Anda di halaman 1dari 13

PAPER KAJIAN UNSUR HARA MIKRO DAN VALIDASI METODE

UJI MANGAN (Mn) SECARA TOXICITY CHARACTERISTIC


LEACHING PROCEDURE (TLCP) MENGGUNAKAN
ICP-OES

Disusun Oleh:
Gugun Gunawan (20210210155)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah dan tanaman memiliki hubungan timbal balik yang sangat penting. Tan
aman menyerap air, unsur hara, dan lainnya dari tanah. Hasil ekskresi tanaman masuk ke dala
m tanah. Unsur hara yang diserap oleh tanaman berupa unsur hara makro dan unsur hara mikr
o. Unsur hara makro di serap oleh tanaman dalam jumlah banyak sedangkan unsur hara mikr
o diserap oleh tanaman dalam jumlah sedikit. Walaupun diserap dalam jumlah sedikit namun
unsur hara mikro memiliki peranan penting dalam proses metabolisme tanaman khususnya un
tuk membantu kerja enzim. Kekurangan unsur hara mikro akan menyebabkan kerja enzim ter
ganggu dan kelebihan unsur hara mikro mengakibatkan keracunan pada tanaman. Berdasarka
n konsentrasi hara di dalam berat kering jaringan tanaman, hara makro merupakan hara yang
di dalam jaringan tanaman konsentrasinya ≥ 0,1% (1.000 ppm) dan hara mikro jika konsentra
sinya dalam jaringan tanaman ≤0,01%(100 ppm). Tembaga (Cu), seng (Zn), besi (Fe) dan ma
ngan (Mn) merupakan beberapa contoh unsur hara mikro esensial bagi tanaman karena walau
pun diperlukan dalam jumlah relatif sedikit tetapi sangat besar peranannya dalam metabolism
e di dalam tanaman (Harmsen, 1977).

Peran unsur hara mikro esensial sangat penting untuk meningkatkan hasil panen dan
kualitas panen dalam bidang pertanian. Sampai saat ini belum banyak penelitian yang diarahk
an untuk unsur – unsur hara mikro esensial tersebut. Oleh karena itu akan dilakukan review m
engenai salah satu unsur hara mikro esensial yaitu mangan (Mn). Review ini akan difokuskan
pada informasi mengenai unsur Mn yang merupakan salah satu unsur hara mikro esensial bag
i tanaman. Mulai dari sifat – sifat Mn, ketersediaan mangan dalam tanah, peranan Mn bagi ta
naman, mekanisme penyerapannya, serta kekurangan dan kelebihan unsur Mn.

Mangan (Mn) merupakan metal berwarna kelabu-kemerahan apabila di lingkungan.


Mangan (Mn) biasanya ditemui dalam bentuk senyawa dengan berbagai macam valensi. Kad
ar Mangan (Mn) dalam tanah sekitar 61–1010 ppm (Sudadi, 2003). Kelarutan Mangan (Mn)
dipengaruhi oleh faktor salah satunya oleh pH (Lindsay, 1979). Apabila pH tanah mineral ren
dah maka sejumlah logam Al, logam Fe dan logam Mn menjadi larut sehingga akan menjadi r
acun bagi tanaman. Mangan (Mn) memiliki peranan penting dalam proses metabolisme tana
man khususnya untuk membantu kerja enzim (Soepardi, 1983). Penentuan kadar logam selam
a ini banyak dilakukan menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), tetapi m

