yang terjadi bila nikel(II) hidroksida dilarutkan ke dalam larutan encer amonia?

Kunci Jawaban Latihan


1. Besi(III) klorida dalam air akan membentuk [Fe(H2O)6]Cl3 yang berwarna kuning, yang
kemudian akan terhidrolisa secara bertahap
2.
Fe3+ + 6H2O [Fe(H2O)6]3+

[Fe(H2O)6]3+ [Fe(H2O)5(OH)]2+ + H+

[Fe(H2O)5(OH)]2+ . [Fe(H2O)5(OH)]+ + H+

2[Fe(H2O)6]3+ [Fe(H2O)4(OH)2Fe(H2O)4]4+ + 2H+

3. Pelarutan nikel(II) hidroksida ke dalam larutan encer amonia akan menghasilkan senyawa
kompleks heksaaminnikel(II) hidroksida, yang berwarna biru tua.

Ni(OH)2(s) + 6NH3 [Ni(NH3)6]2+ + 2OH+

Rangkuman

Besi, kobal dan nikel dapat terdapat dalam berbagai bentuk senyawa, seperti hidroksida, oksida,
halida, sulfida dan garam okso. Unsur-unsur transisi ini, terutama besi, terkenal dengan senyawa
kompleksnya. Bilangan koordinasi senyawa kompleks tersebut umumnya adalah 6.

Tes Formatif 2

Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat!
1) Besi dalam mineral magnetite mempunyai bilangan oksidasi...
A. +2 B. +3 C. +4 D. +2 dan +3
2) Gas yang dsihasilkan bila besi(II) sulfida dilarutkan dalam asam bukan bukan
pengoksidasi adalah...
A. Hidrogen B. Belerang C. Hidrogen sulfida D. Oksigen
3) Senyawa besi berikut yang merupakan penyebab kesadahan pada air adalah....
A. Besi(II) sulfida B. Besi(II) hidrogen sulfida
C. Besi(III) klorida D. Besi(III nitrat
4) Suatu larutan tidak menunjukkan suatu hasil positif terhadap uji ion besi(III) maupun
sianida, namun pada penambahan ion besi(II) ke dalam larutan tersebut menghasilkan
endapan yang berwarna biru Turnbull. Larutan tersebut mengandung ion.....
A. Besi((II) B. Heksasianoferat(II)
C. Heksasianoferat(III) D. Heksahidroksoferat(III)
5) Dehidrasi terhadap ion [Co(H2O)6]2+ yang berwarna merah muda akan menghasilkan
spesies yang berwarna biru. Spesies tersebut adalah....
A. Co2+ B. Co4+ C. [Co(H2O)2]2+ D. [Co(H2O)4]2+
6) Ikatan antara oksigen dengan kobalt pada senyawa kompleks kobalt dalam sistim biologi
menunjukkan....
A. Kompleks kobalt dalam sistium biologi berfungsi sebagai pengangkut oksigen
B. Struktur yang hampir sama dengan oksihemoglobin
C. Terjadinya oksigenasi kobalt
D. Terjadinya terlokalisasinya atom oksigen
7) Bila larutan brom ditambahkan pada larutan nikel(II) hidroksida, maka akan terbentuk
suatu spesies yang berwarna hitam. Spesies yang berwarna hitam tersebut adalah...
A. NiO(OH) B. NiO C. Ni(OH)2 D. NiO2
8) Dalam mikroorganisme besi diangkut oleh....
A. Hemoglobin B. Enzym C. Ferioksamin D. Hemosiderin
9) Fungsi hemoglobin dalam darah yang paling utama adalah....
A. Mematikan bibit penyakit B. Memasok bahan makanan
C. Mengangkut oksigen D. Menyerap racun
10) Bakteri tertentu dapat memindahkan gugus CH 3 ke Hg(II) menghasilkan ion metil raksa
yang tidak beracun. Metabolisme ini dibantu oleh....
A. Sianokobaltamin B. Hidroksokobalamin
C. Klorokobaltamin D. Metilkobaltamin.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci Jawaban Tes formatif 1 yang ada di bagian akhir
modul ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = x 100%
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar 3. Bagus! Akan tetapi, bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda
perlu mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Kegiatan Belajar 3

Sumber dan Ekstraksi Besi, Kobalt, dan Nikel


Besi

Besi merupakan logam terbanyak kedua dibumi setelah aluminium. Inti pusat bumi
utamanya terdiri dari besi. Batuan Meteor biasanya mengandung sekitar 90 % besi, Bantuan
meteor biaasanya mengandung sekitar 90% besi dan lainya, adalah logam nikel. Pada dasarnya
semua jenis batu, mineral, dan tanah, serta tanaman mengandung besi. Besi terdsapat dalam
hemoglobin darah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen.
Bijih besi yang paling utama adalah hematite, FeO 3, dan magnetit, Fe3O4. Keberadaan
Fe2O3 menyebabakan warna merah pada berbagai jenius batuan dan tanah. Hematit sering
terdapat sebagai hidrat yang berwarna coklat kemerahan dari 2Fe 2O3.3H2O, yang disebut sebagai
limonit. Magnetit berwearna hitam, mineral yang kristalin, bersifat magnetik yang kuat dan
kadang-kadang memiliki sifat polaritas , yang dalam hal ini disebut sebagai lodestone. Magnetit
kristalin yang berwarna hitam sering berada bersama-sama dengan kristal silika dalam bentuk
batu keras yang disebut taconite. Siderite adalah karbonat putih atau kecoklat-coklatan, FeCO3
pyrite, FeS2, merupakan kristal berwarna kuning pucat yang bercahaya, sehingga sering disangka
sebagai emas, oleh karenanya pyrite sering yang disebut sebagai fools gold (emas palsu). Pyrite
cukup melimpah di alam dan sering digunakan sebagai sumber belerang dalam pembuatan asam
sulfat. Karena pemanasan tak dapat menghilangkan semua belerang, pyrite sering dianggap tidak
baik untuk digunakan sebagai sumber besi, meskipun sejumlah kecil besi dapat dibuat dari
mineral tersebut.
Taconite merupakan batu yang amat keras. Beberapa pihak menganggap batuan ini tidak
sesuai untuyk produksi baja. Namun, karena kemajuan tehnik pengolhan yang baik, batuan
taconite mulai digunakan untuk membuat baja.
Langkah pertama dalam pengolahan bijih besi biasanya adalah pemanasan bijih besi untuk
menghilangkan air, menguarikan karbonat, dan mengoksidasi sulfida. Oksida besi yang
dihasilkan kemudian direduksi menggunakan arang dalam tungku yang dilengkapi dengann
tiupan udara. Bagian bawah tungku dilengkapi dengan pengatur keluarnya leburan besi, yang
disebut dengan tuyeres, lewat mana udara panas melewatinya karena tekanan. Bijih besi, arang,
dan flux (pasir atau batu kapur) secara terus-menerus ditambahkan dari bagian atas tungku yang
berbentuk corong.
Pada saat udara panas (500oC) dengan tekanan tertentu dialirkan kedalam tungku, arang
pada tuyeres akan teroksidasi menghasilkan karbon dioksida dan sejumlah panas sehingga
temperatur tungku dapat mencapai 1500oC. Pada saat karbon dioksida melewati karbon pada
bagian atas akan terjadi reaksi reduksi menghasilkan monoksida.

CO2 + C 2CO

Karbon monoksida berfungsi sebagai pereduksi di bagian atas dari tungku. Reaksi
keseluruhan dapat diringkas menjadi seperti berikut:

Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g) Ho = -25kJ

Kelebihan karbon monoksida menyebabakan reaksi berjalan ke arah kanan. Bijih logam
akan habis tereduksi sebelum pembentukkan letak kerak dari bahan pengotor (slag) terjadi di
bagian tengah dari tungku. Reaksi pembentukkan kerak tersebut diantaranya adalah:

FeO + SiO2 FeSiO3

Tepat dibawah tungku bagaian tengah, temperatur cukup tinggi unntuk melelehkan besi
maupun slag. Lelehan besi atau slag terkumpul sebagai dua lapisan pada bagian bawah tungku;
slag yang ringan akan terapung pada bagian atas besi dan melindungi besi dari terjadinya
oksidasi. Setiap satu atau dua jam, slag cair diambil dari tungku. Empat atau lima kali sehari,
lelehan besi diambil dan dicetak.
Gas panas yang dikeluarkan dari bagian atas tungku dan mengandung karbon monoksida
dicampur dengan udara dan panaskan, yang kemudian dialirkan kembali ke dalam tungku untuk
memanaskan tungku.
Logam yang diperoleh langsung dari tungku disebut besi kotor (pig iron), yang
mengandung bahan pengotor karbon (3-4%), silikon, fosfor, mangan, dan sejumlah kecil
belerang. Besi bereaksi dengan karbon pada suhu tinggi di dalam tungku membentuk cementite,
Fe3C.

3Fe(s) + C(s) Fe3C(s) Ho = 25 kJ

Pig iron sangat rapuh, dan biasnya diproses lebih lanjut untuk membuat besi lunak atau
baja. Pelelehan dan pendinginan kembali pig iron dapat menghasilkan besi lunak. Bila
pendinginan dilakukan terlalu cepat, karbon yang ada akan bereaksi dengan besi membentuk
Fe3C. Karena Fe3C berwarna putih maka besi yang dihasikan disebut besi lunak putih. Besi jenis
ini rapuh tetapi cukup keras dan tahan goresan. Bila pendinginan pig iron berlangsung pelan,
karbon akan terpisah darei besi sebagai grafit yang berwarna abu-abu, sehingga besi yang
dihasilkan diusebut sebagai besi lunak abu-abu. Besi jenis ini sangat lunak liat.
Baja merupakan logam paduan besi. Baja disebut dari pig iron dengan penghilangan
pengotornya dan kemudian ditambah dengan bahan-bahan seperti mangan, krom, nikel,
wolpram. Molybdenum, dan vanadium untuk menghasilkan paduan dengan sifat seperti yang
dikehendaki. Kebanyakan baja juga mengandung karbon walau dalam jumlah kecil (0,04-2,5%).
Se bagian besar karbon dalam pig iron harus dihilangkan lebih dahulu untuk pembuatan baja.
Baja dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori: (1) baja karbon, terutama mengandung besi
dan karbon, (2) baja tahan karat (stainless stell), mengandung karbon dalam jumlah sangat kecil
dan krom (12%), (3) baja paduan, mengandung sejumlah besar bahan lainya sesuai dengan sifat
yang diinginkan pemakai (Tabel 7.2).

Tabel 7.2 Komposisi dan sifat benerapa Paduan baja


Nama Komposisi Sifat Penggunaan
Baja mangan 10-18% Mn Keras, kuat, tahan Rel Kereta Api, Besi
lama penahan bangunan air
mesin penghancur batu
Baja silikon 1-5% Si Keras, kuat, Magnet
bersifat magnetik
Duriron 12-15% Si Tahan karat dan Pipa ketel, pendinginan
asam Mistar, meteran, kawat
Invar 36%Ni Koefisien muai ayunan
rendah
Baja kromvanadium 1-10% Cr, 0,15%V Kuat tak mudah As roda
ternoda
Stainless stell 14-18% Cr, 7-9 % Tahan karat Alat pemotong, alat
Ni makan
Permalloy 78% Ni Kerentanan Kabel bawah laut
magnetik tinggi
Baja kecepatan 14-20% W atau Tahan suhu tinggi Gergaji
Tinggi 6-12% Mo
Baja nikel 2-4% Ni Kuat dan elastis, Gir kabel
tahan karat

Kobalt

Metalurgi kobalt, dan juga nikel, sampai saat ini masih sulit. Mineral kobalt yang umum
adalah cobaltite (CoAsS) dan smaltite (CoAs2). Namun kebanyakan kobalt diperoleh sebagai
hasil sampiung metalurgi nikel, tembaga, besi, perak dan logam lainnya. Metalurgi kobalt
meliputi pemisahan nikel, tembaga, dan besi, dan konversi menjadi Co 3O4, serta reduksi logam
ini dengan aluminium atau hidrogen.
3 Co3O4(s) + 8Al(s) 9Co(s) + 4Al2O3(s) H0= -4029 kJ
Pemurnian logamnya dilakukan dengan cara elektrolisis menggunakan katoda baja tahan
karat yang berputar.

Nikel

Nikel terdapat bersama-sama dengan besi sebagai paduan dalam batuan meteor. Logam
nikel dan besi merupakan bahan utama penyusun bumi. Mineral nikel yang utama adalah
pentlandite [(Ni, Cu, Fe)9S8] dan garnierite, yangh berupa magnesium nikel silikat terhidrat.
Pentlandite dipanaskan dan kemudian direduksi dengan karboin. Proses ini menghasilkan
paduan yang mengandung nikel, besi, tembaga dan dikenal sebagai logam monel. Karena logam
ini tahan korosi, maka bahan ini banyak digunakan pada berbagai keperluan industri. Proses
yang lebih intensip dilakukan dengan cara pengapungan untuk menghilangkan sulfida nikel,
temabaga dan besi. Sulfida nikel kemudian diubah menjadi oksidanya dengan dengan
pemanasan, dan setelah itu oksida tersebut direduksi dengan karbon. Logam yang diperoleh
dengan proses ini mencapai kemurnian 96%. Logam ini masih dapat dimurnikan lebih lanjut
dengan elektrolisis, dan dihasilkan nikel dengan kemurnian 99,99%. Emas, perak, dan platina
dapat ditemukan dalam lumpur anoda.

Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3, kerjakanlah


latihan berikut ini!
1. Fools gold mempunyai warna kuning pucat yang bercahaya. Bagaimanakah rumus kimia
dari senyawa itu?
2. Proses ekstraksi nikel dengan cara pengapungan menghasilkan logam nikel dengan
kemurnian 90%. Pemurnian logam ini dengan elektrolisis menghasilkan nikel dengan
kemurnian 99,98%. Selain itu juga dihasilkan lumpur anoda. Spesies-spesies logam apa saja
yang dapat ditemukan dalam lumpur anoda tersebut?
Kunci Jawaban Latihan
1. Fools Gold adalah istilah lain untuk pyrite, yang mempunyai rumus kimia FeS2.
2. Logam-logam yang dapat ditemukan dalam lumpur anoda hasil elektrolisis nikel kotor
adalah emas, perak dan platina.

Rangkuman
Besi merupakan logam terpenting dibanding nikel dan kobalt. Besi dapat ditemukan dalam
berbagai mineral, yang jenisnya jauh lebih banyak dibanding nikel dan kobalt. Teknologi
ekstraksi besi berkembang dengan pesat dibanding dengan teknologi untuk memperoleh logam
nikel dan kobalt.

Tes Formatif 3
Petunjuk: Berilah tanda silang(X) pada jawaban yang paling tepat!
1) Warna merah pada berbagai mineral bisa disebabkan oleh terdapatnya....
A. Hematite B. Magnetite C. Limonite D. Siderite
2) Spesies karbon berikut yang berfungsi untuk mereduksi besi dalam peleburan bijih besi
adalah..
A. C B. CO C. CO2 D. CO2-
3) Warna putih dari besi lunak putih disebabkan terdapatnya spesies...
A. SiO2 B. FeSiO3 C. FeCO3 D. Fe3C
4) Stainless steel adalah suatu jenis baja yang terbuat dari besi dan logam lainnya, yaitu...
A. Krom B. Vanadium C. Kobalt D. Karbon
5) Kobalt kebanyakan diperoleh dari pengolahan...
A. Cobaltite B. Smaltite C. Pentlandite D. Hasil samping metalurgi nikel
6) Inti bumi, utamanya tersusun oleh logam besi dan....
A. Krom B. Kobalt C. Aluminium D. Nikel
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci Jawaban Tes formatif 3 yang ada di bagian akhir
bab ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 3.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = x 100%
6
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar berikut. Bagus! Akan tetapi, bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80 %,
Anda perlu mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Tes Formatif 1
1) C 2) C 3) A 4) B 5) D 6) D 7) B 8) D

Tes Formatif 2
1) D 2) C 3) B 4) C 5) D 6) B 7) A 8) C 9) C 10) D

Tes Formatif 3
1) A 2) B 3) D 4) A 5) D 6) D

DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F.A. and Wilkinson, G., Basic Inorganic Chemistry, New York: John Wiley & Sons, Inc.,
1976
Greenwood, N N, and Earnshaw,A Chemistry of the Elements (1989), Ox ford: pergamon press.
Holtzclaw,J.R,.H.F, Robinson, W.R, and Nebergall, W.H General Chemistry,
Seventh Editon, (1984), Lexington: D,C Heath and Company.
Huheey, J.E, Inorganic Chemistry, Third Edition, (1983), Cambridge: Harper
Internasional S I Edition.
Petrucci, R.H and Wismer, R.K, General Chemistry with Qualitative Analysis,
econd Edition, (1987), New York, Macmillan Publishing Company
BAB VIII
TEMBAGA, PERAK DAN EMAS

