Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

SEMESTER GENAP 2015 – 2016


ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT (METODE FEHLING)

DAN

ANALISIS KUANTITATIF GULA PEREDUKSI (METODE LUFF-


SCHOORL)

Hari / Jam Praktikum : Rabu / 10.00-13.00

Tanggal Praktikum : Rabu, 23 Maret 2016

Kelompok : Kelompok 7

Asisten : 1. Intan Merita

2. Naeli Farhaty

LABORATORIUM BIOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2016
I. Tujuan

1. Mengidentifikasi karbohidrat pada suatu sampel menggunakan pereaksi


fehling
2. Menentukan kadar gula pereduksi dari suatu sampel menggunakan metode
luff-schoorl

II. Prinsip
1. Analisis Kuantitatif

Analisis yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu senyawa dalam


sampel,dapat berupa satuan mol atau persentase dalam garam (
Muhson,2012 )

2. Analisis Kualitatif

Analisis yang digunakan untuk menyelidiki dan mengetahui kandungan-


kandungan senyawa apa saja yang terdapat dalam sampel (
Pudjaatmaka,2002 )

3. Karbohidrat

Sumber energi utama tubuh;Zat gizi yang terdapat dalam makanan tersusun
dari unsur C,H,O ( Pudjaatmaka,2002 )

4. Gula Pereduksi

Golongan gula ( karbohidrat ) yang dapat mereduksi senyawa-senyawa


penerima elektron ( Dawn,2000 )

5. Metode Luff-Schoorl
Metode atau cara penentuan monosakarida dengan cara kimiawi;dengan
menentukan kuprioksida dalam larutan sebelum dan sesudah direaksikan
( Deta,2013 )

6. Pengendapan

Proses terbentuknya endapan dikarenakan terdapatnya padatan yang tidak


larut dalam air ( Pudjaatmaka,2002 )

7. Titrasi Iodometri

Titrasi yang tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa kemudian


direaksikan dengan ion iodide berlebih dalam keadaan sesuai yang
selanjutnya iodium dilepaskan secara kuantitatif dan titrasi dengan larutan
standar ( Day & Underwood,2004 ).

III. Reaksi

R-COH + 2CuO Cu2O + R-COOH

H2SO4 + CuO CuSO4 + H2O

I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + NaI

CuSO4 + 2 KI CuI2

( Sudarmadji,1989 )
IV. Teori Dasar

Secara umum definisi karbohidrat adalah senyawa organik yang


mengandung atom karbon, hidrogen dan oksigen, dan pada umumnya reaksi
hidrogen dan oksigen menghasilkan H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat
dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol lemak. Pada
tumbuhan, karbohidrat dibentuk dari hasil reaksi CO2 dan H2O melalui proses
fotosintesis. (Hutagalung, 2004).

Ada dua macam karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat


simpleks. Karbohidrat kompleks contohnya nasi, biji-bijian, kentang, dan jagung.
Sedangkan contoh karbohidrat simpleks adalah gula dan pemanis lainnya.
(Ramsden, 1994). Pada umumnya, karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi
monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan suatu
molekul yang terdiri dari lima atau enam atom C, sedangkan oligosakarida
merupakan polimer dari 2-10 atom monosakarida, dan pada umumnya polisakarida
merupakan polimer yang terdiri dari 10 monomer monosakarida. (Winarno, 2014).

Monosakarida adalah sakarida (gula sederhana) yang tidak dapat


dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhana lagi. Monosakarida yang
mengandung satu gugus aldehid disebut aldosa, sedangkan ketosa mempunyai satu
gugus keton. Monosakarida dengan enam atom C disebut heksosa misalnya
glukosa, fruktosa, galaktosa. Sedangkan lima atom C disebut pentosa, misalnya
xilosa, arabirosa, ribosa. (Ramsden, 1994). Rumus umumnya adalah CnH2nOn.
Monosakarida dibedakan atas aldosa (gugus aldehid) dan ketosa (gugus keton),
sifat-sifat dari aldosa dan aldehid adalah sama-sama bisa mengadesi H –Cn,
mengadesi fenilhidroksin, mereduksi pereaksi fehling dan benedict. (Riawan,
1990). Semua monosakarida merupakan gula pereduksi terhadap fehling. (Hawab,
2003).