1
etode ini tidak bisa digunakan untuk menganalisis logam berat secara bersamaan. Perkemban
gan spektroskopi emisi atom menemukan teknik analis kimia dengan sumber eksitasi baru yai
tu menggunakan Inductively Coupled Plasma (ICP) (Pirdaus dkk, 2018). Inductively 2 Coupl
ed Plasma (ICP) pada umumnya digunakan untuk pengujian logam berat dalam sampel lingk
ungan (Kristianingrum, 2009). Salah satu logam berat yang dapat dianalisis menggunakan ins
trumen Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrophotometer (ICP-OES) yaitu lo
gam mangan (Mn). Analisa logam mangan (Mn) menggunakan instrumen Inductively Couple
d Plasma-Optical Emission Spectrophotometer (ICP-OES) dapat dilakukan menggunakan me
tode Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP). Uji Toxicity Characteristic Leachin
g Procedure (TCLP) diresmikan dalam bentuk PP No. 85 tahun 1999 dengan mengekstraksi s
ampel yang telah dilarutkan dengan larutan ekstrak. Proses ekstraksi dilakukan dengan meng
gunakan alat rotaty agitator, kemudian larutan hasil ekstaksi disaring dan filtratnya dianalisis
menggunakan instrumen Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrophotometer (I
CP-OES). Analisis logam mangan (Mn) dalam tanah secara Toxicity Characteristic Leaching
Procedure (TCLP) menggunakan ICP-OES mengacu pada US EPA 1311 dan APHA 3120B.
Metode US EPA (United States Environmental Protection Agency) 1311 dan APHA (Americ
an Public Health Association) 3120B merupakan metode baku internasional yang dijadikan s
ebagai acuan dalam pengujian di bidang lingkungan. Penggunaan metode tersebut perlu dival
idasi untuk membuktikan bahwa metode yang digunakan sesuai dengan kriteria keberterimaa
n. Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu b
erdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuh
i persyaratan untuk penggunaannya. Parameter validasi yang ditetapkan pada pengujian loga
m mangan dalam tanah secara Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) mengguna
kan Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) yaitu linearitas,
akurasi (%trueness), presisi dan limit deteksi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah yang dapat dijabarkan yaitu:

2
1. Berapa hasil dari validasi metode pengujian logam mangan menggunakan metode
TCLP dengan instrumen ICP-OES dari parameter linearitas, akurasi (%trueness),
presisi dan limit deteksi ?
2. Bagaimana hasil analisis dan kesesuaiannya dengan baku mutu logam mangan me
nggunakan metode TCLP dengan instrumen ICP-OES ?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui Praktik Kerja Lapangan ini yaitu :
1. Mengetahui hasil dari validasi metode pengujian logam mangan menggunakan me
tode TCLP dengan instrumen ICP-OES dari parameter linearitas, akurasi (%truene
ss), presisi, dan limit deteksi.
2. Mengetahui hasil analisis dan kesesuaiannya dengan baku mutu logam mangan m
enggunakan metode TCLP dengan instrumen ICP-OES.

D. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari verifikasi metode pengujian logam mangan menggunak
an metode TCLP dengan instrumen ICP-OES yaitu:
1. Bagi mahasiswa (peneliti) Peneliti mendapatkan ilmu dan wawasan mengenai veri
fikasi metode uji dan mengetahui prosedur verifikasi metode uji dengan tepat.
2. Bagi instansi Sebagai bahan evaluasi dalam melalukan verifikasi metode uji

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Unsur Hara Mikro Pada Pertumbuhan Tanaman


Beberapa unsur hara mikro seperti Mn, Zn, Fe, dan Cu mempunyai kesamaan. Karena pH me
ningkat, kelarutan unsur mikro menurun. Oleh karena itu unsurunsur ini umumnya terjadi pada p
H tinggi. Pada unsur hara mikro Mn kelarutannya tergantung pada kandungan air tanah. Dibawah
kondisi tergenang Mn menjadi sangat menjadi sangat terlarut dan dapat bersifat racun. Biasanya i
ni terjadi dibawah pH 5. Zn keradaannya dalam tanah dipengaruhi oleh keasaman tanah. Zn biasa
nya terjadi pada moderate hingga tinggi dan lebih jelas kadar P tingg. Biasanya Zn terjadi pada p
H 6-7 terutama bila pemupukan P berlebihan. Besi menjadi berkurangbagi tanaman bila pH nya ti
nggi, sebagian besar Fe tidak larut dan tidak tersedia bagi tanaman.

3
B. Ketersediaan Mangan dalam Tanah dan Peranan Mangan bagi Tanaman
Tanaman Mangan (Mn) adalah metal berwarna kelabu-kemerahan, di alam Mn
umumnya ditemui dalam bentuk senyawa dengan berbagai macam valensi. Mangan m
erupakan salah satu logam yang banyak ditemukan bersama dengan unsur besi (Fe). K
andungan Mn di Bumi sekitar 1060 ppm dan sekitar 61 – 1010 ppm yang terdapat di t
anah (Sudadi, 2003). Menurut Lindsay (1979), tanah biasanya mengandung Mn sebes
ar 20 – 3000 ppm, dengan rata – rata 600 ppm. Tanah akan mengalami defisiensi atau
kekurangan Mn jika di bawah 20 ppm, dan akan mengalami keracunan jika lebih dari
3000 ppm. Mn berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Di d
alam tanah, Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida yang sangat tak ter
larut di dalam air dan mengandung karbondioksida. Pada kondisi reduksi (anaerob) ak
ibat dekomposisi bahan organik dengan kadar yang tinggi, Mn4+ pada senyawa mang
an dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mn2+ berikatan de
ngan nitrat, sulfat, dan klorida serta larut dalam air (Effendi, 2003). Kehadiran ion Mn
2+ menyebabkan proses fotosintesis akan berjalan semakin lancar. Peningkatan aktivit
as fotosintesis juga berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi klorofil. Konsentra
si klorofil akan semakin pekat sehingga kondisi hijau daun juga semakin meningkat.
Keadaan ini karena Mn memegang peranan penting dalam pembentukan klorofil mesk
ipun daun sudah tua (Dewantoro, 2017). Unsur Mn banyak terdapat di dalam tanah ya
ng mengandung asam mencapai tingkat toksik di bawah pH 6,5. Umumnya Mn terlep
as dari tanah asam dan deposit pada lapisan tanah basa. Banyak tanaman mengandung
sekitar 50 ppm Mn yang banyak berfungsi untuk fotosintesis, respirasi, dan metabolis
me nitrogen, karena Mn membentuk jembatan antara enzim dan substratnya (Suhariyo
no dkk, 2005). Mn memiliki peran yang penting bagi tanaman. Mn berperan penting s
ebagai pengaktif enzim, diantaranya enzim pentransfer fosfat dan enzim dalam siklus
krebs. Unsur Mn juga penting dalam reaksi oksidasi-reduksi, metabolisme N, klorofil
dan karbohidrat. Selain itu Mn merupakan bagian penting dari kloroplas dan turut dal
am reaksi yang menghasilkan oksigen (Soepardi, 1983).

C. Mekanisme Penyerapan Mangan


Mangan (Mn) akan diserap tanaman dalam bentuk ion Mn2+. Ion tersebut aka
n masuk melalui kutikula dan ketersediaannya pada jaringan daun akan memperbaiki
fungsi kloroplas sehingga kondisi hijau daun pada daun yang sudah tua masih bisa dip
ertahankan. Ion Mn2+ berperan sebagai aktivator beberapa enzim yang terlibat pada p
roses penting, seperti respirasi, asam amino, sintesis lignin, dan konsentrasi hormon I
AA. Selain itu, ion Mn2+ juga berperan dalam sintesis klorofil dan merupakan aktivat
or atau kofaktor dari lebih dari 35 enzim. Mangan dalam tanaman bersifat immobile y
aitu tidak dapat bergerak atau beralih tempat dari organ yang satu ke organ lain yang
membutuhkan. Aplikasi Mn melalui daun dapat menimbulkan akumulasi berlebihan d
i dalam jaringan daun sehingga berakibat nekrosis (Marschner, 1995). Lindsay (1979)
menyatakan bahwa kelarutan Mn dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama oleh pH
dan redoks. Bila pH tanah mineral rendah, sejumlah Al, Fe dan Mn menjadi larut sehi
ngga merupakan racun bagi tanaman tertentu (Soepardi, 1983). Tingkat oksidasi Mn s
ecara tidak langsung berhubungan dengan pH tanah. Pada umumnya suasana oksidatif

4
didukung oleh pH tinggi, sedangkan keadaan masam membantu terciptanya suasana r
eduktif (Soepardi, 1983). Reaksi redoks terpenting dari Mn adalah (Lindsay, 1979): M
nO2 + 4H + + 4e − ⇆ Mn2+ + 2H2O Lindsay (1979) menyebutkan, unsur Mn yang p
aling stabil dalam kondisi tereduksi ialah Mn2+ .

D. Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP)


Toxicity Characteristic Leaching Prosedur (TCLP) merupakan metode analisis
yang dirancang untuk menentukan mobilitas analit organik maupun nonorganik dalam
sampel. Metode Toxicity Characteristic Leaching Prosedur (TCLP) mengacu pada acu
an normatif USEPA 1311. Metode ini diresmikan dalam bentuk PP No.85 tahun 1999
dengan kriteria penentuan limbah untuk digolongkan sebagai limbah bahan berbahaya
dan beracun (B3). Prinsip dari metode Toxicity Characteristic Leaching Prosedur (TC
LP) yaitu mengelarutkan kandungan logam dalam tanah kemudian dilakukan proses e
kstraksi. Preparasi sampel dengan metode Toxicity Characteristic Leaching Prosedur
(TCLP) dilakukan dengan menentukan persen padatan sampel dan penentuan pH sam
pel. Sampel yang dapat dianalisis menggunakan metode Toxicity Characteristic Leach
ing Prosedur (TCLP) berupa sampel padatan dan sampel multifasa. Sampel multifasa
yaitu sampel yang berupa padatan dan cairan. Preparasi sampel dengan penentuan per
sen padatan dilakukan pada sampel berbentuk multifasa sedangkan sampel padatan tid
ak perlu dilakukan penentuan persen padatan. Persen padatan sampel dilakukan untuk
mengetahui jumlah larutan ekstrak yang ditambahkan pada 9 sampel untuk proses ektr
aksi. Penentuan pH sampel dilakukan untuk mengetahui larutan ekstrak 1 atau larutan
ekstrak 2 yang digunakan pada saat proses ekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan meng
gunakan alat rotary agitor dengan memutarkan sampel dalam wadah. Proses ekstraksi
dilakukan dalam waktu 18 jam dengan kecepatan 30±2 rpm. Proses ekstraksi yang me
makan waktu lama ini diharapkan supaya partikel didalam sampel dapat larut dan berc
ampur dengan larutan ekstraksi. Larutan ekstraksi yang dinyatakan dalam acuan norm
atif USEPA 1311 yaitu larutan asam asetat glasial (Dani, 2012).

E. Instrumen Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrophotometer (I


CP-OES)
Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrophotometer (ICPOES)
merupakan instrumen canggih yang digunakan untuk menganalisa logam dalam berba
gai matriks yang berbeda. Prinsip utama dari ICP-OES yaitu elemen mengalami prose
s atomisasi sehingga dapat memancarkan cahaya pada panjang gelombang tertentu. B
ahan yang diakan dianalisis berbentuk larutan yang sudah dihomogenkan (Yodha dan
Masriyanti, 2011). Instrumen ICP dapat menganalis hampir seluruh unsur logam, kec
uali argon karena sulit untuk membentuk ion, sebab itu Argon digunakan untuk gas pe
mbawa (Noor, 2014). Ada dua jenis instrumen Inductively Coupled Plasma (ICP) yait
u Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrophotometer (ICP-OES) atau I
nductively Coupled Plasma-Atomic Emission Spectrophotometer (ICP-AES) dan Ind
uctively Coupled Plasma-MassSpectrophotometer (ICP-MS) (Yodha dan Masriyanti,
2011). Perbedaan dari kedua ICP tersebut terletak pada pembacaan ukuran satuan yan
g diperoleh. Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrophotometer (ICP-

5
OES) atau Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission Spectrophotometer (ICP-A
ES) digunakan untuk analisis unsur secara bersamaan pada tingkat serendah 1-10 part
per billion atau ppb sedangkan pada Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrophoto
meter (ICP-MS) digunakan untuk analisis unsur secara bersamaan pada tingkat satuan
part per trilioun atau ppt (Kristianingrum, 2009). 10 Inductively Coupled Plasma-Opti
cal Emission Spectrophotometer (ICPOES) memiliki kemampuan mengidentifikasi da
n mengukur semua elemen secara bersamaan dalam waktu singkat dan hanya membut
uhkan ±5 mL larutan sampel. Instrumen ini cocok untuk mengukur semua jenis konse
ntrasi elemen dari ultratrace sampai pada tingkat kompenen utama (Hou dan Jones, 20
00). Secara teori semua unsur kecuali argon dapat dianalisis menggunakan instrumen
ICP-OES, tetapi ada beberapa unsur tidak stabil memerlukan fasilitas khusus untuk m
enanganinya (Ghosh dkk, 2013).

BAB III
METODE PENELITIAN

1. Alat

Alat yang digunakan yaitu instrumen Inductively Couples Plasma-Optical Emission S


pectrometry (ICP-OES) (Agilent Technologies 5100), neraca analitik (Sartorious Qui
ntix), rotary agitator kecepatan putaran 30±2 rpm, pH meter (Eutech Instrument PC 2
700), magnetic stirrer (Thermo Scientific Cimarec), peralatan gelas, kaca arloji, coron
g kaca, labu semprot, tabung jirigen.

2. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah, air suling, kertas saring, larutan asam nitra
t (HNO3) 1,0 N, larutas asam klorida (HCl) 1,0 N, larutan natrium hidroksida (NaOH)
1,0 N, asam asetat glasial (CH3COOH), standar multielemen 100 mg/L, gas argon (A
r) high purity 99,999%, larutan pengencer HNO3 5%.

3. Larutan Ekstraksi I
Air suling sebanyak 500 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 1 L, kemudian ditambah
kan asam asetat glasial sebanyak 5,7 mL dan NaOH 1,0 N sebanyak 64,3 mL, lalu dit
era dengan air suling hingga tanda batas. Larutan digojog hingga homogen.

6
4. Larutan Ekstraksi II

Air suling sebanyak 500 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 1 L, kemudian ditambah
kan asam asetat glasial sebanyak 5,7 mL, lalu ditera dengan air suling hingga tanda ba
tas. Larutan digojog hingga homogen.

5. Larutan Pengencer HNO3 5%

Air suling sebanyak 800 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 1 L, kemudian ditamba
hkan 50 mL asam nitrat, lalu ditera dengan air suling hingga tanda batas. Larutan digo
jog hingga homogen.

6. Penentuan pH Sampel

Sampel tanah ditimbang sebanyak 5 gram, dipindahkan ke dalam gelas piala 300 mL,
ditambahkan 96,5 mL air suling, kemudian diaduk selama 5 menit, lalu diukur pH. Jik
a pH yang diukur >5,0 maka ditambahkan HCl 1,0 N sebanyak 3,5 mL, kemudian dit
utup lalu dipanaskan hingga suhu 50°C selama 50 menit dan digunakan larutan ekstra
k 2. Jika pH yang diukur.

7. Preparasi Sampel

Sampel tanah ditimbang sebanyak 100 gram kemudian dipindahkan dalam labu ukur
2 L dan dilarutkan dengan larutan ekstrak II, lalu larutan ditempatkan pada alat ekstra
ktor. Larutan diekstrak menggunakan alat rotary agitator dengan kecepatan 30 rpm ±
2 selama 18 jam. Sampel hasil ekstraksi dipipet sebanyak 100 ml ke dalam gelas beke
r 300 ml, kemudian ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 0,5 mL, lalu dipanaskan perl
ahan sampai volume larutan 10-20 mL. Saring larutan kemudian dipindahkan ke dala
m labu ukur 100 mL, lalu ditera dengan air suling sampai tanda batas.

8. Pembuatan Larutan Kerja Logam Mangan 0,00; 1,00; 2,00; 3,00; 4,00 5,00 dan 6,
00 mg/L

Larutan induk multielemen 100 mg/L dipipet sebanyak 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 dan
3 mL, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Larutan ditera dengan laruta
n HNO3 5% hingga tanda batas dan digojog hingga homogen.

9. Penentuan Linearitas
Larutan kerja logam mangan 0,00; 1,00; 2,00; 3,00; 4,00; 5,00 dan 6,00 mg/L diukur
intensitasnya dengan instrumen ICP-OES pada panjang gelombang 257,61 nm.

10. Penentuan IDL

7
20 Larutan HNO3 5% dimasukan ke dalam tube analisis, kemudian dilakukan penguj
ian sebanyak 10 kali pengulangan dan diukur dengan instrumen ICP-OES pada panjan
g gelombang 257,61 nm.

11. Penentuan MDL dan LoQ

Penentuan MDL dan LoQ dilakukan dengan menambahkan larutan standar 2 mg/L se
banyak 0,5 mL lalu ditera dengan larutan sampel tanah dalam labu ukur 100 mL, kem
udian dilakukan pengujian sebanyak 10 kali pengulangan dan diukur dengan instrume
n ICP-OES pada panjang gelombang 257,61 nm.

12. Penentuan Akurasi

Penentuan akurasi dilakukan dengan konsentrasi larutan standar rendah dan konsentra
si larutan standar tinggi dari konsentrasi larutan standar kerja. Larutan standar rendah
yang digunakan yaitu 1 mg/L dengan memipet sebanyak 0,25 mL kedalam labu ukur
25 mL kemudian ditera dengan larutan HNO3 5% lalu dihomogenkan dan larutan stan
dar tinggi yang digunakan yaitu 6 mg/L dengan memipet sebanyak 1,5 mL kedalam la
bu ukur 25 mL kemudian ditera dengan larutan HNO3 5% lalu dihomogenkan. Konse
ntrasi larutan standar rendah dan konsentrasi larutan standar tinggi masing-masing dil
akukan pengulangan sebanyak 10 kali dan diukur dengan instrumen ICP-OES pada pa
njang gelombang 257,61 nm.

13. Penentuan Presisi

Penentuan presisi dilakukan dengan konsentrasi sampel rendah dan sampel tinggi. Uji
repeatabilitas dilakukan dengan mengukur larutan sampel rendah dan larutan sampel t
inggi dengan pengulangan 10 kali. Uji reprodubilitas dilakukan pada analis dan kondi
si yang berbeda dengan laboratorium yang sama, dilakukan 10 kali pengulangan terha
dap larutan sampel rendah dan larutan sampel tinggi. Kemudian diukur dengan instru
men ICP-OES pada panjang gelombang 257,61 nm.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

8
1. Validasi Metode

Uji Validasi metode uji adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, b
erdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut m
emenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode analisis bertujuan untuk
mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut dapat sesuai untuk peruntukannya (G
andjar, 2007). Parameter yang digunakan pada verifikasi metode pengujian logam ma
ngan dalam tanah secara Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) menggu
nakan Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) yaitu li
neaitas, akurasi (% trueness), presisi dan limit deteksi.

2. Linearitas

Linearitas yaitu kemampuan suatu metode analisis yang memberikan respon sebandin
g terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Uji Linearitas ditentukan dengan cara me
mbuat kurva kalibrasi dari larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Kons
entrasi larutan standar yang digunakan pada percobaan ini yaitu 0,00; 1,00; 2,00; 3,00;
4,00; 5,00 dan 6,00 mg/L. Masing-masing dipipet 0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 dan 3,0 mL
dari larutan multielemen 100 mg/L, diencerkan dalam 50 mL labu ukur menggunakan
larutan HNO3 5%. Hasil dari penentuan larutan standar mangan (Mn) menggunakan i
nstrumen ICP-OES
Pengukuran Intensitas Standar Mangan (Mn) Konsentrasi Standar Mn (mg/L) Intensit
as 0,00 492,5062 1,00 263003,9194 2,00 513765,8760 3,00 754817,6182 4,00 100387
2,9301 5,00 1244599,6492 6,00 1474143,1742.
Menunjukkan semakin tinggi konsentrasi maka nilai intensitasnya semakin tinggi pula,
hal ini membuktikan bahwa terdapat korelasi antara konsentrasi standar mangan (M
n) dengan intensitas larutan standar mangan (Mn). Nilai korelasi dapat dilihat dengan
jelas ketika diwujudkan dalam bentuk grafik antara intensitas dengan konsentrasi stan
dar mangan (Mn). Intensitas berada pada sumbu y dan konsentrasi berada pada sumbu
x. Grafik antara intensitas dengan konsentrasi standar mangan (Mn) Kurva Kalibrasi
Mangan (Mn) 0,0E+00 2,0E+05 4,0E+05 6,0E+05 8,0E+05 1,0E+06 1,2E+06 1,4E+0
6 1,6E+06 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 Intensitas Konsentrasi Standar Mn (mg/
L).

3. Akurasi

Tujuan uji akurasi atau kecermatan yaitu untuk mengetahui kedekatan hasil analisis d
engan nilai benarnya. Trueness dinyatakan sebagai akurasi atau kecermatan merupaka
n perbandingan dari nilai rata-rata hasil pengulangan dengan nilai benar atau nilai acu
an dalam CRM. Jika laboratorium tidak memiliki CRM, maka penentuan nilai truenes
s dapat menggunakan larutan standar yang telah diketahui nilai sebenarnya pada renta
ng linearitas. Hasil uji akurasi dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Akura
si Keterangan %Trueness Konsentrasi low range 108,71% Konsentrasi high range 105
83% 24 Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa %trueness yang didapatkan berad

9
a pada rentang (100±10)%. Nilai Trueness ditentukan dalam akurasi merupakan analis
a murni hanya menggunakan standar logam tanpa penambahan sampel karena untuk
melihat keakuratan metode dalam mengukur kadar logam yang akan dianalisa. Hasil y
ang diperoleh dapat disimpulkan bahwa uji akurasi dari metode yang digunakan baik
dan akurat karena berada pada rentang.

