Kelompok : B IV
Muhammad Jajuli
260110150157
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
I. TUJUAN
1. Mengenal proses rekasi esterifikasi dengan hasil padatan
2. Memahami cara pelaksanaan rekristalisasi dengan pelarut campuran
3. Mengidentifikasi asetosal dengan metode KLT dan titik leleh
4. Mengidentifikasi asetosal dengan metode larutan iod, pereaksi marquis, dan
dengan larutan NaOH
II. PRINSIP
1. Asetilasi
Reaksi asetilasi merupakan suatu reaksi yang memasukkan gugus asetil ke
dalam suatu substrat yang sesuai. Gugus asetil adalah R-C-OO (dimana R
merupakan alkil atau aril) (Baysinger,2004).
2. Esterifikasi
Ester dapat dibuat dari asam dengan alcohol atau dari anhidrida asam
dengan alcohol. Alcohol dengan asam karboksilat dan turunan asam
karboksilat membentuk ester asam karboksilat. Reaksi ini disebut reaksi
esterifikasi(Fessenden & Fessenden, 1986)
3. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut yang cocok(Svehla, 1985).
4. Kelarutan
Jumlah maksimum zat terlarut yang dapat dilarutkan dalam sejumlah
pelarut pada suhu tertentu(Chang, 2005)
5. Titik leleh
Titik leleh adalah suhu ketika fase padat dan fase cair sama-sama berada
dalam kesetimbangan(Chang, 2005)
6. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya didefinisikan sebagai banyaknya fluks cahaya yang
memancar per sudut ruang (Hartati dan Suprijadi, 2010).
III. REAKSI
(i) (j)
Ket : (a). Sinar UV, (b). Timbangan, (c). Plat silika gel, (d). Penyaring Buchner, (e). Labu
erlenmeyer, (f). Melting point apparatus, (g). Oven, (h). Penangas air, (i). Termometer,
(j). Pipa kapiler.
VI. PROSEDUR
A. Pembuatan Aspirin
Asam salisilat sebanyak 5 gr dan 7 ml anhidrad asam asetat dimasukkan
ke dalam labu Erlenmeyer. Setelah tercampur, dimasukkan asam sulfat
pekat sebanyak tiga tetes. Kemudian, labu Erlenmeyer dipanaskan
dengan pemanas air sambil dikocok diatas penangas air dengan suhu
50oC-60oC. Setelah dipanaskan kira kira 10 menit, ditambahkan FeCl3
hingga warna biru yang dihasilkan menghilang. Dinginkan larutan dan
kemudian ditambahkan aquades sebanyak 75ml dan diaduk. Setelah itu
larutan disaring menggunakan Buchner agar endapan yang dihasilkan
terpisah dengan larutannya
B. Pengrekristalian Aspirin
2. Dilarutkan dengan
etanol
3. Dibuat pelarut
pengembang dengan
mencampur 10 ml etanol
dan 30 ml etil salisilat
4. Disiapkan kertas silica
gel dan kertas silica gel
yang telah dibuat garis
tepi
5. Ditotolkan larutan
aspirin etanol dan
pembanding ke silica gel
besar dan kecil
6. Dimasukkan kertas
silica gel besar ke dalam
larutan pengembang
sampai fase gerak
pindah ke batas atas
7. Dimasukkan kertas 1. Kertas silica
silica gel besar dan kecil gel
ke dalam lampu UV254 kecil(kualitatif)
lalu amati Didapatkan warna
aspirin percobaan
dengan larutan
pengembang sama
2. Kertas silica
gel besar
(kuantitatif)
Panjang toluene 8,1cm
Totol 1: 5,5cm
Totol 2: 6,2cm
Totol 3: 7,6cm
PERHITUNGAN
𝑚 𝑚 7,5 𝑔𝑟
ρ= v= = 1,08 𝑔𝑟/𝑚𝑙 = 6,94 ml ( 7 ml )
𝑣 𝜌
m = 7,5 gr
ρ = 1,08 gr/ml
𝑔𝑟 5
C7H6O3 M = 5 gr n = 𝑚𝑟 = 138 = 0,036 n
Mr = 138
𝑔𝑟 7,5
C4H6O3 M = 7,5 gr n = 𝑚𝑟 = = 0,076 n
99
Mr = 99
M: 0,036 0,076
= 0,036 x 180
= 6,48 gr
5,5
Panjang eluen = 8,1 cm * Rf Totol 1 = 8,1 = 0,679
6,2
Totol 1 = 5,5 cm * Rf Totol 2 = 8,1 = 0,76
7,5
Totol 2 = 6,2 cm * Rf Totol 3 = 8,1 = 0,93
Totol 3 = 7,5 cm
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan tujuan dapat mengidentifikasi
asam asetil salisilat. Praktikum ini tidak hanya dilakukan satu kali. Namun
dilakukan beberapa kali. Praktikum pertama dilakukan untuk membuat asam
asetil salisilat atau yang biasa kita kenal sebagai aspirin. Pada pembuatan
aspirin bahan yang digunakan adalah asam salisat, anhidrat asetat, dan asam
sulfat pekat sebagai katalisator. Reaksi yang terjadi adalah reaksi esterifikasi.
Reaksi esterifikasi terjadi jika gugus asam karboksilat ditambahkan dengan
alkanol yang akan menghasilkan gugus ester. Saat proses terjadinya esterifikasi
tidak boleh ada sedikitpun uap air, karena itu yang digunakan disini adalah
anhidrat asetat. Anhidrat itu sendiri artinya tidak memiliki molekul air. Karena
reaksi esterifikasi merupakan reaksi yang reversible. Jika terdapat uap air, maka
reaksi tersebut akan terjadi bolak balik dan tidak akan menghasilkan aspirin.
Pada reaksi esterifikasi dibutuhkan sebuah katalisator yang tidak hanya
berfungsi untuk menurunkan energy aktivasi dan membuat rekasi menjadi lebih
cepat. Namun juga berfungsi sebagai pemberi muatan. Karena, dalam reaksi ini
semuanya dalam keadaan stabil, maka reaski sukar berlangsung jika tidak ada
yang memberikan electron. Karena dari itu, asam sulfat pekat berfungsi
memberikan electron, karena jika suatu zat memiliki muatan, ia cenderung
untuk terus bereaksi sampai tidak memiliki muatan. Asam sulfat pekat juga
bersifat higroskopis yang akan mengikat molekul H2O yang ada dalam reaksi
tersebut.
Dalam reaksi ini, reaski yang terjadi adalah reaksi pembatas. Yang
menjadi pereaksi pembatas adalah asam salisilat. Ini ditentukan dengan cara
perhitungan stoikiometri biasa. Untuk mengetahui apakah asam salisilat sudah
habis apa belum, bisa dengan cara menambahkan indicator FeCl3. FeCl3 akan
berikatan dengan gugus fenol yang terdapat dalam asam salisilat dan
menghasilkan warna biru kehitaman. FeCl3 yang dibutuhkan hanya sedikit saja,
satu tetes saja juga sudah cukup. Jika tidak warna biru nya tidak akan hilang
walaupun sebenarnya asam salisilat nya sudah habis bereaksi. Saat warna biru
sudah hilang, dan sudah menjadi bening kembali, itu artinya asam salisilat
sudah bereaksi dengan sempurna.
Saat semua zat dicampurkan, harus sambil dipanaskan dengan alat
penangas air. Saat larutan dipanaskan harus ditambahkan dengan batu didih.
Batu didih yang dipakai dalam praktikum ini adalah sisa sisa keramik. Ini
berfungsi untuk menyerap panas. Karena jika terlalu panas, wadahnya dapat
meledak.
Setelah asam salisilat bereaksi dengan sempurna setelah itu
ditambahkan dengan 75 ml aquades. Ini dikarenakan reaksi ini menghasilkan
produk sampingan selain asam asetil salisilat, yaitu asam asetat. Karena, asam
asetat bersifat larut dalam air dan asam asetil salisilat tidak larut maka akan
terjadi pengendapan asam asetil salisilat. Jadi aquades berfungsi untuk
memisahkan asam asetil salisilat dengan asam asetatnya.
Karena, asam asetil salisilat yang kita dapatkan belum tentu dalam
keadaan murni, maka harus dilakukan pengrekristalisasian yang berfungsi
untuk memurnikan asetosal. Caranya dengan melarutkan endapan asam asetil
salisilat dengan pelarut campuran yang berbeda kepolaran yaitu etanol dan air.
Digunakan etanol untuk melarutkan asam salisilat jika masih ada sedangkan
ditambah air untuk memastikan asam sulfat dan asam asetat sudah benar benar
terpisah dari asam asetil salisilat.
Larutan asam asetil salisilat dibiarkan beberapa hari sampai terbentuk
endapan Kristal jarum. Endapan yang sudah terbentuk dipisahkan
menggunakan Kristal saring. Kristal-kristal yang sudah didapat dipanaskan
didalam oven untuk setelah itu ditimbang beratnya. Jika berat Kristal tersebut
tidak berubah lagi, itulah berat murni asam asetil salisilat yang kita dapatkan.
Barulah untuk menguji kemurnian asam asetil salisilat yang kita buat
digunakan 2 metode yaitu, metode titik leleh dan metode kromatografi lapis
tipis.
Suatu zat dikatakan murni jika rentang suhu dari zat padat tersebut
mulai meleleh sampai meleleh seutuhnya adalah tiga derajat celcius. Jika lebih
dari itu, zat tersebut dapat dikatakan tidak murni. Karena itu dapat dikatakan
aspirin yang didaapatkan murni karena titik lelehnya adalah 138oC-141oC.
Dengan metode KLT kita dapat menetukan factor retensi dari suatu zat.
Dengan menggunakan perbandingan jarak tempuh komponen dengan jarak
tempuh eluen. Dalam praktikum ini kita hanya ingin memastikan sama atau
tidaknya factor retensi yang kita dapatkan dengan factor retensi yang sudah
diketahui.
IX. KESIMPULAN
Dapat melakukan proses esterifikasi yang menghasilkan asam asetil asetat
Dapat memahami cara pelaksanaan rekristalisasi dengan pelarut campuran
Dapat mengidentifikasi aspirin dengan metode KLT dan titik leleh aspirin
DAFTAR PUSTAKA
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta.
http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html diakses
pada tanggal 12 Oktober 2015
Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden. 1986. Organic Chemistry, 4th ed. America:
Hartati, W., dan Suprijadi. 2010. Pengembangan Model Pengukuran Intensitas Cahaya
Svehla, G. 1985. VOGEL Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro &
Tjay, dkk. 2002. Obat – Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media.
http://www.ilmukimia.org/2013/04/cara-menentukan-titik-leleh.html diakses
pada tanggal 19 Oktober 2015