Disakarida tersusun dari dua molekul monosakarida. Enzim pada disakarida


terdiri dari maltase yang berfungsi mengkretalisis hidrolisis maltose, lactose yang
berfungsi mengkristalisis hidrolisis laktosa dan sakrase yang berfungsi
mengkretalisis hidrolisis sakrosa. (William, 1994). Disakarida terdiri dari dua sisi
heksosa dan karena itu sering disebut heksodisakarida. (Riawan, 1990). Semua
disakarida merupakan gula pereduksi terhadap Fehling. (Hawab, 2003).
Polisakarida adalah bahan makanan yang berfungsi sebagai penguat tekstur
(selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin) dan sebagai sumber energi (pati, dekstrin,
glikogen, frutan). (Riawan, 1990).

Karbohidrat pereduksi dapat ditunjukkan dengan beberapa cara antara lain


uji fehling, uji tollens dan uji barfoed. Pereaksi fehling terdiri atas Fehling A 134,65
gr kupri sulfat dalam 500 mL air, dan Fehling B (campuran 173 gr NaOH dan 125
gr kalium natrium tartrat dalam 500 mL air). Campuran larutan Fehling A dan
Fehling B merupakan larutan berwarna biru. (Sumardjo, 2008). Uji Fehling
bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi. Dalam
identifikasi karbohidrat, ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+. Dan dalam suasana
basa diendapkan menjadi Cu2O.

Cu2+ + Karbohidrat Cu+

2Cu+ + 2OH- Cu2O + H2O (endapan merah bata)

(Sunarya, dkk, 2007)

Uji Fehling dinyatakan positif jika terjadi endapan merha bata, dengan penambahan
larutan glukosa 1%. (William, 1994)

Analisis kualitatif karbohidrat umumnya didasarkan atas reaksi-reaksi


warna yang dipengaruhi oleh produk-produk hasil penguraian gula dalam asam-
asam kuat dengan berbagai senyawa organik, sifat mereduksi dari gugus karbonil
dan sifat oksidasi dari gugusan hidroksil yang berdekatan. Reaksi dengan asam-
asam kuat seperti asam sulfat, hidroklorat dan fosfat pada karbohidrat
menghasilkan pembentukan produk terurai yangberwarna. Beberapa analisis
kualitatif karbohidrat yang sering dilakukan adalah uji Moslich, uji Seliwanof, uji
Antrone, dan uji Fenol (Kusbandari, 2015).
Selain analisis kualitatif terdapat juga analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif gula pereduksi/kuantitatif karbohidrat dalam suatu bahan dapat
dilakukan dengan cara kimiawi, cara fisik, cara enzimatik atau biokimiawi dan cara
kromatografi. Penentuan karbohidrat yang merupakan polisakarida maupun
oligosakarida membutuhkan perlakuan pendahuluan yaitu dihidrolisa terlebih
dahulu sehingga siperoleh monosakarida. (Kusbandari, 2015).

Menurut sumber lain beberapa metode yang dapat dilakukan untuk analisis
kualitatif karbohidrat ialah (selain yang disebutkan sebelumnya). Uji Barfoed, uji
Iodin, uji Osazon, uji Fehling dan uji Benedict. Pada uji Fehling digunakan larutan
Fehling yang terdiri dari campuran kupri sulfat, Na-K-Tartrat dan NaOH dengan
gula reduksi dan jika dipanaskan akan terbentuk endapan yang berwarna hijau,
kuning-orange, atau merah bergantung pada atau dari gula reduksinya.
(Sudarmadji, 1984).

Beberapa metode yang digunakan untuk uji analisis kuantitatif ialah uji luff-
schrool, uji atau metode Munsen-Walker dan metode Lane-Eynon. Pada penentuan
gula dengan cara Luff-Schrool, yang ditentukan bukan kupro oksida yang
emngendap tetapi dengan menentukan kupri oksida dalam larutan sebelum
direaksikan dengan gula reduksi dan sesudah direaksikan dengan sampel gula
reduksi. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara ini ialah,
mula-mula kupri oksida yang ada dalam reagen akan membebaskan iodium dari
garam kalium iodida. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan
natrium tiosulfat. (Sudarmadji, 1984).

V. Alat dan Bahan

5.1 Alat e. Corong

a. Alat Sentrifugas f. Gelas Kimia

b. Batang Pengaduk g. Gelas Ukur

c. Blender h. Labu Ukur

d. Buret i. Pipet Tetes


j. Pipet Volume n. Tabung Sentrifugasi

k. Pisau o. Timbangan Anaitik

l. Rak Tabung Reaksi p. Wadah

m. Tabung Reaksi

5.2 Bahan d. Es Batu

a. Aquades e. CuSO4.5 H2O

b. Asam Sitrat f. HCL 20%

c. Batu didih g. Larutan (2N dan 6N) H2SO4

5.3 Gambar Alat Buret

Alat
Sentrifuga
si

Batang
Corong
Pengaduk

Blender
Gelas
Kimia
Gelas Rak
Ukur Tabung
Reaksi

Tabung
Labu
Reaksi
Ukur

Penangas Tabung
Air Sentrifuga
si

Pipet Timbanga

Ukur n Analitik

Pipet
Volume Wadah

Pisau

VI. Prosedur
a. Pereaksi Fehling
Fehling A dibuat dengan cara melarutkan CuSO4 3.5 g/50ml, lalu
dibiarkan 2 hari dan saring, sedangkan untuk membuat fehling B yaitu
dengan cara dicampurkan Na-K Tartarat 17.3 g/50ml dan 6 g NaOH/50ml
dibiarkan 2 hari kemudian saring.
b. Prosedur Uji Kualitatif
Prosedur yang pertama dilakukan dibuat perbandingan fehling A dan B 1:1
(2ml) lalu disiapkan sampel sebanyak 1ml di dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 3 tetes campuran fehling ke dalam sampel lalu dipanaskan di
penangas air hingga terjadi perubahan warna.
c. Pereaksi Luff-Schoorl
Pertama dilarutkan 25 gram CuSO4.5H2O dalam 100 ml aquades,
kemudian dilarutkan 50 gram asam sitrat dengan 100 ml aquades, dan
dilarutkan 388 gram Na2CO3.10H2O dengan 400 ml aquades mendidih lalu
dicampurkan asam sitrat dengan Na2CO3.10H2O sambil diaduk dengan
hati-hati, ditambahkan larutan CuSO4.5H2O setelah dingin dan genapkan
dengan aquades hingga 1 L dan dihomogenkan, jika larutan menjadi
keruh, diamkan kemudian saring. Proses selanjutnya ditambah KI 20%
dan ditambah H2SO4 6N.
d. Prosedur Uji Kuantitatif
Karena sampel yang digunakan apel, maka ditimbang 100mg buah apel
yang sudah dipotong lalu dilarutkan dalam 100 ml NaCl, setelah itu
diblender antara sampel dengan larutan NaCl, apabila sudah halus lalu
disaring untuk mendapatkan filtrat dari sampel, kemudian filtrat tersebut
disentrifugasi dengan sentrifugator selama 15 menit, setelah itu diambil
supernation, lalu dipipet 25 ml sampel kemudian diencerkan dengan NaCl
sampai volume 100ml, setelah itu dipipet larutan tersebut sebanyak 10ml
dan ditambahkan 10ml HCl (duplo) lalu dipanaskan sampel di atas
penangas air selama 10 menit, jika sudah kemudian didinginkan sampel
tersebut. Kemudian ditambahkan NaOH sampai pH netral, lalu dipipet
10ml sampel dan ditambahkan 10ml larutan Luff Schoorl kemudian
dipanaskan larutan dengan batu didih di atas penangas air dan didinginkan
dengan capet, setelah itu ditambahkan KI 20% dan 25ml H2SO4 6N lalu
dititirasi dengan Na-tiosulfat 0,1 N, kemudian ditambahkan indikator
amilum pada saat sebelum mencapai titik akhir titrasi lalu dititrasi kembali
dan dicatat volume Na-tiosulfat.
VII. Data Pengamatan
1. Uji Kualitatif

No. Perlakuan Hasil


1. Dibuat perbandingan campuran fehling A dan Didapatkan hasil
fehling B dengan perbandingan 1 : 1 (2ml) campuran fehling
bewarna biru ruby
2. Disiapkan 1 ml sampel dalam tabung reaksi Warna sampel cokelat
3. Ditambahkan 3 tetes campuran fehling ke Warna sampel berubah
dalam sampel menjadi hijau lumut
4. Dipanaskan sampel diatas penangas air Larutan bewarna kuning
sampai terjadi perubahan warna pekat. Tidak terbentuk
endapan
2. Uji Kuantitatif

No. Perlakuan Hasil


1. Ditimbang 100 mg buah apel yang Didapatkan 100 mg buah apel
sudah dipotong
2. Diambil 100 ml larutan NaCl
3. Diblender sampel dengan larutan
NaCl sampai halus
4. Disaring hasil blender untuk Larutan apel bewarna cokelat
mendapatkan filtrat
5. Disentrifugasi sampel dengan Sampel terpisah dalam 2 fase
sentrifugator selama 15 menit
6. Diambil supernationnya Didapatkan sampel supernation
7. Dipipet 25 ml sampel dan Didapatkan 100 ml campuran
mengencerkan dengan NaCl sampai sampel dengan NaCl
volume 100 ml
8. Dipipet 10 ml campuran tersebut dan Campuran didalam Erlenmeyer
menambahkan campuran dengan 10
ml HCl (duplo)
9. Dipanaskan sampel diatas penangas Sampel menjadi panas
air selama 10 menit
10. Didinginkan sampel dengan Sampel menjadi dingin
merendam didalam air
11. Ditambahkan NaOh sampai pH netral Sampel netral
12. Dipipet 10 ml sampel dan Larutan menjadi 20 ml
ditambahkan 10 ml larutan luff-
schrool
13. Dipanaskan larutan dengan batu didih Sampel menjadi dingin kembali
diatas penangas air dan diidinginkan
dengan cepat
14. Ditambahkan 15 ml KI 20% dan 25
ml H2SO4 6N
15. Dititrasi dengan Na-tiosulfat 0,1 N
16. Ditambahkan 0,5 ml amilum dan T1 = 1,65 ml
dititrasi kembali. Catat V Na-tiosulfat T2 = 1,70 ml
Perhitungan

(𝑣𝑜𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑣𝑜𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑁𝑎 − 𝑡𝑖𝑜𝑠𝑢𝑙𝑓𝑎𝑡


2𝑚𝑙 =
0,1

= 1,125

= 2,4 + (2,4 + 0,125) = 2,7

𝑚𝑔 𝑔𝑢𝑙𝑎 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 0,95
%𝑔𝑟 = 𝑥 100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

