PENDAHULUAN
1
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang timbul adalah menentukan persyaratan bijih mangan
agar bisa dipergunakan untuk pembuatan baterai kering sebagai sel penghantar arus
listrik.
2
a. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan pustaka yang menunjang
dalam penyusunan seminar ini antara lain di peroleh dari sumber-sumber di
bawah ini :
1. Literatur pustaka
2. Internet
3. Buku
4. Informasi
b. Pengambilan Data
Setelah semua literatur di kumpulkan maka semuanya disimpulkan.
3
BAB II
DASAR TEORI
4
2.2. Genesa Bahan Galian Mangan
Proses terbentuknya mangan dapat terjadi akibat kontak metasomatisme
atau perubahan kimia dari batuan yang disebabkan oleh cairan hidrotermal dan
cairan lainnya. Endapan bijih mangan dapat terbentuk dengan berbagai proses yaitu
karena proses hidrothermal yang dijumpai dalam bentuk vein, metamorfik, sedimen
atau residu. Endapan mangan sedimenter merupakan endapan bijih Mn yang
banyak dijumpai dan mempunyai nilai ekonomis. “Manganese oolites” dan
“manganese shales” terbentuk di lingkungan laut. Dikenal 4 jenis mineral bijih yang
mengandung Mn yaitu: Pirolusit, Hollandite (Ramsdellit), Kriptomelan,
Psilomelan.
5
Dari kelima tipe cebakan tersebut, sumber mangan komersial berasal dari
cebakan sedimenter yang terpisah dari aktivitas vulkanik dan cebakan akumulasi
residual. Mangan ditemukan dalam bentuk biji tunggal (native metal) maupun
dalam bentuk biji campuran (complex metal). Tetapi dialam biji mangan jarang
ditemukan dalam bentuk logam tunggal (native metal). Umumnya berasosiasi
dengan biji besi sebagai endapan residu dan mineral barit sebagai mineral oksidasi
sekunder.
6
natal (berupa bongkah oksida mangan berukuran sampai 50 cm,tampak
berlapis dan terbenyuk karena replacemen batuan chert radiolaria).
Sumetera Barat: Mangani (proses hydrothermal dalam urat breksi bersosiasi
dengan Au dan Ag terdapat sebagai rhodokhrosit), Ulis Ayer (proses
hidrotermal berupa urat kecil polianite dalam batuan diabas), S. Lumut,
Singingi Riau (proses hidrotermal bijih Mn berupa sedimen dalam breksi)
Sumatera Selatan: S. Saelan, P. Bangka (kadar MnO2=27,5%)
Bengkulu: Gebang Ilir, Tambang Sawah (kadar MnO2=44,05%)
Lampung: G. Pesawaran Ratai, (G. Waja Kedondong, G. Kasih) G. Waja
kadar= 60%,Kedondong Mn=2-7%, G. Kasih Mn=45-50%.
Jawa Barat: Cikotak, Kabupaten Pandeglang (MnO2=9-32%), Cibadong,
Kabupaten Sukabumi (Kadar MnO2=32-62%), Karangnunggal, Kabupaten
Tasikmalaya (kadar MnO2=45-90%), Cigembor salopa, kabupaten
tasikmalaya (kadar MnO2= 54,68%), Cikatomas Kabupaten Tasikmalaya
(kadar Mn = 50-52,43%, MnO =66-91%, Mangan Tasikmalaya berupa
bongkah-bongkah terdapat pirolusit).
Jawa Tengah: Karangbolong, Kabupaten Banyumas (KADAR
MnO2=60%), Ngargoretno, Kabupaten Magelang (kadar MnO2= 80%),
Bapangsari Purworejo Kabupaten Purworejo, Cengkerep Temanggung,
Purworejo.
Daerah Istimewa Yogyakarta: Kliripan dan Samigaluh Kabupaten Kulon
Progo (Kliripan kadar Mn=25%; Samigaluh MnO2= 57,75% terdapat dalam
bentuk pirolusit dan psilomelan), Gedad, Batuwarno, Eromoko Kabupaten
Wonogiri (Gedad kadar Mn=58,5%, MnO2=92,10%, Baturetno kadar
MnO2=82,74%, Kadar mangan total 52,28%, Eromoko kadar
MnO=78,31%), kadar Mn total 49,48%) Gunung kidul (kadar MnO2
=27,19% kadar Mn total 23,5% terdapat di Kepuh, Ngepek, Ngejring,
Nganglik, Kutuan dan Selonjo Timur).
Jawa Timur: pacitan dan ponorogo (nambakan kadar Mn2 = 3,0%, tambah
kadar Mn = 4,5% berupa pirolusit debagai lensa diantara batu gamping
dengan batuan volkanik/tufa; Ngrandu kadar Mn = 5,0%; Sempor kadar
7
Mn=6,6% G.Gede kadar Mn = 60,55%; Dawung kadar Mn = 58,26%;
Klumpit kadar Mn = 58,55%; Banyumuntah kadar Mn = 53,51%; Bukul
kadar Mn = 49,04%; G. Kembar kadar Mn = 60,55%; Cikuli kadar Mn
=57,6-57,9%; Goro kadar Mn = 57,82% ) Blimbing, Pupung. Kabupataen
Ponorogo( kadar Mn =59,52 dalam bentuk pirolusit ): Panggul, Kabupaten
Trenggalek( sebagai psilomelan berupa lensa diantara batu gamping dan
batuan vulkanik/tufa): G. Kuncung, G. Tumpak Telor, Serut Kabupaten
Trenggalek ( sebagai piroksit dan psilomelan berupa lensa dalam batu
gamping dan batuan vulkanik, di G. Kuncung kadar Mn = 56,66%: Serut
kadar Mn =39,00%; Tumpak gumaewang kadar Mn =60,31%; Gelang kadar
Mn = 47,19%; G. Prongkos kadar Mn =59,78%; Belih Gondongan kadar
Mn = 59,95%; Gelang kadar Mn =47,19%; Belik kadar Mn = 54,81%;
Lempung kadar Mn =30,67% ; Danah kadar Mn = 46,76%; Kompal, Ampel
gading kadar Mn = 35,68%; Daerah Blitar ( G. Jimbe kadar Mn =6,4-5,1%;
G. Puncak asem kadar Mn = 5,6%; G. Cemenung kadar Mn =4,7%;
Kecamatan Wlingi kadar Mn =66-75%, semuanya sebagai piroksit
psilomelan; Sukorejo dan Tenggong Kabupaten Tulung Agung (Sukorejo
kadar Mn =41,42% sebagai pirolusit dan psilomelan berupa lensa-lensa tipis
diantara batu gamping dan batuan vulkanik/tufa, Tenggong kadar Mn =
34,24%. G. Rajak dan Kalirejo Kabupaten Malang (kadar Mn =50-90%
berupa mangan dalam dalam bentuk lensa. Puger Kabupaten Jember (Bedug
Idan II kadar Mn = 2,1% sebagai pirolusit dan psilomelan dalam bentuk
lensa-lensa diantara batu gamping dan batuan vulkanik/tufa; Karangbale
kadar Mn = 31,8-56,7%; G. Maroondon Ssekunir kadar Mn = 13,8% G.
Sadeng kadar Mn =18,8%).
Kalimantan Barat: Lumar Kabupaten Sambas (kadar Mn =14,94-56,42%
terdapat berupa sedimen dan urat dalam tufa terhadap rhodonit,
rhodokharosit).
Kalimantan Timur: Gunung Bambu, Muara Ancolong (proses hidrithermal
berupa urat–urat halus bersama mineral).
8
Kalimantan Selatan: Daerah Pengaron, Martapura (kadar MnO2=70-40%);
S. Tawoa Kabupaten Birayong.
Nusa Tenggara Barat : Teluk Manja, Kabupaten Sumbawa berupa bongkah
mangenit; pada Kabupaten Binoa terdapat bersama limonit.
Nusa Tenggara Timur: Kabupaten Manggarai, Flores (kadar
Mn3O4=69,1%, berupa bongkah biji besi dan konkresi bijih Mn); Sebelah
Kupang Timur; Ole Manenak, Kupang Timor terdapat sebagai lensa kecil
pada batu lempung, trias, Tanini, Kupang Timur ( ditemukan pada sungai
sebelah timur Bukit Tanini) Sebelah Selatan Kupang Timor kadar
MnO2=85,15% berupa bongkah pirolusit dan nodul hasil endapan laut
dalam. Niuk Baum Amarsari kadar Mn = 85% terdapat sebagai lensa, Moil
Tobe ( sebagai lapisan antara tanah liat dan serpih pasiran), Busleo sebelah
timur niki-niki berupa konkresi pada komplek Babonaro; antara desa Ponu
dan Kaubeleh sebelah barat ataupun berupa konsentrasi pada koplek
Babonaro; Oe Ekam, Oe Baki Babuin, Kalbanu Kabupaten Timur Tengah.
Sulawesi Utara: Tanjung Tarowitan Minahasa (berupa butiranmangan
terserak ditanah, kadar Mn=32,42%).
Sulawesi Tengah: Tawangko, Tona
Sulawesi Selatan : Wonomulyo, Polewali, Liburung, Bone, Ternate, Rianja
terdapat dalam batu gamping dan batu lanau.
Sulawesi Tenggara: S. Rumu, Wapowaru berupa bongkah.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
struktur. Sifat fisik yang penting ialah bijih harus mempunyai struktur Kristal yang
buruk (struktur gamma).
Untuk keperluan pembuatan baterai kering mangan dioksida yang
digunakan yaitu mangan dioksida alam (biji), mangan dioksida buatan dan
campuran dari keduanya.
A. Mangan dioksida alam
Di alam terdapat lebih dari 20 mineral mangan dioksida. Diantara mineral
tersebut hanya beberapa mineral yang cocok untuk baterai kering antara lain:
Kelompok kriptomelan, holllandit (α-MnO2). Ada dioksida kriptomelan
yang dapat dipakai untuk bahan baterai kering yang menghasilkan kinerja
yang cukup bagus dan dengan daya tahan yang lama.
Pirolusit (β -MnO2) pada umumnya merupakan depolarisator baterai yang
buruk. Beberapa pirolusit memberi daya guna dengan daya tahan lama,
boleh jadi karena adanya sisa magnet.
Ramdelit (α-MnOOH) sebagai ubahan dari groutif, bukan depolasitator
yang baik, mungkin komposisinya selalu mendekati ke mangan dioksida
yang stoichiometric.
Nsutit (γ-MnO2) bersifat non stoichiometric dan sering memberikan daya
guna yang baik.
Birnessit (δ-MnO2) merupakan salah satu mineral yang paling banyak
ditemukan dalam bintil mangan dasar samudera. Bahan ini memberikan
daya guna yang baik untuk baterai biasa dan relatif memberikan daya guna
yang unggul dalam pemakaian heavy duty
Todoraktif [(Mn⁺², Zn, Mf, Ba, Sr, Ca, K, Cu, Pb) ₃ Mn⁺⁴ ₁₀O₂₃] adalah
mangan umum. Terdapat sebagai endapan mangan didarat juga merupakan
salah satu mineral utama dalam bintil mangan dasar laut. Mineral sekunder
dibentuk melalui atau oleh aksi air meteor yang dingin, penggantian batu
gamping , sebagian terbentuk oleh pelapukan dan proses hydrothermal.
11
B. Mangan dioksida buatan
Mangan dioksida buatan adalah mangan dioksida yang dihasilkan oleh proses
kimia dan fisika. Dalam industri baterai kering dikenal 3 macam jenis mangan
dioksida buatan yaitu:
- Mangan dioksida elektronik (Electrolitic Mangan Diokdide ). Jenis ini
dibuat dengan elektrolisa larutan mangan sulfat. Larutan MnSO4 dibuat dari
rodokrosit (MnCO3) atau dari mangan dioksida.
- Mangan karbonat akan lebih baik karena mudah larut dalam asam sulfat.
Pemakaian bijih mangan dioksida baru ekonomis bila kadar MnO2 lebih
dari 75%. Bijih dipanggang dan direduksi menjadi MnO agar dapat larut
dalam asam sulfat.
- Mangan dioksida yang di aktifkan secara kimia (Chemical Mangan
Diokside). Merupakan jenis mangan hidrat yang diperoleh dengan
penguraian thermal senyawa mangan selain oksida, misal mangan nitrat,
untuk menghasilkan oksida padat yang halus. Mangan hidrat buatan
diperoleh dari permanganate, bersifat sangat relatif.
Mangan dioksida buatan kebanyakan digunakan dalam baterai kering terutama dari
jenis baterai manganis alkali, premium atau heavy duty dan sebagai campuran
dengan bijih alam untuk baterai Lechlanche biasa. Pencampuran ini dimaksudkan
untuk meningkatkan tegangan jepit dan waktu tegangan.
12
satunya jenis mangan dioksida yang digunakan adalah alkali komersial, yang
banyak di temui dicebakan sedimenter.
13
hidrogen tidak segera dihasilkan, maka akan segera menyelaputi elektroda karbon
dan mempolanisir baterai. Akibatnya luas permukaan efektif elektroda menjadi
berkurang dan tenaga baterai menurun. Dalam hal ini mangan dioksida dalam
baterai kering berfungsi sebagai depolarisator. Oksigen yang terdapat dalam
mangan dioksida bereaksi dengan hidrogen membentuk air dan dengan demikian
hubungan antara elektroda dengan larutan berair tetap dipertahankan.
