Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah Endapan
Mineral
Program Studi Sarjana Teknik Gologi
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti
Oleh
Muhammad Rizky
072001400141
Yudha Ibnu Darius
072001600045
LATAR BELAKANG
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan Endapan bijih
mangan yaitu proses hidrotermal ( sirkulasi air panas) ,cebakan sedimenter (setiap
konsentrasi lokal mineral yang terbentuk oleh proses sedimentasi). Endapan
mangan juga dapat terbentuk dalam lingkungan batuan vulkanik (tuff) setempat
dalam gamping (kapur).Endapan mangan sedimenter merupakan endapan bijih
Mn yang banyak dijumpai dan mempunyai nilai ekonomis. “Manganese Oolites”
dan “Manganese Shales” terbentuk dilingkungan laut. Pirolusit merupakan salah
satu anggota kelompok senyawa Mn,dapat pula terbentuk karena proses
pelapukan bijih sejenis yang kemudian membentuk endapan residu.
Mn adalah unsur kimia dengan nomor atom 25 dan massa atom
54,9380. Mangan ini merupakan unsur logam berwarna abu-abu kehitaman dngan
titik lebur 1.245° C dan titik didih 2.097° C.Konfigurasi elektron mn dengan
nomor atom 25 adalah 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s2.. Mangan mempunyai warna abu-
abu kehitaman dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan 2 – 6, berat
jenis 4,8, massa jenis 7.21 g/cm3, berbentuk massif, reuniform, botryoidal,
stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur fibrous.
TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah mengenai unsur mangan ini selain untuk
memenuhi tugas mata kuliah Endapan Mineral juga untuk menambah
pengetahuan pembaca mengenai siklus unsur Mangan (Mn).
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH MANGAN
Mangan termasuk batuan beku. Bijih mangan utama berasal dari pirolusit
(MnO2) dan psilomelan (Ba,H2O)2Mn5O10, yang mempunyai komposisi oksida dan
terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu.
Menurut park (1956), cebakan mangan dibagi dalam 5 tipe
yaitu ;Cebakanhidrothermal, Cebakan sedimenter, baik bersama-sama maupun
tanpa affiliasi atau hubungan vulkanik, Cebakan yang berasosiasi dengan aliran
lava bawah laut, Cebakan metamorfosa (proses malihan), Cebakan laterit dan
akumulasi residual
Mangan juga terdapat sebagai nodul, yaitu endapan mirip batuan dengn
akomposisi kira-kira 15-30 % Mn yang dalam bentuk oksidanya bersama-sama
dengan oksida-oksida Fe, Co, Cu, dan Ni. Nodul ini berupa butiran-butiran bola
dengan diameter beberapa millimeter sampai dengan 15 cm, dan terakumulasi
dalam dasar lautan.
Mangan yang berkomposisi dengan oksida lainnya namun berperan bukan
sebagai mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauxit, manganit, hausmannite,
dan lithiophilite, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah rhodokrosit, serta
rhodonit yang berkomposisi silika. Endapan bijih mangan dapat terbentuk dari
beberapa cara yaitu proses hidrotermal yang dapat dijumpai dalam bentuk (vein),
metamorfik dan cebakan sedimenter dan residual (Asril Riyanto., 1989). Bijih
mangan utama adalah pirolusit (MnO2) dan psilomelan [(BaH2O)2.Mn5O10] yang
mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan
residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai
submetalik. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai
mineral utama dalam cebakan bijih adalah bauxit,manganit (Mn2O3.H2O),
hausmanit (Mn3O4), dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat adalah
rhodokrosit (MnCO3), serta rhodonit yang berkomposisi silika.
Biji mangan (Mn) 95% dimanfaatkan untuk industri baja. Kegunaan
mangan sangat luas, baik untuk tujuan metalurgi maupun non-metalurgi. Untuk
tujuan non-metalurgi, mangan digunakan untuk produksi baterai, kimia, keramik
dan gelas, glasir dan frit, pertanian, proses produksi uranium, dan lainnya. Di
Indonesia, industri hilir pemakai mangan adalah industri baterai, keramik dan
porselein, industri logam, dan industri korek api.
Potensi bijih mangan di Indonesia terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan
Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Maluku. Papua, NTB dan
NTT. Deposit bijih mangan yang ada di NTT, sebagian besar terdapat di pulau
Timor (kawasan lempeng metalurgi) dan di pulau Flores khususnya di Kabupaten
Manggarai.
SIKLUS MANGAN
Mangan diserap dalam bentuk ion Mn++, seperti unsur hara lainnya, Mn
dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat. Mn dalam tanaman tidak
dapat bergerak atau beralih tempat dari organ yang satu ke organ lain yang
membutuhkan. Mangan terdapat dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat
dan silikat dengan nama pyrolusite (MnO2), manganite (MnO(OH)),
rhododhirosite (MnCO3) dan rhodoinite (MnSiO3) (Davidesau, 1980). Mn
umumnya terdapat dalam batuan primer terutama dalam bahan ferro magnesium.
Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan
batuan. Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder, terutama pyrolusite
(MnO2) dan mangannite (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 300-
2000 ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn2+ atau mangan oksida, baik
bervalensi dua maupun valensi empat.
Mangan ada di air tanah umumnya dalam frekuensi yang lebih kecil dan
konsentrasi yang lebih kecil (lebih dari 0.2 ppm) dari iron yang mirip sifatnya.
Dijumpai sebagai mangan bicarbonate yang terlarut yang berubah menjadi
mangan hidroksida yang tidak larut jika berkontak dengan oksigen. Kotoran yang
disebabkan mangan lebih sulit dihilangkan daripada iron. Slime yang dibuat oleh
bakteri serupa dengan bakteri iron yang juga mengoksidasi garam mangan
menjadi bentuk tidak terlarut. Mangan terlarut dan iron dapat distabilkan dengan
penambahan sejumlah kecil sodium hexametaphosphate ke air tanah sebelum
berkontak dengan udara. Ini menunda presipitasi campuran iron dan mangan,
waktu penundaan bervariasi dengan kuantitas bahan kimia yang ditambahkan.
Adapun bakteri pengoksidasi mangan yang umum antara lain Leptothrix
discophora.
Siklus mangan ini dapat kita lihat dalam suatu proses produksi fuel gas
baru dari sumber karbon padat. Pada siklus mangan ini terdapat empat tahap,
antara lain :
1. Produk carbide yang berasal dari Mn (oksida) dan karbon padat
Nama Susunan ;
Pyrolucite
Manganite
Braunite
Hausmanite
rhodochrocit MnO2
MnOOH
(MnSi)2¬O3
Mn3O4
MnCO3
Mangan umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan
ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan.
Hasil pelapukan batuan adalah mineral sekunder terutama pyrolusit (MnO2) dan
manganit (MnO(OH)). Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 20 sampai 3000
ppm. Bentuk Mn dapat berupa kation Mn++ atau mangan oksida, baik bervalensi
dua maupun valensi empat. Penggenangan dan pengeringan yang berarti reduksi
dan oksidasi pada tanah berpengaruh terhadap valensi Mn.