PENDAHULUAN
Kurkumin
(diferuloylmethane)
(34%)
merupakan komponen aktif dari kunyit yang
berperan untuk warna kuning, dan terdiri dari
kurkumin I (94%), kurkumin II (6%) and
kurkumin III (0,3%) (Fitrikaniawati, 2012).
Komponen utama dalam sebuah cat
adalah perekat (binder), pigmen, pelarut
(solvent) dan bahan tambahan (additive). Pada
penelitian sebelumnya digunakan pemanfaatan
tanaman gambir sebagai zat pewarna (pigmen)
dalam proses pembuatan cat berbahan alami.
Page | 10
Tepung Tapioka
Tepung ini sering digunakan untuk
membuat makanan dan bahan perekat. Banyak
makanan tradisional yang menggunakan tapioka
sebagai bahan bakunya, seperti pembuatan
bakso, bahan pengental kuah dan campuran
pembuatan makanan dan minuman.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Semen Putih
Semen putih (gray cement) adalah
semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian
(finishing), sebagai filler atau pengisi. Semen
jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite)
limestone murni. Dalam proses pembuatan cat
semen ini berfungsi sebagai pelapis antara cat
dengan media tembok yang akan di cat.
Kapur Tohor (CaO)
Batu kapur/gamping ialah sebuah
batuan sedimen yang terdiri dari mineral calcite
(kalsium karbonat) yang berasal dari
pengendapan cangkang/rumah kerang.
CaO + H2O
Ca (OH)2
Kegunaan dari Ca(OH)2 adalah untuk
pemurnian gula pasir, penetralan keasaman
tanah dan pengolahan air limbah industri serta
campuran untuk cat dan vernis (ferry, 2002).
Lem Putih PVAC
Polivinil asetat (bahasa inggris:
Polyvinyl acetate, PVA atau PVAc) adalah
suatu polimer karet sintetis. Polivinil
asetat juga sering dijadikan kopolimer bersama
akrilat (yang lebih mahal), digunakan pada
kertas dan cat.
Proses Ekstraksi
Ekstraksi
adalah
suatu
proses
pemisahan dari bahan padat maupun bahan cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan
harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu
bahan dari campurannya, ekstraksi dapat
Etanol (C2H5OH)
Etanol digunakan untuk bahan baku
industri atau pelarut (kadang-kadang disebut
sebagai etanol sintetis) yang terbuat dari
petrokimia saham pakan, terutama oleh asam katalis hidrasi etilena.
Page | 11
Gambar 2..
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dan tepung
tapioka terhadap densitas cat pada 25 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol.
Berdasarkan dari gambar di atas dapat
dilihat bahwa densitas cat pada 25 gram sampel
kunyit lebih tinggi daripada densitas cat pada 15
gram sampel kunyit, dan dapat dianalisa bahwa
kandungan gram kunyit mempengaruhi mutu
densitas cat. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa densitas yang terbaik adalah
Gambar 3.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap viscositas cat pada 15 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol
Pada gambar di atas dapat dianalisa
bahwa semakin tinggi kadar tepung tapioka
maka akan menghasilkan nilai viscositas yang
semakin tinggi. Hal ini dapat terjadi karena sifat
dari tepung tapioka yaitu dapat larut di dalam
air yang mengembang membentuk pasta dan
meningkatkan nilai kekentalan. Apabila dilihat
dari konsentrasi etanol maka semakin tinggi
konsentrasi etanol maka akan menghasilkan
viscositas yang tinggi karena viscositas senyawa
kurkumin lebih tinggi dibandingkan viscositas
air Viscositas yang dihasilkan adalah sebesar
61-92 krebs unit.
Gambar 4.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap viscositas cat pada 25 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol
Pada gambar di atas memiliki prinsip
yang sama dengan gambar yang sebelumnya
namun nilai viscositasnya lebih tinggi yaitu dari
Page | 12
Nilai pH cat
Pada industri cat modern saat ini untuk
mendapatkan nilai pH cat yang sesuai dengan
standar yaitu berkisar 7 9,5 maka ditambahkan
bahan lain (pH buffer).
Waktu Mengering
Waktu mengering ialah parameter uji
mutu yang dilakukan untuk mengetahui
kecepatan pengeringan suatu lapisan cat di
udara. Waktu kering terdiri dari waktu kering
sentuh dan waktu kering keras.
Gambar 5.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap pH cat pada 15 gram kunyit
dengan berbagai tingkat konsentrasi larutan
etanol.
Pada gambar di atas dapat dianalisa
bahwa semakin tinggi kandungan kapur tohor
pada campuran perekat cat maka akan
menghasilkan nilai pH yang semakin basa, hal
ini dikarenakan bahwa kapur tohor mengandung
basa kuat sehingga mempengaruhi dari nilai pH
yang terbentuk. Jika dilihat dari konsentrasi
etanolnya dapat dilihat bahwa semakin tinggi
konsentasi etanol maka akan menghasilkan pH
yang lebih tinggi, hal ini terjadi karena seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
semakin tinggi konsentrasi etanol maka akan
menghasilkan kunyit yang lebih murni.
Gambar 6.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap pH cat pada 25 gram kunyit
dengan berbagai tingkat konsentrasi larutan
etanol.
Gambar 7.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap waktu kering sentuh cat pada
15 gram kunyit dengan berbagai tingkat
konsentrasi larutan etanol.
Gambar 8.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap waktu kering sentuh cat pada
25 gram kunyit dengan berbagai tingkat
konsentrasi larutan etanol
Pada grafik di atas dapat dianalisa
hubungan antara konsentrasi perekat terhadap
waktu kering sentuh bahwa semakin banyak
kandungan tepung tapioka dalam konsentrasi
suatu perekat tersebut maka membutuhkan
waktu kering sentuh yang cenderung semakin
cepat. Hal ini dikarenakan tepung tapioka yang
memiliki nilai amilosa yang tinggi dan dapat
menyerap air dengan baik, begitu juga dengan
konsentrasi etanol yang memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap kering sentuhnya suatu
cat. Semakin murni senyawa kurkumin yang
diekstraksi oleh pelarut etanol maka akan
semakin cepat waktu kering. Dapat dianalisa
Page | 13
Gambar 9.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap waktu kering keras cat pada 15
gram kunyit dengan berbagai tingkat
konsentrasi larutan etanol
Gambar 10.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap waktu kering keras cat pada 25
gram kunyit dengan berbagai tingkat
konsentrasi larutan etanol
Pada gambar diatas dapat dianalisa
bahwa pada waktu kering keras ini yang paling
baik adalah pada ketiga konsentrasi perekat
dengan kunyit 80% etanol karena ketiganya
masuk kedalam standar SNI namun pada
konsentrasi lain waktu kering kerasnya lebih
dari 60 menit (melewati standar SNI) ini dapat
diakibatkan karena kandungan air yang terdapat
didalam kunyit 60% dan 40% memiliki
kandungan yang besar.
Daya Rekat
Daya rekat ialah kemampuan suatu cat
tersebut dalam merekatkan pada suatu substrat/
bidang yang dilapisi cat
Gambar 11.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap daya rekat cat pada 15 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol
Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014
Gambar 12.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap daya rekat cat pada 25 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol
Pada
gambar
di atas mengenai
perbedaan kandungan kunyit daya rekat yang
dihasilkan tidak mengalami perubahan yang
signifikan, daya rekat yang memiliki kandungan
rekat yang paling baik yaitu konsentrasi 1:3
perekat antara kapur tohor dan tepung tapioka,
dengan berbagai konsentrasi larutan etanol.
Daya Tutup
Pengujian daya tutup ini dilakukan
untuk mengetahui luas wilayah yang dapat
dicatkan dengan menggunakan satu liter cat.
Gambar 13.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap nilai daya tutup cat pada 15
gram kunyit dengan berbagai tingkat
konsentrasi larutan etanol
Page | 14
Gambar 14.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap nilai daya tutup cat pada 25
gram kunyit dengan berbagai tingkat
konsentrasi larutan etanol.
Berdasarkan gambar di atas memiliki
prinsip yang sama dengan gambar sebelumnya,
tetapi rentang nilai daya tutupnya lebih tinggi
dari pada dengan menggunakan sampel kunyit
15 gram, hal ini dikarenakan kandungan pigmen
dan kadar viskositas yang lebih dominan/banyak
daripada sampel 15 gram kunyit. Rentang hasil
pengukuran daya tutup ini ialah sebesar 3,59-10
m2/l.
Nilai L*a*b
(Nilai L*)
Pengukuran
warna
cat
dengan
menggunakan Colormeter Color-Tech PCM
yang menggunakan sistem notasi warna Hunter
L*, a* dan b*. Nilai L menyatakan parameter
kecerahan yang memiliki nilai 0 (hitam) sampai
100 (putih). Nilai a menyatakan campuran
warna merah sampai hijau dengan +a (0 sampai
100) untuk warna merah dan nilai a (0 sampai 80) untuk warna hijau. Nilai b menyatakan
campuran warna biru sampai kuning. Nilai +b
(0 sampai 70) untuk warna kuning dan b- (0
sampai -70) untuk warna biru.
Berikut ini adalah grafik uji warna L
yang terbentuk :
Gambar 15.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap uji warna L* pada 15 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol
Pada gambar di atas dapat dianalisa
bahwa semakin murni senyawa kurkumin maka
akan mengakibatkan menurunnya
nilai
kecerahan (L*) yang terbentuk, hal ini
dikarenakan semakin murni senyawa kurkumin
maka akan menghasilkan warna yang semakin
gelap. Namun jika dilihat dari konsentrasi
perekatnya nilai kecerahannya berbanding
terbalik dengan kemurnian senyawa kurkumin,
yaitu semakin tinggi kadar kapur tohor maka
akanmeningkatnya nilai kecerahan yang
terbentuk. Dapat dilihat dari gambar di atas
pada konsentrasi larutan etanol 40% semakin
banyak kadar kapur tohor maka tingkat
kecerahan yang terbentuk semakin cepat, hal ini
berbeda dengan konsentrasi etanol 60% dan
80% dimana perubahan warna tingkat kecerahan
yang terbentuk tidak begitu signifikan
dikarenakan warna yang terbentuk dari kedua
konsentrasi tersebut lebih tua dibandingkan
senyawa kurkumin pada ekstraksi 40% etanol.
Gambar 16.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap uji warna L* pada 25 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol
Pada
gambar
diatas
dengan
menggunakan sampel 25 gram kunyit dapat
dilihat prinsip tingkat kecerahan yang terbentuk
sama. Apabila dibandingkan dengan sampel 15
gram dan 25 gram kunyit maka pada 25 gram
kunyit tingkat kecerahannya lebih kecil daripada
Page | 15
Gambar 17.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap uji warna a* pada 15 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol
Dari gambar di atas dapat dianalisa
bahwa nilai a* ini berbanding terbalik dengan
nilai L*, semakin tinggi konsentrasi etanol
(semakin murni kurkumin) maka nilai a* yang
terbentuk semakin tinggi. Namun apabila dilihat
dari kadar kapur tohor maka semakin tinggi
kadar kapur tohor akan menghasilkan nilai a*
yang semakin menurun, hal ini dapat terjadi
karena semakin tinggi kapur tohor maka warna
yang dihasilkan semakin menurun tingkat
kecerahannya (semakin memudar) yang berarti
merahnya semakin menghilang.
Gambar 18.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka dengan uji warna a* pada 25 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol
Pada gambar di atas, prinsip dari
grafik pada sampel 25 gram kunyit hampir sama
dengan 15 gram sampel kunyit yaitu semakin
banyak kandungan kapur tohor pada bahan
Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014
Gambar 19.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap uji warna b* pada 15 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol
Pada gambar di atas dapat dianalisa
bahwa semakin tinggi kadar kapur tohor maka
akan menghasilkan nilai b* yang semakin
menurun, hasil uji warna nilai b* ini berbanding
terbalik dari nilai uji warna L karena semakin
tinggi kadar kapur tohor maka tingkat kecerahan
semakin tinggi (warna kuning semakin
berkurang/pudar), namun apabila bila dilihat
dari perbandingan konsentrasi etanol semakin
tinggi
konsentrasi
etanol
maka
akan
menghasilkan nilai uji warna b* semakin tinggi
karena semakin tinggi konsentrasi etanol akan
menghasilkan warna yang semakin gelap (
warna semakin kuning ).
Gambar 20.
Hubungan
antara
perbandingan bobot kapur tohor dengan tepung
tapioka terhadap uji warna b* pada 25 gram
kunyit dengan berbagai tingkat konsentrasi
larutan etanol
Page | 16
Pada
gambar
di
atas
yang
menggunakan sampel 25 gram kunyit
prinsipnya sama seperti dengan menggunakan
15 gram kunyit, namun perbedaannya terletak
pada kadar uji nilai b*, pada 15 gram kunyit
rentang uji warna nilai b*nya adalah 12,1-16,4
sedangkan pada 25 gram kunyit nilai uji warna
nilai b adalah 19,6 -20,9, yang berarti semakin
tinggi konsentrasi etanol maka nilai b* semakin
tinggi. Hal ini dikarenakan kandungan warna
kuning pada 25 gram kunyit lebih banyak dari
pada 15 gram kunyit seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Uji Kualitatif
Efek Kapur
Berdasarkan hasil pengujian, semua
produk cat menghasilkan efek kapur karena
memakai bahan perekat kapur tohor tetapi
tingkat kadar tinggi atau rendahnya efek kapur
yang dihasilkan tergantung dengan pemakaian
kapur tohor dalam campuran pembuatan cat
berbahan alami ini.
Settling (Endapan)
Berdasarkan
hasil
pengamatan
didapatkan bahwa sampel cat yang telah
disimpan selama 24 jam tidak terjadi endapan.
Karena cat yang dihasilkan yang terdiri dari
komponen perekat, pewarna dan pelarut
menyatu dengan baik dan penggunaan
komposisi zat aditif yang sesuai.
4. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
dari hasil penelitian ini ialah sebagai berikut :
1) Cat dari bahan dasar alami dapat dibuat
dengan proses ektrakasi tanaman kunyit
dengan konsentrasi etanol 40%,60% dan
80% dengan variasi perbandingan perekat
kapur tohor dan tepung tapioka (1:3),(1:1)
dan (3:1).
2) Pada pengujian kuantitatif nilai viskositas,
waktu kering yaitu meliputi waktu kering
sentuh dan waktu kering keras, daya
rekat,daya tutup dan uji warna L*a*b*
yaitu kandungan warna a* dan b* yang
memiliki hasil yang paling optimum
terdapat pada kandungan konsentrasi
perekat 1:3 dengan tingkat variasi etanol
80% sedangkan untuk nilai densitas dan uji
warna L* yang memiliki hasil yang paling
optimum terdapat pada kandungan
konsentrasi perekat 3:1 dengan tingkat
variasi etanol 80%. Untuk pengujian
kualitatif yaitu efek kapur dan endapan
yang terbentuk. Semua hasil cat ini
Jurnal Teknik Kimia No. 1, Vol. 20, Januari 2014
3)
DAFTAR PUSTAKA
Adi. 2013. Manfaat dan Khasiat Kunyit Untuk
Kesehatan.
Teknik
Informatika
Universitas Lampung. Lampung.
Annisa, Muthi.2011. Studi Pemanfaatan
Tanaman Gambir dalam Pembuatan
Cat. Jurusan Teknik Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Anonim.
2005.
Minyak
Kedelai.
http://hiossite.com/tag/kedelai/.
Heal
Indonesia Online School. Diakses 15
Februari 2014.
Anonim.
2009.
Cat
Tembok.
http://tgcoatings.blogspot.com//. Diakses
22 Februari 2014.
Anonim.
2012.
Kuning
Kunyit.
seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wpcontent/uploads//08-kuning-kunyit.pdf.
Diakses 27 September 2013.
Anonim.2012.Pewarna.Alami.(www.scribd.c
om/doc/86305954/kelompok-3-pewarna
alami), Diakses 19 maret 2013
Anonim. 2013. Proses Pembuatan Cat dan
Bahaya.
http://www.erfolgkimia.com/2013/06/pro
ses-pembuatan-cat-dan-bahaya.html.
Diakses 31 desember 2013.
AOAC. 1995. Official Method of Analysis.
Diakses 22 November 2013.
ASTM D 1475. Standard Test Method For
Density of Liquid Coatings, Inks, and
Related Products. Diakses 24 November
2013.
ASTM. 1991. Annual Book of ASTM Standars.
Paints, Related Coatigs, and Aromatics.
Volume 06.01.
Paint- Test for
formulated Products and Applied
Coatings, American Society For Testing
Materials. Philadelphia.
Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 35642009. Cat Emulsi. Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional. Diakses 22
September 2013.
Bintang, I.A.k dan A.G Nataamijaya. 2005.
Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit
(Curcuma Domestica val) Dalam
Ransum
Broiler.
http://balitnak.litbang.deptan.go.id/index
Page | 17
2.php?option=com_content&do_pdf=1&
id=129 . Diakses 23 Januari 2014.
Chemistry. 2011. Zat Warna Alami dan
Sintesis.http://chemistry35.blogspot.co
m/2011/08/zat-warna-alami-dansintesis.html Diakses 4 Desember 2013.
Darmadi, Susanto.2010. Bagaimana Cara
Membuat
Cat
Tembok.
http://bagaimanacaramembuat.com/2010/
12/29/bagaimana-cara-membuat-cattembok/pake. Diakses 31 Desember
2013.
Efraim, Stenly. 2013. Menengok Asal Mula
Batu
Kapur.
http://stenlyagan.blogspot.com/2013/06/
menengok-asal-mula-batu-kapurlimestone.html. Diakses 02 Februari
2014.
Fadhli, Haiyul. 2011. Pengaruh Temperatur
dan Kelarutan pada Proses Ekstraksi,
http://haiyulfadhli.blogspot.com/2011/06
/pengaruh-temperatur-dan-kelarutanpada..html. Di akses tanggal 12 Mei
2013).
Fitrikaniawati. 2012. Makalah Ekstraksi
Kurkumin.
http://fitrikaniawati16.blogspot.com/201
2/05/makalah-ekstraksi-curcumin.html.
Bandung. Diakses 22 November 2013.
Hall C. 1981. Polymer Materials, An
Intoduction for Technologist and
Scientist. London : MacMillan Pub.
Ltd. Diakses 03 Januari 2014
Hermiyati. 2009. Petunjuk Praktikum Analisa
Bahan Kulit. Akademi Teknologi Kulit.
Yogyakarta.
Hidayat, N., & Saati, E, A,, 2006, Membuat
Pewarna Alami, Penerbit Trubus
Agrisarana, Surabaya.
Jongko.2010.
Pembuatan
Cat
Besi.
http://www.scribd.com/doc/11527837/eb
ook-pembuatan-cat-besi.
Duraposita.
Diakses 05 maret 2014.
Khamdinal. 2009. Teknik Laboratorium
Kimia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Koleske VJ. 1972. Paint and Coating Testing
Manual. Philadelphia : Race Street
Kusuma, Afandi. 2012. Tepung Tapioka dan
Tepung
Maizena.
http://mengerjakantugas.blogspot.com/20
09/07/tepung-tapioka-dan-tepungmaizena.html. Diakses 24 Desember
2013.
Kusuma, Dwi. 2013. Kapur Sebagai Bahan
Bangunan. Jurusan Teknil Sipil
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Page | 18
Page | 19