Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Mangan termasuk golongan transisi dan memiliki titik lebur yang tinggi kira-
kira 1.250 °C. Mangan bereaksi dengan air hangat membentuk mangan (II)
hidroksida dan hidrogen. Mangan cukup elektropositif dan mudah melarut dalam
asam bukan pengoksidasi. Selain titik cairnya yang tinggi, daya hantar listrik
merupakan sifat-sifat mangan yang lainnya. Selain itu, mangan memiliki kekerasan
yang sedang akibat dari cepat tersedianya elektron dan orbital untuk membentuk
ikatan logam.
Mangan dioksida adalah salah satu mineral yang kehadirannya sangat
menguntungkan untuk pembuatan baterai kering dalam mencegah polarisasi. Pada
saat pembuatan baterai kering terdapat tahapan dimana energi listrik timbul bila
kedua elektroda yaitu katoda dan anoda berada dalam keadaan berhubungan dengan
larutan berair. Pada waktu pelepasan listrik gas hidrogen terlepas dari elektrolit,
yang terbentuk pada katoda. Bila gas hidrogen tersebut tidak segera dihilangkan,
maka akan segera menyelaputi elektroda karbon dan mempolanisir baterai.
Akibatnya luas permukaan efektif elektroda menjadi berkurang dan tenaga baterai
menurun. Dalam hal ini mangan dioksida dalam baterai kering berfungsi sebagai
larutan yang mencegah terjadinya polarisasi sehingga arus dapat mengalir lebih
lama (depolarisator). Oksigen yang terdapat dalam mangan dioksida bereaksi
dengan hidrogen membentuk air dan dengan demikian hubungan Antara elektroda
dengan larutan berair dipertahankan.
Meskipun telah dikenal lebih dari 100 mineral, hanya beberapa saja yang
memiliki kecocokan untuk baterai kering antara lain: kelompok kriptomelan
hollandit (α-MnO2), Pirolusit (β -MnO2), Ramsdelit sebagai ubahan dari groutif (α-
MnOOH), Nsutit (γ-MnO2), Birnessit (δ-MnO2), Todoraktif [(Mn⁺², Zn, Mf, Ba,
Sr, Ca, K, Cu, Pb) ₃ Mn⁺⁴ ₁₀O₂₃].

1
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang timbul adalah menentukan persyaratan bijih mangan
agar bisa dipergunakan untuk pembuatan baterai kering sebagai sel penghantar arus
listrik.

1.3. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dari penyusunan seminar ini adalah hanya
membahas manfaat mangan untuk pembuatan baterai kering, serta menjelaskan
persyaratan bijih mangan dalam pembuatan baterai kering.

1.4. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan seminar ini adalah Mengetahui persyaratan bijih mangan
sebagai pembuatan baterai kering.

I.5. Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan seminar ini yaitu:
1. Sebagai referensi kepada penulis dan pembaca tentang manfaat bahan galian
industri khususnya mangan.
2. Menambah pengetahuan tentang fungsi bijih mangan terhadap baterai
kering
3. Mengetahui persyaratan bijih mangan untuk baterai kering.
4. Mengetahui mineral-mineral bijih mangan yang cocok untuk baterai kering.

I.6. Metode Penulisan


Metode penulisan yang dipakai adalah menggunakan studi pustaka dari
beberapa literatur, buku, dan jurnal yang diambil dari internet yang membahas
tentang endapan mangan, proses terbentuknya mangan, keterdapatan endapan
mangan, serta persyaratan bijih mangan untuk baterai kering sehingga bisa
menghantarkan arus listrik yang kemudian di buat kesimpulan mengenai manfaat
mangan untuk pembuatan baterai kering.
Adapun urutan yang di lakukan pada kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

2
a. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan pustaka yang menunjang
dalam penyusunan seminar ini antara lain di peroleh dari sumber-sumber di
bawah ini :
1. Literatur pustaka
2. Internet
3. Buku
4. Informasi
b. Pengambilan Data
Setelah semua literatur di kumpulkan maka semuanya disimpulkan.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Deskripsi Mangan


Mangan adalah suatu unsur kimia yang mempunyai nomor atom 25 dan
memiliki simbol Mn. Mangan ditemukan oleh Johann Gahn pada tahun 1774 di
Swedia. Logam mangan berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam
berat dan sangat rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat
paramagnetik. Mangan mempunyai isotop stabil yaitu 55 Mn. Dalam sistem
periodik unsur menempati perioda ke 4 dengan golongan VIIIB.
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih
mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida
dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai kilap
metalik sampai submetalik, dengan kekerasan 2.
Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk
proses produksi besi-baja, sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-
metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering, keramik dan gelas, dan lain-
lain.

