Anda di halaman 1dari 6

Tugas Praktikum Jamur

Nama : Ni Kd Rintan Listiani Ekayanti

NIM : 1908551042

Nama Asisten Dosen: Khotimah Dwi Cahya

1. Sebut dan gambarkan struktur jamur yang mengkontaminasi udara

a. Aspergilus plavus

Mikroskopis

Makroskopis

(Refai, 2014)

b. Aspergilus niger (flatoksin)

Mikroskopis
Makroskopis

(Refai, 2014)

c. Fusarium (asam fusarat)

Mikroskopis

Makroskopis
(Sari,dkk., 2017)

2. Patogenesis jamur yang mengkontaminasi kulit pada manusia

a. Epidermophyton floccosum

Jamur Epidermophyton floccosum menyebabkan tenia pedis dan tenia kruris. Jamur ini bersifat
antropofilik (hanya menginfeksi manusia), sehingga air dan tanah hanya faktor pendukung
(predisposisi) pertumbuhan jamur yang sudah ada pada manusia

b. Microsporum gypseum

Infeksi pada microsporum dimulai dengan koloni hifa atau cabang-cabangnya di dalam
jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Reaksi radang pada dermatofitosis
terjadi jika jamur dapat melawan pertahanan tubuh spesifik dan non spesifik dari host.
Dermatofitosis menular melalui tiga cara, yaitu antropofilik, zoofilik, dan geofilik. Terjadinya
dermatofitosis melalui 3 tahap utama yaitu perlekatan pada keratinosit, penetrasi melawati sel,
serta pembentukan respon imun host. Perlekatan pada keratinosit terjadi ketika arthrokonidia
melekat pada jaringan keratin selama 6 jam. Dinding jamur memproduksi keratinase yang
dapat menghidrolisis keratin dan membantu pertumbuhan jamur di stratum korneum. Proses
penetrasi menghasilkan sekresi proteinase, lipase dan enzim musinolitik yang menjadi nutrisi
bagi pertumbuhan jamur (Kurniati, 2008).

c. Trichophyton mentagrophytes

Morfologi koloni tiga varietas utama T. Mentagrophytes adalah serbuk-granular, berbentuk


beludru dan berbulu halus. Khusus strain berbentuk kapas terkait dengan manusia dapat
menginfeksi seluruh bagian permukaan tubuh dan umumnya agen penyebab Athlete’s foot.
Trichophyton mentagrophytes adalah tumbuh secara moderat yang matur pada 7 sampai 10
hari. Hasil kultur dapat bervariasi dalam manifestasi dari kapas, berbulu halus dan berwarna
putih untuk serbuk, granular dan buff. Koloni mungkin muncul berwarna merah muda atau
kuning.

d.Trichophyton rubrum

Trichophyton rubrum adalah dermatofit yang berperan paling dominan yang menyebabkan
sebagian besar infeksi jamur superfisial di seluruh dunia. Sekelompok jamur dapat
menyebabkan infeksi di mana saja pada kulit. Namun, mereka paling sering menyerang pada
bagian kaki, daerah inguinal, ketiak, kulit kepala, dan kuku. Hasil infeksi pada gejala ringan
sampai sedang gejala dermatologis, dengan berbagai tingkat keparahan infeksi. Variasi tersebut
diyakini akibat dari respon imun tubuh untuk melawan mikroorganisme. Respon ini
ditimbulkan oleh keratinosit, yang merupakan garis pertahanan pertama terhadap
mikroorganisme, seperti T. rubrum. Beberapa reseptor Toll-like, seperti TLR2, TLR4, TLR6,
dan Manusia Beta defensin (HBD) -1, HBD-2, IL-1B, dan IL-8, dinyatakan sebagai bagian dari
pertahanan tuan rumah awal (Madrid, et al,. 2011). Manifestasi dari T. rubrum, seperti tinea
pedis, tinea cruris, dan tinea corporis, penyakit manusia kulit yang paling umum tampak di
seluruh dunia

e. Candida albicans

Infeksi C. albicans pada umumnya terjadi ketika seseorang mengalami immunocompromised


yakni terjadinya gangguan pada kekebalan tubuh karena pada awalnya candida albicans
merupakan flora normal pada tubuh manusia sehingga infeksi ini disebut infeksi opportunistic.
Ada dua faktor penting pada infeksi opportunistik yakni faktor predisposisi dan faktor
virulensi. Faktor predisposisi meliputi penurunan imunitas yang diperantarai oleh sel,
perubahan membran mukosa dan kulit serta adanya benda asing.8 Selain host mengalami
kondisi immunocompromised, C. albicans juga mengandung faktor virulensi yang dapat
berkontribusi terhadap kemampuannya untuk menyebabkan infeksi. Faktor virulensi utama
meliputi; permukaan molekul yang memungkinkan adheren organisme pada permukaan sel
host, asam protease dan fosfolipase yang terlibat dalam penetrasi dan kerusakan dinding sel,
serta kemampuan untuk berubah bentuk antara sel yeast dengan sel hifa (Lestari, 2010).
Tahapan patogenesisnya terdiri dari tahap akuisisi yakni saat jamur masuk ke dalam tubuh,
tahapan stabilitas pertumbuhan yakni saat jamur berkembang dan membentuk populasi dalam
tubuh, dan tahapan adhesi yakni perlekatan. Infeksi Candida dapat dikelompokkan menjadi
tiga meliputi; candidiasis superfisial, candidiasis mukokutan dan candidiasis sistemik. Infeksi
candidiasis superfisial dapat mengenai mukosa, kulit dan kuku. Candidiasis mukokutan
melibatkan kulit dan mukosa rongga mulut atau mukosa vagina. Pada candidiasis sistemik
dapat melibatkan traktus respirasi bawah dan traktus urinary dengan menyebabkan
candidaemia. Lokasi yang sering pada endokardium, meninges, tulang, ginjal dan mata
(Lestari, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, P.E. 2010. PERAN FAKTOR VIRULENSI PADA PATOGENESIS INFEKSI


Candida albicans. Stomatognatic (J.K.G Unej) 7(2) : 113-17

Refai, M., El-yazid, H. A. and Hassan, A. 2014. Monograph on Aspergillus and Aspergillosis in
man, animals and birds. Department of Microbiology, Faculty of Veterinary Medicine,
Cairo University. Department of Mycology and Mycotoxins, Animal Health Research
Institute, Dokki

Sari, W., Wiyono, S., Nurmansyah, A., Munif, A., Poerwanto, R. 2017. Keanekaragaman dan
Patogenisitas Fusarium spp. Asal Beberapa Kultivar Pisang. Jurnal Patologi. 13(6):
216-228.

Anda mungkin juga menyukai