Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

SINTESIS, REKRISTALISASI, DAN PEMURNIAN PADATAN


SENYAWA ORGANIK (ASETIL SALISILAT/ASPIRIN)

KELOMPOK 4 GOLONGAN II
ANGGOTA:

AYU PRADNYA PARAMITA                   (1908551040)


NI WAYAN SUKMA PRAMITHA SARI (1908551041)
NI KD RINTAN LISTIANI EKAYANTI  (1908551042)
LUH AYU PUTRI SARASWATI              (1908551043)

DOSEN PENGAMPU:
Ni Made Widi Astuti, S.Farm., M.Si., Apt

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
1. TUJUAN
1.1 Mampu menjelaskan proses asetilasi asam salisilat dengan anhidrida asetat
1.2 Mampu menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang terlibat dalam proses
asetilasi
1.3 Memahami cara pelaksanaan rekristalisasi dengan pelarut campuran
1.4 Menentukan sifat fisik dan kimia aspirin

2. TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, reaksi kimia dibagi menjadi reaksi substitusi, reaksi adisi,
reaksi eliminasi dan reaksi penataan ulang (rearrangement). Reaksi substitusi
terjadi apabila sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi
menggantikan sebuah atom atau gugus dari molekul yang bereaksi. Reaksi
substitusi dapat terjadi pada atom karbon yang jenuh dan atau atom karbon
tidak jenuh. 
Reaksi adisi terjadi pada senyawa tak jenuh. Hal ini dikarenakan molekul
tak jenuh dapat menerima tambahan atom atau gugus dari suatu pereaksi.
Reaksi adisi sering disebut reaksi yang dapat mengurangi ikatan rangkap,
karena ikatan rangkap pada molekul akan berikatan dengan atom atau senyawa
lain dari pereaksi. 
Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi adisi. Pada reaksi eliminasi
terjadi penghilangan dua atom atau gugus untuk membentuk ikatan rangkap
ataupun struktur siklis. Reaksi eliminasi dapat terjadi pada senyawa karbon
jenuh dan senyawa dengan ikatan karbon rangkap II. Reaksi penataan ulang
adalah reaksi penataan kembali struktur molekul untuk membentuk struktur
molekul yang baru yang berbeda dengan struktur molekul yang semula. Reaksi
ini dapat terjadi apabila suatu senyawa ditambah senyawa lain dan diperlukan
kondisi khusus.

1
Selain reaksi-reaksi tersebut, penggantian hidrogen aktif dari senyawa yang

OH O CO 2H
O
+
CH3C O CCH3 + CH3CO 2H
CO 2H OCOCH 3

asam salisilat anhidrida asetat asam asetil salisilat (aspirin)


mengandung gugus -OH, -NH2, dan -NH dengan suatu gugus asetil CH 3CO-
dapat diperoleh secara cepat melalui reaksi dengan asetil klorida atau anhidrida
asetat. Penggantian hidrogen aktif dengan suatu gugus asetil disebut sebagai
reaksi asetilasi. Dalam industri, reaksi asetilasi biasa digunakan pada
pembuatan selulosa asetat dan pembuatan aspirin (asam asetil salisilat)
(Retnoningrum, 2014).
Aspirin atau asam asetilsalisilat merupakan hasil sintetis asam salisilat
dengan anhidrida asetat. Aspirin merupakan kelompok senyawa glikosida yang
mempunyai fungsi sebagai antipiretik dan analgesik yang lebih sempurna
dibandingkan dengan asam salisilat. Aspirin adalah asam organik lemah yang
unik dalam asetilasi siklo-oksigenasi irreversible. Aspirin cepat dideasetilasi
oleh esterase dalam tubuh menghasilkan salisilat yang mempunyai efek
antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi.
Senyawa organik sering dijumpai dalam keadaan tidak murni atau dalam
keadaan campuran. Untuk mengatasi hal tersebut pemurnian senyawa banyak
dilakukan dengan berbagai cara tergantung sifat senyawa yang akan
dimurnikan. Jenis-jenis pemurnian senyawa yang dapat dilakukan antara lain
melalui metode ekstraksi, metode sublimasi, dan metode rekristalisasi.
Metode ekstraksi didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Hal
yang penting untuk diperhatikan adalah kelarutan komponen dalam pelarut,
sehingga membutuhkan pemilihan pelarut yang sesuai. Pemisahannya bersifat
sederhana, bersih, cepat dan mudah. Ekstraksi pelarut juga dapat digunakan
untuk memisahkan komponen dan menghilangkan pengotor dari suatu
campuran (Adam, 1963).

