Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
UJI AKTIVITAS AMILASE (METODE KOLORIMETRI DENGAN
PEREAKSI LUGOL)
I. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim
2. Membuktikan bahwa derajat keasaman ( pH ) mempengaruhi enzim
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat
4. Mengetahui konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim
II. PRINSIP
1. Absorbansi
Absorbansi adalah perbandingan intensitas sinar yang diserap dengan
intensitas sinar yang datang. Nilai absorbansi bergantung pada kadar zat yang
terkandung di dalamnya, semakin banyak kadar zat yang terkandung dalam
sampel maka semakin banyak molekul yang akan menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu sehingga nilai absrobansi semakin besar.
(Neldawati, et al, 2013).
2. Enzim Amilase
5. Spektrofotometri
III. REAKSI
Enzim Amilase :
Lugol :
KI + I2 KI3
( Hafiz,Soewoto,2000 )
IV. TEORI DASAR
1. Alat
a) Alat Pemanas
b) Gelas Ukur
c) Penjepit Tabung Pereaksi
d) Pipet Tetes
e) Rak Tabung Reaksi
f) Tabung Reaksi
2. Bahan
a) Larutan Amilum 2%
b) Sampel
c) Larutan Iodium
d) Pereaksi Benedict
e) Larutan HCL 0,4 % ; pH = 1
f) Larutan dapar fosfat 0,1 M; pH = 5,6
g) Na2CO3
h) Aquades
Gelas Ukur
Pipet Tetes
Tabung Reaksi
VII. PROSEDUR
1 0
2 Suhu Kamar
3 37-40
4 75-80
5 100
Perubahan Warna
No. pH
Uji Iodium Pereaksi Benedict
1 1
2 7
3 9
VIII. PENGAMATAN YANG DIAMATI
Enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan
sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme.
Katalisator adalah substansi yang mempercepat reaksi tetapi pada hasil reaksi,
substansi tersebut tidak berubah. Enzim mempunyai ciri dimana kerjanya
dipengaruhi oleh lingkungan. Salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap
kerja enzim adalah pH. pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika
medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi
(Gaman & Sherrington, 1994).
Suasana yang terlalu asam atau alkalis menyebabkan denaturasi protein dan
hilangnya secara total aktivitas enzim. Pada sel hidup, perubahan pH sangat kecil.
Enzim hanya aktif pada kisaran pH yang sempit. Oleh karena itu media harus benar-
benar dipelihara dengan menggunakan buffer (larutan penyangga). Jika enzim
memiliki lebih dari satu substrat, maka pH optimumnya akan berbeda pada suatu
substrat (Tranggono & Sutardi, 1990).
Hal ini juga terjadi karena semakin tinggi suhu semakin naik pula laju reaksi
kimia baik yang dikatalisis maupun tidak. Karena itu pada suhu 40oC, larutan tidak
ada gumpalan, begitu juga pada suhu ruang, sedngkan pada suhu 100oC masih ada
gumpalan – gumpalan yang menunjukkan kalau enzim rusak. Pada suhu ruang,
enzim masih dapat bekerja dengan baik walaupun tidak optimum (Gaman &
Sherrington, 1994).
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim hewan suhu
optimal antara 35°C dan 40°C, yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas dan di bawah
optimalnya, aktivitas enzim berkurang. Di atas suhu 50°C enzim secara bertahap
menjadi inaktif karena protein terdenaturasi. Pada suhu 100°C semua enzim rusak.
Pada suhu yang sangat rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya
sangat banyak berkurang (Gaman & Sherrington, 1994). Enzim memiliki suhu
optimum yaitu sekitar 180-230C atau maksimal 400C karena pada suhu 450C
enzim akan terdenaturasi karena merupakan salah satu bentuk protein. (Tranggono
& Setiadji, 1989).
Suhu yang tinggi akan menaikkan aktivitas enzim namun sebaliknya juga
akan mendenaturasi enzim (Martoharsono, 1994). Peningkatan temperatur dapat
meningkatkan kecepatan reaksi karena molekul atom mempunyai energi yang lebih
besar dan mempunyai kecenderungan untuk berpindah. Ketika temperatur
meningkat, proses denaturasi juga mulai berlangsung dan menghancurkan aktivitas
molekul enzim. Hal ini dikarenakan adanya rantai protein yang tidak terlipat setelah
pemutusan ikatan yang lemah sehingga secara keseluruhan kecepatan reaksi akan
menurun (Lee, 1992).
Enzim memiliki konstanta disosiasi pada gugus asam ataupun gugus basa
terutama pada residu terminal karboksil dan asam aminonya. Namun dalam suatu
reaksi kimia, pH untuk suatu enzim tidak boleh terlalu asam maupun terlalu basa
karena akan menurunkan kecepatan reaksi dengan terjadinya denaturasi.
Sebenarnya enzim juga memiliki pH optimum tertentu, pada umumnya sekitar 4,5–
8, dan pada kisaran pH tersebut enzim mempunyai kestabilan yang tinggi
(Williamson & Fieser, 1992).
2. pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar
antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim
menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein
DAFTAR PUSTAKA