Anda di halaman 1dari 17

Herbal Medisin

Daun Sirih
Piper betle L.

Maulidina Athadi Gayo


260110150157
Analisis, Kontrol Kualitas,
Fakultas Farmasi
dan Monografi Terapetik Universitas Padjadjaran
NOMENKLATUR

Nomenklatur Botani

Piper betle Linn.

Famili Botani

Piperaceae

Definisi

Sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan.
Tumbuhan ini merupakan famili Piperaceae, tumbuh merambat dan menjalar dengan tinggi
mencapai 5-15 m tergantung pertumbuhan dan tempat rambatnya. Bagian dari tumbuhan
sirih (Pipper betle L.) seperti akar, biji, dan daun berpotensi untuk pengobatan, tetapi yang
paling sering dimanfaatkan adalah bagian daun (Carolia dan Noventi, 2016).

Nama Lain

Jawa: Sirih, suruh, bodeh

English: Betel, betel peper

Arab: Tambol, tambool

India: Pan

Malaysia: Sirih

Thailand: Pelu

(Pradhan, et al., 2013)

Sejarah

Daun sirih secara tradisional sudah digunakan dan diketahui khasiatnya sejak zaman dahulu
sebagai tanaman obat dalam kebutuhan sehari-hari. Sirih merupakan tumbuhan herbal yang
mudah ditemukan di rumah-rumah masyarakat karena mudah dikembangbiakkan (Zuraidah,
2015). Sirih sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Sirih di Indonesia sudah
dikenal sejak tahun 600 SM, sedangkan di Eropa baru diintroduksi setelah tahun 1925 yaitu
setelah Marcopolo menjelajahi indonesia (Darwis, 1992)

Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat
sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau
mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung,
gatal-gatal, kepala pusing, jantung berdebar dan trachoma (Syukur dan Hernani, 1999).
IDENTIFIKASI

Identifikasi Botani

Habitus: Perdu, merambat

Batang: Berkayu, bulat, berbuku-buku, beralur, hijau

Daun: Tunggal, bulat panjang, pangkal bentuk


jantung, ujung meruncing, tepi rata, panjang 5-8 cm,
lebar 2-5 cm, bertangkai, permukaan halus,
pertulangan menyirip, hijau, hijau tua.

Bunga: Majemuk, bentuk bulir, daun pelindung ± 1


mm, bentuk bulat panjang, bulir jantan panjang 1,5-6
cm, kepala putik tiga sampai lima, putih, hijau
kekuningan

Buah: Buni, bulat, hijau keabu-abuan

Akar: Tunggang, bulat, coklat kekuningan

(Depkes RI, 1995)

Penyebaran. Jenis ini merupakan tumbuhan asli di kawasan Malesia tengah dan timur, dan
sudah mulai ditanam sekitar 2.500 tahun yang lalu, di kawasan Malesia dan Asia Tropika
sampai Madagaskar dan Afrika Timur. Sirih jenis ini juga tumbuh dan menyebar di India
Selatan dan Cina Selatan yang dibawa oleh bangsa Eropa pada abad ke-15 (Rostiana et al.
1992). Tanaman sirih hijau (Pipper batle L.) tumbuh subur disepanjang Asia tropis hingga
Afrika Timurmenyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri Lanka,
India hingga Madagaskar. Di Indonesia, tanaman ini dapat ditemukan di pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Carolia dan Noventi, 2016).

Identifikasi Makroskopik

Warna: Hijau kekuningan hingga hijau tua dengan permukaan atas mengkilap

Bau: Terdapat bau khas dan sedap

Rasa: Daun sirih memiliki rasa aromatic yang bervariasi, dari manis hingga pait tergantung
banyaknya minyak atsiri yang terkandung

Bentuk dan ukuran: Daun sirih berbentuk hati dengan ukuran yang bervariasi.

(Pradhan, et al., 2013)


Identifikasi Mikroskopik

Penampang melintang dari pelepah daun sirih dibaca dengan mikroskop menunjukkan
gambar seperti dibawah ini

Gambar 1. Penampang melintang daun sirih dibawah mikroskop

Jika gambar diperbesar akan didapatkan beberapa bagian fragmen dari tumbuhan antara lain,

Epidermis: Sel epidermal atas berbentuk segi empat besar dengan ketebalan 15 µm
apostomatik, sedangkan sel epidermal bawah berbentuk pipih dengan bentuk spindle dengan
ketebalan 10 µm. Terdapat lapisan tipis lebar ditembok hypodermis pada kedua epidermis.
Stomata berbentuk siklositik (Gambar 2 dan 3)

Gambar 2. Apostomatik Epidermis Atas Gambar 3. Epidermis bawah dengan stomata


Mesofil: Didalam mesofil terdapat sel silindri lebar, sel palisade dengan tinggi 35 µm dan
terdiri dari 4 sampai 5 lapisan spherical yang membentuk jaringan sponge. Terdapat sel
sekretori ang berbentuk lebar, bulat, dan dalam jumlah yang banyak. Sedangkan kelenjar
trikoma agak susah dilihat pada lubang cekung. Vascular bundle berbentuk single, besar, dan
bentuknya seperti mangkok. Terdapat xylem yang tebal dan floem yang berada dibawahnya.
Vena lateral berbentuk tebal dan lurus

Gambar 4. Sel sekretori pada mesofil Gambar 5. Kelenjar trikoma

Gambar 6. Serabut vena

Tangkai Daun: penampang melintang dari tangkai daun berbentuk semisirkular dengan
bentuk depresi dangkal pada sisi adaxial dan berdiameter 2.6mm. terdapat 5-10 collateral
sirkular atau ovate dan cascular bundle yang membentuk cincin

Gambar 7. Tangkai daun lunak


Hasil mikroskop menggunakan daun sirih yang sudah dibubukkan:

Gambar 8. Hasil Mikroskopik Bubuk Daun Sirih

(Periyanayagam, et al., 2012)

KULTIVASI

Daun sirih dibudidayakan di tanah yang hitam, rapuh, liat, mengandung kandungan
organik yang tinggi. Tanaman ini tumbuh dari ketinggian laut hingga 1000mt, dan
curah hujan lebih dari 179 cm diperlukan. Ini tumbuh paling baik di bawah hutan
tropis dengan kondisi tingkat kelembapan yang cukup dan tanah yang basah. Secara
garis besar ada dua sistem pemangkasan dalam kondisi alami dan kondisi terkendali.
Kultivasi pada kondisi alaminya hanya dapat dilakukan pada wilayah dengan tingkat
kelembapan yang tinggi mendapatkan sinara matahari yang cukup setiap hari. Pada
kondsi ini biasanya daun sirih tumbuh merambat pada pohon pohon seperti areca nut
(Areca catechu) dan kelapa (Cocos nucifera ) dan umumnya mencapai ketinggian 10-
15 meter dengan jumlah daun yang sangat banyak. Tipe kultivasi lain yang dapat
dilakukan ialah dengan kontrol kultivasi yang umumnya digunakan pada wilayah yang
tingkat kelembapannya tinggi namun cahaya mataharinya sedikit dan tidak pasti ada
sepanjang tahun, tanaman pun harus dilindungi dari cahaya matahari berlebih agar
tidak kering.

Jika pengairan dan cahaya matahari tidak dapat dikontrol dengan baik, akan
memberikan dampak negatif terhadap ukuran, bentuk, warna, dan rasa dari daunnya.
Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain
1. Terlalu banyak cahaya matahari, tetapi tingkat kelembapan tanah standar:
menyebabkan daun menjadi lebih gelap, keras, dan rasa menjadi kasar
2. Cahaya matahari sangat kurang, tetapi tingkat kelembapan tanah standar:
warna daun menjadi lebih muda, tipis, ukuran lebih kecil, dan rasa nya
memudar
3. Cahaya matahari cukup namun kelembapan tanah kurang: daun menjadi keras,
ukuran kecil, rasa kasar, daun lebih mudah gugur, warna daun menjadi
kekuningan, batang menjadi rapuh, dan jumlah daun menjadi lebih sedikit
4. Cahaya matahari cukup namun tanah terlalu lembap: akar busuk, tanaman
mati, rasa hilang, dan tesktur daun menjadi kasar

Perbanyakan tanaman dilakukan dengan cara pemotongan atau stem akar.


Perbanyakan lebih baik dilakukan pada saat kelembapan tinggi dan membutuhkan
tanah yang kaya nutrisi. Pemberian nutrisi dan pengairan yang baik akan membuat
daun sirih tumbuh dengan subur

(Pradhan, et al., 2013)


KONSTITUEN

Bagian daun mengandung air (85-90%), protein (3-3,5%), karbohidrat (0,5-6,1%),


mineral (2,3-3.3%), lemak (0.4-1%), fiber (2.3%), minyak atsiri (0.08-0.2%), tanin
(0.1-1.3%), alkaloid (arakene). Selain itu mengandung juga vitamin lain seperti
Vitamin-C (0.005-0.01%), asam nikotinat (0.63-0.89mg/100gms), Vitamin-A (1.9-
2.9mg/100gms), Thiamine (10-70μg/100gms), Riboflavin (1.9-30μg/100gms), selain
itu terdapat pula mineral seperti kalsium (0.2-0.5%), besi (0.005-0.007), iodin
(3.4μg/100gms), fosfat (0.05-0.6%), kalium (1.1 4.6%). Daun mengandung
komponen pahit sebanyak 0,7-2,6%. Bau aromatik tajam yang spesifik dari daunnya
diakibatkan oleh kandungan fenol dan terpen. Kualitas dari dunnya bergantung pada
jumlah dari fenolik yang terkandung didalamnya, semakin besar kualitas dari daun
akan semakin baik. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa daun sirih
mengandung pati, diastase, gula, dan minyak atsiri yang terdiri dari safrole, allyl
pyrocatechol monoacetate, eugenol, terpinen-4-ol, eugenyl acetate, dsb. Yang
berperan sebagai komponen utamanya. Skrining fitokimia terhadap daun sirih
menunjukkan adanya kandungan alkaloid, karbohidrat, asam amino, tanin, dan
steroid. Senyawa yang terkandung didalamnya antara lain 1, 8-cineole, cadinene,
camphene, caryophyllene, limonene, pinene, Chavicol, ally pyrocatechol, carvacrol,
safrole, eugenol and chavibetol (Pradhan, et al., 2013).

Komposis dari Daun Sirih dirangkum dalam table 1 dan konstituen dalam daun sirih
dirangkum dalam table 2 (Shah, et al., 2016)

Table 1. Komposisi Daun Sirih Table 2. Konstituen Kimia Daun Sirih


(Shah, et al., 2016)
Beberapa struktur konstituen yang terdapat didalam sirih ditunjukkan dibawah ini
(Pradhan, et al., 2013)
ANALISIS

Parameter Simplisia Daun Sirih

Kadar air: < 1o%

Kadar abu total: Tidak lebih dari 14%

Kadar abu tidak larut asam: Tidak lebih dari 7%

Kadar sari larut air: Tidak kurang dari 14%

Kadar sari larut etanol: Tidak kurang dari 4.5%

Kadar minyak atisri: propenyl dan benzene yaitu sebesar 26,67 %, komponen
penyusun kedua adalah eugenol sebesar 18,27 % dan komponen penyusun ketiga
terbesar adalah fenol acetat sebesar 8 %.

(Rivai, et al.,2014)

Skrining Fitokimia:

Tabel 3. Hasil Skrining Fitokimia Awal

(Tin, 2011)
Kromatografi Lapis Tipis:

Fase diam: Silica gel g

Fase gerak: Diklorometan

Detektor: UV 254 dan UV 366

Gambar 9a dan 9b. 9a pada 254 nm; 9b pada 366 nm

(Dhrubajyoti, et al., 2016)

Analisis menggunakan GC-MS:

GC-MS atau Gas Chromatography-Mass Spectrometry digunakan untuk


menganalisis senyawa bioaktif yang terkandung didalam ekstrak daun sirih. Analisis
terhadap ekstrak dilakukan menggunakan aAgilent 6890N/5973I dengan detektor
massa yang selektif. Sampel disuntikkan dedalam colom capiler yang terbuat dari
silica (30m X 0.25mm I.D. X 0.25μm ketebalan film). Suhu diatur mulai 70OC. Gas
helium (99.999%) digunakan sebagai pembawa dengan kecepatan konstan sebesar 1.2
ml/min Suhu pada injektor diatur pada 250oC sedangkan pada sumber ion diatur pada
suhu 230oC. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali running mencapai 14 menit.
Persentase relative dari setiap kandungan dihitung, dengan membandingkan rata-rata
area peak dengan total area peak. Spektrum massa yang tidak diketahui komponennya
dibandingkan dengan spectrum yang sudah diketahui pada The National institute of
Standard and Technology (NIST) Ver.2.0 computer library. Hasil skrining fitokimia
terhadap ekstrak menunjukkan adanya alkaloid, fenolik, senyawa alkohol, asam
organik, dan senyawa lainnya yang terlarut padda pelarut.
(Foo, et al., 2015)

Analisis Menggunakan AAS:

Kandungan element yang terkandung didalam daun sirih diukur dalam unit mg/l (ppm)
dengan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Dari hasil pembacaan terlihat
konsentrasi Ca sebesar 5.360 ± 0.010 ppm, Mg sebesar 8.412 ± 0.007 ppm dan Cu sebesar
0.01 ± 0.00 (Tin, 2011)

TERAPETIK

1. Antimikroba
Daun sirih memiliki aktivita antimikroba yang signifikan terhadap spektrum luas dari
mikroorganisme, seperti Streptococcus pyrogen, Staphylococcus aureus,
Proteus vulgaris, E.coli, Pseudomonas aeruginosa etc. selain itu ekstrak daun sirih
juga memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri yang berperan dalam
patogenesis saluran kemih seperti Enterocococcus faecalis, C. koseri, C. fruendi,
Klebsiella pnemoniae, etc. Senyawa aktif yang diperkirakan berperan dalam aktivitas
anti-bakteri ini ialah sterol, yang banyak terkadung didalam ektrak daun sirih.
Mekanisme sterol sebagai anti-bakteri mungkin karena adanya interkasi antara sterol
dengan dinding bakteri pada permukaannya sehingga menyebabkan dinding sel dan
membran berubah strukturnya akhirnya membuat pori dan bakteri pun terdegradasi.
Selain antibakteri, daun sirih juga memiliki aktivitas sebagai antifungal, salah satunya
terhadap jamur yang menyebabkan dermatophytosis, yaitu Trichophyton,
Microsporum, dan Epidermophyton.
2. Pelindung lambung/ Gastroprotective
Ekstrak air daun sirih secara signifikan meningkatkan produksi mucus didalam
lambung sehingga melindung dinding lambung. Lapisan mucus ini dianggap penting
dalam melindungi dalmbung dari perusak endogen seperti asam sehingga dengan
melindung lambung dapat menurunkan kejadian lesi pada lambung. Aktivitas
gastroprotective dalam dosis besar signifikan lebih baik daripada misoprostol
3. Antioksidan
Kehadiran dari polifenol seperti katekol, alipirocatekol, didalam ektrak daun sirih
dapat menghambat radiasi yang menginduksi proses peroksidasi lipid. Hal ini
mungkin akibat kemampuan nya dalam menangkal radikal bebas. Ektrak daun sirih
mengurang ion Fe3+ dan menekan sifat reaktifnya.
4. Antidiabetes
Ekstrak air daun sirih menunjukkan aktivitas hipoglikemik terhadap tikus yang sudah
dipuasakan dan kadar glukosanya normal. Pada pengujian toleransi glukosa, ekstrak
ini dapat menurnkan jumlah eksternal glukosa. Kemampuan dalam menurunkan
glukosa ini menjadi gambaran bahwa ekstrak daun sirih memiliki aktivitas
insulinomimetik.
5. Aktivitas Radioprotektif

Ekstrak etanol dari daun sirih menunjukan aktivitas radioprotektif dan telah dipelajari
menggunakan mitokondria dari hati tikus dan plasmid DNA pBR 322 sebagai dua
model sistem in vitro. Ekstrak secara efektif mencegah γ-ray menginduksi peroksidasi
lemak sebagai penentuan dengan cara mengukur reaktif substrat asam tiobarbiturat
dan diene konjugat. Ini dapat mencegah pemecahan rantai DNA oleh radiasi yang
berdasarkan konsentrasi dari ekstrak tersebut.

6. Aktivitas Inhibisi Platelet

Ekstrak daun sirih dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan kekuatan jantung


(Kardio tonik) dan meregulasi detak jantung dan tekanan darah yang tidak sesuai. Efek
dari mengunyah dapat diperhatikan dalam beberapa menit, yang mana termasuk
akselerasi jantung, berkeringat, dan salivasi. Hal ini dapat menginduksi katekolamin
untuk keluar dari adrenal kortex yang berkontribusi terhadap meningkatnya stamina,
detak jantung, tekanan darah, level glukosa darah dan aktivitas simpatetik otak. Selain
itu komponen di dalam sirih seperti piperbetol, etilpiperbetol, piperol A dan piperol B
secara selektif dapat menginhibisi agregasi platelet yang terinduksi oleh faktor
pengaktivasi platelet (PAF).

7. Aktivitas Antifertilitas

Ekstrak daun sirih dapat memberikan efek melalui sumbu gonad hipofisis, yang
menghasilkan pengurangannya pengeluaran gonadolrofin yang dapat menurunkan
berat organ reproduksi dan level estrogen yang berefek terhadap kista ovarium.

8. Aktivitas imunomodulator

Ekstrak metanol daun sirih memiliki proliferasi limfosit, reseptor interferon-C dan
produksi nitrit oksida yang diukur secara in vitro. Berdasarkan penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak ini dapat secara signifikan menekan proliferasi limfosit
darah yang distimulasi hemagglutinin dan ini tergantung dari dosis yang digunakan.
Penurunan dari titer antibodi dan peningkatan penekanan inflamasi menunjukkan
kemungkinan efek imunosupresif.

9. Aktivitas Hepatoprotektif

Efek hepatoprotektor dari ekstrak daun sirih telah dievaluasi pada etanol dan karbon
tetraklorida yang menginduksi kerusakan hati pada tikus. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih melindungi hati dari CCl4 dengan cara
menurunkan ekspresi aktin otot, dan menginduksi ekspresi matrix metalloproteinase-
2 (MMP-2) melalui Ras/Erk dan menginhibisi level TIMP2 yang melemahkan hati.

10. Pembersih Mulut

Ekstrak cair daun sirih dapat menginhibisi produksi asam oleh patogen oral yang
mana mengubah stuktur dari enamel dan sifatnya seperti spectrokokus, laktobasilus,
stapilokokus, korinebakteria. Hal ini menunjukkan bahwa daun sirih merupakan
senyawa alam yang terbaik dan merupakan yang populer untuk pengonsumsiannya
kedua di Asia.

(Pradhan, et al., 2013)


DAFTAR PUSTAKA

Carolia, N. dan W. Noventi. 2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) sebagai
Alternatif Terapi Acne Vulgaris. Majority. 5(1):140-145

Darwis, S. N. 1992. Potensi Sirih (Piper betle L.) sebagai Tanaman Obat. Warta Tumbuhan
Obat Indonesia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah. 1(1)9-11

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Depkes RI.

Dhrubajyoti, S., et al. 2016. Pharmacognostical and Physicochemical studies of Piper betle
Linn Leaf (Assam Variety). International Journal of Botany Studies. 1(5):42-44

Foo, L. W., E. Salleh, dan S. N. H. Mamat. 2015 Extraction and Qualitative Analysis of Piper
betle Leaves for Antimicrobial Activities. International Journal of Engineering
Technology Science and Research. 2:1-8

Periyanayagam, K., M. Jagadeesan, S. Kavimani, dan T. Vetriselvan. 2012. Pharmacognostical


and Phyto-physicochemical profile of the Leaves of Piper betle L. var Pachaikodi
(Piperaceae) – Valuable Assessment of Its Quality. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine. S506-s510

Pradhan, D., K. A. Suri, D. K. Pradhan, dan P. Biswasroy. 2013. Golden Heart of The Nature:
Piper betle L. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. 1(6):147-167

Rivai, H., P. E. Nanda, dan H. Fadhilah. 2014. Pembuatan dan Karakterisasi Ekstrak Kering
Daun Sirih Hijau (Piper betle L.). Jurnal Farmasi Higea. 6(2):133-144

Rostiana, O., S. M. Rosita, dan D. Sitepu. 1992. Keanekaragaman genotipa sirih (Piper betle
L.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1(1): 16-17

Shah, S. K., G. Garg, D. Jhade, dan N. Patel. 2016. Piper Betle: Phytochemical,
Pharmacological and Nutritional Value in Health Management. Int. J. Pharm. Sci.
Rev. Res. 38(2):181-189

Syukur, C. dan Hernani. 1999. Budidaya Tanaman Obat Tradisional. Jakarta: PT Penebar
Swadaya.

Tin, S. M. 2011.Pharmacognostic Study on the Leaf of Piper betle L. Universities Research


Journal. 4(1):1-19

Zuraidah. 2015. Pengujian Ekstrak Daun Sirih (Piper Sp.) yang Digunakan oleh Para Wanita
di Gampong Dayah Bubue, Pidie dalam Mengatasi Kandidiasis Akibat Cendawan
Candida Albican. International Journal of Child and Gender Studies. 1(2):109-118

Anda mungkin juga menyukai