PENDAHULUAN
yang mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu
yang dijatuhkan dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi
pantulan (rebound) yang dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi
pantulan tersebut, yang ditunjukkan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan
benda uji dinilai semakin tinggi.
Metode Mohs disebut juga metode abrasi atau uji kekerasan. Skala ini terdiri
atas 10 standar mineral disusun berdasarkan kemampuannya untuk digores,
seperti tampak pada Tabel 2.1. Mineral yang paling lunak pada skala ini adalah
talk (kekerasan gores 1), sedangkan intan mempunyai kekerasan 10. Skala Mohs
tidak cocok untuk logam, karena interval skala pada nilai kekerasan tinggi tidak
benar. Logam yang paling keras mempunyai harga kekerasan pada skala Mohs,
antara 4 sampai 8. Pengujian ini digunakan untuk mengukur kekerasan batuan.
Prinsip kerjanya adalah mineral atau batuan digores dengan mineral lain yang
memiliki kekerasan tinggi.
Material lain
Talc
Pb
Gypsum
Cu
Calcite
Mild Steel
Fluorite
Apatite
Feldspar
W
Quartz
Martensitic steel
Topaz
Hard Cr Plating
Corundum
WC
Diamond
2.
Angka Kekerasan
Skala Mohs
Knoop
1
2
1 s/d 2
5
2
32
2 s/d 3
40
3
120
3 s/d 4
100
4
150
5
400
6
560
7
7
700
7 s/d 8
700
8
1300
8
1800
9
1800
9 s/d 10
1800
10
6000
pada permukaan benda uji yang dibuat oleh jarum penggores yang terbuat dari
intan. Beban sebesar 3 kgf digunakan dan lebar goresan diukur melalui mikroskop
dengan rumus:
dimana
H
2.3.2
tahanan plastis dari permukaan suatu material komponen konstruksi mesin dengan
specimen standar terhadap penetrator. Adapun beberapa bentuk penetrator atau
cara pengetesan ketahanan permukaan yang dikenal Dari ketiga cara pengujian
kekerasan, indentation hardness adalah yang banyak digunakan. Pengetesan ini
dimana :
BHN
Diameter
(mm)
Angka
Kekerasan
Disarankan (HB)
10
3000
96-600
10
1500
48-300
10
500
16-100
yang
2. Metode Rockwell
Metode pengujian kekerasan
HR diikuti
Gambar 2.1 Mata Tekan Uji Kekerasan Rockwell dan Proses Pengujian Rockwell
Tabel 2.3 Skala Kekerasan Rockwell
Skala
Beban
(Kgf)
60
100
Mayor
Tipe Indentor
1/16 bola
karbida
Kekerasan sedang, baja
karbon
rendah
sedang,
kuningan,
perunggu
Baja keras,
C
150
Intan kerucut
dan
paduan
100
1/8 bola
100
Intan Kerucut
60
1/16 bola
150
1/8 bola
60
1/8 bola
150
bola
alumunium,
magnesium
yg
dianealing
Baja kawakan
Kuningan
yang
dianealing
dan
tembaga
Tembaga,
berilium,
fosfor, perunggu
Pelat
alumunium,
timah
Besi
cor,
paduan
alumunium, timah
L
M
R
S
V
60
100
60
100
150
bola
bola
bola
bola
bola
Skala
Indenter
15N
Diamond
15
30N
Diamond
30
45N
Diamond
45
15T
15
30T
30
45T
45
3. Metode Vickers
Metode ini mirip dengan metode Brinell tetapi penetrator yang dipakai berupa
intan berbentuk piramida dengan dasar bujur sangkar dan sudut puncak 1360.
Beban yang digunakan biasanya 1 s/d 120 kg [6].
d1 d 2
2
HV 1,854
P
L2
dimana:
P = Beban yang ditetapkan
L = Panjang diagonal rata-rata
Lekukan yang benar yang dibuat oleh penumbuk piramida intan harus
berbentuk bujur sangkar (a). Akan tetapi, sering juga ditemukan penyimpangan
pada pengujian Vickers. Lekukan bantal jarum pada gambar (b) adalah akibat
pengukuran terjadinya penurunan logam disekitar permukaan piramida yang datar.
Keadaan
demikian
terdapat
pada
logam-logam
yang
dilunakkan
dan
KHN
P
2
LC
dimana
P
Ap
5. Metode Meyer
Metode Meyer hampir sama dengan Metode Brinell, yang membedakan
adalah pada Meyer yang diperhatikan adalah projected area pada bekas indentasi
sedangkan pada Brinell adalah pada luas area permukaan. Rata rata tekanan
antara permukaan indentor dan indentasinya sama dengan beban dibagi projected
area dari bekas indentasi.
P
P
r 2
4P
d 2
dimana
MHN = nilai kekerasan Meyer
P
= diameter penekanan
Seperti uji kekerasan Brinell, uji kekerasan Meyer memiliki satuan kg/mm 2.
Uji Meyer kurang sensitif dibandingkan dengan uji kekerasan Brinell. Untuk
pengerjaan pendinginan pengujian kekerasan Meyer lebih konstan dan valid
dibandingkan dengan uji kekerasan Brinell yang hasilnya berfluktuasi. Uji
kekerasan Meyer lebih fundamental dalam perhitungan kekerasan indentasi
namun secara prakteknya jarang digunakan untuk pengujian kekerasan
maka kerucut tersebut merapat kembali karena bentuk elastis dari bahan yang
diukur. Penunjuk jam ukur akan berputar sedikit naik, kedudukan penunjuk saat
itulah dinyatakan dalam HRC (dengan skala 0 s/d 100).
intan piramida yang didesain untuk memberikan penekanan tipis dan panjang,
panjangnya adalah tujuh kali lebih besar dari lebarnya, dan sekitar 30 kali lebih
besar dari kedalamannya . Bentuk ini memberikan keuntungan lebih daripada
metode Vickers, karena dapat memberikan keakuratan yang lebih tinggi dalam
perhitungan nilai kekerasan.
Nilai kekerasan Knoop, HK adalah sebagai berikut:
dimana
HK
Gambar 2.8 Schematic of diamond-point indenter and plan view of the indentation area
8.
Metode Peluru
Pada dasarnya metode ini sama dengan metode kerucut, hanya pada metode
ini menggunakan penetrator sebuah peluru baja yang dikeraskan dengan diameter
1/16 inci menggunakan beban tertentu dalam bahannya. Skala yang dipakai adalah
30 s/d 130, dengan skala 30 dianggap beban yang lunak dan 130 adalah beban
yang paling keras.
Prinsip kerjanya mula-mula peluru ditekan pada bahan dengan beban awal
sebesar 10 kgf, kemudian ditambahkan beban utama sebesar 90 kgf. Setelah
beberapa lama beban utama diambil dan pengukur menunjukkan beberapa mm
peluru ke dalam bahan.
Pada metode ini kelebihan dan kekurangannya sama dengan metode kerucut,
karena ketelitiannya tidak akurat, maka metode ini hampir tidak dipakai.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum uji kekerasan dan membuat laporan ini maka
dapat di simpulkan sebagai berikut setiap material memiliki nilai kekerasan
masing-masing. Dalam proses uji kekerasan ini membutuhkan ketelitian yang
sangat tinggi.
5.2 Saran
Adapun saran sebagai bahan pertimbangan adalah mengunakan peralatan yang
sesuai prosedur dan menggunakan peralatan yang berkalibrasi. Ketika melakukan
praktikum harus mengutamakan k3.