Daun Sirih
Piper betle L.
Nomenklatur Botani
Famili Botani
Piperaceae
Definisi
Sirih merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk pengobatan.
Tumbuhan ini merupakan famili Piperaceae, tumbuh merambat dan menjalar dengan tinggi
mencapai 5-15 m tergantung pertumbuhan dan tempat rambatnya. Bagian dari tumbuhan
sirih (Pipper betle L.) seperti akar, biji, dan daun berpotensi untuk pengobatan, tetapi yang
paling sering dimanfaatkan adalah bagian daun (Carolia dan Noventi, 2016).
Nama Lain
India: Pan
Malaysia: Sirih
Thailand: Pelu
Sejarah
Daun sirih secara tradisional sudah digunakan dan diketahui khasiatnya sejak zaman dahulu
sebagai tanaman obat dalam kebutuhan sehari-hari. Sirih merupakan tumbuhan herbal yang
mudah ditemukan di rumah-rumah masyarakat karena mudah dikembangbiakkan (Zuraidah,
2015). Sirih sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Sirih di Indonesia sudah
dikenal sejak tahun 600 SM, sedangkan di Eropa baru diintroduksi setelah tahun 1925 yaitu
setelah Marcopolo menjelajahi indonesia (Darwis, 1992)
Daun sirih dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat
sakit gigi dan mulut, sariawan, abses rongga mulut, luka bekas cabut gigi, penghilang bau
mulut, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata, gangguan lambung,
gatal-gatal, kepala pusing, jantung berdebar dan trachoma (Syukur dan Hernani, 1999).
IDENTIFIKASI
Identifikasi Botani
Penyebaran. Jenis ini merupakan tumbuhan asli di kawasan Malesia tengah dan timur, dan
sudah mulai ditanam sekitar 2.500 tahun yang lalu, di kawasan Malesia dan Asia Tropika
sampai Madagaskar dan Afrika Timur. Sirih jenis ini juga tumbuh dan menyebar di India
Selatan dan Cina Selatan yang dibawa oleh bangsa Eropa pada abad ke-15 (Rostiana et al.
1992). Tanaman sirih hijau (Pipper batle L.) tumbuh subur disepanjang Asia tropis hingga
Afrika Timurmenyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, Sri Lanka,
India hingga Madagaskar. Di Indonesia, tanaman ini dapat ditemukan di pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua (Carolia dan Noventi, 2016).
Identifikasi Makroskopik
Warna: Hijau kekuningan hingga hijau tua dengan permukaan atas mengkilap
Rasa: Daun sirih memiliki rasa aromatic yang bervariasi, dari manis hingga pait tergantung
banyaknya minyak atsiri yang terkandung
Bentuk dan ukuran: Daun sirih berbentuk hati dengan ukuran yang bervariasi.
Penampang melintang dari pelepah daun sirih dibaca dengan mikroskop menunjukkan
gambar seperti dibawah ini
Jika gambar diperbesar akan didapatkan beberapa bagian fragmen dari tumbuhan antara lain,
Epidermis: Sel epidermal atas berbentuk segi empat besar dengan ketebalan 15 µm
apostomatik, sedangkan sel epidermal bawah berbentuk pipih dengan bentuk spindle dengan
ketebalan 10 µm. Terdapat lapisan tipis lebar ditembok hypodermis pada kedua epidermis.
Stomata berbentuk siklositik (Gambar 2 dan 3)
Tangkai Daun: penampang melintang dari tangkai daun berbentuk semisirkular dengan
bentuk depresi dangkal pada sisi adaxial dan berdiameter 2.6mm. terdapat 5-10 collateral
sirkular atau ovate dan cascular bundle yang membentuk cincin
KULTIVASI
Daun sirih dibudidayakan di tanah yang hitam, rapuh, liat, mengandung kandungan
organik yang tinggi. Tanaman ini tumbuh dari ketinggian laut hingga 1000mt, dan
curah hujan lebih dari 179 cm diperlukan. Ini tumbuh paling baik di bawah hutan
tropis dengan kondisi tingkat kelembapan yang cukup dan tanah yang basah. Secara
garis besar ada dua sistem pemangkasan dalam kondisi alami dan kondisi terkendali.
Kultivasi pada kondisi alaminya hanya dapat dilakukan pada wilayah dengan tingkat
kelembapan yang tinggi mendapatkan sinara matahari yang cukup setiap hari. Pada
kondsi ini biasanya daun sirih tumbuh merambat pada pohon pohon seperti areca nut
(Areca catechu) dan kelapa (Cocos nucifera ) dan umumnya mencapai ketinggian 10-
15 meter dengan jumlah daun yang sangat banyak. Tipe kultivasi lain yang dapat
dilakukan ialah dengan kontrol kultivasi yang umumnya digunakan pada wilayah yang
tingkat kelembapannya tinggi namun cahaya mataharinya sedikit dan tidak pasti ada
sepanjang tahun, tanaman pun harus dilindungi dari cahaya matahari berlebih agar
tidak kering.
Jika pengairan dan cahaya matahari tidak dapat dikontrol dengan baik, akan
memberikan dampak negatif terhadap ukuran, bentuk, warna, dan rasa dari daunnya.
Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain
1. Terlalu banyak cahaya matahari, tetapi tingkat kelembapan tanah standar:
menyebabkan daun menjadi lebih gelap, keras, dan rasa menjadi kasar
2. Cahaya matahari sangat kurang, tetapi tingkat kelembapan tanah standar:
warna daun menjadi lebih muda, tipis, ukuran lebih kecil, dan rasa nya
memudar
3. Cahaya matahari cukup namun kelembapan tanah kurang: daun menjadi keras,
ukuran kecil, rasa kasar, daun lebih mudah gugur, warna daun menjadi
kekuningan, batang menjadi rapuh, dan jumlah daun menjadi lebih sedikit
4. Cahaya matahari cukup namun tanah terlalu lembap: akar busuk, tanaman
mati, rasa hilang, dan tesktur daun menjadi kasar
Komposis dari Daun Sirih dirangkum dalam table 1 dan konstituen dalam daun sirih
dirangkum dalam table 2 (Shah, et al., 2016)
Kadar minyak atisri: propenyl dan benzene yaitu sebesar 26,67 %, komponen
penyusun kedua adalah eugenol sebesar 18,27 % dan komponen penyusun ketiga
terbesar adalah fenol acetat sebesar 8 %.
(Rivai, et al.,2014)
Skrining Fitokimia:
(Tin, 2011)
Kromatografi Lapis Tipis:
Kandungan element yang terkandung didalam daun sirih diukur dalam unit mg/l (ppm)
dengan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Dari hasil pembacaan terlihat
konsentrasi Ca sebesar 5.360 ± 0.010 ppm, Mg sebesar 8.412 ± 0.007 ppm dan Cu sebesar
0.01 ± 0.00 (Tin, 2011)
TERAPETIK
1. Antimikroba
Daun sirih memiliki aktivita antimikroba yang signifikan terhadap spektrum luas dari
mikroorganisme, seperti Streptococcus pyrogen, Staphylococcus aureus,
Proteus vulgaris, E.coli, Pseudomonas aeruginosa etc. selain itu ekstrak daun sirih
juga memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri yang berperan dalam
patogenesis saluran kemih seperti Enterocococcus faecalis, C. koseri, C. fruendi,
Klebsiella pnemoniae, etc. Senyawa aktif yang diperkirakan berperan dalam aktivitas
anti-bakteri ini ialah sterol, yang banyak terkadung didalam ektrak daun sirih.
Mekanisme sterol sebagai anti-bakteri mungkin karena adanya interkasi antara sterol
dengan dinding bakteri pada permukaannya sehingga menyebabkan dinding sel dan
membran berubah strukturnya akhirnya membuat pori dan bakteri pun terdegradasi.
Selain antibakteri, daun sirih juga memiliki aktivitas sebagai antifungal, salah satunya
terhadap jamur yang menyebabkan dermatophytosis, yaitu Trichophyton,
Microsporum, dan Epidermophyton.
2. Pelindung lambung/ Gastroprotective
Ekstrak air daun sirih secara signifikan meningkatkan produksi mucus didalam
lambung sehingga melindung dinding lambung. Lapisan mucus ini dianggap penting
dalam melindungi dalmbung dari perusak endogen seperti asam sehingga dengan
melindung lambung dapat menurunkan kejadian lesi pada lambung. Aktivitas
gastroprotective dalam dosis besar signifikan lebih baik daripada misoprostol
3. Antioksidan
Kehadiran dari polifenol seperti katekol, alipirocatekol, didalam ektrak daun sirih
dapat menghambat radiasi yang menginduksi proses peroksidasi lipid. Hal ini
mungkin akibat kemampuan nya dalam menangkal radikal bebas. Ektrak daun sirih
mengurang ion Fe3+ dan menekan sifat reaktifnya.
4. Antidiabetes
Ekstrak air daun sirih menunjukkan aktivitas hipoglikemik terhadap tikus yang sudah
dipuasakan dan kadar glukosanya normal. Pada pengujian toleransi glukosa, ekstrak
ini dapat menurnkan jumlah eksternal glukosa. Kemampuan dalam menurunkan
glukosa ini menjadi gambaran bahwa ekstrak daun sirih memiliki aktivitas
insulinomimetik.
5. Aktivitas Radioprotektif
Ekstrak etanol dari daun sirih menunjukan aktivitas radioprotektif dan telah dipelajari
menggunakan mitokondria dari hati tikus dan plasmid DNA pBR 322 sebagai dua
model sistem in vitro. Ekstrak secara efektif mencegah γ-ray menginduksi peroksidasi
lemak sebagai penentuan dengan cara mengukur reaktif substrat asam tiobarbiturat
dan diene konjugat. Ini dapat mencegah pemecahan rantai DNA oleh radiasi yang
berdasarkan konsentrasi dari ekstrak tersebut.
7. Aktivitas Antifertilitas
Ekstrak daun sirih dapat memberikan efek melalui sumbu gonad hipofisis, yang
menghasilkan pengurangannya pengeluaran gonadolrofin yang dapat menurunkan
berat organ reproduksi dan level estrogen yang berefek terhadap kista ovarium.
8. Aktivitas imunomodulator
Ekstrak metanol daun sirih memiliki proliferasi limfosit, reseptor interferon-C dan
produksi nitrit oksida yang diukur secara in vitro. Berdasarkan penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak ini dapat secara signifikan menekan proliferasi limfosit
darah yang distimulasi hemagglutinin dan ini tergantung dari dosis yang digunakan.
Penurunan dari titer antibodi dan peningkatan penekanan inflamasi menunjukkan
kemungkinan efek imunosupresif.
9. Aktivitas Hepatoprotektif
Efek hepatoprotektor dari ekstrak daun sirih telah dievaluasi pada etanol dan karbon
tetraklorida yang menginduksi kerusakan hati pada tikus. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih melindungi hati dari CCl4 dengan cara
menurunkan ekspresi aktin otot, dan menginduksi ekspresi matrix metalloproteinase-
2 (MMP-2) melalui Ras/Erk dan menginhibisi level TIMP2 yang melemahkan hati.
Ekstrak cair daun sirih dapat menginhibisi produksi asam oleh patogen oral yang
mana mengubah stuktur dari enamel dan sifatnya seperti spectrokokus, laktobasilus,
stapilokokus, korinebakteria. Hal ini menunjukkan bahwa daun sirih merupakan
senyawa alam yang terbaik dan merupakan yang populer untuk pengonsumsiannya
kedua di Asia.
Carolia, N. dan W. Noventi. 2016. Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) sebagai
Alternatif Terapi Acne Vulgaris. Majority. 5(1):140-145
Darwis, S. N. 1992. Potensi Sirih (Piper betle L.) sebagai Tanaman Obat. Warta Tumbuhan
Obat Indonesia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah. 1(1)9-11
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Depkes RI.
Dhrubajyoti, S., et al. 2016. Pharmacognostical and Physicochemical studies of Piper betle
Linn Leaf (Assam Variety). International Journal of Botany Studies. 1(5):42-44
Foo, L. W., E. Salleh, dan S. N. H. Mamat. 2015 Extraction and Qualitative Analysis of Piper
betle Leaves for Antimicrobial Activities. International Journal of Engineering
Technology Science and Research. 2:1-8
Pradhan, D., K. A. Suri, D. K. Pradhan, dan P. Biswasroy. 2013. Golden Heart of The Nature:
Piper betle L. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. 1(6):147-167
Rivai, H., P. E. Nanda, dan H. Fadhilah. 2014. Pembuatan dan Karakterisasi Ekstrak Kering
Daun Sirih Hijau (Piper betle L.). Jurnal Farmasi Higea. 6(2):133-144
Rostiana, O., S. M. Rosita, dan D. Sitepu. 1992. Keanekaragaman genotipa sirih (Piper betle
L.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 1(1): 16-17
Shah, S. K., G. Garg, D. Jhade, dan N. Patel. 2016. Piper Betle: Phytochemical,
Pharmacological and Nutritional Value in Health Management. Int. J. Pharm. Sci.
Rev. Res. 38(2):181-189
Syukur, C. dan Hernani. 1999. Budidaya Tanaman Obat Tradisional. Jakarta: PT Penebar
Swadaya.
Zuraidah. 2015. Pengujian Ekstrak Daun Sirih (Piper Sp.) yang Digunakan oleh Para Wanita
di Gampong Dayah Bubue, Pidie dalam Mengatasi Kandidiasis Akibat Cendawan
Candida Albican. International Journal of Child and Gender Studies. 1(2):109-118