Gambar 2.1. Bijih Mangan

4
2.2. Genesa Bahan Galian Mangan
Proses terbentuknya mangan dapat terjadi akibat kontak metasomatisme
atau perubahan kimia dari batuan yang disebabkan oleh cairan hidrotermal dan
cairan lainnya. Endapan bijih mangan dapat terbentuk dengan berbagai proses yaitu
karena proses hidrothermal yang dijumpai dalam bentuk vein, metamorfik, sedimen
atau residu. Endapan mangan sedimenter merupakan endapan bijih Mn yang
banyak dijumpai dan mempunyai nilai ekonomis. “Manganese oolites” dan
“manganese shales” terbentuk di lingkungan laut. Dikenal 4 jenis mineral bijih yang
mengandung Mn yaitu: Pirolusit, Hollandite (Ramsdellit), Kriptomelan,
Psilomelan.

Gambar 2.2. Cebakan Mangan Dengan Beberapa Tempat Akimulasinya

Menurut Park (1956), cebakan mangan dibagi dalam 5 tipe yaitu :


 Cebakan hidrothermal.
 Cebakan sedimenter, baik bersama-sama maupun tanpa affiliasi vulkanik
 Cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut
 Cebakan metamorfosa
 Cebakan laterit dan akumulasi residual

5
Dari kelima tipe cebakan tersebut, sumber mangan komersial berasal dari
cebakan sedimenter yang terpisah dari aktivitas vulkanik dan cebakan akumulasi
residual. Mangan ditemukan dalam bentuk biji tunggal (native metal) maupun
dalam bentuk biji campuran (complex metal). Tetapi dialam biji mangan jarang
ditemukan dalam bentuk logam tunggal (native metal). Umumnya berasosiasi
dengan biji besi sebagai endapan residu dan mineral barit sebagai mineral oksidasi
sekunder.

2.3. Persebaran Mangan


Kebanyakan senyawa mangan saat ini ditemukan di Rusia, Brazil, Australia,
Afrika Selatan, Gabon, dan India. Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia
cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau
Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Endapan biji mangan
banyak terdapat beberapa lokasi di berbagai provinsi di Indonesia.
Di Indonesia, cadangan mangan cukup besar namun tersebar di banyak
lokasi, yang secara individu umumnya berbentuk kantong atau lensa berukurang
kecil dengan kadar yang bervariasi. Cadangan mangan yang telah diketahui sekitar
5,35 juta ton, sedangkan cadangan yang sedang ditambang berjumlah 4,90 ton. Saat
ini, terdapat empat usaha pertambangan mangan yang telah berproduksi. Salah satu
diantaranya merupakan tambang mangan tertua yaitu PD Kerta Pertambangan yang
dimiliki oleh pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat, sedang tiga perusahaan
lainnya adalah swastanasional. Kegunaan mangan sangat luas, baik untuk tujuan
metalurgi maupun non-metalurgi.

2.4. Tempat Ditemukan Mangan Di Indonesia


Di Indonesia, mangan dapat ditemukan di berbagai provinsi, karena
cadangan mangan di Indonesia tersebar di banyak lokasi.
Adapun tempat ditemukan mangan di Indonesia antara lain:
 Aceh :karang igeuh,lhok kruet,calang aceh barat,kapi,tenggara Blankejeran.
 Sumatera Utara (Kadar Mn3O4=7,9% dalam bog iron,berupa konversi dari
besi rawa dengan kadar Mn3O4=13,5-20,1%) 23 km sebelah timur laut