2
Sublimasi merupakan proses pemurnian suatu zat dengan jalan
memanaskan campuran, sehingga dihasilkan sublimat (zat bila dipanaskan
secara langsung berubah dari bentuk padat menjadi uap tanpa meleleh, namun
apabila didinginkan kembali menjadi zat padat). Sublimasi dapat dilakukan
apabila jumlah kristal sedikit stabil terhadap panas.
Rekristalisasi merupakan metode yang sangat penting dan sering
digunakan untuk pemurnian komponen larutan organik. Rekristalisasi
dilakukan dengan melarutkan zat-zat zat-zat padat dalam suatu pelarut
kemudian dikristalkan kembali. Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah
perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan zat pengotornya.
Karena konsentrasi total pengotor biasa- nya lebih kecil dari konsentrasi zat
yang dimurnikan, dalam kondisi dingin, konsentrasi pengotor yang rendah
tetap dalam larutan sementara zat yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap
(Pinalia, 2011). Metode yang dapat dilakukan untuk rekristalisasi terdiri dari:
1) Pemilihan pelarut
Pelarut harus melarutkan secara mudah zat-zat pengotor dan mudah
menguap, sehingga dapat dipisahkan secara mudah dari materi yang
dimurnikan. Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh padatan
untuk mencegah pembentukan minyak.
2) Kelarutan senyawa padat dalam pelarut panas
Padatan yang akan dimurnikan dilarutkan dalam sejumlah minimum pelarut
panas. Pada titik didihnya, sedikit pelarut ditambahkan sampai terlihat
bahwa tidak ada tambahan materi yang terlarut kagi. Hindari penambahan
berlebih.
3) Penyaringan larutan
Larutan jenuh yang telah dipanaskan selanjutnya disaring menggunakan
kertas saring yang ditempatkan dalam suatu corong.
4) Kristalisasi
Filtrat hasil penyaringan selanjutnya dibiarkan kering. Zat padat murni akan
memisah sebagai kristal. Larutan harus dalam keadaan jenuh karena jika
larutan telah mencapai derajat saturasinya, maka di dalam zat padat akan

3
terbentuk zat padat kristal. Apabila kristalisasi tidak terbentuk selama
pendinginan filtrat dalam waktu cukup lama maka larutan harus dibuat
lewat jenuh.
5) Pemisahan dan pengeringan kristal
Kristal dipisahkan dari larutan induk dengan penyaringan. Penyaringan
umumnya dilakukan dibawah tekanan menggunakan corong Buchner.
Kristal yang telah tersaring dicuci dengan pelarut dingin murni untuk
menghilangkan kotoran yang menempel. Kristal kemudian dikeringkan
dengan menekan kertas saring atau dioven (Keenan, 1992).

3. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat
a. Erlenmeyer
b. Water bath
c. Gelas beaker
d. Corong buchner
e. Timbangan
f. Batang pengaduk
g. Oven
h. Tabung uji
i. Kertas litmus
j. Tabung kapiler
k. Burner flame
3.2 Bahan
a. Asam salisilat
b. Anhidrat asetat
c. Asam sulfat pekat
d. Air (air dingin, air hangat, air es)
e. Benzene (dapat diganti dengan propanol atau etanol)
f. Petroleum eter
g. Etanol

4
h. Besi (III) Klorida (FeCl3) 1 %
i. Larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) 0,5M
j. HCl 0,5M
k. NaOH encer
l. HCl encer

4. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1 Sintesis Aspirin (Vishnoi, 1979)
1. Timbang 6,0 gram asam salisilat dan ditempatkan dalam Erlenmeyer
250 mL.
2. Tambahkan 8,5 ml anhidrida asetat, diikuti dengan 3-4 tetes asam
sulfat pekat.
3. Panaskan campuran di penangas air/water bath dengan pengadukan
konstan, suhu 60oC selama 15 menit.
4. Dinginkan campuran.
5. Siapkan 100mL air dingin dalam gelas beaker 500mL.
6. Tuang campuran ke dalam air dingin tersebut sambil diaduk.
7. Saring presipitat/kristal kotor dari produk kasar (crude product)
menggunakan corong Buchner, cuci menggunakan air dingin
(sebanyak 5mL masing-masing diulangi sebanyak 3 kali), keringkan.
8. Timbang dan hitung hasil kasarnya.

4.2 Pemurnian aspirin secara rekristalisasi


1. Dilarutkan sampel dari hasil akhir sintesis dalam sejumlah kecil
benzene (bisa juga diganti dengan propanol atau etanol) panas dalam
erlenmeyer, campuran dipanaskan dengan penangas air.
2. Pindahkan Erlenmeyer, dan biarkan larutan dingin pada suhu kamar,
aspirin akan mulai mengkrital (dapat juga dibantu dengan penambahan
tetesan air hangat sampai larutan menjadi sedikit keruh).
3. Kemudian lakukan rekristalisasi dalam ice bath (sampai kristalisai
selesai). Jika tidak terbentuk kristal aspirin, tambahkan petroleum eter

5
dan dinginkan sedikit larutan dalam air es, sambil digosok dinding
gelas dengan menggunakan batang pengaduk untuk menginduksi
rekristalisasi.
4. Kumpulkan produk kristal dengan filtrasi/corong Buchner, cuci dengan
sejumlah kecil air dingin. Keringkan produk dalam oven (70oC 15
menit), timbang massanya. Hal ini diulangi 3 kali sampai tidak terjadi
perbedaan massa antar penimbangan.

4.2.1 Cara lain rekristalisasi


1. Kristal dimasukkan ke dalam campuran 15ml etanol 96% dan 40 ml
air
2. Dipanaskan hingga semua kristal larut
3. Kemudian dinginkan perlahan sampai terbentuk kristal jarum.

4.3 Pengujian sifat fisika, kimia, dan kemurnian aspirin (Lakukan minimal 2
atau 3 pengujian)
1. Masukkan kristal kedalam tabung uji yang mengandung 5 ml air
(dapat dibantu dengan pemanasan selama beberapa menit, dinginkan),
tambahkan 1 atau 2 tetes besi (III) klorida / FeCl3 1 % ke tabung dan
catat warna. Pembentukan kompleks aspirin dengan Fe (III)
memberikan warna merah ungu.
2. Aduk sejumlah kecil sampel padatan kasar kegelas beaker dan
tambahkan 2 ml larutan natrium bikarbonat (NaHCO 3) 0,5M. Amati
kelarutannya. Tambahkan HCl 0,5M tetes demi setetes sampai terjadi
perubahan, catat hasil pengamatan.
3. Letakkan sejumlah sedikit kristal pada satu lembar kertas litmus biru
yang basah, catat hasil pengamatan.
4. 2 gram sampel ditambahkan 2 mL NaOH encer dan didihkan selama 5
menit. Dinginkan, kemudian asamkan dengan HCl encer. Endapan
putih aspirin akan terbentuk, lalu diuji titik leburnya.

6
5. Ambil sejumlah kecil kristal aspirin, masukkan dalam tabung kapiler
titik lebur. Titik lebur ditentukan menggunakan peralatan pengujian
titik lebur. Buatlah ujung tabung kapiler yang satu lebih pendek dari
yang lainnya. Kunci/tutup salah satu ujung tabung dengan cara
dibakar menggunakan burner flame. Sampel diletakkan pada ujung
tabung yang lebih pendek. Ketukkan tabung secara perlahan untuk
membantu pasukkan sampel ke dalam tabung (sampai tinggi serbuk
kurang lebih 1cm), panaskan perlahan. Naikkan suhu 1oC per menit
mulai dari 120oC. Amati tabung, suhu lebur mulai ketika kristal
aspirin mulai melebur sampai suhu ketika tidak ada kristal aspirin
yang tersisa lagi.

