Dosen Pembimbing:
Muhammad Taufik A, M.Pd.
Disusun oleh:
i
Daftar Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertambangan, menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara (UU No. 4/2009) adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam
rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan
pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Pertambangan adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha tambang dengan tujuan mendapatkan barang tambang
dan keuntungan dari hasil tambang. Sebagaimana diketahuhi secara luas, bahwa pertambangan
dilakukan di Indonesia atas persetujuan atau kebijakan, pertambangan adalah usaha yang legal
sejauh dilandasi oleh peraturan perundang-undangan. Dari segi ekologi dan kemasyarakatan,
pertambangan sering menimbulkan konfik, baik dengan masyarakat dengan pengusaha
tambang (pemegang izin) maupun antara masyarakat dengan pemerintah (termaksud
pemerintah daerah) dalam hal tambang (Siti Maimuna, 2012:Bagian 2). Pertambangan adalah
rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengloahan,
pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka terciptalah rumusan masalah yang akan kami bahas
di makalah ini, yaitu mengenai peranan sumber daya alam tersebut terhadap kehidupan
masyarakat.
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Science Environment Technology and Society. Penulis berharap dengan adanya makalah ini
dapat membantu pembaca dalam memahami potensi pertambangan di Indonesia, khususnya di
wilayah Bogor.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertambangan
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian berharga dan
bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada
permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini
antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit,
bijih tembaga, bijih emas, perak dan bijih mangan. Penggalian adalah suatu kegiatan yang
meliputi pengambilan segala jenis barang galian. Barang galian adalah unsur kimia, mineral
dan segala macam batuan yang merupakan endapan alam (tidak termasuk logam, batubara,
minyak dan gas bumi dan bahan radioaktif). Bahan galian ini biasanya digunakan sebagai
bahan baku atau bahan penolong sektor industri maupun konstruksi. Hasil kegiatan penggalian
antara lain, batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu marmer, pasir, pasir silika,
pasir kuarsa, kaolin, tanah liat dan lain-lain. Kegiatan pemecahan ,peleburan, pemurnian dan
segala proses pengolahan hasil pertambangan/penggalian tidak termasuk kegiatan
pertambangan/penggalian, akan tetapi digolongkan ke dalam kegiatan industri. Kegiatan
persiapan tempat penambangan penggalian seperti pembuatan jalan, jembatan dari dan ke arah
lokasi penambangan, pengerukan, pemasangan pipa penyaluran dan sebagainya termasuk ke
dalam kegiatan konstruksi. Sedangkan kegiatan eksplorasi dan penelitian mengenai prospek
barang tambang dan mineral termasuk ke dalam jasa pertambangan. Kegiatan pengambilan,
pembersihan dan pemurnian air untuk dijadikan air bersih termasuk dalam sektor air minum.
2
hilir yang diperlukan oleh umat manusia. Kegiatan pertambangan adalah suatu rangkaian
kegiatan mulai dari kegiatan penyelidikan bahan galian sampai dengan pemasaran bahan
galian. Secara umum tahapan kegiatan pertambangan terdiri dari Penyelidikan Umum
(Prospeksi), Eksplorasi, Penambangan, Pengolahan, Pengangkutan, dan Pemasaran.
Sedangkan penambangan secara umum adalah kegiatan penggalian terhadap bahan tambang
untuk kemudian dilakukan pengolahan dan pemasaran. Pada tahap ini kegiatannya terdiri dari
pembongkaran/penggalian, pemuatan ke dalam alat angkut, dan pengangkutan ke fasilitas
pengolahan maupun langsung dipasarkan apabila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu.
Adapun tahapan kegiatan pertambangan:
Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk menemukan endapan
bahan galian atau mineral berharga. Metode prospeksi yaitu tracing float, dan pemetaan
geologi dan bahan galian. Metode tracing float digunakan terutama pada anak sungai, yang
lebih mudah dilakukan pada musim kemarau. Metode ini dilakukan untuk mencari atau
menemukan float bahan galian yang diinginkan, yang berasal dari lapukan zone mineralisasi
yang melewati lereng bukit atau terpotong anak sungai dan terhanyutkan oleh aliran sungai.
Dengan melakukan tracing float dari hilir ke hulu sungai, diharapkan ditemukan zone
mineralisasi yang tersingkap pada arah hulu sungai. Pada metode ini litologi setempat sebagian
besar sudah diketahui.
2. Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan
untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya cadangan serta "studi
kelayakan" dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan. Selain
untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini juga
dilakukan pengambilan contoh bahan galian dan tanah penutup. Tahap eksplorasi ini juga
sangat berperan pada tahap reklamasi nanti. Melalui eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan
mengenali seluruh komponen ekosistem yang ada sebelumnya. Setelah diketahui terdapat
bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi, maka dilakukanlah eksplorasi dengan
metode atau cara antara lain sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertikal dapat dilakukan dengan cara
membuat parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti.
3
b. Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang berasal dari
litik percontohan dan dianalisis di laboratorium.
c. Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan geofisik
seperti seismic, SP, IP dan resistivity.
d. Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk mengetahui
penyebaran lateral dan vertikal bahan galian, maka dibuat peta penyebaran cadangan
bahan galian dan dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.
e. Selain dari itu, kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang berada di lapisan
atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan keteknikannya.
f. Tahapan Eksplorasi, secara umum ada dua, yaitu eksplorasi awal atau pendahuluan dan
eksplorasi detil.
3. Perencanaan tambang
Perencanaan tambang akan dilakukan apabila sudah ditemukan cadangan bahan galian
yang sudah layak untuk ditambang, dengan tingkat cadangan terukur. Seperti kita ketahui
bahwa cadangan itu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
4. Persiapan/Konstruksi (Development)
4
pembangkit listrik untuk keperluan kegiatan penambangan, serta fasilitas pengolahan bahan
galian.
5. Penambangan (Eksploitasi)
Penambangan bahan galian dibagi alas tiga bagian yaitu tambang terbuka, tambang bawah
tanah dan tambang bawah air. Tambang terbuka dikelompokkan atas quarry strip mine, open
cut, tambang alluvial, dan tambang semprot. Tambang bawah tanah dikelompokkan atas room
and pillar, longwall, caving, open stope, supported stope, dan shrinkage. Sistem penambangan
dengan menggunakan kapal keruk dapat dikelompokkan menjadi tambang bawah air,
walaupun relatif dangkal.
6. Pengolahan/metalurgi
Bahan galian yang sudah selesai ditambang pada umumnya harus diolah terlebih dahulu di
tempat pengolahan. Hal ini disebabkan antar lain oleh tercampurnya pengotor bersama bahan
galian, perlunya spesifikasi tertentu untuk dipasarkan serta kalau tidak diolah maka harga
jualnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan yang sudah diolah. Selain itu, bahan
galian perlu diolah agar dapat mengurangi volume dan ongkos angkut, meningkatkan nilai
tambah bahan galian, dan untuk mereduksi senyawa kimia yang tidak dikehendaki pabrik
peleburan.
7. Pemasaran
Jika bahan galian sudah selesai diolah maka dipasarkan ke tempat konsumen. Biasanya,
antara perusahaan pertambangan dan konsumen terjalin ikatan jual beli kontrak jangka
panjang, dan penjualan sesaat.
8. Reklamasi
5
B. Hasil Tambang
Dengan banyaknya kekayaan alam yang melimpah, maka perlu diatur sebuah regulasi
untuk menggolongkan jenis-jenis kekayaan bahan tambang Indonesia. Menurut UU No.11
Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, bahan galian dibagi menjadi
3 jenis, yaitu:
1. Bahan galian golongan A, yaitu bahan galian strategis. Bahan galian strategis digolongkan
untuk kepentingan pertahanan, keamanan negara, dan perekonomian negara. Contoh bahan
galian strategis adalah minyak bumi, batubara, gas alam.
2. Bahan galian golongan B, yaitu bahan galian vital. Bahan galian vital digolongkan untuk
dapat menjamin hajat hidup orang banyak; Contoh bahan galian vital adalah besi, mangan,
bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, platina, perak.
3. Bahan galian C, yaitu bahan galian yang tidak termasuk golongan A dan B. Contoh bahan
galian C adalah nitrat, fosfat, asbes, talk, grafit, pasir kuarsa, kaolin, feldspar, marmer,
pasir.
1. Bahan Galian Magmatik adalah bahan galian yang terjadi karena interaksi antar magma.
2. Bahan Galian Pegmatit adalah bahan galian yang terbentuk di dalam diatrema dan bentukan
intrusi.
3. Bahan Galian Hasil Pengendapan merupakan bahan galian yang terbentuk karena
terjadinya proses pengendapan di genangan air.
4. Bahan Galian Hasil Pengayakan Sekunder yaitu bahan galian yang terbentuk karena batuan
hasil pelapukan mengalami proses pelarutan.
5. Bahan Galian hasil metamorfosis kontak merupakan bahan galian yang terbentuk karena
adanya magma yang saling bersentuhan.
6. Magma Galian Hidrotermal adalah barang tambang yang terbentuk karena pembekuan
magma.
1. Bahan Galian Logam / Bijih (Ore) merupakan bahan galian yang bila diolah dengan
teknologi tertentu akan dapat diambil dan dimanfaatkan logamnya. Barang tambang logam
6
di antaranya adalah tembaga, bauksit, besi, timbah, emas, perak, nikel, dan mangan. Berikut
adalah hasil dari bahan galian logam yang dapat dimanfaatkan manusia:
a. Tembaga adalah logam lunak. Jika dicampur dengan logam timah atau seng menjadi
perunggu.
b. Bauksit adalah bahan baku pembuatan aluminium. Aluminium adalah logam yang
ringan, kuat dan tahan karat.
c. Besi adalah bahan logam yang paling banyak digunakan dalam industri.
d. Timah adalah logam lunak, ada yang berwarna putih dan ada yang berwarna hitam.
e. Emas adalah logam mulia yang bernilai tinggi dan mahal harganya.
f. Perak adalah logam yang berwarna putih tidak mengkilat.
g. Nikel adalah logam mengkilat tahan karat.
h. Mangan adalah logam yang bersifat mengeraskan.
2. Bahan galian energi. Barang tambang sumber energi meliputi minyak bumi, gas alam, dan
batubara. Minyak bumi berasal dari jasad renik yang telah mati jutaan tahun yang lalu,
tertimbun lumpur dan terkubur di bawah tanah atau didasar laut. Endapan minyak bumi
yang ditambang masih berupa lumpur atau minyak mentah. Minyak mentah diangkut ke
kilang minyak diolah menjadi produk bahan bakar dan minyak pelumas. Produk bahan
bakar di antaranya berupa bensol (avtur), bensin, minyak tanah, dan solar. Residu
pengolahan berupa paselin, lilin, dan aspal. Badan Usaha Milik Negara yang mengelola
minyak bumi adalah PT. Pertamina.
3. Bahan galian industry. Bahan galian industri merupakan bahan galian yang dimanfaatkan
untuk industri, seperti asbes, aspal, bentonit, batu gamping, dolomit, diatomae, gipsum,
halit, talk, kaolin, zeolit, tras.
Berdasarkan informasi dari Kementrian ESDM, jauh sebelum TJSL diatur dalam peraturan
perundang-undangan, melalui UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, perusahaan
pertambangan baik pemegang PKP2B maupun Kuasa Pertambangan (KP) telah melaksanakan
inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR). Program yang dilakukan perusahaan
7
pertambangan batubara terutama untuk perusahaan yang sahamnya terdaftar di bursa saham
disjikan secara transparan dan akuntabel.
Program dan kegiatan CSR sangat beragam dari masing-masing perusahaan sesuai dengan
kondisi masyarakat dan wilayah setempat. Selain tanggung jawab sosial, perusahaan
pertambangan batubara juga melaksanakan pengelolaan dan perlindungan lingkungan seperti
yang disyaratkan dalam peraturan perundang-undangan. Persyaratan pengelolaan lingkungan
menjadi bagian dari AMDAL dan UKL/RPL sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan dalam
meminimalkan dampak lingkungan dari kegiatan usaha pertambangan batubara. Dalam
pelaksanaan tanggung jawab lingkungan, perusahaan pertambangan batubara juga
melaksanakan reklamasi secara rinci dan mengkomunikasikan perencanaan dan pencapaiannya
kepada Kementerian ESDM. Di samping itu, perusahaan menyisihkan dana cadangan untuk
kegiatan pasca tambang yang diatur secara rinci dalam PP No. 78 Tahun 2010 tentang
Reklamasi dan Pascatambang.
8
1. Menyediakan lapangan pekerjaan.
Proses awal sampai akhir pertambangan menyerap begitu banyak tenaga kerja dengan
berbagai kualifikasi kemampuan, dari yang tertinggi hingga yang terendah dalam setiap
prosesnya. Suatu kegiatan pertambangan membutuhkan begitu banyak tenaga terlibat di
lapangan dan melibatkan berbagai keahlian yang terkait. Untuk setiap kegiatan yang
dibutuhkan, dibutuhkan ahli-ahli di setiap bidangnya.
Dengan adanya aktivitas pertambangan, jalur transportasi di berbagai daerah akan semakin
terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat dengan lebih mudah. Berbagai menara pemancar
komunikasi akan dibangun yang tidak hanya memberi manfaat kepada perusahaan
pertambangan tapi juga masyarakat sekitar.
9
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
Di beberapa wilayah di Indonesia penyediaan infrastruktur yang baik, pasokan listrik yang
memadai merupakan faktor pendukung bagi pelaku usaha industri pengolahan dan pemurnian.
Faktor lain yang mendukung perusahaan adalah aspek modal dan pemilihan teknologi yang
tepat. Faktor yang menghambat adalah adanya dualisme perizinan dalam industri pengolahan
dan pemurnian sehingga mengakibatkan ketidakpastian hukum bagi para investor, perizinan
yang berbelit-belit, dan masalah sosial di lapangan. Pembangunan fasilitas pengolahan dan
pemurnian mengalami keterlambatan dikarenakan permasalahan infrastruktur dan kurang
memadainya pasokan listrik di lokasi pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian hasil
tambang. Selain itu, faktor eksternal dari kekuatan ekonomi dunia yang saat ini sedang
mengalami krisis cukup serius juga memberikan pengaruh perlambatan ekonomi nasional
ditambah harga komoditas mineral yang masih belum mengalami peningkatan dana perusahaan
tambang kian memburuk. Perlunya infrastruktur yang baik, pasokan listrik memadai,
meningkatkan profesionalisme dan kualitas sumber daya manusia, serta perlunya perubahan
dalam sistem perizinan agar memberikan kepastian hukum. Dengan demikian industri
pengolahan dan pemurnian dapat semakin berkembang dengan baik.
E. Pemanfaatan teknologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemanfaatkan
teknologi informasi untuk sektor pertambangan di tengah pandemi covid-19. Pemerintah telah
meningkatan pelayanan melalui sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau
Online Single Submission (OSS) Berbasis Risiko. Kementerian ESDM telah menggunakan
teknologi informasi dalam aspek pengawasan. Contohnya pada subsektor mineral dan batu
bara, pelaporan dilakukan melalui Minerba One Map Indonesia (MOMI), Minerba One Date
Indonesia (MODI), Minerba Online Monitoring System (MOMS) dan Modul Verifikasi
Penjualan (MVP), E-PNBP dan Sistem Informasi Pencatatan Piutang (SIPP). Pada kesempatan
yang sama, Enterprise Sales Director PT Link Net Tbk, Agung Satya Wiguna, mengatakan
pandemi telah mendorong seluruh stakeholder untuk berinovasi. Salah satunya dengan
mengadopsi teknologi informasi. Penggunaan teknologi dinilai dapat meningkatkan efisiensi
operasional bisnis di sektor pertambangan, yang bermuara pada peningkatan margin
perusahaan.
10
domestik maupun pasar internasional, sehingga hasil ekspor tambang tersebut dapat
meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi negara. Industri pertambangan juga
dapat menarik investasi asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, terdapat
masalah yang harus diperhatikan oleh pemerintah, yaitu masalah penambangan ilegal.
Penambangan ilegal dilakukan tanpa izin, prosedur operasional, dan aturan dari pemerintah.
Hal ini membuat kerugian bagi negara karena mengeksploitasi sumber daya alam secara ilegal,
mendistribusikan, dan menjual hasil tambangnya secara ilegal, sehingga terhindar dari pajak
negara. Oleh karena itu, pemerintah harus menerapkan aturan yang tegas terhadap para pihak
yang melakukan penambangan ilegal. Kemudian, di sisi lain, industri pertambangan juga
mempunyai dampak negatif, yaitu kerusakan lingkungan. Wilayah yang menjadi area
pertambangan akan terkikis, sehingga dapat menyebabkan erosi. Limbah hasil pengolahan
tambang juga dapat mencemari lingkungan. Kegiatan industri tambang yang menggunakan
bahan bakar fosil menghasilkan CO2 yang dapat menimbulkan efek rumah kaca dan
pemanasan global.
Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, maka setiap perusahaan harus memiliki
tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR). CSR harus diterapkan
dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Prinsip pembangunan berkelanjutan adalah
memenuhi kebutuhan sekarang tanpa harus mengorbankan kebutuhan generasi masa depan.
CSR dapat dilakukan di berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Di bidang
sosial, perusahaan dapat memberikan dana beasiswa pendidikan bagi pelajar, pelatihan bagi
karyawan, dan mendirikan perpustakaan. Di bidang ekonomi, perusahaan dapat membantu
usaha-usaha kecil menengah (UKM) dengan memberikan pinjaman dana untuk
mengembangkan usaha mereka. Kemudian, di bidang lingkungan perusahaan dapat melakukan
reklamasi area bekas tambang, menanam bibit pohon, dan mengolah limbah dengan cara daur
ulang. Jadi, tidak hanya mengambil keuntungan dengan mengeksploitasi sumber daya alam
yang ada, tetapi juga harus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
G. Pertambangan di wilayah Bogor
Produksi utama emas dan perak ANTAM berasal dari tambang bawah tanah Pongkor, Jawa
Barat dan Cibaliung, Banten. Indikasi adanya deposit emas di Pongkor ditemukan oleh Unit
Geomin pada tahun 1981 dan produksi dimulai pada tahun 1994 setelah ijin diperoleh pada
tahun 1992. Tambang Cibaliung diakuisisi dari perusahaan Australia, Arc Exploration pada
tahun 2009 dan mulai beroperasi pada tahun 2010.Tambang Cibaliung dioperasikan oleh
11
entitas anak ANTAM, PT Cibaliung Sumberdaya.ANTAM juga memiliki 25% PT Nusa
Halmahera Minerals yang mengoperasikan tambang emas Gosowong di Maluku Utara.Pada
awal bulan Juni 2013, ANTAM telah memperoleh perpanjangan ijin pinjam pakai kawasan
hutan untuk tambang emas Pongkor sampai dengan tahun 2021. Tambang emas Pongkor
memiliki tiga urat emas utama yakni Ciguha, Kubang Cicau dan Ciurug. Metode penambangan
menggunakan conventional cut and fill stoping pada urat emas Ciguha dan Kubang Cicau. Pada
urat emas Ciurug ANTAM menggunakan metode penambangan mechanized cut and fill
dengan peralatan hydraulic jumbo drill dan load haul dump (LHD) sejak tahun 2000.
Penggunaan metode mechanized cut and fill tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
produksi namun juga menurunkan biaya produksi untuk meningkatkan efisiensi. Tambang
emas Cibaliung dioperasikan dengan metode penambangan mekanis cut and fill dan undercut
and fill. Setelah bijih emas di Pongkor dan Cibaliung ditambang, bijih emas kemudian diolah
melalui beberapa proses seperti crushing, milling, cyanidation, carbon leaching dan stripping,
electro winning dan casting untuk memproduksi bullion/dore. Limbah dari pabrik diolah di
pabrik detoksifikasi untuk menurunkan kandungan sianida di tailing menjadi di bawah batas
0,5 ppm. Setelah diolah, tailing kembali dimasukkan ke tambang di dalam sistem total tailing
backfill system dengan kombinasi semen. Cadangan dan sumber daya emas ANTAM per 31
Desember 2012 berjumlah 9 juta dmt dengan kandungan logam emas 1,6 juta ounces emas,
sementara PT Nusa Halmahera Minerals memiliki cadangan dan sumber daya emas sebesar 9,3
juta dmt dengan kandungan logam emas 3,6 juta ounces. Dore/bullion yang berasal dari
Pongkor dan Cibaliung dikirimkan untuk dimurnikan menjadi emas di UBPP Logam Mulia di
Jakarta.Silakan melihat bagian Pengolahan Logam Mulia untuk informasi lebih lanjut
mengenai operasi pemurnian dan pengolahan logam mulia.
Semenjak adanya aktivitas pertambangan oleh Antam di kawasan ini, perubahan pun terjadi
di Kecamatan Nanggung, Bogor, Jawa Barat tempat tambang emas Pongkor berada.Perlahan,
kawasan Gunung Pongkor yang awalnya sepi kini makin ramai, termasuk para pendatang yang
mencoba mencari keberuntungan sebagai penambang liar atau Penambang Tanpa Izin (Peti).
Saat ini, di pusat Kecamatan Nanggung sudah ada pasar, dua minimarket dan rumah-rumah
warga dengan bangunan permanen memadati kanan-kiri jalan Kawasan Pongkor.Mata
pencaharian masyarakat yang semula hanya bertani kemudian beralih ke penambang emas atau
menjadi Peti, dalam bahasa Sunda disebut 'gurandil'. Aktivitas penambangan emas Antam di
kawasan ini bukan tanpahambatan.Apalagi dengan adanya jumlah Peti dari tahun ke tahun
makin bertambah yang ikut menggali emas secara liar di kawasan Taman Nasional Gunung
12
Halimun Salak.Hal ini muncul karena rasa tidak terima para Peti atas penangkapan rekan
rekannya yang menambang di area UBPE Pongkor.Kawasan ini memang menjadi primadona
bagi warga dari berbagai daerah untuk mengadu nasib mencari emas di Pongkor. Selama 21
tahun sejak tambang Gunung Pongkor menjadi salah satu unit bisnis Antam pada 1994, hingga
kini aktivitas pertambangan terus berlangsung.
Objek yang dimiliki oleh Unit Bisnis Penambangan Emas (UBPE) Pongkor, BUMN PT
Aneka Tambang Tbk (Antam) ini pertama kali dieksploitasi pada tahun 1974. Di sini Anda
dapat melihat proses penambangan emas yang harus melalui serangkaian proses pengeboran,
peledakan, pengerukan, pengangkutan, dan penimbunan kembali. Untuk mendapatkan emas
dari urat-urat ini, Antam membangun terowongan utama berdiameter 3,3 meter setinggi 3
meter. Apabila terus diikuti, terowongan ini akan tembus ke Gunung Pongkor yang jauhnya
sekitar 4 kilometer. Pintu dari portal beton adalah satu-satunya tempat keluar masuk lokasi
penambangan.
Dalam terowongan ini, terdapat 4 lubang besar sebagai ventilasi. Dengan ventilasi
semacam ini, orang bisa tahan tinggal selama dua hari dalam terowongan tanpa harus kehabisan
udara bersih. Apabila ingin memasuki terowongan emas, segala peraturan penambangan harus
dipatuhi, mulai dari kartu asuransi, memakai sepatu bot, berbaju wearpack, hingga berhelm
yang bertengger senter di atasnya serta tidak lupa, masker pun harus dikenakan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
Daftar Pustaka
225050-dampak-pertambangan-terhadap-lingkungan-e01f22b1.pdf (neliti.com)
https://www.bps.go.id/subject/10/pertambangan.html#subjekViewTab1
https://www.agincourtresources.com/read-agincourt/manfaat-industri-pertambangan-
dan-perannya/
iterasipublik.com/tahapan-kegiatan-pertambangan/
NHK__TAMKA-01.pdf (ulm.ac.id)
15