Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KOBALT DAN PADUANNYA

oleh

Dicky Kurnia Ramadhan (141910101090)


Kresna Yusuf Rouhillah (141910101094)
Izhar Amedio Foncesa N (141910101095)
Raihaan (141910101097)
Alvin Bakhtiar G P (141910101104)

MATERIAL TEKNIK
STRATA 1 TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co
dan nomor atom 27. Cobalt merupakan unsur transisi yang terletak pada golongan 9 pada
periode keempat. Cobalt merupakan logam metalik yang berwarna sedikit berkilauan dan
keabu-abuan.
Cobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak,
potongan, bedak, tangkai, dan kawat. Salah satu makanan yang kita konsumsi bersumber
vitamin B12 yang merupakan suatu campuran yang berisi unsur Cobalt, adalah marmite,
tetapi unsure yang dikandung didalamnya tergolong unsur lebih lemah dan lembut. Di
Australia dikenal dengan Vegemite, sedangkan di Amerika, Marmite dicampur dengan
pindakas.
Banyak bijih berisi unsur kimia cobalt, tetapi tidak memiliki arti penting untuk
ekonomi. meliputi sulfid dan arsenides linnaeite, Co3S4, cobalttit, Coass, dan smaltite,
Coas2. Digunakan untuk industri, secara normal diproduksi sebagai byproduct dari
produstion tembaga, nikel Bijih yang dibakar Secara normal membentuk suatu campuran
oksida metal. Perawatan dengan cuka sulphuric dapat meninggalkan tembaga metalik
sebagai residu dan disolves.

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui apa pengertian dari kobalt, stabilitas ion kobalt, kesenyawaan kobalt,
sifat – sifat kobalt, proses pembuatan kobalt, logam paduan kobalt, penggunaan kobalt di
industri, dan manfaat kobalt.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kobalt


Kobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co
dan nomor atom 27. Warna sedikit berkilauan, metalik, keabu-abuan. Penggolongan
Metalik Ketersediaan, unsur kimia kobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang
mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. contoh besar dan kecil
unsur kimia.

Gambar 1. Bentuk kobalt di alam


Unsur kimia kobalt juga merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh agak keras
dan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur kimia kobalt
adalah batu bintang. Deposit bijih. Cobalt-60 ( 60 Co) adalah suatu isotop yang
diproduksi menggunakan suatu sumber sinar ( radiasi energi tinggi). Unsur kimia/kobalt
mewarnai gelas/kaca serta memiliki suatu keindahan warna kebiruan.
Kobalt mempunyai kenampakan yang hampir sama dengan besi, tetapi
cenderung ke warna merah muda. Seperti besi dan nikel, kobalt bersifat magnetik.
Kobalt larut secara pelahan dalam larutan asam klorida dan asam sulfat encer yang
hangat, namun larut cepat dalam larutan encer asam nitrat panas. Seperti juga pada besi
dan nikel, kobalt menjadi pasif bila dimasukkan ke dalam larutan asam nitrat pekat.
Kobalt tidak teroksidasi bila terkena udara, tetapi kobalt yang membara dapat mereduksi
hidrogen dari uap air menghasilkan gas hidrogen. Halogen, kecuali fluor, dapt bereaksi
dengan kobalt menghasilkan kobalt(II). Bila kobalt dipanaskan bersama-sama dengan
fluor akan dihasilkan kobalt(II) fluorida Co.
Kecendrungan penurunan kestabilan terjadi menurut deretan Ti, V, Cr, Mn, dan
Fe, serta Co. Tingkat oksidasi tertinggi kobalt adalah IV, namun hanya sedikit senyawaan
seperti itu yang dikenal. Kobalt(III) relatif tidak stabil dalam senyawaan sederhana,
namun kompleks spin rendah sangat stabil, khususnya bila terdapat atom-atom donor
(misalnya N) yang memberikan sumbangan besar pada medan ligan.
Di alam, ligan selalu terdapat bersama-sama dengan Ni dan As. Sumber utama
kobalt adalah speisses, yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan
Pb. Paduan kobalt dengan logam besi serta sejumlah kecil logam lainnya dapat digunakan
sebgai bahan untuk membuat alat pemotong dan opersai. Magnet yang permanen terbuat
dari paduan Alnico (Al; Ni; Co; dan Fe), Hiperco (Co; Fe; dan Cr), dan vicalloy (Co; Fe;
dan V). Serbuk halus kobalt dapat digunakan sebagai katalis pada reaksi hidrogenasi
karbon monoksida dan karbon dioksida dengan hasil akhir hidrokarbon, serta untuk
oksidasi amonia.

2.2 Stabilitas ion Cobalt


Stabilitas dari ion cobalt mempunyai kecenderungan menurun dari bilangan
oksidasi tinggi menuju bilangan oksidasi rendah dan terjadi peningkatan stabilitas tingkat
oksidasi II relatip lebih tinggi dibandingkan tingkat oksidasi III, sesuai dengan deret
unsur periode pertama, Ti, V, Cr, Mn, dan Fe, terakhir Co. Tingkat oksidasi tertinggi dari
ion cobalt adalah V dan sangat sedikit senyawaan yang dikenal. Untuk senyawaan ion
cobalt (III) banyak dijumpai dengan atom-atom donor (biasanya N) dan untuk ion cobalt
(I) biasanya dengan ligan-ligan phi-aseptor.

2.3 Kesenyawaan Kobalt


1. Oksida Kobalt : Hidroksida dan oksida
Kobalt (II) hidroksida [Co (OH)2] dapat diperoleh sebagai endapan yang
berwarna biru bila larutan logam alkali hidroksida ditambahkan pada larutan garam
kobalt(II). Warna biru endapan tersebut kemudian akan berubah menjadi ungu sampai
merah muda bila terjadi hidrasi.
Kobalt(II) hidroksida mudah larut dalam amoniak encer membentuk
heksaaminkobalt(II) hidroksida [Co(NH3)6]. Larutan senyawa ini dapat teroksidasi oleh
oksigen diudara menghasil berbagai senyawa kobalt (III). Reaksi oksidasinya ditandai
dengan perubahan larutan yang menjadi gelap.
Bila kobalt (II) hidroksida dipanaskan didalam tabung tertutup akan dihasilkan
kobalt (II) oksida (CoO). Oksida ini berwarna hitam, tetapi bila oksida ini dilarutkan
dalam leburan gelas akan memberikan warna biru. Gelas kobalt adalah gelas yang
mengandung kobalt (II) silikat.
Pemanasan kobalt (II) hidroksida diudara terbuka menghasilkan kobalt(II,III)
oksida (Co3O4). Kobalt (III) oksida (Co2O3) dapat diperoleh dengan pemanasan kobalt
(II) nitrat [ Co(NO3)2] secara perlahan .
2. HALIDA.
Halida anhidrat CoX2 dapat dibuat dengan dehidrasi dari hidrat halida dan untuk CoF2
dibuat dengan mereaksikan antara HF dengan CoCl2. Halida klor berwarna biru terang.
Reaksi dari flourida atau senyawaan flourinasi lain pada cobalt halida pada temperatur
300 – 4000C menghasilkan cobalt(III) flourida yang merupakan senyawa berwarna coklat
gelap yang umumnya digunakan sebagai zat flourinasi. Cobalt(III) flourida dapat
direduksi oleh air.
3. SULFIDA
Dibentuk dari larutan Co2+ yang direaksikan dengan H2S membentuk endapan CoS
berwarna hitam.
4. GARAM
Bentuk garam cobalt(II) yang paling sederhana dan merupakan garam hidrat. Semua
garam hidrat cobalt berwarna merah atau pink dari ion [Co(H2O)6]2+ yang merupakan
ions terkoordinasi oktahedral. Penambahan ion hidroksida pada larutan Co2+
menghasilkan cobalt(II) hidroksida yang berwarna pink atau biru tergantung kondisinya.
Hanya yang berwarna pink yang merupakan bentuk paling stabil. Cobalt(II) hidroksida
bersifat amphotir bila dilarutkan dalam hidroksida pekat membentuk larutan berwarna
biru yang mengandung ion [Co(OH)4]2-. Bentuk garam cobalt(III) sangat sedikit, garam
flourida hidrat berwarna hijau CoF3.5H2O dan hidrat sulfat berwarna biru
Co2(SO4)3.18H2O dapat dipisahkan pada oksidasi elektrofilik dari Co2+ dalam larutan
40% HF dan H2SO4 8M.

2.4 Sifat-Sifat Kobalt


a. Sifat Fisik Kobalt
Sifat fisik Kobalt antara lain sebagai berikut:
1. Melebur pada suhu 14900 C dan mendidih pada suhu 35200 C.
2. Memiliki 7 tingkat oksidasi yaitu -1, 0, +1, +2, +3, +4 dan +5.
3. Kobalt relatif tidak reaktif, meskipun ia larut lambat sekali dalam asam mineral
encer.
4. Unsur kimia Kobalt juga merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh agak keras
dan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika.
5. Unsur kimia Kobalt adalah batu bintang.
6. Logam berwarna abu – abu.

b. Sifat Kimia Kobalt


Sifat-sifat kimia kobalt antara lain sebagai berikut:
1. Mudah larut dalam asam – asam mineral encer
2. Kurang reaktif
3. Dapat membentuk senyawa kompleks
4. Senyawanya umumnya berwarna
5. Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co2+ yang berwarna merah
6. Senyawa – senyawa Co(II) yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi berwara biru.
7. Ion Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks – kompleksnya stabil baik dalam bentuk
larutan maupun padatan.
8. Kobalt (II) dapat dioksidasi menjadi kobalt(III)
9. Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk endapan hitam
10. Tahan korosi

c. Sifat Mekanik Kobalt


Penambahan unsur kobalt akan memperbaiki sifat kekerasan baja. Kekerasan
meningkat dan tahan aus serta stabil pada suhu yang tinggi.

2.5 Proses Pembuatan Kobalt


Kobalt di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS)
yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan bijih kobali dilakukan
sebagai berikut.
Pemanggangan:
CoAs (s) Co2O3 (s) +As2O3 (s)
Co2O3 (s) 2CoCl3(aq) + 3H2O (l)
Zat-zat lain seperti Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S.
Bi2O3 (s) + 3 H2S (g) Bi2S3(aq) + 3H2O (l)
PbO (s) + H2S (g) PbS (s) + H2O (l)
Pada penambahan CoCO3 (s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe sebagai
karbonat. Dengan penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat pencuci mengubah
CoCl3 menjadi Co2O3 (s). Selanjutnya CoCO3 dierduksi dengan gas hidrogen, menurut
reaksi:
Co2O3 (s) + H2(g) 2Co (s) + 3H2O (g)