Pendahuluan
Barangkali Anda sudah sangat akrab dengan logam-logam tembaga, emas dan perak.
Seperti Anda temui dalam kehidupan sehari-hari, logam-logam tersebut banyak digunakan untuk
perhiasan, mata uang, dan peralatan rumah tangga. Namun begitu banyak diantara kita yang
belum mengetahui: bagaimana cara memperoleh logam-logam tersebut dan bagaimana sifat-sifat
kimia baik logam maupun senyawanya. Perlu diketahui pula manfaat lain dari logam ini selain
selain yang telah disebutkan terdahulu.
Pada Bab VIII ini, akan dibahas tentang sifat fisik, kimia dan penggunaan tembaga, poerak
dan emas. Selain itu juga dibahas tentang senyawa, sumber dan ekstraksi logam-logam tersebut.
Dengan mempelajari Bab ini Anda diharapkan dapat memahami cara ekstraksi, sifat dan
kegunaan tembaga, perak dan emas, yang terbagi ke dalam tiga Kegiatan Belajar yaitu:
Kegiatan Belajar 1 : Sifat Fisis, Kimia dan Penggunaaan Tembaga, Perak dan Emas.
Kegiatan Belajar 2 : Senyawa tembaga , perak dan emas
Kegiatan Belajar 3 : Sumber dan ekstraksi Tembaga, perak dan emas.

Kemampuan khusus yang diharapkan dapat dicapai setelah Anda mempelajari Bab ini
adalah Anda Dapat:
a. Menjelaskan sifat fisis dan kimia yang dimiliki logam tembaga, perak dan emas
b. Menjelaskan penggunaan logam-logam tembaga, perak dan emas
c. Menjelaskan cara sintesis senyawa oksida, halida, nitrat, dan sulfat tembaga dan perak
d. Menjelaskan cara sintesis senyawa kompleks logam tembaga, perak dan emas
e. Menjelaskan peran biologis tembaga;
f. Menunjukkan sumber-sumber logam-logam tembaga, perak dan emas
g. Menjelaskan cara ekstraksi logam-logam tembaga, perak dan emas
Untuk membantu Anda memperoleh kemampuan-kemampuan tersebut, ikutilah petunjuk
berikut:
1) Bacalah secara seksama bagian pendahuluan bab ini sehingga Anda memahami apa yang
akan dibahas dan kemampuan apa yang diharapkan.
2) Bacalah bagian demi bagian sehingga tidak ada yang terlewatkan dan temukan istilah
baru atau kata kunci.
3) Jangan lewatkan untuk mengamati reaksi yang terjadi
4) Usahakan dapat mengerjakan soal-soal latihan dan tes formatif sebelum Anda melihat
kunci jawaban yang diberikan.

Kegiatan Belajar 1

Sifat Fisis, Kimia dan Penggunaan


Tembaga, Perak dan Emas
Tembaga (Cu), Perak (Ag) dan Emas (Au) dikenal sebagai logam mata uang dan telah
digunakan untuk membuat ornamen-ornamen serta mata uang sejak beberapa ribu tahun sebelum
Masehi. Unsur-unsur logam ini termasuk dalam golongan IB dari Tabel Periodik Unsur dan dapat
diklasifikasikan sebagai unsur-unsur transisi. Masing-masing unsur ini mempunyai sebuah
elektron yang menempati kulit terluar serta 18 elektron pada kulit di bagian dalamnya. Karena
unsur-unsur yang termasuk logam alkali (Golongan IA) dan logam mata uang (Golongan IB)
sama-sama memiliki sebuah elektron pada kulit terluarnya, maka kedua golongan unsur-unsur
tersebut dapat mempunyai beberapa kemiripan. Misalnya unsur-unsur Golongan IA dan IB
merupakan penghantar listrik yang baik dan dapat membentuk bertbagai senyawa dengan rumus
kimia yang analog Na2O, Ag2O; NaCl, AgCl; serta Na2SO4 dan Ag2SO4). Meskipun memiliki
beberapa kemiripan, unsur-unsur dari kedua golongan tersebut juga menunjukkan sifat yang
bertolak belakang, misalnya: Logam alkali sangat reaktif sedangkan logam mata uang unsur
yang kurang reaktif. Hal ini disebabkan karena jari-jari atom unsur-unsur Golongan IB lebih
kecil dari jari-jari atom atau unsur-unsur dari Golongan IA, yang akibatnya elektron valensi
atom-atom unsur Golongan IB berjarak lebih dekat ke inti atomnya. Tidak seperti pada logam
alkali, satu atau dua buah elektron yang berada pada kulit bagian dalam dari atom tembaga,
perak dan emas dapat diionkan. Hal ini disebabkan:
1. Oleh karena itu, tembaga, perak dan emas dapat memiliki bilangan oksidasi +1,
+2, dan +3. Namun begitu, bilangan oksidasi yang umum untuk tembaga di dalam
senyawanya adalah +2, untuk perak adalah +1, dan untuk emas +3. Sebagian besar ion-ion
yang dibentuk oleh logam-logam mata uang mempunyai warna khas, seperti pada ion Cr 2O72-
dan MnO4-, sedang yang dibentuk oleh logam alkali tidak berwarna.
2. Hidroksida logam alkali mudah larut dalam air dan bersifat basa kuat, sedangkan
hidroksida tembaga dan emas tidak larut dalam air dan bersifat basa lemah. Perak hidroksida
sangat larut dalam air dan bersifat basa kuat. Sebagian besar senyawa alkali mudah larut
dalam air, sebaliknya sebagian besar senyawa-senyawa logam perak dan emas tidak larut.
3. Logam mata uang cenderung membentuk ion kompleks, seperti [Cu(CN) 2],
[Ag(CN)2] , [Au(NH3)2]+, [Cu(NH3)4]2+, dan [Ag(NH3)2]+. Besarnya reaktifitas, elastisitas,
-

panas spesifik logam-logam mata uang menurun berdasarkan urutan: Tembaga, perak, dan
emas; sedangkan kerapatannya meningkat. Senyawa tembaga (I) tidak begitu dikenal
dibandingkan dengan senyawa tembaga (II). Beberapa sifat fisis logam mata uang diberikan
pada Tabel 8.1

Tabel 8.1 Sifat-sifat fisis tembaga, perak dan emas


Nomor Berat Jari-jari Jari-jari Kerapatan Titik Titik
Atom Atom atom, ion (M+), , g/cm3, leleh, didih
Pd 20oC o
C , oC
Tembag 29 63,546 1,28 0,96 8,92 1083 2582
a 47 107,868 1,44 1,26 10,50 960,8 2193
Perak 79 196,967 1,44 1,37 19,3 1063 2660
Emas

Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning kemerahan . logam ini liat dan tidak
mudah retak sehingga mudah dibentuk menjadi kaweat, pipa dan lembaran. Tembaga
merupakan penghantar listrik yang baik dan harganya murah, tetapi bila digunakan sebagai
penghantar, tembaga harus berkemurnian tinggi, sebaba sejumlah kecil campuran dari logam
lain dapat menurunkan daya hantarnya.
Tembaga relatif tidak reaktif. Di uadara yang lembab warna tembaga berubah menjadi
coklat, sebagai akibat terbentuk lapisan yang sangat tipis dari tembaga oksida atau tembaga
sulfida. Bila tembaga didiamkan di tempat terbuka cukup lama permukaanya akan terlapisi oleh
lapisan hijau dari tembaga hidroksikarbonat Cu2(OH)2CO3, yang mempunyai rumus kimia sama
dengan mineral malachite. Lapisan hijau pada logam tembaga yang digunakan untuk hiasan pada
atap rumah merupakan tempatnya hidroksisulfat. Bila tembaga di panaskan di udara terbuka
akan teroksidasi membentuk tembaga(II) oksida dan sejumlah kecil tembaga (I) oksida. Baik
asam pengoksida maupun bukan pengoksida, dengan adanya udara, dapat merubah tembaga
menjadi garam tembaga(II). Tembaga dapat larut dalam amonia encer, dengan adanya udara,
membentuk larutan yang berwarna biru dari [Cu(NH3)4}2+. Tembaga mudah larut dalam asma
nitrat dan dalam asam sulfat dengan adanya oksigen. Logam ini juga larut dalam larutan KCN
dengan adanya oksidasi. Uap belerang dapat bereaksi dengan tembaga panas membentuk baik
Cu2S maupun CuS. Apabila tembaga dibakar bersama gas klor akan menghasilkan CuCl2.
Tembaga merupakan logam yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari setelah
besi. Temabag terutama digunakan untuk membuat kabel listrik. Tembag juga digunakan untuk
membuat berbagai paduan logam, seperti kuningan (Cu 60-82% dan Zn 18-40%), perunggu
Z(Cu 70-95%, Zn 1-25%, Sn I- Zn 20%, Ni 20-25%).
Perak berwarn a putih, mengkilap, lembut, dan dapat ditempa serta mempunyai daya hantar
listrik dan termal yang tinggi. Logam ini kurang reaktif dibanding tembaga, kecuali terhadap
sulfur dan hidrogern sulfida, yang secara cepat menghitamkan permukaan perak. Warna hitam ini
disebabkan oleh terbentuknya perak sulfida (Ag2S).

4Ag(s) + 2H2S(g) + O2(g) 2Ag2S(s) + 2H2O(l) Ho = - 595,59 kJ

Halogen bereaksi dengan perak membentuk halida. Perak larut dalam asam pengoksida,
seperti asam nitrat dan asam sulfat panas.
3Ag + 4H+ + NO3 3Ag+ + NO(g) + 2H2O

Karena perak berada pada urutan di bawah hidrigen dalam deret aktivitas unsur , maka,
perak tidak larut dalam asam bukan oksidator seperti asam klorida . Sebagian besar garam perak
sedikit larut dalam air. Perak nitrat larut dengan baik dalam air. Bilangan oksidasi yang umum
untuk perak adalah + I, namun beberapa senyawa kompleks menganmdung perak(II) atau
peral(III).
Perak banyak digunakan untukmembuat uang logam, kawat perak, amamen karena perak
sangat lunak, maka pada prakteknya sering digunakan dalam bentuk paduan logam, misalnya
dipadu dengan tembaga. Uang logam dapat mengandung tembaga sampai 7%, sedang perhiasan
peral dapat mengandung 20% tembaga. Perak dalam jumlah besar digunakan untuk membuat
paduan logam untuk gigi palsu, film, dan cermin.
Industri pelapisan logam banyak mengandung perak. Logam yang akan dilapisi perak
ditempaykan sebagai katode dalam sel elektrolitik yang berisi larutan disianoargentat,
Na[Ag(CN2], sebagai elektrolit. Perak murni ditempatkan sebagai anoda, yang akan melarut
menggantikan ion perak pada ion [Ag (CN)2] yang berkurang karena menempel pada katoda.
Reaksinya adalah sebagi berikut:

Reduksi katodik : [Ag(CN)2]- + e Ag + 2CN

Oksidasi anodik : Ag + 2CN [Ag(CN2)]- + e


Perak yang terlapis pada katode nampakberwarna putih. Agar warna perak nampak
mengkilap dapat dilakukan burnisbing.
Cermin perak dapat dibuat dengan pendepositan lapisan tipis perak pada kaca. Ini dapat
dilakukan dengan reduksi terhadap larutan perak nitrat dalam aminia menggunakan pereduksi
sedang, seperti glukosa atau formaldehid persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:

[Ag(NH3)2]+ + e ( dari pereduksi) Ag + 2NH3

Emas berwarna kuning dan lunak sehingga memiliki kemudahan untuyk ditarik serta
ditempa yang tinggi. Emas murni sangat lunak, sehingga tak dapat dipakai untuk membuat uang
logam maupun perhiasan. Untuk tujuan tertentu, emas dipadukan dengan logam-logam lain
seperti tembaga dan perak. Kemurnian emas ditunjukkan dengan besaran karat, yang
menunjukkan bagian berat emas dalam 24 bagian berat paduan. Emas 24 karat mempunyai
makna bahwa logam tersebut adalah emas murni, emas 10 karat adalah suatu paduan logam yang
mengandung 10/24 bagian berat emas. Emas merah atau kuning mengandung tembaga, sedang
emas putih mengandung paladium, nikel atau zink.
Emas tidak reaktif dan tidak bereaksi dengan oksigen atau sulfur namun mudah bereaksi
dengan halogen atau dengan larutan yang mengandung atau melepaskan klor seperti air raja.

Au + 6H+ + 3NO3- + 4Cl- [AuCl4]- + 3NO2(g) + 3H2O

Bila emas dilarutkan dalam akua regia dan larutan yang terbentuk diuapkan, maka akan
dipoeroleh kristal kuning HAuCl4.H2O. Bila senyawa koordinasi ini dipanaskan lebih lanjut ,
hidrogen klorida akan dilepaskan, dan kristal merah emas(III) klorida(AuCl 3) akan diperoleh.
Bila emas(III) klorida dipanaskan lebih lanjut akan diperoleh emas(I) klorida (AuCl). Pada suhu
yang lebih tinggi akan dihasilkan logam emas. Emas(I) klorida akan mengalami auto-oksidasi-
reduksi dalam air membentuk emas(III) klorida dan logam emas. Emasa dapat membentuk dua
jenis oksida, yaitu Au2O dan Au2O3, serta hidroksida, yaitu AuOH dan Au(OH)3. Emas(II)
hidroksida adalah asam lemah yang dapat bereaksi dengan basa kuat membentuk aurat, seperti
NaAuO2. Kalium sianida dapat bereaksi dengan senyawa emas (I) dan emas(III) menghasilkan
garam kompleks yang mudah larut Na[Au(CN)2] dan Na[Au(CN)4], yang merupakan dasar
ekstraksi emas dari bijihnya dan pelapisan emas.

Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1, kerjakanlah


latihan berikut ini!
1. Patung Liberty di New York, yang permukaannya berlapis tembaga, sering nampak
berwarna hijau. Mengapa demikian.?
2. Mengapa logam perak dapat larut dalam asam nitrat tetapi tidak larut dalam asam
klorida?
3. Berapa gram emas murni yang terdapat dalam 2 gram suatu paduan emas 15 karat?

Kunci Jawaban Latihan


1. Logam tembaga murni berwarna kuning kemerahan, tetapi lapisan tembaga pada patung
Liberty dapat berwarna hijau. Hal ini disebabkan karena dalam jangka waktu yang lama,
tembaga dapat bereaksi dengan udara yang mengandung uap air dan gas karbon dioksida
menghasilkan lapisan hijau karena hidroksikarbonat Cu2(OH)2CO3.
2. Logam perak larut dalam pelarut pengoksidasi seperti asam nitrat. Asam klorida termasuk
dalam asam bukan pengoksidasi. Karen aktivitas perak lebih rendah dibandingkan dengan
hidrogen maka perak tidak terdapat dalam HCl.
3. Emas murni dapat dinyatakan sebagai emas 24 karat. Emas 15 karat berarti mengandung
15/24 bagian berat paduan emas. Bila berat paduan emas adalah 2 gram, maka dalam 2 gram
paduan tersebut terdapat emas murni: 15/24 x 2gram = 1,25 gram.

Rangkuman

Unsur-unsur Golongan IB (Golongan 11) tembaga, perak dan emas mempunyai warna yang
menarik, liat dan kuat sehingga banyak digunakan sebagai bahan untuk pembuat mata uang,
perhiasan dan peralatan rumahtangga. Reaktifitas, elastisitas, panas spesifik logam-logam
tersebut menurun berdasarkan urutan: tembaga, perak , emas; sedangkan kerapatannya
meningkat. Sifat kimiawi logam tembaga, perak dan emas mempunyai banyak kemiripan.
Masing-masing mempunyai sebuah elektron pada kulit terluarnya (Golongan IB), sehingga
banyak kemiripan pula dengan unsur Golongan IA yang juga mempunyai sebuah elektron terluar.