6
natal (berupa bongkah oksida mangan berukuran sampai 50 cm,tampak
berlapis dan terbenyuk karena replacemen batuan chert radiolaria).
 Sumetera Barat: Mangani (proses hydrothermal dalam urat breksi bersosiasi
dengan Au dan Ag terdapat sebagai rhodokhrosit), Ulis Ayer (proses
hidrotermal berupa urat kecil polianite dalam batuan diabas), S. Lumut,
Singingi Riau (proses hidrotermal bijih Mn berupa sedimen dalam breksi)
 Sumatera Selatan: S. Saelan, P. Bangka (kadar MnO2=27,5%)
 Bengkulu: Gebang Ilir, Tambang Sawah (kadar MnO2=44,05%)
 Lampung: G. Pesawaran Ratai, (G. Waja Kedondong, G. Kasih) G. Waja
kadar= 60%,Kedondong Mn=2-7%, G. Kasih Mn=45-50%.
 Jawa Barat: Cikotak, Kabupaten Pandeglang (MnO2=9-32%), Cibadong,
Kabupaten Sukabumi (Kadar MnO2=32-62%), Karangnunggal, Kabupaten
Tasikmalaya (kadar MnO2=45-90%), Cigembor salopa, kabupaten
tasikmalaya (kadar MnO2= 54,68%), Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya
(kadar Mn = 50-52,43%, MnO =66-91%, Mangan Tasikmalaya berupa
bongkah-bongkah terdapat pirolusit).
 Jawa Tengah: Karangbolong, Kabupaten Banyumas (KADAR
MnO2=60%), Ngargoretno, Kabupaten Magelang (kadar MnO2= 80%),
Bapangsari Purworejo Kabupaten Purworejo, Cengkerep Temanggung,
Purworejo.
 Daerah Istimewa Yogyakarta: Kliripan dan Samigaluh Kabupaten Kulon
Progo (Kliripan kadar Mn=25%; Samigaluh MnO2= 57,75% terdapat dalam
bentuk pirolusit dan psilomelan), Gedad, Batuwarno, Eromoko Kabupaten
Wonogiri (Gedad kadar Mn=58,5%, MnO2=92,10%, Baturetno kadar
MnO2=82,74%, Kadar mangan total 52,28%, Eromoko kadar
MnO=78,31%), kadar Mn total 49,48%) Gunung kidul (kadar MnO2
=27,19% kadar Mn total 23,5% terdapat di Kepuh, Ngepek, Ngejring,
Nganglik, Kutuan dan Selonjo Timur).
 Jawa Timur: pacitan dan ponorogo (nambakan kadar Mn2 = 3,0%, tambah
kadar Mn = 4,5% berupa pirolusit debagai lensa diantara batu gamping
dengan batuan volkanik/tufa; Ngrandu kadar Mn = 5,0%; Sempor kadar

7
Mn=6,6% G.Gede kadar Mn = 60,55%; Dawung kadar Mn = 58,26%;
Klumpit kadar Mn = 58,55%; Banyumuntah kadar Mn = 53,51%; Bukul
kadar Mn = 49,04%; G. Kembar kadar Mn = 60,55%; Cikuli kadar Mn
=57,6-57,9%; Goro kadar Mn = 57,82% ) Blimbing, Pupung. Kabupataen
Ponorogo( kadar Mn =59,52 dalam bentuk pirolusit ): Panggul, Kabupaten
Trenggalek( sebagai psilomelan berupa lensa diantara batu gamping dan
batuan vulkanik/tufa): G. Kuncung, G. Tumpak Telor, Serut Kabupaten
Trenggalek ( sebagai piroksit dan psilomelan berupa lensa dalam batu
gamping dan batuan vulkanik, di G. Kuncung kadar Mn = 56,66%: Serut
kadar Mn =39,00%; Tumpak gumaewang kadar Mn =60,31%; Gelang kadar
Mn = 47,19%; G. Prongkos kadar Mn =59,78%; Belih Gondongan kadar
Mn = 59,95%; Gelang kadar Mn =47,19%; Belik kadar Mn = 54,81%;
Lempung kadar Mn =30,67% ; Danah kadar Mn = 46,76%; Kompal, Ampel
gading kadar Mn = 35,68%; Daerah Blitar ( G. Jimbe kadar Mn =6,4-5,1%;
G. Puncak asem kadar Mn = 5,6%; G. Cemenung kadar Mn =4,7%;
Kecamatan Wlingi kadar Mn =66-75%, semuanya sebagai piroksit
psilomelan; Sukorejo dan Tenggong Kabupaten Tulung Agung (Sukorejo
kadar Mn =41,42% sebagai pirolusit dan psilomelan berupa lensa-lensa tipis
diantara batu gamping dan batuan vulkanik/tufa, Tenggong kadar Mn =
34,24%. G. Rajak dan Kalirejo Kabupaten Malang (kadar Mn =50-90%
berupa mangan dalam dalam bentuk lensa. Puger Kabupaten Jember (Bedug
Idan II kadar Mn = 2,1% sebagai pirolusit dan psilomelan dalam bentuk
lensa-lensa diantara batu gamping dan batuan vulkanik/tufa; Karangbale
kadar Mn = 31,8-56,7%; G. Maroondon Ssekunir kadar Mn = 13,8% G.
Sadeng kadar Mn =18,8%).
 Kalimantan Barat: Lumar Kabupaten Sambas (kadar Mn =14,94-56,42%
terdapat berupa sedimen dan urat dalam tufa terhadap rhodonit,
rhodokharosit).
 Kalimantan Timur: Gunung Bambu, Muara Ancolong (proses hidrithermal
berupa urat–urat halus bersama mineral).

