Anda di halaman 1dari 4

Kaolin yang memiliki rumus kimia Al2O3.2SiO2.

2H2O secara struktural tergolong jenis filosilikat


tipe 1:1, karena tersusun dari lapisan tetrahedral silika dan oktahedral alumina. Kristalnya
terdiri dari lembar-lembar oktahedral alumunium yang tertumpuk di atas lembar tetrahedral
silika.

kaolin dapat digunakan sebagai adsorben logam Fe dan Mn. Efisiensi penurunan kadar logam dalam
limbah yang di analisa didapat sebesar 85,67% untuk logam Fe dan 77,55% untuk logam Mn. Hal
tersebut didukung dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Zacaroni, dkk (2015) yang melaporkan
bahwa kaolin berhasil mengadsorpsi logam Cu sebesar 68,7%. Aktivasi kimia terhadap kaolin biasanya
dilakukan menggunakan larutan asam (Putra, dkk. 2016; dan Sari, dkk. 2016). Hal ini dikarenakan apabila
kaolin diaktivasi menggunakan basa seperti NaOH akan merusak struktur kaolin (Alkan,dkk.2005).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari,dkk (2016) yang melaporkan bahwa aktivasi kaolin
menggunakan asam korida (HCl) mempunyai aktivitas adsorpsi lebih baik yaitu sebesar 97,2% terhadap
logam Fe. Kaolin yang teraktivasi (H2SO4) yang dilaporkan oleh Putra, dkk (2016) yang mampu
mengadsorpsi logam Fe sebesar 54,2%.

Menurut Yavuz, dkk (2003) menyatakan bahwa kaolin dapat digunakan sebagai adsorben. Hal ini
dikarenakan struktur kaolin yang berbentuk lapisanlapian menyebabkan kaolin dapat menyerap
berbagai materi diantara lapisanlapisan struktur kaolin seperti logam berat, zat warna, gas, dan masih
banyak lagi. Selain itu, menurut Utari, T (1994) kaolin juga berupa padatan amorf dan berpori serta
mempunyai sifat inert, netral, luas permukaannya besar sehingga memiliki sifat daya adsorpsi yang
besar.

Kaolin memiliki struktur rangka, mengandung ruang kosong yang ditempati oleh kation dan molekul air
yang bebas sehingga memungkinkan pertukaran ion dan penyerapan senyawa kimia.

HUMIC ACID

Kapasitas pertukaran kation penting untuk kesuburan tanah. Humus dalam tanah
sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik merupakan sumber muatan negatif
tanah, sehingga humus dianggap mempunyai susunan koloid seperti lempung, namun
humus tidak semantap koloid lempung, dia bersifat dinamik, mudah dihancurkan dan
dibentuk. Sumber utama muatan negatif humus sebagian besar berasal dari gugus
karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH).
Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau
menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik yang kita tambahkan dan jenis
tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan
organik yang masih mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan
pH tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang
menyebabkan menurunnya pH tanah. Namun apabila diberikan pada tanah yang masam
dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena asam-
asam organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa komplek (khelat),
sehingga Al-tidak terhidrolisis lagi. Dilaporkan bahwa penamhan bahan organik pada tanah
masam, antara lain inseptisol, ultisol dan andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu
menurunkan Al tertukar tanah. Peningkatan pH tanah juga akan terjadi apabila bahan organik
yang kita tambahkan telah terdekomposisi lanjut (matang), karena bahan organik yang telah
termineralisasi akan melepaskan mineralnya, berupa kation-kation basa.

Pada pH netral yang berkisar 6,5- 7,5, unsur hara tersedia dalam jumlah optimum,
namun reaksi tanah akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Pada pH tanah kurang dari 6,0, maka ketersediaan unsur-unsur P, K, S, Ca, Mg, dan
Mo menurun dengan drastis. Sedangkan pada pH tanah lebih besar dari 8,0, akan
menyebabkan unsur-unsur N, Fe, Mn, Cu, dan Zn ketersediannya sangat sedikit.
Menurut Tan (1995) muatan permukaan bersih akan menjadi nol jika kerapatan muatan negatif sama
dengan kerapatan muatan positif. Nilai pH saat terjadinya kesamaan muatan-muatan tersebut disebut
titik isoelektrik atau muatan titik nol (MTN) dari mineral (Tan, 1995). Muatan titik nol dapat ditetapkan
baik dengan metode titrasi maupun dengan analisis jumlah kation dan anion terjerap sebagai fungsi dari
pH dan konsentrasi. Jika ion-ion H+ dan OH- merupakan ion-ion tertentu potensial utama , MTN
biasanya ditentukan dengan titrasi potensiometrik dan perhitungan memakai rumus: бo = F (гH+ - гOH- )
Dengan бo = kerapatan muatan permukaan, F = tetapan Faraday, гH dan гOH berturut-turut jerapan H+
dan OHdalam mEk/gram. Penetapan MTN dapat dilakukan dengan metode Schulthess dan Sparks (1986)
yang dimodifikasi oleh Naganuma dan Okazaki (1992) cit. Purnamayani et al. (2004). Bila pH aktual (pH
H2O) di atas muatan titik nol maka tanah akan bermuatan negatip sehingga akan mempunyai
kemampuan untuk menukarkan kation (mempertukarkan suatu kation positif yang satu dengan yang
lainnya), namun sebaliknya tanah akan mengikat anion (secara elektrostatik) apabila pH di bawah atau
lebih rendah daripada muatan titik nol atau pHo yang disebut kapasitas tukar anion (Appel et al., 2002)
Menurut Appel et al., 2002 Muatan Titik Nol (MTN) merupakan variabel penting dalam menggambarkan
mekanisme muatan permukaan reversibel terutama pada tanah melapuk lanjut yang didominasi oleh
muatan variabel. Keberadaan bahan organik sangat berpengaruh terhadap sifat muatan dalam tanah.
Anion organic.

Hasil penelitian Kosmulski (2009) menyebutkan bahwa muatan titik nol untuk gibsit yakni 11, goethit
9,1, kaolinit dari Zheijiang < 3, CaCO3 dari Omya 8,5, kalsit dari Meksiko 10,1, apatit dari Grangesberg
Sweden 3,8, pirit dari dari Colorado 5,5, asam humat yang diekstrak dari gambut Amherst < 4, asam
humat dan asam fulvat yang diekstrak dari tanah < 3.

Zeolit merupakan bahan penukar ion yang baik dari berbagai adsorben tersebut (Sriatun dan Suhartana,
2003). Zeolit secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu zeolit alam dan zeolit sintetis. Kemurnian
dari zeolit alam masih belum baik sehingga pemanfaatannya tidak optimal. Oleh karena itu, pada saat ini
banyak dilakukan sintesis zeolit diantaranya yaitu zeolit X, zeolit Y dan zeolit A. Zeolit A tersusun atas
alumina silikat dimana unit terkecilnya berbentuk tetrahedral TO4 dengan T adalah Si4+ atau Al3+.
Masingmasing T tersebut terhubung dengan adanya oksigen sebagai penghubungnya, dimana oksigen
digunakan bersama oleh Si4+ dan Al3+ membentuk struktur zeolit A (Witanto, 2010). Zeolit A memiliki
kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi, karena zeolit A merupakan zeolit yang kaya alumina.
Chantawong dan Harvey (2003) mengatakan kapasitas tukar kation pada zeolit A yaitu 225 cmol+ /kg.
Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam sintesis zeolit A yaitu lumpur
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pontianak (Yani, dkk., 2013). Proses pengolahan air yang
digunakan di PDAM Kota Pontianak menghasilkan lumpur yang berasal dari setiap tahapan pada proses
pengendapan flok-flok pada air. Endapan tersebut terjadi karena adanya penambahan tawas (Al2(SO4)3)
yang akan terurai dalam air, dan ion alumina akan mengikat pengotor di dalam air membentuk flok-flok
pada air dan mengendap. Oleh karena itu, pada lumpur PDAM Kota Pontianak memiliki kandungan
alumina. Berdasarkan hasil karakterisasi XRay Fluorescence (XRF) yang telah dilakukan, lumpur PDAM
memiliki kandungan Al2O3 sebesar 29,45%. Penelitian ini dilakukan untuk mensintesis zeolit A dari
lumpur PDAM Kota Pontianak dengan variasi mol penambahan Al2O3 melalui proses hidrotermal. Yani,
dkk. (2013)

Resin pertukaran ion merupakan bahan sintetik yang berasal dari aneka ragam bahan, alamiah maupun
sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan perilaku pertukaran ion dalam analisis laboratorium
dimana keseragaman dipentingkan dengan jalan penukaran dari suatu ion. Pertukaran ion bersifat
stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+ . Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan
dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh mana proses itu terjadi, stokiometrinya
bersifat eksak dalam arti satu muatan positif meninggalkan resin untuk tiap satu muatan yang masuk.
Ion dapat ditukar yakni ion yang tidak terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion)
(Underwood, 2001).

Suatu resin penukar kation adalah sebagai suatu polimer berbobot molekul tinggi, yang terangkai-silang
yang mengandung gugus-gugus sulfonat, karboksilat, fenolat, dan sebagainya sebagai suatu bagian
integral dari resin itu serta sejumlah kation yang ekuivalen. MX (aq) + Res-H → HX (aq) + Res-M Suatu
resin penukar-anion adalah suatu polimer yang mengandung gugus-gugus amino (atau amonium
kuartener) sebagai bagian –bagian integral dari kisi polimer itu dan sejumlah ekuivalen anion-anion
seperti ion klorida , hidroksil atau sulfat. (Basset,1994) MX (aq) + Res-H → H2O (aq) + Res-X.

Karbon aktif merupakan suatu bentuk arang yang telah melalui aktifasi dengan menggunakan gas CO2,
uap air atau bahan-bahan kimia sehingga pori-porinya terbuka dan dengan demikian daya absorpsinya
menjadi lebih tinggi terhadap zat warna dan bau. Karbon aktif mengandung 5 sampai 15 persen air, 2
sampai 3 persen abu dan sisanya terdiri dari karbon. Karbon aktif berbentuk amorf terdiri dari pelat-
pelat datar, disusun oleh atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam 12 suatu kisi heksagonal datar
dengan satu atom C pada setiap sudutnya.

Selain menggunakan arang penelitian ini juga menggunakan molase. Molase adalah bahan sisa dari
industri gula yang banyak dijumpai disamping hasil utamanya. Dari berbagai bahan sisa yang dihasilkan
industri gula, molase merupakan bahan dasar yang berharga sekali untuk pertanian. Molase adalah
sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan
karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sangat sulit untuk dikristalkan. Molase merupakan
produk limbah dari industri gula di mana produk ini masih banyak mengandung gula dan asamasam
organik, sehingga merupakan bahan yang sangat baik untuk mempercepat kemantapan agregat.
Kandungan gula dari molase terutama sukrosa berkisar 40-55% (Anonim, 2008). Molase merupakan co-
product yang dihasilkan pabrik gula dan produksinya sekitar 5% dari total jumlah tebu yang digiling.
Molase seperti yang telah dijelaskan di awal, yakni merupakan sisa proses pengkristalan gula pasir.
Sumber molase itu sendiri didapatkan dari 2 macam. Pertama dari tebu dan kedua dari bit. Berdasarkan
kedua sumber tersebut akan didapatkan molase yang berbeda sifat dan pengolahannya. Pada penelitian
ini menggunakan tanah Entisol karena tanah Entisol merupakan tanah muda yang belum berkembang,
sehingga kemantapan agregat tanah juga belum optimal. Entisol mempunyai sifat fisik diantaranya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 3 teksturnya berpasir, strukturnya lepas
sedangkan konsistensinya gembur serta lepas. Nilai reaksi tanah sangat beragam mulai dari pH 2,5-8,5;
kejenuhan basa sedang hingga tinggi dengan kapasitas pertukaran kation (KPK) sangat beragam karena
sangat tergantung pada jenis mineral klei yang mendominasinya, permeabilitasnya lambat dan peka
terhadap erosi (Munir, 1996).

Black Strap ternyata memiliki kandungan zat yang berguna, zat-zat tersebut antara lain kalsium,
magnesium, potasium, dan besi. Black Strap memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, karena terdiri
dari glukosa dan fruktosa (Pramana, 2008). Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan
gula dengan wujud bentuk cair. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pond (1995) yang menyatakan
bahwa molasses adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang
esensial dengan kandungan gula di dalamnya. Oleh karena itu, molasses telah banyak dimanfaatkan
sebagai bahan tambahan pakan ternak dengan kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik.
Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1%; serat kasar 0,6%; BETN 83,5%; lemak kasar 0,9%; dan
abu 11,9%. Molasses dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Cane-molasses, merupakan molasses yang
memiliki kandungan 25–40% sukrosa dan 12– 25% gula pereduksi dengan total kadar gula 50–60% atau
lebih. Kadar protein kasar sekitar 3% dan kadar abu sekitar 8–10%, yang sebagian besar terbentuk dari
K, Ca, Cl, dan garam sulfat; (2) Beet-molasses merupakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7 pakan pencahar yang normalnya diberikan pada ternak dalam jumlah kecil (Cheeke,
1999; McDonald 2001).

Molase mengandung asam-asam organik sebagai sumber C bagi pertumbuhan mikroorganisme dan
mengandung sukrosa yang cukup tinggi (45-55%). Fermentasi molase oleh mikroorganisme fermentatife
yang berasal dari buah-buahan menghasilkan asam organik lainnya misalnya asam sitrat, sehingga pH
MOL umumnya cenderung asam karena semakin lama waktu fermentasi nilai pH akan semakin
menurun. Kondisi asam ini baik untuk produksi fitohormon (auksin, giberelin, dan sitokinin) yang
diketahui berperan dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif, generatif, dan pemasakan buah (Salma
dan Purnomo, 2015). Batas minimum pH yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah 3
(Amaral, 2013).

Anda mungkin juga menyukai