2.6 Logam Paduan Kobalt


1. Nikel dan Paduan Kobalt
a. Merupakan rangkaian buat bahan pesawat
b. Tidak mudah korosif
c. Kobal selalu terdapat bergabung dengan Nikel dan biasa juga dengan arsen.
Sumber utama kobal adalah “speisses”, yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen
dari Ni, Cu, Pb.
2. Alloy
Alloy adalah paduan kobal-based dengan kekuatan yang sangat baik suhu tinggi
dan ketahanan oksidasi yang baik untuk 2000°F(1093°C). Tingkat krom tinggi ditambah
dengan penambahan kecil lantanum menghasilkan skala yang sangat ulet dan protektif.
paduan ini juga memiliki ketahanan sulfidasi baik dan stabilitas metalurgi yang sangat
baik ditampilkan oleh keuletan baik setelah terlalu lama terkena suhu yang tinggi.
3. Paduan Co-Cr-Mo
Material kobalt merupakan material logam yang berwarna perak keabu-abuan.
Umumnya paduan kobalt digunakan dalam aplikasi yang berhubungan dengan
lingkungan pada keadaan ekstrim karena tahan korosi, tahan aus dan kekuatan yang tinggi
saat peningkatan temperatur. Paduan kobalt mempunyai dua struktur kristal yang berbeda
yaitu face centered cubic (fcc) dan hexagonal close packed (hcp). Fasa εCo mempunyai
struktur kristal fcc sedangkan fasa γCo berstruktur kristal hcp.
Gambar 1. Diagram Fasa Biner Co-Cr
Secara termodinamika fase γCo berstruktur kristal lebih stabil pada temperatur
kamar sehingga umumnya paduan kobalt menahan gerak perubahan struktur fcc pada
temperature kamar. Paduan kobalt merupakan material allotropik di perbagai temperatur
dan komposisi. Seperti yang terlihat pada gambar 1, pada komposisi 30% Cr transformasi
fasa berlangsung pada temperatur 970˚C dari fasa γCo menjadi εCo. Adanya transformasi
fasa ke kristal kubik ini memberi peluang keberlangsungan proses difusi, hingga kita
dapat menetapkan suhu sinter, yaitu diatas suhu 970˚C. Selanjutnya, karena paduan Co ini
mempunyai 2 jenis unsur logam pemadu (Cr dan Mo), maka harus ditinjau pula diagram
fasa terner Co-Cr-Mo. Dengan adanya kandungan Mo, transformasi fasa γ ke fasa ε
berlangsung pada suhu lebih tinggi jika dibandingkan dengan diagram biner (Co-Cr).
Pada suhu 1300˚C, seluruh kisi kristalnya berubah bentuk menjadi kubik (fasa ε). Walau
demikian masih ada kemungkinan terbentuk fasa σ di dalam matriksnya.
Gambar 2. Diagram Fasa Terner Co-Cr-Mo, a. Suhu 900˚C, b. Suhu
1100˚C, c. Suhu 1300˚C2

Tiga elemen dasar paduan kobalt menggunakan unsur kobalt, khromium dan
molibdenum. Khromium ditambahkan untuk meningkatkan kekerasan dan ketahanan
korosi, khususnya ketahanan terhadap korosi lokal. Seperti pada stainless steel,
khromium membentuk lapisan oksida yang kuat, berfungsi sebagai lapisan pasif untuk
membentengi material utama di bawahnya dari lingkungan sekitar. Molibdenum
ditambahkan untuk menghasilkan struktur butir yang halus dengan kekuatan tinggi
setelah casting atau forging. Paduan kobalt memiliki kelebihan untuk difabrikasi menjadi
bagian dari keperluan medis, seperti bagian kepala dari artificial hip joints. Paduan kobalt
untuk aplikasi biomedis dibagi menjadi dua kategori, yaitu paduan hasil casting dan
tempa (forging). Paduan kobalt standar mengandung sejumlah karbon, sehingga sejumlah
besar karbida mengakibatkan proses forging menjadi sulit. Paduan kobalt juga rentan
terhadap pengerasan regang. Kandungan C dan Ni maksimum masing-masing sebesar
0,35% dan 1% diperlukan untuk meningkatkan ketahanan aus. Teknik fabrikasi utama
untuk paduan ini adalah casting dengan penekanan pada pencapaian ukuran butir yang
kecil serta pendistribusian karbida yang merata. Ukuran butir yang besar tidak dapat
diterima karena mengakibatkan kekuatan lelah yang rendah dan menimbulkan gagal
klinis. Pemrosesan isostatik panas dan metalurgi serbuk dapat digunakan secara khusus
untuk memperbaiki sifat-sifat mekanis dari komponen paduan kobalt hasil casting. Nikel
dapat ditambahkan pada paduan kobalt untuk mendapatkan paduan yang baik untuk
forging, membuat bentuk face centered cubic dari paduan menjadi lebih stabil pada suhu
tinggi dan menurunkan ketahanan deformasi. Regangan yang timbul selama proses
forging akan mendorong rekristalisasi, sehingga diperlukan pemanasan berulangkali
untuk menurunkan kebutuhan tenaga bagi forging berikutnya. Perlakuan panas pasca
proses dari paduan kobalt yang telah diforging adalah cold working dan annealing.
Kekuatan lelah dan tarik yang lebih baik dari paduan yang telah diforging membuatnya
cocok untuk keperluan penahanan pembebanan besar yang dibutuhkan sepanjang usia
pemakainya. Sebagaimana dengan paduan lainnya, meningkatnya kekuatan diiringi
dengan menurunnya keuletan (ductility). Tapi, akibat kasus yang timbul seperti pada
stainless steel, paduan kobalt hasil forging untuk aplikasi medis terus diteliti dan
dikembangkan dengan mengurangi kandungan Ni (untuk menghindari alergi) dan C
(untuk memperbaiki kemampuan pengerjaan). Lebih lanjut, difabrikasi paduan kobalt
yang bebas kandungan Ni dan C melalui proses termomekanikal seperti gambar 2.3 di
bawah ini.
Gambar 3. Ilustrasi Skema Proses Fabrikasi Paduan Co-Cr-Mo Hasil
Forging yang Bebas Kandungan Ni dan C

Tampak pada skema gambar 4, paduan Co-Cr-Mo dapat difabrikasi melalui


pengerjaan pada daerah fasa ε dan secara cepat didinginkan melalui daerah getas fasa γ,
yang stabil pada temperatur dibawah fasa γ. Ketahanan aus secara umum meningkat
seiring terdispersinya karbida akibat jumlah C yang kecil. Pada kasus ini, ketahanan aus
didapat melalui deformasi yang menginduksi transformasi fasa ε metastabil menjadi γ
martensit.

Gambar 4. Ilustrasi Skema Proses Pengerjaan Panas Paduan Co-Cr-Mo


yang bebas Kandungan Ni dan C

2.7 Penggunaan kobalt di Industri


1. Radioisotop dalam industri.
2. Kobal-60: Digunakan untuk sterilisasi gamma, radiografi industri, kepadatan dan
ketinggian mengisi.
3. Industri mobil memakai paduan bahan kobalt.
4. Paduan baja dan kobalt banyak digunakan untuk konstruksi pesawat terbang atau
konstruksi yang harus tahan panas dan tahan aus.
Logam Cobalt sebenarnya dibutuhkan manusia dalam jumlah yang sangat sedikit

2.8 Manfaat Cobalt


Adapun manfaat – manfaat dari logam cobalt adalah sebagai berikut :
1) Dapat dicampur dengan besi, nikel dan batang-batang rel lain untuk membuat Alnico,
suatu campuran logam memiliki kekuatan magnetis yang banyak digunakan mesin jet dan
turbin gas mesin/motor.
2) Digunakan sebagai bahan baja tahan-karat dan baja magnit
3) Digunakan di dalam campuran logam untuk turbin gas generator dan turbin pancaran
4) Digunakan di dalam menyepuh listrik oleh karena penampilannya, kekerasan, dan
perlawanan ke oksidasi
5) Digunakan untuk produksi warna biru permanen dan brilian untuk porselin, gelas/kaca,
serta barang tembikar, pekerjaan ubin,dll
6) Cobalt-60, merupakan artifical isotop, dimana sebagai suatu sumber sinar penting, dan
secara ekstensif digunakan sebagai suatu pengusut serta agen radiotherapeutic. Sumber
60Co yang ringkas dan mudah
7) Digunakan sebagai campuran pigmen cat

Anda mungkin juga menyukai