4. Presisi

Presisi merupakan kedekatan hasil yang diperoleh dari hasil pengukuran. Uji presisi d
apat dinyatakan dalam repeatabilitas (keterulangan) dan reprodubilitas (ketertiruan). P
engujian presisi dilakukan dengan 10 kali pegulangan terhadap sampel low range dan
sampel high range. Sampel low range merupakan sampel dengan konsentrasi rendah a
tau konsentrasi mendekati konsentrasi terendah dari larutan deret standar yang diguna
kan sedangkan sampel high range merupakan sampel dengan konsentrasi tinggi atau k
onsentrasi mendekati konsentrasi tertinggi dari larutan deret standar yang digunakan,
perlakuan tersebut bertujuan agar mengetahui kinerja instrumen dalam membaca hasil
pada keadaan rentang standar rendah dan tinggi. Uji repeatabilitas (keterulangan) dila
kukan bertujuan untuk mengukur keragaman nilai hasil pengujian terhadap sampel ya
ng sama dari seorang analis yang sama pula dengan menggunakan metode pengujian
dan peralatan yang sama dalam interval waktu yang sesingkat mungkin. Semakin keci
l nilai repeatabilitas (keterulangan) maka semakin presisi hasil pengulangan pengujian
yang dilakukan oleh seorang analis. Sedangkan uji reprodubilitas (ketertiruan) dilakuk
an untuk mengetahui sumber variasi kesalahan, dimana ketertiruan dari analisis tidak
akan lebih baik hasilnya dari nilai repeatabilitas (keterulangan). Hasil uji presisi repea
tabilitas (keterulangan) dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Uji Presisi Repea
tabilitas Keterangan %RSD %CV Horwitz Sampel low range 1,2059 15,1655 Sampel
high range 0,1649 12,6005 25 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai simpan
gan baku relatif (%RSD) yang diperoleh dari hasil uji presisi repeatabilitas pada samp
el low range 1% < 1% Sangat teliti 1% < RSD < 2% Teliti 2% < RSD < 5% Ketelitian
sedang RSD > 5% Tidak teliti Nilai %RSD yang telah didapatkan kemudian dibandin
gkan dengan %CV Horwitz. Uji presisi dapat diterima apabila %RSD.

5. Limit Deteksi

Limit deteksi adalah konsentrasi terendah dari analit dalam sampel yang dapat terdete
ksi. Penentuan limit deteksi bertujuan untuk menghindari penulisan 26 laporan hasil p
engujian tidak terdeteksi yang merupakan informasi tidak informatif. Limit deteksi di
peroleh dari tiga kali simpangan baku (SD) sedangkan limit kuantitasi diperoleh dari s
epuluh kali simpangan baku (SD). Limit deteksi dapat dinyatakan dalam Instrumen D
etection Limited (IDL) dan Method Detection Limited (MDL). Hasil pengujian IDL h
arus lebih kecil dari MDL. Pengujian IDL dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan te
rhadap blanko. Blanko yang digunakan yaitu larutan HNO3 5%. Hasil pengujian kem
udian dihitung menjadi standar deviasi dan dikali 3 sehingga diperoleh konsentrasi ID
L. Konsentrasi IDL dapat dilihat pada Tabel 4.6 hasil uji limit deteksi. Pengujian MD

10
L dilakukan sebanyak 10 kali pengulangan terhadap sampel yang dispike. Nilai IDL y
ang didapat digunakan untuk menentukan estimasi konsentrasi untuk penentuan MDL.
Hasil MDL dapat dilihat pada Tabel 4.6 hasil uji limit deteksi. Tabel 4.6 Hasil Uji Li
mit Deteksi Limit Deteksi Hasil (mg/kg) IDL 0,0381 MDL 0,1805 LoQ 0,5744 Berda
sarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa konsentrasi IDL yang diperoleh lebih kecil dari
konsentrasi MDL. Konsentrasi MDL tidak melebihi baku mutu. Batas keberterimaan
MDL menyatakan bahwa tidak melebihi batas mutu. LoQ merupakan konsentrasi tere
ndah dari analit dari sampel dan LoQ yang diperoleh merupakan batas keberterimaan
data yang masih dapat diterima. Dapat disimpulkan bahwa metode dan instrumen yan
g digunakan dapat dikatakan baik karena konsentrasi IDL, MDL dan LoQ menunjukk
an dibawah batas keberterimaan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium PT Karsa Buana Le


stari dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil penelitian logam mangan dalam tanah secara
Toxicity Characteristic Leaching Prosedur (TCLP) menggunakan Inductively Couple
d Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) telah tervalidasi karena hasil uji
validasi metode telah memenuhi syarat keberterimaan, dimana hasil yang diperoleh ya
itu: 1) Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9998. 2) Nilai akurasi (%trueness) untuk s
ampel low range dan sampel high range berturut-turut sebesar 108,71 % dan 105,83%.
3) Nilai presisi untuk repeatabilitas (%RSD) terhadap sampel low range dan sampel h
igh range berturut-turut sebesar 1,2059% dan 0,1649%. Uji reprodubilitas (Zscore) ter
hadap sampel low range dan sampel high range berturut-turut sebesar -1,5049 dan 1,6
533. 4) Nilai limit deteksi untuk IDL sebesar 0,0019 mg/L; MDL sebesar 0,0090 mg/
L; dan LoQ sebesar 0,0287 mg/L. 5) Nilai estimasi ketidakpastian diperoleh sebesar 2
8,73±0,1361 mg/kg. 2. Kadar logam mangan (Mn) dalam sampel tanah diperoleh hasi
l sebesar 28,73±0,1361 mg/kg. Hasil ini telah memenuhi syarat baku menurut Peratur
an Menteri Lingkungan hidup dan kehutanan No. 63 Tahun 2006, dimana syarat keber
terimaan logam mangan (Mn) sebesar 40 mg/kg.

B. Saran

Berdasarkan hasil praktik kerja lapangan yang telah dilaksanakan di Laboratorium PT


Karsa Buana Lestari, penulis menyarankan agar:

11
1. Validitas metode analisis perlu dilakukan secara berkala guna untuk menjamin
validitas metode analisis yang digunakan.
2. Uji banding antar laboratorium perlu dilakukan guna mengetahui kinerja labor
atorium.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Z., 2019, Verifikasi Metode dan Penentuan Kadar Logam Timbal (Pb) Total pada Sa
mpel Air Limbah dan Pb pada Udara Ambien Menggunakan Inductively Coupled Plas
ma-Optical Emission Spectroscopy (ICPOES) di PT. Karsa Buana Lestari, Laporan Pr
aktek Kerja Lapangan, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
AOAC, 2002, Guidelines for Single laboratory Validation of Chemical Methods for Dietary S
upplements and Botanicals:, Association of Official Analytical Chemists (AOAC).
Asmariani, A., Amriani, A., & Haslianti, H., 2017, Verifikasi Metode Uji Lemak Pakan Buat
an, Jurnal Fishtech, 6(1), 92-96.
Boss, C. B dan Kenneth J. F., 1997. Concept, Instrumentation and techniques in inductively
Coupled Plasma Emission Spectrometry. Second Edition, USA: Perkin Elmer.
Dani, I. C., 2012, Studi Pelepasan Kadmium (Cd) dan Nikel (Ni) pada Sedimen Secara Meto
de Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan Uji Sifat Bioakumulasiny
a Melalui Simulasi pada Cyprinus carpio, Skripsi, Program Studi Kimia. Fakultas Mat
ematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.
Ghosh, S., Prasanna, V. L., Sowjanya, B., Srivani, P., Alagaraja, M., & David, D., 2013, Indu
ctively Coupled Plasma – Optical Emission Spectroscopy: A Review. Asian J. Pharm,
3(1), 24–33.

Holleman, Arnold F., Wiberg Egon, Wiberg Nils, 1985, "Mangan", Lehrbuch der Anorganisc
hen Chemie (dalam bahasa Jerman) (91-100 ed.), Walter de Gruyter, Hlm, 1110–1117,
ISBN 978-3-11-007511-3
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, Majalah Il
mu Kefarmasian, Vol. I. No. 3, Hal 117- 135.

12

Anda mungkin juga menyukai