Tes Formatif 1
Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang tepat!
1) Reaktivitas logam kalium(no atom K =19) lebih besar dari pada logam tembaga
(no. Atom Cu = 29) , karena..
A. Aton unsur K mempunyai sebuah elektron terlua\r
B. Atom unsur Cu mempunyai sebuah elektron terluar
C. K termasuk unsur golongan IA, sedangkan Cu termasuk unsur golongan
IB
D. Jari-jari atom Cu lebih kecil bila dibandingkan dengan jari-jari atom K
E. Jari-jari atom K lebih kecil bila dibandingkan dengan jari-jari atom Cu
2) Bilangan oksidasi perak dalam senyawanya adalah...
A. + 1 B. +2 C. +3 D. Dapat +1, +2 atau +3
3) Diantara logam mata uang , logam yang dapat larut dalam asam klorida adalah...
A. Tembaga B. Perak C. Emas D. Tembaga dan emas
4) Perak Jerman adalah..
A. Cu 60-82 % dan Zn 18-40 % B. Cu 50-60 %, Zn 20%, Ni 20-25 %
1. C. Cu 70-95 %, Zn 1-25 %, Sn 1-18 % D. Cu 90-98 %, Al 2-10 %
5) Bila larutan emas dalam agua regia diuapkan pada suatu saat akan diperoleh
kristral berwarna merah dari....
A. HAuCl4.H2O B. AuCl3 C. AuCl2 D. AuCl

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci Jawaban Tes formatif 1 yang ada di bagian akhir
bab ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = x 100%
5
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar 2. Bagus! Akan tetapi, bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda
perlu mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Kegiatan Belajar 2

Senyawa Tembaga, Perak dan Emas


Diantara unsur-unsur tembaga, perak dan emas yang stabil, kationnya yang paling stabil
dan terpisah dari ion kompleks, adalah Ag +. Ion Au+ sangat tidak stabil karena terjadinya reaksi
disproporsionasi.

3Au+(aq) Au3+(aq) + 2 Au(s) K 1010

Emas(III) benar-benar hanya terkompleks dalam larutannya, biasanya sebagai spesi


anionik seperti [AuCl3OH]. Emas(II), perak(III) dan emas(I) tidak stabil dalam air dan hanya ada
dalam senyawaan tidak larut atau spesi-spesi kompleks.

Tembaga

Senyawa Tembaga (I)


Padatan garan tembaga(I) menunjukkan berbagai macam warna tetapi larutannya tidak
berwarna.

Oksida dan Sulfida


Oksida dan sulfida tembaga(I) lebih stabil dari pada dari senyawa tembaga (II) yang
bersangkutan pada suhu tinggi. Tembaga(I) oksida (Cu2O) merupakan padatan yang berwarna
coklat kemerahan. Oksida ini dapat dibuat dengan memanaskan padatan tembaga(I) klorida
dalam larutan natrium hidroksida sampai mendidih.

2CuCl(s) + 2OH Cu2O(s) + 2Cl- + H2O

Selain itu tembaga(I) oksida juga dapat dibuat dengan cara pemanasan larutan garam
tembaga(II) yang bersifat basa bersama-sama dengan senyawapereduksi.

2+ -
2Cu + 2OH + 2e (pereduksi) Cu2O(s) + H2O
Reaksi ini merupakan dasar uji terhadap gula pereduksi dalam urine pada diagnosis
diabetes. Pereaksi yang umum digunakan untuk maksud tersebut adalah larutan Benedict, yaitu
suatu campuran antara larutan-larutan tembaga(II) sulfat, natrium karbonat, dan natrium sitrat.
Penambahan gula pereduksi, seperti glukosa, menyebabkan terjadinya pengendapan tembaga(I)
oksida yang berwarna coklat kemerahan.
Tembaga(I) sulfida (Cu2S) adalah kristal hitam yang dapat dibuat dengan pemanasan
tembaga dan belerang tanpa adanya udara.

Hidroksida
Tembaga (I) hidroksida (CuOH) dapat diperoleh sebagai endapan berwarna kuning bila
larutan tembaga(I) klorida dalam asam klorida direaksikan dengan natrium hidroksida.
Hidroksida tembaga ini tidak stabil dan bila dipanaskan dapat terurai menghasilkan oksida dan
air.

Halida
Bila logam tembaga bersama-sama dengan larutan tembaga(II) klorida yang telah
diasamkan dengan asam klorida dipanaskan, maka akan terjadi reaksi reduksi yang berblangsung
menghasilkan tembaga(I) klorida yang berwarna putih.

Cu2+ + 2Cl- + Cu 2 CuCl(s)

Tembaga (I) bromida (CuBr) yang berwarna kuning pucat dapat diperoleh dengan cara
yang sama dengan cara untuk memperoleh CuCl. Penamabahan I - pada larutan Cu2+ membentuk
endapan yang mudah terdekomposisi dengan secara cepat menjadi CuI dan iod. CuF tidak
dikenal. Halida-halida tembaga(I) tidak larut dalam air, namun kelarutannya bertambah dengan
adanya ion halida karena pembentukannya ion hanya memiliki seperti [CuCl2].

CuCl + Cl- [CuCl2].-

Senyawa Tembaga (II) Biner

Senyawa tembaga(II) lebih banyak dikenal dari pada senyawa tembaga(I). Padatan
senyawa tembaga(II) dapat mempunyai warna biru, hitam, hijau, kuning dan putih. Namun
semua larutan encer garam tembaga(II) mempunyai warna biru, karena terbentuknya ion
tetraakua tembaga(II), [Cu(H2O)4]2+.

Oksida dan Hidroksida


Tembaga(II) oksida merupakan kristal berwarna hitam yang tidak larut dalam air. Oksida
tembaga ini dapat diperoleh dengan cara pemanasan tembaga(II) karbonat, tembaga(II) nitrat,
atau campuran serbuk tembaga dengan oksigen.

CuCO3 CuO + CO2

2Cu(NO3)2(s) 2CuO(s) + 4NO2(g) + O2(g) H0 = 420,5 kJ

2Cu(s) + O2(g) 2CuO(s)
Kristal CuO yang diperoleh bila dipanaskan lebih lanjut pada suhu di atas 800oC akan
terdekomposisi menjadi Cu2O.
> 800oC
4CuO 2Cu2O + O2

Tembaga (II) hidroksida [Cu(OH)2] merupakan padatan gelatin berwarna biru yang dapat
diperoleh dari penambahan NaOH kepada larutan dingin garam tembaga(II). Bila reaksi
dilakukan dengan menggunakan larutan panas garam tembaga(II) akan dihasilkan tembaga(II)
oksida (CuO). Tembaga(II) hidroksida bersifat amfoter, mudah larut dalam asam kuat dan juga
dalam NaOH pekat. Reaksi antara hidroksida tembaga ini dengan larutan basa kuat pekat
menghasilkan anion biru tua, mungkin dengan jenis [Cu(OH)4]2-. Reaksinya dengan larutan
amonia menghasilkan ion kompleks tetraamin yang berwarna biru tua.

Cu(OH)2(s) + 4NH3 [Cu(NH3)4]2+ + 2OH-

Sulfat
Tembaga(II) sulfat (CuSO4) merupakan garam tembaga yang paling penting. Anhidris
garam ini tidak berwarna, sedang hidratnya, [Cu(H 2O)4]SO4.H2O berwarna biru. Seperti
ditunjukkan dalam rumus tersebut, empat molekul air terkoordinasi pada ion tembaga(II) dan
molekul air yang kelima terikata pada ion sulfat dua molekul air yang terkoordinasi pada ionb
Cu2+ dengan ikatan hidrogen. Struktur pentahidrat senyawa ini digambarkan sebagai berikut:

H H

H O O H H..... O O

Cu O S

H O O H H..... O O

H H

Dehidrasi garam ini berlangsung dalam beberapa tahapan. Pertama, sebuah molekul air
yang teriukat dengan ikatan hidrogen lepas menghasilkan CuSO 4.4H2O. Kedua, air yang
terkoordinasi pada ion tembaga(II) lepas menghasilkan CuSO 4.3H2O. Ketiga, dua buah molekul
air lepas menghasilkan CuSO4.H2O. Akhirnya, CuSO4 terbentuk setelah sebuah molekul air
lepas.
Tembaga(II) sulfat diproduksi secara besar-besaran melalui oksidasi langsung tembaga(II)
sulfida menjadi sulfat, atau menjadi tembaga oksida yang kemudian diubah menjadi tembaga
(Cu) sulfat dengan mereaksikannya dengan asam sulfat. Di Laboratorium, tembaga(II) sulfat
anhidris dapat dibuat melalui oksidasi tembaga dengan asam sulfat panas..

Cu(s) + 2H2SO4(l) CuSO4(s) + SO2(g) + 2H2O(l) H0 = -11, kJ


Larutan tembaga(II) sulfat dalam aire bersifat agak asam sebagai akibat terjadinya
hidrolisis

[Cu(H2O)4]2+ + H2O [Cu(H2O)3OH]+ + H3O+

Larutan tembaga (II) sulfat digunakan pada pemurnian tembaga secara elektrolitik,
pelapisan logam, sel Daniel, pabrik cat, pabrik tekstil, dan pencegahan pertumbuhan ganggang
dikolam renang. Karena tembaga (II) sulfat anhidris tidak larut dalam alkohol dan eter, serta
dengan segera menyerap air berubah warna menjadi biru, garam ini digunakan untuk mendeteksi
adanya air dalam suatu cairan dan dapat digunakan untuk menghilangkan air tersebut.
Halida
Tembaga (II) klorida (CuCl2) merupakan kristal kuning, dapat dibuat dari reaksi antara
unsurnya. Hidrat garam ini (CuCl2.2H2O) berwarna hijau kebiruan yang dapat dibuat dengan
mereaksikan tembaga(II) karbonat atau hidroksida dengan asam klorida dan diikuti dengan
penguapan larutan. Larutan tembaga(II) klorida pekat berwarna hijau karena mengandung
tetrakua tembaga(II), [Cu(H2O)4]2+ yang berwarna biru dan ion tetraklorokuprat (II) [CuCl4]2-
yang berwarna kuning. Bila larutan diencerkan, molekul air akan menggantikan ion klorida dari
ion [CuCl4]2-, dan larutan menjadi berwarna biru.
Tembaga(II) bromida (CuBr2) merupakan padatan berwarna hitam yang dapat diperoleh
darai reaksi antara unsur-unsurnya dari reaksi antara asam bromida dengan tembaga(II) oksida
atau karbonat.
Tembaga (II) iodida (CuI2) tak dapat diisolasi. Bila larutan yang mengandung ion
tembaga(II) direaksikan dengan iodida, akan terjadi reaksi redoks, menghasilkkan tembaga(I)
iodida (CuI) dan iodin (I2).

2 Cu2+ + 4I 2CuI(s) + I2

Reaksi tersebut dapat digunakan untuk analisis kuantitatif tembaga dengan melakukan
titrasi terhadap iodin yang dihasilkan menggunakan larutan standar tiosulfat.

Sulfida
Tembaga(II) sulfida (CuS) merupakan padatan yang bverwara hitam. Sulfida ini dapat
terjadi bila gasa hidrogen sulfida dilewatkan pada larutan garam Tembaga(II). Tembaga(II)
sulfida mudah larut dalam larutan asam nitrat encer panas menghasilkan belerang dan gas
nitrogen oksida.

3CuS + 8 H+ + 2NO3 3Cu2+ + 3S(s) + 2NO(g) + 4H2O

Kompleks
Tembaga mempunyai kemampuan untuk membentuk baik kation maupun anion kompleks
yang stabil. Ion tembaga(II) mengkoordinasi empat molekul amonia yang netral membentuk ion
tetraamin tembaga(II) yang berwarna biru tua.

[Cu(H2O)4]2+ + 4 NH3 [Cu(NH3)4]2+ + 4 H2O

Adanya kenyataan bahwa molekul amonia dapat menggantikan molekul-molekul air yang
terkoordinasi menunjukkan bahwa kompleks amina mempunyai kestabilan yang lebih besar.
Bukti yang menunjukkan bahwa kompleks amini mempunyai kestabilan yang tinggi adalah
bahwa banyak senyawa tembaga(II) yang dapat larut dalam amonia. Ion tembaga terletak pada
bagian tengah segi empat yang dibentuk empat buah gugus yang terikat, misalnya air atau
amonia. Salah satu contoh ion kompleks tembaga (II) yang bermuatan negatif adalah [CuCl4]2-.
Tembaga(I) membentuk ion kompleks linier [Cu(NH3)2]+, halida [(CuX2)-], dan dengan
ion sianida [Cu(CN)2]-. Tidak seperti kompleks tembaga(II), kebanyakan kompleks tembaga(I)
tidak berwarna.

Perak (Ag)
Senyawa Perak(I)
Oksida
Perak oksida (Ag2O) dapat diperoleh bila logam perak terkena ozon atau bila serbuk halus
perak dipanaskan bersama dengan oksigen disertai tekanan yang tinggi. Suatu hidroksida dapat
bereaksi dengan perak nitrat menghasilkan endapan amorf perak oksida yang berwarna coklat
gelap. Oksida ini hanya sedikit larut dalam air dan larutannya menunjukkan sifat basa.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:

Ag2O(s) + H2O 2Ag+ + 2OH-

Perak oksida merupakan pereaksi yang umum digunakan untuk membuat larutan basa dari
alkali. Perak halida yang terbentuk dapat dihilangkan dengan penyaringan yang sederhana.
Cesium hidroksida, sebagai contoh. Dapat dibuat berdasarkan reaksi berikut:

2Cs+ + 2Cl- + Ag2O + H2O 2Cs+ + 2OH- + 2AgCl(s)

Reaksi tersebut berjalan ke kanan karena AgCl yang terbentuk lebih sukar larut dibanding
Ag2O.
Perak oksida mudah larut dalam larutan amonia encer menghasilkan basa.

Ag2O + 4NH3 + H2O 2[Ag(NH3)2]+ + OH-

Bila perak oksida dipanaskan di udara terbuka akan terurai menurut persamaan reaksi
berikut:

2Ag2O(s) 4Ag(s) + O2(g) H0 = 62,09kJ

Halida
Perak fuorida (AgF) sangat mudah larut dalam air, tetapi klorida, bromida dan iodidanya
relatif sukar larut. Semakin besar massa atom relatif halogennya, semakin sukar larut. Endapan
perak halida akan diperoleh bila ion halida ditambahkan pada larutan perak. Perak klorida (Ksp =
1,8 x 10-10) berwarna putih, perak bromida (K sp = 3,3 x 10-13) berwarna kuning pucat, sedang
perak iodida (Ksp = 1,5 x 10-15) berwarna kuning. Bila terkena sinar, warna perak halida akan
berubah menjadi violet dan kemudian menjadi hitam.

2AgX + sinar 2Ag + X2 (X= halogen)

Perak klorida (AgCl) mudah larut dalam larutan amonia encer berlebihan menghasilkan
kompleks diaminperak klorida.

AgCl(s) + 2NH3 [Ag(NH3)2]+ + Cl-

Nitrat
Perak nitrat (AgNO3) adalah satu-satunya garam perak sederhana yang mudah larut dalam
air. Garam ini dapat dibuat dengan cara melarutkan logam perak ke dalam larutan asam nitrat
yang diikuti dengan penguapan larutan. Bahan-bahan organik seperti jaringan kulit, mereduksi
perak nitrat menghasilkan perak bebas yang nampak sebagai noda hitam. Perak nitrat yang
direaksikan dengan KBr banyak digunakan dalam dunia fotografi, misalnya sebagai pereaksi dan
sebagai pelapis kertas foto.

Senyawa Perak(II) dan Perak(III)


Perak(II) fluorida (AgF2) adalah padatan yang berwarna coklat yang terbentuk pada
pemanasan Ag dan F2. Fluorida ini banyak digunakan untuk pengfluorisasi. Perak(III) dapat
ditemukan dalam spesi Ag(I) Ag(III)O2 yang dapat dihasilkan dari oksida Ag2O dalam larutan
alkali.

Emas(Au)

Emas oksida (Au2O3) terdekomposisi menjadi Au dan O2 pada suhu sekitar 150oC.
Klorinasi emas pada suhu 200oC menghasilkan dimer emas(III) klorida (Au2Cl6) yang berupa
kristal berwarna merah. Poemanasan pada suhu 160 oC terhadap garam klorida ini menghasilkan
emas(I) klorida (AuCl).

Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda pada materi Kegiatan Belajar 2, kerjakanlah latihan
berikut ini!
a. Suatu endapan putih akan dihasilkan bila tembaga dimasukkan ke dalam larutan
tembaga(II) klorida dan asam klorida. Endapan putih ini akan larut kembali bila digunakan
asam klorida berlebihan. Namun, endapan putih akan diperoleh kembali bila dilakukan
pengenceran terhadap larutan. Tuliskan reaksi yang terjadi.
b. Suatu larutan natrium sianida secara perlahan ditambahkan ke dalam larutan perak
nitrat sambil diaduk. Endapan berwarna putih akan terbentuk, yang kemudian akan terlarut
kembali pada penambahan larutan natrium sianida lebih lanjut. Jelaskan!
Kunci Jawaban Latihan
1) Tembaga akan mereduksi tembaga(II klorida menghasilkan endapan putih tembaga(I)
klorida.
Cu2+ + 2Cl- + Cu 2CuCl(s)
Putih

Endapan putih CuCl dapat larut dalam asam klorida pekat membentuk ion kompleks [CuCl2]-.

CuCl + Cl- [CuCl2]-.


Pada pengenceran larutan, reaksi akan berjalan ke arah kiri sehingga endapan putih CuCl
akan terbentuk kembali.
2) Bila natrium sianida direaksikan dengan larutan perak nitrat, maka akan terbentuk
endapan putih dari AgCN.
Ag+ + CN- AgCN(s)
Putih

Endapan putih ini akan terlarut dalam larutan CN-, membentuk kompleks [Ag(CN)2]-

Rangkuman

Tembaga dan perak dapat mempunyai bilangan oksidasi +1, +2 dan +3 dan membentuk
berbagai senyawa, sepoerti oksida, hidroksida dan halida. Dalam senyawanya tembaga banyak
didapatkan dengan bilangan oksidasi +2, sedang perak dengan bilangan oksidasi +1. Emas dalam
senyawanya umumnya berbilangan oksidasi +3. Pada umumnya senyawa-senyawa tembaga,
perak dan emas mempunyai warna yang khas.

Tes Formatif 2
Petunjuk: Berilah tanda silang(X) pada jawaban yang paling tepat!
1) Pada uji gula pereduksi menggunakan pereaksi Benedict akan dihasilkan padatan
berwarna coklat kemerahan dari...
A. Tembaga(II) sulfat B. Tembaga(I) sulfat
C. Tembaga(II oksida D. Tembaga(I) oksida
2) Padatan senyawa tembaga(II) dapat berwarna biru, hitam, hijau, kuning, atau putih;
namun begitu larutan garam tembaga(II) hanya berwarna...
A. Biru B. Hitam C. Hijau D. Kuning
3) Larutan tembaga(II) sulfat dalam air bersifat...
A. Netral B. Asam C. Basa D. Bisa asam bisa basa
4) Jumlah molekul air dalam senyawa tembaga(II) sulfat 5-hidrat yang terikat secara
koordinasi terhadap logam tembaga(II) adalah....
A. 2 B. 3 C. 4 D. 5
5) Bila oksida perak dimasukkan dalam air, maka oksida tersebut....
A. Tidak larut
B. Larut sedikit menghasilakan larutan asam
C. Larut sedikit menghasilkan larutan basa
D. Larut sempurna
6) Pada pemanasan perak(I) oksida di udara terbuka akan dihasilkan...
A. AgO dan O2 B. Ag dan O2 C. AgO D. Ag
7) Tetapan pembentukan [Ag(CN)2]- adalah 1,0 x 1020. Bila 1,0 gram perak dioksidasi dan
dimasukkan ke dalam 1 L larutan ionCN- 0,1 M, maka konsentreasi ion Ag+ yang terdapat
dalam kesetimbangan adalah...
A. 0,1 M B. 1,0 x 1020 M C. 1,0 x 10-20 D. 1,4 x 10-20
8) Logam emas dapat larut dalam......
A. Campuran asam klorida dan asam nitrat pekat
B. Campuran asam nitrat dan asam sulfat pekat
C. Campuran asam sulfat dan asam sulfida pekat
D. Campuran asam sulfida dan asam klorida pekat.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci Jawaban Tes formatif 1 yang ada di bagian akhir
bab ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = x 100%
8

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar 3. Bagus! Akan tetapi, bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80 %, Anda
perlu mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Kegiatan Belajar 3

Sumber dan Ekstraksi Tembaga, Perak,


dan Emas

Tembaga diu dapatkan di alam sebagai tembaga musi da senyawanya. Biji tembaga yang
paling penting adalah chalcosite [Cu2S], dan chalcopyrite [CuFeS2]. Bijih tembaga lainnya
adalah cuprite [Cu2O], melaconite [CuO], dan malachite [Cu2(OH)2CO3].
Tembaga ditemukan dalam jumlah kecil pada beberapa jenis tanaman. Tembaga juga
ditemukan pada bulu burung, terutama pada bulu burung yang berwarna terang, dan dalam darah
beberapa binatang laut seperti udang dan kerang, yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen
seperti fungsi besi dalam darah binatang berderajat yang lebih tinggi.
Penambangan tembaga dilakukan dengan cara penghancuran bijih tembaga, batuan yang
tidak diinginkan dipisahkan, dan tembaga dilelehkan, dan dituangkan pada cetakan untuk
kemudian didinginkan. Bijih oksida dan karbonat sering dicuci dengan asam sulfat untuk
menghasilkan larutan tembaga(II) sulfat, yang ada dalam mana tembaga kemudian dapat
dipisahkan dengan cara elektrodeposisi. Biji yang berupa oksida atau karbonat yang berkualitas
tinggi direduksi dengan cara pemanasan dengan arang yang dicampur dengan flux (suatu bahan
yang dapat menghilangkan campuran dengan cara pengikatan) yang sesuai.
Bijih dalam bentuk sulfida biasanya berkualitas rendah karena mengandung kurang dari 10
% tembaga. Bijih ini dapat dipekatkan dengan proses pengapungan (flotation Process). Dalam
proses ini bijih yang telah dihancurkan dicampur dengan air dan suatu jenis minyak tertentu.
Udara ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara. Partikel
logam sedikit atau bahkan tidak sama sekali dengan air(hidrofobik) tetapi berikatan dengan
minyak)(bagian terluarnya dilapisi minyak) dan akan menempel pada gelembung-gelembung
udara yang kemudian akan mengapung pada permukaan. Partikel-partikel pasir, batuan dan tanah
liat akan terbasahi oleh air(hidrofobik) dan akan berada pada bagian dasar bak pengapungan.
Gelembung-gelembung udara yang membawa partikel logam dan mengapung pada permukaan
dipisahkan, dan dipekatkan.
Partikel-partikel logam yang telah dipekatkan kemudian dipanaskan pada suhu dibawah
titik lelehnya untuk menghilangkan uap air dan belerang sebagai belerang oksida. Campuran
yang tinggal, yang disebut dengan calcine dan mengandung Cu2S, FeS, FeO, dan SiO 2 diekstrak
dalam bentuk leburannya dengan cara mencanpurkan batu kapur(sebagai flux) dan memanaskan
campuran di atas titik lelehnya. Reaksi yang terjadi adalah:

CaCO3 + SiO2 CaSiO3 + CO2

FeO + SiO2 FeSiO3

Cu2S, dengan sejumlah FeS, yang diperoleh setelah proses pemisahan denmgan cara
peleburan disebut matte. Reduksi terhadap matte dilakukan dengan cara menghembuskan udara
melalui lelehan. Mula-mula udara mengoksidasi besi(II) sulfida menjadi besi(II) oksida dan
belerang oksida. Pasir kemudian ditambahkan untuk membentuk besi(II) silikat dan besi(II)
oksida. Setelah besi dipisahkan, hembusan udara akan menghasilkan Cu2S dan Cu2O. Segera
setelah tembaga(I) oksida terbentuk, akan direduksi oleh tembaga(I) sulfida menghasilkan logam
tembaga. Persamaan reaksinya dalah:

2Cu2S + 3O2 2Cu2O + 2SO2

2Cu2O + Cu2S 6Cu + SO2

Sisa tembaga (II) oksida dihilangkan dengan cara reduksi menggunakan H2 dan CO yang
dihasilkan dari metana atau gas alam. Tembaga yang dihasilkan dengan cara ini disebut dengan
tembaga blister(lepuhan) sebab tembaga jenis ini mempunyai rongga-rongga yang berisi udara di
dalamnya.
Tembaga tidak murni dicetak menjadi lembaran-lembaran, yang digunakan sebagai anoda
dalam pemurnian logam secara elektrolitik. Lembaran tipis tembaga muni dipakai sebagai
katoda; larutan tembaga(II) sulfat yang telah diasamkan dengan asam sulfat digunakan sebagai
larutan elektrolit. Selama elektrolisis tembaga pada anoda akan menuju ke katoda. Emas dan
perak yang berfungsi sebagai pengotor akan jatuh ke dasar di bawah anoda sebagai lumpur
bersama sejumlah kecil Cu2O. Perak, emas dan logam-logam golongan platina dapat diperoleh
dari lumpur anoda sebagai hasil samping yang berharga. Logam yang lebih aktif dari tembaga,
misalnya zink dan besi, akan teroksidasi di anoda dan akan lepas ke dalam larutan. Tembaga
yang terdeposisi pada katoda mempunyai kemurnian rata-rata 99,95%. Nilai jual logam mulia
yang terdapat dalam lumpur anoda cukup untuk biaya elektrolisis.

