NIM : 1908551042
a. Aspergilus plavus
Mikroskopis
Makroskopis
(Refai, 2014)
Mikroskopis
Makroskopis
(Refai, 2014)
Mikroskopis
Makroskopis
(Sari,dkk., 2017)
a. Epidermophyton floccosum
Jamur Epidermophyton floccosum menyebabkan tenia pedis dan tenia kruris. Jamur ini bersifat
antropofilik (hanya menginfeksi manusia), sehingga air dan tanah hanya faktor pendukung
(predisposisi) pertumbuhan jamur yang sudah ada pada manusia
b. Microsporum gypseum
Infeksi pada microsporum dimulai dengan koloni hifa atau cabang-cabangnya di dalam
jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Reaksi radang pada dermatofitosis
terjadi jika jamur dapat melawan pertahanan tubuh spesifik dan non spesifik dari host.
Dermatofitosis menular melalui tiga cara, yaitu antropofilik, zoofilik, dan geofilik. Terjadinya
dermatofitosis melalui 3 tahap utama yaitu perlekatan pada keratinosit, penetrasi melawati sel,
serta pembentukan respon imun host. Perlekatan pada keratinosit terjadi ketika arthrokonidia
melekat pada jaringan keratin selama 6 jam. Dinding jamur memproduksi keratinase yang
dapat menghidrolisis keratin dan membantu pertumbuhan jamur di stratum korneum. Proses
penetrasi menghasilkan sekresi proteinase, lipase dan enzim musinolitik yang menjadi nutrisi
bagi pertumbuhan jamur (Kurniati, 2008).
c. Trichophyton mentagrophytes
d.Trichophyton rubrum
Trichophyton rubrum adalah dermatofit yang berperan paling dominan yang menyebabkan
sebagian besar infeksi jamur superfisial di seluruh dunia. Sekelompok jamur dapat
menyebabkan infeksi di mana saja pada kulit. Namun, mereka paling sering menyerang pada
bagian kaki, daerah inguinal, ketiak, kulit kepala, dan kuku. Hasil infeksi pada gejala ringan
sampai sedang gejala dermatologis, dengan berbagai tingkat keparahan infeksi. Variasi tersebut
diyakini akibat dari respon imun tubuh untuk melawan mikroorganisme. Respon ini
ditimbulkan oleh keratinosit, yang merupakan garis pertahanan pertama terhadap
mikroorganisme, seperti T. rubrum. Beberapa reseptor Toll-like, seperti TLR2, TLR4, TLR6,
dan Manusia Beta defensin (HBD) -1, HBD-2, IL-1B, dan IL-8, dinyatakan sebagai bagian dari
pertahanan tuan rumah awal (Madrid, et al,. 2011). Manifestasi dari T. rubrum, seperti tinea
pedis, tinea cruris, dan tinea corporis, penyakit manusia kulit yang paling umum tampak di
seluruh dunia
e. Candida albicans
Refai, M., El-yazid, H. A. and Hassan, A. 2014. Monograph on Aspergillus and Aspergillosis in
man, animals and birds. Department of Microbiology, Faculty of Veterinary Medicine,
Cairo University. Department of Mycology and Mycotoxins, Animal Health Research
Institute, Dokki
Sari, W., Wiyono, S., Nurmansyah, A., Munif, A., Poerwanto, R. 2017. Keanekaragaman dan
Patogenisitas Fusarium spp. Asal Beberapa Kultivar Pisang. Jurnal Patologi. 13(6):
216-228.