8
 Kalimantan Selatan: Daerah Pengaron, Martapura (kadar MnO2=70-40%);
S. Tawoa Kabupaten Birayong.
 Nusa Tenggara Barat : Teluk Manja, Kabupaten Sumbawa berupa bongkah
mangenit; pada Kabupaten Binoa terdapat bersama limonit.
 Nusa Tenggara Timur: Kabupaten Manggarai, Flores (kadar
Mn3O4=69,1%, berupa bongkah biji besi dan konkresi bijih Mn); Sebelah
Kupang Timur; Ole Manenak, Kupang Timor terdapat sebagai lensa kecil
pada batu lempung, trias, Tanini, Kupang Timur ( ditemukan pada sungai
sebelah timur Bukit Tanini) Sebelah Selatan Kupang Timor kadar
MnO2=85,15% berupa bongkah pirolusit dan nodul hasil endapan laut
dalam. Niuk Baum Amarsari kadar Mn = 85% terdapat sebagai lensa, Moil
Tobe ( sebagai lapisan antara tanah liat dan serpih pasiran), Busleo sebelah
timur niki-niki berupa konkresi pada komplek Babonaro; antara desa Ponu
dan Kaubeleh sebelah barat ataupun berupa konsentrasi pada koplek
Babonaro; Oe Ekam, Oe Baki Babuin, Kalbanu Kabupaten Timur Tengah.
 Sulawesi Utara: Tanjung Tarowitan Minahasa (berupa butiranmangan
terserak ditanah, kadar Mn=32,42%).
 Sulawesi Tengah: Tawangko, Tona
 Sulawesi Selatan : Wonomulyo, Polewali, Liburung, Bone, Ternate, Rianja
terdapat dalam batu gamping dan batu lanau.
 Sulawesi Tenggara: S. Rumu, Wapowaru berupa bongkah.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Tahap Umum Kegiatan Penambangan Mangan


Pertambangan ialah suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan
penyelidikan bahan galian sampai dengan pemasaran bahan galian. Dalam endapan
mangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terdiri dari proses
penambangannya, dan pemanfaatannya.
A. Penambangan Mangan
Penambangan mangan di tentukan oleh letak deposit yang bersangkutan.
Apabila depositnya terletak di dekat permukaan, maka teknik penambangan dengan
sistem tambang terbuka, Apabila depositnya terdapat jauh dibawah permukaan
maka sistem penambangan bawah tanah.
B. Pemanfaatan Mangan
Mineral logam mangan sangat luas pemakaiannya sehingga perlu dilakukan
eksplorasi untuk kelangsungan kegiatan industri logam. Kegunaan mangan sangat
luas, baik untuk tujuan metalurgi maupun nonmetalurgi. Mangan merupakan logam
yang banyak dimanfaatkan dalam industri peleburan besi-baja dan pengolahan
logam. Mangan juga digunakan untuk formula stainless stell dan alloy (campuran
logam). Mangan oksida dan mangan dioksida untuk tujuan non-metalurgi,
digunakan untuk produksi kimia, keramik dan gelas, glasir dan frit, pertanian,
proses produksi uranium, dan digunakan juga dalam pembuatan baterai kering.

3.2. Pemilihan Bijih Mangan


Agar memenuhi fungsinya sebagai depolarisator mangan dioksida yang
digunakan harus memiliki sifat tertentu yang menonjol. Penyelidikan yang
dilakukan oleh Electrochemical Society di U.S.A. menunjukkan bahwa sifat
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain struktur Kristal, luas
permukaan penyebaran ukuran pori, bentuk dan ukuran partikel, penghantaran
listrik, keadaan permukaan, komposisi kimia, macam pengotor dan cacat dalam

10
struktur. Sifat fisik yang penting ialah bijih harus mempunyai struktur Kristal yang
buruk (struktur gamma).
Untuk keperluan pembuatan baterai kering mangan dioksida yang
digunakan yaitu mangan dioksida alam (biji), mangan dioksida buatan dan
campuran dari keduanya.
A. Mangan dioksida alam
Di alam terdapat lebih dari 20 mineral mangan dioksida. Diantara mineral
tersebut hanya beberapa mineral yang cocok untuk baterai kering antara lain:
 Kelompok kriptomelan, holllandit (α-MnO2). Ada dioksida kriptomelan
yang dapat dipakai untuk bahan baterai kering yang menghasilkan kinerja
yang cukup bagus dan dengan daya tahan yang lama.
 Pirolusit (β -MnO2) pada umumnya merupakan depolarisator baterai yang
buruk. Beberapa pirolusit memberi daya guna dengan daya tahan lama,
boleh jadi karena adanya sisa magnet.
 Ramdelit (α-MnOOH) sebagai ubahan dari groutif, bukan depolasitator
yang baik, mungkin komposisinya selalu mendekati ke mangan dioksida
yang stoichiometric.
 Nsutit (γ-MnO2) bersifat non stoichiometric dan sering memberikan daya
guna yang baik.
 Birnessit (δ-MnO2) merupakan salah satu mineral yang paling banyak
ditemukan dalam bintil mangan dasar samudera. Bahan ini memberikan
daya guna yang baik untuk baterai biasa dan relatif memberikan daya guna
yang unggul dalam pemakaian heavy duty
 Todoraktif [(Mn⁺², Zn, Mf, Ba, Sr, Ca, K, Cu, Pb) ₃ Mn⁺⁴ ₁₀O₂₃] adalah
mangan umum. Terdapat sebagai endapan mangan didarat juga merupakan
salah satu mineral utama dalam bintil mangan dasar laut. Mineral sekunder
dibentuk melalui atau oleh aksi air meteor yang dingin, penggantian batu
gamping , sebagian terbentuk oleh pelapukan dan proses hydrothermal.

11
B. Mangan dioksida buatan
Mangan dioksida buatan adalah mangan dioksida yang dihasilkan oleh proses
kimia dan fisika. Dalam industri baterai kering dikenal 3 macam jenis mangan
dioksida buatan yaitu:
- Mangan dioksida elektronik (Electrolitic Mangan Diokdide ). Jenis ini
dibuat dengan elektrolisa larutan mangan sulfat. Larutan MnSO4 dibuat dari
rodokrosit (MnCO3) atau dari mangan dioksida.
- Mangan karbonat akan lebih baik karena mudah larut dalam asam sulfat.
Pemakaian bijih mangan dioksida baru ekonomis bila kadar MnO2 lebih
dari 75%. Bijih dipanggang dan direduksi menjadi MnO agar dapat larut
dalam asam sulfat.
- Mangan dioksida yang di aktifkan secara kimia (Chemical Mangan
Diokside). Merupakan jenis mangan hidrat yang diperoleh dengan
penguraian thermal senyawa mangan selain oksida, misal mangan nitrat,
untuk menghasilkan oksida padat yang halus. Mangan hidrat buatan
diperoleh dari permanganate, bersifat sangat relatif.
Mangan dioksida buatan kebanyakan digunakan dalam baterai kering terutama dari
jenis baterai manganis alkali, premium atau heavy duty dan sebagai campuran
dengan bijih alam untuk baterai Lechlanche biasa. Pencampuran ini dimaksudkan
untuk meningkatkan tegangan jepit dan waktu tegangan.

3.3. Persyaratan Bijih Mangan


Dalam pembuatan baterai kering mangan termasuk dalam komponen
katoda. Untuk katoda sendiri terbuat dari campuran mangan dioksida dan karbon,
serta bahan lain seperti pengikat (yang berfungsi untuk membantu menahan katoda
bersama) dan juga air atau larutan elektrolit (untuk membantu dalam membentuk
katoda). Untuk menjadi reaktan atau zat pereaksi mangan dioksida harus memiliki
komposisi yaitu 79-90 %, Mangan dioksida adalah komponen pengoksidasi di
dalam sel. Untuk menghasilkan sel alkali dengan daya yang memuaskan dan umur
simpan yang lama, mangan dioksida harus sangat aktif dan sangat murni. Satu-

12
satunya jenis mangan dioksida yang digunakan adalah alkali komersial, yang
banyak di temui dicebakan sedimenter.

Tabel 3.1. Persyaratan Bijih Mangan Untuk Baterai Kering


Kadar oksigen sebagai MnO2 : 75 – 85 %
Mn total : 48 – 58 %
Kelembaban :3–5%
Besi sebagai Fe : 0,2 – 3 %
Silikon sebagai SiO2 : 0,5 - 5 %
Pengotor logam lain : 0,1 – 0,2 %

Karena mangan dioksida sendiri adalah konduktor yang buruk, karbon


digunakan dalam katoda untuk memberikan konduktivitas elektronik. Karbon
biasanya dalam bentuk grafit. Karbon harus memiliki tingkat rendah dari kotoran
yang dapat menyebabkan korosi di dalam sel. Beberapa grafit alami telah
digunakan dalam sel alkali. Karbon biasanya memiliki komposisi yaitu 2-10 %.

Tabel 3.2. Komposisi Katoda

3.4. Proses Pengolahan Mangan Dalam Pembuatan Baterai Kering


Baterai kering atau istilah tekniknya sel leclanche terdiri dari bagian luar
berupa selubung seng berfungsi sebagai wadah yang diisi dengan pasta elektrolit
yaitu suatu campuran yang terdapat mangan dioksida. Campuran yang terdapat
pada pembuatan baterai kering antara lain: cairan amonium khlorida, seng khlorida,
mangan dioksida dan serbuk grafit. Pada bagian tengah terdapat sebuah batang
karbon yang berfungsi sebagai penghubung arus listrik antara anoda (selubung
seng) dan katoda (pasta elektrolit). Energi listrik timbul apabila kedua elektroda
berada dalam keadaan berhubungan dengan larutan berair. Pada waktu pelepasan
gas listrik gas hidrogen terlepas dari elektrolit, terbentuk pada katoda. Bila gas

13
hidrogen tidak segera dihasilkan, maka akan segera menyelaputi elektroda karbon
dan mempolanisir baterai. Akibatnya luas permukaan efektif elektroda menjadi
berkurang dan tenaga baterai menurun. Dalam hal ini mangan dioksida dalam
baterai kering berfungsi sebagai depolarisator. Oksigen yang terdapat dalam
mangan dioksida bereaksi dengan hidrogen membentuk air dan dengan demikian
hubungan antara elektroda dengan larutan berair tetap dipertahankan.
Mangan dioksida diproses melalui beberapa tahap pengolahan hingga bisa
menjadi bagian dari baterai kering yaitu dengan cara membuat EMD yaitu
pelarutan senyawa mangan dalam asam untuk menghasilkan larutan ion mangan.
Jika bahan awal adalah bijih mangan dioksida, maka proses yang harus dilalui yaitu
preparasi sampel dan ekstraksi sampel.
Preparasi meliputi beberapa tahap yaitu: pencucian, pengeringan,
penggerusan, pengayakan. Pencucian bijih mangan dengan akuades yang bertujuan
untuk melarutkan pengotor-pengotor yang bersifat menempel pada permukaan
bijih. Pengeringan sampel bertujuan mengurangi kandungan air yang terikat dalam
sampel yang dapat mempengaruhi pengukuran sampel. Penggerusan bertujuan
memperkecil ukuran partikel, membebaskan ikatan antar mineral bijih dan pengotor
dan pengayakan bertujuan untuk menyeragamkan ukuran partikel sehingga
diperoleh distribusi ukuran partikel yang sesuai.
Pada proses ekstrasi, penggunaan asam sulfat encer berfungsi untuk
melarutkan logam Mn. Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam
menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat.

Gambar 3.1. Mangan Pada Baterai Kering

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan seminar ini ada beberapa kesimpulan yang bisa
diambil,diataranya:
a. Mangan adalah kimia logam aktif, abu-abu merah muda yang di
tunjukkan pada simbol Mn dan nomor atom 25.
b. Mangan yang merupakan logam yang digunakan untuk berbagai
macam kebutuhan seperti campuran logam untuk menghasilkan baja,
campuran logam untuk kebutuhan baterai, dan untuk berbagai
kebutuhan logam lainnya.
c. Baterai kering atau istilah tekniknya sel leclanche terdiri dari bagian
luar berupa selubung seng berfungsi sebagai wadah yang diisi dengan
pasta elektrolit yaitu suatu campuran yang terdapat mangan dioksida,
cairan amonium khlorida, seng khlorida dan serbuk grafit.
d. Untuk keperluan pembuatan baterai kering mangan yang bagus untuk
digunakan ialah mangan dioksida, Antara lain mangan dioksida alam
(biji), mangan dioksida buatan dan campuran dari keduanya.
e. Mineral bijih mangan yang cocok untuk pembuatan baterai kering antara
lain ialah: kriptomelan, holllandit, Pirolusit, Ramdelit, Nsutit, Birnessit,
Todoraktif.
f. Khusus mangan pembuatan baterai kering persyaratan yang harus
dipenuhi haruslah baik, agar baterai tersebut menjadi lebih baik dan
berkualitas sehingga menghasilkan arus listrik yang kuat dan tahan
lama, persyaratan yang harus dipenuhi agar kualitas baterai tersebut baik
ialah: dalam katoda mangan dioksida harus memiliki komposisi yaitu
79-90 % dan karbon 2 – 10 %.
g. Persyaratan bijih mangan untuk baterai kering: Kadar oksigen sebagai
MnO2 : 75 – 85 %, Mn total : 48 – 58 %, Kelembaban : 3 – 5 %, Besi
sebagai Fe : 0,2 – 3 %, Silikon sebagai SiO2 : 0,5 - 5 %, Pengotor
logam lain : 0,1 – 0,2 %.

15
4.2. Saran

Penyesuaian syarat dalam pembuatan baterai kering adalah langkah yang


paling utama agar menghasilkan baterai yang baik dan berkualitas tinggi yang
mampu bersaing di pasaran, sehingga mampu mengembangkan pertumbuhan
ekonomi masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

- Ansori, C. 2010. Potensi dan Genesis Mangan di Kawasan Kars Gembong Selatan
Berdasarkan Penelitian Geologi Lapangan, Analisis Data Induksi Polarisasi dan
Kimia
- Hardjatmo, Ruseno, dan Sariman,1991. Pengkajian dan Pemrosesan Bijih
Mangan Karangnunggal di Tasikmalaya. Jawa Barat. Bul. PPTM. Vol. 13
No. 10, hal 8-23. Bandung.
- Sukandarrumidi, 2009 “Bahan Galian Industri”. Gadjah Mada Universitas
Press. Yogyakarta.
- www.uobabylon.edu.iq/eprints/paper_4_22738_736.pdf
- www.academia.edu/28741802/Mangan (Bahfie dan Pintowantoro, 2012.)
- www.academia.edu/2576516/Mangan
- www.researchgate.net/figure/Recovery-of-Zinc-and-Manganese-by-
Reductive-Acidic-Leaching_tbl4_279530077

17

Anda mungkin juga menyukai