Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Peningkatan derajat kesehatan manusia di suatu negeri tidak


lepas dari peranan terhadap kesehatan perempuan dan salah satu
indikator untuk menentukan derajat kesehatan perempuan tersebut
adalah dengan melihat angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB) (Kemenkes RI 2015).
World Health Organisation (WHO) memperkirakan di seluruh
dunia disetiap tahunnya lebih dari 585.000 jiwa pertahun, meninggal
saat hamil atau bersalin. Tingginya AKI di seluruh dunia menjadikan hal
tersebut sebagai permasalahan global

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di


Indonesia merupakan yang tertinggi di Association of South East Asia
Nations (ASEAN) dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya mencapai
359 per 100.000 kelahiran hidup Target yang di tentukan oleh
Sustainable Development Goals (SDGs) dalam 1,5 dekade ke depan
yaitu pada tahun 2030 mengenai penurunan AKI sampai tinggal 70 per
100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014).

Angka kematian Ibu di Sulawesi barat terjadi penurunan sejak


tahun 2012 sampai dengan tahun 2017, yaitu dari 398 menjadi 176.
Namun demikian, hasil laporan program kesehatan ibu tahun 2017
tidak menunjukkan penurunan kasus kematian ibu yang signifkan yaitu
dari 47 kasus kematian ibu menjadi 39 kasus kematian

Kasus kematian bayi di Kabupaten Mamuju Tengah dari tahun


2014, 2015, 2016 terjadi pada beberapa wilayah di Mamuju Tengah
yaitu Kecamatan Budong-Budong, karossa dan topoyo dengan jumlah

1
kasus 9 orang. Sedangkan angka kematian Bayi pada tahun 2015 dan
2016 mengalami peningkatan yakni 15 kasus, 11 bayi laki-laki dan 4
bayi perempuan. Dibandingkan pada tahun 2014 sebesar 9 kasus yakni
8 laki-laki, dan 1 bayi perempuan (Dinkes Mamuju Tengah, 2017)

Angka kematian Ibu dan angka kematian Bayi yang terjadi di


wilayah Puskesmas Tobadak, Pada tahun 2017 tidak ada angka
kematian Ibu, sedangkan angka kematian Bayi sebanyak 5 kasus , 3
laki-kali dan dua perempuan. Penyebab dari kematian yang terjadi yaitu
asfiksia dan hipotermi. Pada tahun 2018 angka kematian ibu sebanyak
1 orang yang terjadi kemungkinan di sebabkan karena emboli,
sedangkan angka kematian Bayi sebanya 6 kasus, yaitu 3 laki-laki, 3
perempuan, penyebabnya adalah asfiksia dan hipotermi

Ada beberapa penyebab langsung kematian ibu yaitu


perdarahan, infeksi (Depkes RI, 2015). Adapun penyebab lainnya yaitu
hipertensi, pre eklamsia dan eklamsia, partus lama atau macet, abortus,
dan salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah masalah gizi pada
ibu hamil yaitu Kekurangan Energi Kronis (KEK).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 melaporkan


bahwa kejadian Kurang Energi Kronik pada kehamilan secara global
sebesar 35-75% per tahun,
Kurang Energi Kronik pada ibu hamil di Indonesia sebesar
24,2% per tahun
( Kemenkes RI, 2014 )
Pada wilayah Kabupaten mamuju tengah kejadian Kurang
Energi Kronis (KEK) sangat meningkat , pada tahun 2016 sebesar 302
orang, tahun 2017 sebesar 386 orang dan pada tahun 2018 424 orang
(Dinkes Mamuju Tengah 2017)
Faktor resiko yang bisa terjadi karena kekurangan energi kronik
pada ibu hamil yaitu anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak

2
bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Pengaruh
terhadap persalinan mengakibatkan persalinan sulit dan lama,
persalinan prematur, perdarahan setelah persalinan serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat. Terhadap janin dapat
mempengaruhi proses pertumbuhan janin, bayi lahir mati, cacat
bawaan, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Andriani dan
Wirjadmadi, 2013).
Cara penanganan Kurang Energi Kronik (KEK) yaitu
pemeriksaan kehamilan rutin setiap 1 bulan sekali dan melakukan ANC
terpadu, konsumsi tablet Fe secara teratur, dan mengkonsumsi
berbagai makanan bergizi seimbang yang terdiri dari karbohidrat,
protein, lemak dan vitamin, serta pemberian makanan tambahan (PMT)
sebagai nutrisi tambahan
( Kemenkes RI 2010).
Berdasarkan kejadian diatas, masalah Kurang Energi Kronik
(KEK) pada ibu hamil merupakan masalah penting yang erat
hubungannya dengan masalah mortalitas maternal, maka pada
kesempatan ini penulis tertarik untuk menyelesaikan masalah secara
continuity care yaitu mendampingi ibu selama kehamilan, proses
persalinan, kunjungan nifas, asuhan bayi baru lahir, dan KB. Maka dari
itu saya sebagai calon bidan termotivasi untuk melakukan penelitian
dengan mengambil judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny”L”
dengan KEK (Kekurangan Energi Konik) di Puskesmas Tobadak,
Kecamatan Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2019
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis


dapat menyimpulkan rumusan masalah dalam laporan tugas akhir ini
adalah bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif Ny “L” di
puskesmas Tobadak Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi
Barat 21 Januari s.d 30 Juni 2019 ?

3
C. TUJUAN YANG INGIN DICAPAI
1. TUJUAN UMUM
a. Menilai penyelenggaraan pendidikan Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Mamuju
b. Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran baik
dari aspek kualitas tenaga pengajar maupun peserta didik
serta kecukupan sarana/prasarana dalam pelaksanaan
proses pembelajaran sebagai dasar untuk perbaikan
selanjutnya
c. Sebagai pertanggung jawaban institusi dalam
penyelenggaraan pendidikan
d. Memberikan pedoman dalam penyelenggaraan LTA Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mamuju sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
2. TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Memberikan pengalaman kepada Mahasiswa untuk berfikir
sistematis, logis, kritis dan analitis sehingga mahasiswa
mampu menetapkan masalah kesehatan yang akan
dibahas sesuai minat mahasiswa jurusan kebidanan dan
membuat karya ilmiah secara sederhana dalam bidang
Kesehatan Ibu dan Anak
b. Memberikan kejelasan tentang penyelenggaraan LTA yang
dilaksanakan LTA yang dilaksanakan oleh Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mamuju
c. Memudahkan dalam koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
pelaksanaan LTA yang komprehensif
d. Menyatukan persepsi terkait standar pelaksanaan dan hasil
LTA
e. Untuk meningkatkan mutu lulusan Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Mamuju

4
3. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi penulis
Meningkatkan pengalaman, wawasan dan
pengetahuan mahasiswi dalam memberikan Asuhan
Kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada
Ny ”L” dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir
dan keluarga berencana.
b. Bagi institusi pendidikan
Bahan kajian yang dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan bagi peserta didik.
c. Bagi Lahan
Mengetahui perkembangan kesehatan kesehatan
untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama
dalam memberikan asuhan kebidanan secara continuity care
d. Bagi Masyarakat
Mendapatkan asuhan kebidanan yang
berkesinambungan dan berkualitas sesuai dengan standar
pelayanan asuhan kebidanan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KASUS

1.Tinjauan umum tentang kehamilan


a. Pengertian Kehamilan
Menurut federasi Obstetri ginekologi Internasional
kehamilan didfenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dianjurkan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau sepuluh
bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan
dibagi dalam tiga trimester. Trimester ke-I berlangsung dalam 12
minggu, trimester II 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke 27), dan
trimester ke III 13 minggu (minggu ke-28-40 minggu) (Sarwono
2016).
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional
dari ibu serta perubahan sosial dalam keluarga. Jarang
seseorang ahli medik terlatih yang begitu terlibat dalam kondisi
yang biasanya sehat dan normal.
Tujuan Asuhan Kehamilan

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan


ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
sosial ibu dan bayi.
3. Mengenalai secara dini ketidak normalan atau komplikasi yang
mungkiin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.