27 𝑥 10 𝑥 0,95
= 𝑥 100%
100

= 25, 65%
VIII. Pemabahasan
Pati atau amilum adalah karbohidrat kpmpleks yang tidak larut dalam air
berwujud bubuk putih,tawar,tidak berbau.Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa ( sebagai produk
hasil fotosintesis ) dalam jangka panjang.Hewan dan manusia juga menjadikan pati
sebagai sumber energi yang penting pati tersusun dari dua macam
karbohidrat,amilosa dan amilopektin,dalam komposisi yang berbeda.Amilosa
memberikan sifat keras ( pera ) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat
lengket.Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan
amilopektin tidak bereaksi.
Pati terdapat pada nahan pangan yang kaya akan sumber karbohidrat.Dalam
percobaan kali ini,dilakukan penetapan kadar pati dengan menggunakan sampel
yang berasal dari bahan-bahan yang telah ditetapkan seperti,apel,jeruk,alpukat dan
lain-lain.Penetapan kadar pati ( gula pereduksi ) kali ini dilakukan dengan metode
luff-schoorl.
Dasar penetapan ini adalah hidrolisis pati menjadi gula-gula pereduksi yang
kemudian ditetapkan secara luff schorrl.Gula-gula pereduksi seperti glukosa dan
maltosa dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+.Kemudian Cu2+ yang tidak tereduksi
( sisa ) dapat dititer secara iodometri.Jumlah Cu2+ asli ditentukan dalam suatu
percobaan blanko dan dari perbedaanya dapat ditentukan jumlah gula dari larutan
yang dianalisis.
Metode Luff-Schoorl digunakan untuk menetapkan kadar pati karena metode
Luff-Schoorl baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran
sedang.Karna menurut penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff-
Schoorl merupakan metode terbaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan
tingkat kesalahan sebesar 10 %.
Metode luff-Schoorl adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya
gugus aldehid (-CHO ).Komponen utama reagent Luff adalah CuO.Uji ini
dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada sampel,kemudian
dipanaskan.Reaksi positif pada uji Luff ditandai dengan adanya endapan merah.
Penetapan kadar pati dengan menggunakan metode luff-Schoorl memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan. Metode Luff-Schoorl ini baik digunakan untuk
menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang.Dalam penelitian
M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff-Schoorl merupakan metode terbaik
untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan 10 %.Pada metode
Luff-Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi
dengan I2 dan menggunakan prosedur Laa-Eynon.Metode Luff Schoorl memiliki
kelemahan yang terutama disebabkan oleh komposisi yang kosntan.Hal ini
diketahui dari penelitian A.M Maiden yang menjelaskan bahwa hasil pengukuran
yang diperoleh dibedakan oleh pembuatan reagen yang berbeda. Reaksi yang
terjadi adalah :