Perak(Ag)

Perak ditemukan dalam jumlah besar sebagai gumpalan logam atau kadang-kadang juga
ditemukan dalam bentuk senyawa pada berbagai batuan. Perak juga di dapatkan sebagai paduan
bersama emas, tembaga, atau raksa, atau juga dalam bentuk kloridanya AgCl) dan suilfidanya
(Ag2S) yang biasanya bercampur dengan sulfida dari timbal, tembaga, nikel, arsenik dan
antimon. Kebanyakan perak diperoleh sebagai hasil samping penambangan logam lainnya,
seperti timbal dan tembaga.
Pada pengolahan timbal dari bijih timbal suilfida, biasanya akan diperoleh pula logam
perak. Perak diekstraksi dari tembaga menggunakan zink, dalam mana perak 3000 kali lebih
larut dari pada timbal. Timbal kemudian dilelehkan dan dicampur dengan sejumlah kecil zink.
Timbal dan zink tak dapat bercampur dengan baik. Sebagian besar perak akan meninggalkan
timbal dan larut ke dalam zink. Bila pencampuran dihentikan, zink akan mengapung dan
membeku. Paduan zink-perak dipisahkan dari timbal dan zink yang mudah menguap dengan cara
destilasi. Prosedur pemisahan ini dikenal sebagai Proses Parkes.
Ekstrai perak dari bijihnya tergantung pada pembentukan ion kompleks disianoargentat,
[Ag(CN)2]-. Logam perak dan semua senyawanya larut dengan baik pada logam alkali sianida
dengan adanya udara. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:
4Ag + 8CN- + O2 + 2H2O 4[Ag(CN)2]-. + 4OH-

2Ag2S + 8CN- + O2 + 2H2O 4[Ag(CN)2]- + 2S + 4OH-

AgCl + 2CN [Ag(CN)2]- + Cl-

Perak terendapkan dari larutan sianida dengan penambahan zink ataupun aluminium:

2 [Ag(CN)2]- + Zn 2Ag + [Zn(CN)4]2-

Perak juga dapat diperoleh dalam lumpur anoda pada elektrolisis untuk memperoleh
tembaga.

Emas(Au)

Emas biasanya didapatkan di alam dalam bentuk logamnya, dan jarang diperoleh dalam
gumpalan besar, tapi lebih sering diperoleh dalam bentuk partikel kecil bercampur pasir yang
terbentuk dari pecahan bongkahan batu yang besar. Umumnya keberadaan emas selalu disertai
dengan keberadaan logam perak dan logam-logam golongan platina (Ru, Rh, Pd, Os, Ir dan Pt).
Emas juga didapatkan dalam senyawaanya di beberapa mineral seperti telluride [AuTe2] dan
telluride ganda, [AuAgTe4], yang disebut juga dengan silvanite.
Selama berabad-abad emas diperoleh dengan cara pencucian batuan dengan air untuk
memisahkan partikel-partikel kecil dari partikel emas yang berukuran lebih besar. Sampai saat
ini, emas juga ditambang dengan cara yang sangat tradisional.
Pada proses amalgamisasi untuk mengekstrak emas, tepung halus bijih emas di cucu diatas
lembaran tembaga yang dilapisi raksa, dalam mana sekitar separuh bagian emas akan terlarut.
Amalgam dikeruk dan raksa dihilangkan dengan destilasi. Emas akan diperoleh sebagai residu.
Proses sianida untuk emas miprip dengan cara yang digunakan untuk memperoleh perak
dari bijihnya, sehingga dua jenis logam ini sering terektraksi secara bersamaan. Oksigen di udara
sangat penting bagi reaksi yang terjadi pada proses ekstraksi. Emas dipisahkan dari larutan
berdasarkan reaksi berikut ini:

4Au + 8CN- + 2H2O + O2 4[Au(CN)2]- + 4OH-

Zn + 2 [Au(CN)2]- 2Au + [Zn(CN)4]2-


Emas yang diperoleh dengan beberapa proses di atas masih terkotori oleh perak dan logam
lain, seperti timbal, tembaga, dan zink. Emas murni dapat diperoleh dengan cara elektrolisis atau
pelarutan pengotor dalam asam sulfat atau asam nitrat.

Latihan

Untuk memantapkan pemahaman Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3, kerjakanlah


latihan berikut ini!
1. Jelaskan ekstraksi perak dari timbal dalam proses Parkes!
2. Apakah fungsi logam zink dalam proses sianida untuk memperoleh emas.

Kunci Jawaban Latihan


1. Pada proses Parkes, ekstraksi perak dari timbal dibutuhkan zink untuk melarutkan logam
perak. Pada peleburan, timbal (tidak seperti perak) hanya sedikit larut dalam zink. Bila
leburan didinginkan, larutan perak dalam zink akan berada pada bagian permukaan
timbal yang membeku, sehingga mudah untuk dipisahkan. Zink lebih mudah menguap
dari pada perak, sehingga dapat dipisahkan dengan cara destilasi.
2. Zink dalam proses sianida berguna untuk mereduksi emas yang terdapat sebagai larutan
ion kompleks [Au(CN)2]-, sehingga diperoleh logam emas.
Zn + 2 [Au(CN)2]-, 2Au + [Zn(CN)4]2-

Rangkuman

Tembaga, perak dan emas terdapat dialam dalam bentuk bongkahan atau butiran logam murninya
atau dalam berbagai mineral. Ekstraksi logam-logam tersebut dari bijihnya umumnya diawali
dengan peleburan bijih. Proses pemisahan selanjutnya adalah pengapungan, destilasi, atau
elektrodeposisi.

Tes Formatif 3
Petunjuk: Berilah tanda silang(X) pada jawaban yang paling tepat!
1) Cuprite merupakan salah satu bijih tembaga. Mineral ini mempunyai rumus kimia...
A. CuO B. Cu2O C. Cu2S D. CuFeS2
2) Dalam darah beberapa binatang laut, seperti udang, tembaga dapat mempunyai fungsi
sebagai....
A. Pembunuh bibit penyakit B. Penyebab warna merah
C. Pengangkut oksigen D. Penstabil suhu tubuh
3) Pada proses pemurnian tembaga secara elektrolitik, tembaga dengan kemurnian yang
sangat tinggi terdeposisi pada..
A. Katoda B. Anoda C. Dasar bejana D. Dinding bejana
4) Pada pemisahan perak secara elektrolitik, larutan elektrolit yang biasa digunakan
mengandung ion...
A. Ag+ B. CN- C. [Ag(CN)2]- D. Zn2+
5) Perak dapat diendapkan dari [Ag(CN)2]- dengan cara reduksi menggunakan...
A. Aluminium B. Emas C. Besi D. Tembaga
6) Perak dapat dipisahkan dari paduan zink-perak dengan cara..
A. Peleburan B. Penyaringan C. Pendinginan D. Destilasi
7) Perak sebagai pengotor emas dapat dihilangkan dengan cara pelarutan menggunakan
larutan...
A. Asam klorida B. Asam sulfida C. Asam iodida D. Asam nitrat
8) Mineral dengan rumus kimia AuTe2 disebut dengan...
A. Teluride B. Teluluride ganda C. Silvanite D. Amalgam
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci Jawaban Tes formatif 3 yang ada di bagian akhir
bab ini. Hitunglah jumlah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
Kegiatan Belajar 3.

Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat Penguasaan = x 100%
8

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :


90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, Anda dapat meneruskan dengan
kegiatan belajar berikut. Bagus! Akan tetapi, bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 80 %,
Anda perlu mengulangi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

Tes Formatif 1
1) D 2) D 3) A 4) B 5) B

Tes Formatif 2
1) D 2) A 3) B 4) C 5) C 6) B 7) D 8) A

Tes Formatif 3
1) B 2) C 3) A 4) C 5) A 6) D 7) D 8) A

DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F.A. and Wilkinson, G., Basic Inorganic Chemistry, New York: John Wiley & Sons, Inc.,
1976
Greenwood, N N, and Earnshaw,A Chemistry of the Elements (1989), Ox ford: pergamon press.
Holtzclaw,J.R,.H.F, Robinson, W.R, and Nebergall, W.H General Chemistry,
Seventh Editon, (1984), Lexington: D,C Heath and Company.
Petrucci, R.H and Wismer, R.K, General Chemistry with Qualitative Analysis,
econd Edition, (1987), New York, Macmillan Publishing Company

Anda mungkin juga menyukai