Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM 1

SINTESA OBAT
SINTESIS ASPIRIN DENGAN METODE ULTRASONIKASI
DAN PEMURNIAN CRUDE PRODUCT ASPIRIN

OLEH:

NAMA : ALHAM ARRAHMAN


NIM : 1701002
KELAS : S1-IIIA
HARI PRAKTIKUM : KAMIS, 30 SEPTEMBER 2020
JAM PRAKTIKUM : 14.00 – 17.00 WIB
DOSEN PEMBIMBING : Apt. ENDA MORA, M.Farm
ASISTEN : 1. NIA DAIAUTUL ISROQ
2. ISTIHAZAH PUTRI S.Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2020

Praktikum I
Sintesis Aspirin Dengan Metode Ultrasonikasi Dan Pemurnian
Crude Product Aspirin

I. Tujuan Praktikum
a. Untuk memahami reaksi asetilasi asam salisilat dalam sintesis aspirin.
b. Untuk memahami prosedur sintesis aspirin dengan metode
ultrasonikasi.
c. Untuk memahami prosedur pemurnian aspirin dengan metode
rekristalisasi.

II. Tinjauan Pustaka


Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil salisilat yang memiliki
peranan sangat besar dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat yang berkhasiat
anti piretik dan analgenik. Senyawa aspirin ini tidak terdapat dalam keadaan
bebas di alam, jadi untuk memperolehnya perlu sintesa. Sintesa adalah reaksi
kimia antara dua zat atau lebih untuk membentuk suatu senyawa baru.
Sintesis senyawa organic adalah sintesis teknik preparasi senyawa yag dapat
dianggap sebagai seni, salah satu senyawa organik yang dapat disentesis
adalah aspirin. Aspirin atau asetosal atau asam asetilsalisilat adalah turunan
dari senyawa asam salisilat yang diperoleh dari simplisia tumbuhan Coretx
salicis (Baysinger, 2004).
Aspirin atau asam asetil salisilat atau asetosal adalah sejenis obat turunan
dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (antinyeri),
antipiretik (penurun panas), dan anti inflamasi (antiperadangan). Aspirin juga
memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam
tempo lama untuk mencegah serangn jantung. Aspirin bersifat antipiretik dan
analgesik karena merupakan kelompok senyawa glikosida. (Tjay, 2002).
Gambar struktur aspirin
Aspirin dapat dibuat melalui reaksi esterifikasi. Esterifikasi adalah reaksi
pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester
dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga sering disebut esterifikasi
Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus –COOR
dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk
dengan reaksi esterifikasi berkatalis asam. Reaksi esterifikasi merupakan
reaksi dapat balik (reversible). (Fessenden,1982)

Gambar Reaksi Esterifikasi


Ester asam karboksilat ialah senyawa yang mengandung gugus –COOR
dengan R dapat berbentuk alkil. Ester dapat dibentuk berkat reaksi langsung
antara asam karboksilat dengan alkohol. (Herolt, 1990)
Analisis retrosintesis aspirin dilakukan dengan pendekatan diskoneksi,
yaitu diskoneksi ikatan C-O ester. Berdasarkan analisis retrosintesis tersebut,
dapat diketahui bahwa aspirin sebagai molekul target dapat disintesis
menggunakan bahan baku asam salisilat dan asam asetat. Namun, dalam
praktik di laboratorium dan dalam skala industri, bahan baku yang lebih
sering digunakan dalam sintesis aspirin adalah asam salisilat dan asam asetat
anhidrat. (Herolt, 1990)
Reaksi di atas, selain menghasilkan aspirin, juga menghasilkan produk
samping yaitu asam asetat yang dapat larut dalam air dingin, sedangkan
aspirin bersifat sukar larut dalam air dingin, sehingga aspirin dan produk
samping tersebut dapat dipisahkan dengan mudah melalui penyaringan dan
pencucian kristal aspirin yang terbentuk dengan aquades dingin. Reaksi
sintesis aspirin ini, selain disebut sebagai reaksi esterifikasi juga disebut
sebagai reaksi O-asetilasi, karena terjadi pemasukan gugus asetil dari asam
asetat anhidrat pada atom O yang terdapat pada asam salisilat. (Herolt, 1990)
Selain mempunyai banyak manfaat, penggunaan aspirin juga dapat
menimbulkan bahaya. Penggunaan berulang dapat menyebabkan pendarahan
gastrointestinal, indikasi tukak lambung atau tukak peptik yang kadang –
kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna dan jika
dikonsumsi dalam dosis tinggi (10 sampai 20 g) dapat mengakibatkan
kematian.(Tjay, 2002)
Sonikasi adalah suatu proses menerapkan energi suara untuk
menggerakkan partikel dalam sampel, untuk berbagai keperluan. Energi suara
yang diterapkan biasanya berada pada daerah frekuensi ultrasonik (> 20 kHz),
sehingga proses ini dikenal juga dengan istilah ultrasonikasi.
(Fessenden,1982)
Gelombang ultrasonik dapat merambat dalam medium padat, cair, dan
gas Proses sonikasi ini mengubah sinyal listrik menjadi getaran fisik yang
dapat diarahkan untuk suatu bahan dengan menggunakan alat yang bernama
sonikator. Bagian utama dari perangkat sonikator adalah generator listrik
ultrasonik. Perangkat ini membuat sinyal (biasanya sekitar 20 kHz) yang
berkekuatan ke transduser. Transduser mengubah sinyal listrik menjadi
getaran mekanik yang kemudian dikeluarkan melewati probe. Probe
mengirimkan getaran ke larutan yang disonikasi. Probe bergerak naik dan
turun pada tingkat kecepatan yang tinggi, meskipun amplitudo dapat
dikontrol dan dipilih berdasarkan larutan yang disonikasi. Gerakan cepat
probe menimbulkan efek yang disebut kavitasi. (Fessenden,1982)
Sonikasi ini biasanya dilakukan untuk memecah senyawa atau sel untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Getaran ini memiliki efek yang sangat kuat pada
larutan, menyebabkan pecahnya molekul dan putusnya sel. Ultrasonikasi
dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan, seperti pada proses ekstraksi
beberapa senyawa metabolit sekunder dari tanaman, mikroalga dan rumput
laut, dan bisa juga diaplikasikan untuk mensintesis berbagai senyawa obat.
(George, 1997)
Dalam hal kinetika kimia, aplikasi gelombang ultrasonik dapat
meningkatkan kereaktifan kimia pada suatu sistem yang secara efektif
bertindak sebagai katalis untuk lebih mereaktifkan atom–atom dan molekul
dalam sistem. Kavitasi yang terjadi terbukti dapat mengurangi waktu reaksi,
meningkatkan rendemen dalam reaksi kimia, dan meningkatkan selektivitas
reaksi. (George, 1997)
Kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu
larutan atau suatu lelehan. Disamping untuk pemisahan bahan padat dari
larutan, kristalisasi juga sering digunakan untuk memurnikan bahan padat
yang sudah berbentuk kristal. Proses pemurnian ini disebut kristalisasi ulang
atau rekristalisasi. Jika suatu larutan senyawa tersebut dijenuhkan dalam
keadaan panas dan kemudian didinginkan,senyawa terlarut akan berkurang
kelarutannya dan mulai mengendap, membentuk kristal yang murni dan bebas
dari pengotor. Kemurnian zat ini disebabkan oleh pertumbuahan kristal zat
telarut, sehingga za-zat ini dapat dipisahkan dari pengotornya. (Austin, 1984)
Proses kristalisasi dimulai dengan menambahkan senyawa yang akan
dimurnikan dengan pelarut panas sampai kelarutan senyawa tersebut berada
pada level super jenuh. Pada keadaan ini, bila larutan tersebut didinginkan,
maka molekul-molekul senyawa terlarut akan saling menempel, tumbuh
menjadi kristal-kristal yang akan mengendap di dasar wadah. Sementara
kotoran-kotoran yang terlarut tidak ikut mengendap. (Austin, 1984)
Pembentukkan kristal itu sendiri terdiri dari dua tahap. Tahap pertama
adalah nukleasi primer atau pembentukkan inti, yaitu tahap dimana kristal-
kristal mulai tumbuh namun belum mengendap. Tahap ini membutuhkan
keadaan superjenuh dari zat terlarut. Saat larutan didinginkan, pelarut tidak
dapat menahan semua za-zat terlarut, akibatnya molekul-molekul yang lepas
dari pelarut saling menempel dan mulai tumbuh menjadi inti kristal. Semakin
banyak inti-inti yang bergabung, maka akan semakin cepat pula pertumbuhan
kristal tersebut.Tahap kedua setelah nukleasi primer adalah nukleasi
sekunder. Pada tahap ini petumbuhan kristal semakin cepat, yang ditandai
dengan saling menempelnya inti-inti menjadi kristal-kristal padat. (Austin,
1984)
Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristalin.
Seringkali senyawa yang diperoleh dari hasil suatu sintesis kimia memiliki
kemurnian yang tidak terlalu tinggi. Untuk memurnikan senyawa tersebut
perlu dilakukan rekristalisasi.Untuk merekristalisasi suatu senyawa kita harus
memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa
tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan
(refluks) sampai semua senyawanya larut sempurna. Apabila pada temperatur
kamar, senyawa tersebut telah larut sempurna di dalam pelarut, maka tidak
perlu lagi dilakukan pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila
senyawa tersebut belum atau tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar.
Salah satu faktor penentu keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi
adalah pemilihan zat pelarut. (Austin, 1984)
Apabila zat atau senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi
tidak dikenal secara pasti, maka kita setidaknya harus mengenal komponen
penting dari senyawa tersebut. Jika senyawa tersebut adalah senyawa organik,
maka yang kita ketahui sebaiknya adalah gugus fungsional senyawa tersebut.
Dengan kata lain, kita minimal harus mengetahui polaritas senyawa yang
akan kita kristalisasi atau rekristalisasi. (Austin, 1984)
III. Alat Dan Bahan
Alat Bahan
Neraca analitik Botol semprot Asam salisilat
Erlenmeyer 50 mL Beaker glass Asam asetat anhidrat
Spatula Kertas saring Asam sulfat pekat
Pipet tetes Corong buchner Etanol
Gelas ukur Ice bath Aquadest
Aluminium foil Waterbath Es kristal
Ultrasonikator Kertas label

IV. Cara Kerja


a. Sintesis Aspirin
No. Cara Kerja
1. Timbang 2 gram asam salisilat, masukkan kedalam erlenmeyer
2 Pipetkan 5 mL asam asetat anhidrat masukkan kedalam
erlenmeyer melalui dinding erlenmeyer.
3. Tambahkan 3 tetes asam sulfat pekat, masukkan kedalam
erlenmeyer, tutup dengan aluminium foil.
4. Kemudian campuran tersebut di ultrasonikasi selama 30 menit.
5. Tambahkan 20 mL aquadest, masukkan kedalam erlenmeyer.
6. Kemudian pindahkan erlenmeyer tersebut kedalam wadah yang
berisi air es (ice bath) sampai terbentuk kristal atau padatan.
7. Padatan yang terbentuk dipisahkan dari larutannya dengan cara
disaring menggunakan corong buchner.
8. Padatan atau kristal yang terbentuk dicuci dengan aquadest
dingin hingga diperoleh crude product aspirin.
9. Kemudian crude product aspirin yang diperoleh dimurnikan
dengan metode rekristalisasi.
b. Rekristalisasi crude product aspirin
No. Cara Kerja
1. Masukkan crude product aspirin kedalam erlenmeyer.
2 Tambahkan 5 mL etanol panas, masukkan kedalam erlenmeyer.
3. Panaskan erlenmeyer tersebut diatas waterbath atau hotplate
pada suhu 50˚C hingga padatan crude product larut sempurna.
4. Hangatkan 50 mL aquadest dalam beker glass kecil diatas
waterbath pada suhu 50˚C
5. Tambahkan 50 mL aquadest hangat kedalam erlenmeyer yang
berisis crude product aspirin, biarkan diatas waterbathI hingga
kekeruhan pada larutan berkurang.
6. Kemudian saring larutan dalam keadaan panas dan tampung
filtrat dalam erlenmeyer.
7. Dinginkan filtrat tersebur hingga temperatur ruang, setelah itu
dinginkan erlenmeyer berisi filtrat tersebut dalam icebath.
8. Endapan aspirin yang terbentuk disaring dengan corong
buchner (menggunakan kertas saring yang telah ditimbang),
cuci dengan aquadest dingin dan beri label.
9. Kemudian hasil rekristalisasi dikeringkan didalam lemari
pengering.
10. Setelah kering, kristal aspirin hasil rekristalisasi ditimbang dan
dihitung rendemennya.
11. Kemudian lakukan uji kemurnian dan karakteristik sifat
fisikanya pada percobaan 2

c. Penyimpanan dan pelabelan


1. Setiap kelompok harus menyimpan produk aspirin hasil
rekristalisasi dalam vial gelap tertutup
2 Beri label “aspirin hasil rekristalisasi” dan dilengkapi dengan
label data kelompok praktikum.
V. Hasil Pengamatan
1. Penimbangan bahan baku dan sintesis aspirin
a. Berat asam salisilat yang ditimbang : 2 gram
Dik :
Asam salisilat 15 mmol ~ 0,015 mol
Mr asam salisilat = 138,12 g/mol
Jawab :
Gram = Mol x Mr
Gram = 0,015 mol x 138,12 g/mol
Gram = 2,07 gram ~ 2 gram

b. Volume asam asetat anhidrat yang ditambahkan : 5 mL


Dik :
Asam asetat anhidrat 45 mmol ~ 0,045 mol
Densiti 1,082 g/ml
Mr asam asetat anhidrat = 102,09 g/mol
Jawab :
% = 99% ~ 0,99
Gram = kemurnian x densiti
Gram = 0,99 x 1,082
Gram = 1,071 g

gram 1000
M= x
Mr V ( mL)
1,071 1000
M= x
102,09 1
1.071
M=
102,09
M = 10,50 M

Volume yang diambil


mol
V=
M
45
V=
10,50
V = 4,28 mL ~ 5 mL

c. Katalis yang digunakan : asam sulfat pekat


d. Waktu reaksi : 30 menit

2. Rekristalisasi crude product aspirin


a. Warna crude product aspirin : putih agak kekuningan
b. Pelarut yang digunakan untuk rekristalisasi : aquadest panas dan
etanol panas
c. Berat kertas saring : 0,5208 gram
d. Berat kertas saring + kristal aspirin hasil rekristalisasi : 2,5308 gram
e. Berat kristal aspirin hasil rekristalisasi : 2,01 gram
f. Warna Kristal aspirin hasil rekristalisasi : putih
g. Perhitungan rendemen aspirin hasil rekristalisasi :
Dik :
Berat aspirin = 2,01 gram
Berat aspirin teoritis = 2,61 gram
Jawab :
berat aspirin hasil percobaan
Rendemen (%) = x 100%
berat aspirin teoritis
2,01 g
Rendemen (%) = x 100% = 77,01%
2,61 g

VI. Pembahasan
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah
analgesik antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan dan
digolongkan untuk obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan
standar dalam menilai efek obat sejenis. Asam salisilat sangat iritatif, sehingga
hanya digunakan sebagai obat luar. 
Zat berkhasiat disini adalah asam salisilat, yang terjadi dengan o-
hidroksibenzilalkohol, setelah reaksi metabolisme oksidasi. Asam salisilat
bebas hanya mempunyai efek antipiretik yang kecil. Karena timbulnya
rangsangan pada glukosa lambung akibat diperlakukannya dosis yang ringan. 
Hanya satu anhidrida asam yang terkenal adalah anhida asetat, yang dibuat
melalui reaksi asam asetat dengan ketena. CH2 = C = O pada suhu tinggi
(70˚C). Ketena sangat reaktif dan penting, dan dibuat di laboratorium melalui
pirolisa aseton. Berbeda dengan asam monokarboksilat, asam dikarboksilat
mudah sekali diubah menjadi anhidrida cukup dengan pemanasan sederhana,
misalnya pembuatan anhidrida suksinat dan anhidrida phthalat. Reaksinya
sedikit lebih pelan dibandingkan khlorida asam menghasilkan asam
karboksilat. Senyawa yang mengandung gugus asetil sering dibuat dari
anhidrida asetat, karena murah, mudah pengendaliannya dan mudah menguap.
Pada percobaan yang dilakukan, digunakan 2 gram asam salisilat dan 5
mL asam asetat sebagai pereaksi. Sesuai dengan reaksi dibawah, asam
salisilat akan menjadi pereaksi pembatas. Artinya secara teoritis, jumlah
aspirin yang dihasilkan adalah setara dengan jumlah asam salisilat yang
direaksikan. Asam asetat ditambahkan berlebih agar asam salisilat habis
bereaksi. Selain itu, dengan bergesernya kesetimbangan kearah produk,
aspirin yang dihasilkan akan semakin banyak. Untuk mempercepat reaksi
dilakukan pemanasan. Tidak ada penambahan air sebagai pelarut. Hal ini
disebabkan karena asam asetat akan berikatan dengan air membentuk asam
asetat. Selain itu, asam salisilat dan aspirin sedikit larut dalam air dingin.
Pada akhir reaksi, akan didapatkan aspirin, asam asetat, anhidra asetat, katalis
(asam sulfat), dan asam salisilat yang tidak bereaksi.
Pada percobaan kali ini, yang digunakan sebagai bahan baku adalah asam
salisilat dengan anhidat asetat. Asam salisilat dengan anhidrat asetat
direaksikan dalam suasana asam (H2SO4 P) yang dibantu dengan pemanasan
dan pendinginan agar pembentukan aspirin berlangsung baik.
Digunakan anhidrat asetat karena untuk mencegah adanya air, sebab bila
terdapat air maka kristal aspirin akan terurai kembali menjadi asam salisilat.
Adapun fungsi dari penggunaan asam sulfat pekat yaitu sebagai katalisator
yang mempercepat terjadinya reaksi namun tidak ikut bereaksi.
Setelah asam salisilat tercampur sempurna maka larutan dipanaskan
dengan menggunakan penangas air, hal ini bertujuan untuk menghilangkan
zat-zat pengotor yang ada pada bahan sehingga aspirin yang diperoleh nanti
memiliki kemurniaan tinggi. Selain itu fungsi dari pemanasan adalah untuk
memepercepat kelarutan dari asam salisilat sehingga dapat bercampur dengan
sempurna, hal ini dikarenakan proses pemanasan akan mempercepat gerak
kinetik dari molekul-molekul yang ada dalam larutan sehingga laju reaksi
akan semakin cepat dan reaksi berjalan cepat. Dilakukan pemanasan untuk
menaikkan kelarutan asam salisilat yang terbentuk sehingga dapat berekasi
sempurna. Setelah itu, lautan didiamkan pada suhu kamar selama beberapa
menit sebelum dimasukkan ke dalam tangas es. Hal ini bertujuan agar
erlemeyer tidak retak dan pecah.
Reaksi akan berlangsung dengan baik pada suhu 50˚C - 50˚C. Pada suhu
tersebut merupakan suhu optimal pada pembentukan aspirin (reaksi
berlangsung cepat tetapi ikatan ester aspirin tidak lepas). Jika suhu yang
digunakan di atas 60˚C maka ester yang terbentuk dapat terurai sehingga
aspirin tidak terbentuk. Dikarenakan titik leleh aspirin di atas 70˚C. dan bila
suhu yang digunakan dibawah 50˚C maka reaksi yang terjadi akan
berlangsung lambat. Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapan putih
(aspirin) setelah dipanaskan.
Setelah didiamkan dalam suhu kamar, larutan dimasukkan ke dalam
tangas es dan dinding erlemeyer digores dengan batang pengaduk. Semua ini
bertujuan untuk mempercepat proses kristalisasi dari pada aspirin. Setelah
kristal aspirin terbentuk dilakukan penyaringan dengan maksud untuk
memisahkan benda-benda padat dari larutan dan untuk mengumpulkan zat
padat dari larutannya dimana zat itu mengendap atau mengkristal.
%rendamen aspirin yang diperoleh adalah 77,01%.
Prinsip pembuatannya, yaitu Pembuatan aspirin berdasarkan reaksi
asetilasi antara asam salisilat dan anhidrat asetat dengan menambahkan asam
sulfat pekat sebagai katalisator yang dilanjutkan dengan proses pemanasan
untuk mempercepat reaksi serta diikuti dengan proses pendinginan untuk
mempercepat terbentuknya kristal.
VII. Pertanyaa dan Jawaban
1. Tuliskan rumus struktur asam salisilat, asetat anhidrida, asam sulfat
pekat, dan etanol!
Jawab :

2. Tuliskan kembali analisis retrosintesis aspirin sesuai dengan percobaan


yang saudara lakukan!
Jawab :

3. Manakah senyawa awal yang dijadikan sebagai pereaksi pembatas pada


percobaan ini?
Jawab :

4. Apa fungsi penambahan asam sulfat pekat pada percobaan ini?


Jawab :
Penambahan asam sulfat pekat pada larutan campuran asam salisilat
berfungsi sebagai katalisator dan juga sebagai penghidrasi asetat
anhidrat.
5. Metode apa yang Saudara gunakan untuk mensintesis aspirin pada
percobaan ini?
Jawab :
Metode reaksi esterifikasi

6. Bagaimana prinsip kerja alat pada metode tersebut?


Jawab :
Prinsip kerja metode ultrasonikasi yaitu menggerakkan partikel dalam
sampel, serta mengubah sinyal listrik menjadi getaran fisik.
Prinsip kerja metode rekristalisasi yaitu padatan akan meningkat dengan
meningkatnya temperatur.

7. Tuliskan reaksi lengkap sintesis aspirin dari asam salisilat dan asam
asetat!
Jawab :

8. Tuliskan reaksi lengkap sintesis aspirin dari asam salisilat dan asetil
klorida!
Jawab :

9. Apa yang dimaksud dengan rekristalisasi?


Jawab :
Rekristalisasi adalah suatu metode pemurnian suatu padatan senyawa
organik dalam suatu pelarut tertentu.

10. Bagaimana prinsip pemurnian dengan rekristalisasi?


Jawab :
prinsip pemurnian dengan rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan
antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau
pencemarnya. Larutan yang terjadi dipisahkan satu sama lain, kemudian
larutan zat yang diinginkan dikristalkan dengan cara menjenuhkannya.

11. Pelarut apa yang digunakan dalam rekristalisasi crude product aspirin
pada percobaan ini?
Jawab :
Aquadest panas dan etanol panas

12. Hitunglah berat aspirin murni yang dihasilkan secara teoritis jika berat
asam salisilat yang bereaksi adalah 2 gram dengan melengkapi data pada
tabel berikut.
1. Konversi berat asam salisilat (C7H6O3) ke mol
Berat asam salisilat = 2 gram
Berat molekul (BM) asam salisilat = 138 g/mol
Mol asam salisilat = 2 g / 138 mol-1 = 0,0145 mol
Jawab :
gram 2g
Mol = = =0,0145 mol
Mr 138 g /mol
Asam salisilat  Aspirin
M 0,0145 mol -
B 0,0145mol 0,0145 mol
S - 0,0145 mol

2. Konversi mol aspirin ke berat aspirin (C9H8O4)


Mol aspirin = 0,0145 mol
BM aspirin = 180 g/mol
Berat aspirin teoritis = 0,0145 mol x 180 g/mol = 2,61 g
Jawab :
Gram = Mol x Mr = 0,0145 mol x 180 g/mol = 2,61 g

13. Menggunakan persamaan di bawah ini, hitunglah rendemen aspirin yang


didapat jika berat kristal aspirin yang diperoleh berdasarkan percobaan
adalah 2,01 gram!
berat aspirin hasil percobaan
Rendemen (%) = x 100%
berat aspirin teoritis
Jawab :
2,01 g
Rendemen (%) = x 100% = 77,01%
2,61 g

VIII. Kesimpulan
1. Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil salisilat yang memiliki
peranan sangat besar dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat yang
berkhasiat anti piretik dan analgenik.
2. Reaksi sintesis aspirin
3. Berat asam salisilat yang ditimbang adalah 2 gram, dan volume asam
asetat anhidrat yang digunakan adalah 5 mL, menggunakan asam sulfat
pekat sebagai katalis.
4. Didapatkan berat kertas saring = 0,5208 gram
5. Berat kertas saring + kristal aspirin hasil rekristalisasi = 2,5308 gram
6. Berat aspirin secara teoritis adalah 2,61 gram, sedangkan berat aspirin
yang diperoleh berdasarkan hasil praktikum adalah 2,01 gram dengan %
rendamen 77,01 %

DAFTAR PUSTAKA

Austin, Gorgr T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. Singapura :
McGra-Hill Book Co.
Baysinger, Grace. Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics 85th ed.
Singapura : McGra-Hill Book Co.

Fessenden, R.J. 1982. Kimia Organik Edisi 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.

George, Hammond. 1997. Kimia Organik. Bandung : ITB

Hart, Herolt. 1990. Kimia Organik Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Tjay, Dkk. 2002. Obat – Obat Penting. Jakarta : PT. Elex Media.

Anda mungkin juga menyukai