6
4. Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan
dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berlangsung normal dan
persiapan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
(Rukiah, dkk, 2009)
Standar Kunjungan Kehamilan menurut Kementerian
Kesehatan RI tahun 2016
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan.
1. Satu kali pada usia kehamilan sebelum 3 bulan.
2. Satu kali pada usia kandungan 4-6 bulan
3. Dua kali pada usia kehamilan 7-9 bulan
Pelayanan Asuhan Standar Minimal 10T (Kementerian Kesehatan
RI, 2016)
1. Pengukuran tinggi badan dan timbang berat badan
Pengukuran tinggi badan (1 kali selama kehamilan) dan
timbang berat badan setiap kali periksa. Bila tinggi badan
<145 cm, maka faktor resiko panggul sempit, kemungkinan
sulit melahirkan secara normal. Sejak bulan ke empat
pertambahan berat badan paling sedikit 1 kg/bulan.
2. Pengukuran tekanan darah (tensi)
Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah
lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg ada factor
resiko hipertensi dalam kehamilan.
3. Pengukuran lingkar lengan atas
Bila < 23,5 cm, menunjukkan Ibu hamil menderita KEK dan
beresiko melahirkan bayi berat lahir rendah

7
4. Pengukuran tinggi rahim
Berguna untuk melihat pertumbuhan janin apakah sesuai
dengan usia kehamilan
5. Penentuan letak janin ( persentasi janin dan penghitungan
denyut jantung janin)
Apabila trimester 3 bagian bawah janin bukan kepala atau
kepala belum masuk panggul kemungkinan ada kelainan
letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin <120
kali/menit atau > 160 kali/ menit menunjukkan ada tanda
gawat janin, segera rujuk
6. Penentuan status imunisasi tetanus toksoit (TT)
Diberikan oleh petugas untuk selanjutnya bilamana
diperlukan untuk mendapat suntikan tetanus toksoit untuk
mencegah tetanus
Tabel 1.1
Skrining Imunisasi TT
Selang waktu minimal Lama Perlindungan
Imunisasi TT

TT1 Langakah awal


TT2 1 bulan setelah TT1 3 tahun
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT5 1 tahun setelah TT4 > 25 tahun

7. Pemberian tablet tambah darah


Pemberian tablet zat besih minimal 90 tablet selama
kehamilan, tablet tambah darah diminum pada malam hari
untuk mengurangi rasa mual
8. Tes laboratorium
Tes golongan darah, tes hemoglobin, tes
pemeriksaan urine, dan tes pemeriksaan darah lainnya

8
9. Konseling atau penjelasan
Tenaga kesehatan memberikan penjelasan mengenai
perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan,
persalinan dan inisiasi menyusui dini (IMD), nifas, perawatan
bayi baru lahir, keluarga berencana dan imunisasi pada bayi,
ASI Esklusif. Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada
saat kunjungan ibu hamil
10. Tatalaksana kasus
Jika Ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil
b. Perubahan Fisiologi Pada Ibu Hamil Trimester I,II Dan III
Menurut Manuaba (2012) dengan terjadinya kehamilan,
maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami
perubahansedangkan plasenta dalam perkembangannya
mengeluarkan hormon somamotropin, estrogen, dan progesteron
yang menyebabkan perubahan pada:
1) Uterus
Uterus yang semula beratnya 30 gram akan mengalami
hipertofi dan hyperflasia, sehingga otot rahim menadi lebih
besar lunak dan mmengikuti pembesaran raahim menjadi
1000 gram akhir kehamilan. Perlunakan isthmus (tanda
hegar) merupakan perubahan pada isthmus uteri yang
menyebabkan isthmus menjadi lebih panjang dan lunak
sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari
dapat saling sentuh. Tanda piskasek merupakan bentuk
rahim yang berbeda yang disebabkan oleh pertumbuhan
yang cdepat di daerah implantasi plasenta, sedangkan
braxton hick meupakan kontraksi rahim yang disebabkan
oleh perubahan konsentrassi hormonal yang menyebabkan
progesteroe mengalami penurunan

9
Tabel 1.2

Pemeriksaan TFU sesuai kehamilan (Manuaba, 2010)

Usia TFU
kehamil dalam Penunjuk badan
an cm
12 minggu - Satu pertiga di atas simfisis
16 minggu - Setengah simmfisis dan
pusat
20 minggu 20 cm Dua pertiga di atas simfisis
22 minggu Setinggi pusat
28 minggu 25 cm Tiga jadi di atas pusat
32 minggu 27 cm
34 minggu Pertengahan antara px
dengan pusat
36 minggu 30 cm Setinggi px
40 minggu 26 cm Dua jadi di bawah px

2) Vagina
Dalam vagina vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan
kkebiruan yang disebut dengan tanda chatwicks.
3) Ovarium (indung telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus, luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya
sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur
kehamilan 16 minggu.
4) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi.

10
Hormone yang mempengaruhi selama laktasi yaitu hormone
estrogen, progesterone, somatomammotropin.
5) Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
a) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat
memenuhi kebutuhan perkembangan dam pertumbuhan
janin dalam rahim.
b) Terjadinya hubungan langsung antara arteri dan vena
pada sirkulasi retro-plasenter
c) Pengaruh hormone estrogen dan progesteronemakin
meningkat.
c. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
1). Keluar darah dari jalan lahir
Pada awal kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah
yang merah, perdarahan yang baik atau perdarahan dengan
nyeri. Perdarahan ini dapat berarti abortus, mola atau
kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut perdarahan yang
tidak noemal adalah merah banyak dan kadang-kadang dan
tidak disertai rasa nyeri
2). Keluar air ketuban sebelum waktunya
Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi
sebelum persalinan berlangsung yang disebabkan karena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya
tekanan intra uteri. Penentuan cairan ketuban dapat
ditentukan dengan tes lakmus ( nitrazintes ) merah mejadi biru
3). Kejang
Kejang di dahului oleh gejala-gejala seperti sakit kepala, nyeri
ulu hati, mual muntah, kesadaran menurun, penglihatan
semakin kabur, kemudian kejang
4). Gerakan jani tidak ada atau kuang

11
Ibu mulai merasakan gerakan janin selama bulan kelima atau
keenam. Beberapa Ibu merasakan gerakan janin lebih awal.
Jika bayi tidur gerakannya akan lemah, gerakan paling sedikit
3 kali dalam 1 jam
5). Demam tinggi
Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam
kehamilan. Penanganannya adalah istirahat, minum, dan
banyak mengompres untuk menurunkan suhu.
6). Nyeri perut hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan
normal adalah tidak normal. Nyeri yang hebat dan menetap
dan tidak hilang setelah istirahat mungkin menunjukkan
masalah. Hal ini berarti appendiksitis, kehamilan ektopik,
aborsi, persalinan preterem, infeksi saluran kemih atau infeksi
lainnya
7). Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius
adalah sakit kepala hebat menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya
menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah preeklampsia
8) Muntah terus dan tidak dapat makan pada kehamilan mudah
Mual dan muntah yang sampia mengganggu aktivitas dan
keadaaan umum menjadi lebih buruk dinakmakan hiperemesis
gravidarum.
d. Kebutuhan dasar ibu hamil
1. Nutrisi ibu hamil
Salah satu parameter untuk mengetahui status gizi ibu
hamil adalah dengan melihat peningkatan berat badan selama
kehamilan.idelnya, dalam 5 bulan pertama terdapat peningkatan
1 kg berat badan ibu perbulan.dalambulanbulan berikutnya

12
diharapkan peningkatan sebesar 2 kg perbulanya selama
kehamilan,diharapkan adanya peningkatan berat badan ibu
sebesar 7-11,5 kg bagi mereka dengan berat badan > 65 kg saat
mulai hamil,2-15 kg bagi mereka berat badan 45-65 kg saat
mulai hamil (Ibrahim dkk, 2011).wanita ibu hamil membutuhkan
sekitar 2485 kalori per hari,yang terdiri dari:
a. karbohidart
1 gram karbohidrat 4 kalori energi kebutuhan lebih
kurang 1292 kalori atau sama dengan 323 gram karbohidrat(
sekitar 5 piring nasi. Sumber antara lain nasi,kentang, roti, dan
sebagainya ibu hamil di anjurkan konsumsi 9 porsi karbohidrat (
1porsi =1 potong roti atau setengah cangkir sereal) setiap hari.
b. protein
kebutuhan protein60 gram per hari yang berasal dari
daging ,ikan, susu ,telur,tahu ,tempe kacang –kacangan.ibu
hamil di ajurkan 3 porsi protein setiap hari (1 porsi protein =2
butir telur atau 200 gram daging ayam atau ikan).
c. lemak
lemak merupakan zat gisi kaya energi,1 gram lemak=9
kalori sebagai pelarut vitamin A,D,E,K selain itu asam lemak
antara lain omega 3 dan 6 yang bersumber dari daging
,susu,telur,mentega dan sebagainya ibu hamil dianjurkan
mengomsumsi kurang lebih dari 1 sendok makan zat lemak
setiap kali makan.
d.vitamin dan mineral
sumber vitamin dan mineral sayuran buah –buahan
dan susu ibu hamil dianjurkan komsumsi 4 porsi sayuran per
hari (1 porsi =setengah gelas sayuran matang atau 1 gelas
sayuran mentah) dan 3 porsi buah-buahan per hari ( 1 porsi=1
butir apel ukuran sedang atau setengah gelas stobery).jangan
lupa lengkapi dengansegelas susu (Ibrahim,dkk 2010).

13
2. istirahat
Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/tidur yang
cukup kuurang istirat/tidur,ibu hamil akan terlihat pucat,lesu,dan
kurang gairah,usahan tidur malam  8 jam (Nugroho,dkk 2014).
3.pesonal higiene
Keberisahan diri selama kehamilan penting untuk dijaga
oleh seorang ibu hamil. Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi,
dan ganti pakaian minimal 2 kali sehari. Menjaga kebersihan alat
genetalia dan pakain dalam, menjaga kebersihan payudara.
4. Eliminasi
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada trimester
1 dan 2 kehamilan sementara buang air besar menurun akibat
adanya konstifasi. Kebutuhan ibu hamil akan rasa nyaman
terhadap masalah eliminasi perlu mendapat perhatian (Nurgoho
2014)
5. oksigen
Ibu hamil membutuhkan udara yang bersih bebas dari
populasi. Kebutuhan oksigen bagi ibu selama kehamilan
trimester I,II, dan III. Beta penting oksigen bagi kehidupan
menjadikan oksigen tersebut menjadi perhatian khusus terlebih
pada ibu hamil. Hal ini di karenakan keadaan ibu hamil harus
lebih ketat di perhatika segala sesuatau yang di komsumsinya,
agar tidak mengganggu agar tidak menrusak kondisi janin. Pada
ibu hamil, kebutuhan oksigen meningkat dari 500 ml menjadi 700
ml dan ini relalife sama dari tremester I, II, dan III.
6. Seksualitas
Salah satu kebutuhan manusia adalah kebutuah untuk
melakukan hubungan seks perubahan lain dapat terjadi pada
aktifitas seks adalah pada masa hamil. Keinginan berhungan
pada waktu hamil sebagan besar tidak berubah, bahkan

14
sebagian kecil makin meningkat. Berkaitan dengan
meningkatnya hormon estrogen
7. senam hamil
Senam hamil merupakan kebutuhan aktifitas fisik pada
kegiatan ini terjadi peningkatan metabolisme dan senam ibu
hamil merupakan terapi latihan gerak untuk mempersiapkan
seorang ibu hamil baik fisik maupun mental pada persaliana
yang aman, spontan dan lancar sesuai waktu yang di harapanka.
Senam hamil penting bagi seseorang ibu yang sedang
mempersiapan diri untuk persalinanan terutaman untuk ibu
denga usia kandungan lebih dari 20 minggu
Asuhan Kehamilan yang dapat diberikan pada ibu hamil
adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta
menganalisis tiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil
b. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan
lengkap
c. Melakukan penilaian pelvic, ukuran dan struktur panggul
d. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut
jantung janin
e. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya
dengan komplikasi
f. Memberikan penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana
menghubungi bidan
g. Memberikan imunisasi TT bagi ibu hamil
h. Mengidentifikasi atau mendeteksi penyimpangan kehamilan
normal dan penanganannya termasuk rujukan yang tepat
i. Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran
dan menjadi orang tua

15
j. Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan
selama hamil seperti nutrisi, latihan, keamanan, dan
kebiasaan merokok
k. Penggunaan secara aman jamu atau obat-obatan tradisional
yang tersedia

e. Ketidaknyamanan Dan Cara Mengatasi


Tidak semua wanita mengalami ketidak nyamanan yang
muncul selama kehamilan, tetapi tidak banyak wanita yang
mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat. Ketidak
naymanan tersebut menurut Ibrahim, dkk (tahun 2010) adalah
sebagai berikut :
1. Nausea
Nausea dengan atau tanpa disertai muntah muntah,
ditafsirkan keliru sebagai morning sickness tetapi sering terjadi
pada siang atau soreh hari atau bahkan sepanjang hari dan lebih
terjadi saat perut kosong sehinggah biasanya lebih parah di pagi
hari. Penyebab morning signes masih belum diketahui dengan
pasti kendati sejumlah ide yang dikembangkan. Ide ini mencakup
perubahan hormone selama kehamila, kadar gula darah yang
rendah. Sekitar separu jumlah wanita dengan morning sickness
bebas dari gejala tersebut aat menginjak usia kehamilan 14
minggu dan 90% diantaranya usia kehamilan 20 minggu. Ada
banyak tindakan untuk merendahkan morning sickness
diantaranya:
1. Makan porsi kecil sering bahkan setiap 2 jam karena hal ini
lebih mudah dipertahankan disbanding makan porsi besar
2. Makan biskuit kering tau roti bakar porsi kecil sebelum
beranjak dari tempat tidur di pagi hari

16
3. Jangan menyikat gigi segera setelah makan untuk
mencegah stimulasi refleks gag
4. Hindari makanan yang beraroma kuat atau menyengat
5. Batasi lemak dalam diri anda
6. Istirahat
7. Selalu ingat bahwa nose kemungkinan besar berakhir pada
trimester ke dua
2. Nyeri pinggang bagian atas (Non patologis)
Nyeri punggung bagian atas terjadi selama trimester
pertama akibat peningkatan ukuran payudara yang membua
payudra menjadi berat. Pembesaran ini dapat mengakibatkan
tarikan otot jika payudara disokong ade kuat. Metode untuk
mengurangi nyeri ini ialah dengan menggunakan bra yang
sesuai dengan ukuran payudarah. Dengan mengurangi mobilitas
payudara, bra penyokong yang berukuran tepat juga mengurangi
ketidak nyamanan akibat nyeri tekan pada payudara yang timbul
akibat pembesaran payudara.
3. peningkatan frekuensi berkemih (Non Patologis)
Peningkatan frekuaensi berkemih sebagai ketidak
nyamanan non patologis pada kehamilan sering terjadi ada dua
kesempatan yang berbedah selama periode intepartum.
Frekuensi berkemih pada trimester pertama tejadi akibat
peningkatan berat fundus uterus. Peningkatan berat pada tinggi
fundus uteri ini membuat ismus menjadi lunak menyebabkan
ante fleksi pada uterus yang membesar. Hal ini menimbulkan
tekanan langsung pada kandung kemih frekuensi berkemih pada
trimester ketiga paling sering dialami wanita primigravida setelah
lightening terjadi. Efek lightening bagian persentasi akan
menurun masuk kedalam panggul dan menimbulkan tekanan
pada kandung kemih. Satu-satunya cara untuk mengatasi
frekuensi berkemih ini adalah menjelaskan mengapa hal tersebut

17
terjadi dan mengurangi asupan cairan sebelum tidur malam
sehingga wanita tidak perluh ke kamar mandi saat mencoba
tidur.
4. konspitasi
Wanita yang sebelumnya tidak mengalami konstipasi dapat
mengalami masalah ini pada trimester ke dua atau ke tiga.
Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang
disebabkan rileksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi
peningkatan jumlah progesteron. Pergeseran dan tekanan pada
usus akibat pembesaran usus akibat pembesaran uterus atau
bagian presentasi juga dapat menurunkan motilitas pada saluran
gastrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi.
Berikut merupakan cara penanganan konstipasi secara alamia:
a). asupan cairan yang adekuat , yakni minum air minimal 8
gelas/hari
b). konsumsi buah
c). istirahat cukup
d). minum air hangat saat bangkit dari tempat tidur
e). makan makanan berserat
f). miliki pola defikasi yang baik dan teratur
g). lakukan latihan secara umum
h). konsumsi laksatif ringan, pelunak fases dan/atau supositoria
gliserin jika ada indikasi
5. Hemoroid
Hemoroid sering didahului oleh konsepsi. Oleh karena itu,
semua penyebab konstipasi menyebabkan hemoroid. Ada
sejumlah cara untuk mengatasi hemoroid:
a. Hindari konstipasi
b. Hindari mengejan saat defekasi
c. Mandi berendam
d. Kompres witch hazer (untuk mengutangi hemoroid)

18
e. Kompres ES
f. Kompter garam Epsom
g. Masukkan kembali hemoroid kedalam rektum
h. Tirah baring
i. Salep analgesic dan/atau anastesi topical
j. Preparat H

6. Kram Tungkai
Dasar fisiologis untuk kram kaki belum diketahui dengan
pasti. Selama beberapa tahun kram kaki kram kaki diperkirakan
disebabkan oleh gangguan asupan kalsium, dugaan lainnya
adalah uterus yang membesar memberi tekanan baik pada
pembuluh darah panggul sehingga mengganggu sirkulasi dalam
perjalanan menuju ekstremitas bagian bawah. Cara
pemeriksaan:
a. Minta wanita meluruskan kaki yang kram dan menentukan
tumitnya
b. Dorong wanita untuk melakukan latiha umum
c. Anjurkan evelasi kaki secara teratur sepanjang hari
d. Anjurkan diet mengandung kalsium dan pospor
7. Edema Dependen
Edema dependen pada kaki timbul akibat gangguan
sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas
bagian bawa. Gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan
uetrus tyang membesar pada vena-vena pangggul saat wanita
tersebut duduk atau berdiri dan pada vena kava inverior saat ia
berada pada posisi terlentang, pakaian yang ketat, serta kaki
yang menggantug. Cara penanganannya sebagai :
a. Hindari menggunakan pakaian ketat
b. Evaluasi kaki secara teratur sepanjang hari

19
c. Posisi menghadap ke samping saat berbaring
d. Menggunakan penyokong atau korset pada abdomen
maternal
8. Varices
Varices vena lebih muda muncul pada wanita yang
memiliki kecendrungan tersebut dalam keluarga atau memiliki
predis posisi congenital. Varises dapat diakibatkan oleh
gangguan sirkulasi vena dan meningkatkan tekanan vena pada
ekstremitas bagian bawah. Varises yang terjadi selama
kehamilan paling menonjol pada area kaki dan atau vulva.
Penanganan :
a. Kenakan kaos kaki penyokong, Pembalut yang baik atau
kaos kaki elastic
b. Hindari menggunakan pakaian ketat
c. Hindari berdiri lama
d. Sediakan waktu istirahat
e. Berbaring
f. Ambil posisi inklinasi beberapa kali sehari
g. Pertahankan tungkai tidak menyilang saat
h. duduk kapanpun memungkinkan
i. pertahankan postur dan mekanisme tubuh yang baik
j. lakukan latihan ringan
k. beri sokongan fisik pada avarices vulva menggunakan
bantalan karet
l. kenakan penyokong abdomen maternal atau korset
m. lakukan latihan kegel
n. lakukan mandi air hangat
9. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung bawah merupakan nyeri punggung yang
terjadi pada area lumbosakral yang akan meningkat
intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan yang

20
diakibatkan pergeseran pusat gravitasi wnita tersebut dan postur
tubuhnya. Perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang
membesar. Berikut adalah dua prisip penting yang sebaiknya
dilakukan:
a. tekuk kaki ketimbang membungkuk ketika mengangkat
apapun sehingga kedua tungkai yang menopang berat
badan dan meregang, bukan punggung
b. lebarkan kedua kaki dan tempatkan satu kaki sedikit di
depan kaki yang lain saat menekukkan kaki sehingga
terdapat jarak yang cukup saat bangkit dari posisi setengah
jongkok.
2. Tinjauan Umum Tentang Persalinan
a. Pengertian Persalinan
persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin+uri) yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan
lahir atau dengan jalan lain. Menurut cara persalinan
1). Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah
proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bbayi, yang umumnya
berlangsung < 24 jam.
2). partus luar biasa atau abnormal ialah persalinan pervaginam
dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan
operasi cesarea. (Muktar Rustam).
b. Tahapan-Tahapan Persalinan
proses persalinan terdiri dari empat kala yaitu: kala I, kala
II, kala III, kala IV (Muktar Rustam, 2011).
1). Kala I (kala pembukaan)
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan
mendatar (effacement) sampai dengan pembukaan 10 cm.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :

21
- Fase laten pembukaan serviks yang berlangsung lambat
sampai pembukaan 3 cm lamanya 7-8 jam.
- Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3. Sub
fase periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm, periode dilatasi maksimal (esteady) selama 2
jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, periode
deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
2). kala II (kala pengeluaran)
Pada kala pengeluaran janin, his terkordinasi, kuat,
cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin
telah turun dan masuk kedalam rongga panggul sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui
lengkung refleks menimbulkan rasa mengedan. Karena
tekanan pada rectum ibu merasa seprti mau buang air besar,
dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai
kelihatan, vulbva membuka dan perineum meregang. Denagn
his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti
seluruh badan janin.kala II pada primi berlangsung selama 1½-
2 jam, pada multi berlangsung ½-1 jam.
3). kala III (kala urinaria)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim, beristirahat
sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri stinggi
pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari
sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan
dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan
atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis atau fundus
uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah
bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc.

22
4. Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan
uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap
bahaya perdarahan post partum

c. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda inpartu adalah adanya rasa nyeri oleh adanya
his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. Keluar lendir
bercampur darah (sow) yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks. Kadang-kadang ketuban pecah
dengan sendirinya. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar
dan telah ada pembukaan (Mochtar Rustam, 2011).
d. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
1). Kebutuhan dasar ibu bersalin pada kala I (Elisabet dan
Endang 2015) adalah sebagai berikut:
a). Dukungan fisik dan psikologis
Setiap ibu yang memasuki masa persalinan maka akan
muncul perasaan takut, khawatir, ataupun cemas
terkusus pada ibu primipara. Perasaan takut dapat
meningkatkan nyeri, otot-otot menjadi tegang dan ibu
menjadi cepat lelah akibatnya akan menghambat proses
persalinan. Dukungan dapat diberukan oleh orang-orang
terdekat pasien (bidan, suami, keluarga, perawat,
maupun dokter).
b). Posisioning dan Aktifitas
Persalinan dan kelahiran merupakan peristiwa yang
normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus
berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan
rileks sedapat mungkin bidan tidak dapat memilih posisi
yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya.

23
Sebaliknya bidan memberi dukungan dalam pemilihan
posisi yang diinginkan, apabila tindakan tidak efektif atau
membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya.
c). Eliminasi
Kandung kencing harus dikosongkan setiap 2 jam
selama proses persalinan. Bila pasien tidak dapat
berkemih sendiri dapat dilakukan katerisasi oleh karena
kandung kencing yang penuh akan menghambat
persalinan. Bila ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus
memastikan kemungkinan adanya tanda gejala kala II.
d). Kebutuhan Makanan dan Cairan
Makanan dapat diberikan selama persalinan aktif, oleh
karena makan padat lebih lama tinggal dilambung dari
pada makanan cair, sehingga proses pencernaan lebih
lambat selama persalinan.
e). Pencegahan Infeksi
Menjaga lingkungan yang bersih sangat penting untuk
mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu
dan bayi.
Asuhan yang diberikan selama persalinan kala I diantaranya :
a). Memberikan dukungan emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain
untuk mendampingi Ibu selama persalinan dan anjurkan
mereka untuk berperan aktif. Dukungan tersebut yaitu
misalnya mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati
dan pujian kepada ibu, membantu Ibu bernafas saat ada
kontraksi dan menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa
aman
b). Pencegahan infeksi
Anjurkan Ibu untuk mandi pada saat awal persalinan dan
pastikan Ibu memakai pakaian bersih. Cuci tangan sesering

24
mungkin gunakan peralatan steril atu desifeksi tingkat tinggi
dan gunakan saat diperlukan. Anjurkan anggota keluarga
untuk mencuci tangan mereka sebelum menyentu Ibu dan
Bayi

c). Membantu pengaturan posisi


Anjurkan Ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman
selama persalinan dan melahirkan baik. Serta anjurkan suami
dan keluarga untuk membantu ibu berganti posisi, Ibu boleh
duduk, berjalan, berdiri, berbaring miring atau merangkak.
Berbaring terlentang tidak diperbolehkan karena berat uterus
dan isinya akan menekan vena kava interior
d). Memberikan cairan dan nutrisi
Anjurkan Ibu untuk mendapat asupan selama persalinan.
Anjurkan agara anggota keluarga sesering mungkin
menawarkan minum dan makanan selama proses persalinan.
2). Kebutuhan dasar ibu kala II
Berikan dukungan dan semangat pada ibu dan anggota
keluarganya. Jelaskan proses kelahiran dan kemajuan kepada
ibu dan keluarganya. Tentramkan hati ibu selama kala II
persalinan. Berikan bimbingan dan bantuan jika memang
diperlukan. Saat pembukaan lengkap anjurkan ibu untuk hanya
meneran apabila ada dorongan kuat untuk meneran. Anjurkan
untuk istirahat diantara kontraksi (Elisabet dan Endang, 2015).
Adapun asuhan sayang ibu yang diberikan menurut
Gulardi, dkk adalah sebagai berikut:
a). Anjurkan ibu untuk selalu didampingi oleh keluarganya selama
proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari
suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat
diperlukan.

25
b). Anjurkan keluarga untuk membantu ibu mengganti posisi,
melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan
minuman, dan memberikan dukungan selama persalinan.
c). Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu dan keluarganya dengan menjelaskan
tahapan dan kemajuan persalinan.
d). Anjurkan ibu untuk hanya mengedan saat ada kontraksi atau
dorongan kuat dan spontan, serta anjurkan ibu untuk makan
dan minum saat kala II.
3). Kebutuhan dasar Ibu kala III
Sebaiknya Ibu dan bayi tetap dipantau oleh Bidan sampai
dipastikan aman. Ibu merasa tidak nyaman ingin segera
melakukan kebersihan diri. Jika ibu berada di rumah sebaiknya
dianjurkan untuk mengosongkan kandung kemih, sebab kandung
kemih yang penuh akan mengalami kontraksi, anjurkan Ibu
makan dan minum. Selain itu Ibu biasanya ingin ditemani oleh
suami dan keluarga. Oleh karena itu Bidan harus mengizinkannya
(Nurasyah, dkk, 2012).
Asuhan yang dapat diberikan diantaranya dukungan
mental dari bidan dan keluarga atau pendamping, penghargaan
terhadap proses kelahiran yang telah dilalui, menjaga kebersihan
tubuh pasien terutama didaerah genitalia sangat penting
dilakukan untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi terhadap
luka robekan jalan lahir yang memungkinkan terjadinya laserasi
(Elisabet dan Endang, 2015).
4). Kebutuhan Dasar ibu bersalin kala IV
Kebutuhan dasar pada ibu bersalin kala IV adalah cairan
untuk mencegah dehidrasi, personal hygiene, keterlibatan
keluarga dalam pencegahan atonia uteri.
Asuhan yang dapat diberikan diantaranya menganjurkan
ibu untuk minum, membersihkan perineum dan mengenakan

26
pakaian, memeriksa tekanan darah, nadi, kandung kemih,
kontraksi, dan perdarahan selama 15 menit pada jam pertama dan
30 menit pada jam kedua, dan ajari ibu dan keluarga cara masase
(Elisabet dan Endang, 2015).

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


Faktor yang berperan dalam persalinan (Mochtar Rustam,2011)
adalah
1. kekuatan mendorong janin keluar(power), his (kontraksi utereus,
kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma, dan ligmentous
action terutama lig rotundum.
2. faktor janin, kepala janin merupakan bagian penting dalam proses
persalinan yang memiliki bentuk oval sehingga setelah bagian
besar lahir, maka bagian yang lain juga bisa lebih mudah lair
3. faktor jalan lahir, ukuran panggul yang normal juga berpengaruh
dalam proses persalinan normal. Ukuran-ukuran panggul
diantaranya:
- distansia spinarum 24-26 cm
- distansia kristarum 28-30 cm
- konjungata eksterna 18-20 cm
- lingkaran panggul 80-100 cm
- distansia tuberum 10,5 cm
4. Psikologis, dukungan dapat diberikan selama persalinan oleh
orang-orang terdekat ibu. Untuk membantu ibu agar tetap tenang
dan rileks sehingga persalinan dapat berlangsung normal
5. Penolong, bidan adalah orang yang diharapkan ibu sebagai
pendamping persalinan yang dapat diandalkan serta mampu
memberikan dukungan, bimbingan dan pertolongan persalinan.
Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan
standar asuhan kebidanan.

27
3. Tinjauan Umum Tentang Masa Nifas
a. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandugnan kembali seperti
keadaan sebelum hamil.masa nifas di mulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari setelah itu)
(Vivian, 2011).
Masa nifas adalah masa ketika ibu mendapatkan
kesempatan memulihkan organ reproduksinya seperti keadaan
sebelum ibu hamil di mulai setelah proses persalinan
berlangsung,sedangkan waktu yang dibutuhkan agar organ
reproduksi kembali seperti sebelum kehamilan dalam proses
masa nifas yaitu berlangsung selama 6 minggu. (satriani G,2016).
Tabel 3.1
Tabel kunjunagn masa nifas menurut Satriani, 2016
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam setelah persalinan 1. 1. Mencegah terjadinya
perdarahan masa nifas
-2. 2. Mendeteksi dan merawat
penyabab lain perdarahan
dan memberikan rujukan
bila perdarahan berlanjut
Me 3. Berikan konseling pada
ibu atau salah satu
anggota keluarga
mengenai mencegah
perdarahann masa nifas
karena atonia uteri
- p 4. pemberian ASi pada
masa awal menjadi ibu
- 4. 5. Mengajarkan cara

28
mempererat hubungan
ibu dan bayi baru lahir
- m5.6. Menjaga bayi tetap sehat
dengan cara menjaga
hipotermia

6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi


berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus, tidak
ada perdarahan
abnormal dan tidak ada
bau.
2. Menilai adanya tanda-
tanda demam, infeksi,
atau kelainan pasca
salin.
3. Memastikan ibu
menyusui dengan baik.
4. Memberikan konseling
pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara
merawat tali pusat,
menjaga agar bayi tetap
hangat serta perawatan
bayi sehari-hari

2 2 minggu setelah Sama dengan kunjungan 6


persalinan hari

29
3. 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu
persalinan tentang penyuli-penyulit
yang dialami atau
. bayinya.
2. Memberikan konseling
untuk KB secara din

b. Periode masa nifas


Periode masa nifas menurut Satriani, 2016:
1. Periode immediate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24
jam.pada masa ini sering terdapat masalah misalnya
perdarahan karena atonia uteri oleh karena itu bidan di
harapkan teratur memerikasakan kontraksi uterus pengeluaran
lochia n darah dan suhu.
2. Periode erialy post partum (24 jam – 1 minggu)
Pada fase ini bidan memastika involusi uteri dalam
keadaan normal tidak terjadi perdarahan lochia tidak berbau
busuk tidak deman ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan serta ibu dapat menyusu dengan baik.
3. Periode late post partum (1-5 minggu)
Pada periode ini bidan melakukan pemeriksaan sehari-
hari dan melakukan konseling KB.
c. Tahapan Masa Nifas
beberapa tahapan masa nifas menurut Vivian, 2011
sebagai berikut:

30
1. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimna ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan
serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainya.
2. Puerperium intermediate
Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
sekitar 6-8 minggu.
3. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi.
d. Adapatasi Psikologis Ibu Masa Nifas
1. Fase take in
Fase ini merupakan periode ketergantungan
yang berlangsung dari hari 1-2 setelah melahirkan. Pada
saat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah
gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung (A.
Eniretna, Wulandari dia ).
Tambahan makanan kaya gizi sangat dibutuhkan,
sebab nafsu makan biasanya meningkat. Kurang nafsu
mkan akan memberi indikasi bahwa proses pemulihan
kesehatan tidak berlangsung normal ( G. Satriani )
2. Fase take in out
Berlangsung antara 3-4 hari setelah persalinan,
Ibu menjadi lebih berkonsentrasi pada kemampuannya
sebagai Ibu yang sukses, dan menerima tangging jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayinya.
Ibu menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga
mungkin membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat
untuk mengatasi kritikan yang dialami Ibu. Bidan

31
sebaiknya memberikan penyuluhan dan support
emosional pada Ibu

3. Letting go period
Periode ini umumnya dialami setelah Ibu tiba di
rumah dan secara penuh merupakan waktu pengaturan
bersama keluarga
Fase ini merupakan fase menerima tanggung
jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari
setelah melahirka. Ibu sudah muali menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat bayinya dan dirinya meningkat pada fase ini
e. Perubahan Fisiogisis Masa Nifas
Perubahan pada fisiologis pada masa nifas adalah
sebagai berikut:
1. Perubahan Dalam Sistem Reproduksi
a. Perubahan dalam uterus
Setelah plasenta lahir, uterus merupakan alat
yang keras karena kontraksi dan retraksi oto-otonya.
Pada fundus uteri pertama fundus uteri berada kurang
lebih pada umbilikus atau sedikit lebih tinggi.dua hari
kemudian kurang lebih sama dan kemudian mengerut,
sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam
rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar.
Berikut adalah beberapa penjelasan tentang perubahan
dalam uterus setelah prosees persalinan:
1). Involusi uterus
Adalah perubahan yang merupakan proses
kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan

32
lahir stelah bayi lahir hingga mencapai keadaan
seperti sebelum hamil dengan bobot sekitar 60 gram.

Tabel 3.2
Involutio uteri berdasarkan berat uterus
Waktu Tinggi Fundus
No. Berat Uterus
Involutio Uteri
1. Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
2. Plasenta lahir2 jari bawah
750 gram
1 minggu pusat
3. Pertengahan 500 gram
2 minggu pusat simpisi
4. 6 minggu Tidak teraba 350 gram
5. Normal 60 gram

b. Perubahan Pada Serviks


Segeraah setelah post partum serviks agak
menganga seperti corong, karena korpus uteri yang
mengadakan kontraksi. Sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga perbatasan antara korpus dan
serviks uteri berbentuk seperti cincin warna serviks
merah kehitaman karena pembulu darah. Setelah bayi
lahir tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan dua
sampai tiga jari dan setelah minggu hanya dapat
dimasukkan satu jari kedalam kavum uteri.
c. Perubahan Pada Vulva, Vagina, dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan dan
pergangan yang hebat selama proses melahirkan. Pada
minggu ke-3 sampai ke-4 post partum lugae timbul

33
kembali dan hymen muncul dan beberapa jaringan kecil
dan dalam prosesnya menjadi corunculae mirtiformis
yang khas bagi wanita multipara
Perineum adalah daerah antara vulva dan anus.
Biasanya perineum setelah melaahirkan menjadi agak
bengkak dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan
atau episiotomi yang dapat sembuh dalam waktu sekitar
1 minggu
d. Perubahan Pada Lochea
Lapisan dua desidua yang mengelilingi situs
plasenta akan mejadi nekrotik (mati/layu). Desidua yang
mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu
campuran darah yang dinamakan lochea yang biasanya
berwarna merah mudah atau putih pucat. Adapun
beberapa jenis-jenis lochea:
1) Lochea rubra atau prulenta terjadi pada hari ke satu-
hari ke tiga post partum dengan pengeluaran cairan
berwarna merah terang sampai dengan merah tua
yang mengandung darah dari robekan/luka pada
plasenta dan jaringan desidua.
2) Lochea sanguinolenta serosa terjadi padda hari ke
tiga sampai hari ke empat post partum. Berwarna
merah kekuningan dan berisi darah dan lendir.
3) Lochea serosa terjadi pada hari ke tujuh hingga hari
ke empat belas pasca melahirkan. Warnanya
menjadi pink atau kekuning-kuningan atau
kecokelatan yang mengndung lebih sedikit darah.
Dan lebih banyak serum, cairan serosa, jaringan
desidua, leukosit, eritrosit, serta robekan/ laserasi
plasenta.

34
4) Lochea alba terjadi setelah hari ke empatbelas.
Warna berubah menjadi lebih pucat, dari kekuning
menjadi lebih putih atau putih kekunngan.
5) Lochea prulenta akkibat terjadinya infeksi yaitu
keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk.
6) Lochiostasis merupakan lochia yang tidak lancar
keluarnya.
2. Perubahan Dalam Sistem Sirkulasi (Satriani, 2016)
a. Perubahan Darah
Perubahan pada darah tergantung pada beberapa
faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan
mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema
isiologis).
b. Curah jantung
Curah jantung akan meningkat selama masa hamil
dan setelah melahirkan. Curah jantung akan semakin
meningkat lebih tinggi selama dalam kurun waktu 60 menit
pertama. Hal ini terjadi karena darah yang melintasi plasenta
tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung
puncaknya pada minggu ke-2 dan minggu ke-3 masa nifas.
c. Tanda-tanda vital
Jika wanita dalam keadaan normal, beberapa
perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat. Pada dasarnya
tekanan darah sedikit berubah atau tidak berubah sama
sekali. Pernafasan ibu nifas akan normal sama seperti
sebelum melahirkan, denyut nadi agak tinggi selama jam
pertama setelah bayi lahir. Dalam perubahan suhu badan
perempuan yang baru melahirkan akan meningkat menjadi
37°c -38°c yang diakibatkan oleh kerja keras saat
melahiirkan. Selain itu, pada keadaan ini wanita tersebut

35
akan banyak kehilangan cairan dan dianjurkan untuk banyak
minum.
3. Perubahan Pada Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan
payudara selama hamil (estrogen, progesteron, human
chorionic, gonadotropin, prolaktin, kortisol, dan insulin)
menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkan untuk kembali kekadar sebelum hamil sebagian
tentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
4. Perubahan Dalam Sistem Urinaria
Selama prosses persalinan, kandung kemih mengalami
trauma yang dapat menyebabkan oedema dan menurunnya
sensititas terhadap tekanan cairan, perubahan ini
menyebabkan tekanan yang berlebihan dan kekosongan
kandung kemih yang tidak tuntas, hal ini bisa mengalami
kesulitan BAK sampai 2 hari post partum sebagai respon
terhadap penurunan estrogen. Dalam 12 jam setelah
melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun dijaringan selama ibu hamil.
f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas Dan Menyusui
Pemenuhan kebutuhan ibu dalam masa nifas merupakan
tindakan tepat dalam membantu proses pemuliahan. Adapun
pemenuhan kebutuhan dasar ibu selama masa dan menyusui
berlangsung kurang lebih 6 minggu (Satriani, 2016) adalah
sebagai berikut:
1). Nutrisi d an cairan
Diet dalamm masa nifas akan mempercepat
penyembuhan ibu dan mempengaruhi susunan air susu. Ibu
menyusui harus mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari,
minum sedikitnya 3 liter air, pil zat besi hrus diminum untuk
menambah zat besi setidaknya setidaknya selama 40 hari

36
pasca bersalin, minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar
biasa menyusui bayinya
2). Eliminasi
Tiap ibu postpartum agar dapat buang air kecil dalam
waktu 6 jam pospartum ibu juga diharapkan dapat BAB setelah
hari kedua postpartum untuk mencegah konstipasi

3). Kebersihan diri dan perineum


Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama oerineum.
Sarankam ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali
sehari, sarnkan ibu untuk mencuci tangan dengan air dan
sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin
4). Istirahat
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan ynag berlebihan. Ibu nifas memerlukan istirahat pada
malam hari sekitar 8 jam dan pada siang hari 1 jam. Kurang
istirahat akan mempengaruhi : mengurangi jmlah AsI yang
diproduksi, memperlambat proses involusi dan memperbanyak
perdarahan menyebabkan depresi dan ketidak mampuan
merawat bayi.
5). Seksual
Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau
dua jari kedalam vagina tanpa sakit
6). Senam nifas
Pada saat hamil, beberapa otot mengalami
penguluran terutama otot rahim dan perut. setelah melahirkan
rahim tidak secara cepat kembali seperti semula tetapi
melewati proses untuk mengembalikan keposisi semula
diperlukan suatu senam yang dikenal dengan senam nifa
(Huliana ; 2003). Senam nifas atau senam pasca melahirkan

37
lebih baik dilakukan langsung setelah persalinan. Keuntungan
ibu dalam melakukan senam nifas antara lain memberikan
rasa enakturun berat badan berkurangnya stes dan depresi
serata berkurangnya masalah tidur

Adapun asuhan yang dapat diberikan selama masa nifas


menurut Sulaiman Sastra Winata
1). Early Ambulation, adalah kebijaksanaan untuk selekas
mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya
dan membimbingnya selekas mungkin untuk berjalan.
2). Diet, harus sangat mendapat perhatian dalam nifas karena
makanan yang baik mempercepat penyembuhan ibu, karena
makanan ibu sangat mempengaruhi air susu
3). Ibu disuruh untuk kencing 6 jam post partum.
4). Puting susu harus diperhatikan kebersihannya dan jika ada
luka pecah harus segera diobati.
3. Tinjauan Umum Tentang Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
Menurut Saifuddin 2002 bayi baru lahir adalah bayi
yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran. Menurut
Donna L. Wong (2003) bayi baru lahir adalah bayi dari lahir
sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi
38-42 minggu.
Menurut Depkes RI (2005) bayi baru lahir normaladalah
bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu dan
berat lahir 2500-4000 gram.
Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologik
mulai terjadi pada tubuh bayi baru lahir karena perubahan
dramatis ini bayi memerlukan pemantauan ketat untuk
menentukan bagimana ia membuat suatu transisi yang baik
terhadap kehidupannya diluar uterus. Tujuan asuhan kebidanan

38
yang lebih luas selama masa ini adalah memberikan perawatan
komprehensif kepada bayi pada saat ia dalam ruang rawat
untuk mengajarkan ornag tua bagaimana merawat bayi mereka
dan untuk member motivasi terhadap upaya pasangan menjadi
orang tua sehingga orang tua percaya diri dan mantap. (Marmi
& Rahardjo, 2012)
b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal
Cirri-ciri bayi baru lahir adalah sebagai berikut : (Marmi dan
Rahardjo, 2012 )
1). Berat badan 2500-4000 gram
2). Panajang badan 48-52 cm
3). Lingkar dada 30-38 cm
4). Lingkar kepala 33-35 cm
5). Frekuensi jantung 120-160 kali per menit
6). Pernafasan 40-60kali per menit
7). kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup.
8). Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurnah,
9). kuku agak panjang dan lemas
10). genitalia ; perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora, laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11). Reflex hisap dan menelan sudah terbentuk engan baik.
12). Reflex morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah
baik
13). Reflex grap menggenggam sudah baik
14). Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam
pertama, mekonium keluar berwarna hitam kecoklatan
c. Tujuan Pengkajian Fisik Pada Bayi Baru Lahir
Tujuan pengkajian fisik pada bayi baru lahir adalah
sebagai berikut:

39
1). Untuk mendeteksi adanya kelainan. Pemeriksaan awal pada
bayi baru lahir harus dilakukan sesegera mungkin
sesudah persalinan untuk mendeteksi kelainan-kelainan
dan menegakkan diagnose untuk persalinan yang
beresiko tinggi. Pemeriksaan harus difokuskan pada
anomaly kegenetaliaan dan masalah-masalah
patofisiologis yang dapat mengganggu adaptasi
kardiopulmonal dan metabolic normal pada kehidupan
ektra uteri. Pemeriksaan dilakukan dengan rinci dan
dilakukan selama 24 jam setelah bayi lahir.
2). Untuk mendeteksi segera kelainan dan dapat menjelaskan
pada keluarga. Apabila ditemukan kelainan pada bayi
maka petugas harus dapat menjelaskan kepada keluarga,
karena apabila keluarga menemukan dikemudian hari,
akan menimbulkan dampak yang tidak baik dan
menganggap dokter atau petugas tidak bisa mendeteksi
pada bayinya (Marmi & Rahardjo, 2012).
d. Manfaat IMD
1). Mendekatkan hubungan batin Ibu dan Bayi, kwrena pada IMD
terjadi komunikasi batin secara sangat pribadi dan sensitive
2). Bayi akan mengenal ibunya lebih dini sehingga akan
memperlancar proses laktasi.
3). Suhu tubuh bayi stabil karena hipotermi telah dikoreksi panas
tubuh ibunya
4). Refleks oksitosin Ibu akan berfungsi secara maksimal
5). Mempercepat produksi ASI, karena sudah mendapat
rangsangan isapan dari Bayi lebih awal
e. Tinjauan Umum Tentang Neonatus
Neonatus adalah bayi baru lahir dari umu 0-28 hari.
Neonatus terbagi menjadi neonatus dini umur 0-7 hari, dan
neonatus lanjut umur 7-28 hari. Neonatus sesuai masa kehamilan

40
adalah bayi yang lahir aterm antara 37-42 minggu, BB 2500-4000
gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar
kepala 30-35 cm, lingkar lengan atas 11-12 cm, vagina dan uretra
berlubang serta adanya labia mayora dan minora (Vivian,2010)
f. Tinjauan Umum Tentang KEK
Status Gizi pada ibu hamil dapat dilakukan dengan cara
memeriksakan keadaan ibu hamil, untuk pemantauan status gizi
pada ibu hamil dilakukan pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) rutin
kepada ibu hamil, dengan menimbang berat bada, memeriksa kadar
hemoglobin dan pemeriksaan lingkar lengan atas (Mitayani dan
Wiwi, 2013).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana
ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronis) yang mengakibatkan gangguan kesehatan pada ibu. Ibu
hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran lingkar
lengan atas, adapun batas pengukuran dengan resiko KEK adalah
kurang dari 23,5 cm (Departemen Kesehatan RI, 2017).
Faktor resiko yang bisa terjadi karena kekurangan energi
kronik pada ibu hamil yaitu anemia, perdarahan, berat badan ibu
tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit infeksi.
Pengaruh terhadap persalinan mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan prematur, perdarahan setelah persalinan serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat. Terhadap janin
dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin, bayi lahir mati,
cacat bawaan, lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
(Andriani dan Wirjadmadi, 2013).
Cara penanganan Kurang Energi Kronik (KEK) yaitu
pemeriksaan kehamilan rutin setiap 1 bulan sekali dan melakukan
ANC terpadu, konsumsi tablet Fe secara teratur, dan
mengkonsumsi berbagai makanan bergizi seimbang yang terdiri

41
dari karbohidrat, protein, lemak dan vitamin, serta pemberian
makanan tambahan (PMT) sebagai nutrisi tambahan
( Kemenkes RI 2010).

B. Standar Asuhan Kebidanan


Keputusan Menteri Kesehatan Ri Nomor : 938/Menkes/Sk/Viii/2007
Pengertian
Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses
pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh Bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu
dan kiat kebidanan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan
atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan
pencatatan asuhan kebidanan
STANDAR I : Pengkajian
A. Pertanyaan Standar
Bidan mengumpulkan informasi yang akurat, relevan dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien
B. Kriteria Pengkajian
1. Data tetap akurat dan lengkap
2. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesis, biodata, keluhan
utama, riwayat obstetrik, riwayat kesehatan dan latar belakang
sosial budaya)
3. Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan
pemeriksaan penunjang)
STANDAR II : Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah Kebidanan
A. Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk
menegakkan diagnosa masalah kebidanan yang tepat
B. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah

42
1. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3. Dapat diselesaikan sesuai dengan asuhan kebidanan secara
mandiri, kolaborasi, dan rujukan

STANDAR III : Perencanaan


A. Pernyataan Standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa
dan maslah yang ditegakkan
B. Kriteria Perencanaan
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien : tindakan segera, tindakan antisipasi, dan
asuhan secara komprehensif
2. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
3. Mempertimbangkan kondisi psikologis, sosial budaya
klien/keluarga
4. Memilih tindakan aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan
yang diberikan bermanfaat bagi klien
5. Pertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber
daya serta fasilitas yang ada
STANDAR IV : Implementasi
A. Pernyataan Standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
komprehensif, efektif, dan aman berdasarkan evidence based
kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan
B. Kriteria
1. Memperhatikan keluhan klien sebagai makhluk biopsikososial,
spiritual dan kultural

43
2. Setiap tindakan asuhan harus mendapat persetujuan dari klien
dan atau keluarganya (inform consent)
3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
4. Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan
5. Menjaga privasi klien
6. Melaksanakan prinsip PI
7. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara
berkesinambungan
8. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada
dan sesuai
9. Melakukan tindakan sesuai standar
10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
STANDAR V : Evaluasi
A. Pernyataan Standar
Bidan melakukan evaluasi secara rutin dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien
B. Kriteria evaluasi
1. Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan
asuhan sesuai kondisi klien
2. Hasil evaluasi segera dicatat dan di komunikasi pada klien
dan keluarga
3. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4. Hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien
STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
A. Pertanyaan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan
jelas mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan
dalam memberikan asuhan kebidanan
B. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan

44
1. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan
pada formulir yang tersedia ( Rekam medis / KMK / status
pasien / buku KIA
2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3. S adalah data Subjektif, mencatat hasil anmnesa
4. O adalah data Objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5. A adalah hasil Analisa, mencatat diagnosa dan masalah
kebidanan
6. P adalah Pelaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipasi, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan
rujukan
C. Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan republik indonesia
nomor 28 tahun 2017 tentang izin penyelenggaran praktik bidan,
kewenangan yang di miliki bidan meliputi :
Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan:
1. Pelayanan kesehatan ibu;
2. Pelayanan kesehatan anak; dan
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
Pasal 19
1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan.
2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan:

45
a. Konseling pada masa sebelum hamil
b. Antenatal pada kehamilan normal
c. Persalinan normal
d. Ibu nifas normal
e. Ibu menyusui; dan
f. Konseling pada masa antara dua kehamilan.
3. Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
a. Episiotomi;
b. Pertolongan persalinan normal;
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
g. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif;
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum;
i. Penyuluhan dan konseling;
j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
Pasal 20
1. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan
anak prasekolah.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
a. Pelayanan neonatal esensial;
b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan;

46
c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah; dan
d. Konseling dan penyuluhan.
3. Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan
perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian
imunisasi B0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda
bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang
tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
4. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan
jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi
jantung;
b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan
BBLR melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara
menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;
c. Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan
alkohol atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap
bersih dan kering; dan
d. Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir
dengan infeksi gonore (GO).
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi
kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala,
pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini
peyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
6. Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)

47
kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI
eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan
kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh
kembang.

Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18
huruf c, Bidan berwenang memberikan:
1. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana; dan
2. Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
Pasal 22
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,
Bidan memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:
1. Penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau
2. Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan
kesehatan secara mandat dari dokter.
Pasal 23
1. Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan
dari pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 huruf a, terdiri atas:
a. Kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan
b. Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain
di suatu wilayah tempat Bidan bertugas.
2. Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh
Bidan setelah mendapatkan pelatihan.
3. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah

48
Daerah bersama organisasi profesi terkait berdasarkan modul
dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berhak memperoleh sertifikat pelatihan.
5. Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus mendapatkan penetapan dari kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Pasal 24
1. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat
kerjanya, akibat kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 harus sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya
selama pelatihan.
2. Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi
yang diperoleh Bidan selama pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Dinas kesehatan kabupaten/kota
harus melakukan evaluasi pascapelatihan di tempat kerja
Bidan.
3. Evaluasi pascapelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan setelah
pelatihan.
Pasal 25
Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:
1. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat
kontrasepsi bawah kulit;
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit tertentu;
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan;

49
4. pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program
pemerintah;
5. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan;
6. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra
sekolah dan anak sekolah;
7. melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
pemberian kondom, dan penyakit lainnya;
8. pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan
9. melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
10. Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan
logistik lainnya dalam pelaksanaan Kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 26
1. Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di
suatu wilayah tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal telah
tersedia tenaga kesehatan lain dengan kompetensi dan
kewenangan yang sesuai.
2. Keadaan tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah
tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat.
Pasal 27
1. Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan
kesehatan secara mandat dari dokter sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 huruf b diberikan secara tertulis oleh dokter

50
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama tempat
Bidan bekerja.
2. Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya dapat diberikan dalam keadaan di mana
terdapat kebutuhan pelayanan yang melebihi ketersediaan
dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama
tersebut.
3. Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:
a. tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi
yang telah dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan;
b. pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah
pengawasan dokter pemberi pelimpahan;
c. tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil
keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan; dan
d. tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
e. Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menjadi tanggung jawab dokter pemberi
mandat, sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan
pelimpahan yang diberikan
Pasal 28
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan berkewajiban
untuk:
1. Menghormati hak pasien;
2. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien
dan pelayanan yang dibutuhkan;
3. Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat
ditangani dengan tepat waktu;
4. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
5. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan;

51
6. Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan
lainnya yang diberikan secara sistematis;
7. Mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional;
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan
Praktik Kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan
kematian;
9. Pemberian surat rujukan dan surat keterangan kelahiran;
dan
10. Meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 29
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, bidan memiliki hak:
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
pelayanannya sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional;
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien
dan/atau keluarganya;
3. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan; dan
4. Menerima imbalan jasa profesi.
D. Kerangka Teori Laporan Tugas Akhir
1. Pengkajian
2. Perumusan masalah dan
atau masalah kebidanan
3. Perencanaan sesuai dengan
Ibu hamil teori
4. Implementasi
32-34 minggu
5. Evaluasi 1. 1. Kesehatan ibu
6. Laporan pelaksanaan
asuhan kebidanan 2. 2. Kesehatan janin

1. Pengkajian
2. Perumusan diaagnosa
dan
52 atau masalah
kebidanan
3. Perencanaan sesuai
dengan teori
Ibu
bersalin dan 3. 1. Kesehatan ibu
BBL 4. 2. Kesehatan BBL

E. Kerangka Kosep Laporan Tugas Akhir

Proses

1. Pengkajian
Input Output
2. Perumusan diaagnosa dan
atau masalah kebidanan
3. Perencanaan sesuai dengan
teori
Ibu 4. Implementasi 7. 1. Kesehatan ibu
5. Evaluasi
nifas 8. 2. Kesehatan bayi
6. Laporan pelaksanaan

7. Pengkajian
Ibu bersalin 5. 1. Kesehatan ibu
8. Perumusan diaagnosa dan
dan BBL atau masalah kebidanan 6. 2. Kesehatan BBL
9. Perencanaan sesuai dengan
teori
10.Implementasi
11.Evaluasi
12.Laporan pelaksanaan
asuhan kebidanan

53
BAB III
METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis Laporan Khasus


Metode laporan kasus komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
bayi baru lahir, neonatus, dan nifas ini adalah metode penelitian
deskriptif dan jenis penelitian deskriptif yang digunakan adalah studi
penelaan kasus (case study) yakni meneliti permasalahan yang
berhubungan dengan kasus itu sendiri, faktor-faktor yang
mempengaruhi, kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan
dengan kasus maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap perlakuan.
B. Lokasi dan Waktu
Praktek komprehensif dilaksanakan di Puskesmas Tobadak,
desa Mahahe, kecamatan Tobadak, kabupaten Mamuju Tengah,
provinsi Sulawesi Barat, yang berlangsung selama 10 minggu terhitung
dari tanggal 21 Januari-30 Maret 2019
C. Subjek Laporan Khasus
Subjek laporan khasus ini adalah ibu hamil yang usia
kehamilannya 32-34 minggu, dengan resiko tinggi umur <20 tahu dan
masalah KEK.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada laporan ini adalah dengan
menggunakan data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
1. Pengamatan/observasi/pemeriksaan/pengukuran dengan
metode pengumpulan data melalui suatu pengamatan dengan
menggu nakan panca indera maupun alat-alat yang dapat
digunakan misalnya jam, skala, mikroskop, spektrofotometer,
timbangan berat badan dan sebagainya.

54
2. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih
lengkap dan akurat melalui jawaban tentang masalah-masalah
yang terjadi pada ibu. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara terstruktur. Wawancara
mendalam menggunakan pedoman wawancara dan alat
perekam.
3. Diskusi kelompok terfokus (focus group discussion)
menggunakan pedoman diskusi.
b. Data Sukender: dokumentasi atau catatan medik.
E. Triangulasi Data
Triangulasi merupakan tekhnik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari beberapa tekhnik pengumpulan data dan sumber
data yang telah ada. Triangulasi data ada dua yaitu triangulasi sumber
dan tekhnik. Dalam teknik pengumpilan data, triangulasi diartikan
sebagai tekhnik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai tekhnik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kreadibilitas data, yaitu mengecek kreadibilitas data dengan tekhnik
pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi tekhnik,
berarti peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data yang berbeda-
beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan tekhnik yang sama.

55
Gambar 1.
Triangulasi “tekhnik” pengumpulan data (bermacam-macam) cara pada
sumber yang sama

Observasi partisipatif

Sumber data
Wawancara mendalam
yang sama

Dokumentasi

Gambar 2.
Triangulasi “sumber” pengumpulan data (satu tekhnik pengumpulan data
pada bermacam-macam sumber data A, B, C)

A
\
Wawancara
B
mendalam

56

Anda mungkin juga menyukai