Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan pesat teknologi industri khususnya sejak akhir tahun 1950-an

membuat konsumsi energi meningkat sangat pesat. Hal ini membuat

pemakaian bahan bakar fosil (minyak bumi, gas alam dan batubara) secara

besar-besaran tidak terhindarkan. Salah satu jenis bahan bakar yang

melimpah di dunia adalah batubara. Bahan bakar fosil ini mudah di eksplorasi

dan dapat diperoleh dalam jumlah besar dengan biaya yang tidak terlalu tinggi

menjadi sumber energi utama dunia selama berpuluh-pulu tahun.

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan sangat cepat

saat ini, menuntut pula adanya suatu peningkatan dari sumber daya manusia

sebagai pengguna teknologi tersebut dalam upaya mengelolah sumber daya

alam yang tersedia seperti batubara. Ilmu pengetahuan yang diperoleh

selama mengikuti perkuliahan kebanyakan hanya berkutat pada teori tanpa

adanya aplikasi lapangan, dirasakan belum cukup untuk dapat mengimbangi

perkembangan ilmu pengetahuan. Kadang keterampilan maupun

pengetahuan yang diperoleh tidak seluruhnya berasal dari perkuliahan.

Politeknik merupakan salah satu jalur pendidikan profesional dengan

penekanan proporsi kurikulum yang lebih menekankan pada praktik

1
dibandingkan teori. Hal ini disebabkan karena setelah lulus para mahasiswa

diharapkan dapat siap kerja. Namun, perlu disadari bahwa walaupun porsi

praktik sudah besar, akan tetapi masih tetap diperlukan pengalaman lapangan

yang sebenarnya. Politeknik ATI Makassar merupakan lembaga pendidikan

tinggi negeri di bawah naungan Kementrian Perindustrian R.I., yang

menyelenggarakan pendidikan Diploma III (3). Program diploma ini

dimaksudkan untuk membentuk ahli madya yang menguasai dasar-dasar dari

hakekat ilmu teknik secara umum maupun secara khusus.

Jurusan Teknik Kimia Mineral merupakan suatu ilmu pengetahuan yang

muncul dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli yang

terampil dalam mengelola sistem produksi atau sistem industri kimia yang

melibatkan komponen-komponen manusia maupun material dan mineral.

Dunia industri dan perguruan tinggi merupakan satu kesatuan yang saling

berkaitan. Disamping itu, kurikulum pendidikan yang berlaku di Jurusan Teknik

Kimia Mineral Politeknik ATI Makassar mewajibkan setiap mahasiswanya

untuk melakukan Kerja Praktik pada suatu perusahaan ataupun industri,

kemudian hasil dari kerja praktik tersebut dapat digunakan sebagai suatu

studi kasus khusus (spesifikasi), yang merupakan salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk memperoleh gelar ahli madya dalam program Diploma III (D3)

dalam bidang Teknik Kimia Mineral.

Kuliah kerja praktek ini dilaksanakan di PT GEOSERVICES, Sangatta,

Kutai Timur, Kalimantan Timur. PT. Geoservices merupakan salah satu sub

2
kontraktor yang digunakan oleh PT. Kaltim Prima Coal untuk melakukan

analisa batubara yang diproduksinya. Melalui Kerja Praktik di perusahaan,

mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan pengetahuannya dan

menemukan permasalahan yang kemudian akan dianalisis, ditangani, dan

diatasi dengan tepat. Dengan terjun langsung dan menemukan realita dan

permasalahan yang ada di lapangan/industri.

B. Tujuan Kerja Praktik

Kuliah Kerja Praktek yang dilaksanakan pada berbagai instansi,lembaga

ataupun perusahaan selama kurang lebih dua bulan dengan tujuan yaitu :

1. Memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada program studi

Teknik Kimia Mineral Politeknik ATI Makassar.

2. Mendapatkan pengalaman dalam lingkup dunia kerja dan untuk berlatih

menangani permasalahan dalam pabrik serta melakukan studi banding antara

teori yang didapatkan pada bangku kuliah dan di pabrik.

3. Memahami, mengkaji serta menambah wawasan penerapan ilmu

teknik kimia dalam bidang industri khususnya pengujian kualitas batubara

pada PT.Geoservices.

C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek kami bertempat di PT. Geoservices, pada

tanggal 1 Maret – 30 April 2019.

3
D. Metodologi Kuliah Kerja Praktek

Metode Kuliah Kerja Praktek ini dilakukan dengan pengamatan langsung

dan diperoleh dari data primer.

4
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Pabrik

Geoservices adalah perusahaan konsultan yang kepemilikan seluruhnya

dimiliki oleh peru sahaan swasta nasional. Dua pendiri utama perusahaan ini

yaitu Master dari Colorado School Of Mines yaitu bapak H.L Ong mendapatkan

gelar doctor (Dr) dalam ilmu geokimia pada tahun 1968, sedangkan bapak

Durban L. Ardjo mendapatkan masternya (Msc) dalam bidang Metalurgi pada

tahun 1965.

Sejak didirikannya tahun 1971, PT. Geoservices,Ltd terus berkembang

dalam memberikan pelayanan dibidang pertambangan seperti minyak bumi,

batubara dan mineral. Perusahaan ini mempekerjakan kurang lebih 400

karyawan yang 40 diantaranya ialah para ahli dari luar negeri.

Laboratorium batubara di dirikan pada tahun 1982 dengan Laboratorium

pusatnya di Bandung. Saat ini PT.Geoservices telah memiliki 26 Laboratorium

batu bara dan memperkerjakan sedikitnya 600 orang karyawan. Selain

laboratorium yang ada diJawa Barat Laboratorium lainnya terdapat di

Balikpapan, Banjar Baru, Sangatta, Dumai, jakarta, Makassar, Surabaya,

Samarinda, Tanjung Redeb, Medan, dan Singapore.

PT.Geoservices melayani minyak dan gas, panas bumi, dan industri CBM.

Jasa eksplorasi kami meliputi geologi lengkap dan laboratorium analisis inti dan

5
pengujian, pemetaan geologi, di perkuat pencintraan geokimia(Berkolaborasi

dengan AGITM), pengeboran inti, tanah dan gravitasi udara dan survei magnetik,

survei dan GPS, mud logging, dan pengujian lingkungan baru baru ini kami telah

ditambahkan kelayanan kami petrografi organik, X-Ray Diffraction, laboratorium

CBM berasosiasi dengan Geogas dari Australia dan layanan sosialisasi dengan

pemerintah lokal jasa produksi kami meliputi perbaikan platfrom dan pipa,

PT.Geoservices secra internasional dikenal karna keahlian dan kehandalan dalam

semua bidang kegiatan.

Pertumbuhan ukuran dan reputasi perusahaan telah berakar dalam

keunggulan karyawannya. Dasar untuk keunggulan ini adalah komitmen jangka

panjang untuk pengembangan keterampilan dan pengetahuan termasuk

pelatihan off-shore karyawan lokal dan interaksi dengan konsultan asing yang

pindah ke Indonesia untuk berbagai periode waktu.

Laboratorium kimia termasuk salah satu unit kerja yang didirikan pertama

kali disamping unit kerja lainnya, seperti pemeteaan dan eksplorasi. Pelayanan

yang dapat diberikan pada waktu itu adalah pemeriksaan kualitasmineral dan air.

Sekarang laboratorium PT. Geoservices,Ltd selain dapat melayani pemeriksaan

mineral dan air, juga dapat melayani pemeriksaan kualitas batubara, minyak dan

gas.

PT.Geoservices bekerja sama dengan perusahaan asing yaitu

OMIC(Overseas Merchandise Inspection Company, Japan) dan QHS(Quality

Handling System, Australia) untuk menjaga kualitas hasil pekerjaan di

6
PT.Geoservices maka dilakukan secara rutin setiap bulan Round Robin Check

yang di ikuti oleh 65 Laboratorium yang ada di indonesi. Sedangkan Daily Check

adalah pemeriksaan suatu mutu analisa yang di lakukan sendiri dengan

menggunakan sampel standar yang telah diketahui mutunya.

PT.Geoservices mempunyai fungsi dan tugas dalalm pengujian dan

menganalisa mineral mineral batubara minyak dan gas bumi. Untuk menjalankan

pengujian itu PT.Geoservices bekerja sama dengan analis dari Australia pada

tahun 1986-1989 dan Australia laboratories pada tahun 1991 tujuannya adalah

untuk mendapatkan kesempatan yang luas untuk pelatihan para staff

laboratorium baik yang ada di Indonesia maupin di luar Indonesia.

PT.Geoservices adalah lisensi untuk perlakuan pengawasan muatan

batubara di Indonesia dan memilikistaff pengawas yang terlatih dengan

pengawas yang luas tentang kontrol dengan berat badan dagang atau komoditi.

PT.Geoservices telah mengerjakan berbagai pengujian dan pelayanan terhadap

industri batubara di Indonesia. Layanan ini tentang logging test batuan secara

cepat yang telah di tawarkan sejak tahun 1982.

Pada tahun 1989 pelayanan logging test semakin di tingkatkan dengan

menambahkan yang baru dan modern sehingga logging test dilakukan dengan

sistem komputerisasi digital menawarkan pula pembukaan dan hal yang

mengenai pelayanan logging test untuk penyelidikan dan produksi minyak di

bwah 200M. Sebelum tahun 1991 PT.Geoservoices mengmbangkan sistem loging

testnya selain itu PT.Geoservices menawarkan pelatihan bagi para pekerja dari

7
instruktur yang berpengalaman selama lebih dari 10 tahun yang telah mendapat

ijin dari badan tenaga atom nasional (BATAN) untuk menggunakan sumber

radioaktif.

PT.Geoservices memberikan pelayanan yang secara garis besarnya

sebagai berikut :

1. Export Superitending

Sebagai independen Arbitor untuk pemasuk batubara dengan pembeli

untuk tujuan penentuan dan kualitas batubara yang akan pengapalan.

2. Pengujian Contoh Eksplorasi Tambang Dan Preparation Plant

Laboratorium pengujian yang terdapat di Bandung, Samarinda dan

Balikpapan di samping mengerjakan pengujian superitending, dilengkapi pula

dengan peralatan dan personal untuk menangani pengujian batubara yang

lebih rumit dan bervariasi serta di perlukan dalam program eksplorasi,

tambang dan Coal Preparation Plant.

3. Sampling

Mengerjakan sampling untuk pembuatan sertifikat sampling dan

pengujian PT.Geoservices memiliki pegawai yang ahli dalam penentuan

preparasi sampling dan bias.

B. Visi dan Misi PT.Geoservices

1. Visi Perusahaan

PT.Geoservices akan menjadi laboratorium yang dikenal dan

dihargai serta menjunjung tinggi nilai independesi oleh pelanggan,

8
pesaing, karyawan, dan masyarakat. PT.Geoservices akan menjadi

acuan bagi laboratorium lain dalam mengukur kinerja pekerjaan

mereka. Kunggulan PT.Geoservices adalah inovasi, inisiatif, kerja

sama team, independesi, serta kemampuan untuk mengantisifikasi

perubahan-perubahan menjadi peluang yang lebih efektif

berkesinambungan. Integritas pengaruh dan monitorng yangkami

lakukan akan memberikan pengetahuan dan motivasi bagi personil

PT.Geoservices dalam pencapaian nilai kerugian secara proaktif.

2. Misi Perusahaan

a. Semua kegiatan PT.Geoservices yang berhubungan dengan

laboratorium harus menetapkan, menerapkan, serta

memelihara sistem manajemen mutu, kesehatan, keselamatan

kerja dan lingkungan laboratorium yang sesuai dengan lingkup

kegiatannya secara konsisten dan berkesinambungan.

b. PT.Geoservices akan membangun suatu kerangka kerja dari

target sistem dan perangkat berdasarkan pendekatan perilaku

dan kepekaan budaya yang sejalan untuk mencapai nilai

kerugian.

9
C. Struktur Organisasi

Gambar 2.1 Timbangan ( Balance)


D. Sarana dan Prasarana

PT. Geoservices, Ltd yang berkantor di Jl. Poros Kabo No. 136

Swargabara, Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur ini bergerak dibidang

penelitian kualitas batubara atau “Coal Quality Analysis”. Dalam

melaksanakan akitivitasnya tersebut PT. Geoservices,Ltd ditunjang dengan

sarana berupa mobil sebagai alat transportasi untuk mengangkut sampel-

sampel maupun untuk mengangkut karyawan ke lokasi pengambilan sampel.

Sedangkan untuk prasarana pada PT. Geoservices,Ltd tersedia ruangan

laboratorium yang dilengkapi dengan ruang preparasi, ruang storage, selain

itu juga terdapat ruangan administrasi dengan fasilitas AC.

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sampling

Tujuan utama dari pengambilan sampel adalah untuk mengambil

sebagian kecil material yang akan mewakili sifat-sifat keseluruhan material

tersebut. Syarat utama adalah sampel itu harus mewakili (representative)

bahan yang di sampling. Pengambilan sampel batubara harus dilakukan

menurut standar yang telah ditentukan, bergantung pada persetujuan antara

pembeli dan penjual. Sebagai contoh, jika ingin menentukan kandungan ash

batubara yang ditumpuk seperti gunung atau stockpile yang banyaknya

10.000 ton, hanya perlu mengambil 300 kg sebagai sampel. Dari batubara 300

kg ini kemudian dilakukan pengecilan ukuran butir (sampai ratusan

micrometer atau µm) dan beratnya (sampai ratusan gram), kemudian

ditentukan kandungan ash-nya. Dari kandungan ash dalam sampel batubara

yang sedikit ini dapat diketahui kandungan ash dari stockpile batubara yang

banyaknya 10.000 ton tersebut. Dalam industri batubara, pengambilan

sample digunakan dalam setiap langkah coal chain: selama eksplorasi, selama

perencanaan tambang dan studi kelayakan sebelum penetapan tambang,

dalam rencana penambangan jangka pendek (short term mine planning),

dalam penilaian dan pengontrolan pencucian atau preparasi batubara untuk

11
menentukan tingkat efisiensi masing- masing unit, dan dalam jual beli

batubara.

1. Pengambilan Sampel Batubara Eksplorasi

Pengambilan sampel batubara selama eksplorasi dilakukan

dengan cara pengeboran untuk mendapatkan sampel inti bor, atau

bila batubara itu telah terbuka, dengan mengumpulkan sampel

channel. Tujuan program eksplorasi ialah untuk mengevaluasi

kualitas, kuantitas, dan struktur sumber batubara yang berpotensi

untuk ditambang secara ekonomis. Pengambilan sampel batubara

dalam tahap eksplorasi mempunyai tujuan, sebagai berikut:

a. menentukan ukuran butir dari run-of-mine coal

b. mengerjakan float and sink di laboratorium untuk mendesain

pusat pencucian batubara sehingga dicapai produk yang dapat

dipasarkan

c. mempelajari pilot plant pencucian batubara

d. mempelajari pilot plant pemanfaatan batubara, yakni pengujian

penggerusan dan pembakaran

e. mengambil sampel untuk dikirim ke pembeli sehingga mereka

dapat mempelajarinya untuk mencocokkan jenis batubara

tersebut dengan keperluannya.

12
Selain dengan pemboran inti ada juga pengambilan sampel

dengan cara channel sample. Jumlah channel sample relatif banyak,

mewakili keseluruhan lapisan batubara pada titik lokasi dimana

sampel diambil. Channel sample dapat diambil baik secara manual

maupun mekanis menggunakan peralatan penambangan. Suatu

channel sample diambil dengan mengerat channel vertical dari cross-

section mulai dari atas ke bawah setinggi lapisan, yakni dari roof dan

floor. Pada dasar lapisan dipasang kain atau plastic (PVC) untuk

mengumpulkan sampel yang telah dikerat. Channel dari muka

batubara diambil secara terus menerus mulai dari roof ke bawah

sampai kedalaman yang telah ditentukan untuk memperoleh volume

sampel yang diperlukan. Keratan sepanjang cross section sebaiknya

rata. Untuk mengerat digunakan suatu miner pick atau cangkul yang

tajam. Jika ply subsection akan diambil, pengeratan dimulai dari

bagian dasar yang telah diberi tanda dan diusahakan tidak melampaui

garis tersebut. Sampel ply yang terkumpul pada dasar floor

dipindahkan dengan segera ke dalam tempat sampel.

2. Pengambilan Sampel Batubara produksi

Tahapan pengambilan sampel batubara produksi terbagi

menjadi dua, adalah sebagai berikut :

13
a. Skema pengambilan sampel (sampling scheme) yang merujuk

pada berapa banyak satu lot dapat dibagi sampling unit dan

berapa banyak increment harus diambil untuk setiap sampling

unitnya sehingga dicapai presisi yang diinginkan;

b. Sistem pegambilan sampel (sampling system) merupakan

implementasi dari pengambilan sampel, apakah akan dilakukan

secara manual atau mekanis. Dalam skema pengambilan sampel

umumnya telah ditentukan sebelum pengambilan sampel mulai

dilakukan. Untuk mengambil satu lot batubara, misalnya satu

pengiriman, satu vessel, atau satu tongkang, perlu membagi lot

tersebut menjadi sampling unit. Dari satu sampling unit diambil

beberapa increment dan kemudian disatukan membentuk satu

gross sample. Cara mengumpulkan sampel batubara produksi

menurut standar ASTM sampai edisi tahun 2003 ada enam

nomer, yaitu:

1) ASTM D 2234 menerangkan prinsip dan cara-cara

pengambilan sampel secara umum

2) ASTM D 4916 menjelaskan cara pengambilan sampel

batubara dari truk, tongkang dan stockpile yang kompak

dengan menggunakan auger secara mekanis;

3) ASTM D 4915 menerangkan cara pengambilan sampel

batubara di atas gerbong kereta api;

14
4) ASTM D 6609 mengenai pengambilan sampel dari belt

conveyor;

5) ASTM D 6315 mengenai pengambilan sampel dari atas

tongkang;

6) ASTM D 6610 tentang pengambilan sampel stockpile.

3. Pengambilan Sampel Batubara dari Stockpile

Dari pengambilan sampel batubara suatu stockpile, umumnya

sangat sulit diperoleh sampel yang representatif, dan tiap

pengambilan sampel harus dikerjakan sesuai dengan kondisinya

masing-masing. Suatu sampel yang diambil hanya dari bagian atas

atau sisi stockpile saja tidak dapat dipandang sebagai wakil dari

seluruh stockpile, terutama stockpile yang terdiri atas beberapa

sumber batubara. Metode yang betu betul efektif dan dianjurkan

untuk pengambilan sampel batubara dari stockpile adalah dengan

mengambil batubara selama stockpile itu dibentuk atau dibongkar.

4. Pengambilan Sampel Batubara untuk Analisa Ayak

Cara pengambilan sampel untuk analisa ayak atau size analysis

(SA) sedikit berbeda dari pengambilan sampel batubara untuk

produksi. Akan dikemukakan dua cara, yakni menurut standar ASTM

(D 4749) dan menurut standar ISO (1953). Cara mengumpulkan

sampel untuk analisis ayak harus mengikuti metode standar D2234

15
dan D 4749. Banyaknya atau berat sampel bergantung pada sifat

dan bentuk batubara, apakah akan ditentukan penyebaran ukuran

partikel dari stockpile, batch, pengapalan, produk harian, atau

waktu yang singkat (short) untuk mengontrol produk. Sampel

increment primer dari belt conveyor atau batu bara yang mengalir

melalui chute harus diambil seluruhnya tanpa membaginya.

Pengambilan sampel dikerjakan dengan mengambil sampel dari

seluruh lebar dan kedalaman belt. Pengambilan sampel dikerjakan

secara sistematik.

B. Preparasi Sampel

Ada dua istilah yang hampir sama bunyinya tetapi, artinya berlainan coal

preparation dan sample preparation. Coal preparation adalah istilah yang

digunakan untuk pencucian batubara di pusat pencucian, sedangkan sample

preparation bertujuan untuk menyediakan suatu sampel yang jumlahnya

sedikit yang mewakili sampel asal. Tujuan dari preparasi sampel adalah untuk

menghasilkan sampel yang jumlah dan ukurannya cukup untuk pengujian

yang mewakili (representative) sampel asal yang dapat dikirim ke

16
laboratorium untuk dianalisa. Sampel preparasi untuk setiap pengujian tidak

selalu sama, tergantung dari ukuran partikel yang digerus halus sampai top

size (yakni ukuran partikel yang 95% lolos ayakan) tidak lebih dari 0.2 mm atau

-0.2mm (-200µm) dan jumlah sampel yang diperlukan untuk pengujian,

contohnya seperti sampel untuk General Analysis (GA) berbeda dengan

sampel pada pengujian HGI dan Total Moisture. PT. Geoservices, Ltd memiliki

beberapa peralatan yang didatangkan langsung dari kantor pusat Geoservices

di Bandung, adapun alat-alat yang digunakan pada proses preparasi adalah

untuk memperkecil ukuran, pencampuran sampel, pengadukan, pembagian

dan sebagainya. Adapun alat–alat preparasi dan kegunaannya adalah sebagai

berikut :

1. Timbangan (Balance)

Timbangan atau balance berfungsi untuk mengetahui berat sampel

batu bara, baik sebelum diproses maupun sesudah diproses.

Gambar 3.1 Timbangan ( Balance)

17
2. Double Roll Crusher

Double Roll Crusher berfungsi sebagai alat penggiling atau

memperkecil ukuran sampel batu bara, alat ini dilengkapi dengan

screening dengan ukuran 50 mm dan hasil produktanya 11,2 – 10 mm.

Gambar 3.2 Double roll crusher


3. Jaw Crusher

Jaw Crusher berfungsi sebagai alat penggiling atau memperkecil

ukuran sampel batu bara menjadi ukuran tertentu. Pada PT. Geoservices ltd,

Jaw Crusher yang digunakan menghasilkan produktivitas 4,75-3,00 mm.

18
4. Rotary Sample Devider (RSD)

Rotary sample devider berfungsi sebagai alat pengaduk dan

pembagi sampel batu bara, sehingga berat sampel yang ada akan

berkurang karena adanya proses pengadukan dan pembagian.

Gambar 3.4. Rotary Sample Devider

5. Drying Sheed

Drying Sheed merupakan tempat atau ruangan untuk

mengeringkan sampel batu bara pada suhu tertentu. Ruangan ini

dilengkapi dengan alat pengatur suhu (30◦ sampai 40◦C).

Gambar 3.5 Drying Sheed

19
6. Raymond Mill

Raymond Mill merupakan alat yang digunakan untuk menggiling

atau menghancurkan sampel batu bara sehingga di dapatkan ukuran

0,212 mm (sampel batubara yang telah siap dianalisa dilaboratorium).

Gambar 3.6. Raymond mill

7. Ayakan (Screen)

Screen digunakan pada Size Analysis, sampel yang diayak adalah

sampel batu bara yang telah dikering-anginkan (air-dry) terlebih dahulu

diatas lantai yang kering dan rata. Adapun kegunaan ayakan untuk

mendapatkan fraksi ukuran sampel yang telah ditentukan, umumnya

ukuran screen yang digunakan dari ukuran 50 mm sampai dengan 0,5

mm.

Gambar 3.7 Size Analysis

20
8. Hardgrove Setting

Hardgrove Setting adalah alat yang digunakan dalam proses HGI

yang berfungsi untuk menggerus sampel batu bara sampai 600 µm.

Adapun yang termasuk General Analysis adalah Analisa

Proksimat, Analisa Ultimat, Total Sulphur, Penentuan Kalori (Calorific

Value), Analisa Abu (Ash Analysis) dan Ash Fushion Temperature

(AFT). Proses preparasi sampel ini sangat menentukan proses analisa

berikutnya. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses preparasi

meliputi :

a. Pengeringan (Air Drying)

Pengeringan terhadap sampel dilakukan untuk menghilangkan

kandungan air (moisture) yang ada dipermukaan batubara

sehingga memudahkan proses selanjutnya. Pengeringan dapat

dilakukan di atas lantai kering atau dalam oven pengering

dengan suhu 10°C diatas suhu ruangan, biasanya menggunakan

21
drying set dan oven. Pada batubara yang mudah teroksidasi tidak

boleh dikeringkan pada suhu lebih dari 10°C diatas suhu ruangan

dan pengeringan batubara low- rank tidak boleh lebih dari 18

jam, karena akan teroksidasi. Selain itu ketebalan sampel yang

dikeringkan tidak boleh melebihi 2 kali nominal top size

batubara, karena apabila terlalu tebal pengeringan tidak akan

sempurna. Adapun faktor yang mempengaruhi hasil pengeringan

Air Drying, yaitu :

1) Suhu pengeringan (temperature)

2) Waktu pengeringan (time)

3) Aliran udara (air flow)

4) Kelembaban udara ruangan (humidity)

5) Tebal sampel yang dikeringkan (sample thickness)

b. Penggilingan dan Penggerusan (Crushing dan Milling)

Penggilingan atau pengecilan ukuran dilakukan dengan cara

digiling dengan menggunakan alat Double Roll Crusher (10 mm –

11,2 mm), Jaw Crusher (3 mm – 4,75 mm) dan Raymond Mill

(0,212 mm). Sampel batubara yang digiling berdasarkan ukuran

partikel yang diperlukan oleh pengujian/ penggerusan. Pada

pengujian HGI ukuran yang diperlukan adalah 4,75 mm, 3 mm

22
untuk penetapan Total Moisture dan partikel 0,212 mm untuk

pengujian General Analysis.

c. Pengadukan

Pengadukan merupakan faktor yang sangat penting dalam

preparasi terutama pada pembuatan contoh komposit dari

batubara berbeda Pengadukan dicapai dengan melewatkan

sampel ke dalam RSD sebanyak 3 kali dan menggabungkannya

kembali setelah setiap proses. Kemudian hasil dari pengadukan

ini dibagi menggunakan alat Rotary Sample Devider (RSD) yang

dilakukan sebelum pembagian sampel.

d. Pembagian

Pembagian dapat dilakukan secara manual dengan cara “spot

sampling” maupun mekanis dengan Rotary Sample Devider

(RSD). Dalam proses ini terjadi pengurangan sampel dengan

tujuan untuk menyediakan sampel yang dapat mewakili gross

sampel. Pembagian sampel ini dilakukan setelah proses

pengurangan ukuran dengan Crusher dan penggerusan dengan

menggunakan Raymond Mill yaitu dengan cara “spot sampling”.

Pembagian secara mekanis mempunyai kelebihan dibandingkan

pembagian secara manual, yaitu :

23
1) Sampel diperoleh dengan mengumpulkan lebih banyak

increment sehingga hasil pengerjaan preparasi akan lebih

baik.

2) Rasio pembagian lebih besar.

3) Mengurangi kemungkinan bias karena tidak adanya

pengaruh kesalahan yang dilakukan manusia / pekerja.

Hampir semua pembagian sampel selama preparasi dilakukan

secara mekanis yaitu dengan menggunakan alat Rotary Sample

Devider (RSD), terkecuali pada proses akhir yaitu dengan cara

“spot sampling”.

e. Penyimpanan (Storage)

Adapun faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam

penyimpanan sampel, yaitu :

1) Ukuran partikel

a) Untuk mencegah terjadinya oksidasi sebaiknya sampel

disimpan pada ukuran partikel yang tidak terlalu halus

b) Berat sampel harus disesuaikan kemungkinan adanya

pengujian

2) Waktu penyimpanan

a) Sampel Borecore, penyimpanannya tidak terbatas.

24
b) Sampel pengapalan, ada 2 waktu penyimpanan yang

digunakan, yaitu sampel Total Moisture disimpan selama

3 bulan, dan contoh General Analysis disimpan selama 6

bulan.

Gambar 3.9 Store Hasil Crusher

Gambar 3.10 Store Hasil Raymond

C. Analisa Proksimat

Analisa Proksimat adalah analisa yang sering dilakukan pada batubara

yang bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisik yang ada dalam batubara,

yaitu kandungan air bawaan (inherent moisture), kandungan abu (ash

25
content), kandungan zat terbang (volatile matter), dan kandungan karbon

(fixed carbon).

1. Kandungan Air (Moisture)

Kandungan air yang terdapat dalam batubara secara umum ada dua,

yaitu air permukaan (free moisture) dan kandungan air bawaan (inherent

moisture).

Kandungan air permukaan terdapat dalam permukaan dan retakan-

retakan batubara. Kandungan air bawaan ini penting untuk diketahui, karena

dapat digunakan untuk mengidentifikasi peringkat batubara. Makin tinggi

kandungan air bawaan dalam batubara, maka makin rendah peringkat

batubara tersebut. Tujuan analisa ini untuk mengetahui jumlah air bawaan

yang terkandung dalam batubara setelah dikering–anginkan dalam kondisi

laboratorium. Sampel harus dipreparasi sampai ukuran 0,212 mm dengan

berat ± 60 gram. Zat berbahaya : Gas Nitrogen (tekanan tinggi).

Adapun peralatan- peralatan yang digunakan dalam analisa ini antara lain :

a. Oven pengering, digunakan untuk mengerikan sampel

26
Gambar 3.11 Oven

1) Bahaya Operasi

Bahaya panas dari dish selesai pemanasan sampel

2) Pengendalian Bahaya

a) Lakukan pekerjaan sesuai dengan SOP penggunaan

alat Oven moisture & memert.

b) Menggunakan sarung tangan Saat mengeluarkan dish

dari Oven

b. Nampan, digunakan sebagai tempat meletakan sampel

Gambar 3.12 Nampan

c. Neraca analitik, untuk menimbang sampel.

Gambar 3.13 Neraca

1) Bahaya Operasi

27
Bahaya menghirup debu sample batubara

2) Pengendalian Bahaya

a) Lakukan pekerjaan sesuai dengan SOP penggunaan alat

Analitycal balance.

b) Gunakan masker saat menimbang spl batubara.

d. Desikator, berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara

sampel setelah dari oven.

Gambar 3.14 Desikator

e. Penjepit crucible, untuk menjepit sampel

Gambar 3.15 Penjepit Crucible

f. Timer (stopwatch), berfungsi sebagai pengaturan waktu sampel

ketika dimasukan kedalam furnace.

28
Gambar 3.16 timer

Bahan yang digunakan pada analisa ini adalah batubara yang

sudah dipreparasi.

Perhitungan :

m2−m 3
M . ad= x 100 (3.2.)
m2−m1

Dimana :

M3 = massa cawan, tutup cawan dan contoh setelah pemanasan

(g)

M2= massa cawan, tutup cawan dan contoh sebelum

pemanasan(g)

M 1 = massa contoh (g)

M ad = moisture dalam contoh yang telah dikeringkan (air-dried)

(%)

Prosedur percobaan moisture pada analisa proksimat :

1) Naikan suhu oven moisture pada suhu 105oC

2) Cawan dan tutupnya terlebih dahulu di keringkan di dalam

oven pada suhu 105 °C selama 15 menit.

29
3) Setelah itu masukkan kedalam deksikator selama 5 menit

dan timbang cawan dan tutupnya sebagai m1.

4) Segera masukkan 1 gram batubara ke dalam cawan . Catat

beratnya (Cawan + tutupnya dan batubara) sebagai m2

5) Letakkan tutupnya di luar oven dan tempatkan cawan di atas

baki dan masukkan ke dalam oven. Tutup pintu oven,

kemudian alirkan nitrogen atau Udara Tekan (400-500

cc/menit) di atas contoh selama 1 jam.

6) Keluarkan baki dari oven, taruhlah cawan di atas baki logam,

kemudian tutup. Jika terjadi kondensasi pada tutup cawan

lanjutkan pemanasan selama 15 menit berikutnya.

7) Setelah cukup waktu pemanasan , masukkan cawan kedalam

desikator, setelah dingin cawan+tutupnya ditimbang sebagai

m3

8) Ulangi pengujian jika analisa duplo tidak dalam batas

toleransi

9) Laporkan hasilnya kepada Supervisor Laboratorium

10) Kembalikan peralatan ke tempatnya dan bersihkan tempat

kerja

11) Simpan sisa contoh untuk analisa lebih lanjut jika diperlukan

30
2. Kandungan Abu (Ash Content)

Abu batubara adalah bahan anorganik yang tersisa setelah

dilakukan proses pembakaran pada suhu tinggi. Kadar abu batubara

penting untuk ditetapkan karena kadar abu ini menyatakan

banyaknya bahan-bahan mineral dalam batubara dan secara tidak

langsung mencerminkan jumlah kalori yang dimiliki batubara.Tujuan

dari analisa ini untuk mengetahui jumlah kandungan abu yang

terdapat dalam batubara. Sampel yang diperlukan berupa sampel

batubara yang berasal dari hasil preparasi GA dengan ukuran sampel

0,212 mm. Adapun peralatan yang digunakan dalam analisa ini,

antara lain :

a. Furnace

Gambar 3.17 Furnace

1) Bahaya Operasi

Bahaya panas dari dish ash Selesai pembakaran spl.

31
2) Pengendalian Bahaya

a) Lakukan pekerjaan sesuai dengan SOP penggunaan alat

Furnace ash.

b) Menggunakan APD yang sesuai saat Menggunakan

furnace ash, seperti Sarung tangan.

b. Crucible

c. Desikator

d. Nampan

e. Neraca analitik

f. Penjepit crucible ukuran panjang

g. Timer (stopwatch)

Perhitungan :

m 3−m 1
A ad= x 100 % ...............(3.4.)
m 2−m 1

Dimana :

M 3 = massa cawan, tutup dan residu (g)

M 2 = massa cawan, tutup dan contoh sebelum pemanasan (g)

M 1 = massa contoh (g)

A ad = Abu dalam contoh yang telah dikeringkan (air-dried) (%)

Prosedur analisa Ash Content (Kandungan Abu) :

32
1) Cawan dan tutupnya terlebih dahulu di keringkan di dalam

Furnace pada suhu 815°C +/- 10 oC selama 15 menit setelah

itu dingin di luar selama 10 menit dalam desikator selama 10

menit untuk siap di pakai dan timbang cawan + tutupnya (m1)

2) Tebarkan secara merata 1g batubara ke dalam cawan,

timbang kembali. Catat beratnya (sampai ketelitian 0,01 gr).

(m2)

3) Panaskan contoh dalam tungku (muffle) sampai suhu 500°C

selama 60 menit dan tahan selama 30 menit kemudian

naikkan sampai 815°C (kira-kira 1½-2 jam) & jaga pada suhu

815°C selama 1½ jam

4) Keluarkan cawan dari tungku, kemudian tutup, dan dinginkan

selama 10 menit pada plate aluminium kemudian di masukkan

kedalam desikator selama 10 menit lalu timbang . Tara cawan,

tutup dan residu. (m3)

5) Hitung hasilnya. Kemudian beri nama dan tanggal.

6) Bersihkan dan simpan peralatan. Bersihkan tempat kerja.

Ulangi pengujian jika duplo tidak dalam batas toleransi

laboratorium.

7) Laporkan hasilnya kepada supervisor.

3. Zat Terbang (Volatile Matter)

33
Merupakan banyaknya material yang hilang (terbang) pada

waktu batubara mengalami pemisahan sampai temperature tertentu.

Tujuannya yaitu untuk mengetahui jumlah zat terbang yang terdapat

dalam batubara. Sampel yang diperlukan berupa sampel batubara

yang dihaluskan sampai ukuran 0.212 mm. Adapun peralatan yang

digunakan dalam analisa ini, antara lain :

a. Tungku pemanas silinder volatile matter, yang berfungsi sebagai

alat pengeringan sampel.

Gambar 3.18 furnace Volatile Matter

1) Bahaya Operasi

Bahaya panas dari dish ash Selesai pembakaran spl.

2) Pengendalian Bahaya

a) Lakukan pekerjaan sesuai dengan SOP penggunaan alat

Furnance.

b) Menggunakan APD yang sesuai saat Menggunakan

furnace, seperti Sarung tangan.

Gambar 3.18 Tungku Pemanasan Silinder Volatile Matter

b. Cawan + tutup yang memiliki ukuran :

34
1) Volume = 10-20 ml

2) Tinggi = 30-35 mm

3) Diameter = 25-35 mm Cawan tersebut memerlukan tutup

yang rapat

Gambar 3.19 Cawan + Tutup

c. Penjepit

Bahan yang digunakan untuk analisa volatile Mattter

ini dalah batubara yang sudah dipreparasi. Adapun

prosedur Analisa Volatile Matter (Zat terbang):

1) Nol-kan neraca, timbang cawan + tutup yang kering, dan

bersih sebagai m1

2) Tambahkan 1 gram batubara ke dalam cawan, timbang

kembali (termasuk tutupnya). Ketuk-ketukkan cawan

untuk menyebarkan contoh sebagai m2

3) Taruhlah cawan + tutup dan duplonya di atas kawat

penyangga dish.

35
4) Panaskan dalam tungku (tempatkan tengah kawat

penyangga dish di atas ujung thermocouple), pada suhu

900°C +/- 5 oC selama 7 menit tepat.

5) Keluarkan cawan + kawat penyangga dish. Taruhlah cawan

di atas baki aluminium

6) Masukkan ke dalam desikator bila sudah dingin (kira-kira 8

menit), nol-kan neraca, timbang kembali cawan + tutup

dan residu sebagai m3

7) Hitung hasilnya, beri nama dan tanggal. Ulangi pengujian

jika duplo tidak dalam batas toleransi laboratorium.

8) Buang residu, panaskan kembali cawan sampai bersih.

Perhitungan:

M 3−M 2 …..3.4
berat yang hilang= x 100 %
M 2−M 1

VM ( % )=100−be rat yang hilang

Dimana :

M 3 = massa cawan, tutup dan residu (g)

M 2 = massa cawan, tutup dan contoh sebelum pemanasan (g)

M 1 = massa contoh (g)

4. Fixed Carbon

Analisa kandungan karbon tertambat ini digunakan

untukmengetahui jumlah karbon yang terdapat dalam batubara.

36
Kandungan karbon (fixed carbon) tertambat dalam batubara adalah

angka yangdiperoleh dari hasil pengurangan 100 % terhadap jumlah

pengurangan air bawaan (inherent moisture), abu (ash) dan zat

terbang (volatile matter).

Perhitungan:

¿ carbon ( % )=100−¿ .....(3.5.)

D. Analisa Ultimate

1. Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS)

Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS) adalah suatu metode

kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui keberadaan dan

menetapkan konsentrasi suatu unsur (logam dan beberapa nonmetal)

dalam suatu sampel. Dikembangkan pertama oleh Sir Alan Walsh pada

tahun 1950.

Gambar 3.20 Atomic Absorbtion Spectroscopy (AAS)


1) Bahaya Operasi

37
a) Bahaya panas dari burner Selesai pembakaran spl.

b) Bahaya flash back yang menyebabkan ledakan.

c) Bahaya menghirup dan terpapar zat kimia

2) Pengendalian Bahaya

a) Lakukan pekerjaan sesuai dengan SOP penggunaan alat AAS.

b) Menggunakan sarung Tangan Saat mengganti Burner yang

panas.

c) Memastikan circuit gas pada selang gas lancar atau tidak

tersumbat sebelum melakukan analisa spl.

d) Menggunakan Kaca mata masker dan sarung tangan karet.

Adapun proses dalam AAS melibatkan 2 langkah, yaitu:

a. Atomisasi sampel

b. Absorpsi radiasi dari sumber sinar oleh atom bebas. Sampel, biasanya

berupa cairan atau padatan, terlebih dahulu diubah menjadi atom

lebih dulu, oleh perangkat atomisasi (berupa nyala atau tungku

grafit). Selama proses absorpsi sinar UV, atom bebas akan mengalami

transisi elektronik dari ground state ke exited stated. Adapun

prosedur kerja AAS :

1) Preparasi sampel

a. Persiapkan abu dari sampel batubara yang homogen. Ratakan sampel

dengan ketebalan tidak lebih dari 6 mm salam dish ash.

38
b. Letakkan dish dalam tungku dingin dan panaskan secara bertahap

hingga mencapai suhu 500℃ selama 1 jam dan 750℃ selama 2 jam.

Bakar hingga semua karbonat hilang.

c. Biarkan abu hingga dingin, pindahkan abu ke lumping porselin dan

gerus hingga melewati ayakan ukuran 200 mesh.

d. Bakar kembali abu pada suhu 750℃ selama 1 jam , dinginkan dengan

cepat dan timbang sesegera mungkin untuk dianalisa.

e. Jika sampel disimpan, bakar kembali sebelum dianalisa atau tentukan

loss of Ignation pada suhu 750℃ homogenkan sampel sebelum

ditimbang.

2) Preparasi Sampel dan larutan

a. Timbang 0,1 ± 0,0002 g sampel dalam cawan platina

b. Timbang 0,5 g litium tetraborat, aduk hingga merata antara sampel

dan litium tetraborat.

c. Tutup permukaan campuran tersebut dengan 0,5 g lithium tetraborat.

d. Letakkan cawan dalam tungku 1000℃ dan leburkan selama 15 menit.

e. Keluarkan cawan dan dinginkan hingga suhu kamar.

f. Bilas bagian bawah dan luar cawan dengan hati-hati untuk

menghindari kontaminasi.

g. Letakkan cawan dalam gelas kimia dengan kapasitas 250-400 mL.

letakkan magnetic stirrer dalam cawan.

39
h. Tambahkan 150 mL solvent acid ke dalam cawan dan gelas kimia dan

letakkan dengan segera pada hotplate stirrer.

i. Panaskan larutan tepat dibawah titik didih larutan dengan

pengadukan yang konstan dan menjaga pemanasan tidak lebih 30

menit.

j. Matikan hotplate stirrer dan tunggu hingga suhu kamar.

k. Pindahkan larutan ke labu ukur 200 mL. bilas cawan dengan solvent

acid dan encerkan dengan solvent acid hingga tanda batas.

Homogenkan

l. Pipet 20 mL larutan tersebut ke dalam labu ukur 50 mL dan encerkan

dengan solvent acid hingga tanda batas. Homogenkan

m. Pipet 10 ml larutan tersebut ke dalam labu ukur 100 mL. dan

encerkan dengan solvent acid hingga tanda batas

Larutan Blanko

Timbang 2 g lithium tetraborat dalam labu ukur 1000 mL dan hingga

tanda batas. homogenkan

Pembuatan larutan standar

40
Tabel 3.1. : komposisi larutan standar (dalam 2 g lithium tetraborat dan 50 mL
HCl dalam 1 liter larutan)

larutan elemen master volume ppm


Si 200 100 20
Al 1000 10 10
Fe 1000 5 5
Ca 1000 1 1
1
Mg 1000 1 1
Na 1000 0.5 0.5
K 1000 0.5 0.5
Ti 1000 1 1

Si 200 200 40
Al 1000 20 20
Fe 1000 10 10
Ca 1000 2 2
2
Mg 1000 2 2
Na 1000 1 2
K 1000 1 2
Ti 1000 2 2

41
Si 200 250 50
Al 1000 30 30
Fe 1000 15 15
Ca 1000 5 5
3
Mg 1000 3 3
Na 1000 2 2
K 1000 2.5 2.5
Ti 1000 3 3
Si 200 300 60
Al 1000 50 50
Fe 1000 20 20
Ca 1000 8 8
4
Mg 1000 5 5
Na 1000 3 3
K 1000 5 5

Pembacaan contoh dengan alat AAS


1. Siapkan larutan contoh,larutan standar,blanko yang akan dibaca.
2. Sesuaikan alat AAS dengan analisa logam yang dibaca pada alat.
3. Atur slit,panjang gelombang, burner yang digunakan.
4. Optimalisasikan alat sampai batas maksimum absorbance yang akan
dibaca logam tersebut.
5. Baca sample blanko, larutan standar lalu lihat kurva lineritas dari standar
tersebut.
6. Setelah dicek kurvanya baca sample dengan menekan tombol result lalu
baca blank lalu sample. Setelah selesai matikan apinya.
7. Tekan load method, pilih kembali user lalu tekan clear selanjutnya enter
kemudian tekan tombol optimize dan tekan tombol off untuk mematikan
alat

42
2. Analisa Kalori (Calorific Value)

Analisa nilai kalor batubara digunakan untuk mengetahui nilai kalor

yang dikeluarkan oleh batubara tersebut setelah dibakar pada kondisi

standar. Sampell yang digunakan diambil dari hasil preparasi GA dengan

ukuran 0,212 mm. Adapun peralatan yang digunakan dalam analisa ini

adalah:

1. kawat nikel khrom yang nilai kalorinya diketahui

2. cawan kwarsa atau cawan nikel khrom

3. bomb calorimeter adiabatic

Gambar 3.21 Bomb Calorimeter

1) Bahaya Operasi

Bahaya menghirup uap asam sisa pembakaran calori spl batu bara

2) Pengendalian bahaya

a) Lakukan pekerjaan sesuai dengan SOP penggunaan alat Calori

meter.

43
b) Gunakan Masker saat membuang gas Sisa pembakaran sample

dari bomb calori

4. regulator oksigen

5. neraca analitik

6. gelas ukur

adapun prosedur analisa nilai kalori (calorific Value) dari batubara adalah

sebagai berikut yaitu :

1. Nyalakan Calorimeter, Water Handling, Heater and Pump

2. Panaskan selama 15 menit hingga muncul START pada layar

3. Timbang 1 gram ±1mg duplo sampel pada Crucible

4. Tempatkan Crucible pada loop Bomb, pasang wire dan benang. Isi

Bucket dengan 2 liter air dari Water Handling

5. Tutup Bomb dengan kencang, isi dengan gas Oksigen selama 1 menit

6. Masukan Bucket yang telah diisi air ke dalam Calorimeter, lalu

masukan Bomb ke dalam bucket. Pasang lead wire pada Bomb.

7. Tutup Calorimeter, klik start pilih no Bomb, masukan berat sample.

Tunggu hingga hasil keluar ditandai dengan keluar cetakan hasil dari

printer. Ulang pengerjaan apabila hasil duplo diluar batasan toleransi.

Perhitungan :

44
3. Total sulfur

Sulfur di dalam batubara sama seperti halnya material yang lain

terdiri dari dua jenis yaitu sulfur organik dan sulfur anorganik. Sulfur

organik biasanya ada dalam batubara sering dengan pembentukan

batubara dan berasal dari tumbuhan pembentuk batubara tersebut. Dan

tidak menutup kemungkinan juga berasal dari luar tumbuhan yang di

karenakan suatu reaksi kimia yang terjadi pada saat peatifikasi coalifikasi

pada saat perubahaan diagenetik dan perubahan kimia. Sedangkan

anorganik sulfur berasal dari lingkungan di mana batubara tersebut

terbentuk atau dari mineral yang berada di sekeliling batubara atau

bahkan yang spliting, band dan lain lain.

Gambar 3.22 infrared sulfur analyzer

1) Bahaya Operasi

Bahaya panas dari cawan Selesai pembakaran sampel

45
2) Pengendalian Bahaya

a) Lakukan pekerjaan sesuai dengan SOP penggunaan alat

TS Leco.

b) Menggunakan APD yang sesuai saat menggunakan alat TS

Leco, seperti Sarung tangan

Prosedur kerja analisa total sulfur :

a. Nyalakan Sulphur Analyzer, set suhu pada 1350oC.

b. Pilih metoda analysis Sulphur in Coal atau Default.

c. Lakukan pengetesan Blanko dan Standar Sample

d. Timbang 0.3 gram ±1mg duplo sampel ke dalam Combustion Boat

e. Masukan ke dalam Tube, tunggu hingga keluar hasil analisa.

f. Keluarkan dan dinginkan combustion boat

g. Ulang pengerjaan apabila hasil duplo diluar batasan toleransi.

h. Standby kan Sulphur Analyzer pada 450oC

4. CHN (Karbon, Hidrogen,Nitrogen)

Hydrogen and Nitrogen in Analysis Samples of Coal and Carbon in

Analysis Samples of Coal and Coke. Penggunaan analisis ini sebagai berikut

a. Nilai karbon dan hidrogen dapat digunakan untuk menentukan jumlah

oksigen (udara) yang diperlukan dalam proses pembakaran dan untuk

perhitungan efisiensi proses pembakaran.

46
b. Penentuan karbon dan hidrogen dapat digunakan dalam perhitungan

material  balance, reaktivitas dan hasil produk yang relevan dengan

proses konversi batubara seperti gasifikasi dan pencairan.

c. Nilai karbon dan nitrogen dapat digunakan dalam perhitungan

material balance yang digunakan untuk tujuan perhitungan emisi.

Gambar 3.23 CHN

1) Bahaya Operasi

Bahaya panas di corousel alat Ketika runing Analisa spl

2) Pengendalian Bahaya

a) Lakukan pekerjaan sesuai dengan SOP penggunaan alat CHN

Sundy.

b) Gunakan sarung tangan saat setting courosel alat.

Adapun, prosedur kerja dari CHN sebagai berikut :

1. Pastikan gas Oksigen,Nitrogen dan Helium masih cukup untuk di

pergunakanan analisa, kemudian buka kran gas dengan keluaran gas

47
sekitas 0.18 Mpa. Paling utama gas harus di di buka sebelum alat di

hidupkan untuk mencegah kerusakan pada IR Box.

2. Nyalakan alat CHN analyser, komputer alat dan printernya.

3. Buka program aplikasi dari alat CHN analyser

4. Buka System Setting untuk melakukan pengecekan filterm dry

tube, crucible, dust filter, furnace reagent, reducing furnace dan

oxygen tightness.

5. Start heating up dan pastikan suhu yang di capai pada alat adalah :

a. Combustion Furnace = 950oC

b. Reagent Furnace = 850oC

c. Reducing Furnace = 700oC

d. Analyser box = >50oC

48
6. Standbykan alat agar suhu stabil kurang lebih 3 jam sebelum di

pergunakan.

7. Mulai menganalisa dengan menekan tombol Start dan di dahului

dengan mengetes blanko sebanyak 3 kali kemudian di ikutkan dengan

melakukan pengecekan standar referensi setelah itu baru di lakukan

analisa untuk contoh.

8. Timbang berat batu-bara seberat 0.1 gram diatas alumunium lalu

digulung sampai terbentuk seperti bola kecil

9. Lakukan analisa duplo. Ulangi jika tidak berada dalam batas

repeatability

10. Masukkan nilai moisturenya dan kalkulasi untuk mendapatkan nilai

Carbon , Hydrogen, Nitrogen setelah di koreksi oleh mositure

11. Laporkan hasil analisa ke Supervisor lab untuk di lakukan pengecekan

hasil analisa.

49
5. Ash Fusion Temperature

Ash Fusion Temperature (AFT) adalah analisis yang dapat


menggambarkan sifat pelelehan abu batubara yang diukur dengan
mengamati perubahan bentuk contoh abu yang telah dicetak berupa
kerucut, selama pemanasan bertahap.
Analisis biasanya dilakukan dengan dua kondisi pemanasan, yaitu
kondisi oksidasi dan kondisi agak reduksi. Pada kondisi reduksi,
pemanasan dilakukan dalam tabung pembakaran yang dialiri oleh
campuran 50% gas hidrogen dan 50% gas karbondioksida, sedangkan
pada kondisi oksidasi pemanasan dilakukan dalam tabung pembakaran
yang dialiri oleh 100% gas karbondioksida.
Pengamatan sifat pelelehan ini umumnya dilakukan pada suhu
900oC sampai dengan 1600oC. Pengamatan dicatat dan dilaporkan pada
saat contoh abu meleleh dan berubah menyerupai profil standar yang
telah tersedia.
Analisis yang dilakukan pada kondisi oksidasi umumnya
mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada yang dilakukan pada kondisi
reduksi. Hal ini tergantung dari kandungan komponen tertentu dalam abu
tersebut, sebagai contoh, komponen besi oksida yang mempunyai efek
pelelehan yang berbeda pada kondisi oksidasi dengan pada kondisi
reduksi.

50
Gambar 3.24 AFT carbolite
1) Bahaya Operasi

a) Bahaya panas dari tile Selesai pembakaran spl.

b) Bahaya kebakaran

2) Pengendalian Bahaya

a) Lakukan pekerjaan sesuai dengan SOP penggunaan alat furnace AFT.

b) Menggunakan sarung tangan Saat mengeluarkan tile Dari furnace

Adapun, prosedur kerja dari AFT, sebagai berikut :

1. Preparasi sampel

a. Persiapkan abu dari sampel batubara yang homogen. Ratakan sampel

dengan ketebalan tidak lebih dari 6 mm salam dish ash.

b. Letakkan dish dalam tungku dingin dan panaskan secara bertahap

hingga mencapai suhu 500℃ selama 1 jam dan 750℃ selama 2 jam.

Bakar hingga semua karbonat hilang.

c. Biarkan abu hingga dingin, pindahkan abu ke lumping porselin dan

gerus hingga melewati ayakan ukuran 200 mesh.

51
d. Bakar kembali abu pada suhu 750℃ selama 1 jam , dinginkan dengan

cepat dan timbang sesegera mungkin untuk dianalisa.

e. Jika sampel disimpan, bakar kembali sebelum dianalisa atau tentukan

loss of Ignation pada suhu 750℃ homogenkan sampel sebelum

ditimbang.

2. Cara kerja AFT

a. Nyalakan tungku dan aliran gas. Haluskan abu dan aduk dengan air

untuk membentuk pasta yang keras, pasang pasta ke dalam cetakan.

Bersihkan kelebihannya angkat pyramid dengan hati-hati agar

ujungnya tidak patah.

b. Teteskan cairan perekat pada ubin, taruh pyramid diatas cairan

perekat dengan sisi ratanya sejajar dengan poros panjang tabung

pembakaran.

c. Pasang pyramid sesuai dengan posisi pyramid yang sesuai saat ini

seperti ditunjukkan pada “pemasangan ubin” di muka tungku, selama

pelelehan tidak boleh ada gangguan.

d. Periksa ujung dan sisi pyramid. Buang jika tidak tajam dan bersih.

e. Taruhlah ubin di mulut tungku selama 5 menit. Dorong ubin secara

perlahan-lahan ke dalam tungku hingga pas di muka thermocouple.

Tutuplah jendela di muka.

f. Pasangkan kamera ada posisi yang tepat dengan melihat focus

gambar file didalam furnace.

52
g. Buka saluran gas CO2 secara berlahan sampai posisi tepat pada

flowmeter setelah 2 menit buka gas H 2 sampai posisi tepat pada

flowmeter sesuai dengan penetapan AFT reduksi. Untuk penetapan

AFT oksidasi hanya mempergunakan gas CO2 saja.

h. Setting controller untuk menaikkan suhu furnace dengan flowrate

sekitar (ASTM 8℃ ± 3℃/ menit. ISO 7℃ maksimum 10℃/ menit) dari

suhu 900℃ sampai suhu 1600℃

i. Suhu start 400℃ (ASTM) / 150℃ (ISO), pengambilan foto pertama

dilakukan pada suhu 900℃

j. Setiap kenaikan 20℃ nyalakan kamera dan ambil foto sampel.

k. Lakukan pemotretan sampai di dapatkan nilai flow contoh

l. Setelah itu, transfer data ke computer, di crop lalu dianalisa.

6. Analisa Hardgrove Grindability Index (HGI)

Pengeringan sampel untuk penentuan HGI, sampel batubara harus

dimulai dengan ukuran -4,75 mm, umumnya paling sedikit beratnya 1 kg

(kering udara). Kadang-kadang sebelum penentuan, sampel dikering-

udarakan sampai 24 jam lamanya karena kandungan moisture sangat

berpengaruh pada hasil penentuan. Sampel dikering-udarakan sampai

diperoleh keseimbangan dengan udara dan tentukan beratnya sampai

gram. Pengayakan dan penggerusan kemudian ayak dengan “ayakan

sarang” yang terdiri atas ayakan berukuran 1,18 mm pada bagian atas

dan 600 µm pada bagian bawahnya. Pengayakan dilakukan batch demi

53
batch, berat satu batchnya 200 g. Lama pengayakan dalam mesin

pengayak selama tergantung pengaturan oleh ketentuan operatornya.

Gerus material yang tertahan ayakan 1,18 mm dengan hardgrove setting

yang disetel sehingga hanya partikel besar saja yang tergerus. Ayak

material lagi. Kemudian gerus lagi sampai seluruh material melalui ayakan

1,18 mm. Buang material yang lolos dari ayakan 600 µm dan ditimbang

material yang berukuran -1,18 mm +600 µm sampai ke gram. Hasil

rentang ukuran batubara ini merupakan fungsi dari kekerasan batubara

dan teknik penggerusan yang digunakan, tetapi tidak boleh kurang dari 45

%.

54
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dari hasil Kuliah Kerja Praktek (KKP) di PT. Geoservices dapat disimpulkan

bahwa analisa batubara dilakukan untuk mengetahui kualitas batubara, selain

untuk menentukan harga batubara analisa batubara juga dilakukan untuk

mengetahui efek samping terhadap lingkungan. Sebelum batubara dianalisa,

batubara terlebih dahulu dilakukan proses sampling dan preparasi sampel.

Percobaan analisa kualitas batubara yang dilakukan meliputi:

1. General Analysis

2. Analisa Ultimate

B. Saran

Adapun kritik dan saran yang dapat kami sampaikan dalam kegiatan

kunjungan lapangan tersebut antara lain, sebagai berikut :

1. Kerjasama antara karyawan dengan mahasiswa pada saat KKP agar

lebih ditingkatkan lagi.

2. Mahasiswa lebih di ikut sertakan pada saat analisa berlangsung

agar ilmu yang di dapatkan lebih banyak

55
DAFTAR PUSTAKA

HTTPS://www.academia.edu/19824482/laporan_kunjungan .download 22
maret 2019.
PT. GEOSERVICES, Ltd.
2019. Laboratory Equipment Survey Form:
OHS_GEOS_DOC_FRMb_003 . Geoservices, Sangatta.

PT. GEOSERVICES, Ltd. 2019. Volume 3 A, Manual Book sampling, preparasi


dan metoda pengujian contoh batubara. PT.Geoservices, Sangatta.
PT. GEOSERVICES, Ltd. 2019. SOP Standar Operating Procedures, Survey &
analysis the quality of coal survey of hull condition for cargo carries &
other vessels. PT.Geoservices, Sangatta.

56

Anda mungkin juga menyukai