Pada reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu2O.Cu2O ini kemudian
membentuk endapan merah bata.Salah satu manfaat praktis uji luff adalah
mengetahui adanya gula pereduksi atau aldosa ( contohnya sukrosa ),yang memiliki
gugus aldehid.
Dalam metode Luff-Schoorl,monosakarida akan mereduksikan CuO.Dalam
larutan Luff menjadi Cu2O.Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI
berlebih,sehingga dilepaskan I2.Pada dasarnya prinsip metode analisa yang
digunakan ialah iodometri karna kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk
dijadikan dasar penetapan kadar.Dimana proses iodometri adalah proses titrasi
terhadap iodium ( I2 ) bebas dalam larutan.Apabila terdapat zat oksidator kuat misal
( H2SO4 ) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion
iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan
I2 yang setara jumlahnya dengan banyaknya oksidator.I2 bebas ini selanjutnya akan
ditiar dengan larutan standar natrium tiosulfat sehingga I2 akan membentuk
kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air.Oleh karena itu,dalam suatu titrasi
membutuhkan indikator amilum sehingga penambahannya harus sebelum titik
ekivalen.
Penentuan kadar pati dilakukan dengan menimbang sampel sebanyak 100 gram
laru menambahkan NaCl.Lalu dilakukan langkah sentrifugasi pada sampel untuk
mengambil ekstrak dari masing-masing sampel,setelah mendapatkan ekstrak dari
masing-masing sampel ditambahkan NaCl hingga 100 ml lalu dipipet sampel
sebanyak 5 ml lalu ditambahkan HCl 6 M fungsi penambahan HCl pada praktikum
ini untuk memecah ikatan polisakarida menjadi monosakarida.
Setelah larutan bercampur sempurna, dilakukan titrasi dengan menggunakan
larutan tiosulfat dan amilum sebagai indikator. Larutan amilum ditambahkan
sebelum larutan mencapai titik ekuivalen. Hal ini dilakukan karena titrasi dengan
menggunakan larutan tiosulfat dengna indikator amilum akan membentuk
kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Titrasi dilakukan hingga larutan
berubah warna menjadi putih susu yang awalnya berwarna biru karena larutan
Luff (hingga mencapai titik ekuivalen). Jika indikator amilum masih
menyebabkan larutan berwarna biru menandakan bahwa proses titrasi belum
selesai. Setelah proses titrasi selesai, dilakukan pembacaan volume tiosulfat yang
terpakai saat titrasi dan dihitung dengan menggunakan rumus yang ada.
Dalam penetapan kadar pati ini, dilakukan juga pengukuran blanko dengan
cara yang sama. Namun penentuan blanko tidak menggunakan sampel, hanya
menggunakan larutan Luff dan air destilasi. Penetapan blanko in bertujuan untuk
dijadikan sebagai perbandingan dalam penentuan jumlah gula dalam larutan yang
dianalisis.
Pada penentuan kadar pati pada tepung beras, diperoleh volume tiosulfat yang
terpakai pada saat titrasi adalah sebesar 39,1 ml. Penentuan kadar pati dilakukan
dengan menggunakan tabel sakar.
Perbedaan antara hasil praktikum dengan literatur yang ada disebabkan oleh
beberapa kesalahan yang dilakukan pada saatt praktikum. Kesalahan tersebut
antara lain jumlah tiosulfat yang digunakan dalam titrasi berlebihan atau kurang,
karena sulit untuk menentukan perubahan warna yang terjadi dengan
menggunakan indikator amilum. Hal ini mungkin akan mempengaruhi hasil
perhitungan dari kadar oati. Selain itu, kesalahan juga mungkin terjadi pada saat
pemindahan filtrat ke dalam erlenmeyer. Sebagian filtrat mungkin masih tersisa
pada dinding labu karena proses pembilasan dengan aquades yang kurang
sempurna.

IX. Kesimpulan
• Dapat mengidentifikasi karbohidrat pada suatu sampel dengan
pereaksi fehling
• Dapat menentukan kadar gulan dengan pereaksi luff school yaitu
sebesar 25,65%
DAFTAR PUSTAKA

Dawn, B. M., dkk. 2000. Biokimia Kedokteran. Jakarta: EGC

Day,R.A and A.L Underwood. 2002. Analisis kimia kuantitatif edisi keenam.
Jakarta: Erlangga.

Deta, E. 2013. Karbohidrat. Tersedia Online di


http://repository.usu.ac.id/bitstream/%chapter2013.pdf [diakses pada 14
Maret 2016]

Hawab, H. M. 2003. Pengantar Biokimia. Malang: Bayumedia Publishing.

Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Tersedia online di


http://library.usu.ac.id/download/FK/Gizi-halomoan.pdf [diakses pada 15
Maret 2016].

Kusbandari, A. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan


Pati Ubi Gamyong. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. Vol 5 (1): 35-42.

Muhson, Ali. 2012. Teknik Analisis Kuantitatif dan Kualitatif. Tersedia online di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan//analisis%20kuantitatif.
pdf [diakses pada 14 Maret 2016].

Pudjaatmaka. 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka.

Ramsden, E. 1994. Chemistry. Cheltenham: Stanley Thomas. Ltd

Riawan, S. 1990. Kimia Organik Binarupa. Jakarta: Aksara.

Sudarmandji, dkk.1989. Analisa bahan makanan & pertanian. Yogyakarta: Pusat


Antar Universitas Ilmu Pangan & Gizi

Sunarya, dkk. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Jakarta: EGC.

Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.
William, B. H. 1994. Study Guide for Introduction to Organic Chemistry. Jakarta:
EGC.

Winarno, F. O. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai