Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANGGIK APRILIA

NIM : 05101281823024
PRODI : ILMU TANAH
KELAS : KIMIA TANAH A

Mekanisme pembentukan muatan negatif pada koloid tanah dan fungsinya terhadap
sifat kimia tanah

Penjelasan:
1. Koloid Tanah
Koloid tanah adalah bahan organik dan bahan mineral tanah yang sangat halus
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat. Koloid tanah
terdiri dari liat (koloid anorganik) dan humus (kolod organik). Koloid berukuran kurang
dari 1 µ, sehingga tidak semua fraksi liat (kurang dari 2 µ) termasuk koloid.

Sifat-sifat koloid tanah:

 Koloid memiliki ukuran partikel yang semakin kecil luas permukaan akan semakin
besar.

 Efeknya adalah proses-proses yang penting dalam tanah terjadi misal penyerapan hara,
penyerapan air.
 Koloid didominasi oleh mineral phyllosilicates, koloid organik, hydrous oxides dari Fe,
Al dan Mn.
1.1 Koloid Anorganik (Koloid Mineral)
Koloid anorganik terdiri dari mineral liat Al-silikat, oksida-oksida Fe dan Al, mineral-
mineral primer.
Fraksi liat yang berukuran kurang dari 1 mikron bersifat koloid. Koloid liat tersusun
dari mineral –mineral liat silikat dan bukan silikat yang yang mengkristal secara amorf. Sifat
dan ciri masing-masing mineral liat akan menentukan sifat dan ciri koloid liat. Mineral liat
merupakan mineral baru hasil pengkristalan dari berbagai senjawa hasil penguraian
mineral primer. Liat ini terbentuk dari senyawa SiO2, Al2O3 dan air, adakalanya magnesium,
besi, dan kalium.
Fraksi liat merupakan koloid tanah yang dapat menyelaputi atau bersifat
perekat/semen dari butir – butir primer tanah sehingga dapat membentuk agregat mikro yang
dapat menjerap atau mengikat unsur hara bagi tanaman. Dengan demikian kompleks koloid
tanah ini dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia atau kesuburan tanah.
Adanya muatan negatif pada mineral liat disebabkan oleh beberapa hal yaitu : (1)
Kelebihan muatan negatif pada ujung-ujung patahan kristal baik pada Si-tetrahedron maupun
Al-oktahedron, (2) Disosiasi H+ dari gugus OH yang terdapat pada tepi atau ujung kristal, (3)
Substitusi isomorfik. Koloid liat atau koloid anorganik bersama dengan koloid humus atau
koloid organik membentuk kompleks koloid liat humus yang menyelaputi butir-butir pasir
dan debu atau berada bebas dalam tanah . kompleks ini memegang peranan penting dalam
tanah sebagai penyerap dan pengatur persediaan unsur hara, mengatur kemasaman tanah,
membantu pembentukan struktur, menahan air tanah dan peran-peran lainnya dalam tanah.
Mineral liat Al-silikat mempunyai bentuk kristal yang baik misalnya kaolinit, haolisit,
montmorilonit, ilit. Kaolinit dan haolisit banyak ditemukan pada tanah-tanah merah (coklat)
yaitu tanah-tanah yang umumnya berdrainase baik, sedangkan montmorilonit ditemukan pada
tanah-tanah yang mudang mengembang dan mengerut serta pecah-pecah pada musim kering
misalnya tanah vertisol. Ilit ditemukan pada tanah-tanah berasal dari bahan induk yang
banyak mengandung mika dan belum mengalami pelapukan lanjut.
Pada mineral liat Kaolinit masing-masing unit melekat dengan unit lain dengan kuat
(oleh ikatan H) sehingga mineral ini tidak mudah mengembang dan mengerut bila basah dan
kering bergantian. Substitusi isomorfik sedikit atau tidak ada sehingga kandungan muatan
negatif atau KTK rendah. Muatan negatif hanya pada patahan-patahan kristal atau akibat
disosiasi H bila pH naik. Karena itu, muatan negatif mineral ini meningkat bila pH naik
(muatan tergantung pH).
Keadaan ini berbeda dengan mineral liat Montmorilonit dimana masing-masing unit
dihubungkan dengan unit lain oleh ikatan yang lemah (oksigen ke oksigen) sehingga mudah
mengembang (bila basah) dan mengerut (bila kering). Hal ini karena air (dan kation-kation)
dan masuk pada ruang-ruang antar unit tersebut. Dalam proses pembentukan montmorilonit
banyak Al3+ dalam Al-oktahedron yang disubstitusi oleh Mg2+ sehingga banyak
menghasilkan kelebihan muatan negatif. Kecuali itu ruang-ruang antar unit yang mudah
dimasuki air internal surface yang aktif disamping sisi-sisi luar (external surace) dan ujung-
ujung patahan. Karena itu montmorilonit mempunyai muatan negatif yang tinggi (KTK
tinggi). Mineral ini pada pH kurang dari 6,0 hanya mengandung muatan tetap hasil substitusi
isomorfik, tetapi bila pH lebih dari 6,0 maka terjadi muatan tergantung pH. Mineral liat yang
amorf dalam tanah adalah Allofan yaitu suatu kombinasi silika dan aluminium sesquioksida dengan
komposisi kira – kira Al2O3. 2SiO2. H2O. Bahan ini terdapat
Tanah – tanah yang kaya akan oksida Fe dan Al adalah tanah yang telah mengalami
pelapukan lanjut (tua), umumnya didaerah tropik. Sifat-sifat dari oksida-oksida tersebut
secara umum adalah sebagai berikut :
- Bersifat amorf atau kristalis
- KTK rendah, lebih rendah dari kaolinit (kurang dari 4 me/100 g)
- Luas permukaan tinggi
Keadaan lingkungan yang memungkinkan pembentukan beberapa jenis oksida liat adalah
sebagai berikut :
- Gibsit (Al2O3.3H2O = Al (OH)3)
- Konsentrasi Si dalam larutan rendah
- Konsentrasi H+ (Hidronium) tinggi
- Konsentrasi basa-basa sangat rendah
- Dapat terbentuk karena pelapukan allophan atau pelapukan kaolinit

1.2 Koloid Organik (Humus)

Koloid organik adalah humus. Perbedaan utama dari koloid organik (humus) dengan
koloid anorganik (liat) adalah bahwa koloid organik (humus) terutama tersusun oleh C, H
dan O sedangkan liat terutama tersusun oleh Al, Si dan O. Humus bersifat amorf,
mempunyai KTK yang lebih tinggi daripada mineral liat (lebih tinggi dari montmorilonit),
dan lebih mudah dihancurkan jika dibandingkan dengan liat. Sumber muatan negatif dari
humus terutama adalah gugusan karboksil dan gugusan phenol. Muatan dalam humus adalah
muatan tergantung pH.

Dalam keadaan masam, H+ dipegang kuat dalam gugusan karboksil atau phenol,
tetapi iktan tersebut menjadi kurang kekuatannya bila pH menjadi lebih tinggi. Akibatnya

disosiasi H+ meningkat dengan naiknya pH, sehingga muatan negatif dalam koloid humus
yang dihasilkan juga meningkat. Berdasar atas kelarutannya dalam asam dan alkali, humus
diperkirakan disusun oleh tiga jenis bagian utama, yaitu asam fulvik, asam humik dan
humin. Humus menyusun 90% bagian bahan organik tanah.
Humus adalah campuran senyawa yang kompleks (tersusun oleh asam fulfat,
humat, humin, ligno protein, dan lainnya), mempunnyai sifat cukup resisten terhadap
perombakan jasad renik (mikroorganisme), bersifat amorf (tidak mempunyai bentuk
tertentu), berwarna coklat hitam, bersifat koloid (< 1 µm dan bermuatan) dan berasal dari
proses humifikasi bahan organik oleh mikroba tanah. Humus terdiri dari dua senyawa utama
yaitu substansi non humus (seperti lipid, asam amino, dan karbohidrat) dan substansi humus
(seperti senyawa amorf dengan berat molekul tinggi, warna coklat sampai hitam, hasil
pembentukan kedua dari dekomposisi).
Sumber muatan negatif pada humus yaitu akibat gugus karboksil dan gugus phenol.
Muatan pada koloid humus juga tergantung pada pH tanah, jika dalam kedaan masam, H+
dipegang kuat dalam gugusan karboksil atau phenol namun ikatan tersebut menjadi kurang
kekuatannya bila pH menjadi lebih tinggi sehingga terjadi disosiasi H+ dan muatan negatif
akan semakin tinggi.
Substansi humus mempunyai kontribusi dalam pertukaran anion dan kation,
kompleks atau khelat beberapa ion logam, berperan sebagai pH buffer, sebagai
pembentuk horison tanah, pembentukan struktur tanah melalui sementasi, sebagai mantel
partikel sehingga tidak dapat terlapukkan. Substansi humus dibagi menjadi 3 yaitu :
● Humid acid atau asam humik
Berwarna gelap dan amorf, dapat diekstrasi (larut) dengan basa kuat, garam netral
dan tidak larut dalam asam, mengandung gugus fungsional asam seperti phenolic
dan carboxylic, aktif dalam reaksi kimia.
● Fulvic acid atau asam fulvat
Dapat diekstrasi dengan basa kuat menjadi gugus fungsional asam, dapat larut
dalam asam karena mengandung gugus fungsional basa, aktif dalam reaksi kimia,
paling kecil.
● Humin
Tidak larut dalam asam dan basa, tidak aktif, warna paling gelap, berat molekul
paling besar dibandingkan asam humik dan asam fulvat.
DAFTAR PUSTAKA

Agrica. 2011. Koloid Tanah. Available at http://agrica.wordpress.com/. diakses pada 21


September 2019.

Annisa. 2015. Koloid Tanah. Available at http://ilmutanahuns.files.wordpress.com/ . diakses


pada 21 September 2019.

Ariyanto, Dwi Priyo. 2010. Ikatan Antara Asam Organik Tanah dengan Logam. Available at
http://ariyanto.staff.uns.ac.id/ diakses pada 21 September 2019.

August, Galagher. 2012 . Sistem Koloid. Available at


https://augustgalagherchen.wordpress.com/soil-coloid/. diakses pada 21 September
2019.

Cahyono, Agus. 2010. Koloid Tanah. Available at http://elisa.ugm.ac.id/files/cahyonoagus


/2jXC fyXq /KOLOID%20TANAH.ppt. diakses pada diakses pada 21 September
2019.

Hardjowigeno. 2010. Koloid Tanah. Available at http://www.stppgowa.ac.id/informasi


/artikel-ilmiah/262-koloid-tanah.htm. diakses pada diakses pada 21 September 2019.

Wahyinungsih, Fajriyatin. 2013. Koloid, Suspensi. Available at http:// nura nimahabbah.


wordpress.com/ diakses pada 21 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai