Anda di halaman 1dari 3

Nama : I Kadek Khrisna Apriana

No : 14

Kelas : XII MIPA 2

1. Jelaskan kehidupan politik, ekonomi dan sosial pada masa demokrasi terpimpin !

BIDANG POLITIK. Demokrasi terpimpin memiliki Kabinet Kerja yang dilantik


pada 10 Juli 1959 untuk menggantikan Kabinet Djuanda. Terdapat tiga program Kabinet
Kerja saat itu, yaitu:

❖ Masalah sandang dan pangan


❖ Keamanan dalam negeri
❖ Pengembalian Irian Barat

Selama dipegang Kabinet Kerja terdapat beberapa kebijakan-kebijakan yang diambil,


baik dalam maupun luar negeri. Berikut penjelasannya:

a) Kebijakan dalam negeri

Terdapat beberapa kebijakan dalam negeri yang dilakukan, di antaranya:

❖ Pidato Penemuan Kembali Revolusi Kita menjadi Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN).
❖ Presiden membentuk DPR-GR setelah sebelumnya menolak RAPBN.
❖ Soekarno membentuk MPRS dan DPAS yang dipilih langsung oleh dirinya.
❖ Dibentuk Front Nasional sebagai satu-satunya organisasi yang memperjuangkan
cita-cita proklamasi dan UUD 1945.
❖ Lembaga tinggi negara seperti MPRS, DPR-GR, DPA, Depernas, dan Front
Nasional diintegrasikan dan disebut regrouping kabinet.
❖ Soekarno ditetapkan sebagai Presiden Seumur Hidup melalui Sidang Umum MPRS
1963.
❖ Partai Masyumi dan PSI dibubarkan karena ketuanya terlibat dalam
pemberontakan Permesta.
❖ Presiden mengambil alih pimpinan tertinggi militer dan membentuk Komando
Tertinggi (KOTI).

b) Kebijakan luar negeri

Kebijakan luar negeri yang diambil adalah:

❖ Politik Mercusuar, pengadaan proyek-proyek besar untuk mengangkat Indonesia


menjadi negara yang terkemuka.
❖ Politik Poros, Indonesia melaksanakan hubungan istimewa dengan RCC (Poros
Jakarta-Peking). Selain itu juga dengan Kamboja, Vietnam Utara, dan Korea
Utara.

BIDANG EKONOMI. Di awal demokrasi terpimpin, kondisi ekonomi Indonesia


cukup memperihatikan. Hal ini karena pemberontakan yang terjadi di mana-mana. Untuk
mengatasi keadaan ekonomi pada masa ini, sistem ekonomi berjalan dengan sistem
komando. Artinya, alat-alat produksi dan distribusi yang vital harus dimiliki dan dikuasai
negara, minimal di bawah pengawasan negara. Terdapat beberapa hal yang terjadi di
bidang ekonomi, yaitu:

Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas)

Untuk memperbaiki situasi ekonomi Indonesia, pada 15 Agustus 1959 pemerintah


membentuk Depernas yang dipimpin Mohammad Yamin. Depernas memiliki program
dengan nama Pola Pembangunan Semesta Berencana. Program tersebut terdiri atas
Tripola, yaitu proyek pembangunan, pola penjelasan pembangunan, dan pola pembiayaan
pembangunan.

Pembentukan Badan Perancangan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Setelah membentuk Depernas, pemerintah juga membentuk Bappenas pada 1963.


Tugas Bappenas adalah menyusun rencana pembangunan jangka panjang maupun pendek.
Diketuai langsung oleh Presiden Soekarno.

Penurunan nilai uang

Pada 1950 pemerintah mengumumkan adanya penurunan nilai uang. Sebagai


contoh, uang kertas Rp 500 nilainya akan berubah menjadi Rp 50. Pemerintah juga
membekukan beberapa bank yang memiliki simpanan melebihi Rp 25.000. Hal ini untuk
membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang ada di tengah masyarakat.

Deklarasi Ekonomi (Dekon)

Pemerintah mengeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi dengan nama


Deklarasi Ekonomi (Dekon) pada 1963. Tujuannya, untuk menciptakan ekonomi yang
bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari imperialisme. Dalam pelaksanaannya,
Dekon ternyata tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah inflasi. Bahkan
Dekon justru membuat ekonomi Indonesia stagnan, hal ini karena banyak prinsip-prinsip
dasar ekonomi yang diabaikan pemerintah.
Pembangunan proyek mercusuar

Kondisi ekonomi yang buruk juga ditambah dengan pembangunan proyek


mercusuar yang memakan banyak biaya. Proyek mercusuar merupakan proyek
pembangunan ibu kota agar mendapat perhatian dari luar negeri. Selain itu sebagai
fasilitas Games of the New Emerging Forces (Ganefo), pemerintah membangun proyek
besar seperti gedung DPR, MPR, DPD DKI Jakarta, Gelora Bung Karno, Hotel Indonesia,
Jembatan Semanggi, Pembangunan Monumen Nasional (Monas) dan pusat pertokoan
Sarinah.

BIDANG SOSIAL. Terdapat beberapa hal yang terjadi di bidang sosial dan
budaya, di antaranya:

Larangan pedagang asing di luar ibu kota daerah

Pada masa Demokrasi Terpimpin terjadi konflik antar pedagang asing, terutama
China. Pada Januari 1960, para pedagang asing dilarang berdagang di pedesaan.
Akibatnya banyak yang berpindah ke kota. Hal ini menimbulkan reaksi besar bagi
pemerintah Beijing karena Indonesia melarang pedagang etnis China bergerak di luar
kota-kota besar.

Kerusuhan di Jakarta

Konfrontasi Indonesia-Malaysia membuat kondisi sosial menjadi kacau di


Indonesia. Rumah kedutaan besar dibakar habis oleh masyarakat Indonesia. Sebagai
balasannya, rumah kedutaan besar Indonesia di Malaysia juga dibakar. Hal ini
mengakibatkan putusnya kerja sama dengan malaysia dan Singapura.

Pelarangan musik dan tarian barat

Segala aspek kehidupan masyarakat berada di bawah dominasi politik. Beberapa


kelompok seniman ditahan karena dianggap memainkan musik yang kebarat-baratan.
Presiden Soekarno mengecam kebudayaan Barat berupa musik rock and roll, musik pop,
dan dansa.

Konflik Lekra dengan Manikebu

Dalam bidang kebudayaan, terdapat konflik Lekra dan Manikebu. Lekra


kepanjangan dari Lembaga Kebudayaan Rakyat, sedangkan Manikebu kepanjangan dari
Manifesto Kebudayaan. Lekra adalah kelompok pendukung ajaran Nasakom. Sementara
Manikebu adalah sekelompok cendekiawan yang anti dengan ajaran tersebut. Kelompok
Manikebu mendukung Pancasila dan tidak mendukung Nasakom. Manikebu tidak ingin
kebudayaan nasional didominasi ideologi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai