Anda di halaman 1dari 8

BAB V

PEMBAHASAN MASALAH

5.1 Pengujian Nitrogen Metode Kjeldahl

Tanaman yang kekurangan N memberikan warna hijau muda atau kekuningan pada
daun. Kekurangan nitrogen dalam tanah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terganggu dan hasil tanaman menurun karena terhambatnya pembentukan klorofil. Salah satu ciri
spesifikasi lahan gambut adalah kadar N yang relatif tinggi, namun sebagian N tersebut dalam
bentuk Nitrogen-Organik sehingga harus memerlukan proses mineralisasi untuk dapat digunakan
tanaman. Fraksi organik tanah gambut di Indonesia lebih dari 95%, kurang dari 5% sisanya
adalah fraksi anorganik. Fraksi organik terdiri atassenyawa-senyawa humat sekitar 10 hingga
20%, sebagian besar terdiri atas senyawa-senyawa non-humat yang meliputi senyawa lignin,
selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, resin,suberin, dansejumlah kecil protein. Sedangkan
senyawa-senyawa humat terdiri atas asam humat, himatomelanat dan humin. Ketersediaan kadar
nitrogen di dalam tanah sangat bervariasi seperti terlihat pada Tabel 4. Kandungan N total tanah di
daerah penelitian secara keseluruhan dari hasil analisis kesuburan tanah pada tujuh sampel berkisar
dari sangat rendah hingga rendah (0.06% - 0.17%).

Berdasarkan hasil analisis senyawa N organik yang diperoleh dari percobaan sebelumnya
diperoleh informasi mengenai macam dan jumlah senyawa N organik yang terdapat dalam setiap
contoh tanah. Berdasarkan hasil pengamatan tanggapan tanah dan tanaman kakao terhadap
pemupukan N, selanjutnya dibuat analisis korelasi sederhananya dengan kandungan berbagai
senyawa N organik tersebut. Fraksi senyawa N organik yang sangat berkorelasi dengan
tanggapan tanaman kakao terhadap pemupukan dianggap sebagai indikator respon tanah dan
tanaman terhadap pemupukan kakao dan selanjutnya dalam penelitian ini senyawa hipotetik
tersebut diberi kode Nox

Interpretasi hasil uji N tanah tidak selalu bersifat langsung dapat digunakan. Namun
demikian, hasil uji dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi atau memonitor
kecukupan dosis pupuk N bahkan pada sistem tanam dengan berbagai variabel (Dahnke &
Johnson, 1990. Ketika penyediaan dan ketersediaan faktor pertumbuhan seperti cahaya, air dan
hara mineral meningkat, maka tanggapan tanaman berupa laju pertumbuhan dan hasil tanaman
meningkat, walaupun mengikuti hukum peningkatan hasil yang berkurang seperti yang
dirumuskan oleh Mitscherlich (Marschner, 1986).

nilai korelasi N terhidrolisis total umumnya lebih tinggi. Hasil penelitian Nguyen et al.
(2004) menunjukkan bahwa fraksi asam humat merupakan sumber yang signifikan terhadap
mineralisasi N dalam tanah dengan menggunakan prosedur inkubasi anaerobik. Sekitar 20-40%
dari N total dari kebanyakan tanah atasan (top soil) terdapat dalam bentuk asam amino. Namun,
estimasi proporsi N tanah dalam bentuk N yang terikat asam amino berdasar pada penentuan
kandungan asam amino dengan teknik hidrolisis tanah secara asam adalah jumlah yang
minimum, sebab beberapa pengrusakan asam amino terjadi selama hidrolisis. Seperti halnya
pada pengamatan N total dan N terhidrolisis total dalam tanah, pada Identifikasi senyawa
nitrogen organik tanah sebagai indikator respon tanaman kakao terhadap pemupukan nitrogen

5.1.1 Perbandingan dan perbedaan teori dengan tempat prakerin di Puslitkoka.

Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara utama dalam tanah yang diperlukan
tanaman dalam jumlah besar. Nitrogen berperan penting dalam proses metabolisme, yaitu proses
fotosintesis sehingga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.

Kesimpulan : Tata cara penentuan kadar Nitrogen sesuai dengan teori yang diberikan di
sekolah. Tetapi di tempat prakerin menggunakan alatnya secara langsung dan di sekolah baru
penjelasan teorinya.

5.2 Pengujian Pengujian Karbon Organik Cara Walkey dan Black

Kadar C-Organik merupakan faktor penting penentu kualitas tanah mineral. Semakin
tinggi kadar C-Organik total maka kualitas tanah mineral semakin baik. Bahan organik tanah
sangat berperan dalam hal memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas biologis tanah,
serta untuk meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.Pakan alami di dasar tambak (klekap)
sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik di dasar tambak karena bahan organik
merupakan sumber nitrogen. Makin tinggi kadar bahan organik, makin tinggi pula jumlah
nitrogen yang dikandungnya sehingga pertumbuhan klekap akan semakin baik. Kadar bahan
organik dihitung dari kandungan C–Organik dengan rumus : Bahan organik (%) = 1,74% x C-
Organik (%) sehingga kandungan bahan organik tanah dasar tambak dapat dilihat dari kadar C–
Organiknya. Kadar C–Organik yang berlebihan akan membahayakan kehidupan dan populasi
organisme budidaya tambak. Hal ini disebabkan oleh proses penguraian klekap yang mati
membutuhkan oksigen dan menghasilkan gas beracun, seperti CO2, H2S dan NH3. Selain itu
kadar C–Organik yang terlalu tinggi juga dapat menimbulkan efek peneduhan.Data yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah berdasarkan hasil pemeriksaan sampel tanah pada 5
stasiun. Berdasarkan hasil uji laboratorium diperoleh C-Organik pada stasiun I sebesar 1,20 %
tergolong pada tingkat kesuburan tanah rendah, pada stasiun II ,IV dan V sebesar 1,67 %, 0,89 %
dan 1,13 % tergolong pada tingkat kesuburan tanah sedang, sedangkan pada stasiun III sebesar
2,20 % tergolong pada tingkat kesuburan tanah tinggi. Rataan dari lima stasiun penelitian adalah
1,71 % tergolong pada tingkat kesuburan tanah sedang.

5.1.1 Perbandingan dan perbedaan teori dengan tempat prakerin di Puslitkoka.

Analisis Karbon Organik Tanah (C) adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
karbon yang terkandung dalam Tanah. Analisis C termasuk dalam lingkup analisis Instrumen.
Analisis Instrumen adalah penentuan komposisi dengan bantuan instrument atau alat, salah satu
alat yang digunakan pada analisa ini adalah spektrofotometri UV-Vis.

Kesimpulan : Tata cara penentuan kadar Nitrogen sesuai dengan teori yang diberikan di
sekolah. Tetapi di tempat prakerin menggunakan alat Spektrofotometer dan di sekolah baru
penjelasan teorinya.

5.3 Pengujian Pengujian Cu dan Zn Tanah

Logam tembaga (Cu) adalah logam yang berwarna merah muda, yang memiliki
sifat fisik lunak, dapat ditempa, dan liat. Tembaga dengan symbol Cu, memiliki nomer atom 29,
massa atom 63,37 g/mol, konfigurasi electron [Ar]3d104s1 yang terdapat pada golongan IB
unsur transisi di dalam tabel periodic dan melebur pada suhu 1083°C. Potensial elektroda
standar Cu/Cu adalah positif (+0,43 V), sehingga Cu tidak larut dalam asam klorida dan asam
sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen Cu hanya bisa larut sedikit. Asam nitrat yang
sedang (8M) dengan mudah melarutkan tembaga. Persamaan reaksi Cu sebagai berikut:

3Cu+8HNO, (aq) + 3Cu2+6NO, -+2NO(g) + 4H₂O(1)

Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga :

Cu(s)+2H2SO4(aq) → Cu2++ SO2+ SO2(g) + 2H₂O


Ada dua deret senyawa tembaga yaitu tembaga (1) dan tembaga (II). Senyawa- senyawa
tembaga (1) diturunkan dari tembaga (1) oksida Cu₂O yang merah, daan mengandung ion
tembaga (I), Cu*. Senyawa-senyawa tersebut tidak berwarna. Kebanyakan garam tembaga (1)
tidak larut dalam air dan perilakunya mirip senyawa perak (I). Tembaga (1) mudah dioksidasi
menjadi tembaga (II) yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO yang berwarna hitam.
Garamgaram tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat maupun
dalam larutan air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) saja (Vogel,
1985).

Logam tembaga (Cu) dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan, apakah itu pada
strata perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfer). Tembaga (Cu) yang masuk ke dalam
strata lingkungan dapat datang dari bermacam-macam sumber. Tetapi sumber-sumber masukan
logam tembaga (Cu) ke dalam strata lingkungan yang umum dan diduga paling banyak adalah
dari kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilitas
bahan bahan bakar (Palar, 1994).

Logam tembaga (Cu) termasuk logam berat essensial, jadi meskipun beracun tetapi
sangat dibutuhkan manusia dalam jumlah yang kecil. Toksisitas yang dimiliki tembaga (Cu) baru
akan bekerja bila telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah yang besar atau melebihi
nilai toleransi organisme terkait (Palar, 1994).

Logam Seng (Zn) merupakan salah satu unsur dengan simbol seng (Zn). memiliki nomor
atom 30, massa atom 65,37 g/mol, konfigurasi elektron [Ar]3d0 4s² dan terdapat pada golongan
IIB unsur transisi di dalam tabel periodik. Seng adalah logam yang berwarna putih kebiruan yang
sangat mudah ditempa. Seng liat pada suhu 110-1500°C, melebur pada suhu 4100°C, dan
mendidih pada suhu 9060 °C. Logamnya yang murni, melarut lambat dalam asam maupun basa,
adanya zat zat pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh
penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini dapat mempercepat reaksi. Hal
tersebut menjelaskan seng-seng komersial dapat dengan mudah larut dalam asam klorida encer
dan asam sulfat encer dengan mengeluarkan gas hidrogen. Reaksinya sebagai berikut:

Zn(s) + 2HCl(aq) → Zn 2+2C1+ H2(g)


Asam nitrat pekat akan membentuk ion-ion seng (II) dan nitrogen oksida (NO), reaksinya yaitu:

3Zn(s) + 8HNO3(aq) + 3Zn2+(aq) + 2NO(g) + 6NO³-+4H₂O(1)

Asam nitrat pekat mempunyai pengaruh yang kecil terhadap seng, karena rendahnya
kelarutan seng nitrat. Dengan asam sulfat pekat akan melarutkan seng dan melepaskan belerang
dioksida. Reaksinya sebagai berikut:

Zn(s) + 2H2SO4(aq) Zn2+ SO(g) + SO2 + 2H₂O(1)

Seng (Zn) membentuk hanya satu seri garam, garam-garam ini mengandung kation seng
(II), yang diturunkan dari seng oksida, ZnO (Vogel, 1985). Logam seng memiliki sifat fisik dan
sifat kimia yaitu mempunyai berat molekul 161,4 mengandung satu atau tujuh molekul air hidrat,
hablur transparan 6 atau jarum jarum kecil, serbuk hablur atau butir, tidak berwarna, tidak
berbau, larutan memberikan reaksi asam terhadap lakmus. Konsentrasi seng (Zn) lebih besar dari
5 mg/L. di dalam air dapat menyebabkan rasa pahit. Seng dalam air juga mungkin dihasilkan dari
sisa racun industri (Dirjen POM, 1995).

Pada penetapan tembaga (Cu) dan seng (Zn) pada sampel tanah kami menggunakan
pengekstrak HCI 0,1 N sebanyak 20 mL untuk memperoleh ekstrak jernihnya. Pada ekstrak
jernihnya inilah yang dapat diukur pada Atomic Absorption Spectrometer (AAS) untuk
mengetahui kadar Cu dan Zn pada tanah yang dianalisa. Diawali dengan menimbang sampel
tanah kasar sebanyak 1 gram menggunakan neraca analitik 2 digit. Kemudian sampel tanah kasar
ditimbang dan dimasukkan ke dalam botol kocok. Lalu, ditambahkan masing-masing 20 ml
larutan HCI dengan konsentrasi 0,1 N ke dalam botol kocok bersama sampel tanah. Setelah itu,
dikocok pada mesin pengocok (shaker) selama + 5 menit.

Selanjutnya disiapkan tabung reaksi sebanyak jumlah sampel yang diperlukan dan corong
serta kertas saring untuk mengekstrak sampel dari botol kocok tersebut. Setelah dikocok selama
5 menit sampel disaring untuk mendapatkan ekstrak jernihnya. Setelah disaring dan didapatkan
ekstrak jernihnya, kemudian dihitung nilai absorbansinya dengan menggunakan bantuan
instrumen spektrofotometer serapan atom/AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Untuk
pengukuran tembaga (Cu) dan seng (Zn) memerlukan larutan standar dan masing-masing
memiliki larutan standar yang berbeda.
Untuk larutan standar tembaga (Cu) sendiri menggunakan larutan standar tembaga (Cu)
50 ppm yang berasal dari larutan tembaga (Cu) 100 ppm yang didipet 50 mL dan diencerkan
dengan air suling hingga 100 mL kemudian dihomogenkan. Setelah itu, untuk membuat larutan
standarnya yaitu dengan cara dipipet larutan standar tembaga (Cu) 50 ppm sebanyak 0,5 mL; 1
mL; 2 mL; 3 mL; 4 mL; dan 5 mL kemudian diencerkan dengan air suling hingga 10 mL. Dan
untuk larutan standar seng (Zn) menggunakan larutan standar seng (Zn) 10 ppm yang berasal
dari larutan standar tembaga (Cu) 100 ppm yang dipipet 10 mL kemudian diencerkan dengan air
suling hingga 100 mL lalu dihomogenkan. Setelah itu, untuk pengukuran dibuat larutan standar
dengan memipet larutan standar seng (Zn) 10 ppm sebanyak 0,5 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL; 4 mL; 5
mL kemudian diencerkan dengan air suling hingga 10 ml

5.3.1 Perbandingan dan perbedaan teori dengan tempat prakerin di Puslitkoka.

Analisis tembaga (Cu) dan seng (Zn) pada tanah bertujuan untuk mengetahui kandungan
logam berat pada tanah tembaga (Cu) dan seng (Zn) termasuk dalam logam berat esensial
dimana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup yaitu
tanaman, tetapi jika dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Analisis
tembaga (Cu) dan seng (Zn) termasuk analisa instrumen. Analisis intsrumen adalah penentuan
komposisi dengan bantuan instrumen atau alat, salah satu alat yang digunakan pada analisa ini
adalah Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS).

Kesimpulan : Tata cara penentuan kadar tembaga (Cu) dan seng (Zn) sesuai dengan teori yang
diberikan di sekolah. Tetapi di tempat prakerin menggunakan bantuan alat instrumen AAS dan di
sekolah baru penjelasan teorinya.

5.4 Pengujian Pengujan Mangan (Mn)

Kekurangan dan kelebihan unsur hara mikro bersifat spesifik, karena sifatnya sebagai
kofaktor beberapa ensim. Kekurangan unsur hara mikro lebih banyak mengganggu kinerja ensim
yang dibutuhkan dalam proses metabolisme, sedangkan kelebihan unsur hara mikro dapat
bersifat langsung mengakibatkan keracunan. Mangan berasal dari batuan primer yang pada
umumnya dalam bentuk feromagnesit. Unsur Mn yang berasal dari batuan tersebut dibebaskan
lewat proses pelapukan mineral primer dan akan bersatu dengan O2, CO2 dan SiO2 untuk
membentuk mineral sekunder terutama menjadi pirolusit (MnO2) dan Manganit (MnO(OH)2
(Mengel dan Kirkby, 1982), hausmanit (Mn3O4), rhodokrosit (MnCO3) dan rhodonit (MnSiO3)
(Tisdale et al.,1985). Oksida mangan dan besi lebih sering terdapat di dalam tanah secara
bersama-sama dalam gumpalan.

Mikroba yang terlibat dalam model oksidasi Mn ini adalah Azotobacter strain B,
Pseudomonas,sp. dan Citrobacter freundi. Selanjutnya Alexander (1961) menyampaikan bahwa
status ion Mn di dalam larutan tanah merupakan kondisi yang berhubungan dengan pH tanah.
Pada reaksi yang lebih masam dari pH 5,5 sebagian besar mangan berada dalam bentuk
tertukarkan sebagai Mn2+ , sedangkan dalam kondisi pH lebih dari 8,0 Mn2+ menjadi tidak
stabil dan dioksidasikan menjadi oksida mangan. Tanaman tidak memanfaatkan oksida mangan,
oleh karena itu kondisi alkalin (basa) sering dihubungkan dengan penyebab kekurangan mangan.
Lebih lanjut Alexander (1961) juga menyampaikan bahwa suatu media tanah netral atau alkalin
yang ditambahkan larutan MnSO4 menunjukkan adanya peningkatan kelarutan kation di dalam
larutan dan fase tanahnya, dan diikuti oleh menghilangnya ion mangan dari larutan tanah setelah
beberapa hari masa inkubasi. Berkurangnya ion mangan ini diikuti oleh meningkatnya oksida
mangan

. Sampel low range merupakan sampel dengan konsentrasi rendah atau konsentrasi
mendekati konsentrasi terendah dari larutan deret standar yang digunakan sedangkan sampel
high range merupakan sampel dengan konsentrasi tinggi atau konsentrasi mendekati konsentrasi
tertinggi dari larutan deret standar yang digunakan, perlakuan tersebut bertujuan agar mengetahui
kinerja instrumen dalam membaca hasil pada keadaan rentang standar rendah dan tinggi. Uji
repeatabilitas (keterulangan) dilakukan bertujuan untuk mengukur keragaman nilai hasil
pengujian terhadap sampel yang sama dari seorang analis yang sama pula dengan menggunakan
metode pengujian dan peralatan yang sama dalam interval waktu yang sesingkat mungkin.
Semakin kecil nilai repeatabilitas (keterulangan) maka semakin presisi hasil pengulangan
pengujian yang dilakukan oleh seorang analis. Sedangkan uji reprodubilitas (ketertiruan)
dilakukan untuk mengetahui sumber variasi kesalahan, dimana ketertiruan dari analisis tidak
akan lebih baik hasilnya dari nilai repeatabilitas (keterulangan). Hasil uji presisi repeatabilitas
(keterulangan).

hasil dari ketidakpastian kadar mangan (Mn) dalam sampel tanah yaitu 28,73±0,1361
mg/kg menunjukkan bahwa nilai ketidakpastian rendah dan sudah memenuhi syarat baku
menurut Peraturan Menteri Lingkungan hidup dan kehutanan No. 63 Tahun 2006. Hal ini dapat
dikatakan bahwa nilai ketidakpastian memberikan hasil yang teliti sehingga tingkat kasalahan
yang terjadi saat analisis kecil. Hasil dari nilai ketidakpastian kemudian perlu diketahui
penyumbang ketidakpastian terbesar dengan menghitung kontribusi ketidakpastian pengukuran
dalam satuan persen (%).kontribusi terbesar penyumbang estimasi ketidakpastian terbesar yaitu
pada konsentrasi yang berasal dari kurva kalibrasi. Persentase penyumbang nilai ketidakpastian
menandakan tingkat kesalahan yang terjadi pada saat pengujian. Faktor penyumbang terbesar
pada konsentrasi dapat berasal dari pembuatan larutan standar yang digunakan. Kadar logam
mangan (Mn) dalam sampel tanah diperoleh hasil sebesar 28,73±0,1361 mg/kg. Hasil ini telah
memenuhi syarat baku menurut Peraturan Menteri Lingkungan hidup dan kehutanan No. 63
Tahun 2006, dimana syarat keberterimaan logam mangan (Mn) sebesar 40 mg/kg.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai linearitas sebesar 0,9998. Nilai akurasi (%trueness)
pada sampel high range sebesar 105,83% dan pada sampel low range sebesar 108,71%. Nilai
presisi untuk repeatabilitas (%RSD) pada sampel high range sebesar 0,1649% dan pada sampel

low range sebesar 1,2059% sedangkan untuk reprodubilitas (Zscore) pada sampel high range
sebesar 1,6533 dan pada sampel low range sebesar -1,5049. Nilai IDL sebesar 0,0381 mg/kg.
Nilai MDL sebesar 0,1805 mg/L. Nilai LoQ sebesar 0,5744 mg/L. Nilai estimasi ketidakpastian
pengukuran sebesar 28,73±0,1361 mg/kg. Berdasarkan hasil tersebut maka metode ini telah
memenuhi standar validasi dan dinyatakan valid.

5.4.1 Perbandingan dan perbedaan teori dengan tempat prakerin di Puslitkoka.

Mangan merupakan suatu logam yang berfungsi sebagai aktivator beberapa ensim,
termasuk oksidase, peroksidase, dehidrogenase, dan kinase yang berperanan dalam proses
fotosintesa dan reduksi nitrat (Okajima, 1975). Analisis Mangan (Mn) termasuk analisa
instrumen. Analisis intsrumen adalah penentuan komposisi dengan bantuan instrumen atau alat,
salah satu alat yang digunakan pada analisa ini adalah Atomic Absorption Spectrophotometry
(AAS).

Kesimpulan : Tata cara Mangan (Mn) sesuai dengan teori yang diberikan di sekolah. Tetapi di
tempat prakerin menggunakan bantuan alat instrumen AAS dan di sekolah baru penjelasan
teorinya.

Anda mungkin juga menyukai