5. SKEMA KERJA
5.1 Skema sintesis aspirin
Ditimbang asam salisilat sebanyak 6,0 gram kemudian ditempatkan pada
erlenmeyer 250 mL.

Ditambahkan 8,5 mL anhidrida asetat dan 3-4 tetes asam sulfat pekat.

Dipanaskan campuran tersebut di dalam penangas air / water bath dengan


suhu 60oC dan diaduk konstan selama 15 menit.

Lalu, didinginkan campuran tersebut.

Disiapkan air dingin sebanyak 100 mL dan diaduk.

Disaring presipitat/kristal kotor dari produk kasar (crude product)


menggunakan corong buchner, dicuci dengan air dingin sebanyak 5 mL dan
masing-masing diulangi sebanyak 5 kali dan kemudian dikeringkan.

Ditimbang, kemudian dihitung hasil kasarnya.

7
5.2 Skema pemurnian aspirin secara rekristalisasi
Dilarutkan sampel dari hasil sintesis dalam jumlah kecil benzene (dapat
diganti dengan propanol atau etanol) panas dalam Erlenmeyer.

Kemudian dipanaskan campuran tersebut dengan penangas air.

Dipindahkan erlenmeyer dan dibiarkan larutan hingga dingin pada suhu


kamar, aspirin akan mulai mengkristal (dapat juga dibantu pendinginan
dengan cara penambahan tetesan air hangat sampai larutan menjadi sedikit
keruh).

Dilakukan rekristalisasi dalam ice bath hingga kristalisasi selesai. jika


tidak terbentuk kristal aspirin, ditambahkan petroleum eter dan
didinginkan sedikit larutan dalam air es sambil digosok dinding gelas
dengan menggunakan batang pengaduk untuk menginduksi rekristalisasi.

Dikumpulkan produk kristal tersebut dengan menggunakan filtrasi /


corong buchner, dicuci dengan sejumlah kecil air dingin.

Kemudian dikeringkan produk dalam oven dengan panas 70oC selama 15


menit, lalu ditimbang massanya. Hal ini diulangi sebanyak 3 kali sampai
tidak terjadi perbedaan massa antar penimbangan.

5.2.1 Skema cara lain rekristalisasi


Dimasukkan kristal ke dalam campuran 15 mL etanol 96% dan 40 mL air,
Kemudian dipanaskan sampai semua kristal larut dan dinginkan perlahan
sampai terbentuk kristal jarum.

8
5.3 Skema pengujian sifat fisika, kimia, dan kemurnian aspirin
Dimasukkan kristal ke dalam tabung uji yang mengandung 5 mL air (dapat
dibantu dengan dipanaskan selama beberapa menit dan didinginkan), K

Kemudian ditambahkan 1 atau 2 tetes besi (III) klorida / FeCl3 1% ke


dalam tabung dan dicatat warnanya. pembentukan kompleks aspirin
dengan Fe (III) akan memberikan warna merah ungu.

Diaduk sejumlah kecil sampel padatan kasar ke dalam gelas beaker dan
ditambahkan 2 mL larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) 0,5 M, diamati
kelarutannya.

Kemudian ditambahkan HCl 0,5 M tetes demi tetes sampai terjadi


perubahan dan dicatat hasil pengamatannya.

Diletakkan sejumlah kristal pada satu lembar kertas litmus biru yang
basah, kemudian dicatat hasil pengamatanya.

2 gram sampel ditambahkan 2 mL NaOH encer dan dididihkan selama 5


menit dan didinginkan, lalu diasamkan dengan HCL encer.

Kemudian endapan putih aspirin akan terbentuk dan diuji titik leburnya.

Diambil sejumlah kecil kristal aspirin, dimasukkan ke dalam tabung kapiler


titik lebur. titik lebur ditentukan menggunakan peralatan pengujian titik lebur.
Dibuat ujung tabung dengan cara dibakar menggunakan burner flame.

Diletakkan sampel pada ujung tabung yang lebih pendek. Diketukkan tabung
secara perlahan untuk membantu pasukkan sampel ke dalam tabung hingga
tinggi serbuk kurang lebih 1 cm, dan dipanaskan perlahan.

9
Dinaikkan suhu 1oC per menit mulai dari 120oC .

Kemudian diamati tabung, suhu lebur mulai ketika kristal aspirin mulai
melebur sampai suhu ketika tidak ada kristal aspirin yang tersisa lagi.

10
6. HASIL
6.1 Sintesis Aspirin

Gambar Serbuk Aspirin Hasil Sintesis

Massa asam salisilat (C7H6O3) 6,0 gram


Mol asam salisilat 0,04 mol
Hasil aspirin secara teoritis 7,2 gram
(C9H8O4)

11
Kertas saring Kertas saring kosong Hasil aspirin(C9H8O4)
kosong + aspirin berdasarkan praktikum
I 0,34 gram 8,07 gram 7,73 gram
II 0,942 gram 9,042 gram 8,1 gram
III 0,654 gram 8,704 gram 8,05 gram

6.2 Pemurnian Aspirin Secara Rekristalisasi

Gambar: Kristal Aspirin

Hasil Percobaan pemurnian Asam Asetil Salisilat


Setelah Setelah
No Larutan Setelah Pendinginan
Penambahan Pemanasan
1. Etanol Larut - -
2. Air hangat Keruh - -

12
Mulai
Petroleum
3. terbentuk - -
eter
kristal
Terbentuk kristal seperti jarum
6. Aquadest Tidak larut -
& banyak

Rekristalisasi Sampel
No Massa sampel awal Massa sampel akhir Titik leleh
1. 7,8 g 7,5 g 136oC

6.3 Pengujian Sifat Fisika, Kimia, dan Kemurnian Aspirin


Uji Besi (III) klorida
Warna sebelum
Tabung uji Warna setelah penambahan FeCl3
penambahan FeCl3
Asam salisilat ? Warna ungu
Serbuk aspirin hasil
Orange gelap sedikit keunguan
sintesis
Sampel (aspirin) orange muda

No Larutan Setelah Penambahan


1. NaHCO3 0,5M Larut
2. HCl 0,5M Keruh, ada sedikit endapan

7. PEMBAHASAN
7.1 Sintesis Aspirin
Massa asam salisilat (C7H6O3) 6,0 gram
Mol asam salisilat 0,04 mol

13
Hasil aspirin secara teoritis (C9H8O4) 7,2 gram

Kertas saring Kertas saring kosong Hasil aspirin(C9H8O4)


kosong + aspirin berdasarkan praktikum
I 0,34 gram 8,07 gram 7,73 gram
II 0,942 gram 9,042 gram 8,1 gram
III 0,654 gram 8,704 gram 8,05 gram

- Rata-rata massa aspirin yang dihasilkan = = 7,96 gram


- Perhitungan SD dan RSD untuk data tersebut
1) SD (Standar Deviasi)

2
SD =

2
SD =

SD =

SD =

SD =

SD =

SD =
SD = 0,2
2) Standar Deviasi Relatif (RSD)

RSD = ×100%

14
RSD = ×100%
RSD = 2,51 %

Persen hasil perolehan aspirin 110,55%

- Mekanisme reaksi yang terjadi


Reaksi pada sintesis aspirin ini merupakaan reaksi asetilasi. Reaksi asetilasi
merupakan suatu reaksi untuk menggantikan atom hidrogen pada suatu
senyawa dengan suatu gugus asetil yang menghasilkan suatu ester dan
anhidrida asetat sebagai agennya. Adapun mekanisme reaksi yang terjadi,
yaitu: asam salisilat direaksikan dengan anhidrida asetat serta ditambahkan
H2SO4. Penggunaan H2SO4 adalah sebagai katalis untuk mempercepat reaksi
yang terjadi. Kemudian, gugus alkanol (-OH) pada asam salisilat akan bereaksi
dengan gugus asetil pada asam asetat anhidrat dengan saling bertukar posisi.
Lalu, struktur dari asam salisilat berubah yang semula -OH menjadi CH 3COO-
yang disebut asam asetilsalisilat atau yang dikenal sebagai aspirin. Pada akhir
reaksi terbentuk asam asetilsalisilat dan asam asetat sebagai produk reaksi.

- Persamaan reaksi yang terjadi

- Persen perolehan aspirin (rendemen)

% rendemen = ×100%

% rendemen = ×100%

15
% rendemen = 110,55%

7.2 Pemurnian Aspirin Secara Rekristalisasi


Hasil Percobaan pemurnian Asam Asetil Salisilat
Setelah Setelah
No Larutan Setelah Pendinginan
Penambahan Pemanasan
1. Etanol Larut - -
2. Air hangat Keruh - -
Mulai
Petroleum
3. terbentuk - -
eter
kristal
Terbentuk kristal seperti jarum
6. Aquadest Tidak larut -
& banyak

Rekristalisasi Sampel
No Massa sampel awal Massa sampel akhir Titik leleh
1. 7,8 g 7,5 g 136oC

Kristal aspirin yang diperoleh dari hasil permurnian secara rekristalisasi = 7,5
gram
Hasil kristal tersebut menunjukkan apa? Bagaimana kemurnian sampel tersebut?
Apabila sampel aspirin X memberikan melting potint = 146-150 oC. itu artinya
sampel X …..?
Faktor apa yang menentukan keberhasilan proses rekristalisasi?

7.3 Pengujian Sifat Fisika, Kimia, dan Kemurnian Aspirin


Uji Besi (III) klorida
Warna sebelum
Tabung uji Warna setelah penambahan FeCl3
penambahan FeCl3
Asam salisilat Putih Warna ungu
Serbuk aspirin hasil
Putih Orange gelap sedikit keunguan
sintesis
Sampel (aspirin) Putih Orange muda

16
Uji FeCl3 spesifik untuk senyawa yang mengandung gugus fenol. Apabila
setelah ditambahkan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi ungu maka reaksi
dikatakan positif. Timbulnya warna ungu menandakan adanya senyawa fenolik
(Rita, dkk., 2016). Penambahan pereaksi FeCl3 pada sampel asam salisilat
menunjukkan bahwa sampel positif mengandung gugus fenol yang ditandai
dengan terjadinya perubahan warna dari putih menjadi ungu. Hal ini sudah sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa Asam salisilat merupakan senyawa fenol
(Suharyanto, dkk., 2015). Penambahan FeCl3 pada sampel aspirin menunjukkan
perubahan waena putih menjadi orange muda, sedangkan penambahan FeCl3 pada
serbuk aspirin hasil sintesis menunjukkan perubahan warna dari putih menjadi
orange gelap sedikit keunguan. Hal ini menunjukkan bahwa pada serbuk aspirin
hasil sintesis masih mengandung sedikit asam salisilat, sedangkan pada sampel
aspirin tidak mengandung asam salisilat sama sekali.
No Larutan Setelah Penambahan
1. NaHCO3 0,5M Larut
2. HCl 0,5M Keruh, ada sedikit endapan

Selain itu ketika aspirin ditambahkan larutan NaHCO3 0,5M yang terjadi
adalah aspirin larut di dalamnya. Aspirin bereaksi dengan NaHCO3 membentuk
garam natrium yang larut dalam air, namun hasil sampingnya tidak larut.
Kemudian setelah ditambahkan HCl 0,5M yang terjadi adalah larutan menjadi
keruh dan terbentuk sedikit endapan.
Ketika diuji dengan kertas litmus biru, larutan menunjukkan perubahan
warna kertas litmus biru menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa aspirin
bersifat asam. Aspirin mengandung gugus karboksil sehingga dapat memerahkan
kertas lakmus biru (Petrucci, 1942). Selain itu, uji kemurnian dilakukan dengan
uji titik lebur. Uji titik lebur dapat digunakan karena titik lebur merupakan sifat
spesifik dari suatu zat. Endapan putih yang telah terbentuk kemudian diuji titik
leburnya. Pada percobaan didapatkan titik lebur aspirin yaitu 136°C. Hal ini
menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori dimana dinyatakan bahwa titik lebur
aspirin adalah 140°-144°(Farmakope Indonesia III, hal 43). Ketidaksesuaian ini
mungkin dipengaruhi oleh beberapa factor seperti adanya pengotor dalam aspirin

17
hasil sintesis berupa asam salisilat yang merupakan bahan utama pembuaan
aspirin sehingga aspirin hasil sintesis menjadi tidak murni.
Berdasarkan hasil percobaan, maka aspirin hasil sintesis yang terbentuk
tidak murni. Hal ini ditunjukkan dengan reaksi warna yang ditunjukkan pada
aspirin hasil sintesis saat penambahan FeCl3 yang menunjukkan warna orange
keunguan dimana seharusnya aspirin murni menunjukkan warna orange muda.
Selain itu titik lebur yang didapatkan pada uji titik lebur yaitu 136°, hal ini kurang
sesuai dengan teori dimana dinyatakan bahwa titik lebur aspirin adalah 140°-144°.
Ketidaksesuaian hasil percobaan dengan teori ini disebabkan oleh beberapa factor
seperti masih adanya zat pengotor pada aspirin hasil sintesis yakni asam salisilat.

8. PENUTUP
8.1 Simpulan
8.2 Saran

18
DAFTAR PUSTAKA

Adam, R., Johnson, J. R., Wilcox, C. F., 1963, Laboratory Experiments in


Organic Chemistry. New York: The Macmillan Company.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Hal 43

Keenan, Charles W,. 1992. Kimia Untuk Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R.H. 1992. General Chemistry. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Pinalia, A. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat Untuk


Meningkatkan Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (Ap). Jurnal Sains
dan Teknologi Dirgantara. Vol. 6 (2): 64-70.

Retnoningrum, DA., E. Cahyono, dan E. Kusuma. 2014. Asetilasi Pada Fenol Dan
Anisol Menggunakan Anhidrida Asam Asetat Berkatalis Zr4+-Zeolit Beta.
Jurnal MIPA. Vol. 37(2): 163-171.

Rita, Wiwik S., Sinarsih K., dan Puspawati M. 2016. Uji Efektifitas Ekstrak Daun
Trembesi (Samanea saman (jacq.) Merr) Sebagai Antibakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus. Indonesian E-Journal of Applied
Chemistry. Vol. 4(2): 132-135.

Suharyanto, dkk. 2015. Deteksi Pengimbasan Ketahanan Pasang Terhadap


Penyakit Layu Fusarium Dengan Asam Fusarat. Jurnal Perlindungan
Tanaman Indonesia. Vol. 19(1). 42.

19
LAMPIRAN

A. MONOGRAFI
1) Asam salisilat
Nama resmi : Acidum Salicylum
Nama lain : Salycylic Acid
RM / BM : C7H6O3 / 138,12
Rumus struktur :

Pemerian Bahan : Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk


halus, putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara.
Bentuk sintetis warna putih san tidak berbau. Jika
dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna
kekuningan atau merah muda dan berbau lemah mirip
mentol.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzen, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih;
agak sukar larut dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
(Farmakope Indonesia V, 163)
Kegunaan : Keratolitikum, Zat antifungi
(Farmakope Indonesia III, hal. 57)

2) Anhidrat asetat
RM / BM : (CH3CO)2O / BM 102,09
Kegunaan : Pereaksi
(Farmakope Indonesia V, hal. 1685)
Pemerian Bahan : Cairan jernih tidak berwarna; berbau tajam,
mengandung tidak kurang dari 95% C4H6O3
(Farmakope Indonesia III, hal. 647)
Rumus Struktur :

