BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi seperti sekarang ini, bukan hanya
teknologi yang semakin canggih namun manusia yang hidup
harus semakin cerdas dan berkualitas. Karena teknologi tidak
akan maju dan bertambah canggih dengan sendirinya, akan
tetapi hal itu salah satunya disebabkan oleh ciri khas manusia
yang tak pernah puas. Tidak puas bukan berarti tidak mensyukuri
apa yang telah di karuniakan Allah SWT sehingga menghalalkan
segala cara untuk meraih hasrat dalam diri, akan tetapi
mengaplikasikan sifat tak pernah puas ini tidak selalu cenderung
hal yang negatif, tapi dapat pula di aplikasikan ke hal-hal yang
positif seperti mengasah ilmu dan terus bereksperimen hingga
pada
akhirnya
menemukan
sesuatu
yang
baru
dan
mengembangkannya menjadi lebih canggih.
Tentu manusia yang cerdas dan berkualitas tak akan
terbentuk dengan sendirinya. Dibutuhkan perjuangan dan kerja
keras serta sikap pantang menyerah untuk membentuk itu
semua. Namun selain perjuangan dan kerja keras, tetaplah harus
ada lembaga khusus sebagai sarana prasarana pendidikan
seperti sekolah atau perguruan tinggi agar pembelajaran yang
dilakukan lebih mudah dan efisien. Selain itu sekaligus sebagai
landasan pembentukan karakter yang baik agar saat tiba
saatnya siswa atau mahasiswa yang sudah waktunya untuk
mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya ke masyarakat luas, tidak
akan memanfaatkan ilmunya untuk meraih keuntungan individu
semata.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh yayasan SMK
Chemica Bandung adalah mendirikan sebuah sekolah kejuruan
dengan bidang keahlian Analisis Kimia progam 4 tahun. Dengan
3 tahun pertama di latih untuk menimba ilmu dan pembentukan
karakter yang baik di bawah pengawasan guru, dan pada tahun
ke 4 siswa di lepas untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
1
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1
Sejarah
Berdirinya
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
(Puslitbang tekMIRA)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan
Batubara yang sering kali di singkat menjadi Puslitbang tekMIRA
terlahir dari penggabungan Balai Penelitian Tambang dan
Pengolahan Bahan Galian dengan Akademi Geologi dan
Pertambangan pada tanggal 11 november 1976. Sebelum dikenal
dengan sebutan Puslitbang tekMIRA, Institusi ini bernama Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral (P3TM) sebagai
perubahan dari nama Pusat Penelitian Teknologi Mineral (PPTM)
yang pada saat itu berada di bawah Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum (DJPU), dan Depatement Pertambangan
dan Energi (DPE). Cukup banyak karya nyata yang telah
dihasilkan untuk kepentingan pengembangan usaha di subsektor
mineral dan batubara, serta tidak sedikit kontribusi yang
diberikan untuk mendukung kebijakan DJPU maupun DPE.
Pada tahun 2000, terjadi perubahan tatanan kehidupan
berbangsa dan bernegara, menyusul era reformasi yang diikuti
oleh demokratisasi di berbagai bidang dan pemberlakuan
Undang-undang nomor 22 tahun 1999 mengenai pemerintah
daerah. Melalui Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 dan
Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000, Departemen
Pertambangan dan Energi secara resmi berganti nama menjadi
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM). Atas
dasar Keppres tersebut, selanjutnya dikeluarkan Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomor 150 Tahun 2000
dan Nomor 1915 Tahun 2000, yang keduanya mengatur
mengenai organisasi di lingkungan DESDM. Rekstrukturisasi terus
berlanjut, antara lain menghasilkan reaktualisasi visi dan misi
DESDM, pembentukan Badan Litbang ESDM berikut visi dan
misinya, serta pergantian nama P3TM menjadi Pusat Penelitian
dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang
tekMIRA) yang kini berada di bawah badan Litbang ESDM. Nama
tekMIRA diharapkan dapat menjadi identitas atau ikon lembaga
yang profesional dalam melakukan litbang dan pelayanan jasa
teknologi mineral dan batu bara.
2.
3.
4.
5.
N
o
1.
Labolatorium
Kemampuan Uji
Mineralogi
2.
Kimia Fisika
3.
Pengolahan
Mineral
4.
Metalurgi
Ekstraksi
5.
6.
Kimia
Lingkungan
Rancang Bangun
dan Rekayasa
7.
Batubara
8.
Pilot Plan
Pengolahan
Mineral dan
Metalurgi
9.
Simulasi
Pengolahan
1
0.
1
1.
1
2.
Tambang
Retrivasi
Database
Internasional
Pengembangan
sistem-sistem
Informasi geologi
Rekayasa Peralatan
Analisa proksimat dan ultimat
batubara
Pengkajian pemanfaatn batubara
Pengkajian teknoligi batubara
Uji pembuatan pelet
Uji peleburab besi atau nonbesi
Membuat
suatu
proses
pengolahan
mineral
dengan
bantuan komputer
Memperkirakan proses yang akan
terjadi
Membantu perancangan peralatan
Uji fisik mekanis tanah dan batuan
Uji desain tambang dan simulasi
Retrivasi informasi yang tersedia
dalam kumpulan yang dikelolah
dialouge (Amerika Serikat) dan
Questel (prancis)
Fasilitas untuk pengembangan dan
pemanfaatan
sistem-sistem
informasi geografis.
Nama Bidang
Teknologi
Penambangan,
Pengolahan, dan
Pemanfaatan
Pengkajian dan
Pengolah Data
Lembaga
a.
LIPI
BPP Teknologi
Direktorat Sumber Daya Mineral
Perguruan tinggi
Pengumpulan dan Pengolahan Data
bahan galian industri
10
Informasi
1.
Negara
/
Organis
asi
Jepang
Lembaga
c. Goverment
Institut
for
research
Industrial
Bidang Penelitian
e. Penelitian
bahan
baku
semen
f. Penelitian
pemanfaatan
11
d.
2.
h.
Korea
3.
j.
Inggris
4.
l.
Amerika
Serikat
5.
n.
Belanda
6.
p.
Associat
ion of
South
East
Asia
Nations
(ASEAN)
Science dan
teknologi,
(AIST)
Japan
Sociaty gor
the
promotion of
scince
Korea
Agency
of
Industrial
Science and
Technolgy
(KAIST)
British
Meaning
Consultant
Limited
(BMCL)
Energi
and
Environment
Research
Centre
(EERC)
Institute for
Hydrolic and
Enviromental
Engineering
Coal
Labolatory
Asean
Research anf
Developmen
t centre for
Mineral
Resources
(ARDCMR)
zeolit
g. Penelitian
mineral sulfida
i. Ekstraksi TiO2
k. Peralatan
Labolatorium
Batubara
m. Pemanfaatan
batubara kadar
rendah
(batubara
sintetik)
o. Hidroiska dan
teknik
lingkungan
q. Profam
pertukaran
labolatorium
penelitian,
pelatihan
an
istem informasi
BAB 3
12
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sejarah Perkembangan Bahan Galian
Bahan galian digunakan sebagai salah satu bahan baku
dalam industri, dengan persyaratan tertentu. Maka dari itu harus
dilakukan pengolahan sebelum digunakan.
1. Macam-macam bahan galian
Bahan galian menurut pemanfaatannya di kelompokkan
sebagai berikut :
a. Bahan galian logam-bijih (ore)
Bahan galian logam antara lain ; timah putih, besi,
tembaga, nikel, emas, perak, dll. Pengolahan tahap pertama
biasanya disebut Ore Dressing karena yang diolah adalah ore
atau bijih , atau disebut juga mineral processing karena hasil dari
proses masih berupa mineral, dan disebut juga Unit Operation
karena proses ini berdasarkan sifat mineralnya.
b. Bahan galian energi
Merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk energi
seperti minyak bumi dan batubara. Agar batubara bisa
memenuhi kriteria pasar maka harus dilakukan pengolahan
dengan pencucian.
c. Bahan galian industri
Merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk
keperluan industri seperti asbes, aspal, bentonit, batugamping,
batupasir, dsb. Untuk pengolahannya dilakukan penggilingan,
pengayakan maupun klasifikasi. Untuk pengotor bersifat logam
dilakukan dengan Flotasi atau Magnetic separator.
2. Definisi pengolahan bahan galian
Pengolahan bahan galian disebut juga dengan pemisahan
mineral yang berharga, dari mineral yang tidak berharga
(gangue). Yang dilakukan secara mekanis yang menghasilkan
13
d. Drajat
liberasi
(kebebasan
dari
mineral)
yaitu
perbandingan antara mineral yang terliberasi sempurna
dengan jumlah mineral yang sama secara keseluruhan.
e. Sifat fisik mineral antara lain :
Hardness (kekerasan), Structure, Fracture
Sifat ini diperlukan dalam menentukan alat penghancur.
Ikatan mineral dan besar kecilnya logam.
Berkaitan dengan drajat liberasi, semakin tinggi drajat
liberasi akan semakin sempurna proses pengolahan.
Warna dan kilap
Berkaitan dengan proses pengolahan secara hand
sortng/hand picking, yaitu pemisahan yang dilakukan
secara manual (tangan biasa).
Spesific Grafity (SG)
Berkaitan dengan pengolahan konsentrasi gravitasi
Magnetic suceptibility (sifat kemagnetan)
Berkaitan dengan pengolahan magnetik separator
Electro konductivity (daya hantar listrik)
Berkaitan dengan pengolahan Electristatic Separation
atau High Tension Separation.
Sifat permukaan (senang tidaknya terhadap udara)
Berkaitan dengan pengolahan flotasi
15
16
17
18
19
20
21
22
Lempeng
Tiang
Limas
Kubus
2. Batasan-batasan mineral
a. Suatu bahan alam
Bahan yang terbentuk secara alamiah bukan buatan
manusia.
b. Mempunyai sifat fisik dan kimia tetap
Sifat fisik : warna, serat, kekerasan, belahan, perawakan,
berat jenis, pecahan.
Sifat kimia : nyala api terhadap api oksidasi/api reduksi,
pengarangan
c. Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap
Unsur tunggal : diamond (C), Nativa silver (Ag), dll
Unsur senyawa : barit (BaSO4), magnetite (Fe3O4), Zircon
(ZrSiO4)
Unsur senyawa kimia kompleks :
Epistolite : (NaCa)(CbTiMgFeMn)SiO2(OH)
Polymignyte : (CaFeYZrTh)(CbTiTa)O4
d. Anorganik
23
24
4. Penggolongan mineral
Berdasarkan
senyawa
kimiawinya,
mineral
dapat
dikelompokkan menjadi mineral silikat dan mineral non silikat.
Terdapat 8 kelompok mineral non silikat yaitu kelompok oksida,
sulfida, sulfat, native, elemen, halid, karbonat, hidroksida, dan
phospat.
25
26
27
28
2. Batuan sulfida
Mineral sulfida dapat terbentuk sebagai hasil aktivitas
hidrothermal maupun sebagai proses sedimentasi.
Dari
karakterisiknya, mineral sulfida dapat dimanfaatkan sebagai
bahan industri metalurgi maupun kimia. Namun, di alam
potensial juga sebagai penghasil air asam yang dapat
menurunkan kualitas lingkungan.
dengan
31
SiO2 + Na2CO3
d. Dengan proses elektrolisa
32
4 Al
4Al3+ + 12e -1
Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, diman ion-ion oksida
melepaskan elektron mengahasilkan gas oksigen.
3O2 +12e-1
6O2Logam aluminium terdeposit di keping katoda dan keluat
melalui saluran yang telah disediakan.
4. Clay mineral
Clay mineral atau mineral lempung merupakan kelompok
mineral yang struktur kristalnya sangat kecil yang hanya dapat
dilihat
dan
dibedakan
dengan
mikroskop
(biasanya
menggunakan mikroskop elektron). Berdasarkan struktur kristal
dan variasi komposisinya, dapat dibedakan menjadi belasan jenis
mineral lempung antara lain :
a. Kaolinit
b. Halloysite
c. Momtmorillonite
d. Illite
e. Smectite
f. Vermiculite
g. Chlorite
h. Attapulgite
i. Allophone
j. Ball clay
k. Bentonite
l. Common clay
m. Fire clay
n. Fullers earth
Mineral lempung merupakan koloid dengan ukuran sangat
kecil (kurang dari 1 mikron). Masing-masing koloid terlihat seperti
lempengan-lempengan kecil yang terdiri dari lembaran-lembaran
kristal yang memiliki struktur atom yang berulang.
Macam-macam lembaran atom yang memiliki struktur
atom yang terulang antara lain :
a. Tetrahedron /silica sheet
Merupakan gabungan dari silika tertrahedron
33
34
35
5. Kaolin
Kaolin atau kaolinitetermasuk jenis mineral clay dengan
formula Al2O3.SiO2. 2H2O. Nama kaolin berasal dari bahasa China
Kau-ling yaitu suatu daerah di China yang banyak mengandung
mineral ini. Kaolin mengandung SiO2 sekitar 50 %, oleh karena itu
kaolin dapat digunakan sebagai sumber SiO 2 untuk pembuatan
silica gel.
36
6. Laterit
Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut
vinofradov batuan ultra basa rata-rata memiliki kandungan nikel
sebanyak 0,2%. Unsur nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi
kristal mineral olivin dan piroksin sebagai hasil subtitusi terhadap
Fe dan Mg. Proses terjadinya subtitusi antara Ni, Fe, dan Mg
dapat diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang
hampir bersamaan diantara unsur-unsur tersebut.
Faktor-faktot yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel
laterit antara lain sebagai berikut :
a. Batuan asal
Batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya
endapan nikel laterit. Macam batuan asalnya adalah
batuan ultra basa. Dalam hal ini pada batuan ultra basa
tersebut terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara
batuan lainnya serta memiliki mineral yang paling mudah
lapuk atau tidak stabil seperti olivin dan piroksin memiliki
komponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan
pengendapan yang baik untuk nikel.
b. Iklim
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan
dimana terjadi penaikan dan penurunan permukaan air
tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses
37
38
39
40
41
Lempung (karlin)
Bila CaCO3 <5% dan lempung 95%.
b. Bila terjadi campuran antara kalsium carbonat (kalsit) fan
magnesium carbonat (magnesit), maka dapat dibedakan :
Batu kapur
Bila kalsit 95% dan magnesit 5%
Kapur magnesium
Bila kalsit > 90% dan magnesit < 5-10%
Kapur dolomit
Bila kalsit < 10% dan magnesit > 90%
8. Mangan
Mangan adalah logam kimia aktif abu-abu merah muda
yang di tunjukan pada simbol Mn dan nomor atom 25. Ini adalah
elemen pertama di group 7 dari tabel periodic. Mangan
merupakan 12 unsur paling berlimpah di kerak bumi (sekitar 0,1
%) yang terjadi secara alamiah. Mangan merupakan logam keras
dan sangat rapuh. Sulit untuk meleleh, tetapi mudah teroksidasi.
Mangan bersifat reaktif ketika murni, dan sebagai bubuk itu akan
terbakar dalam oksigen, bereaksi dengan air dan larut dalam
asam encer. Menyerupai besi akan tetapi lebih keras dan lebih
rapuh.
42
43
44
9. Pasir kuarsa
Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristalkristal silika dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa
saat proses pengendapan. Pasir kuarsa juga dikenal dengan
nama pasir putih, merupakan hasil pelapukan batuan yang
mineral utama seperti feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci
dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan di tepi-tepi
sungai, danau, atau laut.
Kuarsa adalah mineral utama dari silika dan salah satu
mineral pembentuk kristal optik. Struktur atomik dari kuarsa
adalah tetra hidron yang satu atom silikon dikelilingi empat atom
oksigen. Contoh penting adalah forstart (Mg 2 SiO2) dalam Mg SiO4
dan ion SiO4 diperoleh empat elektron dari atom magnesium
memberikan 1 elektron ke satuab dari SiO4.
45
46
47
Susunan Kimia
Magnetit
FeO, Fe2O3
Kandungan
Fe %
72,4
Hematit
Limonit
Siderit
Fe2O3
Fe2O3.nH2O
FeCO3
70,00
59-63
48,2
Klasifikasi
komersil
Magnerik atau bijih
hitam
Bijih merah
Bijih coklat
Sphatic, black band,
clay ironstone
48
49
dan monzonit). Apabila batuan tersebut lapuk maka mineralmineralnya akan lepas dan terbentuklah pasir zirkon yang karna
adanya proses transpotrasi terjadi pengkayaan dibeberapa
tempat tertentu.
Kegunaan zircon, zirconia, dan zirconium antara lain
untuk selongsong reaktor nuklir, sebagai bahan pelapis keramik
mutu tinggi, refractory, katalis, komponen elektronik, permata,
dll.
Secara geologi endapan pasir zirkon dijumpai di formasi
dahor dan aluvium. Lokasi-lokasi yang biasanya mengandung
endapapan pasir zirkon tinggi adalah yang berada di dasar atau
kanan kiri sungai atau anak-anak sungai berupa endapan
channel atau teras sungai.
12. Pirit
13.
Posfat
Ortofosfat atau gugus fosfat adalah sebuah ion
poliatomik atau radikal yang terdiri dari satu atom fosforus dan
empat oksigen. Ama bentuk ionik dia membawa sebuah -3
muatan formal dan dinotasikan PO4 3-. Fosfat adalah unsur dalam
sebuah batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan
50
14. Zeolit
Zeolit adalah senyawa zat kimia alumino-silikat berhidrat
dengan kation natrium, kalium dan barium. Secara umum zeolit
memiliki molekular struktur yang unik, dimana atom silikon
dikelilingi oleh 4 atom oksigen sehingga membentuk semacam
jaringan dengan pola yang teratur. Di beberapa tempat jaringan
ini, atom silicon digantikan dengan atom Aluminium, yang hanya
51
3.6
Preparasi Sampel
52
53
4.
5.
6.
7.
3.8
Teknik Sampling
Teknik sampling yang umum dilakukan ada 2 cara antara
lain
1. Hand Sampling
Yaitu cara sampling dengan menggunakan tangan
2. Mechine Sampling
Yaitu cara sampling dengan menggunakan mesin
Teknik sampling secara khusus dilabolatorium antara lain :
1. Cara Spliting
Yaitu cara sampling dengan membagi sampel menjadi dua
bagian yang sama banyak.
2. Cara Cone Quarting
Yaitu sistem perempatan. Langkah kerjanya adalah sebagai
berikut :
a. Disiapkan selembar plastik, dibuat gundukan dari contoh
b. Dihomogenkan dengan cara membolak-balikan sebanyak
20 kali hingga merata
c. Dibagi menjadi 4 bagian yang sama banyaknya. Diambil
bagian yang bersebrangan, sebagian disimpan sebagai
arsip, sedangkan bagian lain disampling kembali hingga
didapat contoh mineral sekitar 20-50 gram.
3. Cara Quoning
Sama halnya dengan Cone Quartering tetapi contoh tidak
dibagi menjadi 4 bagian melainkan sedikit-sedikit secara
melingkar.
4. Menggunakan pipa sampling]
5. Cara kombinasi splitting
6. Cara ayak random (Grap)
Cara ini digunakan pada contoh yang terlalu banyak.
54
55
SmbnMrokK(esultap)vDd
Puslitbang tekMIRA Bandung
Kompleksometri
Argentometri
Iodometri
Iodimetri
Dikhromatometri
Permanganometri
Cerimetri
Nitritrometri
2. Metode Modern ( Instrumental )
Analisi instrumental adalah cara analisis yang didasarkan
pada gabungan alat-alat elektronik dan optik serta sifat-sifat
kimia fisika untuk menggantikan ketajaman mata atau indra
penglihatan. Contoh instrumen yang sering digunakan antara lain
:
a. Spektrofotometer
menjadi
Bagian-bagian Spektrofotometer :
56
Monokromator
Monokromator adalah peralatan optik yang berfungsi
untuk mengisolasi cahaya dari polikromatis menjadi
monokromatis yaitu prisma dan grating.
Kuvet
Tempat untuk menyimpan sampel yang akan di analisis
pada spektrofotometer. Syarat-syarat kuvet yang baik
antara lain :
Tidak berwarna
Permukaan dengan optik sejajar
Tidak boleh rapuh
Bentuknya sederhana
Detektor
Berfungsi untuk mengubah energi radiasi yang jatuh
mengenainya menjadi suatu besaran yang dapat diukur.
Recorder
Merupakan alat yang digunakan untuk mencatat hasil
dari pengukuran sampel.
b. Atomic Absoption Spektrofotometer (AAS)
Spektrofotometer serapan atom adalah suatu metoda
analisis kimia untuk penentuan unsur-unsur logam dan
metaloid yang didasarkan pada penyerapan (absorpsi)
radiasi oleh atom bebas unsur tersebut.
Prinsip :
Dalam spektrofotometri serapan atom, maka atom bebas
berinteraksi dengan berbagai bentuk energi, mulai dari energi
termis atau panas, energi elektrromagnetik, energi kimia, dan
energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam
atom tersebut, yang hasilnya berupa emisi (pancaran) radiasi,
panas dan sebagainya pula. Radiasi yang ditimbulkan oleh
radiasi ini bersifat khas atau spesifik, karena mempunyai panjang
gelombang yang benar-benar karakteristik untuk atom bebas
yang bersangkutan.
57
SucNyalMknmroDetRd
Puslitbang tekMIRA Bandung
Nyala
58
59
Burner
Berfungsi sebagai tempat pengatoman atau terbentuknya
atom-atom. Disinilah aerosol larutan sampel yan bercampur
secara homogen dengan gas oksidan dan gas bahan bakar (fuel)
dinyalakan pada burner. Maka terjadilah proes-proses pemanasan
aerosol dalam larutan hingga suhu maksimum.
Monokromator
Detektor
60
Detektor
yang
biasa
digunakan
pada
SSA
( Spektrofotometer Serapan Atom) adalah Photo multiflier tube,
yang terdiri dari vakum yang berisi lempeng katoda dan anoda
yang dilengkapi dengan beberapa diode. Lempeng katoda
dilengkapi dengan unsur yang peka terhadap cahaya, bila
terkena cahaya akan membebaskan elektron yang dilipatkan
oleh diode , sehingga jumlah elektron yang menuju anoda akan
bertambah. Tenaga listrik yang dihasilkan kemudian diteruskan
ke amplifier, setelah itu baru ke sistem pembacaan skala yang
biasanya dalam satuan absorbansi.
Read Out
BAB 4
METODE ANALISIS
4.1 Bauksit
I.Pelarutan sampel menggunakan aqua Regia-sulfat 1 : 1 ( 3 : 1 :
2)
a. Prinsip :
Aqua Regia-Sulfat melarutkan garam-garam yang
terdapat di dalam sampel terkeculi SiO2.
b. Alat dan Bahan meliputi pelarutan sampel, pemeriksaan
SiO2, Al2O3 dan TiO2 :
Alat :
61
Cawan platina
Furnace
Eksikator
Spektrofotometer UV-vis
Kaca arloji kecil
Batang pengaduk
Bahan :
HCl pekat
HNO3 pekat
NH4OH
H2SO4 1:1
ZnSO4
Ind EBT
H3PO4
H2O2
NaOH padat
EDTA 0,02M
HF analitis
Kaliumpyrosulfat
Kertas whatman No. 40
c. Cara Kerja :
1. Ditimbang dengan teliti sampel sebanyak
0,5 gram dan dimasukan dalam gelas
piala tinggi 200 ml
2. Dibasahi dengan sedikit aquadest,
lalu ditambahkan 15 ml HCl pekat,
5 ml HNO3, dan 10 ml H2SO4
3. Dipanaskan dia atas Hotplate
hingga sangat kering, lalu
dinginkan sebentar
4. Ditambahkan lagi 10 ml HCl pekat,
dan dipanaskan lagi hingga semua
garam larut
5. Diencerkan dengan aquadest
hingga 100 ml, kemudian di
didihkan
6. Disaring dengan kertas whatman
No. 40 dan filtratnya ditampung di
62
II.
SiO2 + 6HF
H2SiF6 + 2H2O
SiF4(g) + 2HF
g.
H2SiF6
c. Cara Kerja :
1. Dari proses pelarutan sampel dan
penyaringan
pada
prosedur
sebelumnya(I.c.6), dicuci endapan
dengan aquadest panas, kemudian
dimasukan dalam cawan platina
2. Diarangkan di atas maker, lalu
dipijarkan dalam furnace dengan
suhu 900oC selama 1 jam
3. Didinginkan
dalam
eksikator
selama + 15 menit, dan ditimbang
(A gram)
4. Di basahi dengan sedikit aquadest,
ditambahkan 3 ml HF dan 1-2 tetes
H2SO4 1:1
63
III.
r.
Fe2+(aq) + 3OH- (aq )
Fe(OH)3(s)
64
s.
Al3+(aq) + 4OH-(aq)
Al(OH)4(aq)
t.
Al(OH)4-(aq) + H2Y-
ZnIn-
(aq) + H+(aq)
c. Cara kerja :
1. Dipipet 10 ml dari larutan induk
pada prosedur sebelumnya (II.c.9)
2. Ditambahkan NaOH sebanyak 3
butir
3. Diencerkan secukupnya
4. Disaring dengan kertas saring
teknis, lalu dicuci dengan air panas
dan filtratnya ditampung dalam
labu erlenmeyer 250 ml (reside
dibuang)
5. Ditambahkan 15 ml EDTA 0,02 M
6. Dinetralkan
(ditambahkan
HCl
pekat hingga larutan berwarna
merah muda, ditambahkan NaOH
5%
hingga
larutan
bening,
ditambahkan
HCl
5%
hingga
larutan merah muda, ditambahkan
kembali NaOH 5% hingga bening,
ditambahkan HCl hingga merah
muda, dan terakhir ditambahkan
NH4OH hingga bening).
7. Ditambahkan
ind
EBT,
dan
kelebihan EDTA dititrasi dengan lar.
ZnSO4 hingga terjadi perubahan
warna dari biru menjadi ungu
d. Perhitungan :
w.
x.2O3 =
% Al
65
IV.
y.
Keterangan :
z.
Mgrek = ml x Normalitas
aa.
Fp
= Faktor pengenceran
ab.
W = berat sampel (mg)
ac.
Ar Al
= 27
ad.
Penentuan TiO2 secara spektrofotometer
a. Prinsip :
ae.
TiO2
direaksikan
agar
membentuk kompleks yang berwana
kuning agar dapat diukur menggunakan
spektrofotometer
UV-vis
dengan
panjang gelombang 400 nm. Namun
karena masih banyak terdapat pengotor
yaitu unsur besi, sehingga perlu
direaksikan dengan H2SO4 dan H3PO4
agar Fe membentuk senyawa yang tidak
berwana sehingga tidak menganggu
pengukuran.
b. Reaksi :
Fe3+ + Claf.
FeCl3 (kuning)
ag.
2 FeCl3 + 3 H2SO4
Fe2(SO4)3 + 6HCl
Fe3+ + H3PO4
ah.
FePO4 + 3 H+ (bening)
ai.
Ti2+ + 2 H2O + 2 SO42-
[TiO2(SO4)2]2- + 2 H2O
c. Cara Kerja :
1. Dipipet 10 ml dari larutan induk di
prosedur sebelumnya (II.c.9) dan
masukan dalam labu ukur 25 ml
2. Ditambahkan H2SO4 1:1 sebanyak
2,5 ml, lalu dikocok
3. Ditambahkan H3PO4 1,5 ml dan
dikocok kembali
4. Ditambahkan H2O2 2,5 ml dan
kembali dikocok
66
ak. 4.2
al.
I. Pelarutan Sampel dengan
Peleburan
a. Alat dan Bahan meliputi pelarutan,
pemeriksaan SiO2, H2O-, L.O.I, Fe total,
FeO dan S total :
am. Alat :
Bahan :
Na2O2
67
II.
Na2CO3
HCl pekat
SnCl2
HgCl2
Asam campur
HF
H2SO4
K2S2O3
H2SO4 1 : 1
H3BO3
H3PO4
Ind. Natrium fenilamin
K2Cr2O7 0.05 N
KClO3
HNO3 1:1
HF
NH4OH
Metil merah
AgNO3
BaCl2
b. Cara Kerja
1. Ditimbang sampel dengan teliti
sebanyak 0,2000 g, dan dimasukan
dalam cawan platina tertutup yang
telah berisi 7 g Na2CO3 dan 1 g
Na2O2
2. Dihomogenkan hingga tercampur
merata
3. Dilebur dalam furnace pada suhu
900oC selama 3 jam
4. Didinginkan hasil peleburan, lalu
dilarutkan dengan HCl 30%
5. Setelah
larut
sempurna,
didinginkan dan dimasukan ke
dalam
labu
ukur
250
ml,
ditandabataskan
dan
dihomogenkan (labu induk).
Penentuan SiO2
a. Prinsip :
68
SiO2 + 6HF
+
2H2O
H2SiF6
SiF4(g)
2HF
c. Cara Kerja :
1. Dipipet 100 ml dari labu induk di
prosedur sebelumnya (I.b.5) dan
dimasukan dalam gelas kimia 300
ml
2. Dipanaskan hingga suhu sekitar
80oC, lalu ditambahkan ammonia
berlebih
3. Disaring dengan kertas saring
teknis, filtrat ditampung di dalam
gelas kimia 300 ml (filtrat dibuang)
4. Dipanaskan hingga kering
5. Didinginkan
sebentar,
lalu
ditambahkan HCl 10 ml
6. Dipanaskan
hingga
berhenti
bereaksi dan volume diencerkan
hingga 100 ml
7. Disaring dengan kertas saring No.
40
8. Dimasukan rasidu ke dalam cawan
platina dan diarangkan
69
III.
AB
% SiO2 =
x
W
Keterangan
:
B = Berat setelah di HF
W = penimbangan sampel
Penentuan H2O
a. Prinsip :
70
IV.
BC
% H2O- =
BA x
Keterangan :
air
lembap,
senyawa
bobot
sebelum
dan
sesudah
71
% L.O.I =
V.
BC
BA
Keterangan :
2 Fe3+ + Sn2+
2 Fe2+ + Sn4+
2 HgCl2 + Sn2+
Hg2Cl2 + SnCl4
Cr2O72- + 6 Fe2+ + 14 H+
72
ml penitrasi x N penitrasi x BM x Fp
% Fe Total :
mg sampel
Keterangan :
ml penitrasi
pemakaian K2Cr2O7
: volume
N penitrasi
K2Cr2O7 (0.05)
: konsentrasi
BM
(55.847)
: Berat Molekul Fe
: faktor
Fp
V . Labu
pengenceran ( V . pipet
73
VI.
SiO2 + Fe2+ + 6 HF
SiF4
H2SiF6
+ 2HF
Cr2O72- + 6 Fe2+ + 14H+
c. Cara kerja :
1. Ditimbang sampel dengan teliti
sebanyak 0,1000 gram dan
dimasukan ke dalam cawan platina
tertutup
2. Dipanaskan di atas fisher selama
15 menit
3. Dimasukan H3BO3 sebanyak 50 ml
ke dalam gelas kimia 200, dan
ditambahkan H3BO3 sebanyak 2,5
ml
4. Setelah dipanaskan 15 menit,
larutan dicampurkan ke dalam
gelas kimia 200 ml yang telah
berisi H3BO3 dan H3PO4
5. Ditambahkan indikator
Natriumbarium fenilamin
6. Dititrasi dengan K2Cr2O7 0,05 N
hingga terjadi perubahan warna
menjadi violet.
d. Perhitungan :
74
FeO :
%
ml penitrasi x N penitrasi x BM
mg sampel
x 100
Keterangan :
ml penitrasi
pemakaian K2Cr2O7
: volume
BM
(71.85)
: faktor pengenceran (
Fp
V . Labu
V . pipet )
VII.
Pemeriksaan % S total
a. Prinsip :
SO4 + BaCl2
BaSO4
75
76
13.
Diarangkan dan diabukan di
dalam furnace selama 1 jam lalu
ditimbang kembali
d. Perhitungan :
BA
% S total =
x
W
Keterangan :
A
= Berat cawan kosong
yang telah dipanaskan
B
= Berat residu setelah
dipijarkan
W
= Berat sampel
( gram )
Ar S
0,1373
= Mr BaSO 4
4.3
Pasir Zirkon
Alat :
Cawan platina
Tutup cawan platina
Plat pemanas
Furnace
Gelas Kimia 300 ml
Labu ukur 250 ml
Corong pendek
Pipet seukuran 100 ml
Corong Panjang
Batang pengaduk
Corong panjang
Cawan porslen
77
6.
II.
Eksikator
Bahan :
Na2O2
HCl pekat
HF
H2SO4
K2S2O3
NH4OH 25%
Asam mandalat serbuk
Asam mandalat 2%
Kertas saring teknis
Kertas saring No. 40
Aquadest
b. Cara Kerja
1. Ditimbang sampel dengan teliti
sebanyak 0,5 g, dan dimasukan
dalam zirkon yang telah berisi 3
gram Na2O2
2. Dihomogenkan hingga tercampur
merata
3. Dilebur dalam furnace pada suhu
900oC selama 3 jam
4. Didinginkan hasil peleburan, lalu
dimasukan ke dalam gelas kimia
gelas kimia 300 ml
5. Ditambahkan 150 ml air dan 3m ml
HCl pekat, lalu dipanaskan hingga
larut
6. Dimasukan kedalam labu ukur 250
ml,
ditandabataskan
dan
dihomogenkan (labu induk).
Penentuan % SiO2
a. Prinsip :
c.
Senyawa silika dalam pasir zirkon
dengan Na2O2 akan membentuk garam
rangkap yang mudah larut dalam HCl.
Penambahan NH4OH akan menghasilkan
SiOH yang larut dalam H2SO4. Pada
78
2 Na2SiO3 +
O2(g)
e.
Na2SiO3 + 2 HCl
H2SiO3 + 2
NaCl
f.
H2SiO3 + 4 NH4OH
Si(SO4)2
(g)
k.
l.
SiO2 + 2 SO3
SiO2 + 6 HF
H2O
m. H2SiF6
H2SiF6 + 2
SiF4(g) + 2
HF
n.
c. Cara Kerja :
1. Dipipet 100 ml dari labu induk di
prosedur sebelumnya (I.b.6) dan
dimasukan dalam gelas kimia 300
ml
2. Dipanaskan hingga suhu sekitar
80oC, lalu ditambahkan ammonia
berlebih
3. Disaring dengan kertas saring
teknis (filtrat dibuang)
4. Dilarutkan
kembali
endapan
dengan sedikit HCl, ditambah 10 ml
79
80
III.
t.
A = Berat setelah diabukan
u.
B = Berat setelah di HF
v.
W = penimbangan sampel
(gram)
Penentuan ZrO2
a. Prinsip :
w.
Senyawa zirkon dengan Na2O2
membentuk
garam
rangkap
yang
mudah larut dalam HCl. Penambahan
NH4OH akan membentuk Zr(OH)4 yang
larut dalam H2SO4. Larutan direaksikan
dengan NH4OH, endapan yang terjadi
dilarutkan
kembali
dengan
HCl,
kemudian direaksikan dengan asam
mandalat
yang
membentuk
Zr
mandalat. Endapan yang terbentuk
dipijarkan atau dioksidasi menjadi ZrO 2
dan ditentukan secara gravimetri.
b. Reaksi :
x.
2 ZrO2 + 2 Na2O2 2
Na2ZrO4 + O2
y.
Na2ZrO3 + 2 HCl
H2ZrO3 + 2 NaCl
z.
H2ZrO3 + 4 NH4OH
Zr(OH)4
aa.
+ 3 H2O + 4 NH3
Zr(OH)4 + 2 H2SO4
Zr(SO4)2 + 4 H2O
ab.
Zr(SO4)2 + 4 NH4OH
Zr(OH)4
+ 2 (NH4)SO4
ac.
Zr(OH)4 + 4 HCl
+ 4 H2 O
ad.
ZrCl4 + 4 H8C8O3
Zr(H8C8O3)4
ZrCl4
+ 4 HCl
81
ae.
1000
Zr(H8C8O3) + 34 O2
ZrO2 + 14 H2O + 32 CO2
c. Cara kerja :
1. Disatukan ke dalam gelas kimia
yang telah berisi filtrat penyaringan
sisa silikat yang telah dilebur dan
larut (II.c.7)
2. Diendapkan kembali dengan
ammonia berlebih dan disaring
dengan kertas saring teknis
3. Dilarutkan kembali endapan
dengan sedikit HCl
4. Ditambahkan 150 ml air dan 30 ml
HCl ke dalam gelas kimia dan
ditambahkan 16 gram asam
mandalat, lalu dipanaskan 30 menit
5. Didiamkan semalam, lalu disaring
dengan kertas saring No. 40
6. Dicuci endapan dengan air panas
dan asam mandalat 2%
7. Dimasukan ke dalam cawan porslen
yang telah ditimbang, lalu
diarangkan
8. Diabukan dalam furnace selama 1
jam dan ditimbang kembali
d. Perhitungan :
af.
ag.
% ZrO2 =
ah. Keterangan :
x 100 %
ai.
A = Berat cawan kosong yang
telah dipanaskan
aj.
B = Berat residu setelah
dipijarkan
ak.
W = Berat sampel (gram)
al.
am.
an.
82
ao.
ap.
4.4
Fosfat
Beker teflon
Labu ukur 100 ml
Labu ukur 25 ml
Spektrofotometer
Botol semprot
Labu erlenmeyer 250 ml tertutup
stearel
Bahan :
HF
HNO3
HClO4
Ammonium vanadat 0,25%
Ammonium molibdat 5%
HNO3 1:24
Asam sitrat EDTA (pH nentral)
b. Cara kerja :
1. Ditimbang sampel dengan teliti
sebanyak 0,2000 g dan dimasukan
ke dalam beker teflon
2. Dibasahi dengan sedikit aquadest,
ditambahkan 10 ml HF dan 5 ml
HNO3
3. Dipanaskan di atas plat pemanas
hingga kering
4. Ditambahkan 5ml HNO3 dan 2,5 ml
HClO4
5. Dipanaskan kembali hingga macakmacak
83
PO43-
(NH4)6Mo7O24.24H2O
NH4VO3
(NH4)6PO4NH4VO3.16MoO3
c. Cara Kerja :
1. Dipipet 10 ml dari larutan induk di
prosedur sebelumnya (I.b.9) dan
dimasukan ke dalam labu ukur
25ml
2. Ditambahkan ammonium vanadat
sebanyak 2,5 ml
3. Ditambahkan ammonium molibdat
sebanyak 2,5 ml setelah warnanya
memudar
4. Ditandabataskan
dengan
HNO3
1:24, kemudian dihomogenkan
5. Dibiarkan + 15 menit agar bereaksi
sempurna
84
III.
6. Diukur
absorbannya
dengan
spektrofotometer dengan panjang
gelombang 460 nm.
Pemeriksaan posfat CAS
a. Prinsip :
g.
Ion ortoposfat yang tidak
larut dalam asam sitrat direaksikan
dengan
ammonium
vanadat
dan
ammonium molibdat dalam suasana
HNO3
akan
membentuk
senyawa
kompleks yang berwarna kuning. Warna
kuning
yang
terbentuk
diukur
absorbannya dengan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 460 nm.
b. Reaksi :
h.
PO43+
NH4VO3
+
(NH4)6Mo7O24.24H2O
(NH4)6PO4NH4VO3.16MoO3
c. Cara Kerja :
1. Ditimbang masing 12,5 g asam
EDTA dan 25 g asam sitrat ke
dalam gelas kimia yang berbeda
2. Dicampurkan
larutan
dan
diencerkan hingga 1L, setelah
keduanya larut sempurna.
3. Diatur pHnya hingga netral
4. Ditimbang sampel dengan teliti
sebanyak 0,5000 g dan dimasukan
kedalam labu erlenmeyer tertutup
yang telah berisi 100 ml asam sitrat
EDTA yang telah diatur pHnya
5. Dipanskan sambil terus diaduk
pada suhu 60oC selama 1 jam
(pengadukan
dibantu
menggunakan sterarel)
6. Didinginkan
sebentar,
lalu
dimasukan ke dalam labu ukur 250
ml
7. Ditandabataskan
dan
dihomogenkan
85
4.5
Lime Stone
86
1. Bahan :
II.
HCl pekat
Kertas whatman No. 40
HCl pekat
HF analitis
H2SO4 1:1
Kaliumpyrosulfat
EDTA 0.02 M
Trietanolamin
Indikator Calcon
NaOH (padatan)
EDTA 0.02 M
Trietanolamin
Indikator EBT
NH4OH 1 : 1
b. Cara Kerja :
2. Ditimbang sampel dengan teliti
sebanyak 0,5000 g dan dimasukan
ke dalam gelas piala 200 ml
3. Dibasahi dengan sedikit aquadest
dan ditambahkan 15 ml HCl pekat
4. Dipanaskan di atas plat pemanas
sampai kering
5. Didinginkan sebentar, lalu
ditambahkan lagi 10 ml HCl dan
dipanaskan hingga tak bereaksi
6. Diencerkan hingga volume 100 ml,
kemudian didihkan
7. Disaring dengan kertas whatman
No. 40, dan ditampung filtratnya ke
dalam labu ukur 250 ml (larutan
induk).
8. Dipakai residu untuk penetapan
SiO2, sedangkan filtrat digunakan
untuk analisis lainnya(labu induk).
Pemeriksaan SiO2
a. Prinsip :
87
c.
Silikat dan senyawa lain yang
masih belum larut dengan pelarutan
asam,
dipisahkan
dengan
jalan
penyaringan.
Dengan
penambahan
H2SO4
1:1
senyawa
pada
waktu
pemijaran diubah menjadi oksidaoksidanya. Dengan penambahan HF,
maka silikat akan membentuk senyawa
SiF4 yang akan menguap pada waktu
pemijaran. Kadar SiO2 dihitung dari
selisih
sebelum
dan
sesudah
penambahan HF.
b. Reaksi :
d.
SiO2 + 6 HF H2SiF6 + 2 H2O
SiF4(g) + 2HF
e.
H2SiF6
f.
c. Cara Kerja :
1. Dari proses pelarutan sampel dan
penyaringan
pada
prosedur
sebelumnya(I.b.7), dicuci endapan
dengan aquadest panas, kemudian
dimasukan dalam cawan platina
2. Diarangkan di atas maker, lalu
dipijarkan dalam furnace dengan
suhu 900oC selama 1 jam
3. Didinginkan
dalam
eksikator
selama + 15 menit, dan ditimbang
(a gram)
4. Dibasahi dengan sedikit aquadest,
ditambahkan 3 ml HF dan 1-2 tetes
H2SO4 1:1
5. Dipanaskan di atas pelat pemanas
hingga kering (penambahan HF
dilakukan beberapa kali hingga
larut sempurna)
6. Diasapkan sisa sulfat di atas Fisher,
lalu dipijarkan kembali di dalam
furnace selama 15 menit dan
didinginkan
88
III.
p.
Mg2+ + 2 NaOH
Mg(OH)2 + 2 Na+
q.
Ca2+ + 2 Hin-
CaY2- + Hin89
c. Cara Kerja :
1. Dipipet 10 ml dari larutan induk di
prosedur sebelumnya (II.c.9) dan
dimasukan
ke
dalam
labu
erlenmeyer 250 ml
2. Ditambahkan
NaOH
padatan
sebanyak 3 butir sambil dikocok
hingga larut
3. Ditambahkan
trietanolamin
sebanyak 2.5 ml
4. Ditambahkan
indikator
Calcon
(hingga larutan berwarna merah
anggur)
5. Dititrasi dengan larutan EDTA
0,02M hingga terjadi perubahan
warna menjadi biru jelas
d. Perhitungan :
s.
ml penitrasi x M EDTA x BM x Fp
t. =
% CaO
Mg Sampel
u.
Keterangan :
v.
Ml penitrasi
pemakaian EDTA
: volume
V . Labu
V . pipet )
IV.
z.
aa.
Pemeriksaan MgO secara kompleksometri
a. Prinsip :
ab. Logam Ca2+ dan Mg2+ dapat
membentuk kompleks dengan EDTA
pada pH 10. Pada tahap pertama akan
terbentuk atau terjadi antara indikator
90
Mg2+ + H2Y
MgIn2-
MgIn- + H2Y2
MgY2- + Hin-
(biru) + H+
c. Cara kerja :
1. Dipipet 10 ml dari larutan induk di
prosedur sebelumnya (II.c.9) dan
dimasukan
ke
dalam
labu
erlenmeyer 250 ml
2. Ditambahkan NH4OH 1 : 1 sebanyak
2,5 ml
3. Ditambahkan
trietanolamin
sebanyak 2,5 ml
4. Ditambahkan indikator EBT hingga
larutan berwarna merah anggur
5. Diencerkan
dengan
sedikit
aquadest
6. Dititrasi dengan larutan EDTA 0,02
M hingga larutan berubah warna
menjadi biru jelas
d. Perhitungan :
91
af.
(VbVa) x M EDTA x BM x Fp
ag.MgO =
%
Mg Sampel
ah.
ai.
Keterangan :
aj.
Va
: Volume
EDTA yang diperlukan untuk CaO (ml)
ak.
Vb
: Volume
EDTA yang diperlukan untuk MgO (ml)
al. M penitrasi
EDTA (0.02 M)
: konsentrasi
am. BM
MgO (40,31)
an. Fp
Berat
molekul
faktor
V . Labu
pengenceran ( V . pipet )
ao.
4.6
Batu Bara
Cawan porslen
Drying oven
Furnace
Plat pemanas
Neraca analitis
Eksikator
92
Bahan :
HCl
NH4OH
Metil merah
BaCl2
Kertas whatman No. 42
c. Cara Kerja :
1. Dipanaskan cawan kosong dalam
oven selama 15 menit
2. Didinginkan dalam eksikator selama
15 menit dan ditimbang ( A gram)
3. Ditambahkan sampel sebanyak + 1
gram ( B gram)
4. Dipanaskan dalam oven selama 1
jam, lalu didinginkan kembali di
dalam eksikator selama 15 menit
5. Hasil pengeringan ditimbang kembali
( C gram)
6. Dimasukan ke dalam furnace selama
1-2 jam
7. Didinginkan dalam eksikator dan
ditimbang kembali ( D gram)
d. Perhitungan :
BC
% H2O- = BA x
% L.O.I =
Keterangan :
93
CD
CA
II.
Penentuan SO3
a. Prinsip :
b. Reaksi :
94
10.
Disaring dengan kertas
Whatman No. 42 dan dicuci
dengan aquadest panas hingga
bebas Cl (diuji dengan
manampung sedikit filtrat di
tabung reaksi dan ditambahkan
AgNO3, jika masih terdapat
endapan putih artinya Cl masih
ada)
11.
Dimasukan residu ke dalam
cawan porselen yang telah
dipanaskan dan ditimbang
12.
Diarangkan dan dimasukan ke
dalam furnace hingga putih.
d. Perhitungan :
BA
% SO3 =
x
W
Keterangan :
A
= Berat cawan kosong
yang telah dipanaskan
B
= Berat residu setelah
dipijarkan
W
= Berat sampel
( gram )
Ar SO3
0,3411
= Mr BaSO 4
4.7
Mangan
Senyawa
MnO2
bereaksi
dengan garam natrium oksalat (H2C2O4)
dalam
suasana
sulfat
(H2SO4)
menghasilkan MnSO4, CO2, dan H2O.
Kelebihan H2C2O4 di titrasi dengan lar.
KMnO4 0,1 N.
95
b. Reaksi :
+ 10 CO2
c. Alat dan bahan sudah meliputi
pemeriksaan MnO2 dan Mn total
Alat :
Labu erlenmeyer 250 ml
Penampung (beker gelas)
Buret
Statif, tegel, klem
Pipet seukuran 25 ml
Plat pemanas
Neraca analitis dengan ketelitian 4
desimal
Labu erlenmeyer 1000 ml
Bahan :
KMnO4 0,1 N
Na2C2O4 0,1 N
H2SO4 1 : 1
ZnO
d. Cara Kerja
1. Di timbang sampel dengan teliti
sebanyak 0,1000 gram
2. Ditambahkan 25 ml Na2C2O4 0,1 N
3. Dipanaskan dengan suhu sekitar
60oC hingga larut
4. Dititrasi dengan KmnO4 0,1 N
hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah muda yang
warnanya bertahan 30 detik
e. Perhitungan :
( AB ) x N penitrasi x BM x Fp
% MnO2 =
W
96
II.
Keterangan :
A
= volume
pemakaian blanko
B
= volume pemakaian
sampel
N
= konsentrasi KMnO4
BM
= berat molekul MnO2
(43,469)
Fp
= faktor pengenceran
W
= berat sampel (Mg)
Penentuan Mn Total
a. Prinsip :
b. Reaksi :
5 MnO2 + K2SO4 + 2
H2SO4
5 ZnSO4 + 6 MnSO4 + 4 KMnO4 +
14
H2O
4KHS
O4 +
7H2S
O4 +
5
ZnH2
+
97
2MnO
3
c. Cara kerja :
1. Ditimbang 0,5 gram contoh batuan
mangan,
dimasukkan
ke
dalam
mL
HCl
pekat,
larut,
encerkan
ditandabataskan
dan
dihomogenkan.
5. Dipipet 25 mL dari larutan induk
diatas,
masukan
ke
dalam
keruh),
lalu
diencerkan
lalu
dtitrasi
dalam
Titrasi
sampai
TA
yang
98
ml x N penitrasi x BM x Fp
3
% Mn Total =
W
Keterangan :
Ml
= Volume Pemakaian
KMnO4 0.1004 N
N
= konsentrasi KMnO4
BM
= berat molekul Mn
(16,4814)
Fp
= faktor pengenceran
W
= berat sampel (Mg)
H2SiF6
SiF4
(g)
+ 2HF(g)
Alat :
Cawan platina
Neraca analitis dengan ketelitian 4
desimal
Eksikator
Furnace
Plat pemanas
Bahan :
HF
HCl
d. Cara kerja :
99
% SiO
2 =
BC
Keterangan :
BA x 100 %
A
= Berat platina kosong
B
= Berat platina + endapan
sebelum di HF
C
= Berat platina + endapan
setelah di HF
I.Penentuan % H2O-
100
a. Prinsip :
Alat :
Cawan porslen
Drying oven
cawan ( B gram)
% H2O- =
BC
BA
Keterangan :
101
BAB 5
Hasil Analisis
5.1 Bauksit
o
Sampel
3
507
3
508
3
509
3
510
3
511
3
512
3
513
3
514
3
515
3
516
3
517
3
518
3
519
Al
2O3
iO2
(%
T
)
otal
(
%)
47
1
.53
5.00
53
8
.4
.78
32
4
.00
0.2
38
2
.70
4.2
48
1
.77
4.30
52
8
.18
.62
36
2
.02
6.2
32
3
.35
7.0
41
1
.72
9.58
54
7
.51
.88
30
3
.95
7.9
36
2
.34
6.5
46
1
.00
9.64
iO2
iO2
B
ebas
(
%)
1
0.98
6
.19
3
2.6
6
.03
1
0.14
7
.24
8
.51
2
5.1
1
1.77
5
.44
3
0.6
6
.07
1
1.29
R
eaktif
(
%)
4.
02
2.
59
7.
60
1
8.17
4.
16
2.
38
1
7.69
1
1.90
7.
81
2
1.44
7.
30
2
0.4
7.
75
iO2
e2O3
(
%)
%)
.898
.673
.781
.848
.884
.635
.681
.138
.922
.530
.983
.758
.862
102
520
521
522
524
525
526
527
528
530
37
004
005
2
6.3
.4
4
5.4
25
5
.83
7.0
.32
4
.30
3
5
.46
.68
40
5
.04
0.
.578
9.
.818
10
.3
4.50
54
529
.31
3
48
.814
5.
2.6
6.0
47
3
.254
79
5
.16
3
39
.83
1.7
.70
3
.60
3
30
0.5
0.23
.30
0
.590
.26
3.00
5
2.
4.0
6.02
54
81
.51
3
.33
3
5.8
47
4
.83
7.6
38
523
.34
3
32
7
1.64
.54
3
.91
3
52
.939
1
9.70
5.
04
1.
85
1
0.70
1
9.76
.880
.889
.698
.116
.128
3.5
33
.0
.99
5
1.2
3
.38
No
Sampel
3767
3768
ZrO2
SiO2
TiO2
(%)
66.8
68.1
(%)
8.75
8.75
(%)
4.85
2.33
103
4538
4539
4540
4541
36.8
39.76
62.08
63.24
1.6
16.94
15.54
30.54
1.33
1.06
1.97
1.48
o
Sampel
iO2
O3
T
otal
T
iO2
%)
O5
.O.I
%)
%)
%)
%)
(
%)
4
019
255
255
2.2
6
A
6
B
.80
.64
1.
.27
0
.40
315
2
7.74
0.
68
7.98
1.
361
0.
0191
0.
0220
0
.064
0
.54
0
.16
0
.56
0
.33
5.4 Kalsium
Tabel 5.4 Analisis sampel kalsium
CaCO3
o
Sampe
l
4
089
98.4
L.O
(%)
Ca
.I
(%)
(%)
55.
43.
H2O
(%)
4.49
o
Samp
Fe
tot
FeO
Fe2
O3
SiO2
TiO2 P2O
5
S
tot
L.O.
I
H2
O104
el
al
(%)
4
398
36.3
0
4
399
47.5
5
378
21.2
5
379
34.7
5
380
43.3
5
381
24.9
5
382
39.7
5
383
25.7
5
384
19.8
3
5
385
36.9
5
386
36.9
(%)
14.7
3
12.7
5
11.8
6
12.6
0
10.4
2
13.4
7
19.0
4
12.0
3
11.8
6
17.5
1
15.0
9
(tota
l)
(%)
1.7
(%)
(%)
53.7
4
17.1
3
19.5
6
50.3
(%)
35.5
2.0
al
(%)
(%)
(%)
0.17 0.7
6
0.19 33.
01
0.1
2
0.1
1
43.3
3.39
-
40.4
6.51
-
18.9
3.59
-
20.6
40.4
4.25
-
35.6
25.1
7.16
-
23.4
33.6
5.03
-
15.1
7
33.3
49.6
3.18
-
23.2
7.11
-
36.0
20.0
6.14
-
105
387
22.9 10.0
6
388
36.3 9.88
389
26.2 8.75
390
16.2 8.35
0
391
26.5 11.4
392
44.4 19.7
6
393
13.1 8.44
2
394
20.9 11.1
0
4
395
47.2 14.0
1
438
32.7 19.4
6
0
439
32.2 17.0
0
6
440
29.9 13.4
6
7
441
54.7
4
442
4.64
-
21.6
45.5
3.30
-
40.9
31.1
13.8
8
25.5
41.5
25.3
35.9
46.7
5.97
4.44
2.95
-
32.9
7.40
9.38
54.8
5.26
10.1
8
1.99
-
17.5
0
51.9
43.4
3.67
-
5.90
9.12
-
25.2
8
27.0
8
27.8
6
78.2
6
6.63
15.95 25.6
2
24.85 14.3
6
27.35 13.3
7
0.9
12.5
6
0.9
20.5
0.1
3
0.0
9
0.1
1
2.2
1
0.0
0.04
2
0.03
4
0.01
8
0.02
1
0.16
0.6
0
1.4
4
0.2
8
11.
85
11.
106
443
64.1 17.7 71.9
2
8
1
7.85
17.0 0.0
5
6
22
0.01 0.0
9
6
5.6 Fosfat
Tabel 5.6 Analisis Batuan Fosfat
o
Sampe
l
4
659
4
660
4
661
4
662
4
663
4
664
4
665
4
666
4
667
4
668
4
669
P2
O5
total
(
%)
4
1.23
2
7.89
4
5.01
2
8.89
7
6.46
3
3.20
3
1.76
2
6.61
1
8.12
2
9.53
2
9.24
P2
O5 CAS
(
%)
SiO2
Total
(%)
41.0
9.08
9.24
0.01
9.88
0.57
9.78
2.91
7.7
3.78
9.58
3.18
8.1
7.77
9.14
0.57
9.98
2.40
19.
19.
18.
19.
18.
19.
23.
18.
18.
18.
90
2
4.69
52
2
97
2
20.
23
1
30
2
15
2
12.
37
2
(%
04
2
(%)
5
2
O2
62
0.98
2
2
Ti
3.12
L.O.
10.6
8
2
06
10.0
107
670
7.21
4
671
672
673
674
675
C
RM
5
175
5
176
5
177
5
178
5
179
9.78
9.04
18.
18.
14.
19.
43
8.46
1.89
2
19.
91
2
1.47
8.70
4
9.52
06
2
0.95
9.86
4
70
6.04
6.51
4
3
4.57
3.69
63
2
8.75
2.57
3
8.8580
3
5.53
3
6.24
3
0.96
3
3.38
2
6.57
3
6.6797
1
9.56
2
8.10
6.
63
1
5.65
1
1.99
10.5
23
24.4
14.
85
20.6
34
27.7
1.9
5
15.
1.7
5
14.
55
26.8
1.4
5
15.
5
21.6
1.3
9
9.1
96
1.4
8
5.7 Gipsum
Tabel 5.7 Analisis Gipsum
No
Sampel
SO
(%
46
86
87
46
63.
23.
27.
28.
36.
2
55.
6
46
88
48.
(%
)
9
46
Ca
2
32.
L.
gO
O.I
(%
(%
)
)
0.
27
71
.2
0.
16
78
.59
0.
14
78
.62
1.
25
Si
O2 Total
(%
)
1.
58
0.
08
0.
04
4.
108
89
46
90
91
92
32.
93
19
17
0.
26
.09
2.
0.
80
17
5.
.28
05
39.
11
3.
06
.87
72
5
40.
2.
3
42.
.30
61
35.
4
46
1
43.
18
40.
0
46
44.
2
46
0.
36
17
.04
0.
54
o
Samp
el
aO
gO
(
%)
.O.I
(
%)
S
iO2
P2O5
(%)
0.
0.11
0.
0.24
0.
0.22
0.
0.04
0.39
0.62
0.12
0.59
0.11
%)
T
otal
(
%)
600
601
602
603
5
604
5
605
5
606
5
607
5
608
56
6.04
2
0.68
3
4
6.33
9.83
9.83
5
2
1.89
0.73
5
0.40
5
12
4
5.80
2
60
4
1.68
0.76
6.46
14
2.
0.
4.
5
44
47
04
4.28
2.
0.
4.
5
98
79
47
1.64
3
2
4
0.
1.96
0.16
6.18
50
3
2
4
0.
0.40
0.07
5.30
80
3
2
4
0.
1.12
1.16
6.66
06
109
5
609
3
0.56
1.36
6.54
0.
0.04
5.9 Laterit
Tabel 5.9 Analisis Laterit
o
Sampel
N
i
S
iO2
%)
M
gO
T
otal
aO
(
%)
o
(
%)
L
.O.I
0.
%)
(
%)
453
454
455
457
458
459
461
462
463
464
4.8
3
9.9
4
0.
1
1.51
0.
013
0
1
3.26
018
0
1
3.07
0.
.82
2
015
0
1
2.61
0.
.72
2
011
0
1
2.65
0.
.90
2
08
0
5.3
5.7
0
1
3.03
0.
.83
2
.27
5
2.1
0
14
1
1
2.70
0.
.05
8.1
1.3
.34
5
0.5
3
015
0
1
2.44
0.
.77
3
015
0
4.8
9.3
0
1
2.85
0.
.94
2
.30
5
.28
5
4.9
0
014
0
1
2.60
0.
.75
4.5
2.3
0
.23
5
4.7
012
0
0.
.86
2
1.81
019
0
2.2
3.2
0
460
.31
5
.76
2
024
0
6.7
2.3
.32
5
.92
2
3.7
2.4
0
.70
.31
5
.30
5
2.5
0
1
8.60
9.4
0
456
.25
5
3
8.3
.29
5
.24
5
1
2.44
0.
1
110
465
.24
5
466
467
469
5
470
473
5
474
475
476
4.0
5
477
0.6
.32
5.8
2.2
0.
0.
.84
1
3.93
015
0
1
2.86
013
0
1
3.05
0.
.78
3
014
0
1
6.77
0.
.71
0.9
015
0
1
2.36
0.
.85
3
.27
2.9
017
0
1
1.64
0.
.71
3.0
.29
019
0
1
1.14
0.
.93
3
3
7.1
1.5
.29
5
3
6.5
020
0
1
0.30
0.
.74
0.4
.31
033
0
1
0.60
0.
.87
2
3
4.1
4.9
.44
5
3
7.1
017
0
1
0.25
0.
.88
1.9
472
7.5
.16
5
013
0
0.
.74
1.
1.64
011
0
75
471
6.3
.88
2
6.9
.23
5
9.8
013
.74
2
.29
3.2
4
3.7
.15
1.2
.32
5
4.4
0
468
.28
5
4.9
0
.23
6.3
1
1.17
0.
015
1
1.72
5.10Pasir Kuarsa
Tabel 5.10 Analisis Pasir Kuarsa
o
Samp
el
Al
iO2
O3
otal
a2O
(
%)
.O.I
(
%)
H
2O
%)
iO2
(
%)
%)
(
%)
0.
0.
111
937
7.1
5
938
941
942
943
944
945
946
947
948
349
0.
0.
0.
0.
0.
0.
0.
0.
0.
033
0.
030
.89
9
350
4.72
0
.077
.04
9.10
.15
9
356
.063
.18
9.34
6
0
.63
355
.08
7.5
6
6.49
6
27
9
34
0.
9.5
6
17
9
0.
30
0.
9.3
5
54
9
047
0.
9.2
5
06
9
025
0.
9.7
5
11
9
040
0.
9.6
5
13
9
035
0.
9.5
5
059
9
034
0.
9.7
5
064
9
040
0.
9.6
5
057
9
0.
030
0.
9.5
5
054
9
940
0.
5.8
5
031
072
9
939
0.9
5
066
0
.027
.04
0
.029
5.11Mangan
Tabel 5.11 Analisis Mangan
o
Sampe
M
M
L
nO2
n Total
.O.I
(
(
(
S
iO2
S
Total
O5
(
112
%)
%)
%)
otal
%)
%)
(
%)
304
304
6
A
6
B
8
6.41
5
2.94
8
6.41
6.
.76
5
4.77
08
9
.014
6.
.76
36
0
.725
0
.034
0
.0714
5.12Clay Mineral
Tabel 5.8 Analisis Clay Mineral
No
Sampel
SiO2
Total
(%)
(%)
(%)
(%)
75.3
15.6
4.89
0.24
636
3
8
636
47.9
24.1
1.65
46.4
12.4
1
2.40
2
636
3.64
1.00
5.62
71.8
6.83
0.76
2
12.3
7.58
2
79.7
0.20
2
27.1
0
637
0.19
2
57.5
0.55
5
5
636
0.06
6.77
6
46.5
6
636
TiO2
6
636
L.O.I
5
91.5
6
636
H2O-
0.57
2
3.46
4.94
0.39
113
8
637
5
93.9
2
637
18.9
0.88
3
69.0
0.01
4
27.2
8
7.76
0.55
3
BAB 6
6.1 Kesimpulan
114
115
6.2 Saran-saran
1. Saran untuk Industri :
a. Praktek kerja lapangan (PKL) yang di adakan di industri
maupun di lembaga penelititan oleh masing-masing
sekolah ditujukan agar siswanya dapat betul-betul
merasakan praktek pada dunia kerja yang sebanarnya
serta untuk mencoba berbagai analisis baik secara
konvensional maupun instrumental yang tidak di ajarkan
di sekolah. Oleh karena itu akan lebih baik jika siswa
diberi kesempatan untuk mencoba berbagai alat
instrumen besar yang digunakan, misalnya : AAS.
b. Sebaiknya uji kompetensi pada siswa yang sedang
praktek kerja tidak hanya uji praktek di laboratorium saja,
akan tetapi dilakukan juga presentasi di hadapan
pembimbing agar dapat dinilai sejauh mana siswa
menguasai hasil praktek kerjanya.
2. Saran untuk sekolah :
a. Penjelasan mengenai tatacara penulisan laporan kerja
praktek hendaknya lebih dilengkapi sehingga mengurangi
dan mengatasi kesulitan pada saat penyusunan laporan.
b. sebelum melaksanakan kerja praktek, hendaknya siswa
diberikan keterampilan yang memadai untuk menunjang
kelancaran praktek kerja di industri ataupun lembaga
penelitian.
116
Daftar Pustaka
http://anitanurdianingrum.blogspot.com
http://bumi-is-earth.blogspot.com
117
Lampiran Gambar
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
o
Samp
el
l
EDTA
0.02
M
3
507
1
0.00
1
0.00
1
3.97
1
0.00
1
1.86
1
0.00
1
0.00
1
0.00
1
2.70
1
0.00
1
3.85
1
0.00
1
0.91
1
0.00
6.9
1
4.29
14.
1
0.00
3
510
3
511
3
512
3
513
3
514
3
515
3
516
3
517
V.
Akhir Pemakai
an
(
ml)
3
509
1
0.00
3
508
V.
Awal
(ml)
9
.08
9.0
8
7
.25
7.2
5
13.
97
11.
86
8
.70
8.7
0
7
.63
6
.90
7.6
12.
70
13.
85
10.
91
29
Peni
mbangan
Samp
el
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
F
p
%
Al2O
3
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
47.5
3
53.4
32.0
0
38.7
0
48.7
7
52.1
8
36.0
2
32.3
5
41.7
2
54.5
1
30.9
5
3
518
1
0.00
1
2.60
1
0.00
1
0.00
1
0.00
1
3.79
1
0.00
1
1.97
1
0.00
1
0.00
1
0.00
2
0.00
1
9.55
1
0.00
1
0.00
1
0.00
1
3.36
1
0.00
1
2.29
3
519
3
520
3
521
3
522
3
523
3
524
3
525
3
526
3
527
3
528
3
529
3
530
12.
60
9
.57
9.5
7
7
.40
7.4
0
13.
79
11.
97
9
.15
5
6
.90
9.1
6.9
14.
4.4
4
19.
55
8
.89
8.8
9
6
.96
6.9
6
13.
36
12.
29
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
36.3
4
46.0
0
52.9
1
32.5
4
38.3
4
47.3
3
54.5
1
30.6
0
39.7
0
48.1
6
54.3
1
40.3
0
37.3
2
N . awal
o. Lab
(
ml )
V.
Akhir
(m
l)
5
438
.00
5
439
.00
383
.00
384
6.6
0
.00
5
8.3
0
6.8
0
.00
382
7.5
0
.00
381
9.4
0
.00
380
5.7
0
.00
379
22.
90
.00
378
1.7
5
.00
443
19.
55
.00
442
10.
70
.00
441
11.
50
.00
440
11.
70
.00
439
9.0
0
12.
.00
438
90
6.1
2
.00
605
7.5
0
8.7
V.
Pemakai
an
K2Cr2O7
0.05 N
(m
l)
6.1
2
5.9
0
9.0
0
11.
70
11.
50
10.
70
19.
55
1.7
5
22.
90
5.7
0
9.4
0
7.5
0
6.8
0
8.3
0
6.6
0
7.5
0
8.7
Peni
mbangan
Samp
el
( mg
)
F
p
200
200
500
100
100
100
100
100
100
200
200
200
200
200
200
200
200
Fe
total
1
4.18
1
2.95
1
0.14
2.76
2.20
9.96
4.74
.90
4.12
1
1.83
1
2.5
1
1.9
1
8.00
1
6.4
1
6.9
1
1.9
1
3
3
5
3
3
2
5
4
6
3
5
4
3
4
3
4
4
385
.00
5
386
387
.00
5
390
391
392
393
394
395
.00
5.6
4.3
0
0
0
10.
95
4.3
.00
5
0
0
6.6
0
10.
.00
5
95
0
4.3
0
6.6
.00
5
0
0
6.5
0
4.3
.00
5
0
0
11.
10
6.5
.00
5
0
0
6.1
0
11.
9.1
10
0
0
6.1
.00
389
0
0
9.1
.00
388
0
0
.00
5
5.6
0
11.
20
2. Penentuan % FeO
11.
20
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
8.9
1
5
0.8
1
0
3
4.1
1
0
6
2.0
1
0
3
6.3
1
0
2
4.0
1
0
3
6.9
1
0
6
1.2
1
0
2
4.0
1
0
3
1.3
1
0
6
2.6
V.
Pemakai
an
K2Cr2O7
0.05 N
(m
l)
5.4
0
4.7
5
3.7
5
4.9
5
6.6
0
9.8
0
5.8
0
7.5
0
10.
6
6.7
0
6.6
0
9.7
5
8.4
0
5.6
0
5.5
0
3.2
0
4.6
5
6.2
0
11.
00
4.7
0
6.2
0
7.8
0
V.
awal
(
ml )
N
o. Lab
438
381
382
383
384
385
386
387
388
389
390
391
392
393
394
00
6.2
0
0.
4.7
00
5
11.
00
0.
6.2
00
5
395
0.
4.6
00
5
0.
3.2
00
5
0.
5.5
00
5
0.
5.6
00
5
0.
8.4
00
5
0.
9.7
00
5
0.
6.6
00
5
0.
6.7
00
5
0.
10.
00
5
0.
7.5
00
5
0.
5.8
00
5
0.
9.8
00
5
6.6
0.
4.9
5
00
5
3.7
5
0.
380
00
5
0.
4.7
5
0.
379
00
5
0.
5.4
0
0.
378
00
5
0.
00
443
00
440
0.
00
439
V.
Akhir
(m
l)
7.8
Peni
mbangan
Samp
el
( mg
)
100
100
100
100
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
200
%
FeO
19
.40
17
.06
13
.47
17
.78
11
.86
17
.60
10
.42
13
.47
19
.04
12
.03
11
.86
17
.51
15
.09
10
.06
9.
88
5.
75
8.
35
11
.14
19
.76
8.
44
11
.14
14
.01
No
. Lab
43
43
54
54
54
54
54
54
98
99
38
39
40
41
42
43
Berat
(A
gram )
25.306
3
25.495
3
36.347
6
34.553
2
36.862
1
25.502
4
25.265
1
25.275
5
Berat
(B
gram )
25.302
9
25.491
3
36.315
7
34.503
5
36.807
4
25.500
6
25.263
3
25.259
8
(gram
)
SiO2
0.2
1.77
0.2
0.2
15.95
0.2
24.85
0.2
27.35
0.2
0.90
0.2
0.90
0.2
7.85
No
Sampel
4398
4399
5438
5439
5440
5441
5442
A
(gram
)
15.812
1
16.089
2
14.853
4
16.209
1
15.907
2
15.663
5
14.657
3
B
(gram
)
16.857
5
17.130
9
15.896
8
17.290
8
17.028
0
16.759
4
15.789
3
C
(gram
)
16.777
8
16.787
0
15.890
6
17.275
2
17.024
8
16.629
5
15.662
3
%
L.O.I
0.76
33.0.1
0.60
1.44
0.28
11.85
11.22
5443
16.177
1
17.238
8
17.238
1
0.06
5. Penentuan % H2O
No
Sampel
4398
4399
A
(gram
)
16.176
8
14.629
8
(gram
)
17.491
9
15.957
5
C
(gram
)
17.490
3
15.956
1
%
H2O-
0.12
0.11
6. Penentuan S total
No.
Lab
439
439
543
543
544
544
544
544
Berat
(A
gram )
14.547
9
15.902
3
14.337
6
14.788
2
15.661
9
14.629
1
16.208
2
16.176
4
Berat
(B
gram )
14.554
3
15.909
2
14.340
7
14.790
7
15.663
2
14.630
6
16.209
4
16.177
8
(gram
)
0.5
0.5
%
S total
0.17
0.19
0.042
0.034
0.018
0.021
0.016
0.019
C. Pasir Zircon
1. Penentuan % ZrO2
No.
Berat
Berat
Lab
459
459
454
454
366
366
(A
gram )
15.904
7
15.855
3
14.547
4
14.568
5
13.664
4
15.846
5
(B
gram )
16.088
7
16.054
1
14.857
8
14.884
7
13.998
4
16.187
0
(gram
)
0.5
ZrO2
36.8
0.5
39.76
0.5
62.08
0.5
63.24
0.5
66.8
0.5
68.1
(gram
)
0.5
0.5
0.5
0.5
(gram
)
0.5
0.5
No.
Lab
459
459
454
454
Berat
(A
gram )
25.284
7
25.389
9
35.342
9
25.648
6
Berat
(B
gram )
25.279
4
25.305
2
35.265
2
25.495
9
SiO2
1.60
16.94
15.54
30.54
D. Posfat
1. Penentuan SiO2
No.
Lab
465
9
466
0
Berat
(A
gram )
34.265
4
35.345
8
Berat
(B
gram )
34.245
3
35.300
4
SiO2
4.02
9.08
466
466
466
466
466
466
466
466
466
467
467
467
467
467
467
517
517
517
517
517
32.561
0
34.561
6
35.349
1
34.747
5
34.189
0
33.622
8
37.226
3
37.015
4
36.416
0
36.013
0
36.894
4
34.549
6
36.356
1
35.309
6
33.737
4
25.617
9
33.656
6
34.253
0
34.607
9
37.116
0
32.514
8
34.512
2
35.300
2
34.709
0
34.141
1
33.582
3
37.180
6
36.965
5
36.362
6
35.963
0
36.846
8
34.500
7
36.310
9
35.267
3
33.684
8
25.495
7
33.553
3
34.144
7
34.473
6
36.977
2
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
9.24
9.88
9.78
7.7
9.58
8.1
9.14
9.98
10.68
10.00
9.52
9.78
9.04
8.46
10.52
24.44
20.66
21.66
26.86
27.76
No
Sampel
4659
4660
4661
4662
4663
4664
4665
4666
4667
4668
4669
4670
4671
4672
4673
4674
4675
5175
5176
A
(gram
)
14.335
5
14.550
0
15.747
1
15.923
3
15.906
4
16.208
1
15.042
0
15.906
4
15.906
3
15.209
0
15.906
3
16.176
0
14.550
4
14.655
6
16.015
2
15.855
8
15.043
1
16.207
1
15.855
B
(gram
)
15.577
8
15.830
0
16.897
5
16.941
0
16.925
8
17.474
6
16.130
0
16.928
7
16.929
1
17.237
1
16.944
0
17.199
0
15.563
0
15.679
7
17.065
6
16.878
5
16.110
4
17.247
8
16.901
C
(gram
)
15.421
0
15.567
6
16.678
5
16.743
9
16.740
8
17.230
2
15.931
6
16.724
6
16.688
5
17.042
9
16.756
6
17.007
7
15.370
0
15.486
0
16.872
0
16.729
2
15.905
2
17.093
2
16.805
%
L.O.I
12.62
20.5
19.04
19.37
18.15
19.30
18.23
19.97
23.52
18.90
18.06
18.70
19.06
18.91
18.43
14.63
19.23
14.85
9.15
5177
5178
5179
9
14.569
8
16.209
1
15.044
6
3
15.636
9
17.308
4
16.132
7
6
15.471
0
17.150
8
15.952
6
15.55
14.34
15.96
E. Lime Stone
1. Penentuan % CaO secara Kompleksometri
N
o. Lab
V
. awal
(
ml )
V.
Akhir
(m
l)
5
600
0.00
5
601
602
.00
4
.00
500
500
5.7
500
5.4
500
500
500
500
500
5.5
5.4
6.8
0
8.4
500
0
0
0.4
5
6.8
500
45
0
500
5
17.
500
2
11.
0.5
55
1
689
690
2.00
4
5.4
Peni
mbangan
Samp
el
( mg
)
2
6
609
.00
5
40.
70
608
.00
5
34.
40
607
5.00
5
33.
50
606
4.00
5
32.
65
605
3.00
5
26.
80
604
7.00
5
21.
48
603
1.48
5
15.
42
6.00
5
V.
Pemakai
an EDTA
0.02 M
(m
l)
5.4
2
5.4
8
5.3
2
5.6
5
8.4
0
%
CaO
2
5
0.40
2
0.73
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
5
2
9.83
1.68
2.
80
2.
24
3
1.96
3
0.40
3
1.12
3
0.56
3
8.10
4
7.10
4
691
.00
4
692
0
0
693
90
.00
4
12.
90
8.0
0
0
.00
12.
8.0
0
7.8
0
7.8
0
500
500
500
5.20
2
2
4
4.90
4
3.7
N
o. Lab
V
. awal
(
ml )
V.
Akhir
(m
l)
5
600
.00
5
601
602
608
609
10.
8
1
0.08
21.
10
.00
5
10.
70
0.70
5
21.
25
607
.00
5
10.
45
606
0.45
5
21.
25
603
.00
5
10.
85
0.85
5
21.
55
V.
Pemakai
an EDTA
0.02 M
(m
l)
10.
85
10.
40
10.
45
10.
80
10.
70
10.
40
10.
80
10.
75
Peni
mbangan
Samp
el
( mg
)
500
500
500
500
500
500
500
500
(gram
)
0.5
%
CaO
2
5
1.89
2
9.83
2
2
0.07
2
0.16
2
0.76
2
0.68
2
1.16
2
1.36
3. Penentuan SiO2
No.
Lab
560
0
Berat
(A
gram )
34.496
8
Berat
(B
gram )
34.494
0
SiO2
0.56
560
560
560
560
560
560
560
560
560
36.806
0
38.890
5
25.485
5
36.295
3
25.312
3
24.332
9
24.596
9
23.990
8
25.491
8
36.805
4
38.887
5
25.484
8
36.023
9
25.054
1
24.310
4
24.592
9
23.990
5
25.491
3
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.12
0.60
0.14
54.28
51.64
0.50
0.80
0.06
0.1
4. Penentuan % L.O.I
No
Sampel
5600
5601
5602
5603
5604
5605
5606
5607
5608
A
(gram
)
14.630
1
14.338
9
16.177
3
19.296
8
15.884
6
14.788
9
14.749
9
14.629
7
15.662
B
(gram
)
15.773
8
15.336
0
17.343
6
20.356
1
17.022
8
15.918
2
15.864
2
15.701
2
16.685
C
(gram
)
15.243
9
14.887
7
16.809
5
19.864
8
16.976
8
15.867
7
15.349
6
15.215
8
16.208
%
L.O.I
46.33
46.04
45.80
46.46
4.04
4.47
46.18
45.30
46.66
5609
2
16.177
3
5
17.364
8
0
16.812
1
46.54
F. Laterit
1. Penentuan SiO2
No.
Lab
545
545
545
545
545
545
545
546
546
546
546
546
546
546
546
546
Berat
(A
gram )
25.513
2
25.338
8
24.019
5
34.568
8
25.348
9
24.601
5
36.002
2
38.970
2
36.400
0
25.578
9
36.897
1
24.674
2
25.570
8
35.981
8
24.067
2
24.382
Berat
(B
gram )
25.321
7
25.141
8
23.807
0
34.356
8
25.137
4
24.385
5
35.790
7
38.795
7
36.203
5
25.372
4
36.686
6
24.495
7
25.339
3
35.709
8
23.848
7
24.233
(gram
)
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
SiO2
35.20
36.10
41.30
43.40
43.40
34.25
43.35
42.40
43.05
23.45
34.70
31.00
36.25
38.75
42.40
36.3
546
547
547
547
547
547
547
547
547
9
25.052
8
25.577
0
24.676
0
25.336
0
36.692
9
25.572
5
38.967
2
36.699
2
34.577
3
9
24.771
3
25.389
5
24.490
5
25.165
5
36.710
4
25.387
0
38.797
2
36.146
2
34.398
3
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
41.10
39.65
41.25
93.40
39.05
33.65
8.85
29.15
9.45
2. Penentuan % L.O.I
No
Sampel
5453
5454
5455
5456
5457
5458
5459
5460
A
(gram
)
14.789
7
14.630
2
15.885
0
16.209
0
14.751
0
19.299
7
16.177
4
14.750
4
B
(gram
)
15.832
9
15.645
8
16.913
5
17.253
4
15.821
8
20.405
4
17.244
2
15.803
6
C
(gram
)
15.709
7
15.517
8
16.781
3
17.123
5
15.685
9
20.261
3
17.109
2
15.670
8
%
L.O.I
11.81
12.60
12.85
12.44
12.70
13.03
12.65
12.61
5461
5462
5463
5464
5465
5466
5467
5468
5469
5470
5471
5472
5473
5474
5475
5476
5477
14.338
8
15.407
8
16.208
8
19.299
4
15.663
0
16.176
8
15.560
3
15.406
3
14.789
0
19.298
9
15.885
6
19.299
5
16.209
1
14.750
6
14.339
3
15.662
7
15.663
6
G. Batubara
1. Penentuan % SiO2
15.492
2
16.505
4
17.244
9
20.318
6
16.811
9
17.181
8
16.520
2
16.462
3
15.992
1
20.310
5
16.974
4
20.872
8
17.244
3
15.837
6
15.489
0
16.703
1
16.850
8
15.341
4
16.359
8
17.125
6
20.191
8
16.678
2
17.078
8
16.412
8
16.353
5
15.858
1
20.192
7
16.839
8
20.608
9
17.109
2
15.697
8
15.328
8
16.586
9
16.711
6
13.07
13.26
11.51
12.44
11.64
10.25
10.60
10.30
11.14
11.64
12.36
16.77
13.05
12.86
13.93
11.17
11.72
No.
Lab
625
5A
625
5B
Berat
(A
gram )
25.474
6
25.698
0
Berat
(B
gram )
25.284
7
25.509
3
(gram
)
0.5
0.5
SiO2
37.98
37.74
2. Penentuan % SO3
No.
Lab
625
5A
625
5B
401
9
Berat
(A
gram )
14.336
9
16.436
0
13.664
4
Berat
(B
gram )
14.360
1
16.456
0
13.833
6
(gram
)
SO3
0.3
2.64
0.3
2.27
5.80
No
Sampel
625
5A
625
5B
(gra
m)
15.0
410
14.3
393
B
(gra
m)
16.0
410
15.3
394
C
(gra
m)
16.0
394
15.3
361
%
L.O.I
0.54
0.56
H2O
o
Samp
el
l
H2C2
O4
0.1 N
V.
Awal
(ml)
V.
Pemakai
.
an
Akhir
KM
(
nO4
ml)
0.1004 N
5
5.1
Peni
mbangan
Samp
el
0.1
%
MnO
2
0.3
3
H. Mangan
1. Penentuan % MnO2
M
0.5
6
%
-
304 A
5
6
304 B
5
0.00
2
5.10
.10
1
0.20
6.50
5.1
0.1
8
6.50
2. Penentuan % Mn total
N
o. Lab
304
304
V
. awal
(
ml )
V.
Akhir
(m
l)
6
A
6
B
0
.00
16.
00
0
.00
16.
55
V.
Pemakai
an
KMnO4
0.1004 N
(m
l)
16.
00
16.
55
Peni
mbangan
Samp
el
( mg
)
500
500
%
Mn
total
1
0
2.94
5
4.77
3. Penentuan % L.O.I
No
Sampel
6304
A
6304
B
A
(gram
)
16.435
9
14.336
8
(gram
)
17.435
9
15.336
9
(gram
)
17.338
3
15.239
3
%
L.O.I
9.76
9.76
4. Penentuan % SiO2
No.
Lab
630
4A
630
4B
Berat
(A
gram )
25.298
5
25.520
0
Berat
(B
gram )
25.268
1
25.488
2
5. Penentuan % S total
(gram
)
0.5
0.5
SiO2
6.08
6.36
No.
Lab
630
4A
630
4B
Berat
(A
gram )
15.991
3
15.848
3
Berat
(B
gram )
15.992
3
15.850
8
(gram
)
%
S total
0.014
0.034
I. Pasir Kuarsa
1. Penentuan SiO2 total
No
Sampel
634
635
635
635
(gra
m)
34.4
680
38.8
505
24.3
286
24.9
559
B
(gra
m)
34.9
681
39.3
505
24.8
287
25.4
559
C
(gra
m)
34.9
635
39.3
435
24.8
274
25.4
540
(gra
m)
34.4
854
38.8
629
24.3
319
24.9
604
SiO2
96.
49
97.
5
99.
34
99.
10
2. Penentuan % L.O.I
No
Sampel
6349
6350
6355
6356
A
(gram
)
15.993
9
13.493
4
14.838
1
13.699
6
(gram
)
17.077
6
14.520
5
15.845
4
14.703
4
C
(gram
)
17.067
9
14.514
0
15.843
9
14.354
9
%
L.O.I
0.89
0.63
0.15
34.72
3. Penentuan H2O
No
Sampel
(gra
m)
(gra
m)
14.7
351
15.7
386
15.7
378
15.9
916
14.6
308
14.8
381
16.9
959
15.6
390
15.8
574
16.9
941
15.6
368
15.8
570
635
0
635
5
(gra
m)
634
635
6
%
H2O-
0.0
8
0.1
0
0.0
4
0.0
4
J. Clay Mineral
1. Penentuan SiO2 total
No.
Lab
636
636
636
636
636
636
636
637
637
637
Berat
(A
gram )
25.652
0
25.750
8
25.458
1
36.265
7
25.724
4
37.184
4
37.296
6
36.313
3
25.961
4
25.302
1
Berat
(B
gram )
25.275
1
25.293
0
25.218
3
36.032
9
25.492
3
36.896
9
36.937
6
35.914
4
25.491
8
24.956
9
(gram
)
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
SiO2
75.38
91.56
47.96
46.56
46.72
57.50
71.80
79.78
93.92
69.04
2. Penentuan H2O
No
Sampel
636
636
636
636
636
636
636
637
637
637
(gram
)
15.439
1
14.790
1
14.358
7
15.851
4
16.994
5
16.180
6
14.838
3
13.493
6
15.662
7
14.322
0
(gram
)
22.707
2
28.017
7
22.286
2
27.438
8
32.852
9
26.239
0
25.660
3
19.339
8
25.677
0
22.025
5
C
(gram
)
21.569
9
27.122
7
20.370
8
27.161
6
32.694
0
23.507
6
24.326
9
19.137
6
23.780
8
19.923
5
% H2O
15.65
6.77
24.16
2.40
1.002
27.15
12.32
3.46
18.93
27.28
3. Penentuan % L.O.I
No
Sampel
636
636
636
636
636
A
(gram
)
16.283
2
15.438
9
15.201
2
16.177
9
15.849
0
B
(gram
)
17.304
0
16.511
6
16.205
0
17.214
7
16.866
2
C
(gram
)
17.254
1
16.493
9
16.080
4
17.177
0
16.809
0
%
L.O.I
4.89
1.65
12.41
3.64
5.62
636
636
637
637
637
15.991
7
17.451
4
14.738
0
14.631
1
14.356
4
16.993
2
18.492
1
15.743
0
15.645
5
15.360
9
16.928
4
18.413
2
15.693
3
15.636
6
15.282
9
6.83
7.58
4.94
0.88
7.76