Mangan dioksida diproses melalui beberapa tahap pengolahan hingga bisa
menjadi bagian dari baterai kering yaitu dengan cara membuat EMD yaitu
pelarutan senyawa mangan dalam asam untuk menghasilkan larutan ion mangan.
Jika bahan awal adalah bijih mangan dioksida, maka proses yang harus dilalui yaitu
preparasi sampel dan ekstraksi sampel.
Preparasi meliputi beberapa tahap yaitu: pencucian, pengeringan,
penggerusan, pengayakan. Pencucian bijih mangan dengan akuades yang bertujuan
untuk melarutkan pengotor-pengotor yang bersifat menempel pada permukaan
bijih. Pengeringan sampel bertujuan mengurangi kandungan air yang terikat dalam
sampel yang dapat mempengaruhi pengukuran sampel. Penggerusan bertujuan
memperkecil ukuran partikel, membebaskan ikatan antar mineral bijih dan pengotor
dan pengayakan bertujuan untuk menyeragamkan ukuran partikel sehingga
diperoleh distribusi ukuran partikel yang sesuai.
Pada proses ekstrasi, penggunaan asam sulfat encer berfungsi untuk
melarutkan logam Mn. Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam
menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat.
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari penjelasan seminar ini ada beberapa kesimpulan yang bisa
diambil,diataranya:
a. Mangan adalah kimia logam aktif, abu-abu merah muda yang di
tunjukkan pada simbol Mn dan nomor atom 25.
b. Mangan yang merupakan logam yang digunakan untuk berbagai
macam kebutuhan seperti campuran logam untuk menghasilkan baja,
campuran logam untuk kebutuhan baterai, dan untuk berbagai
kebutuhan logam lainnya.
c. Baterai kering atau istilah tekniknya sel leclanche terdiri dari bagian
luar berupa selubung seng berfungsi sebagai wadah yang diisi dengan
pasta elektrolit yaitu suatu campuran yang terdapat mangan dioksida,
cairan amonium khlorida, seng khlorida dan serbuk grafit.
d. Untuk keperluan pembuatan baterai kering mangan yang bagus untuk
digunakan ialah mangan dioksida, Antara lain mangan dioksida alam
(biji), mangan dioksida buatan dan campuran dari keduanya.
e. Mineral bijih mangan yang cocok untuk pembuatan baterai kering antara
lain ialah: kriptomelan, holllandit, Pirolusit, Ramdelit, Nsutit, Birnessit,
Todoraktif.
f. Khusus mangan pembuatan baterai kering persyaratan yang harus
dipenuhi haruslah baik, agar baterai tersebut menjadi lebih baik dan
berkualitas sehingga menghasilkan arus listrik yang kuat dan tahan
lama, persyaratan yang harus dipenuhi agar kualitas baterai tersebut baik
ialah: dalam katoda mangan dioksida harus memiliki komposisi yaitu
79-90 % dan karbon 2 – 10 %.
g. Persyaratan bijih mangan untuk baterai kering: Kadar oksigen sebagai
MnO2 : 75 – 85 %, Mn total : 48 – 58 %, Kelembaban : 3 – 5 %, Besi
sebagai Fe : 0,2 – 3 %, Silikon sebagai SiO2 : 0,5 - 5 %, Pengotor
logam lain : 0,1 – 0,2 %.
15
4.2. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
- Ansori, C. 2010. Potensi dan Genesis Mangan di Kawasan Kars Gembong Selatan
Berdasarkan Penelitian Geologi Lapangan, Analisis Data Induksi Polarisasi dan
Kimia
- Hardjatmo, Ruseno, dan Sariman,1991. Pengkajian dan Pemrosesan Bijih
Mangan Karangnunggal di Tasikmalaya. Jawa Barat. Bul. PPTM. Vol. 13
No. 10, hal 8-23. Bandung.
- Sukandarrumidi, 2009 “Bahan Galian Industri”. Gadjah Mada Universitas
Press. Yogyakarta.
- www.uobabylon.edu.iq/eprints/paper_4_22738_736.pdf
- www.academia.edu/28741802/Mangan (Bahfie dan Pintowantoro, 2012.)
- www.academia.edu/2576516/Mangan
- www.researchgate.net/figure/Recovery-of-Zinc-and-Manganese-by-
Reductive-Acidic-Leaching_tbl4_279530077
17