3) Asam sulfat pekat


Nama resmi : Acidum Sulfuricum
Nama lain : Sulfuric Acid
RM / BM : H2SO4 / 98,07
Rumus struktur :

Pemerian Bahan : Cairan jernih seperti minyak; tidak berwarna; bau


sangat tajam dan korosif.
Bobot Jenis : lebih kurang 1,84
Kelarutan : Bercampur dengan air dan dengan etanol dengan
menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
(Farmakope Indonesia V, hal. 165)
Kegunaan : Sebagai zat tambahan dan sebagai katalisator

4) Air
Nama resmi : Aqua
Nama lain : dihidrogen monoksida
RM / BM : H2O / 18,02
Rumus struktur : H-O-H
Pemerian Bahan : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pelarut, pembuatan sediaan-sediaan steril
(Farmakope Indonesia V, hal. 63)

5) Benzene
a. RM / BM: C6H6 / 78,11
b. Rumus struktur:
c. Kegunaan: Pereaksi
(Farmakope Indonesia V, hal. 1694)

6) Petroleum eter
a. Pemerian Bahan: Cairan tidak berwarna, mudah menguap, sangat mudah
terbakar, diperoleh dari minyak tanah, terdiri dari campuran hidrokarbon
dan parafin rendah.
b. Kegunaan: Pereaksi
(Farmakope Indonesia V, hal. 1707)

7) Etanol
a. RM / BM: C2H5OH / 46,07
b. Rumus struktur
c. Pemerian Bahan: Cairan tidak berwarna, higroskopis, bau khas
d. Suhu didih: lebih kurang 78º
e. Kegunaan: Pereaksi
(Farmakope Indonesia V, hal. 1707)

8) Besi (III) Klorida (FeCl3) 1 %


a. RM / BM: FeCl3 / 124
b. Rumus struktur:
c. Pemerian Bahan: Hablur atau serbuk hablur; hitam kehijauan, bebas warna
jingga dari garam hidrat yang telah terpengaruh oleh kelembaban.
(Farmakope Indonesia III, hal. 659)
9) Larutan natrium bikarbonat (NaHCO3) 0,5M
a. Nama lain: Sodium Bicarbonate
b. RM / BM: NaHCO3 / 84

c. Rumus struktur:
d. Pemerian Bahan: serbuk hablur, putih. Stabil di udara kering, tetapi dalam
udara lembab secara perlahan-lahan terurai.
e. Kelarutan: larut dalam air; tidak larut dalam etanol
f. Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
(Farmakope Indonesia V, hal. 906)

10) HCl
a. Nama lain: Hydrochloric Acid
b. RM / BM: HCl/ 36,46
c. Rumus struktur: H-Cl
d. Pemerian Bahan: Cairan tidak berwarna; bearasap; bau merangsang. Jika
diencerkan dengan 2 bagian volume air, asap hilang.
e. Bobot jenis: lebih kurang 1,18
f. Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat
(Farmakope Indonesia V, hal. 156)
11) NaOH encer
a. Nama resmi: Natrii Hydroxydum
b. RM / BM: NaOH / 40
c. Rumus struktur:
d. Pemerian Bahan: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah
melelh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap
karbondioksida.
e. Kelarutan: sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P
f. Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
g. Kegunaan: Zat tambahan
(Farmakope Indonesia III, hal. 412)

Tambahan:
 Lampiran tidak berisi nomer halaman
 Laporan dikumpul paling lambat 3 Mei 2020 jam 23.00 Wita ke
korma dengan format pdf
 Nama file laprak: KELOMPOK GOLONGAN_LAPRAK 5
 Senin, 4 Mei 2020 diskusi di webex bersama Bu Widi
 Masing-masing kelompok membuat ppt mengenai laprak 5
 Tambahkan video di ppt (video dari youtobe yang berhubungan
dengan praktikum)
 Ppt dikumpul paling lambat 3 Mei 2020 jam 23.00 Wita ke korma
 Nama file ppt: KELOMPOK GOLONGAN

Anda mungkin juga menyukai