Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL ANALISA PUPUK ZA

I. Judul : proposal analisa pupuk ZA


II.  Latar Belakang
Pupuk ZA ( Zwavelzuur Ammoniak ) atau ammonium sulfat merupakan pupuk
kimia buatan yang dibuat dari amoniak dan asam sulfat. Pupuk ZA diperlukan
tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara nitrogen (N) dan belerang (S). Unsur
nitrogennya sebesar 21 % dan sulfur (belerang) sebesar 24 % (Ihsan, 2012). Pupuk ZA
aman digunakan untuk semua jenis tanaman. Manfaat dari pupuk ZA adalah dapat
meningkatkan produksi dan kualitas panen, menambah daya tahan tanaman terhadap
gangguan hama, penyakit, dan kekeringan, serta memperbaiki rasa dan warna hasil panen
(Horties, 2011).
Melihat besarnya manfaat dan kebutuhan akan pupuk ZA untuk petani, memicu
terjadinya berbagai kecurangan di tingkat pengecer seperti penjualan diatas harga eceran
tertinggi (HET), penimbunan, dan pemalsuan. Beredarnya pupuk ZA yang tidak
memenuhi standar SNI 02-1760-2005 ini merugikan masyarakat dan sektor pertanian.
Oleh karena tu perlu dilakukannya analisis kandungan unsur hara pupuk ZA. Adapaun
analisis yang akan dilakukan meliputi kandungan nitrogen (N) total, kandungan belerang
(S) sebagai SO42-, kandungan fosfat (P) total, dan kandungan tembaga (Cu).
Kandungan nitogen (N) total dilakukan dengan metode Kjehdal karena.....
Unsur hara belerang (S) memiliki manfaat yg besar untuk pertumbuhan tanaman.
Adapun manfaat dari unsur hara belerang (S) yaitu untuk membantu pembentukan butir
hijau sehingga daun lebih hijau, menambah kandungan protein dan vitamin tanaman,
berperan dalam sintesis minyak yang berguna pada proses pembuatan gula, dan memacu
pertumbuhan anakan produktif (Ihsan, 2012). Keberadaan unsur belerang dapat dianalisis
dengan metode gravimetri. Metode ini dipilih karena unsur belerang (S) pada pupuk ZA
termasuk unsur makro yaitu sebesar 23,8 % (SNI 02-1760, 2005).
Fosfor merupakan salah satu nutrisi utama yang penting bagi pertumbuhan
tanaman. Fosfor berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan akar, memperkuat batang
tubuh tanaman, mempercepat proses pertumbuhan bunga dan meningkatkan produksi
buah dan biji. Jika tanaman mengalami kekurangan unsur fosfor ini akan dapat
menghambat pertumbuhan dan proses fotosintesis pada tanaman (Purwanto, 2010).
Fosfor dapat diperoleh oleh tanaman dari unsur hara yang ada di dalam tanah. Unsur
fosfor secara alami tersedia di dalam tanah, namun unsur fosfor juga dapat diperoleh
tumbuhan dari pupuk buatan. Oleh karena pentingnya fungsi unsur fosfor terhadap
pertumbuhan tanaman maka perlu dilakukan analisis fosfor dalam pupuk ZA untuk
mengetahui apakah kandungan fosfor yang terdapat dalam pupuk ZA dapat memenuhi
jumlah nutrisi yang diperlukan oleh tanaman.
Metode yang digunakan untuk menentukan kandungan fosfor dalam pupuk ZA
adalah metode spektrofotometri molibdovanadofosfat (SNI 02-3776-2005). Metode ini
dipilih karena unsur fosfor dalam pupuk ZA merupakan unsur mikro sehingga diperlukan
suatu metode yang memiliki limit deteksi yang kecil. Kelebihan metode ini adalah warna
kuning yang dihasilkan cukup stabil dalam beberapa hari dan intensitasnya
tidak terpengaruh pada temperatur kamar dan bebas dari gangguan (interference)  dengan
range pengukuran ion pada konsentrasi hingga 1000 ppm (Jackson, 1958).

Salah satu unsur hara mikro yang penting bagi tanaman adalah tembaga (Cu).,
sehingga selain unsur makro seperti N, P, dan S, perlu dianalisis pula kandungan Cu dalam
pupuk. Metode yang digunakan untuk analisis kandungan Cu adalah metode
short 
volumetric (AOAC international, 16th ed, vol 1, chapter 2,2.6.13, method 942.01,
chopper in fertilizer, short folumetric method). Metod ini dipilih karena:
a.   Dibanding metode gravimetri memiliki limit deteksi yang lebih tinggi
(mengingat Cu dalam sampel adalah unsur trace)
b.   Dibanding metode menggunakan spektofotometri serapan atom (yang
memiliki limit deteksi lebih rendah), metode short folumetric ini lebih mudah
dalam preparasi, menggunakan energi rendah pada proses preparasinya (pada
SSA, sampel harus diabukan sehingga tersisa zat anorganik)
c.   Dibanding dengan metode kolorimetri yang secara umum limit deteksinya
lebih rendah dibanding metode volumetri, tetapi reagen yang digunakan
tidak tersedia (pada metoda colorimetri menggunakan reagen bissikloheksanon
oksalildihidrazon).
d.   Dibanding metode volumetri lain (kompleksometri) menggunakan EDTA,
indikator fast sulfon black F atau pirokatekol, reagen pada metoda short
volumetric lebih memungkinkan untuk dikerjakan di Lab.
populasi pupuk 

sampling/pengambilan contoh

Preparasi Contoh
pengurangan jumlah massa contoh pengecilan ukuran
penyeragaman ukuran
pengemasan untuk dilanjutkan ke tahap analisa

Analisa
Nitrogen dengan menggunakan metoda:
Phospor dengan menggunakan metoda:
Sulfur dengan menggunakan metoda gravimetri
Cu dengan menggunakan metoda short volumetric

 
III.  Prinsip Metode
3.1   Metode Kjeldhal untuk Penentuan N Total
Pada prinsipnya, untuk menentukan kandungan Nitrogen total adalah sebagai berikut:
Nitrogen dalam sampel dihidrolisis dengan asam sulfat membentuk senyawa ammonium
sulfat. Nitrat dengan asam salisilat membentuk nitrosalisilat, kemudian direduksi dengan
natrium tiosulfat membentuk senyawa ammonium. Senyawa ammonium didestilasi dalam
suasana alkali, destilat ditampung sebagai asam borat. Kemudian dititrasi dengan larutan
asam sulfat sampai sampai warna hijau berubah menjadi merah jambu.

3.2   Metode Gravimetri untuk Penentuan S Total


Sulfat dapat ditentukan dengan cara mengendapkannya dengan barium khlorida
(BaCl2) untuk membentuk endapan barium sulfat (BaSO4). Partikel endapan BaSO4 terlalu
kecil untuk disaring sehingga perlu didigest untuk membentuk kristal yang lebih besar. Proses
ini menghasilkan kristal yang sukar larut (Wiryawan, 2011).
Ba2+ + SO42-  BaSO4(s)

3.3   Metode Spektrofotometri Molibdovanadofosfat untuk Penentuan P Total


Ekstrak jernih atau filtrat dari sampel pupuk direaksikan dengan reagen campuran
yang terdiri dari amonium molibdat dan amonium vanadat (1:1) dalam keadaan asam. Ion
fosfat yang terdapat di dalam sampel akan bereaksi dengan asam molibdat membentuk
asam molibdofosfat. Asam molibdofosfat dengan adanya unsur vanadium dari amonium
vanadat akan membentuk asam vanadomolibdofosfat yang berwarna kuning. Kemudian
dilakukan analisa menggunakan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang
466 nm. Intensitas warna kuning sebanding dengan konsentrasi fosfat dalam larutan. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:

3.4   Metode Short Volumetric untuk Penentuan Kandungan Cu


Larutan sampel perlu dipreparasi terlebih dahulu, untuk menghilangkan senyawa
organik yang terkandung di dalam sampel, dengan cara digesi dengan campuran asam sulfat dan
asam nitrat, kemudian kadar Cu ditetapkan menggunakan metoda volumetri (titrasi redoks)
menggunakan larutan natrium tiosulfat yang sebelumnya dibakukan terlebih dahulu dengan
kalium iodat. Hasil analisa yang tepat dari tembaga dalam pupuk, memerlukan kondisi
larutan pada pH 4-4,5 karena pada kondisi ini reduksi ion Cu2+ berlangsung lengkap.
Mengingat dilakukan penambahan asam pada tahap digesti, maka pH di kontrol dengan
penambahan ammonium hidroksida sampai pH 4 dan dipantau dengan indicator bromkresol
hijau (warna larutan hijau terang. Penambahan ammonium hydrogen flourida, NH4HF2
berlebih, berperan sebagai buffer untuk menjaga larutan berada pada pH >3,2, dan
menghilangkan pengganggu arsen dan antimoni. Sebelum titrasi, di Erlenmeyer
ditambahkan KI, terjadi reaksi, secara molekuler reaksinya adalah sebagai berikut:
2CuSO4 + 4KI 2 CuI + I2 +2 K2SO4
Kemudian larutan dititrasi dengan natrium tiosulfat , sehingga terjadi reaksi:
2S2O 2- + I S O 2- + 2I- 
3 2 4 6

Sehinga 2 CuSO4 = I2 = 2 NaS2O3 , dan mol ekivalen natrium tiosulfat sama dengan mol
ekivalen Cu2+ , sehingga 1 ml natrium tiosulfat 0,03 N setara dengan 1,906 mg Cu.

IV.   Metode Penelitian


4.1  Alat Penelitian
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia 100, 250 dan 500
mL, pipet ukur 10 mL, pipet volume 1 dan 10 mL, labu ukur 10, 100 dan 500 mL,
Erlenmeyer 250 mL, buret 50 mL, batang pengaduk, tabung reaksi dan rak, gelas arloji,
cawan porselen, pipet tetes, oven, neraca analitik, pemanas listrik atau hot plate,
pengocok tabung,
spektrofotometer sinar tampak, kuvet, sekop, kantong plastik, botol timbang, botol semprot,
labu Kjeldahl 250 mL, corong gelas, kertas saring Whatman No. 41 dan ayakan 40 mesh, .

4.2   Bahan Penelitian


Bahan yang akan digunakan adalah sampel pupuk ZA, akuades, air bebas ion, HCl p.a.
pekat (37%, bj = 1,19 g/mL), H2SO4 p.a. pekat (96%, bj = 1,84 g/mL), HNO3 p.a. pekat (67%,
bj = 1,51 g/mL), kloroform, padatan BaCl 2, padatan AgNO3, padatan NaOH, padatan KI,
padatan HgCl2, padatan K.Na tartrat, garam campuran (tablet Kjeldahl), padatan
NH4Mo7O24.4H2O, padatan NH4VO3, padatan KH2PO4, padatan Na2S2O3, padatan KIO3, padatan
NH4OH, indikator bromkresol hijau.

4.3   Prosedur Penelitian


4.3.1 Pengambilan Sampel ( sampling)
Sampel pupuk ZA dibeli pada toko di 5 lokasi yang berbeda dengan berat masing-
masing sebesar 0,25 kg (jika bisa bobot sampel diambil dari beberapa karung pupuk yang
tersedia di toko). Pupuk dimasukkan ke dalam kantong plastik, diberi label pada bagian luar
dan ditutup dalam wadah kedap udara. Sampel pupuk dari 5 lokasi digabungkan menjadi
satu dalam sebuah kantong plastik besar. Sampel dikocok dan dibolak-balik hingga
homogen. Sampel yang telah homogen dikeluarkan dari kantong plastik dan diletakkan di
atas bidang datar beralas plastik. Tumpukan sampel diratakan dan dibagi menjadi 4 bagian
sama besar dengan sebatang kayu pembagi. Sampel diambil dari dua bagian dengan sudut
yang berlawanan. Dua bagian sampel tersebut digabungkan dan dicampurkan kembali
hingga homogen. Sampel dikeluarkan dari kantong plastik dan diletakkan di atas bidang
datar beralas plastik. Sampel diratakan dan dibagi menjadi 4 bagian sama besar dengan
sebatang kayu pembagi. Sampel diambil dari dua bagian dengan sudut yang berlawanan.
Prosedur tersebut dilakukan berulang kali hingga sampel bersisa ± 10 g. Kemudian sampel
dihaluskan menggunakan lumpang porselen hingga lolos ayakan dengan ukuran 40 mesh.
Sampel ini yang akan digunakan untuk analisa selanjutnya (proses preparasi maksimal 3
hari sebelum dilakukan analisa).

4.3.2 Penentuan Kandungan N Total


Peralatan yang digunakan antara lain: neraca analitis; labu ukur 100 mL, 500 mL dan
1000 mL; pipet volume 25 mL; labu Kjeldhal; mortar penghalus;
Pereaksi yang digunakan Prosedur untuk penentuan kandungan unsur N total dalam
sampel pupuk ZA adalah sebagai berikut:
a.   Pembuatan larutan Asam sulfat-salisilat
b.   Pembuatan larutan Asam Borat 1%
c.   Pembuatan Indikator Cornway
4.3.3 Penentuan Kandungan S Total
Prosedur untuk penentuan kandungan unsur S total dalam sampel pupuk ZA diawali
dengan menimbang sampel pupuk kering sebanyak 100-150 mg dan kemudian dimasukkan
ke dalam gelas kimia 500 mL. Akuades sebanyak 200 mL dan larutan HCl pekat
ditambahkan ke dalam gelas kimia, lalu dipanaskan hingga mencapai titik didihnya (sekitar
10 menit). Campuran disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang sebelumnya dan
dicuci dengan akuades panas. Filtrat yang diperoleh dipanaskan pada suhu di bawah titik
didih dan ditambahkan larutan BaCl 2 10% berlebih sambil diaduk secara perlahan,
selanjutnya didigest  pada suhu rendah dan dibiarkan semalaman. Larutan kemudian disaring
dengan kertas saring yang telah ditimbang sebelumnya. Endapan yang diperoleh dicuci
dengan akuades panas, tiap penambahan 15 mL akuades panas, filtrat diuji dengan
ilipat dan diletakkanmenambahkan
pada gelas arloji larutan
yg telah AgNO
ditimbang, selanjutnya dikeringkan
3. Kertas
anur dengan 250 oC sekitar 1 jam atau sampai mencapai berat konstan. Endapan yang diperoleh didinginkan pada suhu ruang dan ditimba

4.3.4 Penentuan Kandungan P Total


Prosedur untuk penentuan kandungan unsur P total dalam sampel pupuk ZA adalah
sebagai berikut:
a.   Persiapan air bebas ion
Air bebas ion yang akan digunakan untuk membuat reagen harus dididihkan terlebih
dahulu lalu didinginkan.
b.   Pembuatan larutan HCl 25% sebanyak 500 mL
Larutan HCl 25% sebanyak 500 mL dibuat dengan cara mengambil larutan HCl pekat
sebanyak 337,8 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 1 L. Kemudian ditambahkan air
bebas ion hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
c.   Pembuatan reagen I (amonium molibdat 1%)
Padatan NH4Mo7O24.4H2O ditimbang sebanyak 1 g, lalu dilarutkan dengan sedikit air
bebas ion dalam gelas kimia. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
ditambahkan air bebas ion hingga tanda batas lalu dikocok hingga homogen.
d.   Pembuatan reagen II (amonium vanadat 0,5%)
Padatan NH4VO3 ditimbang sebanyak 0,5 g dan ditambah dengan larutan HNO3 pekat
sebanyak 7 mL. Kemudian campuran dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
ditambahkan air bebas ion hingga tanda batas lalu dikocok hingga homogen.
e.   Pembuatan reagen campuran
Reagen I dan reagen II dicampur dengan volume masing-masing sebanyak 100 mL.
Reagen ini harus digunakan dalam keadaan segar, tidak dapat dipakai lebih dari 1
malam.
f.   Pembuatan larutan induk P 2000 ppm
Padatan KH2PO4 dikeringkan terlebih dahulu pada suhu 105 oC selama 2 jam, kemudian
ditimbang sebanyak 8,7742 g. Padatan KH 2PO4 dilarutkan dengan sedikit air bebas ion
dalam gelas kimia. Larutan KH 2PO4 dimasukkan ke dalam labu ukur 1 L, ditambahkan air
bebas ion hingga tanda batas lalu dikocok hingga homogen.
g.   Pembuatan larutan standar P
1.   Standar 0
Larutan HCl 25% diambil sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke dalam labu ukur 500
mL yang berisi kira-kira 200 mL air bebas ion. Air bebas ion ditambahkan ke dalam
labu ukur hingga tanda batas lalu dikocok hingga homogen.
2.   Standar 500 ppm
Larutan standar induk P 2000 ppm diambil sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke
dalam labu ukur 100 mL. Kemudian ditambahkan 10 mL larutan HCl 25% dan air
bebas ion hingga 100 mL, lalu dikocok hingga homogen.
3.   Standar 0-500 ppm
Larutan standar induk P 500 ppm masing-masing diambil sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 8 dan
10 mL. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL dan
ditambahkan dengan larutan standar 0 hingga tanda batas lalu dikocok hingga
homogen.
h.   Persiapan sampel
Pupuk yang telah dihaluskan, ditimbang teliti sebanyak 0,2500 g dan dimasukkan ke
gelas kimia 100 mL. Larutan HCl 25% sebanyak 10 mL ditambahkan ke dalam gelas
kimia. Campuran larutan dipanaskan pada hot plate sampai larut sempurna, mendidih
selama 15 menit. Campuran larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan air bebas ion ke dalam labu ukur lalu ditunggu hingga dingin, kemudian
ditambahkan air bebas ion hingga tanda batas serta dikocok hingga homogen. Larutan
dibiarkan semalam atau jika perlu disaring untuk mendapatkan ekstrak jernih dengan
cepat.
i.   Penentuan kandungan P total
Ekstrak jernih atau filtrat dari sampel pupuk ZA diambil sebanyak 1 mL dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Deret larutan standar P juga dimasukkan masing-masing 1 mL
ke
dalam tabung reaksi. Reagen campuran ditambahkan ke dalam filtrat sampel dan larutan
standar P masing-masing sebanyak 9 mL, lalu dikocok hingga homogen. Larutan sampel
dan larutan standar diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 466 nm.

4.3.5 Penentuan Kandungan Cu


Prosedur untuk penentuan kandungan unsur P total dalam sampel pupuk ZA adalah
sebagai berikut:
a.   Persiapan reagen
1.   Larutan standar natrium tiosulfat 0,03 N
Padatan natrium tiosulfat pentahidrat (Mr = 216,13 g/mol) ditimbang sebanyak 0,75 g
dan dilarutkan dengan akuades yang baru saja dididihkan lalu didinginkan. Larutan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan akuades yang telah
dididihkan hingga tanda batas lalu dikocok hingga homogen. Jika hendak digunakan
dalam beberapa hari ditambahkan 3 tetes kloroform.
2.   Larutan indikator amilum
Amilum ditimbang sebanyak ±1 g dan dimasukkan ke dalam gelas kimia. Akuades
ditambahkan ke dalamnya sedikit demi sedikit hingga menjadi pasta, kemudian
ditambahkan 100 mL akudes mendidih dan dididihkan sambil diaduk.
3.   Indicator bromkresol hijau
Padatan tetrabromo-m-cresolsulfonaftalen ditimbang sebanyak 0,1 g dan dilarutkan
dengan 1,5 mL NaOH 0,1 N. Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu dikocok hingga homogen.
b.   Pembakuan larutan natrium tiosulfat dengan kalium iodat
Padatan kalium iodat murni yang telah dikeringkan pada temperatur 120 oC ditimbang
sebanyak 0,14-0,15 g dan dilarutkan dengan 25 mL akuades yang telah dididihkan dalam
Erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambahkan 2 g kalium iodida (KI) dan 5 mL larutan
asam sulfat 1 M. Selanjutnya larutan dititrasi dengan larutan tiosulfat hingga berwarna
kuning pucat, lalu ditambahkan dengan akuades sebanyak 200 mL dan indikator amilum
sebanyak 2 mL hingga larutan berwarna biru. Larutan ditritrasi kembali hingga menjadi
tak berwarna, kemudian dihitung konsentrasi larutan natrium tiosulfat.
c.   Penentuan kandungan Cu
Sampel pupuk ditimbang sebanyak 2 g lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan
ditambahkan 10 ml HNO3 pekat dan 5 ml H2SO4 pekat. Kemudian dilakukan digesi di atas
hot plate sampai muncul asap putih (jika warna larutan menjadi gelap, berarti ada
kandungan zat organik, dinginkan, kemudian ditambah dengan larutan HNO3  pekat dan
digesi ulang sampai muncul asap putih, prosedur dilakukan berulang hingga senyawa
organik rusak dan larutan tidak menjadi gelap). Larutan yang telah didigesi didinginkan
dan ditambah dengan 50 mL akuades, lalu dididihkan selama 1 menit dan didinginkan
kembali pada temperatur ruang. Indikator bromkresol hijau ditambahkan ke dalam
larutan sebanyak 1-3 tetes dan ditambahkan larutan NH4OH 35% sampai warna indikator
menjadi hijau terang (pH 4). Kemudian larutan didinginkan pada suhu ruang, jika
indikator berubah ke warna asamnya maka ditambahkan lagi larutan NH4OH (hindari
penambahan berlebih). Padatan KI sebanyak 8-10 g ditambahkan ke dalam larutan
dan diaduk dengan baik kemudian dititrasi dengan larutan standar Na 2S2O3 sampai warna
larutan berubah menjadi kuning pucat. Kemudian ditambahkan 1 mL indikator amilum,
dan dilanjutkan titrasi secara perlahan sampai warna larutan sama dengan warna sebelum
penambahan KI dan warna tersebut bertahan 20 detik.

4.4   Pengolahan Data


4.4.1 Penentuan Kandungan N Total
4.4.2 Penentuan Kandungan P Total

4.4.3 Penentuan Kandungan S Total  


  ()       

  ()   


 
  ()
4.4.4 Penentuan Kandungan Cu
1ml Na2S2O3 = 1,906 mg Cu

      


  
V.  Referensi
American Public health association(APHA), 1992, Standard Method for Examination
of water and Waste Water 18th edition, Washington DC.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia (BSNI), 1992, SNI2801 : 1992 Pupuk UREA Padat,
Jakarta.
Svehla, G., 1985, Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi
Mikro, Edisi ke-5, Penerjemah : L.setiono dan A.H. Pudjaatmata, Pt. Kalaman Media
Pustaka, Jakarta.
http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2011/02/a  mmonium-metode-analisis-nh4.html
RA Day, Al. Underwood, Analisis kimia Kuantitatif, edisi kelima, erlangga
……Vogel analisis kualitatif (yang hijau) 
SNI 19-0428-1989. Pengambilan contoh padatan
Anonymous, AOAC official method of analysis of AOAC international, 16 th ed, vol 1,
chapter 2,2.1.01, method 929.01, sampling of solid fertilizer
Anonymous, AOAC official method of analysis of AOAC international, 16 th ed, vol 1,
chapter 2,2.1.05, method 929.02, preparation of fertilizer sample
Anonymous, AOAC official method of analysis of AOAC international, 16 th ed, vol 1,
chapter 2,2.6.13, method 942.01, chopper in fertilizer, short volumetric method.
AOAC, 1995, AOAC Official Methods of Analysis
Ihsan, N., 2012, Fungsi Belerang Bagi Tanaman, http://ceritanurmanadi.wordpress.com/,
diakses tanggal 4 April 2012.
Horties, 2011, Pupuk, http://ershortiers.wordpress.com/2011/04/16/pupuk/, diakses tanggal
4 April 2012.
Renata, P. dan Friska, R., 2012, Pabrik Pupuk ZA (Amonium Sulfat) dari Amonium dan
Asam Sulfat dengan Proses Netralisasi,

3100011044966-/17101, diakses tanggal 4 April 2012.


Wiryawan, A., 2011, Penentuan Sulfatdiakses tanggal 4 April 2012.

VI.  

Anda mungkin juga menyukai